Anda di halaman 1dari 36

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN

SOKHLETASI TERHADAP RENDEMAN EKSTRAK DAUN


PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA l.)

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ADI KURBIANTORO

01.18.054

AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
PARE
2021
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN
SOKHLETASI TERHADAP RENDEMAN EKSTRAK DAUN
PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA l.)

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Proposal Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Diploma III Farmasi Akademi Kesehatan Arga Husada

Oleh :

ADI KURBIANTORO

01.18.054

AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
PARE
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN SOKHLETASI TERHADAP
RENDEMAN EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA l.)

Proposal
Karya Tulis Ilmiah
ADI KURBIANTORO
01.18.054

Disetujui untuk diuji kan di hadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah
pada tanggal : Pare, ........

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Nurul Ma’rifah, M. Farm. Klin. apt. Anang Priyadi, S.Si.

Mengetahui
Akademi Kesehatan Arga Husada

apt. Anang Priyadi, S. Si.


Kaprodi

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN SOKHLETASI TERHADAP


RENDEMAN EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA l.)

Proposal
Karya Tulis Ilmiah
ADI KURBIANTORO
01.18.054

Telah di uji dan di setujui oleh Tim Penguji pada ujian di Program Diploma III
Farmasi Akademi Kesehatan Arga Husada Pare

Tanggal :

TIM PENGUJI

Tanda Tangan
Ketua : apt. Vita Kresnawati, M.Farm.Klin.

Anggota : 1. apt. Nurul Ma’rifah, M. Farm. Klin.

2. apt. Anang Priyadi, S.Si.

Mengetahui
Akademi Kesehatan Arga Husada

apt. Anang Priyadi, S. Si.


Kaprodi

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


NAMA : ADI KURBIANTORO
NIM : 01.18.054
Tempat, tanggal lahir : Bojonegoro, 30 Maret 1995
Institusi : Akademi Kesehatan Arga Husada Pare Kediri

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul :


“PERBANDINGAN METODE EKTRASI MASERASI DAN SOKHLETASI
TERHADAP RENDEMAN EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia
hirta L)” adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.

Pare, Maret 2021


Yang Menyatakan,

ADI KURBIANTORO
01.18.054

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

apt. Nurul Ma’rifah, M. Farm. Klin. apt. Anang Priyadi, S.Si.

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan pada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokhletasi Terhadap Hasil
Rendeman Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia L.)”. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasullullah SAW. Dari kehadirat beliau,
kita mendapat nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan sebesar-besarnya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual
dalam rangka menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah. Kepada yang
terhormat :
1. Ibu apt. Dra. Pudji Lestari., selaku Direktur Akademi Kesehatan Arga Husada
Pare Kediri.
2. Bapak apt. Anang Priyadi,S.Si., selaku ketua prodi studi Akademi Kesehatan
Arga Husada Pare Kediri dan pembimbing II dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu apt. Nurul Ma’rifah, M.Farm.Klin., selaku pembimbing I dalam
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Semua dosen, staf, dan karyawan Akademi Kesehatan Arga Husada yang telah
membantu dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Orangtua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan baik
materi maupun spiritual.
6. Teman-teman seangkatan program DIII Farmasi Akademi Kesehatan Arga
Husada.

v
7. Serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis
menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang
optimal.
Penulis berharap ada masukan, kritik ataupun saran yang membangun diri
semua pihak, untuk kesempurnaan Proposal karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini akan bermanfaat bagi penulis maupun
pihak terkait.

Pare, Maret 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Lembar Surat Penyataan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Singkatan

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusanmasalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6


2.1 Tanaman Daun Patikan Kebo
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi Daun Patikan Kebo
2.1.3 Morfologi Daun Patikan Kebo
2.1.4 Kandungan Daun Patikan Kebo
2.1.5 Manfaat Daun Patikan Kebo
2.2 Ekstraksi
2.2.1 Cara dingin
2.2.2 Cara panas
2.3 Pelarut (Solvent)
2.4 Waktu Ekstraksi
2.5 Perhitungan Bobot Rendeman
2.6 Skrining Fitokimia

vii
2.6.1 Uji Alkaloid
2.6.2 Uji Flavonoid
2.6.3 Uji Tanin dan Polifenol
2.6.4 Uji Saponin
2.7 Kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 15


3.1 Desain penelitian
3.2 Waktu dan tempat penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
3.2.2 Tempat Penelitian
3.3 Kerangka penelitian
3.4 Sampling desain
3.4.1 Populasi Penelitian
3.4.2 Sampel Penelitian
3.4.3 Tehnik sampling
3.6 Identifikasi variabel
3.6.1 Variabel Independen
3.6.2 Variabel Dependen
3.7 Definisi operasional
3.8 Pengumpulan data dan analisis data
3.8.1 Pengumpulan Data
3.8.2 Analisa Data
3.9 Instrumen penelitian

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

viii
Tabel 3.1 Hasil Uji Perhitungan Bobot Rendeman Daun Patikan Kebo
(Euphorbia hirta L.)

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Daun Patikan Kebo
(Euphorbia hirta L.)
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokhletasi Terhadap Rendeman Ekstrak Daun
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokhletasi Terhadap Rendeman Ekstrak Daun
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

x
FeCl3 = Feri Chlorida
Hcl = Hidrochlorida
I2 = Iodida

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah


Kecenderungan masyarakat Indonesia beralih ke alam atau “Back to
Nature” menjadi salah satu kebiasaan hidup kita sekarang ini khususnya untuk
menjaga kesehatan tubuh agar tetap sehat. Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman penggunaannya daripada obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit daripada obat modern. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Penggunaan bahan alam sebagai obat
tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak
berabad-abad yang lalu (KEMENTAN, 2019). Indonesia adalah salah satu
laboratorium tumbuhan atau tanaman berkhasiat obat terbesar di dunia. Sekitar
80% herbal dunia tumbuh di negeri ini. Indonesia memiliki sekitar 35 ribu
jenis tumbuhan tingkat tinggi, dimana 3.500 di antaranya dilaporkan sebagai
tumbuhan berkhasiat obat (Badrunasar dan Santoso, 2016).
Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) merupakan suatu tumbuhan liar yang
banyak ditemukan di daerah tropis. Di Indonesia, tumbuhan Patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) dapat ditemukan di antara rerumputan tepi jalan, sungai,
kebun, atau tanah pekarangan rumah yang tidak terurus. Biasanya, Patikan
kebo (Euphorbia hirta L.) ini hidup jadi satu dengan Patikan cina (Euphorbia
prostrata Ait) pada ketinggian 1-1.400 mdpl. Tumbuhan Patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) mampu bertahan hidup selama satu tahun dan
berkembang biak melalui biji. Tanaman ini mempunyai warna yang dominan
kecoklatan dan bergetah. Pohonnya banyak memiliki cabang dengan diameter
ukuran kecil. Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) berbentuk bulat
memanjang dengan taji-taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap-
hadapan. Bunganya muncul pada ketiak daun, tanaman ini hidupnya merambat
(Badrunasar dan Santoso, 2016).

1
2

Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) mengandung beberapa unsur senyawa


kimia antara lain alkaloid, tanin, senyawa polifenol (seperti asam gallat),
flavonoid quersitrin, xanthorhamin, asam-asam organik palmitat, oleat, dan
asam lanolat. Selain itu, Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) juga mengandung
senyawa terpenoid eufosterol, tarakserol, dan tarakseron, serta kautshuk.
Tanaman ini bermanfaat untuk radang tenggorokan, bronkhitis, asma, disentri,
radang perut, diare, kencing darah, radang kelenjar susu, payudara bengkak,
eksema (Badrunasar dan Santoso, 2016).
Ekstraksi adalah pengambilan senyawa-senyawa metabolit sekunder,
ada beberapa macam metode ekstraksi bahan dari yang paling sederhana dan
kuno sampai metode modern. Pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada
beberapa alasan, seperti sifat bahan, kestabilan metabolit sekunder, rendeman,
dan kualitas yang diinginkan, maupun karena alasan biaya dan waktu
(efisiensi). Beberapa metode ekstraksi yaitu maserasi, perkolasi, refluks,
sokhletasi, ultrasonikasi, dan ektraksi dengan pelarut bertekanan (pressurized
solvent extraction) (Nugroho, 2017). Tujuan dari ekstraksi yaitu menarik atau
memisahkan senyawa dari simplisia atau campurannya. Dalam pemilihan
metode ektraksi harus memperhatikan senyawa, pelarut yang digunakan, serta
alat yang tersedia (Syamsul dkk, 2020).
Metode ekstraksi maserasi adalah metode ektraksi dengan cara dingin
yaitu dengan merendam simplisia dengan pelarut yang sesuai di dalam bejana
kaca dengan perbandingan 1:10 kemudian simplisia diaduk selama 2 jam
dengan menggunakan maserator dan didiamkan selama 1x22 jam pada suhu
ruangan dan terhindar dari cahaya (Syamsul dkk, 2020). Sedangkan metode
ektraksi dengan cara sokhletasi merupakan metode ektraksi panas dilakukan
dengan menempatkan sampel tumbuhan dalam wadah dimana secara kontinyu
pelarut yang terkondensasi akan menetes dan merendam sampel tumbuhan dan
membawa senyawa terlarut ke labu alas bulat (Julianto, 2019).
Suhu dan waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap kadar suatu
senyawa. Semakin lama waktu maserasi maka semakin lama efek pemanasan
dan kesempatan kontak antara bahan dengan pelarut semakin besar sehingga
3

hasilnya akan terus meningkat sampai pada titik jenuh dari pelarut tersebut
(Chairunnisa dkk, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Syamsul dkk, 2020) yang
berjudul “Perbandingan Ekstrak Lamur (Aqualaria malaccensis) dengan
Metode Maserasi dan Refluks” didapatkan hasil rendeman terbanyak dengan
metode refluks 30,70% dibandingkan dengan metode maserasi sebesar
29,97% hal ini karena metode maserasi tidak menggunakan bantuan
pemanasan maka untuk menarik senyawa yang lebih maksimal dibutuhkan
pula waktu dan lamanya proses ektraksi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi dkk, 2020) pada penelitiannya
yang berjudul “Perbandingan Metode Sokhletasi dengan Maserasi terhadap
Daya Aktivitas Antioksidan Bunga Tasbih (Canna hybrida Hort.) diperoleh
ekstraksi yang dilakukan dengan sokhletasi memiliki daya antioksidan yang
sangat kuat dibandingkan dengan metode maserasi karena metode sokhletasi
memiliki keuntungan dalam segi waktu yang digunakan untuk mengekstrak
sampel lebih cepat sehingga sampel tidak teroksidasi dan tidak mempengaruhi
daya antioksidan, serta proses ekstraksi terjadi lebih sempurna karena pelarut
yang diembunkan akan mencegah kejenuhan pelarut.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Risdayanti dkk, 2020) yang
berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Patikan Kebo
(Euphorbia hirta L.) peneliti menggunakan metode ektraksi maserasi karena
struktur dari daun yang lunak, disamping melihat kemampuan sampel untuk
tersari dengan mudah dalam cairan penyari, juga karena metode maserasi
merupakan metode dengan cara dingin, dimana bila dilakukan dengan metode
ekstraksi dengan cara panas dikhawatirkan adanya komponen yang rusak
akibat pemanasan. Dalam penelitian ini juga menggunakan ethanol 96%
karena bersifat semipolar yaitu ethanol dapat menyari senyawa kepolaran yang
tinggi dan kepolaran yang rendah, sehingga diharapkan komponen kimia yang
terdapat pada sampel tersari lebih seragam.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
perbandingan metode maserasi dan sokhletasi untuk mengetahui hasil bobot
rendeman terbanyak dari masing-masing metode yang digunakan dalam
4

penelitian ini. Kemudian dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui


kandungan senyawa yang terdapat dalam daun patikan kebo setelah diketahui
hasil rendaman yang dihasilkan dari metode maserasi dan sokhletasi.
1.2 Rumusan masalah
(1) Berapakah hasil rendeman daun patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dari
Desa Ngablak Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, dengan
menggunakan metode maserasi dan sokhletasi ?
(2) Apakah metode maserasi dan Sokhletasi yang digunakan mempengaruhi
perbedaan kandungan senyawa tumbuhan daun Patikan Kebo (Euphorbia
hirta L.) ?
(3) Senyawa apa yang terdapat pada maserat hasil dari metode maserasi dan
sohkletasi daun patikan kebo setelah kita lakukan skrining fitokimia ?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbandingan metode
ekstraksi maserasi dan sokhletasi terhadap hasil rendeman daun Patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) dari Desa Ngablak Kecamatan Dander Kabupaten
Bojonegoro.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Bagi peneliti
Menambah wawasan dan mengetahui perbandingan dari masing-masing
metode maserasi dan sokhletasi yang menghasilkan rendeman terbanyak
dari daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.).
(2) Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang penggunaan metode
maserasi dan sokhletasi untuk mendapatkan hasil rendeman terbanyak dari
daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.).
(3) Bagi instansi
Sebagai sumber data ilmiah bagi peneliti selanjutnya, peneliti lainnya, dan
mahasiswa tentang penggunaaan metode maserasi dan sokhletasi yang
hasil rendemannya paling banyak dari daun Patikan kebo (Euphorbia hirta
L.).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Patikan Kebo


2.1.1 Definisi
Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) merupakan tanaman herbal yang
dapat hidup didaerah beriklim tropis, dan hidup dipermukaan tanah
dengan keadaan tanah yang tidak terlalu lembab. Patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
digunakan sebagai obat dan terdapat banyak di Indonesia. Tanaman ini
hidup terpencar antara satu dengan yang lainnya (Risdayanti, 2020).
Tanaman Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) tersebar mulai dari Amerika
tropis kemudian diseluruh dunia, tanaman ini juga tumbuh di padang
rumput, tepi jalan, bendungan, dan ladang pada ketinggian 1-1.400 mdpl
(Dodo dkk, 2016).
Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dikenal dengan nama
Daerah Sumatera: Daun biji kacang (Melayu), Jawa: Gelang susu
gendong anak (Jakarta), Nanangkaan (sunda), Kukon-kukon, Patikan
jawa, Patikan kebo (Jawa), kak-sekakan (Madura), Maluku: Sosononga
(Halmahera), isu ma ibi (Ternate), isu gibi (Tidore) (Materia Medika
jilid II:30, 1978).

Gambar 2.1 Klasifikasi daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)


(Dokumentasi pribadi)

6
7

2.1.2 Klasifikasi Daun Patikan Kebo


Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) diklasifikasikan sebagai
berikut (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001):
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Euphorbia
Jenis : Euphorbia hirta L.
2.1.3 Morfologi Daun Patikan Kebo
Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) tanaman tegak atau
memanjat, tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang berambut, percabangan
selalu keluar dari dekat pangkal batang dan tumbuh lurus keatas, jarang
yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah, berwarna merah atau
keunguan. Daun letaknya berlawanan, berbentuk jorong meruncing
sampai tumpul, panjang helai daun 5 mm sampai 25 mm, tepi bergigi,
seringkali terdapat noda yang berwarna ungu, berambut jarang, panjang
tangkai daun 2 mm sampai 4 mm, daun penumpu berbentuk paku,
perbungaan berbentuk bola dengan garis tengah lebih kurang dari 1 cm,
keluar dari ketiak daun, bergagang pendek 4 mm sampai 15 mm,
berwarna dadu pucat atau merah kecoklatan. Bunga mempunyai susunan
yang istimewa yaitu satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga
bercabang seling, masing-masing terdiri dari empat bunga jantan. Biji
sangat kecil dan berambut (Materia Medika Jilid II:30, 1978).
2.1.4 Kandungan Daun Patikan Kebo
Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) mengandung saponin,
flavonoid, dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2001). Selain itu tanaman ini juga mengandung tanin,
alkaloid, glikosida, dan antioksidan lainnya (Risdayanti, 2020).
8

(1) Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder yang ditemukan
pada tumbuhan. Alkaloid di alam tidak pernah berdiri sendiri, karena
berupa campuran dari beberapa alkoloid utama dan kecil. Alkaloid
khas yang berasal dari sumber tumbuhan yang bersifat basa,
mengandung satu atau lebih atom nitrogen (dalam bentuk cincin
hetrosiklik) (Julianto, 2019).
(2) Flavonoid
Flavonid pada umumnya terdapat dalam tumbuhan terikat pada
gula sebagai glikosida dan aglikon. Flavanoid terdapat dalam semua
tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas flavonoid ada yang
terdapat pada semesta (Harborne, 1984).
(3) Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa fenolik yang berasa pahit,
sepat atau kelat, dapat bereaksi, dan mengumplakan protein atau
senyawa organik lainya yang mengandung asam amino dan alkaloid.
Tanin memiliki berat molekul sekitar 500-3.000 (ester asam galat)
dan lebih besar dari 20.000 (proantosianidin). Tanin dikelompokkan
menjadi dua bentuk senyawa yaitu tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi (Julianto, 2019).
(4) Saponin
Senyawa ini memberikan efek pembentukan gelembung yang
permanen pada saat digojok dengan air. Senyawa ini memiliki
aktivitas ekspektoran dan anti inflamasi contoh senyawa glikosida
saponin adalah liquorice (Julianto, 2019).
2.1.5 Manfaat Daun Patikan Kebo
Tanaman Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dapat dimanfaatkan
untuk mengobati gangguan nafas menahun (asma), gangguan
penglihatan, batuk, sariawan, menyembuhkan luka yang disebabkan oleh
mikroba seperti gonorrhea dan disentri. Daun dan getah untuk
mengobati borok (Dodo dkk, 2016).
9

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut. Prinsip dari suatu
ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dan pelarut polar dan senyawa non
polar dalam senyawa non polar. Cairan penyari yang digunakan untuk proses
ekstraksi berpengaruh terhadap rendeman ekstrak dan kadar suatu senyawa,
dimana semakin besar kepolaran penyari, semakin besar pula jumlah senyawa
yang dapat diperoleh dari proses ekstraksi (Fakhruzy, 2020). Ada beberapa
macam metode ekstraksi bahan dari yang paling sederhana dan kuno sampai
modern yaitu ekstraksi dengan cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi.
Sedangkan ekstraksi dengan cara panas yaitu refluks, sokhletasi, ultrasonikasi,
dan ekstraksi dengan pelarut yang bertekanan (Pressurized solvent extraction).
Pemilihan metode berdasarkan beberapa alasan yaitu sifat bahan, kestabilan
metabolit sekunder, rendeman, kualitas yang diinginkan, maupun karena biaya
dan waktu (efisiensi) (Nugroho, 2017).
2.2.1Cara dingin
(1) Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana yaitu dengan
merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut, kemudian dengan
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel
dengan diluar sel, maka zat aktif (zat terlarut) ditarik keluar. Peristiwa
tersebut terjadi secara berulang-ulang hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan diluar dan didalam sel. Metode maserasi
digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan
lilin. Keuntungan dari metode ini adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Pada
umumnya maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel dalam
bejana dengan cara 10 bagian simplisia dimasukan kedalam suatu
bejana kemudian ditambah dengan 75 bagian penyari, ditutupi dan
10

dibiarkan selama 3 hari ditempat yang terlindung dari cahaya sambil


sesekali diaduk. Setelah 3 hari endapan dipisahkan, ampas
ditambahkan cairan penyari hingga diperoleh sari 100 bagian (Najib,
2018).
(2) Perkolasi merupakan proses penyarian simplisia yang dilakukan pada
temperatur kamar dengan menggunakan pelarut yang selalu baru.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar. Bahan
pengekstrakasi yang dialirkan secara terus menerus dari atas, akan
mengalir turun secara lambat melalui simplisia sampai diperoleh
perkolat (Najib, 2018).
2.2.2 Cara panas
(1) Infusa adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15-20 menit. Infusa dilakukan dengan cara
merendam sampel didalam bejana (Najib, 2018).
(2) Dekok merupakan proses penyarian dengan menggunakan pelarut air
pada temperatur 90°C selama 30 menit (Najib, 2018).
(3) Destilasi merupakan metode dengan cara bahan yang akan disuling
kontak langsung dengan air mendidih. Bahan mengapung diatas air
atau terendam dengan sempurna yang tergantung dari bobot jenis dan
jumlah bahan yang disuling, air dipanaskan dengan metode
pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar tertutup (Najib, 2018).
(4) Digesti merupakan metode dengan menggunakan pemanasan lemah
yaitu pada suhu 40°C-50°C, metode ini hanya untuk simplisia yang
zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Najib, 2018).
(5) Refluks merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam bahan
yang akan di ekstrak kedalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan
pendingin tegak, kemudian dipanasskan hingga mendidih cairan
penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingin
tegak dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia. Metode
11

ini digunakan untuk simplisia tahan panas seperti akar, batang, biji,
dan herba (Najib, 2018).
(6) Sokhletasi dengan cara meletakan bahan yang akan diekstraksi dalam
sebuah kantong ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat
ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu dengan pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas
bulat setelah melewati pipa sifon (Najib, 2018). Alat yang digunakan
adalah labu didih, ektraktor, dan kondensor. Sampel dalam sokhletasi
perlu dikeringkan sebelum disokletasi dengan tujuan menghilangkan
kandungan air yang terdapat dalam sampel dan sampel juga perlu
dihaluskan dengan tujuan mempermudah senyawa terlarut dalam
pelarut. Didalam sokhletasi digunakan pelarut yang mudah menguap.
Jenis Pelarut tergantung pada tingkatannya, polar atau non polar.
Ekstraksi dengan metode ini digunakan untuk simplisia yang
jumlahnya sedikit dan tahan terhadap pemanasan (Achmad dan
Sugiarto, 2020).
2.3 Pelarut (Solvent)
Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses
ektraksi, sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
pelarut yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan tidak
berbahaya atau tidak beracun, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus
dapat melarutkan ekstrak yang akan dilakukan percobaan, mempunyai
kelarutan yang besar, tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen ektrak, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Selain itu
syarat pelarut yang digunakan harus bersifat selektif artinya pelarut harus
dapat melarutkan suatu senyawa dengan cepat. Syarat kedua harus
mempunyai titik didih yang cukup rendah, hal ini supaya pelarut dapat
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi, namun titik didih pelarut juga
tidak boleh terlalu rendah karena akan menyebabkan kehilangan kadar
senyawa dalam penguapan. Syarat ketiga bersifat inert artinya pelarut tidak
12

bereaksi dengan komponen minyak. Syarat keempat harganya murah dan


mudah didapatkan (Arsa dan Ahmad, 2020)
Jenis pelarut yang digunakan mempengaruhi aktivitas suatu senyawa
ektrak tumbuhan yang dihasilkan. Senyawa yang bersifat polar akan larut
dalam pelarut polar, sedangkan senyawa yang bersifat non polar akan larut
dalam pelarut yang bersifat non polar, serta senyawa yang bersifat semi polar
akan terlarut dalam pelarut semi polar. Pelarut polar biasanya digunakan
untuk ekstraksi senyawa polar antara lain air, methanol, dan ethanol. Pelarut
semi polar seperti aseton yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa semi
polar (Masengi dkk, 2020).
2.4 Waktu Ekstraksi
Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap konsentrasi suatu senyawa.
Waktu ekstraksi yang tepat akan menghasilkan senyawa yang optimal.
Waktu ekstraksi yang melebihi waktu ekstraksi yang optimal akan
menyebabkan ekstrak terhidrolisis, sehingga akan semakin menurunkan
kadar senyawa yang di ekstrak. Hidrolisis yang dimaksud adalah karena
pecahnya dinding sel pada molekul simplisia karena terajadi inisiasi dan
difusi antara bahan dan pelarut secara terus menerus. Waktu ekstraksi yang
terlalu singkat juga dapat menyebabkan tidak semua senyawa aktif terekstrak
dari bahan (Putri dkk, 2020).
2.5 Perhitungan Bobot Rendeman
Menurut (Syamsyul dkk, 2020) rendeman suatu ekstrak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dipengaruhi oleh jenis pelarut
dan konsentrasinya.
Perhitungan bobot rendeman :
Berat ekstrak yang diperoleh
% Rendeman = x 100 %
Berat simplisia yang digunakan
2.6 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak tanaman (Endarini, 2016). Pembuatan ektrak,
dengan menimbang ekstrak kental sebanyak 0,5 gram kemudian dilarutkan
dengan etanol sebanyak 10 ml dan ditambahkan aquadestilata hingga 100 ml
(Syamsul dkk, 2020).
13

2.6.1 Uji Alkaloid


Ekstrak etanol dimasukan kedalam tiga tabung reaksi masing-
masing 10 tetes, kemudian tabung pertama ditambahkan dengan
pereaksi mayer (Kalium raksa (II) Iodida) sebanyak 2-3 tetes
menghasilkan endapan putih kekuningan. Tabung kedua ditambahkan
dengan pereaksi bouchardat (Iodium-Iodida) sebanyak 2-3 tetes
menghasilkan endapan coklat. Tabung ketiga ditambahkan dengan
pereaksi dragendorff sebanyak 2-3 tetes menghasilkan endapan jingga
(Syamsul dkk, 2020).
2.6.2 Uji Flavonoid
Sepuluh tetes ektrak etanol dimasukan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan 2 tetes asam klorida (Hcl pekat) lalu dimasukan
serbuk logam Mg kemudian ditambahkan amil alkohol. Adanya
flavonoid ditandai bila terjadi warna merah, orange, dan hijau tergantung
struktur flavonoid yang terkandung dalam sampel tersebut (Syamsul
dkk, 2020).
2.6.3 Uji Tanin dan Polifenol
Uji skrining tanin dapat dilakukan dengan uji FeClᴈ. Sepuluh tetes
ekstrak etanol dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
2 tetes FeClᴈ 1%. Adanya kandungan tannin ditandai dengan timbulnya
warna hijau gelap atau hijau kebiruan (Syamsul dkk, 2020).
2.6.4 Uji Saponin
Sepuluh tetes ekstrak etanol dimasukan kedalam tabung reaksi
ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, busa yang stabil akan terus terlihat selama 5 menit dan
tidak hilang pada penambahan satu tetes Hcl 2 N, apabila busa tidak
hilang menunjukan adanya saponin (Syamsul dkk, 2020).
14

2.7 Kerangka Konseptual


Obat

Obat Tradisional Obat Modern (sintetik)

Alkaloid

Daun Patikan Kebo Flavonoid


(Euphorbia hirta L.)
Polifenol

Preparasi sampel Tanin

Saponin
Ektraksi

Maserasi Sokhletasi

Pemekatan Pemekatan

Penimbangan Penimbangan
Bobot Bobot Rendaman
Rendeman
Uji Fitokimia Uji Fitokimia

Analisa Data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual


Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokhletasi Terhadap Rendeman
Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian deskriptif yaitu
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu
statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luass (generalisasi/inferensi) (Sugiyono, 2017).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai
dengan Mei 2021.
3.2.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akademi
Kesehatan Arga Husada Pare, Kediri Jawa Timur.

15
16

3.3 Kerangka Penelitian

Tanaman Obat
Herbal

Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L)

Preparasi Sampel

Sokhletasi Serbuk Daun Patikan Maserasi Serbuk Daun


Kebo dengan Etanol 96% Patikan Kebo dengan Etanol
96%
Filtrat Dipekatkan Maserat Dipekatkan

Ekstrak Kental Ekstrak Kental

Penimbangan Bobot Penimbangan Bobot


Rendeman Rendeman

Pembuatan Larutan Ekstrak Pembuatan Larutan Ekstrak


Kental dengan Etanol 96% Kental dengan Etanol 96%

Skrining fitokimia Skrining fitokimia


5. Uji Alkaloid 1. Uji Alkaloid
6. Uji Flavonoid 2. Uji Flavonoid
7. Uji Tannin dan Polifenol 3. Uji Tannin dan Polifenol
8. Uji Saponin 4. Uji Saponin

Analisa Data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian


Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokhletasi Terhadap Rendeman
Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
17

3.4 Sampling desain


3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah daun Patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) yang didapat dari Desa Ngablak Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan eksklusi :
(1) Kriteria Inklusi
a. Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) yang masih segar
berwarna hijau keunguan
b. Daun yang dipetik di pagi hari
c. Daun patikan kebo yang tidak terlalu tua
(2) Kriteria Eksklusi
a. Daun yang kering dan berwarna kuning kecoklatan
b. Daun patikan kebo yang sudah terlalu tua
c. Daun patikan kebo yang tidak utuh dan tidak terkena hama
d. Daun patikan kebo tidak berasal dari desa Ngablak kecamatan
Dander, Kabupaten Bojonegoro
3.4.3 Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dimana peneliti mengambil keseluruhan sampel dari
populasi dengan memperhatikan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,
2020).
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perbandingan
metode maserasi dan sohkletasi pada daun patikan kebo (Euphorbia
hirta L.).
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil rendeman
ekstrak daun patikan kebo (Euphorbia hirta L.).
18

3.6 Definisi Operasional


(1) Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
Patikan kebo merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak
ditemukan di Desa Ngablak rt/rw 01/02 Kecamatan Dander Kabupaten
Bojonegoro yang dapat dimanfaatkan sebagai radang tenggorokan,
bronkhitis, asma, disentri, radang perut, diare, kencing darah, radang
kelenjar susu, payudara bengkak.
(2) Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut.
(3) Maserasi
Suatu metode dengan cara merendam bahan baku yang telah
disiapkan di dalam suatu bejana maserasi dengan pelarut yang sesuai dan
di dalam suhu ruang.
(4) Sokhletasi
Suatu metode dengan cara mengekstrak bahan yang sudah
dihaluskan dan dibungkus selembar kertas saring kemudian dimasukan
kedalam alat sokhlet, kemudian dialiri cairan penyari secara kontinyu,
sehingga pelarut tersebut menguap dan uap akan dikondensasikan kembali
jatuh kedalam labu alas bulat.
(5) Alkaloid
Kelompok metabolit sekunder yang terpenting ditemukan di suatu
tanaman memiliki sifat rasa pahit, basa lemah, dan sedikit larut dalam air
serta dapat larut dalam pelarut organik non polar seperti dietil eter,
kloroform, dan lain-lain.
(6) Flafovonoid
Merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam karena
banyaknya jenis tingkat hidroksilasi, alkoksilasi, dan glikosilasi pada
strukturnya. Warnanya dapat berubah dengan penambahan basa dan
amonia.
19

(7) Tanin
Suatu senyawa fenolik yang memberikan rasa pahit dan sepat/kelat,
dapat bereaksi dan menggumpalkan protein atau senyawa organik lainnya
yang mengandung asam amino atau alkaloid.
(8) Saponin
Saponin merupakan senyawa berasa pahit , ditandai dengan
penambahan larutan koloidal dengan air yang apabila digojog
menimbulkan buih. Saponin dimanfaatkan sebagai reumatik dan sebagai
bahan pengemulsi.
(9) Bobot Rendeman
Bobot rendeman suatu ekstrak dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain dipengaruhi oleh jenis pelarut dan konsentrasinya.
(10) Skrining Fitokimia
Uji fitokimia yang bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder dari suatu senyawa yang terdapat dalam tumbuhan.
3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.7.1 Pengumpulan Data
(1) Pengambilan Sampel
Pengambilan daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.)
dilakukan di pagi hari yang diperoleh dari Desa Ngablak Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Daun yang digunakan
diambil dalam keadaan segar berwarna hijau keunguan, tidak kering
dan tidak berwarna kuning kecoklatan.
(2) Pengolahan Sampel
Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dilakukan sortasi
basah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing yang
terdapat pada simplisia. Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.)
kemudian dicuci dengan air mengalir, ditiriskan, ditimbang sebagai
berat basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
udara yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Daun yang
telah kering kemudian diserbuk dengan cara dihaluskan dan diayak
dengan pengayak mesh 60.
20

(3) Ekstraksi Sampel


a. Metode Maserasi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang serbuk yang akan digunakan untuk percobaan I
sebanyak 50 gram, percobaan II sebanyak 75 gram, dan
percobaan III sebanyak 100 gram serbuk kering daun Patikan
kebo (Euphorbia hirta L.).
3. Ukur etanol 96% yang akan digunakan untuk percobaan I, II,
dan III sebanyak 1:10 yaitu 500 ml, 750 ml, 1000 ml.
4. Masukan masing-masing simplisia kedalam tiga bejana maserasi
kemudian tambahkan etanol 96% sampai seluruh serbuk
simplisia terendam kemudian diaduk.
5. Tutup dengan aluminium foil kemudian didiamkan selama 3x24
jam sambil sesekali diaduk, dan tutup kembali dengan
aluminium foil.
6. Setelah 3x24 jam, ampas dan filtrat dipisah, filtrat yang
diperoleh kemudian dimasukan dalam labu evaporator.
7. Filtrat diuapkan pada rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.
8. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dihitung bobot
rendeman masing-masing dari tiga percobaan.
b. Metode Sokhletasi
1. Siapkan alat dan bahan sokhletasi
2. Serbuk simplisia daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) yang
telah dihaluskan ditimbang sebanyak 50 gram pada percobaan I,
75 gram pada percobaan II, dan 100 gram pada percobaan III.
3. Kemudian pada percobaan satu serbuk simplisia dibungkus
dengan menggunakan kertas saring yang telah dibentuk
selongsong.
4. Lalu dimasukan kedalam alat sokhletasi
5. Tambahkan etanol 96% melalui serbuk simplisia yang telah
dimasukan alat sokhletasi tadi sampai 1/3 bagian labu alas bulat.
21

6. Panaskan ± pada suhu 90°C selama 5 jam.


7. Hasil dari sokhletasi kemudian diuapkan dengan rotary
evaporator sampai diperoleh ektrak kental.
8. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali
9. Ekstrak kental yang diperoleh dari masing-masing percobaan
dihitung bobot rendemannya.
3.7.2 Analisa Data
(1) Perhitungan Bobot Rendeman
Berat ekstrak yang diperoleh
% Rendeman = x 100%
Berat simplisia yang digunakan

% Rendeman
Sampel Rata-rata
I II III
A
B
C
Tabel 3.1 Hasil Uji Perhitungan Bobot Rendeman Daun Patikan Kebo
(Euphorbia hirta L.)
(2) Skrining Fitokimia
Uji fitokimia pada ekstrak hasil maserasi dan sokhletasi dengan
pembuatan ekstrak daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dengan
menimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dilarutkan dengan etanol
96% sebanyak 10 ml dalam labu ukur 100 ml hingga larut sempurna,
lalu ditambahkan dengan air suling hingga 100 ml.
a. Uji Alkaloid
1. Pereaksi Mayer
Sepuluh tetes ekstrak dimasukan kedalam tabung reaksi,
lalu ditambahkan dengan pereaksi mayer sebanyak 2-3 tetes
menghasilkan endapan putih kekuningan menunjukan adanya
senyawa alkaloid.
2. Pereaksi Bouchardat
Sepuluh tetes ekstrak dimasukan kedalam tabung reaksi,
lalu ditambahkan pereaksi bouchardart sebanyak 2-3 tetes
22

menghasilkan endapan coklat sampai hitam menunjukan adanya


senyawa alkaloid.
3. Pereaksi Dragendrof
Sepuluh tetes ekstrak dimasukan kedalam tabung reaksi,
lalu ditambahkan pereaksi dragendrof sebanyak 2-3 tetes
menghasilkan endapan jingga sampai merah coklat menunjukan
adanya senyawa alkaloid. Hasil uji positif bila terbentuk
endapan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas.
b. Uji Flavonoid
Sepuluh tetes ekstrak etanol daun Patikan kebo dimasukkan
ke dalam tabung reaksi,lalu ditambahkan sebanyak 2 tetes HCl
pekat,lalu dimasukan serbuk Mg kemudian ditambahkan amil
alkohol. Bila terjadi warna kuning, orange atau merah pada
lapisan amil alkohol menunjukan adanya flavonoid.
c. Uji Tanin dan Polifenol
Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 2 tetes FeClᴈ 1%. Terjadi warna biru atau
hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin dan folifenol.
d. Uji Saponin
Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 detik, busa yang stabil akan terus
terlihat selama 5 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
larutan HCl 2 N, apabila busa tidak hilang menunjukkan adanya
saponin.
3.8 Instrumen Penelitian
(1) Alat
(a) Batang pengaduk
(b) Bejana maserasi
(c) Timbangan digital
(d) Aluminium foil
(e) Pipet tetes
23

(f) Kertas saring


(g) Neraca analitik
(h) Beaker glass
(i) Blender
(j) Corong pisah
(k) Cawan penguap
(l) Tabung reaksi
(m) Roraty evaporator
(n) Alat Sokhletasi
(o) Labu alas bulat
(p) Termometer alkohol
(q) Batu didih
(r) Labu evaporator
(2) Bahan
(a) Aquades
(b) Aluminium (lll) klorida
(c) HCI 2 N
(d) Etanol 96%
(e) Daun Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)
(f) Amil alkohol
(g) FeCIᴈ 1%
(h) Pereaksi mayer
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. Z., Sugiarto. B. (2020). Ekstraksi Antosianin Dari Biji Alpukat Sebagai
Pewarna Alami. Jurnal Technologi Technoscientia: Vol 12 No 2.

Arsa. A. K., Achmad. Z. ( 2020). Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Rimpang Temu
Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Dengan Pelarut Etanol Dan N-Hexana.
Jurnal Technologi Technoscientia: Vol 13 No 1.

Badrunasar. A., Santoso. H. B. (2017). Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Bogor:


Forda Press.

Choirunnisa. S., Wartini. M. N., Suhendra. L. (2019). Pengaruh Suhu Dan Waktu
Maserasi Terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
Mauritiana L) Sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Agroindustri. Vol 7 No 4.

Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia). (1978). Materia Medika


Indonesia Jilid III. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2001). Inventaris


Tananaman Obat I. Jilid Ketiga. Badan Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat. Bandung: hal 135.

Dewi. P. I., Maisaroh. S., Verawaty. (2020). Perbandingan Metode Sokhletasi


Dengan Maserasi Terhadap Daya Aktivitas Antioksidan Bunga Tasbih
(Canna Hybrida Hort). Vol 12 No 1.

Dodo., Solihah. S. M., Yuzammi. (2016). Koleksi Kebun Raya Banua Tumbuhan
Berpotensi Obat. Jakarta: LIPI Press.

Fakhruzy., Kasim. A., Asben. A., Anwar. A. (2020). Optimalisasi Metode


Maserasi Untuk Ektraksi Tanin Rendeman Tinggi. Menara Ilmu. Vol XIV
No 2.

Harbone. J.B. (1987). Metode Fitokimia. Ed ke 1. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

Julianto. T. S. (2019). Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining


Fitokimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

KEMENTAN (Kementrian Pertanian). (2019). Tananman Obat Warisan Tradisi


Nusantara Untuk Kesejahteraan Rakyat. Bogor: Balai Penelitian
Tananaman Rempah Dan Obat.

Masengi. J. M. G., Puspawati. G. A. K. D., Wiadnyani. A.A. I. S. (2020).


Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Cair Daun
Turi (Sesbania grandiflora). Jurnal Itepa. Vol 9 No 2.

24
25

Najib. A. (2018). Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Ed ke 1. Yogyakarta:


Deepublish

Putri. I. A. K. P., Riwayati. I., Maharani. F. (Ekstraksi Flavonoid Pada Daun


Beluntas (Plucea Indica Less) Menggunakan Pelarut Air Berbantu
Gelombang Mikro. Jurnal Inovasi Teknik Kimia: Vol 5 No 1.

Nugroho. A. (2017). Buku Ajar Teknologi Bahan Alam. Banjarmasin; Lambung


Mangkurat University Press.

Risdayanti., Nuryanti. S., Herwin. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol


Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.). Wal’afiat Hospital Journal: Vol II
No 1.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Ed ke 29. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Ed Ke 2.


Bandung: Alfabeta.

Syamsul. E. S., Amanda. N. A., Lestari. D. (2020). Perbandingan Ekstrak Lamur


Aqualaria Malaccensis Dengan Metode Maserasi dan Refluks. Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia. Vol 2 No 2.

Syamsul. S. E., Anugerah. O., Supriningrum. R. (2020). Penetapan Rendeman


Ekstrak Daun Jambu Mawar (Syzygium jambos L. Alston) Berdasarkan
Variasi Konsentrasi Etanol Dengan Metode Maserasi. Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia. Vol 2 No 3.

Anda mungkin juga menyukai