Anda di halaman 1dari 45

WARNA DALAM AL-QUR’AN

(Studi Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna


menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm dan Tafsir
al-Mishbah)

Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M. Ag) Dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh:
Sonif Mahfud
NIM. 215410647

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/1439 H

i
WARNA DALAM AL-QUR’AN
(Studi Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna
menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm dan Tafsir
al-Mishbah)

Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M. Ag) Dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh:
Sonif Mahfud
NIM. 215410647

Pembimbing:
H. Edward Maofur, Ph. D
H. M. Ziyad Ulhaq, Ph. D

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/1439 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Warna Dalam Al-Qur‟an (Studi Komparatif Penafsiran


Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-
Qur’ân Al-Karîm dan Tafsir al-Mishbah)” oleh Sonif Mahfud dengan NIM
215410647 telah diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta pada tanggal 18 Februari 2019. Tesis tersebut
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama
(M. Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Dr. M. Azizan Fitriana, MA. (………………………..)


Ketua Sidang

Dr. H. Ahmad Syukron, MA. (………………………..)


Penguji I

Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D. (…………………..……)


Penguji II

H. Edward Maofur, Ph. D. (………………………..)


Pembimbing/Promotor I

H. M. Ziyad Ulhaq, Ph. D. (………………………..)


Pembimbing/Promotor II

Dr. H. Ahmad Syukron, MA. (………………………..)


Sekertaris Sidang

iii
PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sonif Mahfud


NIM : 21541064
Tempat/ Tgl Lahir : Banyumas, 12 Februari 1977

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Warna dalam Al-Qur‟an,


(Studi Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat isyarat tentang Warna
menurut Tafsir Al-Jawhir Fii Tafsir Al-Qur’an Al-Kariim dan Tafsir
Al-Mishbah)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan didalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 21 Desember 2018

Sonif Mahfud

iv
َ
ًِ ‫ِمۡسِب ٱّللِ ٱ َلرِنَٰمۡح ٱ َلرحِي‬

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, ungkapan syukur yang mendalam penulis haturkan


kepada Dzat (yang maha pemberi segala Rahmat, Taufiq, Hidayah dan
Inayah, Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat
salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, para
keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan dengan bantuan,


motivasi dan do‟a dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung, moril maupun materil, perorangan maupun institusi. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan kuliahnya dalam
mentransfer ilmu baik secara langsung maupun tidak langsung,
semoga Allah SWT meridhoinya.
2. Bapak Dr. KH. Muhammad Azizan Fitriana, MA, direktur program
pasca sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang telah
memberikan motivasi selama perkuliahan khususnya dalam penulisan
tesis ini. Semoga Allah meridhoinya.
3. Ibu Dr. Hj. Nadjematul faizah, MA, wakil rektor II Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta semoga Allah meridhoinya.
4. Dr. H. Ahmad Syukran, MA. Selaku ketua program Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir, semoga Allah meridhoinya.
5. H. Edward Maofur Ph. D dan H. Muhamad Ziyad Ulhaq Ph. D,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dan rela meluangkan waktunya untuk membimbing
dan mengoreksi, serta memberi motivasi kepada penulis hingga
menyelesaikan tesis ini.
6. Segenap bapak dan ibu dosen pasca sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
penulis menyelesaikan tesis ini.
v
7. Seluruh staf akademik, tenaga administrasi dan karyawan
dilingkungan pasca sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
8. Al‟Alim al-„Allamah al-„Arif billah Sayyiduna Syekhul Kabir Habib
Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim yang telah
mendidik penulis untuk mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW
dan Umi Waheeda, S. Psi., M.Si beserta Ahlul Bait yang telah
mendidik, mengajarkan kami arti kehidupan yang nyata, semoga
beliau selalu dalam naungan dan kasih sayang Allah SWT, amin.
9. Ayahanda Bpk Kostolani bin Kyai Turmudzi tercinta dan Ibunda ibu
Siti Waqi‟ah binti Muhammad Syafi‟i yang telah membesarkan,
mendidik, jasmani dan rohani, mengajar kami arti kehidupan yang
nyata, semoga beliau selalu dalam naungan kasih sayang Allah SWT.
amin,dan kakak dan adik-adiku semua.
10. Ayahanda Bpk H. Abdul Hakim dan Ibunda Hj. Nur Khatijah yang
selalu mengajarkan arti pengorbanan, arti kesabaran dan arti sebuah
keikhlasan semoga Rahmat kasih sayang Allah SWT selalu
menaunginya amin
11. Istriku tersayang Miratul Chasanah S. Pd. I dan anak-anaku Nur
Hidayati, Abid Najmuddin dan Hubbullah Naja yang telah
menghibur, membantu dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan tesis ini. Semoga kalian semua menjadi hamba yang
selalu diridhoi Allah SWT.
12. Sahabat-sahabatku seperjuangan di IIQ Jakarta, terutama yang
tergabung dalam kelas ilmu Al-Qur‟an dan tafsir. Semoga Allah
memberikan yang terbaik bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.
13. Pada semua pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan dan
doa-doanya yang tak kenal lelah, semoga Allah meridhoinya.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan para praktisi Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir. Harapan penulis adalah kritik dan saran atau tulisan ini
akan diterima dengan lapang dada untuk menyempurnakannya,
semoga bermanfaat. Amin

Jakarta, 21 Desember 2018

vi
PEDOMAN TRANSELITERASI

ARAB-INDONESIA

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjad yang satu ke


abjad yang lain. Dalam penyusunan tesis di Institut Ilmu Al Quran (IIQ)
Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

‫ا‬ A ‫ط‬ T

‫ة‬ B ‫ظ‬ Zh

‫ث‬ T ‫ع‬ „

‫ث‬ Ts ‫غ‬ Gh

‫ج‬ J ‫ف‬ F

‫ح‬ H ‫ق‬ Q

‫خ‬ Kh ‫ك‬ K

‫د‬ D ‫ل‬ L

‫ذ‬ Dz ‫و‬ M

‫ز‬ R ‫ن‬ N

‫ش‬ Z ‫و‬ W

‫س‬ S ‫ه‬ H

‫ش‬ Sy ‫ء‬ „

‫ص‬ Sh ‫ي‬ Y

vii
‫ض‬ Dh

2. Vokal

Harakat Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah A ‫ا‬:a ْ‫ي‬


ْ -... : ai

Kasrah I ‫ي‬:i ْ‫ ْو‬-... : au

Dhammah U ‫و‬:u

3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam )‫ (ال‬Qamariyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh :
‫انبقسة‬ : al-Baqarah ‫انمدينت‬ : al-Madinah

b. Kata sandang yang diikuti alif lam )‫ (ال‬Syamsiyyah ditransliterasikan


dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh :
‫ انسجم‬: ar-Rajul ‫انسيدة‬ : as-Sayyidah
‫ انشمس‬: asy-Syamsu ‫اندّازمى‬ : ad-Darimi

c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab digunakan
lambang ) ّّ). Sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid .
aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh :
ْ ْ‫ أ َمنّبْبِب‬: Amanna billahi
ِ‫لل‬
ْ‫سفَ َهبء‬ ُّ ‫أ َمهَ ْان‬ : Amana as-Sufaha’u
َْ‫ ا َِّنْانّ ِريْه‬: Inna al-ladzina
‫انسك َِْع‬
ُّ ‫ َو‬: Wa ar-Rukka’i

viii
d. Ta Marbutah )‫(ة‬
Ta Marbutah )‫ (ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (naat), maka huruf tersebut dialih aksarakan sebagai huruf “h”.
Contoh :
‫ األ َ ْفئِدَة‬: al-Af’idah ‫ْالميَّت‬
ِ ‫تْاْلس‬ ِ ‫ ْان َج‬:
ِ ْ َ‫بمع‬ al-Jami’ah al-
Islamiyyah
Sedangkan ta marbutah )‫ (ة‬yang diikutiatau disambungkan (diwashal)
dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”.
Contoh :
‫بصبَت‬ ِ َّ‫بمهَتٌْانن‬
ِ ‫ع‬َ : Amilatun Nashibati. ْ ‫ْاأليَت‬
‫ْانكب َْسى‬ : al-Ayat
al-Kubra

e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan, maka erblaku ketentuan ejaan yang
disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Ketentuan yang berlaku di EYD berlaku pula dalam aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya.
Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka
huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh : ‘Ali Hasan al-‘Aridh, al-Asqalani, al-Farmawi,
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata al-Qur‟an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital, contoh : Al-Qur‟an, al-
Baqarah, al-Fatihah, dan seterusnya.

ix
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.........................................................................................iii
Pernyataan Penulis .......................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................. v
Pedoman Translitasi ...................................................................................... vii
Dafar Isi ........................................................................................................... x
Abstrak ..........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Permasalahan........................................................................................... 12
1. Identifikasi Masalah ......................................................................... 12
2. Pembatasan Masalah ........................................................................ 12
3. Perumusan Masalah ......................................................................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 13
1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 13
2. Manfaat enelitian.............................................................................. 13
D. Kajian Pustaka ......................................................................................... 14
E. Metodologi Penelitian ............................................................................. 16
1. Jenis Penelitian ................................................................................. 16
2. Sumber dan Data Penelitian ............................................................. 16
3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 17
4. Metode Analisis Data ....................................................................... 17
F. Validitas Data .......................................................................................... 18
G. Langkah Penelitian .................................................................................. 18
H. Teknik Penulisan dan Sistematika Penulisan .......................................... 18
1. Teknik Penulisan ............................................................................... 18
2. Sistematika Penulisan........................................................................ 19

x
BAB II Warna Menurut Al-Qur’an dan Sains.......................................... 20

A. Warna menurut Al-Qur‟an ...................................................................... 20


1. Isyarat Warna Kuning dalam Al-Qur‟an .......................................... 21
2. Isyarat Warna Putih dalam Al-Qur‟an ............................................. 26
3. Isyarat Warna Hitam dalam Al-Qur‟an ............................................ 33
4. Isyarat Warna Hijau dalam Al-Qur‟an ............................................. 36
5. Isyarat Warna Biru dalam Al-Qur‟an............................................... 42
6. Isyarat Warna Merah dalam Al-Qur‟an ........................................... 43
B. Warna Menurut Sains..............................................................................44
1. Makna Warna .......................................................................................... 44
2. Teori Warna ..................................................................................... 46
3. Pembagian Warna ............................................................................ 58
4. Psikologi Warna .............................................................................. 62
5. Manfaat Warna ................................................................................. 64

BAB III Profil Tafsir Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm Dan


Tafsir al-Misbah ........................................................................................... 73

1. Profil Tafsir Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm ........................ 73


A. Biografi Thanthawi Jauhari .............................................................. 73
1) Nama Tempat dan tanggal lahir ................................................. 74
2) Latar belakang pendidikan Thanthawi al-Jauhari. ....................75
3) Karya- karya Thanthawi Jauhari.......... .....................................76
B. Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm ....... ............................76
1) Latar Belakang Penulisan. ..........................................................77
2) Corak Tafsîr Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm.. .. .............79
3) Metode dan Karakteristik Tafsir Thanthawi al-Jauhari. . ...........81
4) Contoh Penafsiran Thanthawi al-Jauhari. .. ...............................83
2. Profil Tafsir al-Misbah ............ .....................................................................84

xi
A. Biografi Quraish Shihab................................................................... 84
1) Latar Belakang Pendidikan Quraish Shihab .............................. 85
2) Karya–karya Quraish Shihab ..................................................... 87
B. Tafsir al-Misbah .............................................................................. 87
1) Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Misbah ............................... 87
2) Corak dan Karakteristik Tafsir al-Misbah ................................. 90
3) Metode Penulisan Tafsir Al-Misbah .. ........................................90
4) Contoh penafsiran Quraish Shihab ................................................ 92
Bab IV Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna dalam Al-Qur’an dan
Perbandingannya antara Thanthawi Jauhari
Dan Quraish Shihab ... ..................................................................................94
A. Ayat-ayat Isyarat tentang Warna menurut Thanthawi Jauhari
dan Quraish Shihab .......................................................................... .......94
B. Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Ayat-ayat Isyarat
tentang Warna menurut Thanthawi Jauhari dan Qurais Shihab...........136

Bab V penutup............................................................................................151

A. Kesimpulan........ ..... ..............................................................................151


B. Saran-saran ..... .......................................................................................153

Daftar Pustaka...................................................................................................154

xii
ABSTRAK

“WARNA DALAM AL-QUR‟AN (Studi Komparatif Penafsiran Ayat-


Ayat Tentang Warna Dalam Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
dan Tafsir al-Mishbah)”
Penelitian ini menggunakan tiga metodologi, yang pertama metode
deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan ayat-ayat isyarat tentang
warna dalam Al-Qur‟an. Kedua metode analitis digunakan untuk
menganalisa ayat-ayat isyarat tentang warna dalam penafsiran Thanthawi
Jauhari dan Quraish Shihab, dan yang ketiga metode komparatif yang
digunakan untuk membandingkan ayat-ayat isyarat tentang warna antara
Thanthawi Jauhari dan Quraish Shihab.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Skripsi yang berjudul
“Simbolisasi Warna Dalam Al-Qur‟an” karya Hamdan Hidayat. Dalam hal
ini penulis sudah sepakat dengan peneliti sebelumnya untuk meneliti ayat-
ayat tentang warna dalam Al-Qur‟an yang lebih mendalam lagi, karena itu
penulis mencoba mengkaji dari sumber yang lebih mendukung kajian
penelitian penulis melalui “Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
dan Tafsir Al-Misbah.”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam Al-Qur‟an terdapat
dua penyebutan istilah warna, yaitu kata laun (bentuk tunggal) yang terdapat
dalam satu ayat, dan kata alwân (bentuk jamak) sebanyak enam kata dalam
enam ayat. Adapun Jenis warna dalam Al-Qur‟an sebanyak enam yaitu:
kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah yang terdapat dalam 30 ayat
dengan jumlah redaksi sebanyak 21 dalam bentuk yang sama dan berbeda.
Yang kedua ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an secara umum
menitik beratkan pada sesuatu yang melambangkan sebuah objek tertentu dan
sebagai perumpamaan untuk menjelaskan keadaan objek tertentu. Thanthawi
Jauhari lebih banyak memaparkan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-
Qur‟an, apabila konteks ayat tersebut mengungkap tentang tanda-tanda
kekuasaan-Nya, sedangkan Quraish Shihab memaparkan ayat-ayat tersebut
lebih singkat, padat dan jelas.

xiii
Abstract

“The Color in The Holy Al-Qur‟an (Comparative Study of The Color‟s


Verses in The Holy Al-Qur‟an from Jawahir in Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim
Interpretation and Al-Misbah Interpretation).

This study was continued to early studied about Symbolization of Color


in The Holy Al-Qur‟an the works of Hamdan Hidayat. The researshes agreed
him to deep understanding the color‟s verses in The Holy Al-Qur‟an with
trying to get the source from Tafsir Jawahir fi Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim and
Tafsir al-Misbah to supported this Study.

This study used three methodelogies, firstly is descriptive methodology


to descript the color‟s verses in The holy Al-Qur‟an. Secondly is analityc
metodhology to analize the color‟s verses from Thanthawi Jauhari and
Quraish Shihab interpretation. Thirdly is comparative methodology to
compare between Thanthawi Jauhari and Quraish Shihab.

The conclution of this study. That (1) in the Holy Al-Qur‟an there are
two names for color. Laun (singular verb) in one verse and Alwan (plural
verb) six times in six verses. There are variates of color. Yellow, white,
black, green, blue and red in 30 verses with 21 redaction in the same form
and differences. (2) the concept of color‟s verses had symbolized the
situation of certainly object. Thanthawi Jauahri more explain the color‟s
verses to revealed signs of power of Allah SWT while Quraish Shihab
explain that verses shorten solid and clearly.

xiv
‫ْ ْ‬ ‫َ َ‬
‫ُميخ ُص الَح ِ‬
‫د‬
‫ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫" ْالَل ْ َٔان ْ ُ ْ‬
‫ف تفسي اىل ْرأ ِن‬
‫ْ َْ‬ ‫س ْي َ َ‬ ‫ْ َْ‬ ‫ارَُ ُث َخ َْ ا َيَ ِ ْ ْ َ‬ ‫اس ُث ال ْ ٍُ َل َ‬ ‫ل َر َ‬ ‫َ‬
‫أن (ا ّ ِ‬
‫الٔاِْر ِ‬ ‫ان ِف الف ِ ِ‬ ‫ات اللٔ ِ‬ ‫ف اىلر ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ال ْف ْ‬ ‫ْ َ ْ‬
‫أن‪ .‬ذاجِ ًيا‬ ‫الصفِيثِ لِ َصٔير الل َٔان ْ ْ‬
‫ف اىلر ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ال َراسث اول طريلث ّ‬
‫ِ‬ ‫ي ال ٍِصتاح)"‪.‬ا ِسخع ٍَيج ْ ِذه ِ ِ‬ ‫س ِ‬ ‫اىه ِري ًِ َو َ ِ‬
‫َ‬
‫َ ْ َ ً َ َْ ُ ُ َ ََ‬
‫ارُ ِث‬ ‫الا ط ِريلث الٍل‬ ‫ي َو ك َريش ِصٓاب‪ .‬ذ ِ‬
‫ُ ْ‬ ‫ي َج ْٔ َْر ْ‬ ‫س ْي َطِْ َطاو ْ‬ ‫ِ‬
‫ْ َْ‬
‫ف‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫ان‬ ‫حي ِيْو ْالل ْ َ‬
‫ٔ‬ ‫ل ْ‬‫حي ِيْي ِ َيثِ َ‬ ‫َطريْ َل ُث َ‬
‫ال ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ي َج ْٔ َْرى َوكُ َري ْش ص َٓاب‪ْ.‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ِ ْ َْ َ ْ َ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ان بي طِطاوِ‬ ‫لِ ف ِري ِق ف ِهرة اللٔ ِ‬
‫َ َ َ‬
‫ََ‬
‫أن‪َ ,‬واتف َق‬ ‫ر‬
‫ْ ُ‬
‫اىل ْ‬ ‫ف‬ ‫ان‬ ‫ارةُ ْالل ْ َ‬
‫ٔ‬ ‫ٔع ا ِص‬
‫ّ َ َ ُ َ ْ َ َ ًَْ َ َ َْ َ ْ‬
‫ج ال ٍَ ْٔ ُط ِ‬ ‫لراسث خَ دِراسثِ حدا ِْدايث ت‬
‫ََ َ َ ْ َ‬
‫ج ْ ِذه ِ ا ِ‬ ‫حٔصي‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ُ‬
‫الٍ َسا ِع ِد َح ْع ِن‬
‫أخ ِذ ُ‬ ‫َ َ‬
‫ب َع َِ الٍ‬ ‫د اىكح ِ ُ‬ ‫َ‬
‫ان لةُ َد لِ َفل ِٓ َٓا‪ .‬ف ِلال ِم ب‬ ‫َ َ َ َ َ‬
‫اىكح ِب ة ِِّ ة ِأن دِراسثاللٔ ِ‬
‫َ َ ْ ْ َ ْ ْ ُْ َْ ْ َ ْ َ َْ ْ ْ‬ ‫ْ‬
‫يال ٍِ ْص َت ِ‬
‫اح‪.‬‬ ‫س ِ‬
‫ي اىلرأ ِن اىهرِي ًِ والف ِ‬‫س ِ‬
‫سيِالٔاِْر ِف تف ِ‬ ‫الَف ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َْ ُ َ ََ ً َ َ ُْ ْ َ ََ ََْ َ َ َْ‬
‫ان‬ ‫ف أيَ ٍث َوا ِ َ َ ْ ْ َ‬ ‫تنِيْب ْالفْ َرادِ) ِ ْ‬ ‫َ‬
‫الي ْٔ ُن (ة َ ْ‬
‫حد ٍة واللٔ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ي‪:‬‬
‫ومرجٓا اول ة ِأن اىلرأن دل إ ِلِا ك ٍِخ ِ‬
‫ض‪ ,‬ا َ ْز َر ُق‪َ ,‬وا َ ْ َ‬ ‫خ َ ُ‬ ‫َ ْ ُ ُ ٌَ َ ْ َ ُ ََْ ُ َ ْ َ ُ َ ْ‬ ‫َ ََ‬ ‫ََ َ‬ ‫تنِيْب ْ َ ْ‬ ‫(ة َ ْ‬
‫ح ُر‪.‬‬ ‫جنسّ ِسخث‪ :‬اصفر‪ ,‬ابيض‪ ,‬اسٔد‪ ,‬ا‬ ‫الٍعِ ) ِسخث م َر ٍ‬
‫ات ف ِسخثِ أيا ٍت و ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َ‬
‫ان ح َص َٔ ُرعَ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ان َوف ِه َرة ايَ ِ‬
‫َ‬ ‫ً‬
‫ِي ايَث بإح َدى َو ِع ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ف ذالث َ‬ ‫شون ِ ْ‬ ‫َحِْت ِ ُ‬
‫ات اللٔ ِ‬ ‫شيَ صٔرة سٔا ِسيث اومخي ِفث ال ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ ِِ‬
‫ّ َ ُ ُْ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َْ َ ْ َ ْ َ َ‬
‫ي يَ ُدل خ َْ ص َعان ِ ِراّللِ َوا ٌَا ك َريش‬ ‫اّل ْ‬
‫ان ِ‬ ‫بد طِطاوِي جْٔ ِرى ة ِأكثالا ِل ع َِ اللٔ ِ‬ ‫الخ ِٓا‪ِ ,‬‬ ‫الصياء وح ِ‬
‫ْ‬
‫خ ِص ْ َ َ‬ ‫َ ْ َ َُ َ ْ‬
‫يوالَي ِ‬
‫ان‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫برّ ة ِال‬ ‫ِصٓاب ِ‬

‫‪xv‬‬
BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang Masalah


Sumber utama dari segala ilmu pengetahuan tentang keislaman dan
pengetahuan umum (sains) tidak terlepas dari Al-Qur„an Al-Karim. Siapapun
yang membaca, menghayati, dan mengamalkannya tidak akan pernah celaka
dan tersesat dari jalan yang benar, karena kedudukannya sebagai petunjuk
dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia hingga hari akhir nanti. Al-
Qur„an menjadi pembimbing orang-orang yang ingin mengikuti aturannya,
dan begitu juga sebaliknya bagi orang-orang yang tidak ingin mengikuti
ajarannya pasti akan tersesat dan tidak tahu tujuan hidup yang sebenarnya,
yang pada akhirnya ia menempuh perjalanan hidup dengan kekacauan dan
kebingungan.1 Peran Al-Qur‟an bagi umat manusia, khususnya umat Islam
adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana
firman-Nya;
ۡ ٗ ۡ
َ َ‫بَفِي ِۛىَِيدىَم ِنم َّخقِني‬
َۛ ‫ذَٰل ِكََٱمكِتَٰبَََلَر ۡي‬

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah[2]: 2)

Al-Qur‟an juga merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah


SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk dijadikan sebagai hudan,
bayyinah, dan furqan oleh umat manusia dalam setiap aspek kehidupannya.
Ia memiliki kedudukan yang sangat sentral dalam setiap sendi kehidupan,
dan selalu relevan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
juga teknologi di masa kini maupun mendatang (sholihun li kulli zaman wal
makan)2.
Kandungan isi Al-Qur`an bukan hanya mencakup tentang „ubudiah,
„amaliah saja, tetapi tentang ilmu juga banyak termaktub dalam ayat-ayat
suci Al-Qur`an, baik mengenai istilah yang menunjuk kata ilmu, objek-objek

1
Aid bin Abdullah Al-Qarni, „Ala Ma‟idati al-Qur‟an, (Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2004), cet. 1, h. 15.
2
Ali Akbar, Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran JURNAL USHULUDDIN, Vol.
23, No. 1, Juni 2015, hal. 31.

1
2

yang menjadi kajian ilmu, bagaimana cara memperoleh ilmu, atau bagaimana
pemanfaatan dan pengembangan ilmu3.
Masuknya pengaruh pemikiran para ilmuwan dan filsuf Yunani sejak
masa Dinasti Abbasiyah memunculkan nuansa baru dalam upaya penafsiran
terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an. Para mufassir mencoba melakukan penafsiran
dengan pendekatakan filsafat. Mereka juga berusaha menggali berbagai ilmu
pengetahuan dari Al-Qur‟an terutama ketika harus menafsirkan ayat-ayat
yang berhubungan dengan alam (kauniyyah). Banyak di antara para ulama
dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah berusaha membekali dirinya dengan
teori-teori ilmiah yang sudah ada.4
Hubungan ilmu pengetahuan dan sains dapat berjalan secara
harmonis, ketika periode pertengahan yaitu, abad kelima sampai dengan
sepuluh masehi, yaitu periode dimana Eropa sedang mengalami masa
kegelapan, sementara umat Islam sedang mengalami masa puncak keemasan
di zaman dinasti Abbasiyah yang ditandai muncul ilmuwan-ilmuwan muslim
ternama seperti Ibnu Haitsam,5 dan para ilmuwan yang lahir pada masa
keemasan Islam, mereka memiliki background sebagai ahli agama, filsafat
sekaligus saintis. Dari sini pula mulai muncul penafsiran Al-Qur‟an berbasis
sains atau yang disebut juga dengan at-Tafsir al-„Ilmi. Keberadaan Tafsir al-
„Ilmi sejalan dengan perkembangannya telah membuka wawasan baru bagi
cara berpikir umat Islam dan menentukan sikap mereka dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan yang cendrung selalu maju.
Menurut istilah pengertian at-Tafsir al-„ilmi dapat kita pahami dari
beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tafsir. Muhammad Husayn
adz-Dzahaby dalam kitabnya, At-Tafsir wa al-Mufassirûn, misalnya
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan at-Tafsir al-„ilmi adalah
penafsiran yang dilakukan untuk menentukan istilah-istilah keilmuan dalam
ayat-ayat Al-Qur‟an dan berijtihad guna memunculkan beberapa ilmu dan
pandangan filsafat dari ayat-ayat tersebut,6 sedangkan Abd al-Majid as-Salam
al-Muhtasib dalam kitabnya, Ittijâhat at-Tafsir fi al-„Ashr al-Hadîts,
mengatakan bahwa at-Tafsîr al-„ilmiy adalah penafsiran yang dimaksudkan
oleh para mufassirnya untuk mencari adanya kesesuaian ungkapan-ungkapan
dalam ayat-ayat Al-Qur‟an terhadap teori-teori ilmiah (penemuan ilmiah) dan

3
Khusnul Khotimah, Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur‟an,
Epistemé, Volume 9, Nomor 1, Juni 2014, hal. 70.
4
Khusnul Khotimah, Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur‟an,
Episteme, Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014, hal. 46-47
5
Ia bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Al-Hasan bin al-Haitsam al-Bashri al-
Misri atau dikenal dengan nama latin al-Hazen. M. Ishom el-Saha, 55 Ilmuan Muslim
Terkemuka, (Tangerang: Darul Ilmi, 2008), h. 43
6
Muhammad Husein adz-Dzahabi. al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo : Maktabah
Wahbah 1409 H), h. 474
3

berusaha keras untuk menggali berbagai masalah keilmuan dan pemikiran-


pemikiran filsafat.7
Menurut Fahd al-Rumi "tafsir ilmi" yaitu: Ijtihad seorang mufassir
dalam menemukan hubungan antara ayat-ayat kauniyah (kosmos) Al-Quran
dengan penemuan ilmu-ilmu eksperimen yang bertujuan untuk
mengungkapkan kemukjizatan Al-Quran sebagai sumber ilmu yang sesuai
dan sejalan di setiap waktu dan tempat.8
Dalam pandangan mereka, Al-Qur‟an mengajak umat Islam untuk
melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, memerdekakan akal dari
belenggu keraguan, merdeka dalam berpikir (menggunakan akal) dan
mendorong untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena (gejala) alam.
Al-Qur‟an mendorong umat manusia untuk mengamati ayat-ayat kauniyyah
dan memperhatikan kandungan maknanya yang menjelaskan proses
keilmiahan itu tercipta.9
Di dalam Al-Qur‟an terdapat lebih kurang 750 ayat-ayat kauniyyah.10
Ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur‟an menginspirasi para ilmuan untuk
mengkaji dan meneliti fenomena alam yang begitu banyak dan
mengagumkan. Para ilmuan mengkaji dan meneliti fenomena alam salah
satunya dengan menggunakan kekuatan akalnya. Anugerah akal bagi
manusia merupakan kekuatan terbesar untuk memahami mekanisme kerja
alam semesta dan kemudian dipergunakan untuk merekonstruksi asal muasal
alam semesta, planet dan sistem tatasurya. Akal manusia juga dipergunakan
untuk memahami dan menginterpretasi fakta-fakta kauniyah dan juga ayat-
ayat Qur‟aniyah.
Keberadaan akal menjadi kunci untuk memahami posisi alam semesta
bagi kehidupan manusia sendiri, juga menjadi jalan unuk mengenal Allah
SWT sebagai pencipta dirinya dan juga sebagai pencipta alam semesta.11
Sebagaimana firman-Nya:
ۡ ۡ َّ ۡ ۡ َّ ۡ ۡ َّ َ‫نَِفَخ ۡنق‬َّ
َ‫يَِفَٱۡل ۡح ِر‬
ِ ِ‫ر‬ ‫َت‬ ََ
‫ت‬ ِ ‫ٱم‬ َ َ
‫ك‬ِ ‫ن‬ ‫ف‬ ‫ٱم‬‫و‬
َ َِ َ
‫ار‬ ًَّ‫لَوَٱنل‬
َِ
ۡ
‫ٱَّل‬ ََ
‫ف‬ ِ َٰ ‫ل‬ِ ‫خ‬‫ٱخ‬ ‫و‬
َ ََ
‫ۡرض‬ ِ ‫ٱۡل‬ َِ َٰ ‫ٱلسمَٰن‬
َ‫تَو‬ ِ ِ َ ِ‫إ‬
َّ ۡ ٓ َّ ٓ َّ َّ ٓ
َ‫ِنَماءَٖفأ ۡحياَةِىَِٱۡلۡرضََب ۡعدَم ٌۡح ًِاَوبد‬ ‫ٱلسما َِءَم‬ َ َ‫َةِماَيوفعَٱنلَّاسََوماَأهزل‬
َ‫ٱّللَمِن‬

7
Abd al-Majid Abd al-Salam al-Muhtasib, Ittijahat al-Tafsir fi al-„Ashr al-Hadîts
Jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1973), h. 247.
8
Al-Rûmi, Ittijâhât al-Tafsîr fi al-Qarn al-Râbi' 'Asyar, (Beirut: Dar al-Fikri, tt), h.
549.
9
Ahmad Hanafi, Al-Tafsir al-„Ilmiy li al-Ayat al-Kauniyyat fi al-Qur‟an, (Beirut:
t.p., t.t.), Cet, Ke-2, h. 6
10
Imron Rossidy, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-Qur‟an,
(Malang: UIN Malang Press, 2008), 39
11
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Badan Litbang Kemenag dan LIPI, Penciptaan
Jagad Raya dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an,
2010), Cet. 1, h. xxi
4
ۡ ٓ َّ ۡ َّ ۡ َّ َ‫يفَٱلريَٰحََِو‬ ۡ َّ
ٖ َٰ ‫ۡرضَٓأَلي‬
َ‫ج‬ َ ِ ‫ٱلسما َءَِوَٱۡل‬ َ‫ابَٱلمسخرََِبني‬
َِ ‫ٱلسح‬ ِ ِ ‫ۡص‬
ِ ‫كَدٓاةثَٖوح‬
ِ ‫فِيًاَمِن‬
١٦٤َ‫م ِق ٌۡ ٖمَي ۡعقِنٌن‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya


malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 164)

Keberadaan salah satu ayat kauniyah pada ayat di atas tersirat


pengertian bahwa manusia memiliki potensi untuk mengetahui dan
memanfaatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena alam tersebut,
seperti pergantian malam dan siang, serta proses turunnya hujan lalu akibat
yang ditimbulkan bagi bumi setelah turunnya hujan tersebut. Namun
pengetahuan dan pemanfaatan ini bukan merupakan tujuan puncak (ultimate
goal). Alam semesta dan segala isinya, beserta hukum-hukum yang
mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT serta
diatur dengan segala teliti.12
Bumi yang kita pijak adalah sarana dari Allah SWT untuk hamba-
hamba-Nya mengabdikan diri, diantaranya menjadi manusia yang bermanfaat
bagi sesama. Karena itu diciptakanlah pula keanekaragaman bentuk, jenis,
dan aneka warna-warni makhluk ciptaannya, seperti pepohonan, bunga-
bunga, buah-buahan dan berbagai aneka ragam hayati, begitu pula binatang
baik di darat maupun di laut yang tak terhitung banyaknya dengan identitas
warna yang berbeda-beda menambah ketakjuban kita akan desain seni Ilahi
yang begitu sempurna.13
Al-Qur‟an senantiasa mengajak para pembaca mampu melakukan
kerja-kerja penafsiran yang maksimal untuk menemukan pesan-pesan Allah
SWT yang bisa dijangkau baik yang tersurat maupun yang tersirat, dalam
ayat-ayat Qur‟aniyah maupun kauniyah, sehingga ia bisa menjadi pedoman
dan petunjuk. Artinya, Allah SWT selalu memberikan kesempatan kepada

12
Quraish Shihab, membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h. 132
13
M.I. Jeffries, Biodiversity and Conservation, Second Edition, (New York:
Routledge, 2006), hal. 24
5

umat manusia untuk menginterpretasi isi Al-Qur‟an sesuai dengan


kemampuannya dengan tetap berpijak pada visi dasar Al-Qur‟an sebagai
Rahmatan lil alamin.
Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan tentang berbagai hakekat
yang mengajak manusia untuk mengeksplorasi ayat-ayat Al-Qur‟an yang
berdimensi ilmiah.14 Ayat-ayat sains di dalam Al-Qur‟an mencakup ayat-ayat
Alam Semesta (kauniyah), yang membicarakan berbagai fenomena alam
yang ada, dan terjadi di jagad raya ini, 15 antara lain yang akan dikaji oleh
penulis di sini adalah tentang makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Al-Qur‟an.
Warna warni yang menghiasi mata kita dengan keindahan aneka jenis
warna bunga-bunga, buah-buahan, pepohonan yang menghampar sepanjang
mata memandang, aneka jenis binatang dengan warna warni kulit, dan bulu
yang menghiasinya baik di darat maupun di laut, Allah SWT juga
menjadikan manusia mempunyai kulit untuk melindungi badannya dari panas
dan dingin cuaca, demikian juga warna kulit manusia pun berbeda-beda, ada
yang hitam, ada yang putih, kuning, cokelat dan sebagainya.
Warna-warni yang terdapat pada tumbuhan, buah-buahan, bunga-
bunga, binatang yang hidup di daratan dan lautan menjadikan betapa indah
dan sempurnanya alam semesta dan isinya yang telah Allah SWT ciptakan.
Lebih kurang 15 abad yang lalu, Allah SWT telah mengisyaratkan aneka
warna ciptaan-Nya di dalam Al-Qur‟an, seperti warna kuning pada kata
shafra‟ (QS. Al-Baqarah[2]: 69), putih pada kata al-abyadhu (Q.S Al-
Baqarah[2]: 187), hitam pada kata al-aswad (Q.S Al-Baqarah[2]: 187), hijau
pada kata khadhira (QS. Al-An‟am[6]: 99), biru pada kata zurqa (Q.S
Thaha[20]: 102), dan merah pada kata humrun (Q.S Al-Fathir[35]: 27).
Di dalam Al-Qur‟an masih banyak lagi bentuk-bentuk redaksi ayat-ayat
isyarat tentang jenis keenam warna di atas, yang tentunya memberikan pesan
dan kesan yang berbeda-beda. Apa yang kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari berupa aneka warna dalam bentuk objek yang berbeda-bedapun akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula, baik rasa suka, senang, takut,
sedih, marah dan lain-lainnya.
Allah SWT mengisyaratkan aneka warna dalam firman-Nya tentu ada
tujuannya, di antaranya Allah SWT menginginkan agar manusia
memperhatikan segala aneka bentuk dan jenis ciptaan-Nya, yang meliputi
warna, rasa, dan aroma pada jenis tumbuhan, buah-buahan dan bunga, lalu
sifat, perilaku, perangai, warna kulit dan bulu pada manusia dan pada jenis

14
Ali Akbar, “Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran”, dalam Jurnal
Ushuluddin, vol. 23 No. 1, Juni 2015, h. 31
15
Fatimah, Ayat-ayat sains dalam Al-Qur‟an (Telaah Balaghah), Jurnal Al-Hikmah,
vol. 5, no. 2 Oktober, 2017, h. 2
6

binatang. Dalam beberapa ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang warna


pepohonan, buah-buahan Allah SWT mendahului firman-Nya dengan
menyinggung soal bagaimana Ia menurunkan hujan dan akibat setelahnya.
Tentunya adanya sebuah pertanyaan dari Allah SWT dalam mengungkap
isyarat ilmiah mengandung hikmah yang begitu besar dan agar manusia
mengamati, mempelajari dan mengkaji isyarat-syarat ilmiah yang ada di
dalamnya.
Kontribusi mufassir dalam kitab tafsirnya mempunyai peran yang
sangat penting dalam memberikan kepahaman berupa isyarat-isyarat ilmiah
dalam Al-Qur‟an khususnya tentang warna. Sebagaimana Al-Qurthubi
َٰ ‫م ۡشتت ِ ًٗا َوغ ۡۡي َمت‬...pada surat Al-An‟am ayat
menjelaskan makna kalimat ...َ ٍۗ‫شتِى‬
ke-99, dengan penyerupaan pada daun-daunnya, seperti daun buah zaitun
menyerupai daun buah delima dahannya dan semua cabangnya, tetapi pada
buah dan rasanya tidak serupa.16 As-suyuthi menyatakan bahwa kata
mutasyâbih adalah penyerupaan pada daunnya saja tetapi buahnya berbeda.17
Muhammad Zaglunnajar mengemukakan pendapatnya terkait dengan
ۡ ً ۡ‫خ‬
isyarat warna pada lafadz َۚ ‫ت َُّمخن ِفا َأمنَٰنًا‬
ٖ َٰ ‫( ثمر‬QS. Fathir[35]: 27) menurutnya
bahwa konteks isyarat ayat di atas semuanya mengungkap tentang fenomena
alam yang begitu mengesankan, bahwa perbedaan jenis buah-buahan
melambangkan perbedaan pada warnanya, sebagaimana juga perbedaan
aromanya dan rasanya. Semua itu berkaitan dengan kandungan zat-zat
didalamnya dan pembawaan sifat buah-buahan tersebut, apakah terdiri dari
unsur-unsur yang dibutuhkan untuk dimakan atau hanya terdiri dari air
saja.18 Al-Qurtubi dan Muhammad Zaglunnajar memberikan penjelasan yang
sedikit berbeda dalam mengemukakan warna-warni pada tanaman, bunga dan
buah-buahan.
Perbedaan warna pada buah-buahan (tsamarat)19 juga mempengaruhi
kandungan vitamin, gizi, dan zat-zat lainnya, seperti buah yang berwarna

16
Al-Qurthubi, al-Jami‟ li ahkâmi Al-Qur‟an, (Beirut: Al-Resalah Publishers,
2006), Juz. 8, h. 474
17
As-suyuthi, ad-Durru al-Mantsur at-Tafsir bi al-Ma‟tsur, (Mesir: Dar al-Kutub,
2003) Juz. 6, h. 159
18
Muhammad Zaglunnajar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi Al_Qur‟an Al-Karim,
(Mesir: Maktabah Asy-Syuruq ad-Dauliyah, 2008 ), uz. 3, h. 109
19
Menurut Muhammad Bin Ibrahim, (1) Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha
berwarna merah, kuning, hijau, dan lain-lain, lihat Tafsir al-Khazin, (Mesir: Dar al-Kutub,
tt), Juz. 3, h. (2) Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha, menurut Ibnu Katsir warnanya kuning, .
merah, hijau, putih, dan lain-lain. Lihat: Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-“adzim, (Jizah:
Maktabah Aulad as-Syekh liltsurat. tt), juz, Ke-11, h. 318. lihat al-Kalaby, Tafsir at-Tashil,
li „Ulumi Al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyah, 1995), juz 2, h. 216. Lihat.
Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha menurut “Abu Hayyan” warnanya sangat banyak,
bahkan ciptaan warna yang Allah SWT isyaratkan dalam Al-Qur‟an lebih luas maknanya
7

merah mengandung zat yang membantu mengurangi resiko beberapa jenis


kanker, membantu melindungi otak, jantung, hati, dan sistem kekebalan
tubuh. Buah yang berwarna merah juga mengindikasikan adanya kandungan
antosianin20 dan likopen.21 Antosianin berguna untuk mencegah infeksi dan
kanker kandung kemih, sedangkan likopen menghambat fungsi kemunduran
fisik dan mental agar tidak mudah pikun, selain itu likopen juga mencegah
bermacam-macam penyakit kanker, sedangkan warna merah pada sayuran
menandakan bahwa sayuran itu mengandung flavonoid22 yang berfungsi
sebagai anti kanker.
Buah yang berwarna merah seperti; semangka, stroberi, tomat, dan
jambu biji merah, sedangkan sayur berwarna merah adalah kol merah dan
bayam merah. Warna ungu seperti pada anggur, blackberry, raspberry dan
cranberry kaya akan antosianin pigmen pemberi warna merah ungu.
Antosianin yang berfungsi sebagai anti inflamasi23 juga mampu menurunkan
resiko alergi. Warna hijau mengandung asam alegat yang ampuh
menggempur berbagai bibit sel kanker.24
Ternyata di dalam penciptaan warna hijau pada sayur-sayuran dan
tanaman banyak terkandung manfaat yang luar biasa banyaknya,
sebagaimana telah dikemukakan di atas pada surat Al-An‟am ayat ke-99.

dari pewarnaan yang dibuat manusia bukan hanya kuning, merah, hijau, dan putih saja, atau
bahkan dari kombinasi atau campuran warna primer, sekunder, dan tertier. Lihat: Abu
Hayyan, Tafsir Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiah. 1993), juz. Ke-7, h. 296.
(4) Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha, menurut Ali ash-Shabuni “berbeda bentuk, warna
dan math‟umi, Ali ash-Shabuni, Al-Muqtathafu „uyuni at-Tafasir (Mesir: Dar al-Assalam.
1996), juz. Ke-4, h. 324. (5) lihat: At-Thibrisi, majmu‟ al-Bayan fi tafsir Al-Qur‟an, (Beirut:
Dar al-Fikri, 1994), juz. Ke-2, h. 213.
20
Antosianin adalah zat pewarna alami golongan flavonoid yang tersebar luas di
seluruh alam. Senyawa antosianin memberikan warna merah, biru, ungu pada beberapa
bunga, buah, dan sayuran dalam tanaman antosianin hampir ditemukan diseluruh bagian
tanaman, misal kulit buah, mahlota bunga,dan akar.http://atom-green-.blogspot.com.2015.
diakses pada hari sabtu 1 januari 2019.
21
Likopen adalah senyawa yang membuat tomat berwarna merahdan sebagai
antioksidan yang membantu menangkal radikal bebas di tubuh. Tetapi di sisi lain kelebihan
radikal bebas dari sisa metabolisme dapat menyebabkan kerusakan sel yang berpotensi
menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.
www.infonutrisidankesehatan.blogspot.com. Diakses sabtu 1 januari 2019.
22
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terdesar ditemukan di
alam. Senyawa ini merupakan zat pembawa warna merah, ungu, dan biru dan sebagian lagi
zat warna kuning yang ditemukan pada sebagian tumbuhan. Maryati Abd. Gofur, dkk,
Kumalaningsih, Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas, (Surabaya: 2007), h. 117
23
Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung
(sekuestrasi) baik agen pencedera atau jaringan yang cedera. www. Deherba.com/inflamasi
adalah akar-akar sebagian penyakit...html. diakses 24 Desember 2018.
24
Savitri Komarayanti, Ensiklopedia Buah-Buahan Lokal Berbasis Potensi Alam
Jember, Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 71
8

Tentunya hal ini adalah anugerah yang sangat besar bagi manusia karena
Allah SWT.
Manusia mungkin mampu melihat perkembangan tumbuhan, tetapi
mereka tidak mampu melihat proses pencampuran warna-warni pada
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan25. Allah SWT menciptakan warna-warni
pada tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, binatang ternak, juga binatang melata,
gunung-gunung, serta menciptakan warna kulit manusia berbeda-beda begitu
sempurna. Keberadaan ciptaan Allah SWT tersebut memberi pengaruh bagi
siapa saja yang melihat dan mengamatinya, tanpa kita mengetahui kapan
serta bagaimana terjadinya warna-warna itu. Keindahan panorama alam yang
penuh warna-warni, dan semua benda yang mempunyai warna tertentu, dapat
diketahui dengan indra luar luar (eksotoris).26
Keberadaan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an tidak
selalunya memberikan kesan makna yang indah dan menyenangkan tetapi
bisa memberikan kesan yang sebaliknya. Di dalam Al-Qur‟an terdapat
beberapa penyebutan isyarat warna kuning seperti pada kata shafra‟ faqi‟
yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-69. Apabila dipahami dari
redaksi kata tersebut memberikan makna warna kuning tua, akan tetapi antara
mufassir yang satu dengan yang lain tentunya mempunyai pandangan yang
berbeda-beda mengenai kesan makna dari kata tersebut. Lalu pada ayat yang
lain juga mengisyaratkan warna kuning seperti pada kata mushfarra, yang
terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat ke-51. Kata mushfarra walaupun berbeda
redaksinya dengan kata shafra‟ tetapi memiliki makna yang sama yaitu
warna kuning.27
Mata yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT yang sangat
penting, karena dengannya kita bisa melihat keindahan aneka warna alam
semesta ciptaan-Nya dengan adanya bantuan cahaya, baik cahaya matahari,
bulan dan lampu. Munculnya rasa indah ketika melihat aneka warna di
sekitar kita adalah bagian dari fitrah manusia yang Allah SWT sudah berikan
sejak manusia dilahirkan28
Keberadaan warna tidak bisa dipisahkan dengan cahaya atau (diyâ),
karena kita bisa membedakan warna warni benda di sekeliling kita dan kita

25
Asy-Sya‟rawi, Tafsir asy-Sya‟rawi, (Mesir: Dar al-Kutub, ),h. 224.
“sesungguhnya perbedaan warna pada penciptaan buah-buahan dan tumbuhan dikembalikan
maknanya kepada keaslian warna asalnya, lihat: Fahrurrazi, Tafsir Maftihu al-Ghaibi,
(Beirut. Dar al-Fikri. 1994), juz. 3, h. 22
26
Hasan Yusufian, Ahmad Husain. S, Akal dan Wahyu, (Jakarta: The Islamic
College, 2011), cet. Ke-1, hal. 11
27
Al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi ma‟âlim at-Tanzîl, (Riyadh: Dar Thayyibah, 1411
H), Juz. 6, h. 277
28
Fitrah adalah, “potensi-potensi tertentu yang ada pada diri manusia, yang
dibawanya semenjak ia dilahirkan”, Achmad Ghozali Syafii, Penulisan Huruf dan Warna
Dalam Al-Qur‟an, RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: h. 104
9

mampu mengenal benda-benda tersebut karena ada cahaya matahari atau


cahaya lampu yang menerangi benda-benda tersebut sebagaimana Allah
SWT sudah menegaskan dalam firman-Nya:
ٗ ‫ضيا ٓ ٗءَوَ ۡٱمقمرََه‬ َّ َّ
…َ‫ٌرا‬ ِ ََ‫يٌََٱَّلِيَجعلَٱلش ۡمس‬
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya”
(QS. Yunus[10]: 5)

Ayat ini memberikan informasi bahwa matahari itu bersinar sedangkan


ٓ
bulan bercahaya. Al-Quran menggunakan kata ‫ ضِ يا َٗء‬untuk matahari sehingga
ٗ ‫ ه‬untuk bulan sehingga ia
ia bermakna matahari bersinar, dan kata ‫ٌرا‬
bermakna bulan bercahaya. Hanafi Ahmad yang menulis tafsir tentang ayat-
ٓ
ayat kauniyah membuktikan bahwa Al-Qur‟an menggunakan kata ‫ضِ يا َٗء‬
dalam berbagai bentuknya untuk benda-benda yang cahayanya bersumber
dari dirinya sendiri. Al-Qur‟an menggunakan kata tersebut untuk api (QS. Al-
Baqarah:17), kilat (QS. Al-Baqarah: 20), demikian juga minyak zaitun (QS.
Al-Nur: 35).29
Perbedaan kata diyâ dengan nûr menurut salah seorang ulama
balâghah, Abu Hilâl al-'Askariy bahwa, diyâ ialah sesuatu yang memancar
dari benda yang bersinar, adapun nûr adalah sesuatu yang diperoleh
(pantulan) dari benda lainnya yang bersinar. Sinar di siang hari dikatakan
“diyâu an-nahâr” tidak dikatakan “nûr an-nahâr.”30
Tentu kita tidak bisa mengenal benda yang ada di malam hari tanpa ada
cahaya yang menyinari benda tersebut, dan begitu pula kita tidak bisa melihat
benda-benda yang beraneka macam warnanya di siang hari tanpa adanya
cahaya matahari. Hal pertama yang diperlukan untuk mengenal warna adalah
keberadaan cahaya (Light/ diyâ). Cahaya yang datang dari matahari ke bumi
harus memiliki panjang gelombang terntentu agar menghasilkan warna.
Bagian cahaya ini dikenal dengan “cahaya tampak” dibandingkan dengan
semua cahaya yang lain yang dipancarkan matahari adalah satu berbanding
(sepuluh pangkat dua puluh lima).31

29
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 6, cet. Ke-1,
h. 20
30
Abu Hilâl al-'Askariy, Al-Furuq Al-Lughawiyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyyah), h. 256
31
Harun yahya, kesempurnaan seni warna Ilahi, (Bandung: PT Syamil Cipta
Media, 2004), cet. Ke-1, h. 8
10

Sebagian besar sinar (rays)32 yang dipancarkan matahari ke seluruh


jagad raya mengandung beberapa karakteristik yang membahayakan mata.
Oleh karena itu, cahaya yang sampai ke bumi harus dalam bentuk tertentu
sehingga dapat ditangkap oleh mata dengan mudah dan tidak
membahayakannya. Untuk itu sinar ini harus melewati suatu filter raksasa.
Filter raksasa ini adalah atmosfer.33
Warna merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan. Warna yang
ada di sekitar kita, baik di alam ataupun benda-benda yang biasa kita pakai
memiliki banyak sekali macamnya. Warna dipakai hampir di seluruh aspek
kehidupan manusia. Menurut ilmuwan fisika Isac Newton, warna bersumber
dari cahaya. Dikatakan juga bahwa beberapa tokoh di Yunani Kuno pun
sempat menyinggung tentang warna. Hingga sampai pada akhirnya Isac
Newton menemukan 7 warna pelangi yang disebut dengan spektrum warna.
Newton pun diklaim sebagai penemu teori lingkaran warna pertama.34
Warna-warni yang muncul di sekeliling kita menyebabkan
penggunaannya menghasilkan kebijakan-kebijakan tertentu baik terhadap
penggunaan suatu objek ataupun pemaknaannya. Setiap manusia bahkan
binatangpun mampu memahami fenomena alam yang rutin terjadi, atau
bahkan binatangpun dengan panca indranya mampu mengenal beberapa jenis
warna hewan selainnya yang ditemuinya.35
Makhluk hidup mempunyai bahasa warna yang bekerja berdasarkan
cahaya dan sistem pengindra yang mereka miliki. warna yang berbeda
memilki arti yang berbeda pula bagi setiap makhluk hidup. Agar bisa
bertahan hidup, setiap makhluk hidup harus mengetahui bahasa warna yang
berlaku di dalam habitatnya, seperti beberapa hewan menggunakan warna
untuk melindungi diri dari musuh dengan cara berkamuflase. Hewan-hewan
yang melindungi diri dengan cara berkamuflase tentunya mengenal warna
hewan di sekelilingnya yang membahayakan maupun yang tidak
membahayakan nyawanya, karena fungsi-fungsi vital hanya dapat dikontrol
dengan memahami bahasa ini.36

32
Rays adalah sinar matahari, lihat; John M. Echols, Hasan Sadzily, Kamus Inggris
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), cet. ke-18, h. 467
33
Atmosfer adalah, 1. lapisan udara yg menyelubungi bumi sampai ketinggian 300
km terutama yang strukturnya terdiri atas campuran berbagai gas, yaitu nitrogen, oksigen,
organ, dan sejumlah kecil gas lain; 2 satuan tekanan yg besarnya sama dengan tekanan udara
pada permukaan laut (1.033 kg setiap cm2), Kamus Pussat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa, 2008), h. 103
34
Sulasmi Darmaprawira, Warna, Teori dan kretifitas Penggunannya, (Bandung:
ITB, 2002), cet, ke. 2, h. 9
35
Sulasmi Darmaprawira, Warna, Teori dan kretifitas Penggunannya, (Bandung:
ITB, 2002), cet, ke. 2, h. 13
36
Harun Yahya, Cita Rasa Seni Warna Ilahi, (Bandung: Dzikra, 2002), Cet. Ke-1,
h. 42
11

Penggunaan warna yang pada masa lalunya ditentukan oleh hal-hal


yang berkaitan dengan nilai simbolis, namun kini sepertinya lebih kepada
hal-hal yang berkaitan dengan psikologis, seperti beberapa orang suka
memakai pakaian yang berwarna biru, karena warna biru menurutnya
nyaman di hati. Di sisi lain ada juga penggunaan warna yang masih
bersinggungan dengan nilai-nilai simbolis yang masih berlaku dalam
beberapa budaya tertentu, seperti warna yang digunakan untuk membuat
wayang kulit, harus sesuai dengan tokoh dalam wayang kulit yang dibuatnya.
Kedua hal tadi tidak menghilangkan makna warna dari segi visualnya yang
masih memiliki kaidah estetika yang memukau.37
Dalam kehidupan warna-warna memegang suatu peranan penting.
Secara psikologis warna-warna bukanlah suatu gejala yang hanya dapat
diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting
dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya akan bermacam-
macam benda. Salah satu fungsi warna, secara psikologis yaitu dapat
memberikan pengaruh tertentu pada perangai kita dan penghidup jiwa kita.
Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat
mempengaruhi emosi manusia dan menggambarkan suasana hati seseorang.38
Dalam hal ini bahwa warna dapat memberikan pengaruh tertentu pada
perangai, perasaan maupun jiwa kita. Beberapa macam warna seperti abu-abu
dan hijau membuat kita lebih tenang sedangkan warna-warna lain seperti
merah dan kuning membuat kita gelisah dan aktif. Efek lainnya yang
ditimbulkan adalah warna-warna gelap terlihat lebih berat daripada warna-
warna terang dan warna gelap kepada suatu permukaan memberi kesan lebih
kecil dari warna terang pada permukaan yang sama besarnya.39
Dari beberapa hal yang sudah diuraikan tentang warna di atas melatar
belakangi penulis untuk mengkaji dan meneliti ayat-ayat isyarat tentang
warna dalam Al-Qur‟an dengan judul: “Warna Dalam Al-Qur‟an, Studi
Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat Isyarat tentang Warna dalam Tafsir
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, dan Tafsir al-Misbah.
Alasan yang mendasari penulis mengambil kajian dari kedua tafsir
tersebut, karena beberapa hal di antaranya adalah; walaupun Quraish Shihab
berbeda corak tafsirnya dengan Thanthawi Jauhari tetapi beliau menafsirkan
isyarat keilmiahan dalam Al-Qur‟an, khususnya tentang warna. bahasa dalam
mengungkap ayat-ayat isyarat tentang warna, dan perbedaan geografis dan
budaya dari kedua mufassir tersebut. Dari beberapa hal di atas penulis akan

37
Astararianty, Penafsiran warna-warna Tradisional , jurnal NIRMANA, vol. 15, no.
3 Januari 2015
38
Sulasmi Darmaprawira, Warna teori dan kreativitas penggunaannya, (Bandung:
ITB. 2002), edisi ke-2, h. 49
39
Atkinson, R.L, dkk, Pengantar Psikologi, terj, Nurdjanah Taufiq an Rukmini, (
Jakarta: Erlangga, 1999), Jilid. 1, h. 93
12

mencoba mengungkap bagaimana penafsiran kedua mufassir dalam


menjelaskan ayat-ayat tentang warna dalam Al-Qur‟an.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan identifikasi masalah di sini adalah peneliti
melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan
masalah yang akan diteliti.40 Warna merupakan bagian dari seni Ilahi yang
Allah SWT ciptakan untuk seluruh makhluk-Nya, khususnya manusia
yang mempunyai rasa dan cipta, agar dengan karunia itu manusia mampu
menjaga dan melestarikan keindahan karya seni warna Ilahi pada tanaman
dan tumbuhan, bunga-bunganya dan buah-buahannya.
Apabila diperhatikan dari uraian latar belakang masalah diatas, maka
penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Ayat-ayat yang mengungkap isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an
mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda
2) Warna buah dan rasanya tidaklah selalu sama, walaupun sama-sama
berasal dari satu jenis buah tertentu.
3) Adanya perbedaan dan kesesuaian di antara warna tertentu dengan
bidang atau jenis bendanya.
4) Adanya beberapa perbedaan penafsiran dalam tafsir klasik, dan tafsir
kontemporer dalam menafsirkan ayat-ayat isyarat tentang warna.
5) Masing-masing warna mempunyai manfaat, dan fungsi yang berbeda-
beda
6) Penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an
dipengaruhi oleh corak tafsir, metode tafsir, dan latar belakang
mufassir.
7) Belum ada penelitian komparatif yang mengungkap ayat-ayat isyarat
tentang warna antara Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm,
dan Tafsir al- Misbah.

2. Pembatasan Masalah
Dengan adanya beberapa permasalahan yang sudah penulis
identifikasi, maka penulis mencoba untuk membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1) Ayat-ayat isyarat tentang warna menurut penafsiran Thanthawi
Jauhari dan Quraish Shihab dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân
Al-Karîm, dan Tafsir al- Misbah.

40
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 25.
13

2) Persamaan dan perbedaan antara penafsiran Thanthawi Jauhari dan


Quraish Shihab terhadap ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-
Qur‟an.
3) Mengingat banyaknya ayat-ayat yang menyebutkan isyarat tentang
warna, maka penulis hanya akan memaparkan makna ayat-ayat isyarat
tentang warna, kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah, sesuai
makna lahiriyahnya.

3. Perumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
menarik suatu perumusan masalah dengan harapan agar pembahasan
masalah ini lebih terarah dan sistematis. Adapun rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1) Bagaimana penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-
Qur‟an menurut Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, dan
Tafsir al- Misbah?
2) Bagaimanakah Persamaan dan perbedaan penafsiran makna ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an antara Thanthawi Jauhari dan
Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-
Karîm, dan Tafsir al- Misbâh?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian tentunya memiliki tujuan, adapun yang
mendasari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm dan Tafsir al- Misbâh.
2) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-
Karîm, dan Tafsir al- Misbâh.

2. Manfaat Penelitian
Penulis berharap kajian ini dapat memberikan manfaat di
kemudian hari, baik untuk kalangan akademisi maupun umum, sehingga
hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih
berupa:
1) Untuk membantu mengembangkan hazanah keilmuan Al-Qur‟an dan
tafsirnya, khususnya dalam memahami ayat-ayat kauniyah-Nya.
2) Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber referensi bagi akademisi
yang ingin melakukan penelitian dengan kajian yang serupa dan
menjadi motivasi bagi akademisi yang ingin mengkaji isyarat ayat-
ayat ilmiah lainnya.
14

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah data atau temuan hasil penelitian sebelumnya


yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan yang mendasari penelitian
yang sedang berlangsung.41 Penelitian tentang isyarat ilmiah dalam Al-
Qur‟an telah banyak dilakukan, tetapi penelitian ilmiah terkait warna dalam
Al-Qur‟an belum banyak, diantara beberapa kajian pustaka tentang warna
yang terdahulu yaitu:
1. Skripsi dengan judul: Simbolisasi Warna Dalam Al-Qur‟an, karya
Hamdan Hidayat, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Jurusan
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Ia meneliti ayat-ayat tentang warna dalam Al-Qur‟an, dan ia
mengatakan bahwa di dalam Al-Qur‟an terdapat enam warna yaitu,
kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah, yang terdapat pada 33 ayat
yang tersebar dalam 22 surat. Ia juga mengatakan bahwa ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an menitik beratkan kepada sesuatu
yang menggambarkan pada sebuah objek tertentu. Pada kesimpulannya
ia menjelaskan bahwa masing-masing warna melambangkan obyek
tertentu. Sedangkan fokus penelitian penulis pada penafsiran makna
ayat-ayat isyarat tentang warna menurut Thanthawi Jauhari dan Quraish
Shihab dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, dan Tafsir
al-Misbâh, dan bagaimanakah persamaan dan perbedaan penafsiran dari
Thanthawi Jauhari dan Quraish Shihab.

2. Jurnal Pemikiran Islam AN-NIDA‟ yang berjudul: “Warna dalam Islam”


karya Achmad Gozali Syafi‟i Dosen tetap Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Edisi Juni 2017, vol. 41,
no. 1.
Fokus penelitian jurnal ini menjelaskan asal-usul warna-warni
yang ada di seliling kita. Ia menjelaskan bahwa warna bersumber dari
cahaya dan sinar, baik cahaya matahari maupun sinar bulan dan lampu.
Ia melandaskan pemikirannya pada ayat-ayat isyarat tentang cahaya
matahari dan sinar bulan. Sedangkan penelitian penulis fokus kepada
pembahasan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an.

3. Jurnal Internasional yang berjudul warna putih menurut perspektif Al-


Qur‟an dan Hadits, Vol. 3, No. 4, 2013, karya Munirah Abd. Razak dkk.
Fokus pembahasan jurnal ini hanya mengungkap tentang warna
putih dalam Al-Qur‟an. Ia mengatakan dalam analisanya terhadap ayat-

41
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 254
15

ayat tentang warna putih bahwa warna putih sebagai cahaya siang,
sebagai mukjizat Nabi Musa as, sebagai bagian dari warna gunung,
sebagai minuman ahli surga dan sifat wanita surga. Sedangkan penelitian
penulis mengungkap semua makna ayat-ayat isyarat tentang warna
dalam Al-Qur‟an dan juga menjelaskan pesan ayat-ayat tersebut melalui
penafsiran Thanthawi Jauhari dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân
Al-Karîm dan penafsiran Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir al-
Misbâh.

4. Harun Yahya, menulis buku berjudul “Allah‟s Artistry Color,


(terjemahan, “Kesempurnaan Seni Ilahi”).
Buku ini menguraikan tentang bagaimana Allah Swt dengan
kekuasaan-Nya menciptakan aneka warna-warni pada makhluk ciptaan-
Nya khususnya yang berada di bumi, seperti tumbuhan, buah-buahan,
eneka jenis binatang baik di darat maupun di laut. Buku ini juga
menguraikan kejadian terbentuknya macam-macam warna, teori warna,
manfaat warna, pesan warna yang berbeda-beda. Semua yang berkaitan
dengan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an telah
disinggung dengan penjelasan yang sistematis. Perbedaan buku ini
adalah penulis tidak mencantumkan refensi atau sumber buku utama
yang menjadi rujukan dalam penulisan buku tersebut. Sedangkan
penelitian penulis ini merujuk kepada sumber-sumber yang relefan dan
terpercaya.

5. Putri Mudita Muharyani, dkk, menulis “JURNAL KEDOKTERAN


DAN KESEHATAN, 2015, berjudul, “Pengaruh Terapi Warna Hijau
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trisemester III”
Jurnal ini berisi tentang peneletian terapi warna hijau untuk ibu
yang sedang mengalami kehamilan pertama dan sudah mencapai tiga
bulan mendekati persalinan di Puskesmas Simpang Timbangan.
Penelitian jurnal ini dilakukan karena pentingnya menjaga rasa aman dan
nyaman terhadap ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama,
sehingga penulis memberikan solusi terapi dengan warna hijau agar ibu
yang hamil merasa aman dan nyaman, selanjutnya harapan melahirkan
anak-anak dengan normal dan sehat insyaAllah bisa tercapai. Perbedaan
jurnal ini dengan penelitian penulis adalah, jurnal ini hanya membahas
manfaat warna hijau sebagai media terapi untuk menghilangkan
kecemasan pada ibu yang baru mengalami kehamilan pertama dan sudah
masuk tiga bulan terakhir masa persalinan, sedangkan penelitian penulis
mengungkap makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an
dan seluk beluknya, di antaranya manfaat warna yang bukan hanya di
bidang kedokteran tetapi lebih luas seperti manfaat warna sebagai media
pembelajaran, komunikasi, simbolisasi dan warna sebagai budaya.
16

E. Metodologi penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian kajian ini menggunakan penelitian kepustakaan
(Library Research),42 karena sumber bahan data yang mau diteliti dan
dianalisa berbentuk tulisan, baik data atau sumber itu berkaitan langsung
dengan tema penelitian maupun tidak langsung berkaitan. Penelitian ini
juga bersifat kualitatif,43 di mana yang menjadi objek penelitian
merupakan bahan-bahan kepustakaan berupa kitab-kitab, buku-buku,
disertasi, tesis dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait langsung dengan
tema penelitian penulis.

2. Sumber data penelitian


Sumber data yang digunakan dalam penelitian penulis ada dua
yaitu sumber data primer sebagai sumber utama penelitian penulis dan
sumber data sekunder sebagai sumber data pelengkap untuk membantu
penelitian. Untuk sumber data primer penelitian ini adalah Tafsir
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm karya Thanthawi Jauhari dan
Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.
Adapun sumber data sekundernya adalah kitab-kitab tafsir,
khususnya tafsir kontemporer yang mengungkap isyarat ilmiah tentang
warna, karya-karya ilmiah yang lain seperti jurnal-jurnal yang terkait
dengan objek penelitian penulis yang mengungkap isyarat tentang warna
dalam Al-Qur‟an serta menurut beberapa ilmuan .

42
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka (library research) yaitu
sebuah penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data dan informasi dengan bantuan
berbagai macam material yang terdapat di perpustakaan seperti buku-buku, majalah, naskah-
naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan lain-lain yang diikuti dengan menulis,
mengedit, mengklarifikasi, mereduksi dan menyajikan. Noeng Muhajir, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Surasin, 2002), hlm. 78. Lihat: penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Chaterine Marshal dan
Gretchen B. Rossman, Designing Qualitative Research, (California: Sage Publication, 1995),
p. 63
43
Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati, demikianlah pendapat Bogdan dan Guba, Metodologi
Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), cet.
Ke. 2, h. 181
17

3. Metode pengumpulan Data


Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang
berarti cara atau jalan.44 Metode pengumpulan data pada kajian ini
adalah metode dokumentasi. dengan teknik menulusuri data kemudian
mengumpulkan data-data tersebut yang berupa sumber-sumber primer
dan sekunder yang didapatkan dari perpustakaan-perpustakaan, berupa
kitab-kitab tafsir, serta buku-buku, jurnal dan karya ilmiah lainnya yang
objek penelitiannya mendukung penelitian penulis.

4. Metode Analisis Data


Dalam menganalisa data yang dikaji pada penelitian ini, penulis
menggunakan metode dokumentasi content analysis45 untuk mencari
penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna dengan menggunakan metode
muqarrin (komparatif), untuk membandingkan penafsiran ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm
karya Thanthawi Jauhari dan Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.
Karena objek penelitian bukan perbandingan tafsir ssaja, maka
yang menjadi fokus penelitian penulis adalah redaksi ayat-ayat isyarat
tentang warna pada sumber primer dan sumber data sekunder yang
mendukung penelitian penulis, serta sumber-sumber lainnya yang
berkaitan dengan penelitian. Adapun tahapan analisis data yang penulis
lakukan dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:
1. Menggambarkan biografi Thanthawi Jauhari dan Quraish Shihab
diikuti dengan metode dalam tafsir kedua mufassir dan penjelasan
keduanya dalam menfasirkan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
tafsirnya.
2. Reduksi data yaitu dengan memilih ayat-ayat tertentu yang memang
mengandung isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an. Mengingat
banyaknya redaksi ayat tentang warna, maka penulis hanya akan
mengambil ayat-ayat yang berkitan dengan enam warna yaitu, kuning,
putih, hitam, hijau, biru dan merah mengikuti tertib mushhafinya.

44
Fuad Hassan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, (Jakarta:
Gramedia, 1977), h. 16. “metode” Dalam bahasa Inggris, kata itu ditulis “method”, dan
bahasa Arab menerjemahkannya dengan thariqat dan manhaj. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan berpkir baik-baik untuk
mencapai maksud [dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya]; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang
ditentukan. Tim Penyusun Kamus Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 580-581
45
Guide H. Stempel, Content Analysis, alih bahasa Jalaluddin Rahmat dan Arko
Kasta, (Bandung: Arai Komunikasi, 1983), h. 8.
18

3. Penulis tidak akan mengambil semua ayat-ayat isyarat tentang warna


dalam Al-Qur‟an, tetapi hanya akan mengambil yang ada kesesuaian
dengan makna lahirnya.
4. Penelitian pada redaksi tafsir dari kedua mufassir sehingga ditemukan
persamaan dan perbedaan dalam penafsiran ayat-ayat isyarat tentang
warna dalam Al-Qur‟an, juga akan merujuk kepada penafsiran
mufassir lain sehingga akan diketahui ragam redaksi tafsir suatu ayat.
5. Analisis sosio historis untuk menyingkap sebab terjadinya perbedaan
penafsiran oleh kedua mufassir.
6. Membandingkan hasil penafsiran kedua mufassir dalam
mengemukakan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-
Qur‟an.

F. Validitas Data
Setelah melakukan analisa data, peneliti akan menggunakan triangulasi
data untuk menguji validitas (keabsahan data), yaitu pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, karena penelitian ini adalah penelitian
library research yang fokus pada penelitian dokumen-dokumen dan tidak
turun kelapangan, maka validitas data difokuskan kepada pengecekan
sebanyak mungkin sumber-sumber penelitian yang ada dan berkaitan dengan
judul penelitian yaitu “warna dalam Al-Qur‟an.”

G. Langkah penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis akan lakukan sebagai


berikut:
1. Mengklasifikasikan redaksi ayat-ayat isyarat tentang warna sesuai
dengan jenis warnanya.
2. Memaparkan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an
dari kedua tafsir kemudian menjelaskan tentang penafsiran kedua
mufassir terhadap makna ayat-ayat isyarat tentang warna tersebut.
3. Membandingkan penafsiran kedua mufassir tentang makna ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an, kemudian dianalisa persamaan
dan perbedaannya untuk mengetahui kecendrungan dan pola pikir
masing-masing mufassir.
4. Menarik kesimpulan akhir dari perbandingan tersebut.

H. Teknik dan Sistematika Penulisan


1. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan kajian
penelitian ini mengacu kepada Buku Panduan Penulisan Proposal Tesis
Program Pasca Sarjana Magister (S2), Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta, 2017.
19

2. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini tersusun dan terpapar secara terarah dan
sistematis sesuai dengan tujuan dan kegunaannya, maka sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama, berisi tentang rancangan penelitian yang mencakup:
Permasalahan, latar belakang masalah, identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, jenis penelitian, sumber data
penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, validitas
data, langkah-langkah penelitian, Teknik dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua, merupkan landasan teoritis bagi bab-bab selanjutnya,
berisi tentang gambaran warna secara umum menurut Al-Qur‟an dan
Sains, dengan pemaparan makna ayat-ayat isyarat tentang warna
menurut beberapa mufassir, makna warna menurut Sains, teori warna,
pembagian warna, psikologi warna, dan manfaat warna.
Bab ketiga, berisi tentang profil Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân
Al-Karîm dan Tafsir al- Misbâh. Pada sub bab ini yang pertama
diungkapkan tentang biografi pengarang kitab tafsir Tafsir Jawâhir fî
Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm yaitu Thanthawi Jauhari, latar belakang
pendidikan, karya-karya Thanthawi Jauhari dan latar belakang penulisan
kitab Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, corak penafsiran,
metode dan karakteristiknya. Pada sub bab yang kedua ini
mengungkapkan biografi Quraish Shihab, latar belakang pendidikan,
latar belakang penulisan, corak dan karakteristik tafsirnya, metode
penulisan tafsir, contoh karya-karya Quraish Shihab dan penafiran
Quraish Shihab.
Bab keempat, merupakan kajian utama, yang terdiri dari dua
bagian yaitu: yang pertama penafsiran kedua mufassir terhadap ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an dan yang kedua persamaan dan
perbedaan dari kedua mufassir dalam menafsirkan makna ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Qur‟an.
Bab kelima Penutup, berisi tentang kesimpulan, dan saran-saran.
20
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah mengkaji dan mengadakan penelitian, maka penulis
menyimpulkan hasil penelitian ini bahwa, Thanthawi Jauhari dalam
tafsirnya mengatakan kata alwân dalam surat Fathir ayat ke-27
maknanya bukan hanya, merah, kuning, hijau dan lain-lain, tetapi
juga jenisnya bermacam-macam, sedangkan kata alwân pada surat
Az-Zumar ayat ke-21 maknanya warna hijau, merah, kuning, dan
putih baik jenisnya berupa tanaman gandum, biji-bijian, obat-obatan,
dan makanan hingga tak terhitung banyaknya.
Quraish Shihab mengatakan bahwa kata alwân dalam surat
Fathir ayat ke-27 maknanya bukan hanya warna-warni, tetapi
bermacam-macam juga bentuk, rasa dan aroma buahnya. sedangkan
kata alwân pada surat Az-Zumar ayat ke-21 maknanya adalah
macam-macam jenis tanaman pertanian, bentuk, rasa, dan warnanya.
Menurut Thanthawi Jauhari makna Isyarat warna yang lain
seperti warna kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah dalam Al-
Qur’an yang berkaitan dengan tanaman, seperti isyarat warna hijau
(QS. Al-An’am[6]:99), beliau tafsirkan dengan teori ilmiahnya,
seperti warna hijau pada tanaman terjadi karena adanya fotosintesis
sehingga menghasilkan zat hijau daun yang dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup, khususnya tanaman itu sendiri dan manusia.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan kita hanya disuruh untuk
memperhatikan proses fenomena tersebut dan bagaimana proses
terjadi perubahan warna pada buah-buahan dari mentah menjadi
matang.
Pada isyarat warna kuning mukhtalifan alwanuhu (QS, Az-
Zumar[39]: 21), beliau mengatakan bahwa makna isyarat warna
tersebut adalah jenis tanaman, manfaat dan kegunaan tanaman,
apakah termasuk jenis obat-obatan sayur-sayuran dan yang lainnya.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa isyarat warna tersebut
dengan bermacam-macamnya jenis, bentuk, rasa dan warna tanaman
pertanian. Pada isyarat warna putih yang berhubungan dengan
mukjizat nabi Musa As. (QS. Thaha[20]:22).
Thanthawi Jauhari menjelaskan lafadz َ‫وَٱضَ ُمم‬, kenapa Allah SWT
memerintahkan nabi Musa As. untuk mendekapkan kedua tangannya
pada dadanya untuk menghilangkan ketakutan dalam dirinya.

152
153

Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa kata tersebut


maknanya adalah menggabungkan atau menempelkan tangan
kanannya pada ketiaknya nabi Musa As. Pada isyarat warna hitam
َ‫( وتسَودَ َ ُو ُجوه‬QS. Ali Imran[3]: 106). Thanthawi Jauhari mengatakan
dengan lambang orang yang sedih, susah, dan mengalami kesulitan.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa isyarat warna hitam
tersebut hanya sebagai perumpamaan bukn sebuah kenyataan kulit
wajahnya menjadi hitam.
Adapun persamaan dan perbedaan keduanya dalam menafsirkan
ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur’an seperti pada isyarat
warna kuning (QS. Az-Zumar[39]: 21), Thanthawi jauhari dan
Quraish Shihab sama-sama berpendapat bahwa isyarat warna tersebut
melambangkan awal kematian tanaman. Adapaun perbedaannya
Thanthawi Jauhari mengatakan bahwa tanaman tersebut menjadi mati
karena Allah SWT mengirimkan angin kering atau basah, sedangkan
Quraish Shihab mengatakan matinya tanaman tersebut karena adanya
hama.
Persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya pada isyarat
warna putih (QS. Thaha[20]:22). Persamaannya adalah keduanya
sepakat bahwa warna putih yang keluar dari tangan nabi Musa As.
bukan berasal dari tangannya, adapun perbedaannya adalah
Thanthawi Jauhari menjelaskan karena tangan nabi Musa As.
warnanya kecoklatan sedangkan Quraish Shihab menjelaskan karena
warna kulit nabi Musa As. kehitaman seperti orang India dan Sudan.
Adapun persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya pada
isyarat warna hitam (QS. Ali Imran[3]: 106), yaitu bahwa
kesamaannya adalah keduanya mencontohkan wajah-wajah yang
hitam di hari kiamat dengan orang-orang kafir, munafik dan musyrik.
Adapun perbedaanya adalah Thanthawi Jauhari menjelaskan keadaan
mereka itu dalam kesusahan, sedih, kesulitan dan sebagai hinaan dan
celaan dari Allah SWT. sedangkan Quraish Shihab tidak menjelaskan
demikian.
Adapun persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya pada
isyarat warna hijau (QS. Al-An’am[6]: 99) yaitu bahwa perbedaannya
adalah, Thanthawi menjelaskan kenapa setelah turun hujan bumi dan
tanaman menjadi hijau, karena air hujan mengandung pupuk alami
yang kandungan zat-zat di dalamnya sangat dibutuhkan berbagai jenis
tanaman. Sedangkan Quraish Shihab tidak menjelaskan demikian
tetapi beliau mengatakan manusia disuruh memperhatikan fenomena
hujan dan akibat setelahnya yang menjadikan bumi dan tanaman
menjadi hijau.
154

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengharapkan dengan
saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya ada penelitian lanjutan tentang warna dalam Al-
Qur’an oleh mahasiswa dan mahasiswi pasca sarjana IIQ
khususnya dan umumnya para akademisi.
2. Apabila ada penelitian lanjutan tentang warna dalam Al-Qur’an
hendaknya peneliti mengkaji satu jenis warna saja atau tema-tema
lain yang berkaitan dengan pembahasan warna.
3. Hendaknya apabila ada penelitian tentang ayat-ayat kauniyah
lainnya dalam Al-Qur’an baiknya mengambil sumber primernya
dari kitab Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurtubi, al-Jami’ Li Ahkâmi Al-Qur’an, (Beirut: Al-Resalah


Publishers, 2006), juz, ke-17
Al-Muhtasib bin al-Majid Abd al-Salam, Ittijâhat al-Tafsîr fi al-‘Ashr
al-Hadîts Jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1973)
Abdullah Al-Qarni, Aid bin, ‘Ala Ma’idati al-Qur’ân, (Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu, 2004), cet. 1
Abu Hilal al-Asykariy, Al-Furûq al-Lughawiyyah (Beirut: Dar- al-
Kutub al-Ilmiyah,tt).
Abu Zahrah Muhammad, Zahratu at-Tafâsir, (Qahirah: Dar al-Fikri
al-„Arabi, 1974), Juz, ke.
Al-Yamanî Abû Abdullah bin As‟ad bin „Ali bin Sulaiman al-Yâfî‟î
al-Makkî, Mir’atu al-Jinân wa ‘Ibratu al-Yaqzhân, (Beirut Dar al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2010), juz. 1
Adib Shohibul, M. syihabuddin Muin, dkk, Ulum Al-Quran: Profil
para Mufassir Al-Quran dan para Pengkajinya, (Banten: Pustaka Dunia,
2011)
Ahmad Hanafi, At-Tafsîr al-‘Ilmiy li al-Ayat al-Kauniyyat fî Al-
Qur’ân, (Beirut: t.p., t.t.), Cet, Ke-2,
Aizah Siti, Susi Erna Wati, “Upaya Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6 Tahun
Di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kediri”. Jurnal Efektor, Desember tahun
2014. Nomor 25. Volume 01
Akbar Ali, Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran JURNAL
USHULUDDIN, Vol. 23, No. 1, Juni 2015.
Al- Iyazi Muhammad Ali, Al- Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum,
Al-Aridl li Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: Rajawali
Press, 1994)
Al-Andalusi, al-Muharar al-Wajîz fi tafsîr Al-Kitab Al-‘Azîz, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001), Juz. 5
Ashfahani, Mufradâtu al-Fâdz Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-Qalam,
2009), cet, ke-4
Al-Banna Gamal, Evolusi Tafsir (Jakarta, Qisthi Press, 2004),
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta:
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek
Peningkatan Prasarana dan Saran Perguruan Tinggi Agama /IAIN,
1992/1993)
Al-Bustani Fuad Irfan, Munjid al-Thullab, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986)
Al-Dzahabi Muhammad Husein, Penyimpangan-Penyimpangan
dalam Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: CV. Rajawali, 1986)

154
155

Al-Farmawi Abu Hayy, al-Bidâyah fi Tafsîr al-Madu’I, (Jakarta:


Rajawali Press, 1996)
el-Saha M. Ishom, 55 Ilmuan Muslim Terkemuka, (Tangerang: Darul
Ilmi, 2008)
Al-Jalalain, Imam, Tafsir Jalalain, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2002)
Al-Kurtubi, Tafsir al-Jâmi’ Li Ahkâmi Al-Qur’ân, (Beirut: al-Resalah
Publishers, 2006), juz. 3
Al-Qayimi, Mahâsinu at-Ta’wîl, (Beirut: Dar al-„Alamiyyah, 1957),
juz. 1
Al-Sibagh Muhammad, Lamhat fi ‘Ulûm Al-Qur’ân wa Ittijâhat al-
Tafsîr, (Beirut: Dar al-Qalam, 2009)
al-Zuhayli, Wahbah (1998). al-Tafsir al-munir fi al-„aqidah wa al-
shari „ah wa al-manhaj, cet. 2, juz. 13, (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu„asir), , cet.
2, juz. 13, h. 207
Anna Josefin, dkk, Ketidaksadaran Kolektif Akan Warna dan
Bidang, Jurnal, Vis. Art & Design, Vol. 8, No. 1, 2016, 67
An-Najjar Jamal Mustafa Abdul Hamid, Tabaqat wa Ittijâhat ta-
Tafsiriyah, (Kairo, t.p, t.th), h. 258
Anwar Rosihan, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka
Setia, 2009).
Arief, Subhan, “Menyatukan Kembali Alquran dan Ummat; Menguak
Pemikiran M. Quraish Shihab”, dalam Suplemen Jurnal Ilmu dan
Kebudayaan, Ulumul Qur’an, No. 5. Vol IV, 1993
Ar-Rifa‟I, Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I, Kemudahan Dari Allāh;
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta :Gema Insani Press, 1999)
Ash-Shabuni Ali, Al-Muqtathafu ‘uyûni at-Tafâsir (Mesir: Dar al-
Assalam. 1996), juz. Ke-4
As-Samarqandi, Tafsir Bahr al-‘ulûm, (Beirut: Dar al-Kutub al-
“alamiyah,1994), juz, ke-2,
As-Samarqandi, Tafsir Bahr al-Ulûm, (Beirut Dar al-„Alamiah,tt),
juz, ke-1
Asy-Syanqithi, Adhwâ al-Bayân, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyah,
1997 ), Juz. 7,
Astararianty, Penafsiran warna-warna Tradisional , jurnal NIRMANA,
vol. 15, no. 3 Januari 2015
Asy-Sya‟rawi, Tafsir asy-Sya’rawi, (Mesir: Dar al-Kutub, )
At-Thabari, Jami’ul Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, (Beirut: Dar
al‟Alamiyah, 2004), cet, ke. 1, Juz. 1
At-Thabarsi, Tafsir Majmu’ al-Bayân, (Beirut, Dar al-Kutub al-
„Alamiyah, 1997), cet, Ke. 1, juz. 1
At-Thibrisi, majmu’ al-Bayân fi tafsîr Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-
Fikri, 1994), juz. 2
156

Az-Zujjaz, Ma’âni Al-Qur’ân wa I’râbuhu, (Beirut: Dar al-Kutub al-


„Ilmiyah, 1988), Juz. 5
Az-Zuhayli Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr fî al-„Aqîdah wa al-Shari „ah
wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu„asir, 1998), cet. 2, juz. 13
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi, (Jakarta: Jalasutra,
2003)
Bassano Mary, Terapi Musik dan Warna (Manfaat musik dan Warna
bagi kesehatan), terjm, Susilowati dan Hafidz Hidayat, (Yogyakarta;
Rumpun, 2009)
Bear Jacci Howard, What Colors Appeal to men, The New York
Times Company, 2008)
Casofa Fachmy, Alib isa, Jagat Desain Grafis, (Jakarta. PT Bumi
Aksara,2013), h. 12
Christina Luzar Monica Laura, Efek Warna Dalam Dunia Desain Dan
Periklanan, Jurnal, HUMANIORA, Vol.2 No.2 Oktober 2015.
Coleman Jamest, C, Abnormal Psycology and Moder Life Serent
Edition Scott, (London: Foresmen and Comani, 1985)
Darmaprawira, Sulasmi, Warna, Teori dan kretifitas Penggunannya,
(Bandung: ITB, 2002), cet, ke. 2
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, h. 1188, Jilid,
ke. 3, h. 1187
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991)
DepDiknas dan Dep. Ilmu Komputer,”modul kuliah penggunaan
warna” h.8.
DepDiknas dan Dep. Ilmu Komputer,”modul kuliah penggunaan
warna”(Bogor, IPB, Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam)
Dimyathi Nur Faizah, Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad saw. Wa
Maadza Yukhrihu, Trj. , Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad saw. Wa
Maadza Yukhrihu, Oleh AdnanTharsyah (Jakarta, Gema Insani, 2006)
Fahrurrazi, Tafsir Mafâtihu al-Ghaibi, (Beirut. Dar al-Fikri. 1994),
juz. 3
Fatimah, Ayat-ayat sains dalam Al-Qur‟an (Telaah Balaghah), Jurnal
Al-Hikmah, vol. 5, no. 2 Oktober, 2017
Ghafur Saiful Amin, Profil Para Mufassir Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008)
Ghozali Syafii Achmad, Penulisan Huruf dan Warna Dalam Islam,
“Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015
Gunawan Agnes Paulina, Peranan Warna dalam Karya Fotografi,
HUMANIORA, Vol. 3, no. 2, 2017
157

Gusnian Isah, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika


hingga Ideologi, (Bandung: Teraju, 2002)
Habsari Sinung Utami, “Aplikasi Simiotik dan efek psikologis
Tampilan Warna pada Rumah Minimalis”, Riptek, Vol. 4, No. 1, Tahun
2010)
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis, Pengantar untuk
Memahami Al-Qur’an, (Bogor: CV IDeA Pustaka Utama,2003), cet. ke-1
Hakim Atang Abd, Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung:
PT. Rosda Karya, 2000), cet. Ke-1
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1971), vol. 1
Hanafi Hasan, Metode Tafsir dan Kemaslahatan Umat, Terj, Yudian
Wahyudi (Yogyakarta: Pesantren Nawesea, 2007).
Hartman Taylor, The Color Code (Kode Warna), (Batam: Interaksara,
2004).
Hayyan Abu, Tafsir Bahr al-Muhîth, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Alamiah. 1993), juz. Ke-7.
Hawwa Said, al-Asâs fi Tafsîr, (Mesir: Dar as-Salam, 1999), Juz. Ke-
2, h. 849.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia hal,(Jakarta: Balai
Pustaka,2000), edisi ke 2, cet. Ke-1
Ibrahim Muhammad Bin, Tafsir al-Khazin, (Mesir: Dar al-Kutub, tt),
Juz. 3
Imam Bukhori, Shoheh Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiah.
1993), juz. 2
Iqbal Muhammad, Metode Penafsiran Al-Qur‟an M. Quraish Shihab,
Jurnal: TSAQAFAH, h. 250. Fauzul Iman dkk, al-Qalam Jurnal Keagamaan
dan Kemasyarakatan, (Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2004), vol. 21
Jauhari Thanthawi, Al- Jawâhîr fî Tafsîr Al- Qur’ân Al-Karîm,
(Mesir, Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuhu, 1350 H)
Jeffries M.I, Biodiversity and Conservation, Second Edition, (New
York: Routledge, 2006).
John pile, Colour In Interior Design, (New York: McGraw-Hill
Profesional, 1997),
K. Hitti Philip, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin &
Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010)
Kamus Pussat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Kamus Pusat Bahasa, 2008)
Kasmantoni, Kata Kalam dalam Tafsir al-Misbah Quraish Shihab
Studi Analisa Semantik (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Tesis 2008)
158

Katsir Ibnu, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Mesir: Maktabah aulad


asy-Syeikh litturats, 2000),juz. 9
Katsir Ibnu, lubâb at-Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Adzîm, terj. M. Abdul
Ghaffar, (Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i), cet, ke-1
Katsir Ibnu, Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Adzîm, (Jizah: Maktabah Aulad as-
Syekh littsurat. tt), juz,
Al-Kalby, Tafsîr at-Tashil, li ‘Ulûmi Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1995), juz 2
Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004),
Khotimah Khusnul Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam
Al-Qur‟an, Epistemé, Volume 9, Nomor 1, Juni 2014
Komarayanti Savitri, Ensiklopedia Buah-Buahan Lokal Berbasis
Potensi Alam Jember, JURNAL BIOLOGI DAN PEMBELAJARAN
BIOLOGI, Vol. 2, No. 2
Luzar Monica Laura Christina, Efek Warna Dalam Dunia Desain Dan
Periklanan, Jurnal, HUMANIORA, Vol.2 No.2 Oktober 2015.
Shihab Quraish, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati,
2003), cet. Ke-1
Mahlufi al, Shafwatu al-Bayan Li Ma’ani Al-Qur’an, (Beirut Dar al-
„Alamiah, 1999),
Mahlufi,Husen Muhammad, Shafwatu al-Bayân lima’âni Al-Qur’ân,
(Kairo: Daulah al-„Imarah al-„Arabiyyah al-Mutahadah, tt)
Marry Bassano, Healing with music and colour. Edisi bahasa
Indonesia, terapi musik dan warna. (Yogyakarta: Rumpun 2009)
Meilani, “Teori Warna Penerapan Lingkaran Warna dalam
Berbusana” HUMANIORA, Vol. 4, No. 1 April 2013
Muhajir Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian kuantitatif,
Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), cet. Ke. 2
Muharyani Putri Widita, Jaji, Ayu Kurniati Sijabat, Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 2, No. 1, Januari 2015
Mujib, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002)
Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 343. Sedangkan menurut Larry
Mustaqim Abdul, Dinamika Sejaah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta:
Adab Press, 2012),
Nasution Harun dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 2002),
Nata Abudin, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
159

Nevid, dan Neal, Psikologi abnormal, (Jakarta: PT. Erlangga, 2005),


jilid 2
Nugroho,Eko Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: ANDI, 2008).
Pasya Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’an, Menggali Ilmu
Pengetahuan dari Al-Qur’an, (Solo: Tiga Serangkai, 2004).
Program Pascasarjan IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi
Qur’an (Bandung, RQiS, 2000)
Qardhawi Yusuf,, Berinteraksi dengan al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie
Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I
Quraish Shihab, membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994)
Raje Airey, 50 Rahasia Alami Pernafasan Sehat, (Jakarta; Erlangga,
2005), h. 26.
Rajih Muhammad Karim, Audhâhu al-Bayân fi Syarhi Mufradat wa
Jumâlu Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-Ma‟rifat, tt).
Rossidy Imron, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-
Qur’an, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 39
Sadjiman, Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, (Yogyakarta: Arti Bumi
Intaran, 2005).
Said Hawwa, al-Asas fi Tafsîr, (Mesir: Dar as-Salam, 1999), Juz. Ke-2
Samovar Larry A. dan Ricard E. Porter, Communication Between
Culture, (Belmont California: Wadsworth, 1991).
Sanjaya I ketut, M. A, Pengantar Sejarah Jepang, (Depok: FSUI,
2001).
Sadjiman, Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, (Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran, 2005).
Sa‟di Ibnu, Taisiru al-Karîm ar-Rahmân, fi Tafsîr kalâm al-Mannan,
(Beirut: Dar Ibnu Jauzi, tt).
Santa Ulitua Gabriella Hutauruk, pengaruh efek warna netral di
ruang baca dewasa terhadap psikologi pengunjung bapusida jawa barat,
Jurnal E-Proceeding of Art & Design: vol. 3, no. 3, desember 2016
Sarwono Jonathan, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,2006), cet. ke.1
Shanqiti,Al, Adwa’ al-Bayan fi Idah al-Qur’an bi al-Qur’an, j. 6,
Jeddah: Majma‟ al-Fiqh al-Islami, 2008), juz
Shihab Alwi, Islam Inklusif: Menuju Terbuka dalam Beragama,
(Bandung: Mizan,1999)
Shihab Quraish, “Menyatukan Kembali al-Qur‟an dan Umat” dalam
Ulumul Qur’an, Vol. V, (No. 3, 1993)
Shihab Quraish, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qr’an dan Dinamika
Kehidupan Masyarkat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
160

Shihab Quraish, Wawasan Alquran; Tafsir Maudhu’ i atas Berbagai


Permasalahan Umat (Bandung : Mizan , 2000)
Shihab Quraish, Wawasan Alquran; Tafsir Maudhu’ i atas Berbagai
Permasalahan Umat (Bandung : Mizan , 2000)
Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir, Syarat , Ketentuan, dan Aturan yang
Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an, (Ciputat,
Lentera Hati, 2013)
Siti Aizah, Susi Erna Wati, “Upaya Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6 Tahun
Di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kediri”. Jurnal Efektor, Desember tahun
2014. Nomor 25. Volume 01
Stempel Guide H., Content Analysis, alih bahasa Jalaluddin Rahmat
dan Arko Kasta, (Bandung: Arai Komunikasi, 1983)
An-Nawawi Imam, Riyadhus Shalihin, terj. Sunarto Achmad,
(Jakarta:Pustaka Amani:1999), jilid 1
Syafii Achmad Ghozali, Penulisan Huruf dan Warna Dalam Al-
Qur‟an, RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015
Syukur Abdul, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2008)
Tata Cipta Dirgantara, Kesempurnaan Warna Seni Ilahi,
(Bandung.Dzikra,2004), cet. Ke-1
Taylor Hartman, The Color Code (Kode Warna), (Batam: Interaksara, 2004)
William G Beasley, The Japanese Experience: A Short History of
Japan. (University of California Press, 1999)
Yahya Harun, kesempurnaan seni warna Ilahi, (Bandung: PT Syamil
Cipta Media, 2004), cet. Ke-1
Yusufian Hasan, Ahmad Husain. S, Akal dan Wahyu, (Jakarta: The
Islamic College, 2011), cet. Ke-1
Zahrah Muhammad Abu, Zahratu at-Tafasir, (Mesir: Dar al-Fikri al-
„Arabi, 1974), Juz, ke. 3.

Anda mungkin juga menyukai