1. Teori Karl Marx mengatakan dalam kaitannya penduduk dan faktor yang
mempengaruhinya biasanya disebut dengan alira Marxist. Teori ini tidak hanya
dicetuskan oleh Karl Marx melainkan dibantu oleh Friedrich Engels. Teori ini dulu
banyak diguanakan di negara-negra yang menganut paham sosialis seperti Cina,
Vietnam maupun Korea Utara. Dalam teorinya dikatakan bahwa:
Jumlah penduduk tidak emmberikan tekanan berarti terhadap peningkatan
kebutuhan pangan tetapi lebih besar dampaknya bagi kesempatan kerja.
Kemelaratan terjadi bukan karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tetapi karena
kaum kapitalis mengambil sebagian besar hak buruh.
Semakin tinggi tingkat jumlah pendudu, maka semakin tinggi pula
produktivitasnya. Hal ini terjadi jika teknologi tidak menggantikan tenaga kerja
manusia. Sehingga manusia tidak perlu menekan jumlah kelahiran, dan ini berarti
menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
4. Angka kelahiran umum (GFR) adalah jumlah kelahiran per 1000 (seribu) penduduk
perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun. Berbeda dengan angka
kelahiran kasar (CBR) yang masih sangat kasar karena pembaginya adalah total
penduduk tanpa melihat umur dan jenis kelamin, GFR sudah mempertimbangkan
penduduk perempuan usia subur (15-49) tahun sebagai population at risk untuk
pembaginya.
Angka reproduksi bruto (GRR) adalah banyaknya bayi perempuan yang dilahirkan
oleh suatu kohor perempuan. Kohor perempuan adalah sekelompok perempuan yang
dilahirkan pada tahun yang sama, dan menjalani kehidupan bersama-sama, dengan
demikian memiliki masa usia subur pada saat yang bersamaan, artinya bersam-sama
mengikuti perjalanan reproduksi mulai awal sampai masa usia subur selesai yang
umumnya dimulai pada usia 15 tahun berakhir pada usia 49 tahun. Akhir masa usia
subur, bisa juga mencapai 54 tahun namun umumnya adalah 49 tahun.
5. Menurut Entjang dalam Ritonga, 2003, KB adalah suatu upaya manusia untuk
mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga, yang tidak melawan hukum dan
moral pancasila, dengan tujuan untuk kesejahteraan keluarga. Tujuan KB adalah
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Sedangkan menurut WHO (Expert Committee, 1970), mendefenisikan KB sebagai
suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan
objektif-objektif teretntu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantaray kehamilan,
mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan
memnetukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-
2009 antara lain:
Secara umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Mengatur kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkata ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.
Dengan tercapainya tujuan ber-KB, pada akhirnya akan memperbaiki kesejatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa. Selian itu, mengurangi angka kelahiran
untuk menaikan taraf hidup rakyat dan bangsa, memnuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.