Anda di halaman 1dari 48

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

“Otoritas Moneter di Indonesia dan Amerika Serikat dan Arsitektur


Perbankan Indonesia”

Kelompok 1

Ni Putu Prisma Devi Wulandari 2007521007 Absen 1

Ketut Ayu Novaryani Putri 2007521023 Absen 2

Luh Gede Rahma Wira Andini 2007521026 Absen 3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
POKOK BAHASAN

A. Konsep Otoritas Moneter


 Otoritas Moneter di Indonesia dan Amerika Serikat
 Tugas dan Tujuan Bank Indonesia
B. Status dan Modal Bank Indonesia Serta Tugas-Tugas Dewan Gubernur
Bank Indonesia
C. Arsitektur Perbankan Indonesia
 Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia
 6 Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
 Program Kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia
 Tahapan Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia
D. The FED (Bank Sentral Amerika Serikat)
 Asal Usul The FED
 Struktur The FED
 Peran Khusus Federal Reserve New York
E. Studi Kasus Perbankan Elektronik (Tantangan Baru Untuk
Regulasi Bank)

1
PEMBAHASAN

A. Konsep Otoritas Moneter


Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki
hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang
menentukan biaya dan persediaan uang. Otoritas kebijakan moneter yang
diterapkan di Indonesia dan Amerika Serikat tentunya berbeda. Setiap
negara memiliki konsepnya masing-masing yang disesuaikan dengan
aturan yang berlaku di negara tersebut.
1. Otoritas Moneter di Indonesia
Otoritas kebijakan moneter di Indonesia pada dasarnya berada
di tangan pemerintah. Hal tersebut berlaku pada saat diterapkannya
Undang-Undang No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Pada saat
itu terdapat 2 (dua) lembaga utama yang berdasarkan undang-undang
dinyatakan sebagai pelaksana kebijakan moneter yaitu Bank Indonesia
dan Dewan Moneter, tetapi otoritasnya tetap berada di pemerintah.
Pemerintah melalui presiden dan menteri keuangan memiliki
kekuasaan atau akses yang sangat besar untuk mengarahkan
pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Dewan
Moneter. Presiden memiliki akses yang besar karena pada waktu itu
presiden mempunyai wewenang untuk mengangkat pejabat Gubernur
dan Direktur Bank Indonesia atas usulan dari Dewan Moneter.
Selain itu, menteri keuangan dan menteri bidang ekonomi juga
mempunyai akses yang besar karena pada waktu itu anggota Dewan
Moneter terdiri atas menteri keuangan, seorang menteri bidang
ekonomi dan Gubernur Bank Indonesia. Tak hanya itu saja, pemerintah
juga memiliki wewenang berdasarkan undang-undang untuk
menentukan berbagai peraturan pelaksanaan dari undang-undang
tentang bank sentral. Berbagai wewenang yang diberikan kepada
pemerintah terutama melalui presiden dan menteri-menterinya itu
menyebabkan otoritas moneter tidak terletak pada Bank Indonesia,

2
tetapi pada pemerintah. Kondisi tersebut menyebabkan tiga implikasi
utama sebagai berikut:
a) Kebijakan fiskal melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) relatif dapat disinkronkan dengan kebijakan moneter
melalui jumlah uang beredar karena otoritas kedua kebijakan
tersebut terletak pada satu pihak, yaitu pemerintah.
b) Target kebijakan moneter sering kali tidak dapat dicapai dengan
maksimal, karena kebijakan moneter yang bertujuan terutama
untuk menjamin sistem pembayaran yang lancar, stabil dan baik
sering kali tidak berjalan searah dengan tujuan-tujuan pelaksanaan
kebijakan moneter.
c) Campur tangan yang besar dari pemerintah mengandung risiko
berupa pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lembaga
keuangan yang tidak efisien sehingga sistem ini lebih rentan
terhadap campur tangan individual pejabat dan pihak lain dalam
perumusan kebijakan moneter.

Atas dasar pertimbangan di atas serta terjadinya krisis ekonomi


dan perbankan pada akhir tahun 1990-an, maka UU No.13 Tahun 1963
diganti dengan UU tentang bank sentral yang baru, yaitu UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Undang-undang ini bertujuan
agar otoritas moneter dapat menetapkan dan melaksanakan kewajiban
moneter yang efektif dan efisien melalui sistem keuangan yang sehat,
transparan, terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan yang
didukung oleh sistem pembayaran yang lancar, cepat, tepat, dan aman
serta pengaturan dan pengawasan bank yang memenuhi prinsip kehati-
hatian.
Undang-undang tentang bank sentral yang baru pada dasarnya
memberikan kewenangan yang besar kepada Bank Indonesia untuk
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter di Indonesia
karena Bank Indonesia ditempatkan sebagai otoritas moneter di
Indonesia, sedangkan lembaga Dewan Moneter ditiadakan. Meskipun
otoritas moneter tidak terletak lagi pada pemerintah, tetapi pemerintah

3
tetap mempunyai akses tertentu dalam mempengaruhi kebijakan
moneter.

2. Otoritas Moneter di Amerika Serikat


Pada tahun 2003, Joseph E. Stiglitz menyatakan bahwa
perekonomian Amerika Serikat memperlihatkan perkembangan yang
tidak sehat dan berpotensi memicu resesi. Penyebabnya adalah tingkat
suku bunga yang relatif sangat rendah, pengaturan moneter yang
terlalu longgar, dan ketergantungan pertumbuhan ekonomi pada sektor
properti. FED sebagai pemegang otoritas moneter di Amerika Serikat
segera mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga hingga di
bawah 2% yang diberlakukan dari tahun 2001-2004 demi menjaga
kestabilan mata uang dollar dan menjaga dana agar tidak lari dari
Amerika. Dengan kebijakan suku bunga pinjaman berada pada level
yang sangat rendah, Amerika cukup berhasil dalam mencegah agar
pembangunan di sektor riil tidak berhenti pasca serangan.
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dipicu oleh
masalah pembiayaan kredit properti (subprime morgage) berimbas
pada berbagai negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu pemerintah
Indonesia mengambil langkah-langkah untuk membendung dampak
krisis keuangan Amerika Serikat agar stabilitas sistem keuangan tetap
terjaga. Salah satu langkah yang dilakukan adalah adalah dengan
dibuatnya Perpu No. 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Mengingat pentingnya isi Perpu
tersebut untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
dalam menghadapi ancaman krisis global, maka pemerintah
menetapkan Perpu No. 2 Tahun 2008 menjadi UU No. 6 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 1999. Undang-
Undang yang baru ini bukan menggantikan undang-undang yang
sebelumnya, tetapi merevisi beberapa pasal serta menambah
beberapa pasal baru.

4
3. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah dalam bidang perekonomian.
Bank Indonesia juga mempunyai tanggung jawab dan kegiatan
lain dalam kaitannya dengan pemerintah, hubungan internasional,
akuntabilitas dan anggaran. Pihak lain dilarang melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonenesia
dan Bank Indonesia wajib menolak atau mengabaikan segala bentuk
campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan
tugasnya. Apabila ada pihak yang terlibat campur tangan terhadap
pelaksanaan tugas Bank Indonesia diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta
denda sekurang-kurangnya Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah) dan
paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah). Apabila yang
melanggar ketentuan tersebut adalah anggota Dewan Gubernur dan
atau pejabat Bank Indonesia, maka akan diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 2.000.000.000 (dua miliar
rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

Tugas Bank Indonesia adalah sebagai berikut:


a) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran
laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai
sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek,
menengah, maupun panjang.

5
Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan
menetapkan suku bunga (BI Rate). Perkembangan indikator
tersebut dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu
menggunakan operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto,
dan penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia
memiliki wewenang sebagai berikut:
1) Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi
2) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-
cara yang termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
- Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun
valuta asing
- Penetapan tingkat diskonto
- Penetapan cadangan wajib minimum
- Pengaturan kredit atau pembiayaan
3) Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek bank yang bersangkutan. Pelaksanaan pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan syariah tersebut wajib
dijamin oleh bank penerima dengan agunan yang berkualitas
tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar
jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya. Pelaksanaan
kewenangan ini ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
4) Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang
berdampak sistemis dan berpotensi mengakibatkan krisis yang
membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia dapat
memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya
menjadi beban pemerintah. Ketentuan dan tata cara
pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank
yang berdampak sistemis, pemberian fasilitas pembiayaan

6
darurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari APBN diatur
dalam undang-undang tersendiri.
5) Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan pada sistem
nilai tukar yang telah ditetapkan.
6) Mengelola cadangan devisa. Dalam pengelolaan cadangan
devisa Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi
devisa dan dapat menerima pinjaman luar negeri.
7) Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu
diperlukan yang dapat bersifat makro atau mikro untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya. Pelaksanaan survei
dilakukan oleh pihak lain berdasarkan pada penugasan dari
Bank Indonesia. Dalam penyelenggaraan survei, setiap badan
wajib memberikan keterangan dan data yang diperlukan oleh
Bank Indonesia. Bank Indonesia atau pihak lain yang terkait
dengan survei tersebut wajib merahasiakan sumber dan data
individual, kecuali undang-undang secara tegas menyatakan
lain. Badan yang tidak memenuhi kewajiban ini diancam
dengan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah).

b) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran


Tugas Bank Indonesia adalah memastikan masyarakat luas
dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat,
tepat dan aman. Fungsi bank sentral dalam pengawasan sistem
pembayaran ini antara lain memberikan izin operasional terhadap
pihak penyelenggara kegiatan di bidang sistem pembayaran dan
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem
pembayaran.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia
memiliki wewenang sebagai berikut:
1) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran

7
2) Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan tentang kegiatannya
3) Mnetapkan alat penggunaan pembayaran
4) Mengatur sistem kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan
valuta asing. Penyelenggara kegiatan kliring antarbank dalam
mata uang rupiah dan atau valuta asing dilakukan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.
5) Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran
antarbank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.
Penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi
pembayaran antarbank tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain
dengan persetujuan Bank Indonesia.
6) Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan,
bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai
alat pembayaran yang sah.
7) Sebagai satu-satunya lembaga yang mengeluarkan dan
mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran. Bank Indonesia
dapat mencabut dan menarik uang rupiah dari peredaran
dengan penggantian dengan nilai yang sama. Apabila 5 (lima)
tahun sesudah tanggal pencabutan masih terdapat uang yang
belum ditukarkan, nilai uang tersebut diperhitungkan sebagai
penerimaan tahun anggaran berjalan. Uang yang ditukarkan
sesudah berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diperhitungkan sebagai pengeluaran tahun
anggaran berjalan. Hak untuk menuntut penukaran uang yang
sudah dicabut, tidak berlaku lagi setelah 10 (sepuluh) tahun
sejak tanggal pencabutan.

c) Mengatur dan mengawasi bank


Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang
menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung

8
tinggi prinsip kehati-hatian. Fungsi bank sentral terkati pengawasan
ini bertujuan untuk mencapai stabilitas sistem keuangan.
Dalam hal ini ada beberapa tugas yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1) Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-
ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.
2) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu dari bank, termasuk memberikan dan
mencabut izin usaha bank, memberikan izin pembukaan,
penutupan, dan pemindahan kantor bank, memberikan
persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank,
memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-
kegiatan usaha tertentu.
3) Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak
langsung. Pelaksanaan pengawasan dilakukan antara lain
dengan:
i. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan,
keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Apabila diperlukan,
kewajiban tersebut dapat dikenakan pula pada terhadap
induk perusahaan, anak perusahaan, pihak terkait, dan
pihak terafiliasi dari bank
ii. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Apabila
diperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan terhadap induk
perusahaan, anak perusahaan, pihak terkait, pihak terafiliasi,
dan debitur bank. Bank dan pihak-pihak yang diperiksa
wajib memberikan kepada pemeriksa:
 Keterangan dan data yang diminta
 Kesempatan untuk melihat semua pembukaan,
dokumen dan sarana fisik yang berkaitan dengan
kegiatan usahanya.

9
iii. Menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan. Pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan data yang
yang diperoleh dalam pemeriksaan. Gubernur, Deputi
Gubernur Senior, Deputi Gubernur, pegawai Bank Indonesia,
atau pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank
Indonesia untuk melaksanakan tugas tertentu yang
memberikan keterangan dan data lainnya yang bersifat
rahasia yang diperoleh karena jabatannya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta
denda sekurang-kurangnya Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.0000 (tiga miliar rupiah.
Apabila pelanggaran tersebut dilakukan oleh badan, maka
badan tersebut diancam dengan pidana denda sekurang-
kurangnya Rp3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) dan paling
banyak Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
iv. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara
sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila
menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi
patut diduga merupakan tindak pidana dalam bidang
perbankan. Berdasarkan pada dugaan tersebut, Bank
Indonesia wajib mengirim tim pemeriksa untuk meneliti
kebenarannya. Apabila dari hasil pemeriksaan tidak
diperoleh bukti yang cukup, Bank Indonesia pada hari itu
juga mencabut perintah penghentian transaksi tersebut.
v. Melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang perbankan yang berlaku dalam hal keadaan
suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia
membahayakan kelangsungan usaha bank yang
bersangkutan dan atau membahayakan sistem perbankan

10
atau terjadi kesulitan perbankan yang
membahayakan perekonomian nasional.
vi. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
yang independen dan dibentuk dengan undang-
undang. Pembentukan lembaga pengawasan
akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada 31
Desember 2010, dan sepanjang lembaga
pengawasan belum dibentuk, tugas pengaturan
dan pengawasan bank dilaksanakan oleh Bank
Indonesia.
4) Mengatur dan mengembangkan sistem informasi
antarbank. Sistem informasi dapat dilakukan sendiri
oleh Bank Indonesia dan atau pihak lain dengan
persetujuan Bank Indonesia.
5) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

B. Status dan Modal Bank Indonesia Serta Tugas Dewan


Gubernur BankIndonesia
1) Status dan Modal Bank Indonesia
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik
Indonesia yang merupakan lembaga negara independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari
campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali
untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
undang. Bank Indonesia berkedudukan di ibu kota negara
Republik Indonesia dan dapat mempunyai kantor-kantor di
dalam dan diluar wilayah negara Republik Indonesia. Modal
bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya
Rp2.000.000.000.000,- (dua triliun rupiah) dan harus
ditambah sehingga menjadi paling banyak 10% (sepuluh

11
perseratus) dari seluruh kewajiban moneter, yang dananya
berasal dari cadangan umum atau dari hasil evaluasi aset.
Tata cara penambahan modal dari cadangan umum atau
dari hasil revaluasi aset ditetapkan dengan Peraturan
Dewan Gubernur. Dewan Gubernur merupakan pimpinan
Bank Indonesia, sedangkan yang dimaksud

12
dengan cadangan umum adalah dana yang berasal dari sebagian
surplus Bank Indonesia yang dapat digunakan untuk menghadapi risiko
yang mungkin timbul dari pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia.

2) Tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia


Dalam melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia dipimpin oleh
Dewan Gubernur. Dewan Gubernur terdiri atas seorang Gubernur,
seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4 (empat)
orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur.
Jumlah anggota Dewan Gubernur akan disesuaikan setelah fungsi
pengawasan bank dialihkan kepada lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi.
Dewan Gubernur dipimpin oleh Gubernur dengan Deputi
Gubernur Senior sebagai wakil. Dalam hal Gubernur dan Deputi
Gubernur Senior berhalangan, Gubernur atau Deputi Gubernur Senior
menunjuk seorang Deputi Gubernur untuk memimpin Dewan Gubernur.
Dalam hal penunjukkan itu tidak dapat dilaksanakan, salah seorang
Deputi Gubernur yang paling lama masa jabatannya bertindak sebagai
pemimpin Dewan Gubernur. Dewan Gubernur melaksanakan tugas
dan wewenang Bank Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Tata tertib dan tata cara
menjalankan pekerjaan Dewan Gubernur ditetapkan dengan Peraturan
Dewan Gubernur. Dewan Gubernur mewakili Bank Indonesia di dalam
dan di luar pengadilan, dan kewenangan mewakili ini dilaksanakan oleh
Gubernur. Gubernur dapat menyerahkan kewenangan kepada Deputi
Gubernur Senior dan atau seorang atau beberapa orang Deputi
Gubernur atau seorang atau beberapa pegawai bank Indonesia, dan
atau pihak lain yang khusus ditunjuk untuk itu. Kinerja Dewan Gubernur
dan anggota Dewan Gubernur dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dinilai oleh DPR.

13
Wewenang dan Tugas Dewan Gubernur
a) Dewan Gubernur mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank
Indonesia, yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan
Dewan Gubernur
b) Dewan Gubernur menetapkan peraturan kepegawaian, sistem
penggajian, pengharagaan, pensiun, dan tunjangan hari tua serta
penghasilan lainnya bagi pegawai Bank Indonesia, yang
pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Dewan Gubernur
c) Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, dan atau
pejabat Bank Indonesia tidak dapat dihukum karena telah
mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas
dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
ini sepanjang dilakukan dengan itikad baik
d) Gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas bagi Gubernur, Deputi
Gubernur Senior dan Deputi Gubernur ditetapkan oleh Dewan
Gubernur. Besarnya gaji dan penghasilan lainnya bagi Gubernur
ditetapkan paling banyak 2 (dua) kali dari gaji penghasilan lainnya
bagi pegawai dengan jabatan tertinggi di Bank Indonesia.
Pelaksanaan ketentuan ini ditetapkan dengan Peraturan Dewan
Gubernur.
e) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Dewan Gubernur dapat menetapkan sanksi administratif
terhadap pegawai Bank Indonesia serta pihak-pihak lain yang tidak
memenuhi kewajibannya seperti ditentukan dalam undang-undang
tersebut. Sanksi administratif di atas dapat berupa:
 denda
 teguran tertulis
 pencabutan atau pembatalan izin usaha oleh instansi yang
berwenang apabila pelanggaran dilakukan oleh badan usaha
 pengenaan sanksi disiplin kepegawaian

14
C. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

1. Latar Belakang API


Pada tahun 2004 Bank Indonesia meluncurkan Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) sebagai kelanjutan program restrukturisasi perbankan yang
sudah berjalan sejak krisis tahun 1998. API lahir bertitik tolak dari keinginan
untuk memiliki fundamental perbankan kuat di Indonesia.
Industri perbankan dan kebijakan bank sentral di berbagai belahan
dunia mengacu pada Basel Accord yang menjadi patokan kesehatan dan
kehati-hatian bank. Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi
perbankan yang dibuat oleh Basel Committee on Bank Supervision (BCBS).
Kesepatan dasar diperkenalkan oleh Basel Committee of Banking
Supervision (BCBS), komite otoritas pengawas perbankan yang didirikan
oleh gubernur bank sentral dari Kelompok Sepuluh (G-10) negara pada
tahun 1975. Tujuan utama dari komite adalah untuk memberikan pedoman
untuk peraturan perbankan. BCCS telah menerbitkan 3 perjanjian bernama
Basel 1, Basel 2, dan Basel 3 sejauh ini dengan tujuan meningkatkan
kredibilitas perbankan dengan memperkuat pengawasan perbankan di
seluruh dunia.
A. Basel core principles
Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai
1980-an ternyata membawa perekonomian Indonesia ke suatu tahapan
baru dalam perkermbangannya. Peran sektor perbankan dalam
memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami
peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak
lebih hanyasebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa
perusahaan besar, telah berubah menjadi sektor yang sangat berpengaruh
bagi perekonomian.
Perkembangan yang pesat tersebut tampaknya tidak diikuti oleh
perkembangan penerapan prinsip kehati-hatian (prudence) yang seimbang,
bahkan istilah tersebut terdengar masih asing bagi Sebagian para banker
apalagi masyarakat awam pada waktu itu. Kenyataan tersebut

15
menyebabkan pada akhir 1990-an terjadi masalah besar dalam dunia
perbankan di Indonesia. Secara bersamaan, sebagian besar bank yang ada
dalam kondisi bermasalah, otoritas moneter dengan sangat terpaksa harus
melikuidasi banyak bank yang dipandang tidak dapat diselamatkan lagi.
Bank for International Settlement (BIS) telah lama mencari tahu
praktik-praktik perbankan yang dianggap dapat menciptakan dunia
perbankan yang efisien dan efektif dalam perannya sebagai financial
intermediary. Menyadari adanya prinsip-prinsip yang telah dirumuskan
dalam BIS dan perlunya merancang ulang sektor perbankan di Indonesia
dalam jangka panjang, otoritas moneter berusaha untuk membuat
Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Adanya API, berarti Bank Indonesia
secara bertahap berkeinginan untuk menerapkan praktik-praktik terbaik
internasional yang tercakup dalam 25 Prinsip Pokok Basel untuk
pengawasan perbankan yang efektif (Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision).
The Basel Committee On Banking Supervision adalah sebuah
komite otoritas pengawas perbankan yang didirikan oleh gubernur bank
sentral dari negara-negara G-10 pada 1975. Lembaga ini terdiri atas wakil-
wakil senior dari otoritas pengawas perbankan dan bank sentral dari Belgia,
Kanada, Prancis,Jerman, Italia, Jepang, Luksemburg, Belanda, Swedia,
Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Lembaga ini biasanya bertemu di Bank
for International Settlement di kota Basel-Swiss, yang juga merupakan
lokasi sekretariat tetapnya.
The Basel Commite on Banking Supervision telah bekerja dalam
masalah ini selama bertahun-tahun, baik secara langsung maupun melalui
kerja samanya dengan pengawas perbankan di seluruh dunia. Dalam satu
setengah tahun terakhir ini menjelang diluncurkannya basel core principles
on banking supervision. Lembaga ini telah mencari cara terbaik untuk
meningkatkan pengawasan terhadap prinsip kehati-hatian diseluruh dunia.
Hal ini antara lain dilakukan melalui hubungan baiknya dengan negara-
negara G-10, negara-negara anggota yang lain, dan juga dengan negara-

16
negara di luar anggotanya. Komite ini telah menyusun dua jenis dokumen,
yaitu :
1) Paket lengkap Core Principles For Effektive Banking Supevision (The
Basel Core Principles).
2) Compendium (akan diperbaharui secara periodik) terhadap semua
rekomendasi, pedoman, dan standar yang dikeluarkan oleh Basel
Committee yang sebagian besar saling berkaitan dengan core
principles.
The Basel Core Principles terdiri dari 25 prinsip dasar yang perlu
ada bagi terwujudnya sistem pengawasan yang efektif. Prinsip-prinsip
tersebut berkaitan dengan:
 Prasyarat bagi pengawasan yang efektif-prinsip ke-1
 Perizinan dan struktur-prinsip ke-2 hingga ke-5
 Peraturan prinsip ke hati-hatian-prinsip ke-6 hingga ke-15
 Metode pengawasan perbankan terus menerus-prinsip ke-16 hingga
ke-20
 Informasi-prinsip ke-21
 Wewenang formal pengawas-prinsip ke-22
 Perbankan lintas negara-prinsip ke-23 hingga ke-25
Kedua puluh lima (25) prinsip inti dalam pengawasan perbankan
yang efektif seperti setelah dirumuskan oleh BIS, meliputi :
Prasyarat Pengawasan Perbankan yang Efektif
1. Sistem pengawasan perbankan yang efektif memiliki tanggung jawab
dan tujuan yang jelas pada setiap badan yang terlibat di dalam
pengawasan. Setiap badan harus memiliki independensi dan sumber
daya yang sesuai. Kerangka legal bagi pengawasan perbankan juga
diperlukan, yang mencakup pemberian otorisasi organisasi
perbankan dan pengawasan yang terus-menerus; wewenang untuk
menentukan kesesuaian dengan peraturan dan juga yang berkaitan
dengan kehati-hatian; serta perlindungan hukum
bagi pengawas. Pengaturan keterkaitan. informasi bagi pengawasan
dan perlindungan kerahasiaan informasi tersebut juga harus ada.

17
Perizinan dan Struktur
2. Kegiatan dari lembaga yang diberikan izin dan diawasi harus
dirumuskan dengan jelas, dan penggunaan nama "bank" harus
dikendalikan sejauh mungkin.
3. Lembaga pemberi izin harus berwenang menentukan persyaratan dan
juga menolak pendirian yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Proses perizinan paling tidak harus mencakup penelitian
terhadap struktur kepemilikan bank, direktur, dan manajemen senior;
rencana operasional bank; pengendalian internal; proyeksi kondisi
keuangan yang mencakup modal awal; dan bila pendirinya adalah bank
asing rekomendasi dari pengawas perbankan tempat asal bank tersebut
juga harus ada.
4. Pengawas perbankan harus memiliki wewenang untuk menilai dan
menolak usulan pemindahan kepemilikan atau pengendalian dalam
jumlah besarkepihak lain.
5. Pengawas bank harus memiliki wewenang untuk menentukan
persyaratan penilajan akuisisi atau investasi besar oleh suatu bank dan
juga memastikan bahwa tindakan tersebut akan menyebabkan bank
menanggung risiko yang berlebihan dan menghalangi pengawasan yang
efektif.
Peraturan dan Persyaratan Kehati-hatian
6. Pengawas perbankan harus menetapkan peraturan modal minimum
yang tepat dan sesuai prinsip kehati-hatian bagi
semuabank. Persyaratan tersebut harus mencerminkan risiko yang
dihadapi bank dengan menetapkan komponen modal sehingga dapat
mencerminkan kemampuan bank menyerap kerugian. Setidaknya untuk
bank yang aktif secara internasional, peraturan ini harus tidak lebih
rendah daripada yang telah ditetapkan dalam Basel Capital Accord dan
perubahannya.
7. Bagian penting dari suatu sistem pengawasan adalah penilaian
kebijakan, praktik, dan prosedur bank dalam kaitannya dengan

18
pemberian pinjaman, investasi, serta pengelolaan pinjaman dan
portofolio investasi yang telah dilakukan.
8. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank
menjalankan kebijakan, praktik, dan prosedur untuk evaluasi
terhadap kualitas aset, ketepatan antisipasi kredit macet, dan
ketepatan pencadangan kredit macet.
9. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank memiliki sistem
informasi manajemen yang memungkinkan manajemen
mengidentifikasikan tingkat konsentrasi portofolionya. Pengawas harus
menetapkan batas kehati-hatian untuk membatasi risiko bank terhadap
pem injarn atau grup tertentu.
10. Dalam rangka rnencegah kerancuan akibat pemberian pinjaman yang
saling berkaitan, pengawas perbankan harus mengatur agar bank yang
memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan atau perorangan
yang saling berkaitan dilakukan secara independen dan tidak
mendominasi, sehingga dapat dimonitor secara efektif dan perlu
dilakukan tindakan lain untuk mengendalikan risikonya.
11. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank memiliki
kebijakan dan prosedur yang tepat untuk rnengidentifikasi, memonitor,
dan mengendalikan risiko negara (country risk) dan risiko
transfer (transfer risk) dalam pinjaman dan investasi internasionalnya,
sehingga juga dapat memiliki cadangan yang sesuai untuk
risiko tersebut.
12. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank memiliki sistem
yang dapat secara akurat mengukur, memonitor, dan
mengendalikan risiko pasar.Pengawas harus memiliki wewenang untuk
menerapkan batasan tertentu dan atau persyaratan modal tertentu yang
terkait risiko pasar tersebut (market risk exposures).
13. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank memiliki proses
manajemen risiko komprehensif (termasuk pengawas manajemen
senior dan direktur) untuk mengidentifikasikan, memonitor, dan

19
mengendalikan semua risiko penting lain sehingga dapat menetapkan
persyaratan modal yang diperlukan.
14. Pengawas perbankan harus mewajibkan bank agar memiliki
pengendalian internal yang sesuai dengan karakter dan skala bisnis
masing-masing bank. Hal ini harus mencakup pengaturan yang jelas
terhadap pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab; pemisahan
fungsi tanggung jawab, pembayaran, dan pengelolaan aset dan
kewajiban; rekonsiliasi proses-proses tersebut; perlindungan aset; audit
internal dan eksternal yang tepat; dan kesesuaian fungsi-fungsi tersebut
dengan peraturan dan perundang -undangan.
15. Pengawas perbankan harus mewajibkan bank agar memiliki kebijakan,
praktik, dan prosedur yang tepat (termasuk aturan ketat tentang
pemahaman terhadap konsumen) untuk menciptakan standar
profesional dan etis yang tinggi dalam sektor keuangan sehingga dapat
mencegah penyalahgunaan bank secara sengaja atau tidak sengaja
untuk tujuan kriminal.
Metode Pengawasan Perbankan Berkelanjutan
16. Sistem pengawasan perbankan yang efektif harus mencakup
pengawasan langsung clan tidak langsung.
17. Pengawas perbankan harus memiliki interaksi rutin dengan manajemen
bank dan pemahaman lengkap terhadap kegiatan bank tersebut.
18. Pengawas perbankan harus memiliki alat untuk mengumpulkan,
menilai, dan menganalisis laporan pelaksanaan prinsip kehati-
hatian dari bank secara mandiri maupun terkonsolidasi.
19. Pengawas perbankan harus memiliki alat validasi independen terhadap
informasi pengawasan baik melalui penelitian langsung maupun melalui
auditor eksternal.
20. Unsur penting dari pengawasan perbankan adalah kemampuan
pengawas untuk mengawasi grup perbankan secara terkonsolidasi.
Peraturan Informasi
21. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa setiap bank merniliki
pencatatan yang baik sesuai kebijakan akuntansi sehingga

20
memungkinkanpengawas mendapatkan gambaran yang benar dan
wajar tentang kondisi keuangan bank serta tingkat keuntungannya. Bank
juga harus mempublikasikan secara teratur laporan keuangan yang
secara wajar mencerminkan kondisi bank.
Kewenangan Formal Pengawas
22. Pengawas perbankan harus memiliki kebijakan pengawasan yang tepat
untuk menjalankan tindakan perbaikan terjadwal bila perbankan
tidak memenuhi prinsip kehati-hatian (misalnya rasio kecukupan
modal), bila ada pelanggaran peraturan, atau bila deposan terancam
karena berbagai hal. Dalam kondisi yang ekstrem, hal ini
harus mencakup kemampuan untuk rnencabut izin bank atau
merekomendasikan pencabutan izin usaha bank.
Perbankan Antar Negara
23. Pengawas perbankan harus melaksanakan pengawasan
terkonsolidasi secara internasional terhadap bank yang aktif
secara internasional, pernonitoran, dan penerapan prinsip kehati-hatian
terhadap semua aspek bisnis dari bank yang aktifsecara internasional
(terutama melalui cabang luar negeri, joint venture luar negeri, clan
anak perusahaan di luarnegeri).
24. Unsur kunci dari pengawasan terkonsolidasi adalah pertukaran
informasi dengan berbagai pengawas perbankan yang lain, terutama
pengawas nasional yang berwenang.
25. Pengawas perbankan menetapkan agar bank asing juga menerapkan
standar yang sama dengan standar bagi bank domestik dan pengawas
juga harus memiliki wewenang untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dari pengawas perbankan asal bank asing tersebut untuk
menjalankan pengawasan terkonsolidasi.
B. BASEL II
Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem
keuangan dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang
berbasis risiko. Kerangka kerja disusun berdasarkan forward looking

21
approach yang memungkan untuk dilakukan penyempurnaan dan
penyesuaian dari waktu ke waktu.
Sejarah Basel II
Pada tahun 1988, Basel Committee On Banking Suvervision
menyetujui “International Convergence Of Capital Measurmen And Capital
Standards’ yang lebih dikenal sebagai Basel Capital Accord yang
diterapkan sepenuhnya pada 1992. Perkembangan dunia perbankan
diseluruh dunia menunjukan kenyataan bahwa setiap bank memilki cara
terbaik yang berbeda-beda dalam menghitung, mengelola serta memitigasi
risiko. Hal ini menyebabkan basel committee berinisiatif untuk melakukan
revisi terhadap basel capital accord 1988.
Kerangka kerja (framwork) kecukupan permodalan pada basel II
dianggap lebih fleksibel dengan memberikan sejumlah pendekatan yang
sensitif terhadap risiko dan insentif bagi penerapan manajemen risiko yang
lebih baik.
Kerangka kerja tersebut disusun dalam 3 pilar yaitu:
a) Pilar 1: terkait dengan persyaratan modal minimum yang harus
disediakan oleh masing-masing bank untuk mengcover ekposur kredit,
pasar dan operasional.
b) Pilar 2: terkait dengan proses peninjauan ulang dalam rangka
pengawasan yang bertujuan untuk memastikan bahwa tingkat
permodalan bank mencukupi untuk mengcover risiko bank secara
keseluruhan.
c) Pilar 3: terkait dengan disiplis pasar dan perincian mengenai batas
minimum untuk pengungkapan kepada publik.
2. PENGERTIAN API
Dengan tujuan untuk memperkuat fundamental industri perbankan di
Indonesia, Bank Indonesia mulai tahun 2004 berusaha menerapkan
Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur Perbankan Indonesia
merupakan suatu kerangka dasar pengembangan sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan. Arsitektur Perbankan Indonesia diharapkan akan

22
dapat memberikan arah, bentuk, dan tatanan industry perbankan untuk
rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Kebijakan
pengembangan industri perbankan pada masa depan, seperti yang
diunkapkan dalam API, dilandasi oleh visi :
 Menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien.
 Menciptakan kestabilan sistem keuangan
 Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
Adanya krisis ekonomi di indonesia mulai dari pertengan tahun 1997
telah menimbulkan bahwa API adalah kebutuhan mendesak bagi
perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat fundamental industri
perbankan. Krisis ekonomi 1997 ditandai sebagi puncak dari serangkaian
liberalisasi sektor perbankan sejak 1980-an telah menunjukan bahwa
industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang
kokoh yang didukung dengan infrastuktur perbankan yang baik.
3. KRONOLOGI DAN SISTEMATIKA API

Deregulasi Kebutuhan Stabilitas


Perbankan Mulai
1980an Keuangan Internasional

Krisis Ekonomi Mulai 1997an Based Committee

Upaya Penyehatan Basel Principles


Perbankan Nasional 1997
API

Sistem Perbankan yang


sehat, kuat, dan efisien

Kestabilan Sistem
Keuangan

Pertumbuhan
Ekonomi Nasional

23
4. ENAM PILAR API
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di
muka, maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif
dan mengacu pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing
yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat
kondisi internal perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya
industri perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen Jasa
perbankan

5. TANTANGAN KE DEPAN PERBANKAN


Jasa keuangan adalah salah satu industri yang mengalami
perubahan dan pertumbuhan paling cepat di banyak Negara. Sesuatu yang
dianggap ideal pada suatu saat bisa dengan cepat berubah pada waktu

24
selanjutnya. Tantangan dalam dunia perbankan juga selalu berubah seiring
dengan perubahan yang terjadi dalam industri jasa keuangan secara
umum. Di antara banyak tantangan yang saat ini paling dirasakan dalam
dunia perbankan adalah tantangan untuk mengelola risiko dengan sebaik-
baiknya. Bagi sistem perbankan di Indonesia, pengelolaan risiko dengan
baik masih merupakan sesuatu yang baru. Untuk mewujudkan perbankan
Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang,
terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan
dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
b) Struktur perbankan yang belum optimal
c) Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan yang masih kurang
d) Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
e) Kapasitas perbankan yang masih rendah
f) Profitabilitas dan efisiensi bank yang tidak mampu bertahan
g) Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
h) Perkembangan teknologi informasi
6. PROGRAM KEGIATAN API
Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh BI dalam
program kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun (dari tahun 2004-
2013). Program-program tersebut adalah :
a. Program penguatan struktur perbankan nasional
Penguatan permodalan bank umum (konvesional dan syariah)
dijalankan dalam rangka meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola
resiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala
usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit
perbankan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1. Penambahan modal baru baik dari pemegang saham lama maupun
investor baru
2. Merger untuk mencapai persyaratan modal minimum baru
3. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal

25
4. Penerbitan pinjaman subordinasi (subordinated loam)

Apabila program ini dapat berjalan dengan baik, dalam waktu


sepuluh sampai lima belas tahun kedepan, program penigkatan
permodalan tersebuy diharapkan akan mnegarah pada terciptanya struktur
perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya :
 2-3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas
dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta
memiliki modal diatas Rp 50 triliun.
 3-5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan
beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp 10 triliun
sampai dengan Rp 50 triliun.
 30-50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha
tertentu sesuia dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing
bank. bank-bank tersebut emiliki modal antara Rp 100 miliar sampai
dengan Rp 10 triliun.
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha
terbatas yang memiliki modal dibawah Rp 100 miliar.
b. Progam peningkatan kualitas pengaturan perbankan
Peningkatan efektivitas pengaturan serta pemenuhan standar
pengaturan yang mengacu pada international best practices adalah hal
yang sangat penting. Hal tersebut dapat dicapai dengan penyepurnaan

26
proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan
menyeluruh. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank
Indonesia telah sejajar dengan negara-negara lain dalam
penerapan international best practices termasuk 25 Basel Core Principles
for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyususnan kebijakan
perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun kedepan Bank Indonesia
telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif dengan
melibatkan pihak terkait dalam proses penyusunannya. Hal ini berarti
bahwa pada tahun 2006, BI telah memiliki sistem penyusunan kebijakan
perbankan yang efektif.
c. Program peningkatan fungsi pengawasan
Peningkatan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan
dicapai dengan peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan
koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan
berbasis risiko, peningkatan efektivitas penegakan hukum, dan konsolidasi
organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua
tahun kedean diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh
Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang
dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain yang telah lebih dahulu
menerapkan 25 basel core principles.
d. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional
perbankan
Peningkatan good corporate governance (GCG), kualitas
manajemen resiko, dan kemapuan operasional manajemen perlu didukung
dengan penetapan standar yang sesuai untuk meningkatkan kinerja
operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan
diharapkan kondisi internal perbankan nasional enjadi semakin kuat
dengan kemampuan menghadapi risiko yang semakin baik.
e. Program Pengembangan infrastruktur perbankan
Pengembangan sarana pendukung operasional perbankan yang
efektif seperti biro kredit, lembaga pemeringkatan kredit domestik, dan

27
pengembangan skema penjaminan kredit merupakan program penting
dalam pengembangan infrastruktur perbankan. Pengembangan biro kredit
akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan
kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam utang yang
diperdagangkan di bursa efek yang dimiliki bank akan meningktakan
transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan
pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkan akses kredit
bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun kedepan diharapkan telah
tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi bagi
terwujudnya perbankan yang sehat dan kuat.
f. Program peningkatan perlindungan nasabah
Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar
penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mdiasi
independen, peningkatan transparansi informasi dan pendidikan mengenai
produk perbankan bagi nasabah. Dlam waktu dua sampai lima tahun ke
depan diharapkan program-program tersebut dapat meningktakan
kepercayaan nasabah pada sistem perbankan, karena landasan dari
beroperasinya lembaga keuangan adalah kepercayaan.
7. TAHAP-TAHAP IMPLEMENTASI API
Arsitektur Perbankan Indonesia dirancang untuk diterapkan dalam
kurun waktu sekitar sepuluh tahun. Menginat panjangnya rentang waktu
implementasi API dilaksanakan secara bertahap dan dimulai pada tahun
2004 dengan perincian sebagai berikut :
1) Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional

28
No Kegiatan (Pilar 1) Periode
Pelaksanaan
1. Memperkuat permodalan bank
a. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum 2007
bagi bank umum konvensional maupun syariah
(termasuk BPD) menjadi Rp 80 miliar
b. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum 2010
bagi bank umum konvensional maupun
syariah (termasuk BPD) menjadi Rp 80 miliar
c. Mempertahankan persyaratan modal disetor 2004-2010
minimum Rp 3 Triliun untuk pendirian bank
umum konvensional sampai dengan 1 Januari
2011
d. Menetapkan persyaratan modal disetor 2005
minimum Rp 1 Triliun untuk pendirian bank
umum syariah
e. Menetapkan persyaratan modal sebesar Rp 2006
500 miliar bagi bank umum syariah yang
berasal dari spin off Unit Usaha Syariah
f. Mempercepat batas waktu pemenuhan 2008
persyaratan minimum modal disetor BPR yang
semula tahun 2010 menjadi tahun 2008
2. Memperkuat daya saing BPR dan
kelembagaan BPRS dan BRPS
a. Meningkatkan linkege program antara bank 2007
umum dengan BPR
b. Implementasi prog aliansi strategis lembaga 2007
keuangan syariah dgn BPRS melalui
kemitraan strategis dalam rangka
pengembangan UMKM
c. Mendorong pendirian BPR & BPRS di pulau 2006-2007
Jawa dan Bali 2006

29
d. Mempermudah pembukaan kantor cab BPR 2004-2006
dan BPRS bagi yg tlh memenuhi persyaratan
e. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa 2006-2007
bersama untuk BPR dan BPRS
3. Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan
UMKM
a. Memfasilitasi pembentukan dan monitoring 2004-2007
skim penjaminan kredit dan pembiayaan
b. Mendorong perbankan untuk meningkatkan 2004-2009
pembiayaan kepada UMKM khususnya bagi
masyaraat yang berpenghasilan rendah dan
di daerah pedesaan
c. Meningkatkan akses pembiayaan syariah 2010
bagi UMKM dengan pengembangan skema
jaminan bagi pembiayaan syariah
d. Mendorong bank syariah untuk 2010
meningkatkan porsi pembiayaan berbasis
bagi hasil

30
2) Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

No Kegiatan (Pilar 2) Periode


Pelaksanaan
1. Memformalkan proses sindikasi dalam
menyusun kebijakan perbankan
a. Melibatkan pihak II dalam setiap pembuatan 2004
kebijakan perbankan
b. Membentuk panel ahli perbankan 2004
c. Memfasilitasi pembentukan lembaga riset 2006
perbankan di daerah tertentu maupun pusat
2. Implementasi secara bertahap International
Best Practices
a. 25 basel core principles for effective banking 2004-2013
sipervisor
b. Basel II Mulai 2008
c. Islamic financial service board (IFSB) bagi 2005-2011
bank syariah

3) Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

No Kegiatan (Pilar 3) Periode


Pelaksanaan
1. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga
pengawas lain
a. Membuat MOU dengan lembaga pengawas 2004-2006
lembaga keuangan lain dalam rangka
peningkatan efektifitas pelaksanaan
pengawasan bank (kerjasama secara regular)
2. Melakukan reorganisasi sector perbankan di BI
a. Menyempurnakan High Level Organization 2004-2006
Structur (HLOS) Sektor
perbankan Bank Indonesia

31
b. Mengkonsolidasikan satker pengawasan dan 2004-2006
pemeriksaan termasuk pembentukan Pooling
Spesialis
c. Mengkonsolidasikan Direktorat Pengawasan 2006-2007
BPR dan Biro Kredit di Bank Indonesia
termasuk mengalihkan tugas Penelitian dan
pengembangan UMKM dari Biro Kredit ke
Direktorat Pengawasan BPR Pemeriksaan
kredit dari Biro Kredit ke Unit Khusus
Penyelesaian Aset
d. Penyempurnaan organisasi Derektorat 2005-2006
Pengawasan BPR (PBPR) untuk
mengakomodasi pengalihan fungsi penjaminan
BPR ke Lembaga Penjamin Simpanan serta
pemindahan fungsi perisinan BPR baru dan
fungsi penelitian dan pengaturan ke satuan
kerja lain di BI
e. Menyempurnakan organisasi Direktorat 2005-2006
Perbankan Syariah
3. Menyempurnakan Infrastruktur Pendukung
Pengawasan Bank
a. Meningkatkan kempetensi pengawas bank 2004-2005
umum dan BPR lain konvensional maupun
syariah antara lain melalui program sertifikasi
dan attachmen di lembaga pengawas
internasional
b. Penyiapan SDM Pengawas Spesialis 2006
c. Menyempuranakan IT pengawasan Bank 2005-2006
d. Menyempuranaan sistem pelaporan BPR 2005-2007
e. Menyempuranaan manajemen dokumen 2005-2006
pengawasan bank

32
4. Menyempurnakan implementasi sistem
pengawasan berbasis risiko
a. Menyempurnakan pedoman dan alat bantu 2004-2006
pengawasan dalam mendukung implementasi
pengawasan berbasis risiko bank umum
konvensional dan syariah
5. Meningkatkan efektivitas enforcement
a. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan 2004-2005
perbankan
b. Meningkatkan transparansi pengawasan dalam 2006
mendukung efektifitas enforcement
c. Meningkatkan perlindungan hukum bagi 2006
pengawas bank

4) Program Peningkatan Kualitas Manajamen dan Operasional


Perbankan

No Kegiatan (Pilar 4) Periode


Pelaksanaan
1. Meningkatkan Good Corporate Govermance
a. Menetapkan minimum standar GCG untuk 2004-2007
bank umum konvensional dan syariah
b. Mewajibkan bank untuk melakukan self 2007
assessment pelaksanaan GCG
c. Mendorong bank untuk go publlic 2004-2007
2. Meningkatkan kualitas manajemen risiko
perbankan
a. Mempersayaratkan sertifikasi manajer risiko 2004-2007
bank umum konvensional dan syariah
b. Meningkatkan kualitas dan standar SDM BPR 2005-2008
dan BPRS a.l. melalui program sertifikasi
profesional bagi pengurus BPR dan BPRS

33
3. Meningkatkan kemampuan operasional bank
a. Mendorong bank-bank untuk melakukan 2006-2008
sharing penggunaan fasilitas operasional
guna menekan biaya
b. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam 2006-2008
rangka peningkatan operasional bank

5) Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

No Kegiatan (Pilar 5) Periode


Pelaksanaan
1. Mengembangkan Kredit Bireau (Biro Kredit)
a. Melakukan pembentukan credit bureau (Biro 2004-2005
Kredit)
b. Mengembangkan sistem informasi debitur 2006-2008
untuk Lembaga Keuangan Non bank
2. Mendorong pengembangan pasar keuangan
syariah (Islamic Financial Market)
a. Menyusun dan menyempurnakan peraturan 2006-2010
pasar keuangan syariah
b. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan 2006-2010
instrumen pasar keuangan syariah
3. Meningkatkan peran lembaga fatwa dan
lembaga arbitrase syariah
a. Meningkatkan peran lembaga fatwa syariah 2004-2010
dan lembaga arbitrase syariah sebagai
bagian dari upaya peningkatan kepatuhan
bank syariah terhadap prinsip-prinsip
syariah

34
6) Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

No Kegiatan (Pilar 6) Periode


Pelaksanaan
1. Menyusun standar mekanisme pengaduan
nasabah
a. Menetapkan persyaratan minimum 2004-2005
mekanisme pengaduan nasabah
b. Memantau dan mengevaluasi 2006-2010
pelaksanaan ketentuan yang mengatur
mekanisme pengaduan nasabah
2. Membentuk lembaga mediasi independen
a. Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi 2004-2008
perbankan
3. Menyusun transparasi informasi produk
a. Memfasilitasi penyusunan standar 2004-2005
minimum transparansi informasi produk
bank
b. Memantau dan mengevaluasi 2006-2010
pelaksanaan ketentuan yang mengatur
transparansi informasi produk bank
4. Mempromosikan edukasi untuk nasabah
a. Mendorong bank utk melakukan edukasi Mulai 2004
kepada nasabah mengenai produk-produk
finansial
b. Meningkatkan efektifitas kegiatan edukasi Mulai 2004
masyarakat mengenai perbankan syariah
melalui Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah (PKSE)

35
D. The FED (Bank Sentral Amerika)

Sebelumnya koloni Inggris melakkukan invasi ke Amerika


Serikat. Pada tahun 1775 terjadi revolusi Amerika Serikat ini dimulai
salah satunya adalah Raja George III dari Inggris melanggar mata
uang koloni Amerika yang bebas bunga dan diproduksi sendiri oleh
koloni untuk digunakan Amerika sendiri, dan memaksa mereka untuk
meminjam uang dari bank sentral di Inggris dengan bunga, dengan
segera membuat koloni Amerika dalam hutang. The FED adalah
Bank Sentral Amerika Serikat yang terdiri dari tiga jenis entitas
utama. The FED sendiri dibangun atas dasar kepanikan dan
keresahan atas krisis keuangan yang dahulu terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 1907. Dari kondisi tersebut dibentuklah enam
orang kelompok yang menggelar suatu pertemuan dan juga diskusi
secara rahasia di Jekyll Island Club tiga tahun setelahnya yaitu
pada tahun 1910. Pada pertemuan tersebut, pembahasan yang
dibicarakan adalah suatu rencana atas perubahan sistem
perbankan negara. Pada akhirnya rencana tersebut pun menjadi
kenyataan dan dijadikan sebagai dasar sistem cadangan federal.
Tiga tahun setelah pertemuan rahasia yang diselenggarakan oleh
enam tersebut dilakukan, tepatnya pada tanggal 23 Desember 1913
lalu, terbentuklah sistem Federal Reserve yang seluruh peraturan
perundang-undangannya ditandatangani oleh Presiden Amerika
Serikat kala itu, yaitu Woodrow Wilson.

1. Struktur The FED


Struktur The FED dibagi menjadi enam bagian, yaitu Board
of Governors, bank Federal Reserve, bank-bank anggota,
institusi-institusi tempat penyimpanan lainnya, Federal Open
Market Committee(FOMC), dan Dewan Penasihat.
a) Dewan Gubernur (Board of Governors), atau yang disebut
juga Federal Reserva Board, berpusat di Washington D.C.
Badan ini merupakan induk dari The FED. Masing-masing

36
anggota dewan ini memiliki masa jabatan penuh selama 14
tahun, dengan ketua dan wakil ketua

mengalami pergantian selama empat tahun sekali. Tujuan dari


masa jabatan yang relative lama tersebut adalah untuk menjaga
kestabilan dan kelangsungan sistem. Dalam teorinya presiden
hanya akan menunjuk dua orang dari tujuh anggota dewan dalam
masa empat tahunan, namun dalam praktiknya, presiden dapat
menunjuk lebih dari dua anggota dalam masa yang sama
disebabkan oleh kematian dan pengunduran diri diantara para
anggota. Tugas-tugas atau tanggung jawab dari Board of
Governors adalah sebagai berikut :
 Berpartisipasi dalam Federal Open Market
Committee
(FMOC)
 Melaksanakan kontrol pengawasan yang luas
terhadapindustri jasa finansial
 Mengontrol dan mengawasi reserve bank
 Membimbing penerapan kebijakan moneter
 Menganalisis kondisi-kondisi ekonomi dan
finansialdomestik maupun
internasional
 Memimpin sebuah panitia yang mempelajari tentang
masalah-masalah ekonomi yang sedang berlangsung.
b) Bank Federal Reserve, berdasarkan Federal Reserve Act, Federal
Reserve System tersusun oleh 12 bank Federal Reserve dan 24
reserve bank dibawah pengawasan Board of Governors. Ketetapan
tersebut membagi Amerika Serikat ke dalam 12 distrik atau wilayah
yang setiap distriknya mempunyai satu Bank Cadagan di kota
besar, 12 distrik tersebut distrik Federal Reserve yang meliputi
Boston, New York, Philadelphia, Richmond, Cleveland, Atlanta,
Chicago, Dallas, Kansas City, St. Louis, Minneapolis, dan San
Francisco. Masing-masing bank cadangan meemiliki sembilan

37
anggota dewan yang mentapkan presiden untuk The FED dan
pegawai-pegawai untuk bank-bank perwakilan di kota besar. Setiap
Bank Cadangan juga mempunyai tugas yang signifikan dalam
perputaran roda finansial negara. Tugas-tugas

tersebut meliputi pelayanan kepada bank-bank, Perbendaharaan


AS, dan masyarakat secara tidak langsung; pengawasan terhadap
bank- bank komersial di wilayah mereka masing-masing; penelitian
pada masalah-masalah ekonomi regional, nasional, dan
internasional; dan lain sebagainya. Dewan direksi dari Bank
Cadangan mengawasi dan mengontrol pengelolaan dan aktivitas-
aktivitas bank distrik.
c) Bank Anggota merupakan bank-bank nasional yang wajib menjadi
anggota dari The FED serta chartered bank yang memenuhi syarat
tertentu untuk bergabung menjadi bank anggota. Bank anggota
juga menjadi pemegang saham di Reserve Bank di distrik mereka
masing- masing
d) Institusi tempat penyimpanan lainya bukan merupakan bagian
formal dari The FED yang terdiri dari bank-bank komersil bukan
anggota, bank- bank untuk menabung, asosiasi-asosiasi simpan
pinjam dan perserikatan-perserikatan kredit.Terdapat sekitar 17.000
institusi tempat penyimpanan lain di AS yang menyediakan jasa-jasa
perbankan bagi masyarakat Amerika Serikat. Institusiinstitusi ini
mempunyai peran yang penting dalam penyelenggaraan regulasi
sistem The Fed, termasuk syarat-syarat cadangan, dan memiliki
akses ke pelayanan pembayaran sistem.
e) Federal Open Market Committee (FOMC) merupakan badan
pembuat kebijakan pokok dari The Fed. Panitia ini memiliki 12
orang anggota yang terdiri dari tujuh orang anggota Dewan
Gubernur dan lima dari 12 orang presiden Bank Cadangan. Dari
lima orang presiden tersebut, presiden dari Bank Cadangan New
York akan selalu mendapatkan posisi dan hak pilih permanen
dalam FOMC ini dikarenakan Bank Cadangan tersebut
menerapkan kebijakan moneter sesuai dengan instruksi FOMC.

38
Tugas dari FOMC adalah merumusukan kebijakan moneter yang
dibuat untuk menjaga kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi
dan mengawasi penerapannya dalam praktik, sehingga dapat

dikatakan bahwa panitia ini mengatur persediaan uang negara.


Pertemuan FOMC diadakan delapan kali dalam satu tahun di
Washington D.C. secara tertutup dan agenda yang dibahas adalah
mengenai pandangan terhadap ekonomi AS dan pilihan-pilihan
kebijakan moneter yang akan diberlakukan. Dalam pertemuan
tersebut, ketua Dewan Gubernur akan selalu memimpin jalannya
rapat dan semua presiden Bank-Bank Cadangan yang bukan
merupakan anggota FOMC juga turut serta dalam diskusi yang
berlangsung dalam setiap pertemuan. Oleh karena FOMC ini
menggabungkan kepentingankepentingan dari struktur-struktur
penting The Fed, yaitu Dewan Gubernur dan 12 presiden dari Bank
Cadangan, maka panitia ini merupakan struktur paling signifikan
dalam The Fed.
f) Dewan Penasihat terdiri dari tiga dewan, yaitu Dewan Penasihat
Federal, Dewan Penasihat Konsumen, dan Dewan Penasihat
Lembaga Penghematan yang diambil dari 12 distrik Federal
Reserve. Ketiga dewan tersebut memberikan saran dan nasihat
kepada Dewan mengenai masalah kepentingan saat itu.
Pertemuan mereka merupakan pertemuan tahunan yang diadakan
dua hingga empat kali. Setiap Bank Cadangan juga memiliki panitia
penasihatnya masing- masing.

2. Peran Khusus The FED

Tugas-tugas The FED yang tercantum dalam undang-undang The


FED:

1. Institusi untuk mengatasi kepanikan bank.


2. Melakukan tugas Bank Sentral untuk negara Amerika Serikat.
3. Menjadi lembaga penyeimbang dari bank swasta dan
bankpemerintah.
a) Mengawasi kebijakan Institusi Perbankan;
39
b) Melindungi hak kredit dari konsumen.
4. Mengelola Persediaan Uang Negara melalui kebijakan moneter.
a) Tingkat tenaga kerja yang maksimal;
b) Kestabilan harga;
c) Tingkat suku bunga yang sedang dalam jangka panjang.
5. Menjaga kestabilan dari sistem keuangan dan mengawasi sistem
resiko dari pasar uang.
6. Menyediakan jasa keuangan seperti deposito, obligasi
pemerintah, saham asing, termasuk di dalamnya adalah berperan
dalam sistem pembayaran antarnegara.
7. Fungsi nasional:
a) Memfasilitasi pembayaran antarnegara bagian dan
internasional;
b) Sebagai katalisator dalam pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat.
8. Fungsi regional:
a) Merespon kebutuhan keuangan di negara Amerika Serika

40
E. Studi kasus Perbankan Elektronik: tantangan baru untuk
regulasibank
DIGITAL BANKING DAN RISIKO OPERASIONAL
(STUDI KASUS PADA NASABAH BANK CENTRAL ASIA DAN
BANKRAKYAT INDONESIA)
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang meningkat
drastis dan perubahan pola hidup masyarakat, maka
permintaan dari nasabah juga akan terus meningkat dan
membuat perbankan harus bisa memenuhi permintaan para
nasabahnya. Salah satu fasilitas yang diberikan bank kepada
nasabah untuk mempermudah melakukan aktivitas perbankan
adalah teknologi internet banking. Nasabah dapat melakukan
berbagai kegiatan perbankan hanya perlu terhubung dengan
koneksi internet (www.bi.go.id). Jenis teknologi perbankan yang
digunakan adalah Autometed Teller Machine (ATM), Banking
Application System, dan InternetBanking.
Walaupun internet banking memberikan keuntungan
pada dunia perbankan tidak memungkinkan bahwa internet
banking juga bisa menimbulkan tindak kejahatan dari oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab. Bisa dilihat contoh pada
kasus bank Bank central Asia (BCA), terjadinya penipuan
registrasi dengan menggunakan website palsu yang begitu
mirip dengan alamat situs resminya BCA dan juga nasabah
BCA mengalami pembobolan rekening dengan menggunakan
fitur klik BCA.
Manajemen risiko menjadi faktor yang cukup penting
dalam pengelolaan suatu bank. Lembaga keuangan tentunya
sudah harus memikirkan cara-cara dalam memitigasi risiko-
risiko yang akan dialami di masa mendatang. Hal terpenting
dalam menerapkan manajemen risiko yaitu dengan
menjalankan prosedur yang sesuai dan melakukan pengelolaan

41
risiko, sehingga kegiatan usaha bank dapat berjalan dengan
kondusif.

Isi
Risiko operasional merupakan risiko yang terjadi
karena tidak
bekerjanya proses internal, human error, kegagalan sistem,
serta terdapat adanya masalah dari pihak eksternal yang akan
mengganggu kinerja operasional bank. Pengendalian risiko
operasional harus menyediakan kepastian, sehat dalam operasi
dan menghasilkan pelaporan yang dapat dipercaya. Timbulnya
risiko operasional disebabkan oleh tidak cukupnya kontrol
internal dan internal audit yang dipakai pada setiap perbankan,
sehingga jika terjadi kesalahan tidak dapat diselesaikan dengan
cepat.

42
43
44
Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nasabah
pada Bank Central Asia dan Bank Rakyat Indonesia
tidak setuju jika internet banking memiliki risiko
operasional yang tinggi.
2. Dapat dilihat dari tabel statistic deskriptif Bank Central
Asia dan Bank Rakyat Indonesia pada va- riabel risiko
manusia, risiko sistem dan risiko eksternal terdapat
sebagian responden yang memiliki nilai rata-rata netral.
Ada sebagian nasabah yang merasakan adanya risiko
dalam penggunaan internet banking terhadap risiko-
risiko tersebut.
3. Dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif nilai rata-rata
keseluruhan Bank Central Asia adalah 3,72 dan Bank
Rakyat Indonesia 3,64, maka dapat dikatakan dari
kedua bank tersebut Bank Central Asia memiliki nilai
rata-rata lebih tinggi dari Bank Rakyat Indonesia, maka
dapat ditarik simpulan bahwa Bank Central Asia lebih
tidak berisiko dalam penggunaan internet banking
daripada Bank Rakyat Indonesia.
4. Pada data keseluruhan dapat diketahui bahwa pada
umumnya Bank Central Asia lebih dipercaya daripada
Bank Rakyat Indonesia karena memiliki skor lebih tinggi
dan memiliki efek positif pada segala aspek, namun
pada beberapa item Bank Central Asia memiliki skor
rendah dan memiliki efek negatif.

45
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso, Totok, dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Jakarta Selatan.
N. Gregory Mankiw. 2021. Principles of Economics(9th Ed).
Boston.
Caturini, R. (2016, 8 Agustus). Memagari bank dengan
Basel Accord. Diakses dari
https://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/319/Memagar
i- bank-dengan-Basel-Accord- Pada tanggal 17 September
2021

46
PERTANYAAN

1. Pada kondisi seperti apa Bank Indonesia dapat memberikan pembiayaan


darurat pada perbankan?
2. Bank Indonesia juga disebut sebagai penyedia fasilitas pendanaan. Apa
tujuan Bank Indonesia melakukan hal tersebut? dan fasilitas pendanaan
seperti apa yang bisa diberikan oleh Bank Indonesia?
3. Bagaimana implementasi kerangka basel dalam perbankian Indonesia?
4. Dalam studi kasus Digital Bank dan Resiko Operasional (studi kasus pada
nasabah Bank Central Asia dan Bank Rakyat Indonesia) menurut
pendapat saudara, adakah solusi untuk memperkecil resiko operasional
terhadap layanan digital banking? Jelaskan!
5. Adakah pengaruh suku bunga The Fed terhadap nilai tukar rupiah?
6. Apakah perbedaan Bank Sentral di Indonesia dengan Bank Sentral di
Amerika?

47

Anda mungkin juga menyukai