Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN RENCANA TINDAK LANJUT

Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On the Job Training (OJT) Pada
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat
Periode : Oktober s.d. Desember 2021

Nama : HAESIH, S.Pd., MM


Unit Kerja : SD NEGERI 2 JAPARA
NIP : 19790831 200701 2 005

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH


BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA (BKPSDM) DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN KABUPATEN KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEBUPATEN
KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2021

HAESIH, S.Pd., MM
NIP. 19790831 200701 2 005

Peserta Diklat Pelatihan Calon Kepala Sekolah


Telah Melaksanakan Kegiatan On The Job Training (OJT)
Periode: Oktober s.d. Desember 2021

Kuningan, 2021

Disetujui dan disahkan oleh:


Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

Drs. H. UCA SOMANTRI, M.Si.


Pembina Utama Muda
NIP 19650220 199303 1 004
LEMBAR PENGESAHAN
BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEBUPATEN
KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2021

HAESIH, S.Pd., MM
NIP. 19790831 200701 2 005

Peserta Diklat Pelatihan Calon Kepala Sekolah


Telah Melaksanakan Kegiatan On The Job Training (OJT)
Periode: Oktober s.d. Desember 2021

Kuningan, 2021

Disetujui dan disahkan oleh:


Kepala Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

DAN FENTI ASMARA, S.Ap.


Pembina Utama Muda
NIP 19680923 198803 2 006
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL ON THE JOB TRAINING
PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEBUPATEN
KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2021

HAESIH, S.Pd., MM
NIP. 19790831 200701 2 005

Peserta Diklat Pelatihan Calon Kepala Sekolah


Telah Melaksanakan Kegiatan On The Job Training (OJT)
Periode: Oktober s.d. Desember 2021

Kuningan, 2021
Disetujui dan disahkan oleh:

Kepala Sekolah Kepala Sekolah


SD Negeri 2 Japara, SD Negeri Citapen

E. UNRATI, S.Pd OCID ROSIDIN, S.Pd.I


NIP. NIP.

Pengajar Diklat

ADING MULYADI, M.Pd


NIP. ...................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya limpahkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta
alam dan segala isinya, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah atas junjungan Nabi Muhammad SAW, berkat curahan
rahmat dan kasih saying Allah SWT jualah sehingga Laporan Akhir Kegiatan On
The Job Training (OJT) pada pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Laporan ini dapat terselesaikan tidak hanya peran dari penulis sendiri,
akan tetapi peran dari berbagai pihak yang membantu dan membimbing
terselesaikannya laporan ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapan
terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku kepala Lembaga Pengembangan


dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS).
2. Bapak Drs. H. Uca Somantri, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaab Kabupaten Kuningan.
3. Ibu Dian Fenti Asmara, S.Ap. selaku Kepala Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
4. Bapak Ading Mulyadi,.M.Pd, selaku Wali Kelas yang telah membimbing,
memotivasi, dan memberi nasehat kepada penulis dengan penuh kesabaran.
5. Juanda, S.Pd, MM, selaku Ketua Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan
Japara.
6. ........................... selaku pengawas sekolah yang telah memberi motivasi
dan dukungan kepada penulis.
7. E. Unrati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Japara (magang I)
yang telah memberikan informasi dan memfasilitasi guna terselesaikannya
laporan ini.
8. Ocid Rosidi, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Citapen (magang
II) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan
meningkatkan kompetensi.
9. Rekan guru SD Negeri 2 Japara (magang I) dan SD Negeri Citapen
(magang II) yang penulis tidak sebutkan satu persatu.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga laporan
sederhana ini dapat dijadikan pedoman pembelajaran bagi pelaksana dan
penyelenggara pendidikan dalam jenjang Sekolah Dasar dan semoga dapat
memberikan motivasi kepada calon kepala sekolah yang lainnya.

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan tanpa adanya kepala sekolah tidaklah dapat
berjalan, akan tetapi kepala sekolah bukanlah segalanya. Kepala sekolah
bertugas mengkoordinasi, mengawasi memberikan pengarahan terhadap
bawahannya. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki pengetahuan
yang luas terhadap maslah-masalah pendidikan.
Dengan menguasai pengetahuan yang luas tentang pendidikan kepala
sekolah dapat dengan mudah mencapai visi dan misi yang telah di tetapkan.
Kepala Sekolah memiliki peran strategis sebagai manajer di sekolah, ketika
perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi
persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan
pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan dipimpin
dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin
selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang
direncanakan, dan dikelola dengan baik, di antaranya adalah pengetahuan
tentang manajemen. Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
menetapkan 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: (1) kepribadian, (2)
manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial. Dasar kompetensi
kepribadian ini akan sangat menentukan kompetensi lainnya, khususnya
dalam melaksanakan program pendidikan nasional, propinsi, dan
kabupaten/kota. Sebagai tambahan pengetahuan dan keilmuan dalam bidang
perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan, kepala sekolah harus
mampu menunjukkan kinerjanya berdasarkan kebijakan, perencanaan, dan
program pendidikan.
Kompetensi kepala sekolah yang tertera dalam Permendiknas nomor
13 tahun 2007 menetapkan Dimensi Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
merupakan dimensi kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah
kompetensi ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi
pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Tingkat kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan, menggerakkan,
mengembangkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung kepada
kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
Dalam rangka meningkatkan mutu kepala sekolah/madrasah,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No
6 Tahun 2018, tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah
sebagai pengganti Permendiknas nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Permendikbud No 6 Tahun 2018 ini
memuat sistem penyiapan calon kepala sekolah/ madrasah, proses
pengangkatan kepala sekolah/madrasah, masa tugas, Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB), penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah,
mutasi dan pemberhentian tugas guru sebagai kepala sekolah/madrasah.
Menindaklanjuti Permendiknas Nomor 6 Tahun 2018, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) mengadakan pendidikan dan latihan
calon kepala sekolah. Setelah melalui tahapan seleksi administrasi dan seleksi
akademik. Diklat tersebut dilaksanakan oleh LPPKS melalui kegiatan On The
Job Training 1, In Service Training 1, On the Job Training 2, dan in service 2.
Kegiatan On The Job Training (OJT) penting bagi peserta diklat calon
kepala sekolah karena calon kepala sekolah berangkat dari guru yang dalam
kondisi nyata di lapangan belum memenuhi dan mengetahui tentang kajian
manajerial secara utuh, selama ini para calon kepala sekolah belum pernah
diajak secara khusus oleh kepala sekolah untuk membuat kajian manajerial
tersebut, sehingga kegiatan ojl ini sangat dibutuhkan untuk mempraktikkan
kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan in service 1. Dalam On The
Job Training (OJT) dipraktikkan bagaimana mengkaji Permasalahan
Pembelajaran, Kajian Manajerial, dan pelaksanaan rencana proyrk
kepemimpinan berdasarkan AKPK.
Kegiatan On The Job Training (OJT) dilaksanakan pada 2 sekolah
magang, yaitu pada sekolah tempat calon kepala sekolah bertugas dan sekolah
lain. Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk
memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Sebagai seorang guru, sejatinya kepala sekolah harus menjadi
pendidik yang mampu membina guru-guru di sekolahnya sehingga menjadi
guru kreatif dan inovasi dalam pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah tidak
hanya dituntut untuk membina guru saja, akan tetapi lebih dari itu, juga
dituntut untuk membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya,
seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, dan tenaga pembantu
lainnya.
Tuntutan-tuntutan ini, merupakan tugas baru bagi seorang guru yang
diserahi tugas tambahan menjadi kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama
sekolah berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh
komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang
profesional.
Banyak sekali tugas yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah
yang menuntut profesionalisme tinggi dari pelaksanaan tugasnya. Banyaknya
tugas baru tersebut maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang
profesional tentu tidaklah mudah, diperlukan waktu yang cukup untuk belajar
bagaimana melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon kepala sekolah
merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak terkait dalam rangka melahirkan
pemimpin sekolah yang berkualitas, mampu untuk memimpin dan mengelola
sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Permendikbud nomor 6 tahun 2018 tersebut, menjelaskan bahwa
seorang guru yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah
diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian
pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk
menumbuh kembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-
dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial.
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah dalam
kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam merupakan modal
awal untuk menjalani praktek lapangan On The Job Training (OJT) selama
kurang lebih 3 bulan. Kegiatan On The Job Training (OJT) penting bagi
peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang telah dipelajari selama
kegiatan tatap muka. Dalam On The Job Training (OJT) dipraktekkan
bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah, RKAS/RKJM,
pengelolaan keuangan, pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan
peserta didik, sarana dan prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga
kependidikan, pemanfaatan TIK, monitoring dan evaluasi serta program
supervisi akademik.
Laporan ini disusun sebagai tindak lanjut dan pertanggungjawaban
selaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) calon kepala sekolah yang
telah melaksanakan On The Job Training (OJT)yang merupakan salah satu
upaya untuk memberikan bekal tambahan berupa pengalaman bekerja sebagai
calon kepala sekolah. On The Job Training (OJT) adalah pembelajaran di
lapangan dalam situasi pekerjaan yang nyata yang dilakukan di 2 (dua)
sekolah, yakni di sekolah sendiri (SD Negeri 2 Japara) dan di sekolah lain (SD
Negeri Citapen).

B. Tujuan
Tujuan kegiatan pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut (On-The Job Training-
2) Diklat CKS ini antara lain:
1. Menyelesaiakan masalah pembelajaran yaitu masalah rendahnya capaian
pengetahuan fakta, konsep, prosedural dan metakonitif pada siswa.
2. Meningkatkan domain kompetensi Calon Kepala Sekolah pada kompetensi
a. Kepribadian
b. Sosial
c. Kewirausahaan
d. Manajerial
e. Supervisi
3. Meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran yang ditunjukkan
dengan peningkatan kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan
dalam mendukung tercapainya student wellbeing.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan terwujud setelah kegiatan pelaksanaan Rencana
Tindak Lanjut (On the Job Training-2) Diklat CKS ini adalah:
1. Terselesaikannya masalah pembelajaran yaitu masalah rendahnya capaian
pengetahuan fakta, konsep, prosedural dan metakonitif pada siswa.
2. Meningkatnya kelima domain kompetensi Calon Kepala Sekolah
khususnya pada kompetensi
a. Kepribadian
b. Sosial
c. Kewirausahaan
d. Manajerial
e. Supervisi
3. Meningkatnya prestasi siswa dalam pembelajaran yang ditunjukkan
dengan peningkatan kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan
dalam mendukung tercapainya student wellbeing.
BAB II
PROFIL SEKOLAH

A. Profil Sekolah SD Negeri 2 Japara

SD Negeri 2 beralamat di Jalan H. Yusuf RT. 07 RW 04 Desa Japara,


Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan. Didirikan pada tahun 1961 diatas lahan
1500m2 dengan luas bangunan 918m2, saat ini SD Negeri 2 Japara telah
terakreditasi A, dengan jumlah murid sebanyak 120 siswa yang terbagi menjadi 6
rombongan belajar ditangani oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
sebanyak 8 orang yang terdiri atas 4 orang tenaga Guru Tetap, 3 orang Guru tidak
tetap, dan 1 orang tenaga penjaga sekolah. SD Negeri 2 Japara dipimpin oleh
seorang Kepala Sekolah yaitu Ibu E. Unrati, S.Pd
1. Visi SD Negeri 2 Japara
Terciptanya Sekolah Yang Sehat Dan Berdaya Saing Yang Berlandaskan
Keimanan Dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”
2. Misi SD Negeri 2 Japara
Untuk mencapai visi tersebut SD Negeri 2 Japara menetapkan misi sebagai
berikut :
1) Menciptakan Lingkungan Sekolah Rindang, Nyaman, Indah dan Bersih,
2) Meningkatkan prestasi akademik dan non Akademik yang handal,
3) Menciptakan Sekolah Berbudaya Religius

3. Tujuan Pendidikan
Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Dasar dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan untuk
mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka tujuan yang ingin dicapai oleh SDN
2 Japara adalah sebagai berikut :
1) Mengoptimalkan pendidik dan tenaga kependidikan yang lebih
profesional.
2) Tetap tertatanya lingkungan yang harmonis, indah dan lestari sehingga
tetap terjaganya iklim kegiatan sekolah yang kondusif.
3) Terbiasa memiliki kesadaran dan peduli terhadap lingkungan dimanapun
berada.
4) Memiliki sarana dan prasarana pendidikan yan memadai dan relevan
dalam mendukung PBM.
5) Terlaksananya proses pembelajaran yang variatif dan inovatif
Adapun bila dilihat dari kondisi sosial ekonomi masyarakat di SD Negeri
2 Japara umumnya bekerja sebagai hampir 52% swasta, 20% wiraswasta
sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi perekonomian sebagian
masyarakatnya berpenghasilan menengah ke atas.
Pencapaian kinerja berdasarkan 8 standar nasional pendidikan (SNP)
yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian.
Tolak ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dilihat dari
ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah
ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam delapan (8)
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Tidak dipungkiri bahwa upaya strategis
jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu “Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan” yang dapat membangun kerja sama dan kolaborasi di
antara berbagai institusi terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja
nasional. Dengan kata lain, diperlukan pengembangan sistem penjaminan
mutu pendidikan. Tata kerja yang dibangun mengisyaratkan adanya
serangkaian proses dan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik dan
kependidikan, program, dan lembaga beserta rekomendasinya.
1. Capaian Standar Kompetensi Lulusan
Pada indicator 1.1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
sikap, lulusan hanya terdapat 2 sub-indikator yang kondisi capaiannya
sudah mencapai standar atau optimal, yakni sikap siswa yang
mencerminkan perilaku disiplin dan mencerminkan sikap santun.
Sedangkan sub-indikator lainnya, masih belum mencapai standar/ belum
optimal.’
Pada indicator 1.2. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
pengetahuan, belum optimal
Pada indicator 1.3. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
keterampilan secara keseluruhan belum optimal
Sebagian kecil peserta didik telah menunjukkan prestasi belajar
yang lebih baik, namun tidak konsisten. SD Negeri 2 Japara belum
merumuskan dan mengupayakan target belajar yang bisa dicapai bagi
semua peserta didik agar mereka bisa berhasil.

Peserta didik kami menerapkan ajaran agama dalam kehidupan


mereka menunjukkan sikap yang baik di sekolah dan di tengah
masyarakat luas. Mereka memahami tentang disiplin, toleransi, kejujuran,
kerja keras, dan perhatian kepada orang lain. Sekolah menyediakan
beragam kegiatan pengembangan pribadi

2. Capaian Standar Isi


Pada indicator 2.1 perangkat pembelajaran sesuai rumusan
kompetensi lulusan terdapat 3 sub indikator yang sudah optimal yaitu
memuat karaketristik kompetensi sikap. Terdapat 2 sub indikator yang
belum optimal yaitu Memuat karakteristik kompetensi pengetahuan dan
Memuat karakteristik kompetensi keterampilan.
Pada indikator 2.2 kurikulum tingkat satuan pendidikan
dikembangkan sesuai prosedur terdapat 1 sub indikator yang belum
optimal yaitu melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan
kurikulum.
Pada indikator 2.3 sekolah melaksanakan kurikulum sesuai
ketentuan secara keseluruhan sub indikator belum optimal. Kurikulum
sekolah yang disusun sudah sesuai dengan standar isi, standar
kompetensi lulusan, dan panduan KTSP dan penyusunannya disesuaikan
dengan ciri khas dan kebutuhan daerah, namun capaian nya belum
optimal. SD Negeri 2 Japara menawarkan beberapa mata pelajaran
tambahan berdasarkan karakter daerah dan kebutuhan masyarakat.
3. Capaian Standar Proses
Pada indikator 3.1 sekolah merencanakan proses pembelajaran
sesuai dengan ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu
mengacu pada silabus yang dikembangkan dan mengarah pada
pencapaian komptensi.
Khusus pada standar proses, silabus SD Negeri 2 Japara dikaji dan
diperbaiki secara teratur dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
sekolah serta kebutuhan setempat. Silabus SD Negeri 2 Japara memiliki
kelenturan (fleksibilitas) bagi guru untuk memenuhi beragam kebutuhan
semua peserta didik.
Silabus SD Negeri 2 Japara dirancang untuk menerapkan
pembelajaran yang relevan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah,
menciptakan suasana yang mendukung dan menyenangkan, serta
mendorong kemajuan sesuai tingkat usia dan kemampuan peserta didik.
Guru-guru di SD Negeri 2 Japara membuat RPP berdasarkan
program tahunan (prota), program semester (prosem) dan silabus. Kepala
SD Negeri 2 Japara mengkaji ulang semua rencana pembelajaran dan
memberikan saran dan bimbingan.
Pada indikator 3.2 proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
terdapat 2 sub indikator yang optimal pencapaiannya yaitu membentuk
rombongan belajar dan mengelola kelas.
Guru-guru di SD Negeri 2 Japara mempertimbangkan berbagai
kebutuhan pembelajaran yang berbeda dan merencanakan pembelajaran
berdasarkan kebutuhan tersebut. Guru-guru di SD Negeri 2 Japara
mengkaji ulang RPP setelah mengajar untuk membantu merencanakan
pembelajaran selanjutnya. Guru-guru di SD Negeri 2 Japara selalu
menggunakan alat peraga dalam pembelajaran dan memperbaharuinya.
Sebagian (sekitar 70%) besar guru di SD Negeri 2 Japara mendapatkan
bahan penunjang pembelajaran dalam jumlah yang cukup. Guru-guru di
SD Negeri 2 Japara secara teratur menggunakan metode pembelajaran
yang beragam dan melaksanakan pembelajaran secara bertahap dan
menarik. Guru-guru di SD Negeri 2 Japara tidak hanya mengarahkan
pembelajaran, tapi juga memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
menyampaikan pendapat dan terlibat secara aktif.
Pada Indikator 3.3 pengawasan dan penilaian otentk dilakukan
dalam proses pembelajaran erdapat satu sub indikator yang sudah optimal
yaitu melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru.
Pada umumnya peserta didik di SD Negeri 2 Japara hadir sesuai
jadwal, berperilaku baik, dan mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kecakapan mereka. Hubungan timbal balik antara guru, peserta didik, dan
tenaga kependidikan terpelihara dengan baik. Semua peserta didik di SD
Negeri 2 Japara diperlakukan dengan adil dan dihargai pendapatnya.
4. Capaian Standar Penilaian
Pada indikator 4.1 aspek penilaian sesuai ranah kompetensi secara
kesuruhan capaiannya belum optimal.
Pada indikator 4.2 teknik penilaian obyektif dan akuntabel terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menggunakan teknik penilain
yang objektif dan akuntabel. Guru-guru di SD Negeri 2 Japara selalu
memantau kemajuan belajar peserta didik melalui observasi dan penilaian
secara berkala, melaksanakan penilaian sesuai dengan silabus dan RPP,
serta memberikan informasi kepada peserta didik mengenai KKM
Guru-guru di SD Negeri 2 Japara memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkaji ulang kemajuan belajar mereka untuk
menetapkan target pembelajaran selanjutnya.
Pada indikator 4.3 penilaian pendidikan ditindaklanjuti terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menindaklanjuti hasil pelaporan
dan 1 sub indiaktor yang belum optimal yaitu melakukan penilaian secara
periodik. Guru-guru di SD Negeri 2 Japara mengkaji ulang tingkat
kemajuan semua peserta didik pada setiap akhir semester dan
menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan program
pembelajaran selanjutnya. SD Negeri 2 Japara membuat laporan berkala
pada orangtua mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik setiap
semester dan menawarkan kesempatan untuk mendiskusikan kemajuan
anak mereka. SD Negeri 2 Japara memiliki kemitraan dengan orangtua .
Orangtua terlibat aktif dalam penyelesaian PR (Pekerjaan Rumah) anak
mereka.
Pada indikator 4.4 instrumen penilaian menyesuaikan aspek terdapat
1 sub indikator yang belum optimal yaitu menggunakan instrumen
penilain aspek sikap
Pada indikator 4.5 penilaian dilakukan mengikuti prosedur semua
sub indikator sudah optimal mencapai SNP.
5. Capaian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada indikator 5.1 ketersedian dan kompetensi guru sesuai ketentuan
terdapat satu indikator yang capaiannya belum optimal yaitu
berkompetnsi minimal baik.
Pada indikator 5.2 ketersedian dan kompetensi kepala sekolah sesuai
ketentuan semua sub indikator sudah optimal.
SD Negeri 2 Japara memiliki jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan dalam standar.
SD Negeri 2 Japara mempunyai tenaga pendidik yang cukup untuk
menangani peserta didik yang mengalami. Guru guru disekolah kami
memliki dedikasi dan integritas yang tinggi terhadap pekerjaannya.
6. Capaian Standar Sarana dan Prasarana
Pada Indikator 6.1 daya tampung sekolah memadai terdapat 3 sub
indikator yang belum optimal yaitu 1) memilliki kapasitas rombongan
belajar yang sesuai dan memadai, 2) kondisi bangunan sekolah memenuhi
persyaratan, dan 3) memiliki ragam sarana prasarana.
Jumlah peserta didik di dalam rombongan belajar lebih kecil dari
yang ditetapkan dalam standar agar dapat lebih meningkatkan proses
pembelajaran..
Dari segi sarana dan prasarana sekolah SD Negeri 2 Japara
memiliki bangunan gedung yang ukuran, ventilasi dan kelengkapan
lainnya sesuai dengan ketentuan dalam standar Sarpras yang ditetapkan
namun belum optimal.
7. Capaian Standar Pengelolaan Pendidikan
Pada indikator 7.1 sekolah melakukan perencanaan keungan semua
sub indikator sudah optimal.
Perumusan rancangan anggaran biaya pendapatan dan belanja
sekolah (RAPBS) merujuk pada peraturan pemerintah dengan melibatkan
partisipasi komite sekolah dan pemangku kepentingan yang terkait.
Sekolah membuat laporan pertanggungjawaban pendapatan dan
penggunaan keuangan secara berkala dan menyeluruh kepada Pemerintah
dan pemangku kepentingan. Sekolah berencana untuk memperluas
penggunaan sumber daya dan prasarana sekolah untuk mendapatkan
pembiayaan tambahan tetapi kami belum mengimplementasikannya.
Hubungan sekolah dengan pemangku kepentingan harus
dikembangkan lebih lanjut agar mendapatkan bantuan keuangan dari
mereka. SD Negeri 2 Japara menyimpan catatan alumni dan sebagian dari
mereka membantu sekolah tetapi bukan dalam hal pembiayaan.
Pada indikator 7.2 program pengelolaan dilaksanakan sesuai
ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu memiliki
pedoman pengelolaan sekolah yang lengkap dan meningkatkan daya guna
pendidik dan tenaga pendidik. Terdapat 4 sub indikator yang belum
optimal yaitu 1) Menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan, 2)
Melaksanakan kegiatan evaluasi diri, 3) Membangun kemitraan dan
melibatkan peran serta masyarakat serta lembaga lain yang relevan dan 4)
Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran.
Pada indikator 7.3 Kepala sekolah berkinerja baik dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan terdapat 2 sub indikator yang belum
optimal yaitu Berjiwa kepemimpinan dan Berjiwa kewirausahaan.
Pada indikator 7.4 Sekolah mengelola sistem informasi manajemen
pada sub indikator hasil capaian belum optimal yaitu memiliki sistem
informasi manajemen sesuai ketentuan.
8. Capaian Standar Pembiayaan
Pada indikator 8.1 Sekolah memberikan layanan subsidi silang
semua sub indikator sudah optimal.
Pada indikator 8.2 Beban operasional sekolah sesuai ketentuan
sudah optimal
Pada indikator 8.3 Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan
baik teradapat 2 sub indikator yang belum optimal yaitu Mengatur alokasi
dana yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya dan
Memiliki laporan pengelolaan dana
B. Profil Sekolah Magang SD Negeri Citapen

SD Negeri Citapen adalah salah satu satuan pendidikan dengan jenjang SD di


Citapen, Kec. Japara, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Dalam menjalankan
kegiatannya, SD Negeri Citapen berada di bawah naungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
SD Negeri Citapen beralamat di Dusun Cidadali, CITAPEN, Kec. Japara,
Kab. Kuningan, Jawa Barat, dengan kode pos 45555. Didirikan pada tahun 1967
berdasarkan No. SK. Operasional 013/OP.SE/II/67 diatas lahan 1500 m2 dengan
luas bangunan 918m2, saat ini SD Negeri Citapen telah terakreditasi A, dengan
jumlah murid sebanyak 200 siswa yang terbagi menjadi 6 rombongan belajar
ditangani oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 9. SD Negeri
Citapen dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yaitu Bapak Ocid Rosidin, S.Pd.I
1. Visi SD Negeri Citapen
Mewujudkan peserta didik yang Cermat ( Cerdas, Ramah, Mandiri, Agamis dan
Terampil)
2. Misi SD Negeri Citapen
1. Meningkatkan pribadi peserta didik menjadi insan yang taat beribadah dan
berakhlak mulia
2. Meningkatkan keunggulan dalam kompetensi mata pelajaran
3. Membiasakan sikap ramah, senyum, salam dan sapa
4. Mebiasakan hidup mandiri, dalam kehidupan sehari hari
5. Mengembangkan berbagai keterampilan sesuai dengan minat, bakat dan potensi
peserta didik.
3. Tujuan Sekolah SD Negeri Citapen
Membentuk pribadi peserta didik yang taat beribadah dan berakhlak mulia
dengan membiasakan hidup mandiri, sikap ramah (senyum, spa dan salam)
sehingga untuk mencapai keunggulan dalam kompetensi mata pelajaran serta
mengembangkan potensi daerah bergabagai keterampilan sesuai dengan minat
bakat dan potensi setiap peserta didik.

Capaian 8 Standar Nasional Pendidikan


1. Capaian Standar Kompetensi Lulusan
Pada indikator 1.1 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap, secara
umum , capaian mutu pada indikator 1.1 ini belum optimal. Masih banyak aspek
sub indicator mutu yang di bawah standar, misalnya sikap berkarakter, sikap
santun, sikap jujur, skpa bertanggungjawab, sikap percaya diri dan sikap belajar
sepanjang hayat. Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian dimens sikap ini melalui:
1) Sekolah harus memastikan proses integrasi nilai sikap dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
2) Bekerjasma dengan pesantren untuk menguatkan sikap siswa
3) Sekolah harus memastikan tatatertib di sekolah dapat berjalan dengan
baik
Secara umum , capaian mutu pada indikator 1.2 sudah optimal karena capaian
mencapai 6,7.
Hasil capaian pada indikator 1.3 belum optimal. Masih ada sub indikator yang
dibawah standar yaitu Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kritis.
2. Capaian Standar Isi
SD Negeri Citapen mengembangkan kurikulum Kurikulum kurikulum 2013
memuat 8 mata pelajaran dan 2 muatan lokal yaitu Bahasa Sunda dan Bahasa
Inggris
Secara umum yang menjadi kelemahan di SD Negeri Citapen , yaitu pada
indikator 2.3 Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan capaian mutu
pada indikator. Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan ini
melalui:
1. Peningkatan Jumlah perangkat yang dikembangkan lebih banyak.
2. Meningkatkan Kemamapuan tim pengembang kurikulum terbatas.
3. Kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah, dewan pendidikan dan
komite sekolah lebih optimal.
4. Sekolah menyediakan istem informasi manajemen yang dimiliki sekolah
menyediakan akses terhadap perangkat KTSP

3. Capaian Stndar Proses


Pada indikator 3.1 Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai
ketentuan hanya 1 sub indiaktor yang sudah optimal yaitu Mengarah pada
pencapaian kompetensi. Masih banyak aspek sub indicator mutu yang di bawah
standar yaitu mengacu pada silabus yang telah dikembangkan, menyusun
dokumen rencana dengan lengkap dan sistematis, mendapatkan evaluasi dari
kepala sekolah dan pengawas sekolah .
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri atau
berkelompok oleh guru-guru di  sekolah sendiri. Diakui bahwa silabus yang
dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran
sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain
dengan beberapa perbaikan-perbaikan.Kegiatan pembelajaran yang dirancang
dalam silabus belum membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan
terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Pada indikator 3.2 Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat terdapat
sub indikator yang belum optimal yaitu Mendorong siswa mencari tahu,
Melakukan pembelajaran berbasis kompetensi, Mengutamakan pemberdayaan
siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat, Menerapkan prinsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, Menerapkan
metode pembelajaran sesuai karakteristik siswa, Memanfaatkan media
pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,
Menggunakan aneka sumber belajar
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun
berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran
muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan
silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri.
RPP yang disusun guru sebagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain
dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun ada juga beberapa guru yang
telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri dengan memperhatikan
lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan
RPP sebagian sudah menggunakan metode yang aktif, inspiratif, kreatif,
menyenangkan,   menantang dan memotivasi siswa.
Pada indikator 3.3 Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam
proses pembelajaran terdapat 2 sub indikator yang paling lemah yaitu
memanfaatkan hasil penilaian otentik dan menindaklanjuti hasil pengawasan
proses pembelajaran.
4. Capaian Standar Penilaian
Pada indikator 4.1 Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi terdapat sub
indikator yang paling lemah memiliki bentuk pelaporan sesuai dengan ranah.
Sekolah sudah menyusun KKM dan membuat beberapa instrumen penilaian.
Sekolah juga sudah memberikan informasi kepada peserta didik mengenai KKM
termasuk yang dipersyaratkan untuk penguasaan minimum di awal semester dan
juga kepada orang tua dalam pertemuan dengan orang tua peserta didik di awal
tahun pelajaran baru.
Penilaian dilakukan secara berkala dan terdokumen di masing-masing guru
kelas dan guru mata pelajaran. Teknik yang digunakan untuk penilaian ini
sebagian besar guru menerapkan tes tertulis, tes lisan dan tes praktik. Untuk
penilaian proses, guru menerapkan tekni kerja kelompok observasi atau
pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Diakhir kegiatan pembelajaran
guru menerapkan teknik penugasan, baik perseorangan maupun kelompok dalam
bentuk tugas rumah atau proyek.
Pada indikator 4.4 Instrumen penilaian menyesuaikan aspek, secara umum
sekolah belum memiliki bentuk pelaporan sesuai dengan ranah. Oleh karena itu
langkah yang perlu dilakuka sekolah adalah: mengamati perilaku siswa selama
pembelajaran; mencatat perilaku siswa dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan; menindaklanjuti hasil pengamatan; dan mendeskripsikan
perilaku siswa
5. Capaian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Indikator standar pendidik dan tenaga kependidikan sudah memenuhi
standar nasional pendidikan secara optimal hal tersebut sejalan dengan peraturan
pemerintah nomor 74 tahun 2008 yang mengisyaratkan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompentensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Status kepegawaian pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri Citapen
terdiri dari 9.
6. Capaian Standar Sarana dan Prasarana
Pada indikator 6.1 Kapasitas daya tampung sekolah memadai hanya 1 sub
indikator yang sudah optimal yaitu rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa.
SD Negeri Citapen memiliki luas lahan 1530 m2 dengan jumlah ruang kelas
yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar sebanyak 6 ruang kelas.
Sebanyak 6 ruang kelas dengan ukuran masing-masing 7,5 x 7 m2. Setiap ruang
kelas masing-masing memiliki satu white board sebagai papan tulis, satu meja dan
kursi guru, satu lemari, masing-masing satu kursi untuk setiap siswa dan satu
bangku untuk dua siswa, memiliki prasarana lainnya seperti sapu, pengepel,
tempat sampah, jam dinding dan sebagainya untuk kelengkapan ruang kelas.
Indikator yang menjadi kelemahan di SD Negeri Citapen adalah memiliki
ragam prasarana sesuai ketentuan belum optimal
7. Capaian Standar Pengelolaan
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun rencana
kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian
pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) disosialisasikan
kepada warga sekolah. Sekolah sudah melakukan pengisian instrumen EDS
sehingga RKS dan RKJM yang disusun berdasarkan rekomendasi EDS sudah
mengelompokkan ke dalam delapan standar yaitu Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan
Pendidikan, Standar Penilaian Pendidikan.
Kelemahan yang dimiliki SD Negeri Citapen adalah sekolah belum
menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan secara optimal. Adapun hal-hal
yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah:
1. Dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan oleh penanggung jawab
kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.
2. Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses
penerimaan peserta didik meliputi kriteria calon peserta didik, mekanisme
penerimaan peserta didik sekolah dilakukan dan orientasi peserta didik baru
yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan
pengawasan guru.
3. Memberikan layanan konseling kepada peserta didik oleh guru kelas atau guru
BK.
4. Melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik;
5. Melakukan pembinaan prestasi unggulan;
6. Melakukan pelacakan terhadap alumni.
8. Capaian Standar Pengelolaan
Pada indikator Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan baik terdapat 2
sub indikator yang paling lemah yaitu Mengatur alokasi dana yang berasal dari
APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya dan Memiliki laporan pengelolaan dana
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan BOS pemerintah provinsi Jawa Barat. Sekolah
belum mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan RKAS melibatkan secara langsung pihak komite sekolah ataupun
pemangku kepentingan yang relevan, lewat rapat dewan guru, kepala sekolah,
beberapa guru dan bendahara sekolah, dengan tetap mempertimbangkan usulan-
usulannya warga sekolah. Sekolah belum optimal dalam laporan pengelolaan
dana
BAB III
PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

A. Pelaksanaan Rencana Proyek Kepemimpinan (RPK)


Rencana Proyek Kepemimpinan (RPK) merupakan penjabaran rencana
pengembangan sekolah secara operasional yang di dalamnya memuat tindakan-
tindakan kepemimpinan calon kepala sekolah dalam menjalankan program/
kegiatan untuk memecahkan masalah pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kompetensi calon kepala sekolah dan kinerja sekolah/ madrasah serta berdampak
kepada prestasi peserta didik dan pencapaian student wellbeing.
1. Judul RPK
Peningkatan Capaian Kompetensi Pengetahuan Faktual, Konsep, Prosedural
Dan Metakognitif Melalui Pembelajaran Berbasis IT Tujuan RPK
2. Indikator Keberhasilan RPK
a. Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Program
1) Meningkatnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran
2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
3) Meningkatnya kemampuan siswa menyampaikan pendapat
4) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menyimpulkan
b. Indikator Keberhasilan Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah
Kompetensi Kepribadian
1. Calon Kepala Sekolah memiliki etika perkataan yang baik selaras
dengan tindakan yang dilakukan.
2) Calon Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas-tugas dengan
perencanaan yang matang dan evaluasi berkelanjutan
Kompetensi Kewirausahaan:
1. Meningkatnya kompetensi calon kepala sekolah dalam melakukan
program inovatif
2. Meningkatnya kompetensi Calon kepsek membuat alternatif pemecahan
masalah yang relevan dan tepat
Kompetensi Sosial:
1. Bertambahnya pengalaman dalam melakukan kerjasama dengan pihak
lain untuk menyelenggarakan pendidikan
2. Bertambahnya pengalaman menyusun program kerja sama dengan pihak
lain
Kompetensi Kewirausahaan:
1. Meningkatkan pemahaman tentang program-program inovatif yang bisa
meningkatkan kefektifan sekolah dengan baik
2. Meningkatnya rasa optimis dan pantang menyerah, dan berpikir
alternatif terabik untuk mencapai keberhasilan sekolah
c. Indikator Keberhasilan Peningkatan Prestasi Siswa
1) Nilai sikap peserta didik meningkat
2) Nilai ulangan harian selalu diatas KKM
3) Peserta didik mampu memahami materi yang diberikan oleh guru
dengan baik
4) Peserta didika aktif dalam mengemukakan ide dan pendapatnya
5) Peserta didik bertangung jawab dalam mengerjakan latihan soal yang
diberikan
6) Peserta didika tepat waktu dalam mengumpulkan tugas
7) Peserta didik mampu mengatasi kesulitan belajar
3. Program Kegiatan RPK
In House Training Peningkatan Capaian Kompetensi Pengetahuan
Faktual, Konsep, Prosedural Dan Metakognitif Melalui Pembelajaran
Berbasis IT
4. Langkah-Langkah Kegiatan
Pelaksanaan RPK Siklus ke-1
a. Persiapan
Pada tahap persiapan penulis menyusun program tindak kepemimpinan
yang dilengkapi dengan instrumen-instrumen yang diperlukan pada tahap
pelaksanaan. Pada tahap persiapan penulis melakukan:
1) Berkoordinasi dengan kepala sekolah (meminta ijin)
2) Membuat Program Rencana Tindak Kepemimpinan
3) Membentuk Panitia kegiatan RPK
4) Membuat SK Kasek tentang Panitia Workshop
5) Menentukan narasumber melalui kesepakatan bersama
6) Berkoordinasi dengan pengawas binaan dengan terbuka
7) Menentukan waktu pelaksanaan
8) Menentukan jumlah peserta
9) Menentukan biaya dengan jujur, transparan dan akuntabel
10) Membuat panduan bintek
11) Membuat dan mengirim undangan Bimtek
12) Menyusun instrumen untuk mengukur peningkatan kemampuan guru dalam
mengembangkan media pembelajaran
13) Menyusun instrumen dengan penuh motivasi untuk mengukur peningkatan
kompetensi kepribadian, kewirausahaan, dan sosial CKS
14) Menyusun instrumen dengan teliti untuk mengobservasi pelaksanaan Bimtek
15) Menyiapkan sarpras Bimtek
16) Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan pada tahap pelaksanaan dengan
penuh motivasi penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan pertemuan awal
2) Mengawali bintek dengan keterbukaan hati
3) Memfasilitasi pelaksanaan bintek media pembelajaran, dengan sabar
4) Melakukan pendampingan guru dalam merancang dan menggunakan media
pembelajaran
5) Mendorong guru melaksanakan pembelajaran dengan media pembelajaran
6) Melakukan perbaikan
7) Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk memaparkan/
mempresentasikan hasil pengembangan media pembelajaran
8) Memberikan kesempatan kepada guru untuk berdiskusi secara umum guru
memperoleh ide dan gagasan tentang pengembangan media pembelajaran
yang memenuhi prinsip pengembangan

c. Monev
Calon kepala sekolah melakukan monitoring dan evaluasi untuk
mengetahui perkembangan dari hasil kegiatan untuk mencapai indikator
keberhasilan dalam pengembangan pembelajaran Tematik Terpadu . Dalam
pelaksanaan monev calon kepala sekolah membagikan instrumen evaluasi
kegiatan dan evaluasi tentang kompetensi calon kepala sekolah kepada peserta
Bimbingan Teknik
1) Monitoring pelaksanaan kegiatan RPK
Kegiatan monitoring ini dikembangkan oleh Calon Kepala Sekolah untuk
mengukur keterlaksanaan kegiatan RPK mulai dari perencanaan dan pelaksanaan.
Responden untuk instrumen ini adalah guru, tendik, dan murid yang terlibat dalam
kegiatan RPK. Instrumen yang digunakan terlampir. Hasil nilai pelaksanaan RPK
yang diperoleh selama kegiatan berlangsung pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel
3.1
Tabel 3.1 Monitoring Pelaksanaan Kegiatan RPK

No Indikator RPK Perolehan Max Nilai Kriteria


1 Persiapan 58 64 90,63 Sangat Baik
2 Pelaksanaan 24 32 75 Baik

Hal-hal yang masih rendah capaianya antara lain pada tahapan:


1. Pada tahap persiapan pada kegiatan menentukan narasumber melalui
kesepakatan bersama. Penentuan nara sumber dilakukan sendiri oleh calon
kepala sekolah
2. Pada tahap pelaksanan pada kegiatan Memfasilitasi pelaksanaan bintek
media pembelajaran, dengan sabar.

2) Monitoring Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah


Monitoring ini dikembangkan oleh CKS untuk mengukur peningkaan
kompetensi Calon Kepala Sekolah pada tiga Domain kompetensi yaitu epribadian,
Sosial dan Kewirausahaan. Instrumen ini disusun berdasarkan hasil AKPK yang
telah diisi oleh peserta diklat pada tahap OJT 1 dengan mengambil dua
kompetensi pada skor terendah untuk setiap domain kompetensi tersebut di atas.
Instrumen monitoring ini diisikan oleh Kepala Sekolah asal sebagai mentor 1,
dengan instrument terlampir. Hasil yang maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 3.2
Nilai Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah Berdasarkan AKPK

No. Indikator
Kompetensi Perolehan Max Nilai
No 1 2
1 Kepribadian 21 22 43 48 89.58
2 Kewirausahaan 19 18 37 48 77.08
3 Sosial 18 18 36 48 75.00
Jumlah 116 144
Persentase 80,55
Kriteria Baik

Berdasarkan data tabel di atas Nilai Tindakan Kepemimpinan Calon


sebelum tindakan (hasil AKPK awal) kepribadian 91.67 Pada Siklus 1 dapat
disimpulkan bahwa Nilai rata-rata Kompetensi kepribadian 89.58 dengan kategori
Baik, Kompetensi Kewirausahaan hasil AKPK Awal sebesar 80 dan Hasil Siklus
1 77.08 dengan kategori Baik dan Kompetensi Sosial hasil penilaian awal
(AKPK) 85 sedangkan hasil penilaian Siklus 1 memperoleh penilaian 75.00
dengan kategori baik. Bagi Calon nilai Siklus I yang lebih rendah dari AKPK
menjadikan pemacu untuk meningkatkan kinerja lebih baik lagi. Rendahnya hasil
penilaian Tindakan Kepemimpinan masih bersifat subjektif mengingat beberapa
faktor di antaranya kondisi peserta, atau jenis instrumen yang kurang valid.
Dengan demikian Hasil AKPK pada Siklus 1 dapat digambarkan dalam tabel
sebagai berikut :

Tabel 3.3. Hasil AKPK Siklus 1


Sebelum Sesudah Peningkatan/
No Kompetensi
tindakan tindakan Penurunan
1 Kepribadian 91.67 89.58 2,09
2 Kewirausahaan 80.00 77.08 2,92
3 Sosial 85.00 75.00 10
Dari hasil penilaian Tindak Kepemimpinan calon diperoleh penurunan
pada kompetensi kepribadian -2,09 point, kompetensi kewirausahaan menurun
sebesar – 2,92 point, dan kompetensi Sosial menurun sebesar 10 point.

3) Evaluasi Hasil Kegiatan RPK


Evaluasi ini dilaksanakan oleh Calon Kepala Sekolah untuk mengukur
keberhasilan kegiatan RPK dengan menggunakan indikator dari tujuan yang
pertama yang telah dibuat dalam matrik RPK. Responden untuk instrumen ini
adalah KS, guru, dan tendik yang terlibat dalam kegiatan RPK. Instrumen
terlampir. Hasil nilai kegiatan RPK yang diperoleh selama kegiatan berlangsung
pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Evaluasi Hasil Kegiatan RPK
Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah
47 41 37 44 36 38 36 42 321
Skor Baik
Persentase 98 85 77 92 75 79 75 88 84

Hal-hal yang masih rendah capaianya antara lain pada indicator


keberhasilan :
1. Aspek siswa melakukan investigasi, untuk menjawab topik-topik
permasalahan nomor item 3 mencapai rata-rata 77%.
2. Aspek siswa menganalisis dan menyintesis berbagai indformasi yang
diperoleh pada tahap implementasi nomor item 5 mencapai rata-rata 75%
3. Aspek siswa mempresentasikan hasil diskusi nomor item 7 mencapai rata-rata
75%
4) Evaluasi peningkatan Prestasi Peserta Didik
Instrumen evaluasi ini dikembangkan oleh Calon Kepala Sekolah untuk
mengukur dampak yang terlihat setelah kegiatan RPK selesai dilaksanakan
berkaitan dengan peningkatan prestasi peserta didik. Responden untuk instrumen
ini adalah peserta didik yang diambil secara sampel dengan minimal 10% murid
untuk setiap kelas/rombel. Instrumen terlampir.
Hasil nilai peningkatan Prestasi Peserta didik yang diperoleh selama
kegiatan berlangsung pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Evaluasi peningkatan Prestasi Peserta Didik


Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 41 35 38 41 39 34 43 271
Skor Baik
Persentase 85 73 79 85 81 71 90 81

Hal-hal yang masih rendah capaianya antara lain pada indikator


kompetensi :
1) Nilai ulangan harian selalu diatas KKM nomor item 2 mencapai rata-rata 73
%
2) Peserta didika tepat waktu dalam mengumpulkan tugas nomor item 6
mencapai rata-rata 71%

5) Montoring dan evaluasi Pencapaian Students Wellbeing (Kebahagiaan


Murid)
Instrumen monitoring dan evaluasi ini dikembangkan oleh Calon Kepala
Sekolah untuk mengukur dampak yang terlihat setelah kegiatan RPK selesai
dilaksanakan. Dampak yang dimaksud disini adalah ukuran
kebahagiaan/kesejahteraan murid yang teramati sebagai dampak dari pelaksanaan
program RPK. Responden untuk instrumen ini adalah murid yang diambil secara
sampel dengan minimal 10% murid untuk setiap kelas/rombel. Instrumen
terlampir.
Hasil nilai student welbeing yang diperoleh selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan media pembelajaran pada siklus dapat dilihat
pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Montoring dan evaluasi Pencapaian Students Wellbeing
Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6
Jumlah
47 36 39 45 41 43 251
Skor
Baik
97,9 89,5
Persentase 75,00 81,25 93,75 85,42 87,15
2 8

Berdasarkan Tabel 3.5 Nilai student welbeing siswa sebesar 87,15


termasuk dalam kriteria baik. Hal ini terlihat adanya aspek students wellbeing
yang masih rendah capaiannya antara lain :
1) Aspek model pembelajaran yang dibuat guru dapat membuat saya belajar dari
sekolah maupun dari rumah nomor item 2 hanya mencapai rata-rata 75 %.
Hal ini diketahui bahwa media pembelajaran yang digunakan belum
sepenuhnya digunakan oleh siswa.
2) Aspek lebih senang belajar melalui model, pendekatan dan metode bervariasi
yang diberikan guru daripada melihat tutorial lain nomor item 3 hanya
mencapai 81,25 %. Hal ini diketahui bahwa guru dalam menyampaikan
materi belum sepenuhnya menggunakan media yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.

d) Refleksi,
Pelaksanaan tindakan Peningkatan Capaian Kompetensi Pengetahuan
Faktual, Konsep, Prosedural Dan Metakognitif Melalui Pembelajaran Berbasis IT
pada siklus 1 menunjukkan hasil yang baik. Kondisi capaian students wellbeing
menunjukkan bahwa peserta didik dengan kegiatan RPK dapat memenuhi
kepuasaan siswa dengan ketercapaian 87,15 kriteria Baik. Hasil capaian program
dan kondisi students wellbeing tersebut dipengaruhi oleh aktifitas kepemimpinan
Calon Kepala Sekolah sebagai pelaksana Tindakan. Hasil monitoring
menunjukkan bahwa capaian peningkatan kompetensi Calon Kepala Sekolah
dalam kategori Baik
Beberapa aspek yang sudah baik dari pelaksanaan pada siklus ke-1 antara
lain:
1) Pelaksanan RPK pada kegiatan tahap persiapan ketercapaian 90,63% kriteria
sangat baik
2) Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah pada kompetensi kepribadian
ketercapaian 89,58 kriteria Baik
Beberapa aspek yang belum optimal dari pelaksanaan RPK di siklus ke-1
dan harus diperbaiki pada siklus ke-2 antara lain:
1) Peningkatan Prestasi Peserta Didik pada Nilai ulangan harian selalu diatas
KKM nomor item 2 mencapai rata-rata 73 % dan Peserta didik tepat waktu
dalam mengumpulkan tugas nomor item 6 mencapai rata-rata 71%
2) Pencapaian Students Wellbeing (Kebahagiaan Murid) Aspek model
pembelajaran yang dibuat guru dapat membuat saya belajar dari sekolah
maupun dari rumah nomor item 2 hanya mencapai rata-rata 75 %. Aspek
lebih senang belajar melalui model, pendekatan dan metode bervariasi yang
diberikan guru daripada melihat tutorial lain nomor item 3 hanya mencapai
81,25 %

e) Tindak lanjut,
Rencana tindak lanjut yang akan dikerjakan dan diperbaiki pada siklus
ke-2 antara lain:
1) Perbaikan Tindakan pemecahan masalah
a) Dalam pelaksanaan RPK calon kepala sekolah lebih berlaku sabar dalam
melaksanakan pembimbingan kepada peserta.
b) Menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan RPK
2) Perbaikan Tindakan Calon Kepala Sekolah
a) Membimbing guru dalam menerapkan media pembelajaran berbasis IT
b) Membantu mengarahkan siswa agar lebih baik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru
Pelaksanaan RPK Siklus ke-2
a. Persiapan
Pada tahap persiapan penulis menyusun Rencana Proyek Kepemimpinan
yang dilengkapi dengan instrumen-instrumen yang diperlukan pada tahap
pelaksanaan. Pada tahap persiapan penulis melakukan:
1) Kordinasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat yang akan membantu
pelaksanaan kegiatan
2) Bekerja keras menyusun program Bimbingan Teknik sebagai panduan dalam
melaksanakan kegiatan
3) Bekerjasama dengan PKS Kurikulum, menyiapkan materi dan panduan yang
akan digunakan dalam pelaksanaan Bimbingan Teknik
4) Menyusun rencana kerja dengan teman sejawat, menyusun jadwal kegiatan,
membuat surat undangan, mempersiapkan ATK dan tempat untuk
pelaksanaan Bimbingan Teknik.
b. Pelaksanaan
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan pada tahap pelaksanaan dengan
penuh motivasi penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan sosialisasi kepada kepala sekolah dan rekan-rekan guru
yang menjadi sasaran atau yang menjadi peserta Bimbingan Teknik.
2) Dengan sepenuh hati mengawal pelaksanaan Bimbingan Teknik, calon
kepala sekolah menjelaskan tentang materi dan kaidah pengembangan
pembelajaran Tematik Terpadu yang benar sesuai pengalaman yang di
miliki.
3) Memberi motivasi yang kuat untuk sukses pada guru-guru dalam
pengembangan pembelajaran Tematik Terpadu.
4) Dengan sabar dan telaten memberikan pendampingan pada guru-guru jika
perlu memberi bimbingan diluar jam kerja, meminta kesediaan guru-guru
untuk mengumpulkan hasilnya
c. Monev
Dalam kegiatan monitoring siklus 2 ini calon kepala sekolah memberikan
pendampingan, bimbingan dan pemantauan pelaksanaan dari siklus 2. Kegiatan
monitoring pelaksanaan rencana proyek kepemimpinan ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan capaian pada setiap indikator keberhasilan.
Berikut adalah analisis hasil data yang diperoleh selama rencana proyek
kepemimpinan siklus 2 berdasarkan beberapa instrumen yang diisi oleh peserta
dan peserta didik, yaitu:
1) Monitoring pelaksanaan kegiatan RPK
Kegiatan monitoring ini dikembangkan oleh Calon Kepala Sekolah untuk
mengukur keterlaksanaan kegiatan RPK mulai dari perencanaan dan pelaksanaan
sebagai perbaikan dari siklus ke-1. Monitoring ini juga lebih focus pada aspek-
aspek yang perlu diperbaiki dari siklus ke-1. Instrumen yang digunakan dan hasil
pengolahannya terlampir. Hasil nilai pelaksanaan RPK yang diperoleh selama
kegiatan berlangsung pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Monitoring Pelaksanaan Kegiatan RPK

No Indikator RPK Perolehan Max Nilai Kriteria


1 Persiapan 62 64 96,88 Sangat Baik
2 Pelaksanaan 31 32 96,88 Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk persiapan pelaksanaan rencana
proyek kepemimpinan siklus 2 persiapan dilakukan dengan Sangat Baik, hal ini
dapat dilihat pada nilai capaian sebesar 96,88 %. Sedangkan pada pelaksanaan
rencana proyek kepemimpinan siklus 2 capai nilai adalah sebesar 96,88% juga
dalam kategori Sangat Baik.
Perbandingan hasil monev pelaksanaan RTK antara Siklus ke-1 dan Ke-2
digambarkan dalam grafik berikut:
120

100

80

60

40

20

0
Persiapan Pelaksanaan

Siklus 1 Siklus 2

Grafik 3.1. Perbandingan Capaian Pelaksanaan Program RPK siklus ke-1 dan ke-2

2) Monitoring Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah


Monitoring ini dikembangkan oleh CKS untuk mengukur peningkaan
kompetensi Calon Kepala Sekolah pada tiga Domain kompetensi yaitu
kepribadian, Sosial dan Kewirausahaan, dan lebih focus pada kompetensi CKS
yang masih belum optimal di siklus ke-1. Instrumen dan penegolahannya
terlampir.

Tabel 3.7. Nilai Tindak Kepemimpinan Dalam Peningkatan Kompetensinya


Siklus 2.
No. Indikator
No Kompetensi Perolehan Max Nilai
1 2
1 Kepribadian 21 22 43 48 89.58
2 Kewirausahaan 20 19 39 48 81,25
3 Sosial 19 18 37 48 77.08

Berdasarkan data tabel di atas Nilai Tindakan Kepemimpinan Calon Pada


Siklus 2 dapat disimpulkan bahwa Nilai rata-rata Kompetensi kepribadian 89.58
dengan kategori Amat Baik, Kompetensi Kewirausahaan 81.25 dengan kategori
Baik dan Kompetensi Sosial 77.08 dengan kategori Baik.Dengan demikian jika
dibandingkan dengan AKPK dan Siklus I terjadi peningkatan yang signifikan.
Dengan demikian Hasil AKPK pada Siklus 1 dapat digambarkan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.8 Hasil AKPK Siklus 2
Sebelum Sesudah Peningkatan/
No Kompetensi
tindakan tindakan Penurunan
1 Kepribadian 91.67 89.58 2,09
2 Kewirausahaan 80.00 81,25 1,25
3 Sosial 85.00 77.08 7,92

Dari hasil penilaian Tndak Kepemimpinan calon diperoleh peningkatan


pada kompetensi kepribadian 0. point, kompetensi kewirausahaan meningkatan
1,25 point, dan kompetensi Sosial meningkat sebesar 2,08 point. Perbandingan
hasil capaian kompetensi Calon Kepala Sekolah antara siklus ke-1 dan ke-2
digambarkan dalam grafik berikut:
95

90

85

80

75

70

65
Kepribadian Kewirausahaan Sosial

Sebelum Tindakan Siklus 1 Siklus 2

Grafik 3.2. Perbandingan Capaian Kompetensi Calon Kepala Sekolah siklus ke-1
dan ke-2

3) Evaluasi Hasil Kegiatan RPK


Evaluasi ini dilaksanakan oleh Calon Kepala Sekolah untuk mengukur
keberhasilan kegiatan RPK dengan menggunakan indikator dari tujuan yang
pertama yang telah dibuat dalam matrik RPK. Responden untuk instrumen ini
adalah KS, guru, dan tendik yang terlibat dalam kegiatan RPK. Instrumen
terlampir.
Hasil nilai kegiatan RPK yang diperoleh selama kegiatan berlangsung
pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9 Evaluasi Hasil Kegiatan RPK
Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah
47 41 42 44 42 39 43 42 340
Skor Baik
Persentase 98 85 88 92 88 81 90 88 89

Perbandingan capaian hasil RPK antara siklus ke-1 dan ke-2 digambarkan
dalam grafik berikut:
120

100

80

60

40

20

0
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8

Siklus 1 Siklus 2

Grafik 3.3. Perbandingan Capaian Hasil RPK siklus ke-1 dan ke-2

4) Evaluasi peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik


Instrumen evaluasi ini dikembangkan oleh Calon Kepala Sekolah untuk
mengukur dampak yang terlihat setelah kegiatan RPK selesai dilaksanakan
berkaitan dengan peningkatan prestasi peserta didik. Responden untuk instrumen
ini adalah peserta didik yang diambil secara sampel dengan minimal 10% murid
untuk setiap kelas/rombel. Instrumen terlampir.
Hasil nilai peningkatan Prestasi Peserta didik yang diperoleh selama
kegiatan berlangsung pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10 Evaluasi peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik
Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 43 41 40 42 40 42 43 291
Skor Baik
Persentase 90 85 83 88 83 88 90 87

Perbandingan peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik antara siklus


ke-1 dan ke-2 digambarkan dalam grafik berikut:
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7

Siklus 1 Siklus 2

Grafik 3.4. Perbandingan Peningkatan Prestasi Hasil Belajar


Peserta Didik siklus ke-1 dan ke-2
5) Montoring dan evaluasi Pencapaian Students Wellbeing (Kebahagiaan
Murid)
Instrumen monitoring dan evaluasi ini dikembangkan oleh Calon Kepala
Sekolah untuk mengukur dampak yang terlihat setelah kegiatan RPK selesai
dilaksanakan. Dampak yang dimaksud disini adalah ukuran
kebahagiaan/kesejahteraan murid yang teramati sebagai dampak dari
pelaksanaan program RPK. Responden untuk instrumen ini adalah murid yang
diambil secara sampel dengan minimal 10% murid untuk setiap kelas/rombel.
Instrumen terlampir.
Hasil nilai student welbeing yang diperoleh selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunkan media pembelajaran pada siklus 2 dapat dilihat
pada tabel 3.11
Tabel 3.11 Montoring dan evaluasi Pencapaian Students Wellbeing
Jumlah
Aspek yang diamati Kriteria
No. Item Skor
1 2 3 4 5 6
Jumlah
47 41 40 45 43 43 259
Skor
Baik
97,9 85,42 83,33 93,75 89,58 89,5 89,93
Persentase
2 8

Berdasarkan Tabel 3.11 Nilai student welbeing siswa sebesar 89,93


termasuk dalam kriteria baik. Dari hasil capaian tersebut maka RPK dalam
meningkatkan student welbeing dinyatakan tuntas. Perbandingan peningkatan
capaian student wellbeing antara siklus ke-1 dan ke-2 digambarkan dalam grafik
berikut:

Student Welbeing

Semangat belajar meningkat

Pendekatan yang bevariasi

Pembelajaran mudah dipahami

Senang belajar melalui media

Dapat belajar dari rumah maupun sekolah

Mudah memahami materi

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Siklus 1 Siklus 2

Grafik 3.5. Perbandingan Peningkatan Capaian Students


Wellbeing siklus ke-1 dan ke-2
d. Refleksi
Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan Peningkatan Capaian
Kompetensi Pengetahuan Faktual, Konsep, Prosedural Dan Metakognitif Melalui
Pembelajaran Berbasis IT pada siklus 2 menunjukkan hasil yang baik pada siklus
ke-Kondisi capaian students wellbeing menunjukkan bahwa peserta didik semakin
baik Hasil capaian program dan konsidi students wellbeing tersebut dipengaruhi
oleh aktifitas kepemimpinan Calon Kepala Sekolah sebagai pelaksana Tindakan.
Hasil monitoring menunjukkan bahwa capaian peningkatan kompetensi Calon
Kepala Sekolah dalam kategori Baik
Beberapa aspek yang menjadi focus perbaikan pada siklus ke-2 antara lain:
1) Aspek peningkatan prestasi peserta didik pada indikator nilai ulangan harian
diatas KKM
2) Aspek peningkatan prestasi peserta didik pada indikator peserta didik tepat
waktu dalam mengumpulkan tugas
3) Aspek Student Wellbeing
Secara umum aspek-aspek tersebut mengalami peningkatan.
Beberapa aspek yang belum optimal dari pelaksanaan RPK di siklus ke-2 dan
harus menjadi focus diperbaiki jika kegiatan ini akan dikembangkan selanjutnya
antara lain:
1) Siswa melakukan analisis dan sintesis dalam pembelajaran
2) Siswa mampu melakukan investigasi dalam setiap pembelajaran

5. Sumber Daya
Sumber daya yang mendukung keterlaksanaan kegiatan pelaksanaan RPK
berupa SDM, keuangan dan sumber daya non manusia.
a. Sumber daya manusia (SDM), berkaitan langsung dengan kegiatan, antara
lain:
 Narasumber merupakan pengawas bina
 Panitia, yang terlibat adalah guru dan tenaga pendidik di sekolah asal
yang ditugaskan melalui surat kepeutusan kepala sekolah
b. Keuangan, berkaitan langsung dengan biaya yang dikeluarkan kegiatan mulai
dari persiapan sampai dengan akhir kegiatan. Keuangan yang digunakan dlam
kegiatan merupakan mandiri keuangan pribadi.
c. Sumber daya non manusia, berupa alat dan perangkat yang mendukung
keterlaksanaan kegiatan RPK.

6. Metode Pengumpulan Data


 Lembar Observasi
 Studi Dokumentasi
 Angket Kuisioner
7. Students Wellbeing
Melalui program kegiatan ini, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa
terbiasa berpikir kritis, mandiri, optimal dalam berkarya, optimis, menjadi lebih
kreatif, ulet, disiplin, saling menghormati, bekerja sama, dan melihat serta
melakukan sesuatu dengan cara berbeda.
B. Pelaksanaan Kajian Manajerial (KM)
Kajian Managerial (KM) merupakan kegiatan calon kepala dalam melakukan
analisis hasil pemetaan capaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
didasarkan pada kondisi nyata dan raport mutu sekolah untuk menemukan
potensi dan tantangan yang dipertimbangkan dalam menyusun rancangan
peningkatan layanan pembelajaran berorientasi pada peserta didik
selanjutnya.
KM dilaksanakan di dua sekolah yaitu di sekolah asal/sendiri dan sekolah
magang untuk meningkatkan kompetensi manajerial Calon Kepala Sekolah.
Rambu-rambu melaksanakan kajian manajerial:
1. Peserta diklat menyusun aspek-aspek atau komponen kajian untuk masing-
masing standar nasional Pendidikan
2. Peserta adiklat memasukkan aspek-aspek atau komponen kajian untuk
masing-masing standar nasional Pendidikan ke dalam matrik kajian
3. Peserta diklat menyusun kondisi ideal dari semua aspek atau komponen
masing-masing standar nasional Pendidikan berdasarkan regulasi yang
berlaku
4. Peserta diklat menentukan kondisi semua aspek atau komponen SNP yang
telah ditetapkan berdasarkan rapot mutu sekolah terakhir yang dimiliki,
dan dituliskan dalam bentuk matrik kajian
5. Peserta diklat menentukan kondisi nyata semua aspek atau komponen yang
telah ditetapkan berdasarkan bukti nyata yang ada di sekolah, sewaktu
peserta diklat melakukan pengamatan, wawancara, dan juga studi
dokumentasi, dan dimasukkan dalam matrik kajian
6. Peserta diklat menentukan potensi yaitu kekuatan dan peluang yang
dimiliki oleh sekolah masing-masing standar nasional pendidikan, dengan
mempertimbangkan kondisi nyata dan rapot mutu yang sudah melampaui
kondisi ideal
7. Peserta diklat menentukan kelemahan dan tantangan dalam matrik kajian
masing-masing standar nasional pendidikan dengan memperhatikan
kondisi nyata dan rapot mutu yang masih di bawah kondisi ideal.
8. Dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki dan tantangan yang
dihadapi sekolah, peserta diklat memberikan rekomendasi strategi dalam
upaya peningkatan capaian masing-masing SNP untuk mearih student
wellbeing.

Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kajian pustaka tentang UU No. 20 Tahun 2003
2. Melakukan kajian pustaka tentang SNP
3. Menyusun matrik kajian manajerial
4. Menyampaikan izin kepada kepala sekolah asal dan sekolah magang
5. Menelaah rapor mutu pendidikan.

Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan calon kepala sekolah melakukan kajian manajerial dengan
melakukan observasi data dan wawancara dengan kepala sekolah dan ketua
Tim Penjaminan Mutu sekolah.

Hasil Kajian Manajrial.


1. Hasil Kajian Manajerial di Sekolah Asal
A. Standar Kompetensi Lulusan
Secara umum , capaian mutu pada indikator 1.1 ini belum
optimal. Masih banyak aspek sub indicator mutu yang di bawah standar,
misalnya sikap berkarakter, sikap santun, sikap jujur, skpa
bertanggungjawab, sikap percaya diri dan sikap belajar sepanjang hayat.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan capaian
dimens sikap ini melalui:
4) Sekolah harus memastikan proses integrasi nilai sikap dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
5) Bekerjasma dengan pesantren untuk menguatkan sikap siswa
6) Sekolah harus memastikan tatatertib di sekolah dapat berjalan dengan
baik
Pada indicator 1.2. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
pengetahuan, belum optimal. Oleh karena itu sekolah perlu melakukan
strategi peningkatan capaian dimensi lulusan memiliki kompetensi pada
dimensi pengetahuan ini melalui:
 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru selaras dengan
mata pelajaran yang diampu.
 Guru memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tersertifikasi
sebagai pendidik.
 Gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan mengarah pada
bakat, minta dan kemampuan belajar siswa.
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana memadai, dan lainnya.
Pada indicator 1.3. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
keterampilan secara keseluruhan belum optimal. Oleh karena itu sekolah
perlu melakukan strategi peningkatan capaian pada dimensi ini melalui:
 Kompetensi keterampilan diintegrasikan dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah.
 Guru tidak merasa terbebani dalam memberikan penilaian
keterampilan karena instrumen dan prosedur yang rumit dan
kurang dipahami.
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan
siswa belum terfokus dan terencanakan dengan optimal.
B. Standar ISI
Pada indicator 2.1 perangkat pembelajaran sesuai rumusan
kompetensi lulusan terdapat 3 sub indikator yang sudah optimal yaitu
memuat karaketristik kompetensi sikap. Terdapat 2 sub indikator yang
belum optimal yaitu Memuat karakteristik kompetensi pengetahuan dan
Memuat karakteristik kompetensi keterampilan.
Pada indikator 2.2 kurikulum tingkat satuan pendidikan
dikembangkan sesuai prosedur terdapat 1 sub indikator yang belum
optimal yaitu melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan
kurikulum.
Pada indikator 2.3 sekolah melaksanakan kurikulum sesuai
ketentuan secara keseluruhan sub indikator belum optimal.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui :
 Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di
KKG/ tentang penguatan pendidikan karakter siswa pada
kompetensi sikap.
 Rancangan dan hasil penilaian sikap berupa jurnal penilaian,
dokumen observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
 Terdapat program kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan
kagamaan, kegiatan krida, latihan olahbakat dan latihan olah-minat.
 Perangkat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi
keterampilan yaitu menunjukkan keterampilan berfikir dan
bertindak:  kreatif,  produktif,  kritis,  mandiri, 
kolaboratif,  komunikatif. Perangkat pembelajaran meliputi
program tahunan, program semester, silabus, RPP, buku yang
digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar tugas
terstruktur dan kegiatan mandiri, handout, alat evaluasi dan buku
nilai
 Rancangan dan hasil penilaian keterampilan kinerja, proyek dan
portofolio.
 Tahapan pengesahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
 Bentuk pendalaman materi yang diatur berupa kegiatan
pengarahan materi, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur.
 Terdapat kegiatan penugasan terstruktur berupa pendalaman
materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh pendidik
dan waktu penyelesaian ditentukan oleh pendidik.
 Terdapat kegiatan mandiri tidak terstruktur berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang
oleh pendidik dan waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh
siswa.
 Menyelenggarakan minimal 2 dari 4 aspek yang disediakan
untuk mata pelajaran seni budaya, prakarya, dan
kewirausahaan.
 Siswa mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap
semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semester.
C. Standar Proses
Pada indikator 3.1 sekolah merencanakan proses pembelajaran
sesuai dengan ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu
mengacu pada silabus yang dikembangkan dan mengarah pada
pencapaian komptensi.
Pada indikator 3.2 proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
terdapat 2 sub indikator yang optimal pencapaiannya yaitu membentuk
rombongan belajar dan mengelola kelas.
Pada Indikator 3.3 pengawasan dan penilaian otentk dilakukan
dalam proses pembelajaran erdapat satu sub indikator yang sudah optimal
yaitu melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata
pelajaran yang diampunya.
 Guru dapat bekerjasama dengan Kelompok Kerja Guru
(KKG), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), atau
Perguruan Tinggi.
 Setiap pendidik menyusun RPP
 RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan
kali pertemuan atau lebih
 Memperhatikan prinsip penyusunan RPP yang meliputi: 
Perbedaan individu siswa  Mendorong partisipasi aktif siswa
 Berpusat pada siswa  Pengembangan budaya membaca
dan menulis  Pemberian umpan balik dan tindak lanjut 
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antar komponen
RPP
 RPP dievaluasi oleh kepala sekolah dan pengawas
 Sekolah memiliki dokumen evaluasi/telaah RPP.
D. Standar Penilaian
Pada indikator 4.1 aspek penilaian sesuai ranah kompetensi secara
kesuruhan capaiannya belum optimal.
Pada indikator 4.2 teknik penilaian obyektif dan akuntabel terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menggunakan teknik penilain yang
objektif dan akuntabel
Pada indikator 4.3 penilaian pendidikan ditindaklanjuti terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menindaklanjuti hasil pelaporan
dan 1 sub indiaktor yang belum optimal yaitu melakukan penilaian secara
periodik.
Pada indikator 4.4 instrumen penilaian menyesuaikan aspek terdapat
1 sub indikator yang belum optimal yaitu menggunakan instrumen penilain
aspek sikap.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku siswa.
 Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan siswa.
 Penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan
siswa menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
 Penilaian pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
 Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau,
didokumentasikan secara sistematis.
 Sekolah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah , dan institusi di atasnya.
 Pelaporan proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik
dilakukan oleh wali kelas atau guru kelas;
 Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan
dan teknik penilaian lain yang relevan
E. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada indikator 5.1 ketersedian dan kompetensi guru sesuai
ketentuan terdapat satu indikator yang capaiannya belum optimal yaitu
berkompetensi profesional minimal baik. Oleh karena itu sekolah perlu
melakukan strategi peningkatan capaian pada dimensi ini melalui:
 Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Pada indikator 5.2 ketersedian dan kompetensi kepala sekolah sesuai
ketentuan semua sub indikator sudah optimal.
F. Standar Sarana dan Prasarana
Pada Indikator 6.1 daya tampung sekolah memadai terdapat 3 sub
indikator yang belum optimal yaitu 1) memilliki kapasitas rombongan
belajar yang sesuai dan memadai, 2) kondisi bangunan sekolah memenuhi
persyaratan, dan 3) memiliki ragam sarana prasarana.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24
rombongan belajar
 Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan
 Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan
 Bangunan dilengkapi sistem keamanan
 Memiliki laboratorium IPA
 Memiliki ruang perpustakaan
 Memiliki tempat bermain/lapangan
G. Standar Pengelolaan Pendidikan
Pada indikator 7.1 sekolah melakukan perencanaan keungan
semua sub indikator sudah optimal
Pada indikator 7.2 program pengelolaan dilaksanakan sesuai
ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu memiliki
pedoman pengelolaan sekolah yang lengkap dan meningkatkan daya guna
pendidik dan tenaga pendidik. Terdapat 4 sub indikator yang belum
optimal yaitu 1) Menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan, 2)
Melaksanakan kegiatan evaluasi diri, 3) Membangun kemitraan dan
melibatkan peran serta masyarakat serta lembaga lain yang relevan dan 4)
Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran.

Pada indikator 7.3 Kepala sekolah berkinerja baik dalam


melaksanakan tugas kepemimpinan terdapat 2 sub indikator yang belum
optimal yaitu Berjiwa kepemimpinan dan Berjiwa kewirausahaan.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
mengenai proses penerimaan peserta didik meliputi kriteria calon
peserta didik, mekanisme penerimaan peserta didik sekolah
dilakukan dan orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik
dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan
guru.
 Memberikan layanan konseling kepada peserta didik oleh guru
kelas atau guru
 Melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah. ❖ Menetapkan
prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan
melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan. ❖ Melaksanakan:  Evaluasi proses pembelajaran
secara periodik, sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada
akhir semester akademik;
 Menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan
dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan baik itu
dilakukan dengan lembaga pemerintah atau non-pemerintah
 Sekolah menyusun peraturan akademik, Sekolah menetapkan
pedoman tata-tertib , Sekolah menetapkan kode etik yang memuat
norma dan Kode etik sekolah yang mengatur peserta didik memuat
norma
 Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan
penting sekolah serta penyelenggara sekolah
 Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu; ❖ Merumuskan
tujuan dan target mutu yang akan dicapai; ❖ Menganalisis
tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah; ❖ Membuat
rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu; ❖ Meningkatkan kreasi dan
inovasi dalam mengembangkan kurikulum. ❖ Memfasilitasi
pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung
oleh komunitas sekolah; ❖ Menjaga dan meningkatkan motivasi
kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan
sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas
pelanggaran peraturan dan kode etik;
H. Standar Pembiayaan
Pada indikator 8.1 Sekolah memberikan layanan subsidi silang
semua sub indikator sudah optimal.
Pada indikator 8.2 Beban operasional sekolah sesuai ketentuan
sudah optimal
Pada indikator 8.3 Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan
baik teradapat 2 sub indikator yang belum optimal yaitu Mengatur alokasi
dana yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya dan
Memiliki laporan pengelolaan dana.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional.
 Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah
 Memiliki pedoman pengelolaan keuangan terkait sumbangan
pendidikan atau dana dari masyarakat

2. Hasil Kajian Manajerial di Sekolah Magang


Secara umum , capaian mutu pada indikator 1.1 ini belum
optimal. Masih banyak aspek sub indicator mutu yang di bawah standar,
misalnya sikap berkarakter, sikap santun, sikap jujur, skpa
bertanggungjawab, sikap percaya diri dan sikap belajar sepanjang hayat.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan capaian
dimens sikap ini melalui:
7) Sekolah harus memastikan proses integrasi nilai sikap dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
8) Bekerjasma dengan pesantren untuk menguatkan sikap siswa
9) Sekolah harus memastikan tatatertib di sekolah dapat berjalan dengan
baik
Pada indicator 1.2. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
pengetahuan, belum optimal. Oleh karena itu sekolah perlu melakukan
strategi peningkatan capaian dimensi lulusan memiliki kompetensi pada
dimensi pengetahuan ini melalui:
 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru selaras dengan
mata pelajaran yang diampu.
 Guru memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tersertifikasi
sebagai pendidik.
 Gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan mengarah pada
bakat, minta dan kemampuan belajar siswa.
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana memadai, dan lainnya.
Pada indicator 1.3. lulusan memiliki kompetensi pada dimensi
keterampilan secara keseluruhan belum optimal. Oleh karena itu sekolah
perlu melakukan strategi peningkatan capaian pada dimensi ini melalui:
 Kompetensi keterampilan diintegrasikan dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah.
 Guru tidak merasa terbebani dalam memberikan penilaian
keterampilan karena instrumen dan prosedur yang rumit dan
kurang dipahami.
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan
siswa belum terfokus dan terencanakan dengan optimal.

B. Standar ISI
Pada indicator 2.1 perangkat pembelajaran sesuai rumusan
kompetensi lulusan terdapat 3 sub indikator yang sudah optimal yaitu
memuat karaketristik kompetensi sikap. Terdapat 2 sub indikator yang
belum optimal yaitu Memuat karakteristik kompetensi pengetahuan dan
Memuat karakteristik kompetensi keterampilan.
Pada indikator 2.2 kurikulum tingkat satuan pendidikan
dikembangkan sesuai prosedur terdapat 1 sub indikator yang belum
optimal yaitu melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan
kurikulum.
Pada indikator 2.3 sekolah melaksanakan kurikulum sesuai
ketentuan secara keseluruhan sub indikator belum optimal.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui :
 Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di
KKG/ tentang penguatan pendidikan karakter siswa pada
kompetensi sikap.
 Rancangan dan hasil penilaian sikap berupa jurnal penilaian,
dokumen observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
 Terdapat program kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan
kagamaan, kegiatan krida, latihan olahbakat dan latihan olah-minat.
 Perangkat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi
keterampilan yaitu menunjukkan keterampilan berfikir dan
bertindak:  kreatif,  produktif,  kritis,  mandiri, 
kolaboratif,  komunikatif. Perangkat pembelajaran meliputi
program tahunan, program semester, silabus, RPP, buku yang
digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar tugas
terstruktur dan kegiatan mandiri, handout, alat evaluasi dan buku
nilai
 Rancangan dan hasil penilaian keterampilan kinerja, proyek dan
portofolio.
 Tahapan pengesahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
 Bentuk pendalaman materi yang diatur berupa kegiatan
pengarahan materi, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur.
 Terdapat kegiatan penugasan terstruktur berupa pendalaman
materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh pendidik
dan waktu penyelesaian ditentukan oleh pendidik.
 Terdapat kegiatan mandiri tidak terstruktur berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang
oleh pendidik dan waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh
siswa.
 Menyelenggarakan minimal 2 dari 4 aspek yang disediakan
untuk mata pelajaran seni budaya, prakarya, dan
kewirausahaan.
 Siswa mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap
semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semester.
C. Standar Proses
Pada indikator 3.1 sekolah merencanakan proses pembelajaran
sesuai dengan ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu
mengacu pada silabus yang dikembangkan dan mengarah pada
pencapaian komptensi.
Pada indikator 3.2 proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
terdapat 2 sub indikator yang optimal pencapaiannya yaitu membentuk
rombongan belajar dan mengelola kelas.
Pada Indikator 3.3 pengawasan dan penilaian otentk dilakukan
dalam proses pembelajaran erdapat satu sub indikator yang sudah optimal
yaitu melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata
pelajaran yang diampunya.
 Guru dapat bekerjasama dengan Kelompok Kerja Guru
(KKG), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), atau
Perguruan Tinggi.
 Setiap pendidik menyusun RPP
 RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan
kali pertemuan atau lebih
 Memperhatikan prinsip penyusunan RPP yang meliputi: 
Perbedaan individu siswa  Mendorong partisipasi aktif siswa
 Berpusat pada siswa  Pengembangan budaya membaca
dan menulis  Pemberian umpan balik dan tindak lanjut 
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antar komponen
RPP
 RPP dievaluasi oleh kepala sekolah dan pengawas
 Sekolah memiliki dokumen evaluasi/telaah RPP.
D. Standar Penilaian
Pada indikator 4.1 aspek penilaian sesuai ranah kompetensi secara
kesuruhan capaiannya belum optimal.
Pada indikator 4.2 teknik penilaian obyektif dan akuntabel terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menggunakan teknik penilain yang
objektif dan akuntabel
Pada indikator 4.3 penilaian pendidikan ditindaklanjuti terdapat 1
sub indikator yang sudah optimal yaitu menindaklanjuti hasil pelaporan
dan 1 sub indiaktor yang belum optimal yaitu melakukan penilaian secara
periodik.
Pada indikator 4.4 instrumen penilaian menyesuaikan aspek terdapat
1 sub indikator yang belum optimal yaitu menggunakan instrumen penilain
aspek sikap.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku siswa.
 Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan siswa.
 Penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan
siswa menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
 Penilaian pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
 Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau,
didokumentasikan secara sistematis.
 Sekolah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah , dan institusi di atasnya.
 Pelaporan proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik
dilakukan oleh wali kelas atau guru kelas;
 Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan
dan teknik penilaian lain yang relevan

E. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pada indikator 5.1 ketersedian dan kompetensi guru sesuai
ketentuan terdapat satu indikator yang capaiannya belum optimal yaitu
berkompetensi profesional minimal baik. Oleh karena itu sekolah perlu
melakukan strategi peningkatan capaian pada dimensi ini melalui:
 Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Pada indikator 5.2 ketersedian dan kompetensi kepala sekolah sesuai
ketentuan semua sub indikator sudah optimal.

F. Standar Sarana dan Prasarana


Pada Indikator 6.1 daya tampung sekolah memadai terdapat 3 sub
indikator yang belum optimal yaitu 1) memilliki kapasitas rombongan
belajar yang sesuai dan memadai, 2) kondisi bangunan sekolah memenuhi
persyaratan, dan 3) memiliki ragam sarana prasarana.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24
rombongan belajar
 Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan
 Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan
 Bangunan dilengkapi sistem keamanan
 Memiliki laboratorium IPA
 Memiliki ruang perpustakaan
 Memiliki tempat bermain/lapangan
G. Standar Pengelolaan Pendidikan
Pada indikator 7.1 sekolah melakukan perencanaan keungan
semua sub indikator sudah optimal
Pada indikator 7.2 program pengelolaan dilaksanakan sesuai
ketentuan terdapat 2 sub indikator yang sudah optimal yaitu memiliki
pedoman pengelolaan sekolah yang lengkap dan meningkatkan daya guna
pendidik dan tenaga pendidik. Terdapat 4 sub indikator yang belum
optimal yaitu 1) Menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan, 2)
Melaksanakan kegiatan evaluasi diri, 3) Membangun kemitraan dan
melibatkan peran serta masyarakat serta lembaga lain yang relevan dan 4)
Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran.
Pada indikator 7.3 Kepala sekolah berkinerja baik dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan terdapat 2 sub indikator yang belum
optimal yaitu Berjiwa kepemimpinan dan Berjiwa kewirausahaan.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
mengenai proses penerimaan peserta didik meliputi kriteria calon
peserta didik, mekanisme penerimaan peserta didik sekolah
dilakukan dan orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik
dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan
guru.
 Memberikan layanan konseling kepada peserta didik oleh guru
kelas atau guru
 Melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah. ❖ Menetapkan
prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan
melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan. ❖ Melaksanakan:  Evaluasi proses pembelajaran
secara periodik, sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada
akhir semester akademik;
 Menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan
dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan baik itu
dilakukan dengan lembaga pemerintah atau non-pemerintah
 Sekolah menyusun peraturan akademik, Sekolah menetapkan
pedoman tata-tertib , Sekolah menetapkan kode etik yang memuat
norma dan Kode etik sekolah yang mengatur peserta didik memuat
norma
 Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan
penting sekolah serta penyelenggara sekolah
 Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu; ❖ Merumuskan
tujuan dan target mutu yang akan dicapai; ❖ Menganalisis
tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah; ❖ Membuat
rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu; ❖ Meningkatkan kreasi dan
inovasi dalam mengembangkan kurikulum. ❖ Memfasilitasi
pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung
oleh komunitas sekolah; ❖ Menjaga dan meningkatkan motivasi
kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan
sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas
pelanggaran peraturan dan kode etik;
H. Standar Pembiayaan
Pada indikator 8.1 Sekolah memberikan layanan subsidi silang
semua sub indikator sudah optimal.
Pada indikator 8.2 Beban operasional sekolah sesuai ketentuan
sudah optimal
Pada indikator 8.3 Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan
baik teradapat 2 sub indikator yang belum optimal yaitu Mengatur alokasi
dana yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya dan
Memiliki laporan pengelolaan dana.
Oleh karena itu sekolah perlu melakukan strategi peningkatan
capaian pada dimensi ini melalui:
 Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional.
 Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah
 Memiliki pedoman pengelolaan keuangan terkait sumbangan
pendidikan atau dana dari masyarakat
C. Pelaksanaan Peningkatan Kompetensi (PK)
Peningkatan Kompetensi (PK) merupakan kegiatan calon kepala sekolah
untuk meningkatkan kompetensinya berdasarkan kebutuhan individu dengan
belajar dari kepala sekolah mentor 2. Peserta diklat menentukan salah satu
kompetensi yang paling rendah dari setiap domain kompetensi pada AKPK,
kemudian berupaya meningkatkan kompetensi tersebut dengan belajar dari kepala
sekolah mentor 2 di sekolah magang. Metode yang digunakan untuk peningkatan
kompetensi melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi terhadap
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah mentor 2.
Berdasarkan hasil AKPK, kompetensi yang akan ditingkatkan oleh CKS di
sekolah magang yakni kompetensi Supervisi pada indikator memiliki pengalaman
dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru dengan teknik yang tepat.
1. Persiapan
Dalam kegiatan perencanaan, penulis mempersiapkan instrumen
wawancara untuk kepala sekolah dan guru. Selain itu penulis juga berkoordinasi
dengan kepala sekolah untuk memaparkan tujuan OJT 2 pada sekolah beliau
bahwa ada dua kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah magang 2 ini dan
salah satunya adalah peningkatan AKPK berkenaan dengan kompetensi supervisi.
Penulis juga menyampaikan teknik dan cara pengambilan data dan informasi
berkaitan dengan kegiatan tersebut. Pemaparan tujuan dan teknik ini dapat
dipahami, sehingga Kepala Sekolah memberikan ruang dan waktu yang sebaik-
baiknya kepada penulis bahkan beliau bersedia meluangkan waktunya untuk
diminta pendapat tentang kegiatan supervisi yang beliau terapkan pada sekolah
tersebut. Penulis juga meminta kesiapan beberapa orang guru untuk  diwawancara
serta menentukan pelaksanaan wawancara tersebut. Guna melengkapi instrumen,
penulis juga membuat angket terhadap beberapa orang guru untuk sinkronisasi
jawaban.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penulis berusaha mempelajari kompetensi supervisi
yang dimiliki oleh kepala sekolah dengan cara melakukan wawancara kepada
kepala sekolah dan beberapa orang guru, (daftar pertanyaan dan jawaban
terlampir).
3. Hasil
Hasil dari wawancara kepada kepala sekolah dan beberapa guru serta
beberapa angket dihasilkan  kesimpulan bahwa kompetensi yang dimiliki Kepala
SD Negeri 2 Pekutatan cukup tinggi dan bisa dijadikan sebagai pembelajaran
yang berarti bagi penulis sebagai calon kepala sekolah.
Dari hasil wawancara penulis merangkumnya sebagai berikut :
o Kepala sekolah melibatkan guru dalam menentukan rencana atau program
sekolah. Begitu pula dengan program supervisi sekolah terhadap guru. Dalam
penentuan program masing-masing guru dimintakan perencanaan kebutuhan
masing-masing guru untuk satu tahun.
o Kepala sekolah telah memberikan uraian tugas kepada guru dengan jelas
dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Sekolah yang harus dilaksanakan oleh
semua guru.
o Kepala sekolah telah memberikan ganjaran dan penghargaan kepada guru.
Ganjaran berupa teguran sampai dengan tidak dinaikannya nilai PKG dan
SKP.  Sedangkan penghargaan dilakukan bervariasi sesuai dengan situasi dan
kondisinya yaitu: (1) dipersiapkan untuk lomba guru berprestasi, (2)
dicalonkan menjadi kepala sekolah, (3) dinaikan nilai PKG dan SKP-nya, dan
(4) pengakuan status.
o Kepala sekolah melakukan pemantauan sebagai upaya pengendalian
sekolahnya terhadap guru dan karyawan sekolah melalui supervisi sekolah
o Kepala sekolah melakukan penilaian terhadap kinerja guru secara lengkap
dilakukan setiap akhir semester.  Khusus pada akhir tahun seluruh pekerjaan
guru diperiksa keseluruhannya.
o Kepala sekolah telah menggunakan supervisi sebagai dasar untuk
melakukan tindak lanjut baik berupa berupa pemantapan dan perbaikan
kinerja tahun berikutnya.
Kesimpulan dari hasil wawancara ini adalah bahwa dalam perencanaan
program sekolah telah melibatkan seluruh guru. Dalam pengorganisasian  tugas
guru, kepala sekolah telah membuat uraian tugas guru dengan Surat Keputusan
Kepala Sekolah tentang Kegiatan Proses Belajar Mengajar dan Pembinaan.
Sebagai upaya pengendalian dan penilaian terhadap guru kepala sekolah
melakukannya dengan supervisi. Supervisi dilakukan mulai harian, bulanan,
semester, dan tahunan. Hasil pelaksanaan supervisi dijadikan sebagai dasar
pemberian hukuman dan ganjaran bagi guru.  Sehingga dengan hukuman dan
ganjaran guru termotivasi untuk dapat bekerja dengan baik.
Pada akhirnya, setelah melakukan On the Job Training (OJT) 2 pada SD
Negeri Citapen CKS mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dalam
pengelolaan, memimpin dan me-manage sebuah sekolah terutama di bidang
supervisi. Salah satu hal yang bisa penulis terapkan dalam peningkatan
kompetensi supervisi di masa yang akan datang adalah melakukan kerja sama
yang baik dengan semua warga sekolah untuk memahami konsep dan fungsi
supervisi, dimana dengan memahami kedua hal tersebut akan mampu
meningkatkan kinerja semua pihak dilingkungan sekolah. Adanya kerja sama
yang baik dengan semua warga sekolah  tidak saja kita lakukan sebatas hal yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran siswa semata, tapi kerja sama
tersebut bisa kita lakukan dalam segala hal, misalnya peningkatan kinerja
manajerial sekolah, sosial, dll. Terutama dalam supervisi akademik diharapkan
mampu meningkatkan kinerja sebagai guru yang professional.
Dengan  melibatkan dan kerja sama dengan semua warga serta meletakkan
pemahaman konsep dan tujuan supervise akademik ini,  maka  akan sangat
berdampak  baik  pada proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah maupun
pada peningkatan kompetensi dari semua guru. Sehingga kepala sekolah dan guru
akan lebih bersemangat dalam mendidik siswa, bahkan para orang tua siswa akan
menaruh kepercayaan yang tinggi pada sekolah dan tidak akan merasa khawatir
terhadap anak – anak mereka, karena dibimbing oleh guru yang tepat dan kepala
sekolah yang bijak serta memiliki kompetensi supervisi yang sangat tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pelaksanaan rencana tindak lanjut (On The Job Training -2) meliputi dua
kegiatan utama yaitu Rencana Proyek Kepemimpinan (RPK) calon kepala sekolah
di sekolah asal, dan kegiatan Peningkatan Kompetensi (PK) calon kepala sekolah
di sekolah magang. Selama kegiatan, calon kepala sekolah di damping oleh
Kepala Sekolah asal sebagai mentor 1 dan Kepala Sekolah magang sebagai
mentor-2, juga oleh pengajar diklat.
Berdasarkan analisis hasil monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan RPK
dan PK, menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan RPK melalui Tindakan Peningkatan Capaian Kompetensi
Pengetahuan Faktual, Konsep, Prosedural Dan Metakognitif Melalui
Pembelajaran Berbasis IT dapat menyelesaiakan masalah pembelajaran
yaitu masalah rendahnya capaian Kompetensi Pengetahuan Faktual,
Konsep, Prosedural Dan Metakognitif pada siswa.
2. Kegiatan RPK di sekolah asal dan PK di sekolah magang mampu
meningkatkan kelima domain kompetensi Calon Kepala Sekolah
khususnya pada kompetensi supervisi
3. Kegiatan RPK melalui tindakan Peningkatan Capaian Kompetensi
Pengetahuan Faktual, Konsep, Prosedural Dan Metakognitif Melalui
Pembelajaran Berbasis IT mampu meningkatkan prestasi siswa dalam
pembelajaran yang ditunjukkan dengan peningkatan kompetensi Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan

B. Saran
1. Saran kepada LPMP sebagai pihak penyelenggara
LPMP selaku lembaga yang diberikan kewenangan penuh untuk
mengawal
peningkatan mutu pendidikan melalui penjaminan mutu (quality
Assurance)
tentunya harus terus bekerjasama serta melibatkan stakeholder
pendidikan lainnya terutama yang berhubungan dengan pe ningkatan
mutu pendidikan
2. Saran kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
Bagi pemerintah khususnya, Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian
Daerah melakukan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah dengan
memperhatikan kompetensi dan kualifikasi serta prestasi para guru,
kemudian proses tindak lanjut dari hasil rekrutmen, pendidikan dan
pelatihan agar terus berkesinambungan dilakukan pembinaan dan
penilaian kinerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3. Saran untuk peserta diklat secara umum
 Bagi guru selayaknya kegiatan OJT2 yang dilakukan oleh para calon
kepala sekolah dapat disambut dengan baik karena dapat
meningkatkan kemampuan profesional guru dan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
 Bagi para calon kepala sekolah upaya meningkatkan kompetensi yang
meliputi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial
dapat dikembangkan dengan melakukan studi banding atau
mempelajari praktik terbaik sekolah-sekolah yang memiliki
keunggulan.
 Bagi kepala sekolah, pelaksanaan OJT2 yang dilakukan oleh calon
kepala sekolah kiranya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama
untuk mengetahui dan merefleksi segala kekurangan dan mampu
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah
A. Saran-saran
1. Bagi guru selayaknya kegiatan OJT2 yang dilakukan oleh para calon
kepala sekolah dapat disambut dengan baik karena dapat meningkatkan
kemampuan profesional guru dan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang bersangkutan.
2. Bagi para calon kepala sekolah upaya meningkatkan kompetensi yang
meliputi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial
dapat dikembangkan dengan melakukan studi banding atau mempelajari
praktik terbaik sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan.
3. Bagi kepala sekolah, pelaksanaan OJT2 yang dilakukan oleh calon
kepala sekolah kiranya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama
untuk mengetahui dan merefleksi segala kekurangan dan mampu
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
4. Bagi pemerintah khususnya, Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian
Daerah melakukan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah dengan
memperhatikan kompetensi dan kualifikasi serta prestasi para guru,
kemudian proses tindak lanjut dari hasil rekrutmen, pendidikan dan
pelatihan agar terus berkesinambungan dilakukan pembinaan dan
penilaian kinerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai