Anda di halaman 1dari 3

UPAYA KONSERVASI HUTAN MANGROVE

LATAR BELAKANG
Ekosistem mangrove mempunyai peranan penting dalam melindungi dari erosi di
pesisir pantai. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 8,60 juta hektar pada
tahun 1999 dan sekitar 5,30 juta hektar telah mengalami kerusakan. Hal ini
disebabkan oleh konversi mangrove menjadi Kawasan pemukiman, pertambakan
hingga industri. Perubahan hutan mangrove juga banyak terjadi seperti,
penambahan dan pengurangan lahan.Penyebab utama perubahan kondisi hutan
mangrove di Indonesia tentu saja akibat gangguan luar terutama manusia.
Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia karena mangrove
merupakan salah satu ekosistem langka yang luasnya hanya 2% di bumi. Hutan
mangrove dapat tumbuh pada pantai karang, yaitu pada karang koral mati yang di
atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau ditumbuhi lumpur atau pantai
berlumpur. Hutan mangrove berada di pantai yang pasti terendam oleh air laut
karena terjadi pasang surut. Secara harafiah, luasan hutan mangrove ini hanya
sekitar 3% dari luas seluruh kawasan hutan dan 25% dari seluruh hutan mangrove
didunia (Saparinto, 2007)
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung keberlangsungan
kehidupan di pesisir pantai dan juga menjaga kestabilan alam. Beberapa fungsi
hutan mangrove adalah penyedia nutrien bagi biota perairan, mencegah abrasi
pantai, dan juga tempat tinggal ikan, udang, dan kepiting. Hutan mangrove juga
merupakan tempat pemijahan (spawning grounds) dan asuhan (nursery ground)
berbagai macam biota, pemecah angin dan gelombang tsunami, penyerap limbah
dan pencegah intrusi air laut.
Kabupaten Bekasi adalah salah satu daerah yang memiliki pesisir pantai dengan
hutan mangrove yang cukup luas. Salah satu yang memiliki hutan mangrove
tersebut adalah Kecamatan Muara gembong. Potensi ekosistem mangrove yang
cukup luas dan dapat dijadikan wilayah penyangga untuk mengurangi potensi
dampak pemanasan global menjadikan kecamatan Muara Gembong ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung (Ambinari et al., 2016). Beberapa kawasan di
hutan mangrove mengalami masalah lahan. Masyarakat sekitar menggunakan
lahan mangrove untuk kepentingan lain yang membuat kawasan hutan mangrove
mulai terkikis. Meskipun demikian, upaya pelestarian hutang mangrove di Muara
Gembong tetap terus dilakukan mengingat potensi kerusakan yang tinggi.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pertamina EP ASSET 3 Tambun Field melakukan
Program Pendampingan Keanekaragaman Hayati di Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi sebagai salah satu bentuk
konservasi lingkungan.

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan dan keanekaragaman yang
ada di hutan mangrove di daerah Bekasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan informasi bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan, terutama yang terkait
dengan pengelolaan kegiatan di wilayah pesisir pantai.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Perubahan Hutan mangrove dilakukan pengambilan data di lapangan yang
dilaksanakan pada September 2019-Mei 2020. Tahapan pengambilan data
lapangan dilaksanakan pada Bulan Desember 2019 di pesisir Kecamatan Muara
Gembong Kabupaten Bekasi yang bertujuan untuk memvalidasi hasil pengolahan
data citra satelit dan mengetahui kondisi vegetasi mangrove. Sedangkan untuk
mengamati keanekaragaman hutan mangrove dilakukan di Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada
tanggal 8 –12 Juli 2019.
Pengumpulan Data
Jenis metode yang dilakukan adalah menelusuri beberapa jurnal terkait
dengan topik yang dibicarakan yaitu hutan mangrove di daerah Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi. Dari tulisan yang didapatkan, penelitian dilakukan dengan cara
survei langsung ke lapangan. Seperti yang diketahui, mini riset ini mengambil 2
kasus berbeda di tempat yang sama. Yang pertama adalah mengamati perubahan
hutan mangrove dan yang kedua adalah mengamati keanekaragaman hutan
mangrove.
1. Perubahan hutan Mangrove
Penelitian ini dilakukan untuk memvalidasi yang telah diolah melalui citra
satelit (Wirandha et al., 2015). Titik pengamatan ditentukan dengan
metode purposive sampling. Lalu dilakukan dengan pengambilan beberapa
titik sampel yang akan didatangi kemudian bisa dilakukan oendataan
beberapa informasi penting. Data yang diambil adalah data rekam
koordinat titik pengamatan lapangan dari GPS, kondisi tutupan lahan
sekitar titik lapangan yang dilengkapi dan didokumentasikan
menggunakan kamera digital, serta menganalisis faktor penyebab
perubahan dan dampak perubahan lahan mangrove melalui wawancara
kepada masyarakat.

2. Keanekaragaman hutan Mangrove


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8–12 Juli
2019. Hutan mangrove di Desa pantai Mekar memiliki formasi yang tidak
teratur. Hal ini terjadi karena sebagian besar lahan terjadi akibat kegiatan
penanaman. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran terhadap pohon-pohon di kawasan tersebut. Di penelitian ini
mengambil sampel seperti semai, pancang, dan pohon. Ukuran petak yang
digunakan adalah 2m x 2m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, 5m
x 5m untuk tingkat pancang, serta 10m x 10m untuk tingkat pohon.
Dari data pengambilan diameter batang pohon tersebut, selanjutnya akan
digunakan untuk perhitungan biomassa dalam kategori pohon dan anakan yang
akan dimasukkan dalam persamaan allometrik pada masing-masing jenis
mangrove yang ada di kawasan tersebut. Untuk menentukan nilai biomassa, maka
yang akan digunakan adalah persamaan allometrik. Selanjutnya untuk mengetahui
estimasi karbon yang tersimpan bisa ditentukan dari biomassa mangrove yang
sudah diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

Alin Maulani, N. T.-S. (2021). Perubahan Lahan Mangrove di Pesisir Muara


Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Jurnal of Marine Research, 9.
Edi Mulyadi, O. H. (2011). KONSERVASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI
EKOWISATA . Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus, 8.
Ilham Majid, M. H. (2016). KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI
KOTA. Jurnal BIOEDUKASI, 10.
Saparinto, C. (2007). Pendayagunaan ekosistem mangrove. Semarang: Semarang
Dahara Prize.
Shinta Nur Rahmasari, F. A. (2019). STUDI KEANEKARAGAMAN MANGROVE
PANTAI MEKAR KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI.
Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan, 8.

Anda mungkin juga menyukai