Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II
PENGAUDITAN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

Dosen Pengampu : Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA

Oleh :
Kelompok 3
Putu Ariyuda Putra (1907531195)
I Gede Bagus Dony Manuaba (1907531222)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
 STANDAR AUDIT
SA 315 Nomor 25 : Auditor harus mengindentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat
asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan.
SA 320, Nomor 10 : Pada saat menentukan strategi audit secara
keseluruhan, auditor harus menentukan materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.
SA 500, Nomor 9 : Auditor harus mengevaluasi apakah informasi yg
dihasilkan andal dan relevan untuk dijadikan sebagai bukti audit dalam
situasi untuk
a) Mempeloreh bukti audit mengenai akurasi dan kelengkapan
b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci
untuk memenuhi tujuan auditor

A. AKUN – AKUN KAS DAN INSTRUMENT KEUANGAN


Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian
perusahaan besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kas setelah
memahami bisnis klien. Berikut jenis akun kas yang utama:
1. Akun Kas Umum: Merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar
organisasi karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir
melalui akun ini. Contoh: pengeluaran untuk siklus akuisisi dan pembayaran
biasanya dibayar dari akun ini, sementara penerimaan kas dalam siklus penjualan
dan penagihan disetorkan dalam akun ini.
2. Akun Impres: Perusahaan membuat akun penggajian impres yang terpisah untuk
meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat jenis akun
impres lain yang sedikit berbeda dari akun impres pada umumnya yaitu terdiri
atas satu rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja
memiliki akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke
dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik.
Akun pengeluaran ditetapkan berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda
dengan akun pengajian impres.
3. Akun Bank Cabang: Berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan
di komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
Dengan kata lain untuk perusahaan yang beroperasi di lokasi yang berbeda akan
lebih mudah jika perusahaan memiliki saldo bank yang terpisah di setiap lokasi.
Di beberapa perusahaan setoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dilakukan
di rekening bank terpisah. Kelebihan kas akan ditransfer secara elektronik dan
periodik ke rekening bank umum kantor utama. Akun cabang dalam contoh ini
hampir sama seperti akun umum namun pada tingkat cabang.
4. Dana Kas Kecil Impres: Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir
sama dengan kas pada bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas
berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai
dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan
cek gaji atau pribadi, selain itu juga digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah
kecil. Beban yang umum meliputi perlengkapan minor kantor, perangko, dan
sumbangan amal.
5. Ekuivalen Kas: Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang
diakumulasikan selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan
dalam waktu dekat dan bisa disebut Ekuivalen kas yang bersifat jangka pendek
dan sangat likuid. Ekuivalen kas bisa sangat material, dicantumkan dalam laporan
keuangan sebagai bagian dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek
yang siap dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan tidak terdapat
dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas
yang dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang
lebih panjang bukan merupakan ekuivalen kas.
6. Instrumen Keuangan: Mencakup investasi dalam sekuritas yang dapat
diperdagangkan seperti sekuritas utang dan ekuitas, instrumen derivatif, dan
aktifitas lindung nilai (hedging). Insvestasi dalam instrumen keuangan dapat
diklasifikasikan sebagai sekuritas perdagangan, sekuritas yang tersedia untuk
dijual, atau sekuritas yang ditahan hingga jatuh tempo, sedangkan instrumen
derivatif dapat diklasifikasikan sebagai aset atau kewajiban, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Perusahaan dapat membeli sekuritas sebagai cara
untuk menginvestasikan sementara kelebihan kas atau juga dapat
menginvestasikan dalam intrumen keuangan derivatif sebagai cara hedging.
Contoh : maskapai penerbangan akan berinvestasi dalam lindung nilai bahan
bakar sebagai cara untuk mengoffset kenaikan biaya bahan bakar operasi.
B. KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI
Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi
saldo laporan bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa
pencatatan kas dalam buku besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi
kas yang terjadi sepanjang tahun. Verifikasi rekonsiliasi klien ke akun saldo bank
dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian terpenting dalam total audit dalam
perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa pencatatan transaksi kas dilakukan
dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini menghasilkan kesalahan
dalam pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak
satupun dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank :
 Kesalahan dalam menagih konsumen
 Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
 Duplikasi pembayaran faktur vendor
 Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
 Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
 Pembayaran atas karyawan lebih besar daripada jam kerja aktualnya
 Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan
tingkat bunga sebenarnya
Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas
rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi :
 Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek
beredar, meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
 Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi
sudah dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
 Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada
bank dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran
dalam perjalanan
 Pembayaran atas weswl bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi
tidak dimasukkan dalam catatan klien.

C. PENGAUDITAN AKUN KAS UMUM


Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Kas (Tahap I)
Risiko bisnis klien bisa timbul dari kebijakan manajemen kas yang tidak
tepat. Risiko bisnis klien lebih banyak timbul dari setara kas dan tipe lain
investasi. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi
klien, termasuk pengendalian manajemen untuk menghasapi risiko tersebut.
Menetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Pada umumnya saldo kas tidak material, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo tersebut hamper selalu material. Oleh karena itu sering
terdapat potensi untuk terjadinya kesalahan penyajian kas. Karena kas sangan
rentan terhadap pencurian dibandingkan dengan aset lainnya, terdapat risiko
inheren yang tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan, dan ketelitian.
Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun kas umum
dapat dibedakan menjadi dua kategori:
1. Pengendalian atas siklus-siklus transaksi yang mempengaruhi
pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.

2. Rekonsiliasi bank independen.


Rekonsiliasi memastikan bahwa catatan akuntansi mencerminkan saldo
kas yang sama dengan jumlah kas sesungguhnya yang ada di bank setelah
mempertimbangkan hal-hal yang direkonsiliasi. Selain itu, rekonsiliasi
independen memungkinkan dilakukannya verifikasi internal transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas. Apabila laporan bank diterima dalam keadaan tertutup oleh
petugas pembuat rekonsiliasi, pengawasan fisik harus dijaga sampai rekonsiliasi
selesai dikerjakan, dan dokumen-dokumen pendukung laporan bank bisa diperiksa
tanpa ada kekhawatiran terhadap kemungkinan perubahan, penambahan, atau
penghilangan. Rekonsiliasi bank yang dibuat dengan teliti oleh pegawai klien
yang kompeten meliputi tindakan-tindakan berikut:
 Membandingkan data pembayaran dengan check atau transfer elektronik dalam
catatan bank dengan catatan pengeluaran kas perusahaan, meliputi tanggal,
penerima pembayaran, dan jumlah rupiahnya.
 Memeriksa setoran ke bank dengan catatan penerimaan kas perusahaan, meliputi
tanggal, pembayar, dan jumlah rupiahnya.
 Memeriksa keberurutan penggunaan check dan menyelidiki jika ada nomor yang
hilang.
 Merekonsiliasi semua hal yang menyebabkan perbedaan antara saldo per buku
dengan saldo per bank sesuai dengan keadaannya.
 Merekonsiliasi total pendebetan dalam laporan bank dengan total dalam catatan
pengeluaran kas perusahaan.
 Mereview transfer bank yang terjadi pada akhir tahun untuk memastikan
ketepatan pencatatanya.
 Tindak lanjut check dalan perjalanan akhir bulan ke bulan berikutnya.
Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi (Tahap II)
Berhubung saldo kas dipengaruhi oleh semua siklus yang lain, kecuali
siklus persediaan dan penggudangan, sejumlah besar transaksi mempengaruhi kas.
Transaksi kas diaudit melalui pengujian atas transaksi – transaksi pada siklus –
siklus tersebut.
Perancangan dan Pelaksanaan Prosedur Analitis (Tahap III)
Pada kebanyakan audit, bank rekonsiliasi akhir tahun diaudit secara
ekstensif. Penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas
dipandang kurang penting dibandingkan dengan pada area audit yang lain.
Auditor biasanya membandingkan saldo akhir dalam rekonsiliasi bank, setoran
dalam perjalanan, check dalam perjalanan, dan hal – hal yang direkonsiliasi
lainnya dengan rekonsiliasi tahun sebelumnya. Selain itu, auditor juga
membandingkan saldo akhir kas dengan saldo kas akhir bulan yang lalu.
Perancangan Pengujian Rinci Saldo Kas (Tahap III)
Titik tolak pemeriksaan atas saldo akun bank umum adalah mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien untuk dimuat dalam dokumentasi auditor. Untuk
mengaudit kas di bank, auditor memeriksa kebenaran rekonsiliasi bank yang
diterima dari klien.
Penerimaan Konfirmasi Bank
Pentingnya konfirmasi bank dalam pengauditan tidak hanya sebatas untuk
memeriksa saldo kas yang sesungguhnya ada. Dalam konfirmasi bank tersebut
auditor juga meminta informasi tentang kredit bank yang diterima klien yang
masih berjalan. Setelah auditor menerima konfirmasi bank, saldo salam akun di
bank yang telah dikonfirmasi oleh bank harus ditelusur ke jumlah yang tercantum
dalam rekonsiliasi bank.
Memeriksa Aktivitas Bank Setelah Akhir Tahun Buku
Cutoof laporan bank adalah laporan bank sebagian (tidak sebulan penih,
tapi hanya meliputi beberapa hari sesudah tanggal neraca) yang dikirimkan oleh
bank langsung kepada auditor atau secara online ke catatan elektronik akun klien
di bank.Tujuan cutoff laporan bank adalah untuk memeriksa hal-hal yang
direkonsiliasi dalam rekonsiliasi bank akhir tahun yang dibuat klien dengan bukti
yang belum terdapat pada klien. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor minta
kepada klien agar bank mengirim laporan bank sebagian, untuk jangka waktu
sekitar7-10 hari sejak awal tahun, langsung kepada auditor. Alternatif lain apabila
auditor tidak dapat memperoleh cutoff laporan bank langsung dari bank, maka
auditor dapat menunggu sampai tersedianya laporan bank bulan berikutnya untuk
memeriksa hal-hal yang direkonsiliasi. Tujuannya adalah untuk menguji apakah
pegawai klien telah menghilangkan, menambah, atau mengubah dokumen yang
dilampirkan pada laporan bank.
Pengujian Rekonsiliasi Bank
Auditor melakukan pengujian atas rekonsiliasi bank untuk memastikan
bahwa personil klien telah membuat rekonsiliasi bank dengan cermat dan untuk
memeriksa apakah catatan klien tentang aldo di bank sesuai dengan kas yang ada
di bank kecuali untuk setoran dalam perjalanan, check dalam perjalanan, dan
unsur rekonsiliasi lainnya. Dalam memeriksa rekonsiliasi, auditor menggunakan
informasi yang tercantum dalam cutoff laporan bank untuk memastikan ketepatan
unsur rekonsiliasi. Pemeriksaan auditor atas rekonsiliasi meliputi beberapa
prosedur:
 Memeriksa ketelitian perhitungan dalam rekonsiliasi.
 Menelusur saldo dalam konfirmasi bank dan/atau saldo awal dalam cutoff
laporan bank ke saldo per bank dalam rekonsiliasi bank untuk memastikan bahwa
semua menunjukkan angka yang sama.
 Menelusur check yang ditarik dan dicatat sebelum akhir tahun buku dan
tercantum dalam cutoff laporan bank ke daftar check dalam perjalanan dalam
rekonsiliasi bank dan ke jurnal pengeluaran kas pada periode atau periode-
periode sebelum akhir tahun buku yang diaudit.
 Menyelidiki semua check yang signifikan yang tercantum dalam daftar check
dalam perjalanan yang tidak tercantum sebagai check telak diuangkan dalam
cutoff laporan bank.
 Menelusur setoran dalam perjalanan ke cutoff laporan bank.
 Memeriksa semua unsur rekonsiliasi lain dalam laporan bank dan rekonsiliasi
bank.

D. PROSEDUR YANG BERORIENTASI KECURANGAN


Pertimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan
terjadinya kecurangan. Auditor harus memperluas prosedur audit kas akhir tahun
untuk menentukan kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila
pengendalian internal tidak memadai. Dalam merancang prosedur untuk
mengungkapkan kecurangan, auditor harus mempertimbangkan secara cermat
defisiensi pengendalian internal, jenis kecurangan yang mungkin terjadi akibat
defisiensi itu, materialitas kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang
paling efektif dalam mengungkapkan kecurangan. Prosedur yang dapat
mengungkapkan kecurangan dalam bidang penerimaan kas termasuk:
 Konfirmasi piutang
 Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping
 Mereview ayat jurnal buku besar umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak biasa
 Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas
selanjutnya
 Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih serta retur
penjualan dan pengurangan
Pengujian serupa dapat digunakan untuk menguji kemungkinan
pengeluaran kas yang mengandung kecurangan. Untuk mengungkapkan
kecurangan yang berhubungan secara langsung dengan saldo kas akhir tahun
prosedurnya adalah memperluas pengujian rekonsiliasi bank, bukti kas dan
pengujian transfer antar bank.
a. Memperluas Pengujian Rekonsiliasi Bank
Jika auditor yakin bahwa rekonsiliasi bank akhir tahun disalahsajikan
dengan sengaja, maka tepat untuk melaksanakan pengujian lebih lanjut atas
rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang diperluas ini memverifikasi apakah
semua transaksi yang dicantumkan dalam jurnal selama transaksi yang
dicantumkan dalam jurnal selama beberapa bulan terakhir tahun berjalan telah
dimasukkan dalam atau dikeluarkan dari rekonsiliasi bank secara benar, dan
memverifikasi apakah semua item dalam rekonsiliasi bank telah dicantumkan
secara benar. Misalnya terdapat ada kelemahan pengendalian internal yang
material dan akhir tahun klien adalah 31 Desember. Dengan menggunakan
pendekatan umum, auditor:
 Memulai dengan rekonsiliasi bank bulan November dan membandingkan semua item
yang di rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lain dalam laporan
bank bulan Desember.
 Membandingkan semua cek yang dibatalkan yang tersisa dan slip setoran dalam
laporan bank bulan Desember dengan jurnal pengeluaran kas dan penerimaan kas.
 Menelusuri semua item yang belum dikliring dalam rekonsiliasi bank bulan
November serta jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan desember ke
rekonsiliasi bank tanggal 31 Desember untuk memastikan bahwa item-item tersebut
telah dimasukkan.
 Memverifikasi bahwa semua item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank tanggal 31
Desember menyajikan item dari rekonsiliasi bank bulan November dan jurnal bulan
Desember yang belum dikliring oleh bank.
Selain keempat pengujian tersebut, auditor juga harus melaksanakan
prosedur setelah akhir tahun dengan menggunakan laporan pisah batas bank.
b. Bukti Kas
Auditor menggunakan bukti kas untuk menentukan apakah hal-hal berikut telah
dilakukan:
 Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan
 Semua setoran di bank dicatat dalam catatan akuntansi
 Semua pengeluaran kas yang tercatat telah dibayarkan oleh bank
 Semua jumlah yang telah dibayar oleh bank dicatat

Bukti kas (proof of cash) meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut:


 Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besr pada awal periode
bukti kas
 Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan per bank dengan penerimaan
yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas selama periode tertentu
 Merekonsiliasi pembayaran elektronik dan kliring cek yang dibatalkan oleh bank
dengan yang dicatat oleh jurnal pengeluaran kas selama periode tertentu
 Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar umum dapa akhir
periode bukti kas
Penerimaan bukti kas adalah pengujian atas transaksi yang tercatat,
sementara rekonsiliasi bank adalah pengujian atas saldo kas pada suatu waktu
tertentu. Bukti kas merupakan metode jitu untuk membandingkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang tercatat dengan rekening bank dan dengan rekonsiliasi bank.
Akan tetapi, bukti pengeluaran kas tidak efektif untuk mengungkapkan cek yang
ditulis dalam jumlah yang tidak sesuai, cek palsu atau salah saji lainnya dimana
jumlah dolar yang muncul dalam catatan pengeluaran kas tidak benar. Demikian
juga, bukti penerimaan kas tidak dapat digunakan untuk digunakan untuk
mengungkapkan pencurian kas atau pencatatan dan penyetoran jumlah kas yang
tidak tepat.
c. Pengujian Transfer Antarbank
Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik
yang dikenal sebagai kiting, yaitu mentransfer uang dari satu bank ke bank
lainnya dan mencatat transaksi tersebut dengan tidak benar. Jika transfer
antarbank tidak dicatat hingga setelah tanggal neraca, jumlah yang ditrasfer
dicatat sebagai aset dikedua bank. Untuk menguji kiting, serta kesalahan tidak
sengaja dalam mencatat transfer antarbank auditor dapat mendata semua transfer
antarbank yang dilakukan beberapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca dan
menelusuri masing-masing ke catatan akuntansi agar pencatatannya benar.
Terdapat beberapa hal yang sebaiknya diaudit dalam skedul transfer bank, yaitu:
 Ketepatan informasi di skedul transfer antarbank harus diverifikasi
 Transfer antarbank harus dicatat baik dalam laporan bank yang menerima
maupun bank yang mengeluarkan
 Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan dari setiap transfer harus berada
dalam tahun fiskal yang sama
 Pengeluaran dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau
dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai cek yang
beredar
 Penerimaan dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau
dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai setoran
dalam perjalanan

Walaupun pengujian audit untuk transfer antarbank biasanya berorientasi


pada kecurangan, pengujian tersebut sering kali dilakukan pada audit dimana
terdapat sejumlah transfer bank, tanpa memperhatikan pengendalian internal.
Selain kemunkinan adanya kiting, penanganan transfer yang salah juga dapat
menghasilkan misklasifikasi antara kas dan utang usaha. Materialitas transfer dan
kemudahan melaksanakan pengujian membuat banyak auditor yakin bahwa
prosedur tersebut harus selalu dilaksanakan.

E. PENGAUDITAN AKUN-AKUN INSTRUMEN KEUANGAN


Berikut ini merupakan metodologi untuk pengauditan akhir tahun atas
instrumen-instrumen keuangan.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Terhadap Instrumen Keuangan
(Tahap I)
Risiko bisnis yang berpengaruh terhadap instrumen keuangan berbeda-
beda tergantung pada signifikansi dan keagresifan perusahaan dalam aktivitas
investasi. Risiko akan tinggi untuk perusahaan yang melakukan investasi dalam
sekuritas atau atau instrumen keuangan derivatif yang kurang likuid, dan apabila
investasi mencerminkan proporsi yang besar terhadap total aset. Perusahaan-
perusahaan jasa keuangan memiliki risiko tinggi karena tingginya volume
aktivitas dan jenis instrumen yang diperdagangkan, sebagai contoh banyak
perusahaan menderita kerugian cukup besar sebagai akibat dari aktivitas investasi
dan saldo kas yang tidak tepat.
Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap II)
Saldo akun instrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada
jenis dan frekuensi aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
inheren instrumen keuangan meliputi: tujuan manajemen berkaitan dengan
aktivitas investasi, kompleksitas sekuritas atau derivatif, pengalaman perusahaan
di masa lalu dengan investasi tertentu, dan apakah faktor eksternal seperti asersi
yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berkaitan dengan tujuan keakuratan
(ketelitian), penggolongan, dan nilai bisa direalisasi.
Faktor lain yang menambah risiko inheren untuk instrumen keuangan
adalah kompleksitas standar akuntansi yang relevan. Sebagian besar instrumen
keuangan dinilai berdasarkan taksiran nilai wajar (fair value estimates). Standar
akuntansi membedakan estimasi nilai wajar level satu (bisa diobservasi, misalnya
“quoted”, harga di pasar aktif untuk aset dan utang), dan estimasi level dua atau
level tiga. Estimasi level dua menggunakan input yang bisa diobservasi (langsung
atau tidak langsung) yang bukan quoted price, seperti misalnya harga untuk aset
atau utang yang serupa, sedangkan estimasi level tiga menggunakan input yang
tidak bisa diobservasi seperti misalnya pricing model atau aliran kas diskonto
(discounted cash flow).
Menilai Risiko Pengendaliam (Tahap I)
Auditor harus memehamai efektivitas perancangan dan pengoperasian
pengendalianinternal menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai
wajar dan pengungkapan aktivitas investasi. Yang terpenting adalah bahwa
manajemen memiliki:
1) Strategi investasi dan pemahaman tentang tingkat berbagai risiko
2) Prosedur yang diterapkan un tuk menggolongkan instrumen keuangan
sebagai untuk diperdagangkan (trading), tersedia untuk dijual, atau
disimpan hingga jatuh tempo
3) Prosedur-prosedur yang diterapkan untuk menginisiasi, mencatat
transaksi
4) Pengendalian internal yang kuat dalam mengestimasi nilai pasar,
seperti misalnya personil yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam menilai estimasi level dua dan level tiga

Auditor seringkali mengandalkan pada pengendalian internal organisasi


jasa apabila auditor yang mengaudit perusahaan jasa menerbitkan laporan tentang
pengendalian internal perusahaan jasa tersebut. Bila tidak demikian, auditor perlu
mencari bantuan dari spesialis/pakar atau mengandalkan pada spesialis yang
dimiliki kantor akuntan untuk memahami sistem informasi yang relevan.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi (Tahap II)
Pengujian transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrumen
keuangan meliputi pengujian pembelian dan penjualan sekuritas serta derivative
atau penyelesaian transaksi hedging atau lindung nilai, keuntungan atau kerugian
yang terkait, serta bunga dan pendapatan dividen. Auditor biasanya
mengandalkan pada laporan (pemberitahuan dari pialang krpada klien yang rinci
tentang pembelian dan penjualan) dari manajer investasi untuk menguji pembelian
dan penjualan sepanjang pengendalian dipandang efektif, menelusur pembayaran
atau hasil yang diperoleh ke catatan pengeluaran kas dan penerimaan kas, dan
juga memeriksa ketelitian perhitungan laba atau rugi.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir
tahun instrumen keuangan karena saldo- saldo tersebut bisa berfluktuasi dari
tahun ke tahun, dan tidak selalu berkaitan dengan akun yang lain. Namun
demikian, prosedur analitis bisa digunakan untuk menguji kewajaran pendapatan
bunga deviden. Auditor juga bisa membandingkan persentase relatif investasi
pada ketiga kategori nilai wajar (level satu, dua, atau tiga) dari tahun ke tahun
untuk menilai peerubahan dalam strategi investasi atau risiko portfolio.
Merancang Pengujian Rinci Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)
Titik tolak pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan daerah
mendapatkan skedul aktivitas investasi dalam tahun berjalan. Daftar aktivitas
investasi meliputi saldo awal, pembelian dan penjualan instrumen keuangan
termasuk laba atau rugi, dan saldo akhir yang dicatat pada nilai wajar pasar atau
nilai lain sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Tujuan terpenting audit saldo dan pengujian rinci saldo atas instrumen
keuangan yang lazim dilakukan auditor adalah keberadaan, keakuratan, nilai bisa
direalisasi untuk investasi dalam sekuritas, sedangkan kelengkapan juga penting
untuk instrumen keuangan derivatif. Tujuan penyajian dan pengungkapan juga
sangat penting karena banyaknya persyaratan pengungkapan berkaitan dengan
estimasi nilai wajar. Konfirmasi memberi keyakinan tentang keberadaan,
kelengkapan, dan keakuratan. Ini penting untuk secara serempak memeriksa saldo
kas, setara kas, dan instrumen keuangan untuk memastikan bahwa manajemen
tidak berusaha menutupi kekurangan kas dengan cara mencatat ganda (double
counting) kas. Pengujian yang lebih luas berkaitan dengan kelengkapan
diperlukan untuk instrumen keuangan derivatif yang ada, seperti misalnya
memeriksa kontrak dan juga membaca notulen rapat dewan komisaris berkaitan
dengan aktivitas hedging dan investasi.
Pengujian berkaitan dengan nilai bisa direalisasi bisa berbeda-beda
tergantung pada jenis sekuritas dan standar akuntansi yang berlaku. Standar
akuntansi bisa mensyaratkan bahwa instrumen keuangan dicatat atas dasar biaya
perolehan (cost), nilai wajar, atau berdasarkan hasil keuangan di tempat
penanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA).


Yogyakarta: STIE YKPN.
Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan
Jasa. Assurance Pendekatan Terintegrasi. Jilid 2. Edisi Lima Belas-Jakarta.
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai