Aksara Yang Membingungkan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Aksara yang Membingungkan

Jamal D. Rahman

Kelompok: 1. Dimas Aprilianto Fanani (10)

2. Adinda Titan Putri Santoso (1)

3. Andre Felim Nomeseoh (4)

4. Rico Devriza Anwar (25)

Di Indonesia sendiri keberaksaran sangat lemah, aksara itu sendiri seperti

informasi tertulis di tempat umum, mengapa aksara membingungkan? Karena

terdapat kebiasaan masyarakat yang bergantung pada kelisanan contoh ketika ke

terminal kita akan melihat harga tiket dan melihat harga tiket, dan kita akan tetap

menanyakan pada petugas dan terkadang apa yang ada dalam keterangan berbeda

dengan apa yang disampaikan petugas seperti harga di keterangan lima ribu dan

menurut petugas enam ribu dan itu membuat masalah yang membingungkan,

mengapa membingungkan karena juga informasi yang tertera dalam tempat umum

tidak memadai dan itu membuat masalah yang membingungkan, mengapa

membingungkan karena juga informasi yang tertera dalam tempat umum tidak

memadai di Indonesia sendiri pernah disurvei Organisasi Pengembangan Kerja

Sama Ekonomi bahwa budaya membaca di Indonesia berada pada peringkat ke-52

di Asia Timur, Lemahnya membaca di Indonesia membuat kelisanan di Indonesia

lebih digunakan dari pada membaca aksara yang sudah tertera pada tempat umum

contoh saat kita ingin membuat passport kita pasti akan melihat langkah langkah

cara pembuatan passport dan tentu kita tetap akan tetap menayakan cara proses

1
pembuatan passport pada petugas yang bekerja pada lembaga tersebut, karena

budaya membaca di Indonesia sangat rendah maka dari itu pemerintah berusaha

mengembangkan budaya baca masyarakat Indonesia dengan cara sosialisasi yang

bekerja sama dengan lembaga pendidikan Indonesia. (Suryaman, dkk., 2018: 212-

215)

Tema yang terkandung dalam esai Aksara yang Membingungkan karya

Jamal D. Rahman tersebut adalah budaya karena menceritakan kebiasaan

masyarakat yang masih terikat pada informasi lisan, dibanding dengan informasi

tertulis karena masih banyak informasi tertulis yang masih belum jelas.

Masyarakat yang membacanya masih bingung harus apa dan bagaimana hal

tersebut yang membuat masyarakat masih terikat dalam informasi lisan. Karya

Jamal D. Rahman yang lain masih ada yang sama dengan esai tersebut yaitu

bertemakan budaya yang terjadi di Indonesia. (Suryaman, dkk., 2018:212-215)

Sudut pandang esai tersebut adalah menggunakan orang pertama pengamat

karena penulis juga terlibat dalam kebiasaan yang terdapat dalam masyarakat

tersebut, meskipun tidak sebagai pelaku utama. Dibuktikan dalam Suryaman

(2018: 212) yang menyatakan bahwa, “Di terminal, kita tentu saja selalu ada

informasi tertulis. Akan tetapi, calon penumpang yang hanya mengandalkan

informasi tertulis yang tersedia di terminal dijamin bingung atau tersesat.”

Pengarang menggunakan kita untuk menyebut pelaku atau tokoh cerita artinya

pengarang ikut terlibat di dalamnya tapi tidak sebagai pelaku utama Jenis esai

Aksara yang Membingungkan adalah jenis esai paparan karena menjelaskan atau

2
memaparkan lebih rinci suatu hal kepada pembaca. Tujuan utama esai ini untuk

mengedukasi maupun memberikan informasi kepada pembaca.

Latar ada tiga hal: latar tempat, latar suasana, dan latar waktu. Dalam esai

Aksara yang Membingungkan mengandung suasana yang memprihatinkan karena

begitu rendahnya budaya membaca masyarakat di Indonesia dengan pembuktian

survei yang menyatakan bahwa Indonesia termasuk ranking 52 dalam budaya

membaca di kawasan Asia Timur. Suryaman, dkk. (2018: 214) menyatakan

bahwa:

Beberapa waktu lalu organisasi pengembangan kerja sama ekonomi


(OECD) mengumumkan survei mereka tentang budaya membaca. Salah
satu temuannya adalah budaya membaca Indonesia terendah di antara 52
negara di kawasan Asia Timur. Rendahnya budaya membaca masyarakat
Indonesia membuat kita tidak memiliki kultur keberaksaraan.

Hal ini disampaikan oleh Organisasi Pengembangan Kerja Sama Ekonomi se-Asia

Timur. Latar tempat dalam esai tersebut terdapat dalam latar bandara, bus halte,

lembaga pembuatan passport, dan juga tempat umum lainnya.

Amanat yang terdapat pada esai Aksara yang Membingungkan bahwa

rendahnya daya baca masyarakat Indonesia dan sekaligus menjadi pokok

permasalahan. Namun, kita hendaknya tidak mengikuti kebiasan buruk yang ada

di masyarakat dan sebaiknya kita mengajak masyarakat untuk lebih

memperhatikan informasi tertulis di tempat umum daripada hanya mengandalkan

informasi lisan, agar kita tidak tergolong pada kelompok masyarakat yang daya

bacanya rendah. Meskipun banyak informasi dan petunjuk tertulis tetapi

rendahnya membaca membuat Organisasi Pengembangan Kerja Sama Ekonomi

(OEDC) mengumumkan survei mereka bahwa Indonesia berada pada peringkat

3
terendah di antara 52 negara di kawasan Asia Timur. Dengan kata lain, rendahnya

budaya membaca di Indonsia berakibat langsung pada rendahnya kualitas layanan

umum paling sederhana dalam banyak kehidupan praktis sehari-hari. Suryaman,

dkk. (2018: 215) menyatakan bahwa:

Karena budaya baca kita rendah, maka kehidupan praktis kita lebih banyak
bekerja atas dasar kelisanan. Akibat, berikutnya adalah kita tidak sanggup
memberikan dan tidak bisa mendapatkan pelayanan paling sederhana yang
mudah, praktis, efisien, jelas, dan tidak membingungkan. Dengan kata
lain, rendahnya budaya membaca di Indonesia berakibat langsung pada
rendahnya kualitas layanan umum paling sederhana dalam banyak
kehidupan praktis sehari-hari.

Rendahnya budaya membaca Indonesia menyebabkan informasi tertulis di tempat

umum menjadi tidak tesampaikan dengan benar dan kebiasan masyarakat

Indonesia untuk selalu bertanya tidak akan dapat mengembangkan kualitas

masyarakat Indonesia.

4
Daftar Pustaka:

Rahman, Jamal D, dkk. 2014. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.


Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Suryaman, Maman, dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas


XII. Depok: CV Arya Duta.

Anda mungkin juga menyukai