Anda di halaman 1dari 50

GAMBARAN PENGGUNAAN INSULIN DAN KOMBINASI

OBAT ANTI DIABETIK ORAL (ADO) PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS TIPE II
(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro Periode 2020)

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
MEGA JUWITA SARI WIBOWO
NIM : 01.18.064

AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
PARE
2021
GAMBARAN PENGGUNAAN INSULIN DAN KOMBINASI
OBAT ANTI DIABETIK ORAL (ADO) PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE II
(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro Periode 2020)

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Proposal Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Diploma III Farmasi Akademi Kesehatan Arga Husada

Oleh :
MEGA JUWITA SARI WIBOWO
01.18.064

AKADEMI KESEHATAN
ARGA HUSADA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
PARE
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGGUNAAN INSULIN DAN KOMBINASI OBAT ANTI DIABETIK


ORAL (ADO) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro Periode 2020)

Proposal
Karya Tulis Ilmiah
MEGA JUWITA SARI WIBOWO
01.18.064

Disetujui untuk diuji kan di hadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah
pada tanggal : Pare, ........

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Ana Nurlaili H., M. Farm. Klin. apt. Sri Eko Wahyu TS., S.Farm.

Mengetahui
Akademi Kesehatan Arga Husada

apt.Anang Priyadi, S. Si.


Kaprodi

ii
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENGGUNAAN INSULIN DAN KOMBINASI OBAT ANTI DIABETIK


ORAL (ADO) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro Periode 2020)

Proposal
Karta Tulis Ilmiah
MEGA JUWITA SARI WIBOWO
01.18.064

Telah di uji dan di setujui oleh Tim Penguji pada ujian di Program Diploma III
Farmasi Akademi Kesehatan Arga Husada Pare

Tanggal :

TIM PENGUJI

Tanda Tangan
Ketua : apt. Vita Kresnawati, M.Farm.Klin.

Anggota : 1. apt. Ana Nurlaili H., M.Farm.Klin.

2. apt. Sri Eko Wahyu TS., S.Farm.

Mengetahui
Akademi Kesehatan Arga Husada

apt. Anang Priyadi, S. Si.


Kaprodi

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


NAMA : MEGA JUWITA SARI WIBOWO
NIM : 01.18.064
Tempat, tanggal lahir : Madiun, 2 Oktober 1988
Institusi : Akademi Kesehatan Arga Husada Pare Kediri

Menyatakan bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul :


“GAMBARAN PENGGUNAAN INSULIN DAN KOMBINASI OBAT ANTI
DIABETIK ORAL (ADO) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro Periode 2020)” adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.

Pare, Maret 2021


Yang Menyatakan,

MEGA JUWITA SARI WIBOWO


01.18.064

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

apt. Ana Nurlaili H., M. Farm. Klin. apt. Sri Eko Wahyu TS., S.Farm.

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan pada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Gambaran Penggunaan Insulin dan Kombinasi Obat Anti Diabetik Oral Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro Periode 2020”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW. Dari kehadirat beliau, kita
mendapat nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan sebesar-besarnya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual
dalam rangka menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah. Kepada yang
terhormat :
1. Ibu apt. Dra. Pudji Lestari. selaku Direktur Akademi Kesehatan Arga Husada
Pare Kediri.
2. Bapak apt. Anang Priyadi., S.Si. selaku ketua prodi studi Akademi Kesehatan
Arga Husada Pare Kediri.
3. Ibu apt. Ana Nurlaili Hidayah., M.Farm.Klin. selaku pembimbing I dalam
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini.
4. Ibu apt. Sri Eko Wahyu TS., S.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Semua dosen, staf, dan karyawan Akademi Kesehatan Arga Husada yang telah
membantu dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Orangtua, suami, saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan baik
materi maupun spiritual.
7. Teman-teman seangkatan program DIII Farmasi Akademi Kesehatan Arga
Husada.
8. Serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.

v
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis
menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang
optimal.
Penulis berharap ada masukan, kritik, ataupun saran yang membangun diri
semua pihak, untuk kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini akan bermanfaat bagi penulis maupun
pihak yang terkait.
Pare, Maret 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ........................................................................................ i
Lembar Persetujuan ................................................................................ ii
Lembar Pengesahan ................................................................................ iii
Lembar Surat Pernyataan ........................................................................ iv
Kata Pengantar ........................................................................................ v
Daftar Isi ................................................................................................. vii
Daftar Gambar ........................................................................................ ix
Daftar Tabel ............................................................................................ x
Daftar Singkatan ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7


2.1 Diabetes Mellitus Tipe II ..................................................... 7
2.1.1 Definisi ....................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus ..................................... 7
2.1.3 Epidemiologi .............................................................. 8
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II ..................... 8
2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus ....................................... 12
2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ............................ 13
2.2 Terapi Farmakologis ............................................................ 16
2.2.1 Obat Anti Diabetik Oral (ADO) ................................ 16
2.2.2 Insulin ......................................................................... 21
2.2.3 Terapi Kombinasi Anti Diabetik Oral (ADO)
dan Insulin .................................................................. 25
2.3 Algoritme Tata Laksana Diabetes Mellitus Tipe II ............ 27
2.4 Kerangka Konseptual ........................................................... 28

vii
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................... 29
3.1 Desain Penelitian .................................................................. 29
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 29
3.2.1 Waktu Penelitian ..................................................... 29
3.2.2 Tempat Penelitian ..................................................... 29
3.3 Kerangka Penelitian .......................................................... 30
3.4 Sampling Desain ............................................................... 31
3.4.1 Populasi Penelitian ................................................... 31
3.4.2 Sampel Penelitian ..................................................... 31
3.4.3 Teknik Sampling ...................................................... 32
3.5 Identifikasi Variabel .......................................................... 32
3.6 Definisi Operasional .......................................................... 33
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data ................................ 33
3.7.1 Prosedur Pengumpulan Data .................................... 33
3.7.2 Analisa Data ............................................................. 34
3.8 Instrumen Penelitian .......................................................... 35
3.9 Etika Penelitian ................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 36


LAMPIRAN ..........................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Algoritme Tatalaksana Diabetes Mellitus Tipe II ............... 27
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Gambaran Penggunaan Insulin
danKombinasi Anti Diabetik Oral (ADO) Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro .......................................................................... 28
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Gambaran Penggunaan Insulin
dan Kombinasi Anti Diabetik Oral (ADO) Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro .......................................................................... 30

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus ...................................... 12
Tabel 2.2 Profil Obat Anti Diabetik Oral (ADO) yang tersedia di
Indonesia ................................................................................. 19
Tabel2.3 Daftar Obat Anti Diabetik Oral (ADO) ................................... 19
Tabel 2.4 Jenis Sediaan Insulin Eksogen Berdasarkan
Waktu Kerja ........................................................................... 24

x
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor


ADA : American Diabetes Association
ADO : Anti Diabetik Oral
BNF : British National Formulary
DM : Diabetes Mellitus
DPP : Dipeptidyl Peptidase
DRP : Drug Related Problem
GDA : Gula Darah Acak
GDPT : Gula Darah Puasa Terganggu
GDS : Gula Darah Sewaktu
GLP : Glucagon Like Peptide
FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
HbA1c : Hemoglobin Glikosilat
HDL : High Density Lipoprotein
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IDF : International Diabetes Association
GFR : Glomerular Filtration Rate
HAM : Hak Asasi Manusia
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
LDL : Loww Density Lipoprotein
LPD : Lembar Pengumpulan Data
mmHg : Milimeter Merkuri Hydrargyrum
OSA : Obstructive Sleep Apnea
NGSP : National Glycohaemoglobin Standarization Program
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PPAR : Proliferator Activated Receptor
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RMK : Rekam Medis Kesehatan
SGLT : Sodium Glucose Co-Transporter
TNM : Terapi Nutrisi Medis

xi
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
TZD : Tiazolidinedion
WHO : World Heart Organization
α : Alfa
β : Beta

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Diabetes Mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme dimana
terjadi hiperglikemi persisten disebabkan oleh defisiensi insulin, sekresi, dan
resistensi insulin (BNF, 2019). Angka kejadian Diabetes Mellitus terus
meningkat, data dari badan kesehatan dunia World Heart Organization
(WHO) menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun
2014 sekitar 422 juta orang atau 8,5% dari penduduk dunia (WHO, 2019).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat
463 juta orang di dunia menderita Diabetes Mellitus pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan terjadi peningkatan pada tahun 2045 menjadi sebesar 700
juta orang (IDF, 2019). Prevalensi Diabetes Mellitus nasional adalah sebesar
8,5% atau sekitar 20,4 juta orang Indonesia mengidap Diabetes Mellitus. Pada
tahun 2018, prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia pada umur ≥ 15 tahun
sebesar 2% angka ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi
Diabetes Mellitus pada tahun 2013 sebesar 1,5%. Prevalensi Diabetes Mellitus
berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun
2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).
Diabetes Mellitus tidak hanya menyebabkan kematian prematur,
penyakit ini juga menyebabkan kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal
(IDF, 2019). Bila Diabetes Mellitus tidak segera diatasi maka akan terjadi
gangguan metabolisme lemak dan protein, serta resiko timbulnya gangguan
mikrovaskuler yang meliputi neuropati perifer, retinopati, serta nefropati dan
gangguan makrovaskuler seperti stroke, jantung koroner, dan hipertensi
(Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2016; Gita, 2017). Komplikasi yang
sering terjadi pada Diabetes Mellitus Tipe II adalah obesitas, hipertensi,
nefropati, dislipidemia, atherosklerosis, dan disfungsi vaskular, sindroma
ovarium polikistik, non-alcoholic fatty liver disease, inflamasi sistemik,
Obstructive Sleep Apnea (OSA), neuropati, retinopati (IDAI, 2015). Diabetes

1
2

Mellitus dengan komplikasi merupakan angka kematian tertinggi ketiga di


Indonesia, yang meliputi Diabetes Mellitus dengan komplikasi stroke sebesar
21,1%, dengan jantung koroner 12,7%, dengan komplikasi lain 6,7%
(Kemenkes RI, 2017).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit tidak menular yang merupakan
penyakit kronis serius terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkan (Kemenkes RI, 2018). Pada Diabetes Mellitus didapatkan defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Mellitus
diklasifikasikan atas Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II,
Diabetes Mellitus tipe lain, dan Diabetes Mellitus pada kehamilan. Diabetes
Mellitus Tipe II merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (Decroli, 2019).
Dua patofisiologi utama yang mendasari Diabetes Mellitus Tipe II
secara genetik adalah resistensi insulin dan defisiensi sel β pankreas.
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat
badan berlebih. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak,
dan hati sehingga memaksa pankreas untuk memproduksi insulin secara
berlebih. Ketika produksi insulin sel beta pankreas tidak begitu kuat untuk
mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah
meningkat, dan pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronis. Hiperglikemi
kronis pada Diabetes Mellitus Tipe II semakin merusak sel β di satu sisi dan
memperburuk resistensi insulin disisi lain, sehingga penyakit Diabetes
Mellitus Tipe II semakin progesif (Decroli, 2019)
Tujuan utama pengobatan Diabetes Mellitus adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pada pengelolaan pasien Diabetes Mellitus Tipe II harus
direncanakan terapi non farmakologis dan pertimbangan terapi farmakologis.
Terapi non farmakologis meliputi latihan jasmani secara teratur (3 sampai 4
kali seminggu selama 30 menit/kali), melakukan kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki, bersepeda, joging, dan berenang dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga memperbaiki kendali glukosa
3

darah (Decroli, 2019). Terapi farmakologis meliputi obat Anti Diabetik Oral
(ADO) dan insulin, golongan obat Anti Diabetik Oral (ADO) meliputi
golongan biguanida, thiazolidinedion, sulfonilurea, meglitinid, Dipeptidyl
Peptidase-4 Inhibitors (DPP-4), Glucagon-Like Peptide-1 receptor agonists
(Antagonis GLP-1), Sodium Glucose Co-Transporter-2 inhibitors (SGLT-2)
(BNF, 2019). Jenis insulin berdasarkan lama kerjanya yaitu insulin kerja cepat
(Rapid-acting insulin), insulin kerja pendek (short-acting insulin) insulin kerja
menengah (intermediate-acting insulin), insulin kerja panjang (long-acting
insulin), insulin kerja ultra panjang (ultra long-acting insulin), insulin
campuran tetap (kerja pendek dengan menengah dan kerja panjang dengan
menengah (premixed insulin), insulin campuran tetap (kerja ultra panjang
dengan kerja cepat) (PERKENI, 2019).
Permasalahan yang muncul pada terapi insulin atau kombinasi dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti hipoglikemi yang
diakibatkan karena pemberian dosis insulin terlalu besar, tidak tepatnya waktu
makan dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau karena adanya
faktor lain yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, misalnya
insufisiensi adrenal atau pituitari, dan akibat kerja fisik yang berlebihan. Efek
samping lainnya dalam penggunaan insulin yaitu edema, rasa kembung di
abdomen, dan gangguan visus. Suntikan insulin yang dilakukan berulang kali
ditempat yang sama dapat menyebabkan kehilangan lemak terlokalisasi
(lipoartrofi) maupun penumpukan lemak (lipohipertofi) (Farmakologi dan
Terapeutik FKUI, 2016). Ketidakpatuhan yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pasien dalam menggunakan insulin akan mengakibatkan
meningkatnya biaya perawatan dan resiko terjadinya komplikasi antara lain
retinopati, neuropati, jantung koroner, stroke, dan gangguan pembuluh darah
perifer. Beberapa pasien menolak diberikan injeksi insulin karena takut
dengan jarum suntik, takut terhadap cara penyuntikan, perasaan cemas, dan
ketidakpuasan terhadap hasil terapi dengan insulin, penderita Diabetes
Mellitus juga takut melakukan penyuntikan insulin secara mandiri sehingga
meminta bantuan orang lain, dalam hal ini menyebabkan pasien harus
tergantung pada bantuan orang lain (Fitriani dkk, 2019). Ketakutan terhadap
4

hipoglikemi menjadi masalah utama yang dihadapi para profesional perawatan


kesehatan yang akan memulai terapi insulin, karena regimen insulin yang
kompleks akan terlalu sulit dan menyita waktu. Untuk memulai terapi insulin
secara efektif dan sistematis dapat dipilih sesuai dengan preferensi, kebutuhan,
dan kemampuan pasien (Semadi, 2018). Ada beberapa regimen insulin yang
berbeda dipilih sesuai kondisi dan kebutuhan pasien yaitu regimen insulin satu
kali sehari untuk pasien Diabetes Mellitus Tipe II, regimen basal-bolus,
hingga terapi pompa insulin untuk Diabetes Tipe I (Lukito, 2020). Pada terapi
kombinasi insulin dan obat Anti Diabetik Oral (ADO) terdapat interaksi
seperti interaksi kimiawi, kompetisi untuk protein plasma, induksi enzim,
inhibisi enzim seperti penggunaan pioglitazone bersama dengan insulin dapat
meningkatkan efek cairan penahan thiazolidinedion, hipoglikemia,
pembengkakan, dan kemudian terjadi gagal jantung (Nazilah dkk, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Djahido, Weny I. Wiyono, Deby
A. Mpila pada tahun 2020 di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado insulin
yang paling banyak digunakan yaitu rapid-acting insulin dan long-acting
insulin sebanyak 2 pasien (8,33%). Penelitian yang dilakukan oleh Syarfina
pada tahun 2017 dalam penelitiannnya yang berjudul “Pola Penggunaan
Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Universitas Airlangga Surabaya” disimpulkan bahwa insulin kerja cepat
yang banyak digunakan yaitu insulin aspart (46,6%), gluisin (8,65%), insulin
kerja panjang glargine (18,2%), detemir (25,5%), insulin kerja campuran
(70/30) protamine aspart/aspart) (0,96%). Rute pemberian insulin secara
subkutan (78,6%) dan intravena (21,4%). Insulin yang paling banyak
diberikan sebagai terapi insulin kombinasi basal-bolus (51,9%). Selain
diberikan terapi basal-bolus, terapi insulin juga diberikan sebagai terapi
insulin tunggal basal atau bolus (38,2%) dan terapi kombinasi insulin dan obat
Anti Diabetik Oral (ADO) (8,40%), Drug Related Problem (DRP) yang
teridentifikasi efek samping penggunaan insulin meliputi hipoglikemia
(10,5%), yang dilihat dari data gula darah pasien dan hipokalemia yang dilihat
dari data serum elektrolit pasien, interaksi insulin dengan obat yang diterima
pasien antara lain ACEI-lisinopril atau captopril (12,5%). Diuretik-furosemid
5

(27,9%), obatAnti Diabetik Oral (ADO)-sulfonilurea (0,96%), kortikosteroid-


dexamethasone (4,81%), dan obat simpatomimetik-norepineprine (1,92%),
pemilihan terapi yang kurang tepat pada 0.96% pasien yaitu terapi insulin
prandial dan obat Anti Diabetik Oral (ADO) sulfonilurea.
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro merupakan
rumah sakit tipe C dengan rata-rata kunjungan pasien perhari 44 pasien pada
bulan Januari tahun 2021. Berdasarkan data rekam medis jumlah penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di rumah sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro pada tahun 2020 sebesar 183 pasien dan menempati urutan ketiga
dari 10 pasien terbesar. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin memberikan
gambaran tentang penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral
(ADO) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat inap rumah sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko pada tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti
Diabetik Oral (ADO) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat inap
rumah sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro 2020?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti
Diabetik Oral (ADO) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat
inap rumah sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro periode 2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti
Diabetik Oral (ADO) yang meliputi macam kombinasi, jenis, dosis, rute,
frekuensi, penggunaan insulin terbanyak berdasarkan lama kerja pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro periode 2020.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai pembelajaran
peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan gambaran
6

penggunaan insulin tunggal dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral


(ADO) pada pasien yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat
digunakan penelitian selanjutnya yang terkait kasus penggunaan insulin
dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) pada Diabetes Mellitus
Tipe II.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Memberikan rekomendasi kepada klinisi untuk tatalaksana terapi pasien
Diabetes Mellitus Tipe II, sehingga dapat meningkatkan efektivitas
terapi yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup pasien dan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat kususnya pasien Diabetes Mellitus dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mereka mengenai penggunaan obat secara
tepat serta mampu mengontrol glukosa darah agar tidak memperburuk
kondisi yang sudah terjadi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus Tipe II


2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun (kronis) berupa
gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang
melebihi batas normal (Kemenkes RI, 2020). Diabetes Mellitus Tipe II
adalah sebagai akibat ketidakmampuan sel-sel tubuh merespon insulin
secara penuh, suatu situasi yang disebut “resistensi insulin” (IDF, 2019).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association, 2020 diabetes dapat
diklasifikasikan menjadi empat tipe terdiri dari :
(1) Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes Mellitus Tipe I disebabkan karena adanya kerusakan
sel β autoimun, yang biasanya menyebabkan defisiensi insulin
absolut. Pada Diabetes Mellitus Tipe I, berbagai faktor genetik dan
lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya massa dan fungsi sel β
secara progresif yang bermanifestasi secara klinis sebagai
hiperglikemi.
(2) Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes Mellitus Tipe II disebabkan karena kehilangan
progesif sekresi insulin β yang cukup sering dengan latar belakang
resistensi insulin.Pada Diabetes Mellitus Tipe II berbagai faktor
genetik dan lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya jumlah dan
fungsi sel β secara progresif yang bermanifestasi secara klinis
sebagai hiperglikemia. Diabetes Mellitus Tipe II sebelumnya disebut
diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau diabetes yang
timbul pada orang dewasa menyumbang 90% - 95% diabetes. Hal ini
membuat individu yang mengalami defisiensi insulin relatif (bukan
absolut) dan memiliki resistensi insulin perifer.

7
8

(3) Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes yang didiagnosis pada trisemester kedua atau ketiga
kehamilan yang bukan merupakan diabetes yang jelas sebelum
kehamilan. Diabetes Mellitus Gestasional sering menunjukan
disfungsi sel β yang mendasari, memberikan peningkatan resiko
yang jelas untuk perkembangan diabetes di kemudian hari pada
umumnya tetapi tidak selalu Diabetes Mellitus Tipe II, pada ibu
setelah melahirkan.Wanita yang didiagnosis dengan Diabetes
Gestasional harus menerima skrining pradiabetes seumur hidup
untuk mengurangi resiko diabetes serta untuk pengobatan sedini
mungkin.
(4) Diabetes Tipe Lain
Jenis diabetes tertentu yang disebabkan adanya penyebab lain
misalnya, sindrom diabetes monogenik (seperti diabetes di usia
muda), penyakit pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik dan
pankreatitis), dan obat atau bahan kimia yang di induksi diabetes
(seperti penggunaan glukokortiroid, dan pengobatan HIV/AIDS, atau
setelah transplantasi organ).
2.1.3 Epidemiologi
Perkiraan Diabetes Mellitus pada tahun 2019 menunjukan
peningkatan prevalensi berdasarkan usia pada tahun 2030 dan 2045.
Prevalensi terendah diantara orang dewasa berusia 20 sampai 24 tahun
(1,4%) pada tahun 2019. Diantara orang dewasa berusia 75 sampai 79
prevalensi Diabetes Mellitus diperkirakan 19,9% pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 20,4% dan 20,5% pada tahun
2030 dan 2045 (IDF, 2019).
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
Menurut Decroli, 2019 patofisiologi kerusakan sentral dari
Diabetes Mellitus Tipe II adalah :
(1) Resistensi Insulin
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang
dengan berat badan berlebih. Insulin tidak dapat bekerja secara
9

optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas


untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin
oleh sel β pankreas tidak begitu kuat, maka kadar glukosa darah akan
meningkat, dan pada saatnya akan terjadi hiperglikemi kronis.
Hiperglikemi kronis pada Diabetes Mellitus Tipe II semakin merusak
sel β pankreas di satu sisi dan memperburuk resistensi insulin di sisi
lain, sehingga penyakit Diabetes Mellitus Tipe II semakin progresif.
(2) Kegagalan Sel β Pankreas
Sebelum diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II ditegakkan, sel β
pankreas dapat memproduksi insulin secukupnya untuk
mengkompensasi peningkatan resistensi insulin. Setelah diagnosis
Diabetes Mellitus Tipe II ditegakkan, sel β pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara kuat untuk mengkompensasi
peningkatan resistensi insulin karena fungsi sel β pankreas yang
normal tinggal 50%, dan selanjutnya sel β pankreas diganti dengan
jaringan amiloid sehingga produksi insulin mengalami penurunan.
Secara garis besar patogenesis hiperglikemia disebabkan oleh
sebelas hal (egregiuous eleven) yaitu (PERKENI, 2019) :
(1) Kegagalan Sel β Pankreas
Pada saat Diabetes Mellitus Tipe II ditegakkan, fungsi sel β
sudah berkurang. Obat antidiabetik yang bekerja dalam hal ini adalah
golongan sulfonilurea, meglitinid, agonis glucagon-likepeptide
(GLP-1) dan penghambat dipeptidil peptidase-4 (DPP-4).
(2) Disfungsi Sel β Pankreas
Pada saat puasa kadar sel α pankreas meningkat, hal ini
menyebabkan produksi glukosa di hati dalam keadaan basal
meningkat secara bermakna dibandingkan pada saat normal. Obat
yang menghambat sekresi glucagon/reseptor glucagon adalah agonis
GLP-1, penghambat DPP-4 dan amilin.
(3) Sel Lemak
Penyebab peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas
dalam plasma adalah sel lemak yang resisten terhadap efek
10

antilipolisis dari insulin. Peningkatan kadar asam lemak bebas


merangsang glukoneogenesis, dan mengganggu sekresi insulin di
hepar dan otot, sehingga mengganggu sekresi insulin. Gangguan
yang disebabkan oleh peningkatan kadar asam lemak bebas disebut
lipotoksisitas. Obat yang bekerja dalam hal ini adalah
tiazolidinedion.
(4) Otot
Gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis
glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa terjadi karena Diabetes
Mellitus Tipe II didapatkan gangguan kerja insulin yang multiple di
intramiocellular, diakibatkan gangguan fosforilasi tirosin. Obat yang
bekerja dalam hal ini adalah metformin dan tiazolidinedion.
(5) Hepar
Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II terjadi resistensi
insulin yang berat dan memicu glukoneogenesis sehingga produksi
glukosa dalam keadaan basal oleh hepar meningkat. Obat yang
bekerja dalam jalur ini adalah metformin dan obat yang menekan
glukoneogenesis.
(6) Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat.Pada orang
yang obesitas baik penderita Diabetes Mellitus maupun tidak,
didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme
kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makan
justru meningkat karena resistensi insulin yang terjadi di otak.Obat
yang bekerja di jalur ini adalah agonis GLP-1, amilin, dan
bromokriptin.
(7) Kolon/Mikrobiota
Dalam keadaan hiperglikemi perubahan komposisi mikrobiota
pada kolon ikut berpengaruh. Mikrobiota usus terbukti berhubungan
dengan Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II, dan
obesitas sehingga menjelaskan bahwa sebagian orang yang
mempunyai berat badan berlebih akan menimbulkan Diabetes
11

Mellitus. Probiotik dan prebiotik diperkirakan sebagai mediator


untuk menangani keadaaan hiperglikemi.
(8) Usus Halus
Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan
karbohidrat melalui kerja enzim alfa glukosidase yang akan
memecah polisakarida menjadi monosakarida, kemudian diserap
oleh usus sehingga meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat
yang bekerja dalam menghambat enzim α glukosidase adalah
acarbose.
(9) Ginjal
Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari, 90% dari
glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran enzim
Sodium Glucose co-Trasnporter (SGLT-2) pada bagian convulated
tubulus proksimal, dan 10% sisanya akan diabsorbsi melalui peran
SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden. Sehingga tidak ada
glukosa dalam urin. Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi
peningkatan ekspresi gen Sodium Glucose co- Transporter (SGLT-
2), sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi glukosa di dalam tubulus
ginjal dan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Obat
yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat reabsorbsi
kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan
lewat urin. Obat yang bekerja di jalur ini adalah penghambat Sodium
Glucose co-Transporter (SGLT-2), dapaglifozin, empaglifozin, dan
canaglifozin.
(10) Lambung
Penurunan produksi amilin pada diabetes merupakan
konsekuensi kerusakan sel β pankreas. Penurunan kadar amilin
menyebabkan percepatan pengosongan lambung dan peningkatan
absorbsi glukosa di usus halus, yang berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa post prandial.
12

(11) Sistem Imun


Sitokin menginduksi respon fase akut (inflamasi derajat
rendah, merupakan bagian dari aktivasi system imun
bawaan/innate) yang berhubungan dengan patogenesis Diabetes
Mellitus Tipe II dan komplikasi seperti dislipidemia dan
artheroklerosis. Inflamasi sistemik derajat rendah berperan dalam
menginduksi stres pada endoplasma akibat meningkatnya
kebutuhan metabolisme untuk insulin.Diabetes Mellitus Tipe II
ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer dan penurunan
produksi insulin, dan inflamasi kronik derajat rendah pada jaringan
perifer seperi adipose, hepar, dan otot.
2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis Diabetes Mellitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan kadar glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan enzimatik dengan plasma darah vena. Pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar glukosuria (PERKENI, 2019).
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita Diabetes
Mellitus. Kecurigaan adanya Diabetes Mellitus perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan-keluhan sebagai berikut (PERKENI, 2019) :
(1) Keluhan klasik Diabetes Mellitus : poliuria, polidipsia, polifalgia,
dan menurunnya berat badan yang tidak jelas sebabnya.
(2) Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pria, serta priuritus vulva pada wanita.
13

Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan Hba1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). (B)

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus (ADA, 2016)


Catatan : Saat ini semua laboratorium di Indonesia memenuhi standart NGSP.
Sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil
pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti : Anemia,
hemoglobinopati, riwayat transfuse darah 2 sampai 3 bulan terakhir,
kondisi-kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan
fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis
maupun evaluasi.
2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan dari penatalaksanaan secara umum adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita Diabetes Mellitus yang meliputi :
(1) Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan Diabetes Mellitus,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi komplikasi akut.
(2) Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati, dan makroangiopati.
(3) Tujuan akhir pengelolaan adalah : turunnya morbiditas dan mortalitas
Diabetes Mellitus.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komperehensif (PERKENI, 2019).
(1) Langkah-langkah penatalaksanaan Diabetes Mellitus secara umum
yang perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan
pertama yang meliputi :
a. Riwayat Penyakit
1. Usia dan karakteristik onset Diabetes Mellitus.
14

2. Pola makan, status nutrisi, aktivitas fisik, dan riwayat perubahan


berat badan.
3. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
4. Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap,
termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan.
5. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang sedang
digunakan, perencanaan makan, dan program latihan jasmani.
6. Riwayat komplikasi akut.
7. Riwayat infeksi sebelumnya.
8. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal,
mata, jantung, dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan.
9. Pengobatan lain yang berpengaruh pada glukosa darah.
10. Faktor resiko : merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung
koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk
Diabetes Mellitus dan endrokin lain).
11. Riwayat penyakit dan pengobatan diluar Diabetes Mellitus.
12. Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status
ekonomi.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat badan.
2. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah
dalam keadaan berdiri untuk mencari kemungkinan adanya
hipotensi ortostatik.
3. Pemeriksaan funduskopi.
4. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
5. Pemeriksaan jantung.
6. Evaluasi nadi.
7. Pemeriksaan kaki secara komperehensif (kelainan vaskular,
neuropati, deformitas).
8. Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan
bekas lokasi penyuntikan insulin).
15

c. Evaluasi Laboratorium
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah
TTGO.
2. Pemeriksaan kadar HbA1c.
d. Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi dilakukan pada setiap penyandang
yang baru terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe II melalui
pemeriksaan :
1. Profil lipid pada keadaan puasa meliputi kolesterol total, High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL),
dan trigliserida.
2. Tes fungsi hati.
3. Tes fungsi ginjal meliputi kreatinin serum dan estimasi GFR.
4. Tes urin rutin.
5. Albumin urin kuantitatif.
6. Rasio albumin keratin sewaktu.
7. Elektrokardiogram.
8. Foto rontgen dada (bila ada indikasi TBC, penyakit jantung
kongestif).
9. Pemeriksaan kaki secara komperehensif.
10. Pemeriksaan funduskopi untuk melihat retinopati diabetik
(PERKENI, 2019).
(2) Langkah-langkah penatalaksanaan medis secara khusus :
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus dimulai dengan menerapkan
pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan
dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara
oral/suntikan (PERKENI, 2019).
a. Edukasi
Edukasi bertujuan untuk promosi hidup sehat, perlu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian sangat penting dari pengelolaan Diabetes Mellitus secara
holistik.
16

b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)


Terapi nutrisi medis diberikan sesuai dengan kebutuhan
setiap penderita Diabetes Mellitus agar mencapai sasaran.Prinsip
pengaturan makan pada penderita Diabetes Mellitus yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kaloridan zat gizi
masing-masing penderita. Penyandang Diabetes Mellitus perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
c. Latihan Fisik
Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik secara teratur (3
sampai 5 hari seminggu selama 30 sampai 45 menit, dengan total
150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak boleh lebih
dari 2 hari berturut-turut. Latihan fisik yang dianjurkan berupa
aerobik dengan intensitas sedang (50% sampai 70% denyut jantung
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, dan berenang.
Denyut jantung maksimal dihitung dari 200 dikurangi umur pasien.
d. Terapi Farmakologis
Diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
fisik (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat Anti
Diabetik Oral (ADO) dan insulin (PERKENI, 2019).
2.2 Terapi Farmakologis
2.2.1 Obat Anti Diabetik Oral (ADO)
Menurut PERKENI, 2019 berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi 6 golongan :
(1) Pemacu Sekresi Insulin (insulin secretarogogue)
a. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel β pankreas. Efek samping utama adalah
hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati-hati bila
menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan resiko tinggi
hipoglikemia (orangtua, gangguan fungsi hati, dan ginjal).
17

b. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya mirip
sulfonilurea, namun berbeda lokasi reseptor, dengan hasil akhir
berupa penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu repaglinid (derivat
asam benzoat) dan nateglinid (derivate fenilalanin). Obat
golongan ini diabsorbsi secara cepat setelah pemberian secara oral
dan di ekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial. Efek samping yang terjadi adalah
hipoglikemia.
(2) Peningkatan Sensitivitas Terhadap Insulin
a. Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa di dalam hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki
ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan obat
pilihan pertama pada sebagian besar kasus Diabetes Mellitus Tipe
II.
b. Tiazolidinedion (TZD)
Tiazolidinedion merupakan agonis dari Peroxixome
Proliferator Activated Receptor (PPAR-gamma), suatu reseptor
inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa di
jaringan perifer. Tiazolidinedion meningkatkan retensi cairan
tubuh sehingga tidak boleh digunakan pada pasien gagal jantung
karena dapat memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati
penggunaan pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu
pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang termasuk dalam
golongan ini adalah pioglitazone.
(3) Penghambat α Glukosidase
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim α glukosidase di
saluran pencernaan sehingga menghambat absorbs glukosa di dalam
18

usus halus. Penghambat glukosidase α tidak digunakan dalam


keadaan LFG ≤ 30 ml/min/1,73 m², gangguan faal hati yang berat,
irritable bowel syndrome. Efek samping yang terjadi berupa
bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga menimbulkan
flatus. Untuk mengurangi efek samping, pada awalnya diberikan
dosis kecil. Contoh obat golongan ini adalah acarbose.
(4) Penghambat Enzim Dipeptydil Peptidase-4 (DPP-4 inhibitor)
Dipetydil Peptidase-4 (DPP-4) adalah suatu serin protease,
yang didistribusikan secara luas dalam tubuh.Enzim ini memecah
dua asam amino dari peptide yang mengandung alanin atau prolin di
posisi kedua peptida N-terminal. Enzim DPP-4 terekspresikan
diberbagai organ tubuh, termasuk di usus, dan membran brush
border ginjal, di hepatosit, endothelium vaskuler dari kapiler villi,
dan dalam bentuk larut dalam plasma. Penghambat DPP-4 akan
menghambat lokasi pengikatan pada DPP-4 sehingga akan
mencegah inaktivasi dari GLP-1. Proses inhibisi ini akan
mempertahankan kadar GLP-1 dan GIP dalam bentuk aktif di
sirkulasi darah, sehingga dapat memperbaiki toleransi glukosa,
meningkatkan respon insulin, dan mengurangi sekresi glukagon.
Penghambat DPP-4 merupakan agen oral. Obat yang termasuk
dalam golongan ini adalah vildagliptin, saxagliptin, alogliptin,
sitagliptin, linagliptin.
(5) Penghambat Enzim Sodium Glukose co-Transporter 2 (SGLT-2
inhibitor)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi glukosa
di tubulus proksimal dan meningkatkan ekskresi glukosa melalui
urin. Obat golongan ini mempunyai manfaat untuk menurunkan
berat badan dan tekanan darah.Efek samping pada obat ini adalah
infeksi saluran kencing dan genital. Pada penderita Diabetes Mellitus
dengan gangguan fungsi ginjal perlu dilakukan penyesuaian dosis,
dan tidak diperkenankan bila LFG kurang dari 45 ml/menit serta
hati-hati obat ini dapat menimbulkan ketoasidosis.
19

Penurunan
Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama
HbA1c
Menurunkan produksi glukosa
Dispepsia, diare,
Metformin di hati dan meningkatkan 1,0-1,3%
asidosis laktat
sensitifitas terhadap insulin
Meningkatkan sensitivitas
Tiazolidinedion Edema 0,5-1,4%
terhadap insulin
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0,4-1,2%
Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0,5-1,0%
Penghambat α
Menghambat absorbsi gula Flatulen, tinja lembek 0,5-0,8%
glukosidase
Meningkatkan sekresi insulin
Penghambat DPP-4 dan menghambat sekresi Sebah, muntah 0,5-0,9%
glukosa
Menghambat reabsorbsi Infeksi saluran kemih
Penghambat SGLT-2 0,5-0,9%
glukosa di tubulus distal dan genital
Tabel 2.2 Profil Obat Anti Diabetik Oral (ADO) yang Tersedia di Indonesia
(PERKENI, 2019)

Dosis Lama
Nama Frek/
Golongan Generik mg/tab Harian Kerja Waktu
Dagang hari
(mg) (jam)
Condiabet 5
Glidanil 5
Renabetic 5
Glibenclamide Harmida 2,5-5 2,5-20 12-24 1-2
Daonil 5
Gluconic 5
Padonil 5
Glipiziden Glucotrol-Xl 5-10 5-20 12-16 1
Dimicron MR 30-60 30-120 24 1
Diamicron
Glucored
Linodiab
Gliclazide Pedab
80 40-320 10-20 1-2 Sebelum
Sulfonilurea Glikamel
makan
Glucodex
Meltika
Glicab
Gliquidone Glurenorm 30 15-120 6-8 1-3
Actaryl 1-2-3-4
Amaryl 1-2-3-4
Diaglime 1-2-3-4
Gluvas 1-2-3-4
Glimepiride Metrix 1-2-3-4 1-8 24 1
Pimaryl 2-3
Simryl 2-3
1-2-3
Versibet
20

Dosis Lama
Nama Frek/
Golongan Generik mg/tab Harian Kerja Waktu
Dagang hari
(mg) (jam)
Amadiab 1-2-3-4
Anpiride 1-2-3-4
Glimetic 2
Mapryl 1-2 Sebelum
Sulfonilurea Glimepiride 1-8 24 1
Paride 1-2 makan
Relide 2-4
Velacom
2-3
2/Velacom 3
Repaglinide Dexanorm 0,5-1-2 1-16 4 2-4
Glinide
Nateglinide Starlix 60-120 180-360 4 3
Actos 15-30 Tidak
Gliabetes 30 bergantu
Thiazolidinedion Pioglitazone Pravetic 15-30 15-45 24 1 ng
Deculine 15-30 jadwal
Pionix 15-30 makan
Acrios
Bersama
Penghambat α- Glubose
Acarbose 50-100 100-300 3 suapan
glukosidase Eclid
pertama
Glucobay
Adeco 500
Efomet 500-850
Gludepatic 500
Gradiab 500-850
Metphar 500
Zendiab 500
Diafac 500
Bersama/
Forbetes 500-850
Biguanid Metformin 500-3000 6-8 1-3 sesudah
500-850-
Glucophage makan
1000
Glucotika 500-850
Glufor 500-850
Glunor 500-850
Heskopaq 500-850
Nevox 500
Glumin 500
Vildagliptin Galvus 50 50-100 12-24 1-2 Tidak
Penghambat Sitagliptin Januvia 25-50-100 25-100 bergantu
DPP-4 Saxagliptin Onlyza 24 1 ng
5 5
Linagliptin Trajenta jadwal
Penghambat Dapaglifozin Forxigra 5-10 5-10 24 1
SGLT-2 Empaglifozin Jardiance 10-25 10-25 24 1 makan
1,25/250
Glibenclamide
Glucovance 2,5/500
+Metformin
5/500
1/250 Mengatur 12-24
Amaryl M
Glimepiride+ 2/250 dosis
Bersama/
Obat kombinasi Metformin 1/250 maximum
Velacom plus 1-2 sesudah
tetap 2/250 masing-
makan
Actosmet masing
15/850
komponen
Pioglitazone+
50/500 18-24
Metformin
Pionix-M 50/850
50/1000
21

Dosis Lama
Nama Frek/
Golongan Generik mg/tab Harian Kerja Waktu
Dagang hari
(mg) (jam)
50/500
Sitagliptin+
Janumet 50/850
Metformin
50/1000 2
Vildagliptin+
Galvusmet 5/500
Metformin
2,5/500 Mengatur
Saxagliptin+ Kombiglyze 12-24
2,5/850 dosis 1
Metformin XR Bersama/
Obat kombinasi 2,5/1000 maximum
sesudah
tetap 2,5/1000 masing-
makan
Linagliptin+ 5/500 masing
Trajento duo 2
Metformin 5/1000 komponen
10/500
2,5/1000
Dapaglifozin+
5/500
Metformin Xigduo XR 1-2
5/1000
Hcl XR
10/500
Tabel 2.3 Daftar Obat Anti Diabetik Oral (ADO) (PERKENI, 2019; ADA, 2020)
2.2.2 Insulin
(1) Insulin digunakan pada keadaaan :
a. HbA1c saat diperiksa Ʃ 7,5% dan sudah menggunakan satu atau
dua obat Anti Diabetik Oral (ADO)
b. HbA1c saat diperiksa > 9%
c. Penurunan berat badan dengan cepat
d. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
e. Krisis hiperglikemia
f. Gagal dengan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) dosis
optimal
g. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut,
stroke)
h. Kehamilan dengan Diabetes Mellitus (gestasional)
i. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontraindikasi atau alergi terhadap obat Anti Diabetik Oral (ADO)
k. Kondisi perioperatif sesuai indikasi (PERKENI, 2019)
(2) Jenis dan lama kerja insulin berdasarkan lama kerjanya :
a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
22

e. Insulin kerja ultra panjang (ultra long acting insulin)


f. Insulin kerja campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan
kerja cepat dengan menengah (premixed insulin)
g. Insulin kerja campuran tetap, kerja ultra panjang dengan kerja
cepat (PERKENI, 2019).
(3) Efek samping terapi insulin :
a. Efek samping terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia, untuk
menghindari efek samping hipoglikemi, maka setiap penderita
Diabetes Mellitus Tipe II yang akan diberikan insulin harus
dilakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi. Bila
pasien mengalami gejala hipoglikemi setelah mendapat suntikan
insulin, maka pasien harus segera memeriksa kadar gula darah <
70 mg/dl, maka pasien harus segera meminum air gula dan
menurunkan dosis insulin pada pemberian insulin berikutnya.
b. Reaksi alergi terhadap insulin.
c. Efek samping lain terapi insulin basal-bolus pada penderita rawat
jalan adalah terjadinya kenaikan berat badan secara signifikan
(Decroli, 2019).
(4) Dasar pemikiran terapi insulin :
a. Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi
prandial. Terapi insulin diupayakan mampu menyerupai pola
sekresi insulin yang fisiologis.
b. Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin
prandial, atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan
timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan
defisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia
setelah makan.
c. Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi
terhadap defisiensi yang terjadi.
d. Sasaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengendalikan
glukosa darah basal (puasa/sebelum makan). Hal ini dapat dicapai
dengan terapi oral maupun insulin. Insulin yang dipergunakan
23

untuk mencapai sasaran glukosa darah basal adalah insulin basal


(insulin kerja sedang/panjang).
e. Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat
dilakukan dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran
terapi belum tercapai.
f. Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai,
sedangkan HbA1c belum mencapai target, maka dilakukan
pengendalian glukosa darah prandial (meal related). Insulin yang
dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah prandial
adalah insulin kerja cepat (rapid acting) yang disuntikan 5-10
menit sebelum makan atau insulin kerja pendek (short acting)
yang disuntikan 30 menit sebelum makan.
g. Insulin basal juga dapat dikombinassikan dengan obat
antihiperglikemia oral untuk menurunkan kadar glukosa darah
prandial seperti golongan peningkat sekresi insulin kerja pendek
(golongan glinid), atau penghambat penyerapan karbohidrat dari
lumen usus (acarbose), dan golongan biguanid (metformin).
h. Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan respon individu, yang dinilai dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah harian (PERKENI, 2019).
(5) Cara penyuntikan insulin :
a. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit
(subkutan), dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan
permukaan kulit.
b. Pada keadaan kusus diberikan intramuskular atau drip.
c. Insulin campuran (mixed insulin) merupakan kombinasi antara
insulin kerja pendek dan insulin kerja menengah, dengan
perbandingan dosis tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan
insulin campuran tersebut atau diperlukan perbandingan dosis
yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis
insulin tersebut.
24

d. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan insulin harus dilakukan


dengan benar, demikian mengenai rotasi tempat suntik.
e. Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan
jarumnya sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat
dipakai 2-3 kali oleh penderita Diabetes Mellitus yang sama,
sejauh sterilitas penyimpanan terjamin. Penyuntikan insulin
dengan menggunakan pen, perlu pergantian jarum suntik setiap
kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh penderita
Diabetes Mellitus yang sama asal sterilitas dapat dijaga.
f. Kesesuian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL)
dengan semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus
diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap.
Saat ini yang tersedia hanya U100 (artinya 100 unit/mL).
g. Penyuntikan dilakukan pada daerah : perut sekitar pusar sampai
kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid),
kedua paha bagian luar (PERKENI, 2019).

Awitan Punca Lama


Jenis Insulin Kemasan
(onset) k Efek Kerja
Insulin analog kerja cepat (rapid acting)
5-15
Insulin lispro (Humalog®)
menit Pen/catridge
Insulin aspart (Novorapid®) 4-6
1-2 jam pen, vial
Insulin gluisin (Apidra®) jam
flexpen
Insulin fasteraspart (Flasp®)
< 5 menit
Insulin manusia kerja pendek = insulin regular (short acting)
Humulin® R 30-60 6-8
2-4 jam Vial, penfill
Actrapid® menit jam
Insulin manusia kerja menengah = NPH (intermediate acting)
Humulin® N
4-10 8-12 Vial,
Insulatard® 1,5-4 jam
jam jam pen/catridge
Insuman basal®
Insulin analog kerja panjang (long acting)

Hampir
Insulin glargine (Lantus®) 12-24
1-3 jam tanpa Pen
Insulin detemir (Levemir®) jam
puncak
25

Awitan Punca Lama


Jenis Insulin Kemasan
(onset) k Efek Kerja
Insulin analog kerja ultra panjang (ultra long acting)
Degludec (Tresiba®)* 30-60 Hampir Sampai Pen 3000/mL
Glargine U300 (Lantus® menit tanpa 48-24
XR) 1-3 jam puncak jam
Insulin manusia campuran (Human premixed)
70/30 Humulin®
(70% NPH, 30% regular) 30-60 3-12
70/30 Mixtard® menit jam
(70% NPH, 30% reguler)
Insulin analog campuran (Human premixed)
75/25 Humalogmix® Vial 10 mL,
(75% protamin lispro, 25% Pen 3 mL,
lispro) Penfill/Flexpen
70/30 Novomix® 12-30 1-4 jam 4-6
(70% protamin aspart, 30% menit jam Prefilled pen: 3
aspart) ml 100 U/mL
50/50 premix
Novomix 30
(30% aspart, 70% protamin 72-80 Ryzodeg
aspart) 9-14 menit Beyon mengandung
Co-formulation of insulin menit d 24 70% Ideg, 3-%
degludeg (Tresiba®/insulin jam IAsp
aspart)
(Novorapid®) : IdegAsp
“Ryzodeg® 70/30”)
Tabel 2.4 Jenis Sediaan Insulin Eksogen Berdasarkan Waktu Kerja
(Time Course of Action) (PERKENI, 2019)
2.2.3 Terapi Kombinasi Anti Diabetik Oral (ADO) dan Insulin
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin dimulai
dengan dosis rendah, kemudian dinaikan bertahap sesuai respon kadar
glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral baik secara
terpisah atau fixed dose combination, harus menggunakan dua macam
obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Apabila sasaran kadar
glukosa belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat
diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang). Insulin kerja menengah diberikan jam 10 malam menjelang
tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore
26

sampai sebelum tidur, atau diberikan pagi hari sesuai dengan


kenyamanan pasien. Dosis awal insulin basal untuk kombinasi 6-10
unit. Kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Dosis insulin dinaikan secara perlahan
(pada umumnya 2 unit) apabila kadar glukosa darah belum mencapai
target. Pada keadaan kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali, maka diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial,
sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral terutama golongan
sulfonilurea dihentikan dengan hati-hati (PERKENI, 2015).
27
Gejala
klinis Insulin obat lain Tamba

±
(+)
han
HbA1c saat Insulin
diperiksa atau
>7,5% Intensi
Kombi Kombi fikasi
Gejala At
nasi 2 nasi 3 Insulin
klinis au
obat obat
(-)

Bila HbA1c belum mencapai <7%


dalam 3 bulan, tambahan obat insulin
atau intensifikasi terapi insulin Ga
Kom
binas
mb
Metformin
i3 Sulfonilurea/ ar
obat Glinid 2.1
deng Penghambat Glukosidase Alfa
an
Alg
Tiazolidinedion
mek Penghambat DPP-4 orit
anis Penghambat SGLT-2 me
me Agonis GLP-1
berb
Tat
ala
Obat lini kedua
eda
Modi yang lain ksa
fikas Metformin atau obat lini pertama na
i
Gaya
Dia
Hidu bet
p es
Seha Bila HbA1c belum mencapai <7% Me
t dalam 3 bulan, tambahan obat ke 3 llit
Kom (kombinasi 3obat)
binas
us
i2 Tip
obat Metformin e II
deng Sulfonilurea/
2.3 an Glinid
(PE
Alg mek Penghambat Glukosidase Alfa RK
ori
HbA1c saat anis Tiazolidinedion EN
Sasa diperiksa me Penghambat DPP-4
tm ran ≥7,5% berb Penghambat SGLT-2
I,
e Ken eda Agonis GLP-1 201
Tat
dali yang lain 9)
Gluk Metformin atau obat lini pertama
ala osa
ksa Dara
h:
na HbA
Dia 1c
bet <7% Bila HbA1c belum mencapai <7%
(indi dalam 3 bulan, tambahan obat ke 2
es vidu (kombinasi 2 obat)
Mon
Me alisa
otera
llit si)
pi
us HbA1c saat deng
diperiksa an
Tip salah
Metformin
<7,5% Sulfonilurea/Glinid
e II satu Penghambat Glukosidase Alfa
di Tiazolidinedion
bawa Penghambat DPP-4
h ini Penghambat SGLT-2
Agonis GLP-1
28

2.4 Kerangka Konseptual

Resistensi Insulin Disfungsi sel β pankreas

Diabetes Mellitus
(DM)

DM Tipe I DM Tipe II DM Gestasional DM Tipe Lain

Data Laboratorium : Data Klinis


Kadar Glukosa Darah Sewaktu Tekanan Darah
(GDS)
Kadar Glukosa Darah Puasa
(GDP
Kadar Glukosa Darah 2 jam
Setelah Makan (GD2PP)
Kadar HbA1c

Farmakologi Non Farmakologi

Obat Anti Diabetik Oral (ADO) Kombinasi Insulin + Obat Anti Diabetik Oral (ADO)

Macam Kombinasi
Gambaran Terapi Insulin dan Kombinasi Obat
Jenis
Anti Diabetik Oral (ADO) Pada Pasien
Dosis
Diabetes Mellitus Tipe II
Rute
Frekuensi
Penggunaan Insulin Terbanyak

Gambar 2.2 Kerangka konseptual: Gambaran Penggunaan Insulin dan Kombinasi


Obat Anti Diabetik Oral (ADO) pada Diabetes Mellitus Tipe II di
Rawat Inap RS. Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro

Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

Metodelogi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data


dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2020). Dalam bab ini akan
disajikan desain penelitian waktu dan tempat penelitian, kerangka penelitian,
sampling desain, populasi penelitian, sampel penelitian, teknik sampling,
identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisis data,
instrumen penelitian, pengumpulan data, dan etika penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah pedoman yang berisi langkah-
langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya
(Sugiyono, 2020).
Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian deskriptif
retrospektif. Metode penelitian deskriptif adalah statistik untuk
menggambarkan atau menganalisa suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi)
(Sugiyono, 2017). Sedangkan retrospektif adalah sebuah studi yang
didasarkan pada catatan medis, mencari mundur sampai peristiwanya terjadi
di masa lalu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Wahyu Tutuko Bojonegoro periode 2020.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai
dengan bulan Juni 2021.
3.2.2 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di ruang rekam medis Rumah
Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro, yang beralamatkan di
Jl. Panglima Sudirman no 168-169 Bojonegoro.
30

3.3 Kerangka Penelitian

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Terapi Insulin dan Kombinasi


Obat Anti Diabetik Oral (ADO)

Retrospektif RMK

Kriteria Inklusi

Data Pasien :
Data Pengobatan :
Usia
Macam Kombinasi
Jenis Kelamin
Jenis
Diagnosis
Dosis
Penyakit Penyerta
Rute
Data Laboratorium (GDA, GD2PP,
Frekuensi
HbA1c)
Penggunaan Insulin Terbanyak
Data Klinis (Tekanan Darah)

Lembar Pengumpulan Data (LPD)

Rekapitulasi Data

Analisa Data Univariat

Gambaran Penggunaa Insulin dan


Kombinasi Obat Anti Diabetik Oral
(ADO)

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian; Gambaran Penggunaan Insulin dan Kombinasi


Obat Anti Diabetik Oral (ADO) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro
31

Berdasarkan kerangka operasional pada penelitian ini diperoleh


gambaran bahwa alur pengambilan data pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II
dengan pengobatan insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) di
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko dengan cara retrospektif
rekam medis kesehatan atau yang didasarkan pada catatan medis, mencari
mundur sampai peristiwanya terjadi di masa lalu periode Januari sampai
Desember 2020. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang menggunakan terapi insulin dan kombinasi obat Anti
Diabetik Oral (ADO) yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada
pasien ini didasarkan pada data pasien dan data pengobatan meliputi macam
kombinasi insulin dan obat Anti Diabetik Oral (ADO), jenis, rute, dosis,
frekuensi, penggunaan insulin terbanyak. Setelah semua data terkumpul
kemudian data dikumpulkan di lembar Pengumpulan Data (LPD), kemudian
data tersebut di rekap kedalam rekapitulasi data dan dianalisa. Setelah data di
analisa dengan analisa univariat kemudian muncul gambaran penggunaan
insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) pada pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro.
3.4 Sampling Desain
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang memiliki kualitas dalam karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah
183 pasien rawat inap yang terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe II di
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro terhitung mulai
Januari sampai dengan Desember 2020.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi
(Sugiyono, 2020).
32

Sampel dalam penelitian ini adalah 97 pasien Diabetes Mellitus


Tipe II yang menggunakan terapi insulin dan kombinasi obat Anti
Diabetik Oral di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Desember
2020.
Berdasarkan populasi diatas, maka sampel pada penelitian ini
adalah seluruh pasien rawat inap yang menderita Diabetes Militus Tipe
II dengan terapi insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral ( ADO )
yang memenuhi kriteria inklusi.
(1) Kriteria inklusi dalam penelitian ;
a. Pasien dengan diagnosa utama Diabetes Mellitus Tipe II
b. Pasien dengan diagnosis Diabetes Militus Tipe II yang diberikan
terapi insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral ( ADO )
c. Pasien dengan data rekam medis lengkap.
(2) Kriteria eksklusi dalam penelitian :
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan terapi Obat Anti
Diabetik Oral ( ADO ).
3.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2020). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan
memperhatikan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2020).
3.5 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetatpkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2020). Dalam penelitian ini variable yang diteliti adalah gambaran penggunaan
insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO) pada pasien Diabetes
Militus Tipe II di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro
periode Januari sampai dengan Desember 2020.
33

3.6 Definisi Operasional


(1) Studi pengobatan penyakit adalah gambaran insulin dan kombinasi obat
Anti Diabetik Oral (ADO) yang digunakan pasien Diabetes Militus Tipe II
di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro.
(2) Jenis dan lama kerja insulin (PERKENI, 2019) :
a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
e. Insulin kerja ultra panjang (ultra long acting insulin)
f. Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja
panjang dengan menengah (premixed insulin)
g. Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan kerja cepat
(3) Golongan obat Anti Diabetik Oral (ADO) untuk pengobatan kombinasi
dengan insulin yang digunakan meliputi pemacu sekresi insulin, peningkat
sensitivitas terhadap insulin, penghambat DPP-4, penghambat SGLT-2.
(4) Dosis adalah jumlah takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam
satuan berat, isi (volume), atau unit. Dosis yang dimaksud adalah dosis
pemberian insulin yang digunakan pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
(5) Rute pemberian adalah jalur obat masuk kedalam tubuh yang digunakan
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
(6) Frekuensi pemberian obat adalah penentuan frekuensi pemberian obat
sesuai dengan sifat obat dan farmakokinetiknya.
(7) Data klinis yang dimaksud adalah pengukuran tekanan darah.
(8) Data laboratorium yang dimaksud meliputi hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu (GDS), hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa (GDP), hasil pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan
(GD2PP), kadar HbA1c.
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.7.1 Prosedur Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data
sekunder, yaitu dengan cara melihat data rekam medis pasien dengan
34

diagnose Diabetes Mellitus Tipe II di rawat inap Rumah Sakit


Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro periode Januari sampai dengan
Desember 2020.
Data yang diambil meliputi :
(1) Data demografi (nama pasien, jenis kelamin, umur pasien, no.
rekam medis, diagnosa, tanggal rawat inap)
(2) Data klinis (tekanan darah)
(3) Data terapi macam kombinasi insulin dan obat Anti Diabetik
Oral (ADO), jenis, dosis, rute, frekuensi, penggunaan insulin
terbanyak.
(4) Data laboratorium (kadar glukosa darah sewaktu (GDS), kadar
glukosa darah puasa (GDP), kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan (GD2PP), kadar HbA1c).
3.7.2 Analisa Data
Analisa data bersifat analisa deskriptif dengan menggunakan
pendekatan retrospektif, dimana pengambilan data variabel akibat
dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur variabel independen
yang telah terjadi pada waktu yang lalu.
Analisa data pada penelitian ini adalah analisa univariat. Analisa
ini untuk mendeskripsikan gambaran penggunaan insulin dan obat Anti
Diabetik Obat (ADO) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di rawat
inap Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro periode
2020. Dan dilakukan analisa sebagai berikut :
(1) Pengumpulan jumlah data pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan
menggunakan terapi insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik Oral
(ADO).
(2) Pengumpulan data terapi meliputi macam kombinasi insulin dan
kombinasi obat Anti Diabetik Oral (ADO), jenis, dosis, rute,
frekuensi, penggunaan insulin dan kombinasi obat Anti Diabetik
Oral (ADO) terbanyak.
(3) Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel (menggunakan tabel
dan data grafik) dengan menelaah variabel penelitian satu persatu.
35

3.8 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono, 2020). Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Lembar
Pengumpulan Data (LPD).
3.9 Etika Penelitian
Suatu penelitian mengutamakan etika penelitian untuk menjaga
integritas dan keutuhan peneliti dan melindungi subjek penelitian dari
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Peneliti juga mengajukan permohonan keterangan kelayakan etik
penelitian baik dari Akademi Kesehatan Arga Husada Kediri maupun Komite
Etik Penelitian Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro, sehingga proses pengumpulan data dapat dilaksanakan.
(1) Peneliti mengelola jalannya penelitian dengan jujur berurani dan
berkeadilan terhadap lingkungan penelitiaannya.
(2) Peneliti menghormati manusia sebagai subjek penelitian, Sumber Daya
Alam penelitiannnya tanpa diskriminasi dan tanpa merendahkan martabat
sesama ciptaan Tuhan.
(3) Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, saran dari sesama
peneliti terhadap proses dan hasil penelitian, saling menghormati melalui
diskusi dan pertukaran pengalaman/informasi ilmiah yang objektif.
(4) Peneliti mengelola, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitiannya
secara tanggung jawab, cermat, dan seksama.
(5) Peneliti menyebarkan informasi tertulis dari hasil penelitiannya dan
pengetahuan baru yang terungkap atau diperoleh dan dipublikasikan sekali
saja.
(6) Peneliti memberikan pengakuan melalui penyertaan sebagai penulis
pendamping, pengutipan pernyataan atau pemikiran orang lain dan bentuk
ucapan terimakasih kepada peneliti yang memberikan sumbangan berarti
dalam penelitiaannya (Surahman dkk, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association). (2016). Standarts of Medical Care in
Diabetes 2016. Diabetes Care, 39(1), 13-22.

ADA (American Diabetes Association). (2020). Standarts of Medical Care in


Diabetes 2020. Diabetes Care, 43(1), 14-31.

BNF (British National Formulary). (2019). British National Formulary


78thedition. London: BMJ Publishing Group, S 692-711.

Decroli, E (2019). Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Hal 1-
43.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. (2016).


Farmakologi dan Terapi. “Ed.6”. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Hal 495-499.

Djahido, M., Wiyono, W. I., Mpila, D. A. (2020). Pola Penggunaan Insulin Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe I Di Instalasi Rawat Jalan RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado. Manado: Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT,
9(1), 82-89.

Fitriani, F., Pristianti, L., Hermansyah, A. (2019). Pendekatan Health Belief


Model (HBM) Untuk Menganalisis Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Dalam Menggunakan Insulin. Surabaya: Jurnal Farmasi
Indonesia, 16(2), 167-177.

Gita, A. (2017). Hubungan Faktor Kebiasaan Olahraga Dan Gejala Komplikasi


Mikrovaskuler Dengan Kualitas Hidup Lansia. Jombang: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1), 29-36.

IDF (International Diabetes Federation). (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth


Edition 2019. Dunia: IDF, S 2; 12; 14.

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). (2015). Konsensus Nasional Pengelolaan


Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Anak dan Remaja. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak dan Remaja, Hal 2.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Diabetes Fakta dan Angka. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta:


Kemenkes RI, Hal 131.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Infodatin Hari Diabetes Sedunia Tahun


2018. Jakarta: Indonesia.
37

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin Tetap Produktif, Cegah, Dan Atasi
Diabetes Mellitus. Jakarta: Indonesia.

Lukito, J. I. (2020). Tinjauan Atas Terapi Insulin. Jakarta: Cermin Dunia


Kedokteran, 47(7), 525-529.

Nazilah, K., Rachmawati, E., Subagijo, P. B. (2017). Identifikasi Drug Related


Problems (DPRs) Pada Terapi Diabetes Mellitus Tippe 2 Di Instalasi
Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember Periode Tahun 2015. Jember: E-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(3), 413-419.

PERKENI (Perkumpulan Endrokinologi Indonesia). (2015). Konsensus


Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB.
PERKENI), Hal 40-41.

PERKENI (Perkumpulan Endrokinologi Indonesia). (2019). Pedoman


Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. Jakarta:
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB. PERKENI),
Hal 7-40; 108-110.

Semadi, I. K. K. P. (2018). Profil Pengetahuan Dan Hambatan Terhadap Insulin


Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Diabetes UBAYA.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 7(2), 1587-1603.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. “Ed.29”. Bandung: Alfabeta, Hal

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. “Ed.2”.


Bandung: Alfabeta, Hal 2; 67; 126-128; 133; 293.

Surahman., Rachmat. M., Supardi.S. (2014). Metodelogi Penelitian. “Ed.1”.


Kemenkes RI, Hal 136.

Syarfina.F. (2017). Pola Penggunaan Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 ( Studi Dilaksanakan Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas
Airlangga). Surabaya: Universitas Airlangga.

WHO (World Health Organization). (2019). Classification Of Diabetes Mellitus


2019. Dunia: WHO, S 6.

Anda mungkin juga menyukai