Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti
kanker. Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan
tulang
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti
kanker (M. Clevo.2012: 84).
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari
jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggonta gerak, badan atau reptroperitoneum
(Toy et al.2011: 120).

B. Etiologi

1) Kondisi genetik
ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3) Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4) Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya
terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan
disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya
tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan
tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. Patofisiologi

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah,terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30%
di badan.Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovaskular. Tumor jaringan lunak timbuldi lokasi
seperti lekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi
atas 4 fase yaitu:
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
Bagan 2.1

Arthtritis / cedera pada sendi atau tendon

Terjadi kebocoran komponen

Cairan sinovial keluar dari dalam komponen (tidak bisa


masuk kembali bersifat kental dan pekat )

Reabsobsi tubuh terganggu

Cairan sinovial menjadi sekental jelly

Saat tangan bekerja terjadi peremasan pada sendi

Terjadi peningkatan pada komponen yang berisi cairan sinovial

Benjolan terbentuk dengan tekanan yang berat (benjolan menjadi


Keras)

Keterbatasan gerak Nyeri

Pembedahan

Defisit pengetahuan Resiiko infeksi

Sumber : Putra (2019).


E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata (nama, umur, pekerjaan, alamat)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik

No
Data Masalah Etiologi
1 2 3 4
1. Ds : Nyeri akut Agen pencedera
- Klien mengatakan nyeri fisiologis
Do : (penekanan pada
- Klien mengatakan nyeri benjolan)
dengan skala 4
- Nyeri tekan pada area
benjolan.
- Klien tampak meringis
- Kekutan otot

2 Ds : Ansietas Kurangnya
- Merasa khawatir dengan pengetahuan
kondisi yang di hadapi informasi
- Klien sudah mengetahui
akan
- direncanakan operasi
Do :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Klien tampak bertanya
tanya tentang penyakitnya
- Klien tampak bingung
3 Ds : Gangguan pola tidur Hambatan
- Klien mengeluh tidak puas lingkungan
tidur (kebisingan, suhu,
- Klien mengatakan sering lingkungan)
terbangun saat tidur
Do :
- Klien sering menguap
- Mata klien tampak
cekung
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien STT ada beberapa yang dapat ditemukan menurut
Doenges (2000) dalam Lukman & Ningsih (2013), di bawah ini akan diuraikan diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Diangnosa keperawatan preoperasi
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan preoperasi klien bedah
dapat mencakup :
a. Nyeri : akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, obstruksi
jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan pada setatus
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian,
perpisahan dari keluarga
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal
sumber informasi atau keterbatasan kognitif.

G. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan pada klien dengan kasus soft tissue tumor di tampilkan dalam tabel
Tabel 2.2

Diagnosa
No Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan

1 Ansietas Tingkat Pengurangan kecemasan


berhubungan kecemasan 1. Tinjau ulang
dengan krisis 1. Tidak terjadi pengalaman klien/
situasi (tumor), distres orang terdekat sebelum
ancaman/peruba 2. Tidak ada mengalami penyakit
han pada setatus perasaan tumor.
kesehatan/sosial gelisah 2. Dorong klien untuk
ekonomi, fungsi 3. Wajah tidak mengungkapkan pikiran
peran, pola tampak tegang dan perasaan.
interaksi, 3. Berikan lingkungan
ancaman
terbuka, dimana klien
kematian, merasa aman.
perpisahan dari
4. mendiskusikan
keluarga perasaan atau menolak
untuk berbicara.
5. Pertahankan kontak
sering dengan klien,
berbicara dengan
menyentuh.
6. Berikan informasi
yangg dapat dipercaya
dan konsisten serta
dukungan orang
terdekat.

2. Kurang Pengetahuan Pengajaran : prosedur


pengetahuan : prosedur /perawatan
berhubungan penanganan 1. Tinja ulang dengan
dengan kurang 1. Prosedur klien/orang terdekat
informasi, tidak penanganan tentang pemahaman
mengenal diagnosis, alternatif
sumber pengobatan, dan sifat
informasi atau harapan
keterbatasan 2. Tentukan persepsi klien
kognitif. tentang tumor dan
pengobatan
sebelum/sesudah
menderita tumor atau
pengalaman orang lain
tentang tumor
3. Berikan informasi yang
jelas dan akurat, jawab
pertanyaan secara
khusus, tetapi tidak
memaksa detail detail
yang tidak penting
4. Beritahu perawatan
khusus di rumah,
misalnya kemampuan
untu aktivitas sendiri
5. Lakukan evaluasi
sebelum pulang
kerumah sesuai dengan
Indikasi
6. Tinjau tanda dan gejala
kebutuhan evaluasi
medis, misalnya
infeksi, perlambatan
penyembuhan, reaksi
obat, peningkatan nyeri.
3. Nyeri : akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan 1. Tidak 1. Kaji nyeri misalnya,
dengan
melaporkan lokasi nyeri, frekuensi,
kompresi/
nyeri durasi, dan intensitas
destruksi
2. Tidak (0 – 10), serta tindakan
jaringan saraf,
meringis menghilangkan nyeri
obstruksi
3. Tidak ada yang digunakan
jaringan saraf
ekspresi wajah 2. Evaluasi terapi tertentu,
atau inflamasi,
nyeri misalnya pembedahan
serta efek
3. Tingkat kenyamanan
samping
dasar misalnya,
berbagai agen
relaksasi napas dalam,
terapi saraf
aktivitas hiburan
misalnya, musik.
4. Kembangkan rencana
keperawatan nyeri
bersama klien dan tim
medis

H. Daftar Pustaka

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu


Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China :
Mosby Elsevier Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi
2010. Jakarta :
Sagung Seto Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta :
EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai