Anda di halaman 1dari 12

ANALGETIK

Nyeri merupakan mekanisme protektif yang menimbulkan kesadaran bahwa


jaringan tubuh sedang atau akan terjadi kerusakan. Sensasi nyeri akan disertai respon
perilaku (misalnya menarik diri atau bertahan) dan reaksi emosional (misalnya
menangis atau takut). Persepsi seseorang terhadap nyeri akan berbeda satu sama lain
karena persepsi ini bersifat subyektif yang dapat dipengaruhi oleh nyeri yang pernah
terjadi sebelumnya (Sherwood, 2011). Rasa nyeri dapat dirasakan melalui berbagai
jenis rangsangan. Jenis rangsangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis
yaitu, mekanis, suhu, dan kimiawi (Guyton, 2014).
Rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara yakni dengan (1) merintangi
pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer oleh analgetika perifer
atau oleh anestetika lokal, (2) merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-
saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal, (3) blokade dari pusat nyeri dalam
sistem saraf sentral dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika
umum (Tjay dan Raharja, 2002).
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat
secara selektif, digunakan mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.
Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Efek ini
dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan reseptor terhadap
rangsang nyeri mekanik, termik listrik, atau kimiawi di pusat atau dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Purwanto
dan Susilowati, 2016).
Menurut Roach, S. S. (2004), obat yang digunakan dalam mengatasi nyeri
terdiri dari dua kelompok yaitu analgetika non-narkotik dan analgetika narkotik.
1. Analgetika non-narkotik
Obat-obat ini meringankan rasa nyeri tanpa menurunkan kesadaran dan tidak
menyebabkan ketergantungan seperti penggunaan analgetika narkotik.
Analgetika non-narkotik terdiri dari senyawa golongan salisilat, non-salisilat
(seperti asetaminophen), dan nonsteroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs).
Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang (Roach, S. S.,
2004).
2. Analgetik narkotik
Analgetik narkotik disebut juga opioida, adalah zat yang bekerja terhadap
reseptor opioid khas di sistem saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan respons
emosional terhadap nyeri berkurang (Tjay dan Rahardja, 2002).
Analgetika kuat diindikasikan pada kondisi nyeri yang sangat kuat. Di sini
terutama nyeri akibat kecelakaan, nyeri karena operasi, dan nyeri tumor
(Mutschler, 1999).
(din ini buat muqodimah metode ya biar kamu ga nyari lagi wkwk)
Pengujian aktivitas analgetika dilakukan secara in vivo menggunakan hewan
percobaan yaitu mencit (Mus musculus) jantan. Mencit jantan dipilih sebagai hewan
percobaan karena jika menggunakan mencit betina dapat dipengaruhi oleh siklus
hormonal yang dapat mempengaruhi pengujian karena hewan uji akan menjadi tidak
lebih sensitif terhadap obat analgetika. Sehingga, dosis yang dibutuhkan untuk
menghasilkan efek akan lebih tinggi (Sorge dkk, 2015). Dalam melakukan uji
aktivitas analgesik dapat dilakukan beberapa metode atau model percobaan yang
dilakukan pada hewan uji yang memiliki stimulus hampir sama dengan manusia.
Model yang dapat digunakan yaitu model rangsangan thermal/panas, model
rangsangan mekanik, model rangsangan listrik, dan model rangsangan kimiawi.

A. Model uji nyeri menggunakan rangsangan Thermal


Panas adalah stimulus yang cocok untuk mengaktifkan reseptor kulit.
Sumber stimulasi nociceptive bisa jauh dari sasaran (misalnya, panas radiasi
dari lampu) dalam kontak langsung dengan kulit. Panas radiasi merupakan
stimulus yang relatif selektif untuk nociceptors dan memiliki kelebihan dari
model stimulasi thermal yang lain. (Milind and yadav, 2013). Keuntungan dari
model stimulasi panas adalah rangsangannya alami, mudah dikontrol, tidak
menyebabkan kerusakan karingan walaupun rangsangan untuk menimbulkan
rasa sakit dilakukan berkali-kali, dan dapat digunakan pada subyek yang
bergerak ataupun tidak bergerak (Domer, 1971).
Model uji nyeri menggunakan rangsangan panas diantaranya sebagai
berikut:

1. Model Tail-flick

Medel "The Tail-flick" digunakan untuk mengukur respon


analgesik pada hewan. Dalam model ini, panas radiasi 17 diberikan pada
permukaan ekor atau ekor direndam dalam air panas. (Milind and yadav,
2013). Model ini terdiri dari dua acara, yaitu:

a. Model Tail-flick menggunakan panas radiasi

 Prinsip
Penerapan radiasi termal pada ekor hewan menyebabkan
penarikan ekor dengan gerakan yang kuat dan singkat. Dalam
metode ini waktu yang dibutuhkan oleh tikus menarik ekornya dari
paparan panas dicatat. Biasanya waktu penarikan adalah dalam
waktu 2 sampai 10-an. perpanjangan waktu reaksi ini oleh hewan
terlihat setelah pemberian obat diartikan sebagai tindakan
analgesik. Tidak dianjurkan untuk memperpanjang paparan panas
radiasi melampaui 20-an karena kulit ekor bisa dibakar. Suatu
tahanan panas dimasukkan kedalam alat sehingga dapat
mengontrol intensitas arus yang melalui filamen, yang kemudian
dapat mengontrol intensitas panas radiasi. (Agrahari, 2010; Kiron,
2012; Chogtu, 2013; Milind and yadav, 2013))
 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1) Metode ini sangat efektif untuk skrining morfin
2) Teknik ini sederhana dan tidak memerlukan
keterampilan khusus
3) Hasil percobaan cukup akurat dan tidak memakan
waktu.
4) Variabilitas antar hewan yang rendah selama
pengukuran
Kekurangan:
1) Tanggapan tail-flick rentan terhadap habituasi. Respon
mengibaskan ekor ini tidak konsisten jika dilakukan
stimulasi yang berulang-ulang. Habituasi diamati
dengan pemendekan interval antar stimulus dan
peningkatan intensitas panas.
2) Dari sudut pandang farmakologi tes ini benar-benar
efisien hanya untuk mengungkapkan aktivitas
analgesik opioid (tapi bukan dari agonis opioid
parsial).
3) Tidak disarankan untuk memperpanjang paparan
panas radiasi melampaui 20s karena kulit ekor dapat
dibakar.

b. Model Tail-flick menggunakan perendaman ekor


 Prinsip
Penggunaan metoda perendaman ekor ini mirip dengan
metoda pengibasan ekor seperti yang sudah dijelaskan diatas,
erbedaannya adalah daerah stimulasi jauh lebih besar. Perendaman
ekor hewan dalam air panas menyebabkan gerakan ekor yang tiba-
tiba dan kadang-kadang melompat. (Agrahari, 2010; Mishra,
2011)) Yang diukur adalah waktu reaksi. Tes ini dapat digunakan
pada monyet dan beberapa peneliti telah menggunakan rangsangan
dingin. (Milind and yadav, 2013).
 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
a) Area yang dirangsang panas lebih besar untuk
perendaman ekor
b) Suhu air dapat dikontrol
Kekurangan:
a) Kemungkinan membuat ekor hewan terlalu panas
b) Sangat tergantung pada keterampilan penanganan
hewan

2. Uji Paw Withdraw

 Prinsip
Dalam tes ini panas radiasi diterapkan pada kaki yang sudah
meradang oleh injeksi subkutan carrageenin. Peradangan dapat juga
diproduksi oleh paparan sinar ultraviolet. Satu keuntungan dalam tes
ini adalah bahwa panas dipaparkan untuk hewan yang bebas bergerak.
 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
a) Pengekangan hewan tidak diperlukan untuk
memungkinkan kedua kaki depan dan belakang diuji
secara bersamaan
b) Suhu penarikan kaki ipsilateral dan kontralateral dapat
diukur
Kekurangan:
a) Posisi kaki hewan dapat bervariasi sesuai dengan posisi
hewan
b) Waktu penarikan kaki dan suhu dicatat secara bersamaan

3. Uji Menggunakan Hot Plate

 Prinsip
Tikus atau mencit dimasukan ke ruang silinder terbuka dengan
lantai yang terdiri dari pelat logam yang dipanaskan oleh thermode atau
air mendidih. Sebuah pelat dipanaskan sampai suhu konstan sehingga
perilaku atau reaksi tikus terhadap panas dapat diukur yaitu dengan
menjilati kaki dan melompat. Menjilati kaki dipengaruhi hanya oleh
opioid, melompat dipengaruhi oleh analgetik yang kurang kuat seperti
asam asetil salisilat atau parasetamol, terutama ketika suhu plat adalah
50 °C atau kurang atau jika suhu meningkat secara progresif dan linier,
misalnya, 43-52 °C pada 2,5 °C/menit. Spesifisitas dan tes sensitivitas
dapat ditingkatkan dengan mengukur waktu reaksi respon pertama
terlepas dari apakah itu menjilati kaki atau melompat, atau dengan
menurunkan suhu. (Mishra, 2011; Kiron, 2012, Chogtu, 2013).
 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
a) Tes cepat dan murah
b) Tes berulang pada hewan yang sama dalam waktu singkat
tanpa menyebabkan cedera pada jaringan
Kekurangan:
a) Rawan pembiasaan hewan naif
b) Lebih rumit daripada tes termal lainnya

4. Menggunakan Rangsangan Dingin

Rangsangan dingin sangat jarang digunakan untuk menguji nyeri


akut, tetapi lebih umum untuk menguji allodynia dingin pada hewan model
neuropati. (Milind and yadav, 2013).

Tikus atau mencit akan ditempatkan dalam kotak Plexiglas yang


terletak di atas pelat dingin yang didinginkan oleh sirkulasi air dingin di
bawahnya dengan suhu yang diatur pada kisaran 5–15 C. Selama dimulainya
percobaan khusus ini, suhu ruangan harus dijaga pada 21 ± 1◦C. Subjek
akan diamati untuk merespon dengan mengangkat cepat atau menginjak
kaki belakang ipsilateralnya. Ketika subjek diamati memiliki reaksi seperti
itu, latensi untuk penarikan nyeri dingin dari subjek ini akan dicatat. Batas
waktu maksimum akan dibatasi pada 150 detik di setiap rangkaian
percobaan. Setiap hewan akan diuji hanya sekali sehari untuk menghindari
kemungkinan kerusakan jaringan akibat kontak yang terlalu lama dengan
permukaan yang dingin.

Kelebihan:
Pengujian dapat dilakukan tanpa pengekangan hewan, sehingga
memungkinkan studi perilaku spontan dalam kondisi stres minimal dan suhu
dapat dikontrol secara akurat.

Kekurangan:

Posisi cakar hewan dapat sangat bervariasi karena hewan tersebut bebas dari
pengekangan

B. Model uji nyeri menggunakan rangsangan mekanik


Untuk menerapkan stimuli nociceptive mekanik yang diamati adalah
kaki belakang dan ekor. Pengujian menggunakan konstanta Tekanan telah
ditinggalkan, tekanan ditingkatkan secara bertahap. Selama tes, meningkatkan
intensitas tekanan diterapkan pada daerah punctiform pada kaki belakang atau
pada ekor. kaki atau ekor diapit antara permukaan pesawat dan titik tumpul di
atas sistem cogwheels dengan kursor yang dapat dipindahkan. Ketika tekanan
meningkat, refleks penarikan kaki, atau gerakan kompleks dari hewan dan
reaksi vokal diamati. (Milind and yadav, 2013)

Rangsangan mekanik memiliki kerugian (Milind and yadav, 2013)


a) Kadang-kadang sulit untuk mengukur intensitas stimulus
b) Pengulangan stimulus mekanik dapat menghasilkan penurunan atau
sebaliknya peningkatan sensitivitas rangsangan pada bagian tubuh,
dalam kasus ini berisiko terjadi kerusakan jaringan oleh reaksi inflamasi
yang bisa mempertanyakan validitas tes berulang-ulang
c) Perlunya menerapkan tekanan yang relatif tinggi, yang menjelaskan
sensitivitas metode ini lemah dan hanya sejumlah kecil zat yang terbukti
dengan tes ini.

1. Von Frey Filamen


 Prinsip
Hewan coba diletakkan di dalam area berdinding Plexiglas,
dengan permukaan lantai berupa jaring-jaring kawat dan dibiarkan
bebas tanpa fiksasi. Kemudian serat nilon diselipkan melalui celah
jaring-jaring kawat dan ditempelkan pada plantar belakang hewan coba.
Respon yang muncul dapat berupa refleks menghindar dari serat nilon
dan menjilat plantar dihitung dan dicatat (Fish R et al, 2011).
 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
a) Tidak diperlukan pengekangan hewan
b) Tes cepat dan sederhana
Kekurangan:
Non-spesifisitas karena mekanoreseptor ambang rendah hewan juga
akan dirangsang secara bersamaan ketika stimulus diterapkan

2. Inclined Plane Test


 Prinsip
Alat inclined plane test
Inclined plane test merupakan uji bidang miring yang dilakukan
dengan menggunakan alat geser. Masing-masing tikus diletakkan di atas
pelat geser yang dilapisi karton. Sudut pelat geser secara bertahap
meningkat satu derajat per dua detik. Sudut maksimum ditentukan pada
saat tikus tidak dapat lagi menopang posisi tubuhnya. Pengujian
dilakukan sebanyak lima kali untuk setiap hewan. Sudut terbesar yang
diukur di antara lima percobaan dicatat (Nishitani et al, 2019).

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC & Hall JE, 2014. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 12. Penerjemah:
Ermita I, Ibrahim I. Elsevier.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2002 Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan I. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Roach, S. S. 2004. Introductory Clinical Pharmacology, edisi 7. Lippincott: Williams


& Wilkins.

Mutshcler. 1999. Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Widianto, M. B. dan Ranti, A.


S. Bandung: Penerbit ITB.
Purwanto & Susilowati, R., 2016. Hubungan struktur-aktivitas obat analgesik, dalam:
Siswandono & Soekardjo, B. (Ed.), Kimia Medisinal 2. Surabaya: Airlangga
University Press.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem edisi 6, Penertbit
Buku Kedokteran . Jakarta: EGC

Sorge R.E., J.C.S. Mapplebeck, S. Rosen, S.Beggs, S. Taves, J.K. Alexander,


L.J.Martin, J.S. Austin, S.G Sotocinal, D. Chen, M. Yang, X. Q. Shi, H. Huang,
N.J.Pillon, P.J. Bilan, Y.S. Tu, A. Klip, R. Ji, J. Zhang, M.W. Salter,
J.S Mogil.(2015). Different immune cells mediate mechanical pain
hypersensitivity in maleand female mice. Nat Neurosci, 18(8): 1081-1083.

Milind Parle and Yadav Monu. 2013. Laboratory Models for Screening Analgesic.
India: Pharmacology Division. Haryana: Dept.Pharm.Sciences, Guru
Jambheswar Unuversity of Science and Tecnology.

Domer, F. R. 1971. Animal Experimental in Pharmacological Analysis. USA. Hal


310-314.

Mishra, A. K., Mishra, A., and Chattopadhyay, P. 2011. Herbal Cosmeceuticals for
Photoprotection from Ultraviolet B Radiation: A Review. Tropical Journal Of
Pharmaceutical Research, 10 (3).

Fish R., Danneman PK., Brown M. 2011. Anesthesia and analgesia in laboratory
animals, 2 ed. Academic Press.

Nishitani, A., Yoshihara, T., Tanakam M., Kuwamura, M. 2019. Muscle weakness
and impaired motor coordination in hyperpolarization-activated cyclic
nucleotide-gated potassium channel 1-deficient rats. J-STAGE, 69(1).

Anda mungkin juga menyukai