Anda di halaman 1dari 32

BAB II

MENENTUKAN DIAMETER BESI ULIR


DAN BERAT BESI TULANGAN POLOS

2.1 Teori Ringkas

A.JangkaSorong

Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin,
maupun kedalam sebuah tabung.
Jangka sorong merupakan suatu alat pengukur yang cepat dan relatif teliti
untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman suatu tabung.
Alat ukur ini terdiri dari 4 bagian utama , yaitu bagian berbentuk pisau kecil
disebelah atas untuk mengukur diameter dalam, bagian berbentuk pisau besar
disebelah bawah untuk mengukur diameter luar, bagian ujung batang sebelah
kanan untuk mengukur kedalaman, dan batang utama yang mempunyai skala
dalam milimeter. Kedua bagian untuk mengukur diameter tabung di lengkapai
dengan penggeser yang mempunyai skala yang disebut nonius.
Skala yang berada pada batang penggeser dibagi menjadi m Bagian yang
sama besar pangjang m = (m – 1) dan skala batang, sehingga penggukuran yang
diperoleh dalam mencapai 2 angka dibelakang koma dalam skala milimeter.
Misalnya dalam suatu pengukuran diameter luar tabung diperoleh 28,25 mm.

II-1
Kegunaan jangka sorong adalah:
a. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

b. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;

c. Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan


cara"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.

II-2
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang
terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang
geser.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan
ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).

a. Mengukur diameter luar


Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
 Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang
diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan
rahang tetap)
 Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
 Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur
terjepit oleh kedua rahang.
 Catatlah hasil pengukuran anda

b. Mengukur diameter dalam


Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam
sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
 Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
 Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua
rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut
 Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka
sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur
 Catatlah hasil pengukuran anda

II-3
c. Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
 Mengukur dengan bagian luar dari rahang pengukuran ditambah tebal
sdari rahang-rahang itu sendiri. Jadi ukurannya adalah pembacaan tambah
10 mm.
 Lubang yang kira-kira lebih dari 10 mm diukur dengan rahang silang.
 Untuk mengukur kedalaman maka kita menggunakan batang kedalaman
dengan posisi jangka yang tegak lurus, bukan dalam keadaan miring
karena keadaan tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan
titik nol skala nonis.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan : Hasil = Skala
Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangkasorong) =
Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)Jangka sorong
terdiri dari beberapa bagian penting yaitu :
 Rahang bergerak (Sliding Jaw) dan skala nonius.
Bagian ini dapat digerakkan sepanjang bingkai. Pada rahang
bergerak ini juga terdapat sekrup pengencang untuk menjaga
ketepatan ukuran.
 Rahang tetap (Fixed Jaw) Rahang tetap atau fixed jaw, sepanjang
bingkainya terdapat pembagian skala yang sangat teliti sekali dan
dibuat dengan diagriver. Skala utama dibagi atas 10 mm dan
diberi nomor, sedangkan skala nonius biasanya dibagi 49 mm
panjangnya dan dibagi kedalam 50 bagian yang sama. Adapun
panjang tiap-tiap bagian adalah 0.98 mm panjangnya. Bearti
skala nosius lebih pendek 0.02 mm dari skala utamanya.

II-4
Siku-siku dan Radius pada jangka sorong

Siku-siku digunakan untuk menentukan kedataran suatu bidang dan


juga dapat menentukan apakah suatu bidang sudah membentuk bidang siku
(90 derajat). Radius terdiri dari berbagai macam ukuran sehingga
memudahkan pratikan dalam bekerja ketika ia membutuhkan suatu ukuran
dan ia dapat menggunakan radius secara praktis. Radius berguna untuk
pengukuran atau membuat jari-jari sesuai ukuran yang diinginkan.

Ada 2 Jenis jangka sorong:


1. Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm

2. Jangka sorong manual

II-5
B.Besi
Besi adalah logam yang berasal dari logam yang berasal dari bijih besi
(tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari.Dalam
tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya.
Hal itu karena beberapa hal, antaranya :
 Kelimpahan besi dikulit bumi cukup besar
 Pengolahannya relatif mudah dan murah
 Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah di modifikasi
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang
atau bangunan yang mengunakan besi atau baja. Sebelumnya korosi dapat
dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (Stainless steel). Akan
tetapi proses ini terlalu mahal untuk pengunaan besi.
Korosi besi memeelukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya
Zinkdan magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan
korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Pengecatan. Jembatan, Pagar dan Railing biasanya dicat. Cat
menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel
dan zink (seng) akan lebih baik karena keduanya melindungi besi terhadap
korosi.
2. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring
dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak
dengan udara dan air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari
besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis,
yang disebut Tin Plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan
tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tampa

II-6
cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah
justru mendorong / mempercepat korosi besi. Hal ini terjadi karena potensial
reduksi besi lebih negatif dari pada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi
dengan timah akan membentuk suatu sel elektronikimia dengan besi sebagai
anode. Dengan demikian, timah mendorong Korosi besi. Akan tetapi hal ini
justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (Pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai
barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korusi sekalipun lapisanya tidak utuh. Hal ini terjadi
karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh
karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai
katode. Dengan demikian besi terlindungi dari zink yang mengalami
oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah
digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6. Cromium Plating (Pelapisan dengan Kromium). Besi atau baja juga dapat
dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan atau pelindung yang
menkilap, misalnya untuk bamper mobil. Cromium plating juga dilakukan
dengan elektrolisis, sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan
sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7. Sacrificial Protection (Pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang
jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) dari pada besi. Jika logam
magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat
tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang
ditanam dalam tanah atau badan kapal laut, secara periodik, batang
magnesium harus diganti.

II-7
TABEL BERAT BESI

II-8
KETERANGAN :
Panjang batang tulangan
Diameter tulangan

2.2. Prosedur Pengujian

2.2.1. Maksud

A. Tujuan instruksional umum

1. Mengenal beberapa alat ukur yang digunakan dalam praktikum fisika


2. Mengenal tingkat ketelitian alat ukur tersebut
3. Mengenal apa yang dimaksud dengan skala nonius

B. Tujuan intruksional khusus

1. Menggunakan dengan benar alat ukur jangka sorong


2. Pengukuran diameter besi dengan menggunakan jangka sorong secara
teliti
3.Mengukur secara teliti diameter dalam dan diameter luar tabung
dengan menggunakan jangka sorong
4.Dapat menetukan diameter besi dan berat jenisnya dengan
menggunakan alat jangka sorong

2.2.2. Peralatan

1.Jangka sorong
2.Meteran

II-9
3.Neraca ohaus

2.2.3. Benda Uji

1. Besi polos
2. Besi ulir

2.2.4. Prosedur Percobaan

a .Pertama-tama geser batang penggeser hingga kedua batang permukaan


pengukuran berhimpit.Pada kedudukan ini, skala nol pada batang utama
dan batang penggeser akan terhimpit.

b. Untuk mengukur diameter luar suatu benda (tabung,bola dll),letakkan


benda tersebut diantara dua bagian berbentuk pisau besar disebelah
bawah.Setelah kedua permukaan pengukuran menyempit dengan
baik,baca dan catatlah nilai pada batang utama yang ditunjukkan angka
nol pada batang geser.

c. Bila titik nol tidak pada garis di skala utama maka kelebihannya dapat
dibaca pada nilai skala pada penggeser yang berhimpit dengan skala
utama pada batang.

d. Nilai yang ditunjukkan pada skala batang utama adalah nilai didepan
koma untuk penulisan hasil pengukuran,sedangkannilai skala pada
batang penggeser adalah nilai-nilai di belakang koma.

II-10
e. Setelah memahami cara penggunaan dengan jangka sorong ambillah
besi,ukur diameter besi tersebut dan ukur timbang berat tersebut untuk
mendapat berat jenisnya.

2.2.5. Perhitungan

A.Luas tulangan besi :


1
L = .л . D²
4

Keterangan : L = luas tulangan besi

D = Diameter

B.volume besi

V =LxP

Keterangan : V = volume

P = panjang

C.Berat jenis besi

B
BJ =
V

Keterangan : BJ = Berat jenis

B = Berat

II-11
V = Volume

D.Berat besi

BA = V x BJ

Keterangan : BA = Berat besi

V = Volume

BJ = Berat Jenis

2.3.Alur Bagan Pengujian

A.BESI POLOS

Siapkan alat dan bahan

Jangka sorong,meteran,neraca ohaus,dan besi


polos.

Ukurlah panjang 3 besi polos yang berbeda

Ukurlah diameter besi tersebut menggunakan jangka


sorong,pengukuran diameter dilakukan sebanyak 3
kali,diameter bagian atas (d1), diameter bagian
tengah (d2) dan diameter bagian bawah (d3),
kemudian catatlah hasil pengukuran.
II-12
Kemudian timbanglah berat besi tersebut
menggunakan neraca ohaus.

Analisa data

B.BESI ULIR

Siapkan alat dan bahan

Jangka sorong,meteran,neraca ohaus, dan


besi ulir

Ukurlah panjang 3 besi ulir yang berbeda

Ukurlah diameter besi tersebut menggunakan jangka


sorong,pada sisi sebelah kiri yang polos dan sebelah
kanan yang berulir,pengukuran diameter dilakukan
sebanyak 3 kali,diameter bagian atas (d1), diameter
bagian tengah (d2) dan diameter bagian bawah (d3),
kemudian catatlah hasil pengukuran.
II-13
Kemudian timbanglah berat besi tersebut
menggunakan neraca ohaus.

Analisa data

2.4.Analisa Data

1.BESI POLOS
a. Besi 1 :

 Dik : D =15,20 mm 0,015 m


P = 1,00 m
B = 1335 gr 1,335 kg
BJ = 7850 kg/m³

Dit : L = ........?
V = .........?
BA =.........?

Penyelesaian : ....

1
L = . Л . D²
4

II-14
= 0,25 x 3.14 x (0,015)²

= 1,771 x 10⁻⁴m²

V =LxP

= 1,771 x 10⁻⁴ x 1,00

= 1,771 x 10⁻⁴m³

BA = V x BJ

= 1,771 x 10⁻⁴ x 7850

= 1,390 kg

b. Besi 2 :

Dik.: D = 12,20 mm 0,012m

P = 1,01 m

B = 883 g 0,883 kg

BJ= 7850 kg/m³

Dit : L = ..........?

V =...........?

BA = ..........?

Penyelesaian :……

II-15
1
L = . л . D²
4

= 0,25 x 3,14 x (0,012)²

= 1,134 x 10⁻⁴ m²

V =LxP

= 1,134 x 10⁻⁴ x 1,00

= 1,134 x 10⁻⁴

BA = V x BJ

= 1,134 x 10⁻⁴ x 7850

= 0,890 kg

c. Besi 3 :

Dik : D = 10,20 mm 0,010 m

P = 1,00 m

B = 600 g 0,6 kg

BJ = 7850 kg/m³

Dit : L = ...........?

V = ...........?

BA = ...........?

II-16
Penyelesaian :…..

1
L = . л . D²
4

= 0,25 x 3,14 x (0,010)²

= 7,881x 10⁻5 m²

V =LxP

= 7,881 x 10⁻5 x 1,00 m

= 7,881 x 10⁻5 x m³

BA = V x BJ

= 7,881 x 10⁻5 x 7850

= 0,618 kg

2. BESI ULIR

a. Besi 1

Dik : B = 2175 gr 2,175 kg

P = 1,00 m

DJ = 19,50 mm 0,019 m

Dit : BJ = ..........?

BA = ……..?

Penyelesaian :……

DP = 12,8√ G

II-17
= 12,8 √ 2,175

= 18,877 mm

= 0,018 m

1
L = . л . DP²
4

= 0,25 x 3,14 x (0,018)²

= 2,797 x 10⁻4

V =LxP

= 2,797 x 10⁻4 x 1,00 m

= 2,797 x 10⁻4 m3

B
BJ =
A

2,175
¿
2,797 x 10− 4

= 7,775x 10⁻5 kg/m3

II-18
b. Besi 2

Dik : B = 1030 gr 1,03 kg

P = 1,00 m

DJ = 13,50 mm 0,013 m

Dit : DP = ............?

L = ............?

V = ............?

BJ = ............?

BA = ………..?

II-19
Penyelesaian : …..

DP = 12,8 √ G

= 12,8 √ 1,03

= 12,990 mm

= 0,012 m

1
L = . л . DP²
4

= 0,25 x 3,14 x (0,012)²

= 1,324 x 10⁻4

V =LxP

= 1,324 x 10⁻4 x 1,00 m

= 1,324 x 10⁻4 m3

B
BJ =
V

1,03
¿
1,324 x 10−4

= 7,779 x 10⁻5 kg/m³

II-20
c. besi 3

Dik : B = 805 gr 0,805 kg

P = 1,00 m

DJ = 12,50 mm 0,012 m

Dit : DP = ............?

L = ............?

V = ............?

BJ = ............?

BA = ………..?

II-21
Penyelesaian :…..

DP = 12,8 √ G

= 12,8 √ 0,805

= 11,484 mm

= 0,011 m

1
L = . л . DP²
4

= 0,25 x 3,14 x (0,011)²

= 1,035 x 10⁻4

V =LxP

= 1,035 x 10⁻4 x 1,00 m

= 1,035 x 10⁻ 4 m3

B
BJ =
V

0,805
¿
1,035 x 10−4

= 7,777 x 10⁻5 kg/m³

II-22
2.5 Format Pengujian

TABEL PENGUJIAN
MENENTUKAN DIAMETER BESI ULIR
DAN BERAT BESI TULANGAN POLOS

Kelompok :1

Tanggal, percobaan : 23 Januari 2016

Nama penguji : Siswanto / Nur Syakila Asis

II-23
1. BESI POLOS

SAMPE PANJANG BERAT DIAMETER diameter


L rata-rata
D1 D2 D3
Besi1 1m 1335 gr 15,30 mm 15,20 mm 15,30 mm 15,20 mm
Besi 2 1m 883 gr 12,20 mm 12,20 mm 12,30 mm 12,20 mm
Besi 3 1m 600 gr 10,30 mm 10,20 mm 10,30 mm 10,20 mm

TABEL PENGUJIAN
MENENTUKAN DIAMETER BESI ULIR
DAN BERAT BESI TULANGAN POLOS

Kelompok :1

Tanggal, percobaan : 23 Januari 2016

Nama penguji : Siswanto / Nur Syakila Asis

II-24
2. BESI ULIR

SAMPEL PANJANG BERAT DIAMETER diameter


rata-rata
D1 D2 D3
besi 1 1m 2175 gr 19,40 mm 19,90 mm 19,30 mm 19,50 mm
besi 2 1m 1030 gr 13,70 mm 13,30 mm 13,50 mm 13,50 mm
besi 3 1m 805 gr 12,50 mm 12,60 mm 12,50 mm 12,50 mm

2.6. Kesimpulan

Jadi dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
untuk mendapatkan diameter besi beton yang lebih presisi, dilakukan beberapa kali
pengukuran di tempat yang berbeda, misalnya di kedua ujung dan di tengah, dan
hasilnya dirata-rata.

II-25
2.7. Lampiran

2.7.1. Foto-foto Alat dan Bahan

II-26
Gambar II-1. Jangka sorong dan meteran

Gambar II-2. Neraca ohaus

Gambar II-3. Besi polos 1

II-27
Gambar II-4. Besi polos 2

Gambar II-5. Besi polos 3

II-28
Gambar II-6. Besi ulir 1

Gambar II-7. Besi ulir 2

II-29
Gambar II-8. Besi ulir 3

2.7.2. Foto-foto praktek

II-30
Gambar II-9. Pengukuran panjang besi

Gambar II-10. Pengukuran diameter besi

Gambar II-11. Penimbangan besi

II-31
II-32

Anda mungkin juga menyukai