Anda di halaman 1dari 8

A.

API PENYUCIAN
Api Penyucian adalah tempat penyucian atau pembersihan diri sebelum menuju surga. Api
penyucian bukanlah tempat seperti neraka atau pun surga. Api penyucian adalah tempat bagi
mereka yang meninggal dalam rahmat namun masih memiliki dosa ringan atau menanggung
konsekuaensi dari dosa-dosa yang sudah di ampuni1

1. Dasar Biblis
 Why. 21:27: Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang
melakukan kekejian atau dusta,  tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan  Anak Domba itu.
Melihat bahwa memang tidak mungkin orang yang ‘setengah kudus’ langsung masuk surga,
maka sungguh patut kita syukuri, bahwa Allah memberikan kesempatan pemurnian di dalam
Api Penyucian.2
 2Mak 12:43 : Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih
kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan
korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena
Yudas memikirkan kebangkitan.
Dalam perikop ini ada dua gagasan yang mendukung ajaran Api Penyucian. Pertama, dosa
dapat ditebus dan diampuni setelah kematian. Kedua, doa-doa mereka yang hidup
merupakan sarana yang efektif untuk pengampunan dan penebusan dosa setelah kematian.3
 5:25-26: Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di
tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu
menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.  Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau
membayar hutangmu sampai lunas.

1
Ingrid Listiati, “BERSYUKURLAH, ADA API PENYUCIAN!” (19 Desember 2018), diambil dari:
https://www.katolisitas.org/bersyukurlah-ada-api-penyucian/ (8 februari 2021). [artikel ini pertama kali terbit
tanggal 19 Desember 2018].
2
Ibid.
3
Albertus Purnomo, Riwayat Api Penyucian dalam Kitab Suci Dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 85.
Dalam perikop ini ada dua kata kunci yaitu kata “utang” dan “penjara”. Kata utang sering
kali dihubungkan dengan dosa/pelanggaran. Dan kata penjara secara harafiah menunjuk
pada tempat/situasi dimana orang menerima penghukuman karena kesalahannya.4
 Matius 12:32: Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan
diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak,
dan di dunia yang akan datang pun tidak.
Dalam ayat ini secara jelas bahwa akan ada pengampunan di dunia yang akan datang. Bagi
beberapa teoleg gereja, ( Agustinus, Gregorius Agung, dan Bernardus) dalam merumuskan
ajaran Api Penyucian.

2. Para Bapa Gereja

 Siprianus dari Kartago


Pandangan Siprianus (+258) mengenai Api Penyucian dapat ditemukan dalam surat kepada
Antonia.
Ada orang Kristen yang menunggu pengampunan dan yang lain sampai pada kemuliaan.
Ada yang dimasukkan ke dalam penjara lalu akan dikeluarkan hanya ketika hal-hal yang
terakhir yang tidak berguna sudah terbayar; dan ada yang langsung menerima ganjaran
iman dan kebajikan. Ada yang dibebaskan dan dimurnikan dari dosanya melalui
penderitaan yang panjang dalam api; dan yang lain kesalahannya telah dihapuskan dengan
tindakan kemartirannya; Ada yang tangguhkan oleh Tuhan sampai Hari Pengadilan, dan
yang lain segera dimahkotai oleh-Nya5

 Lactantius
Lactantius (+317) meyakini bahwa semua yang telah meninggal, termasuk orang benar,
akan diuji oleh api, tetapi tidak sampai Pengadilan Terakhir.
Ketika Allah menguji orang benar, ia juga akan melakukannya dengan sarana api. Mereka
yang masih dikuasai oleh banyak dosa berat akan dibungkus oleh api dan dimurnikan,
sementara mereka menyiapkan diri dengan keadilan dan kebajikan tidak akan merasakan

4
Ibid., hlm. 87
5
Ibid., hlm. 110.
api ini. Sungguh akan ada dalam diri mereka sesuatu yang akan menolak api tersebut dan
membuatnya mundur.6

 Hilarius dari Poitiers


Menurut Hilarius (+367), orang benar menunggu Pengadilah Terakhir di pangkuan
Abraham, sementara orang berdosa akan disiksa dengan api. Dalam Pengadilan Terakhir
orang baik akan langsung menuju ke surga, orang jahat dan sesat akan langsung ke neraka,
dan sisanya, sebagian terbesar orang Kristen yang berdosa akan menjalani pengadilan:
mereka yang tidak mau menyesal harus membayar hukuman berat di neraka. Dalam
penyucian jiwa-jiwa terbakar oleh api pengadilan.7

 Ambrosius
Ambrosius (+397) berbicara tentang tiga jenis api yang akan diterima jiwa setelah kematian.
Bagi orang benar, yang seperti perak murni, api adalah kesegaran, seperti embun yang sejuk.
Bagi orang jahat, murtad, asusila, yang seperti timah, api adalah penghukuman dan
penyiksaan. Api bagi para pendosa seperti percampuran perak dan timah. Api ini adalah
sarana untuk memurnikan. Sakit yang mereka rasakan akan sebanding dengan beratnya dosa
mereka.8

 Hieronimus
Menurut Hieronimus (+419/420), semua orang itu berdosa. Akan tetapi, kecuali Iblis, orang
yang tidak mengakui Allah dan orang jahat, semua manusia akan diselamatkan.
Sebagaimana kita percaya bahwa siksaan terhadap Iblis, mereka yang menyangkal Allah,
orang jahat berkata dalam hatinya “Tidak ada Allah” akan bersifat kekal, demikian pula, kita
percaya bahwa penghakiman terhadap orang Kristen yang berdosa dan yang pekerjaan akan
diuji dan dimurnikan dalam api, akan lebih lunak dan penuh belas kasihan. Dia yang dengan
segenap rohnya telah menempatkan imannya kepada Kristus, sekalipun dia mati dalam dosa,
akan hidup selamanya berkat imannya9.

6
Ibid.
7
ibid.
8
Albertus Purnomo, Riwayat Api penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 111
9
Ibid
3. Dalam Katekismus Gereja Katolik
Dalam Katekismus Gereja Katolik nomor 1030-1032 diajarkan:
 Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum
disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih
harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat
masuk ke dalam kegembiraan surga.10
 Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para
terkutuk, purgatorium [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang
berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Florence dan Trente. Tradisi
Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari
Kitab Suci Bdk. misalnya 1 Kor 3:15; 1 Ptr 1:7.:
"Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian
untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa,
kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, 'di dunia ini
tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak' (Mat 12:32). Dari ungkapan
ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di
dunia lain"11
 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya
Kitab Suci sudah mengatakan: "Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan
untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa dosanya" (2 Mak 12:45).
Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan
membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan
dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi,
dan karya penitensi demi orang-orang mati.
"Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja
telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita
dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati?
Jangan kita bimbang untuk membantu orangorang mati dan mempersembahkan doa untuk
mereka"12

10
KGK, no. 1030 (Katekismus Gereja Katolik, nomor 1030)
11
KGK, no. 1031 (Katekismus Gereja Katolik, nomor 1031)
12
KGK, no. 1032 (Katekismus Gereja Katolik, nomor 1032)
4. Penolakan Terhadap Api Penyucian

 Gereja Ortodoks
Gereja Yunani/Ortodoks sangat menolak ajaran ini. Meski ajaran ini pertama kali muncul di
gereja Yunani, tetap saja kepercayaan bahwa ada tempat dimana jiwa-jiwa akan dimurnikan
atau disucikan setelah kematian di tolak oleh gereja Yunani.
Cara mendefinisikan api penyucian yang paling dapat diterima oleh pikiran Ortodoks Timur
adalah dengan mengatakan bahwa mereka yang diselamatkan oleh pertobatan dan
pembaptisan dan partisipasi dalam kehidupan sakramental gereja tetapi yang dosa-dosanya
terus menimbulkan efek yang bertahan lama seperti nafsu, kecanduan, keterikatan pada hal-
hal duniawi yang menghambat pertumbuhan spiritual mereka dan kemajuan menuju teologi
Kristen Timur, diberi rahmat agar efek-efek yang bertahan lama ini ditebus sehingga mereka
dapat menerima visi Tuhan.
Diskusi tentang Api Penyucian. Antara Gereja Latin dan Yunani dapat ditelusuri dari
laporan mengenai perdebatan di Biara Ortodoks Yunani dekat Casole, dekat Otranto (Italia),
di akhir-akhir tahun 1231, antara Gregorius Bardanes, wakil gereja Yunai dengan utusan
Paus, seorang Frasnsiskan bernama Bartolomeus.13
Inti perdebatan mereka adalah “ kemana jiwa akan pergi ketika mereka meninggal tanpa
melakukan perbuatan silih dan tidak memliki waktu untuk menyelesaikan silih dan matiraga
yang diperintahkan bapa pengakuannya?14”
Inilah jawaban dari pihan Yunani. Jiwa para pendosa tidak pergi ke nereka yang kekal,
karena dia yang akan mengadili seluruh dunia belum datang untuk memisahkan yang benar
dari yang jahat, tetapi mereka akan pergi ke tempat-tempat yang gelap dimana mereka akan
mencicipi penderitaan yang akan dialami. Lantaran beberapa tempat telah disiapkan bagi
orang benar di rumah Bapa, sebagaimana perkataan dari penyelamat, demikian pula
berbagai tempat penghakiman bagi para pendosa.15

 Api Penyucian dan Martin Luther


Kritikan Martin Luther dapat di temukan di dalam ke 95 tesisnya. Salah satu yang ia kritik
adalah sistem Indulgensi. Dalam tesisnya Luther menulis
13
Albertus Purnomo, Riwayat Api penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 162
14
Ibid.
15
Ibid.
”Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa,mereka dijamin mendapatkan
keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka”16
Dalam ke 95 tesis Luther, istilah Api Penyucian setidaknya disebutkan sekurang-kurangnya
sebanyak 11 kali. Tampaknya api penyucian menjadi tema penting dalam ke 95 dalil Martin
Luther. Api penyucian disebukan Luther sebagai tanggapan mengenai iman dan penebusan
dosa. Luther berkata:17
”Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan, jika dalam kasus orang yang sekarat,
mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.”18
Sehubungan dengan itu Luther juga menambahkan:
“Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian
tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.”19
Martin Luther berpandangan, jika pengampunan dosa atau hukuman atas dosa masih dapat
diberikan selama masih hidup di dunia oleh pihak gereja, lebih baik dilakukan sekarang ini
daripada menunggu sampai di Api Penyucian.20
Api penyucian disebutkan lagi dalam tesis 14-18 ketika ia membahas tentang jiwa orang
beriman. Luther berpendapat :
“Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan
ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan
yang diakibatkannya.”21
Ia menambahkan juga :
“Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri,tanpa berbicara hal-hal lain,
tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat dekat dengan kengerian
keputusasaan.”22
Dalam tesisnya ini Luther secara tidak langsung hendak mengatakan bahwa hukuman di Api
Penyucian suadah dapat dirasakan di dunia ini, persisnya ketika jiwa kurang mengasihi dan
rasa takut mulai menguasai

16
Tesis 32.
17
Albertus Purnomo, Riwayat Api penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 196
18
Tesis 10.
19
Tesis 11.
20
op. cit. hlm. 197
21
Tesis 14.
22
Tesis 15.
Luther tampaknya masih mengakui api penyucian. Namun, pemahamnnya berbeda dengan
teologi katolik pada waktu itu lebih berfokus pada tempat penyucian. Luther lebih
memahaminya sebagai keberadaan atau kondisi jiwa.23
Ia mengatakan :
“Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir
putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.”24
Menurutnya, kengerian Api Penyucian seharusnya berkurang dan kasih semakin
bertambah25. Akan tetapi, Luther menambahkan:
“Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apapun atau ayat Alkitab mana
pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih”.26
Pandangan Luther di atas sesungguhnya adalah reaksi dan kritikan terhadap penyalahgunaan
indulgensi. Bahkan, ia menegaskan bahwa para pengkhotbah untuk indulgensi adalah keliru
jika mengatakan dengan indulgensi dari paus, manusia dapat dibebaskan dari segala
hukuman dosa dan diselamatkan.27
Ketika 95 Tesis itu ditulis, Luther tidak mempersoalkan ajaran Api Penyucian secara umum.
Yang dipersoalkan adalah penyalahgunaan ajaran tersebut. Akan tetapi, dalam perjalanan
waktu, ia menolak ajaran tersebut.28

 Api Penyucian dan John Calvin


John Calvin melontarkan kritik tajam dan sanggahan keras pada ajaran api penyucian.
Bahkan ia mengkritik Melanchton (Profesor dan teolog dari Jerman), yang tidak menolak
ajaran tersebut secara tidak langsung dan terus terang dalan pengakuan Augsburg.29
Bagi Calvin, dan gereja Calvinis pada umumnya, yang terpenting adalah karya Kristus untuk
keselamatan orang beriman. Dengan keras ia mengatakan :
“Api Penyucian dalah rekaan atau fiksi Iblis yang mematikan, yang membatalkan salib
Kristus, yang memandang rendah belaskasih Allah, dan menjungkirbalikkan serta

23
op. cit. hlm. 197
24
Tesis 16.
25
Tesis 17.
26
Tesis 18.
27
Albertus Purnomo, Riwayat Api penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 197
28
Ibid., hlm. 198
29
Ibid., hlm. 202
menghancurkan iman kita. Lantas, apa artinya api Penyucian, selain bahwa penebusan atas
dosa-dosa dibayarkan oleh jiwa-jiwa orang mati bsetelah kematian mereka”30
Calvin berpandangan bahwa kematian Krisus telah memberikan penebusan yang lengkap
atas dosa-dosa manusia. Calvin juga memberi perhatian khusus pada keberatan utama
Protestan pada aajran Api Penyucian, yaitu tidak pernah diajarkan dalam alkitab.31
Pandangan khas Calvin yang berlawanan dengan ajaran api penyucian adalah ajaran
Predestinasi. Predestinasi adalah ajaran ajaran bahwa sejak kekal, Allah telah memilih
mereka yang akan diselamatkan.32

 Penyucian dalam Hidup di Dunia


Dua cabang terbesar reformasi Protestan menolak ajaran Api Penyucian. Masalahnya bukan
pertama-tama karena tidak ada dasar alkitabiah untuk ajaran itu, tetapi karena berlawanan
konsep teologis mereka tentang keselataman. Jika dengan kematian dan kebangkitan Kristus,
orang Kristen sudah diselamatkan, lantas untuk apa lagi Api Penyucian sebagai jalan yang
harus dilalui untuk mencapai keselamatan.33
Gereja katolik meyakini bahwa penyucian berlangsung sejak masih hidup di dunia ini dan
berlanjut pada Api Penyucian dan akhirnya bersatu dengan Allah. Sementara itu, gereja
protestan berkeyakinan bahwa karena telah di tebus oelh pengorbanan Kristus, maka orang
Kristen wajib menjalankan pengudusan yang berlangsung selama masa hidup di dunia ini
sebagai tanda nyata pertobatan mereka. Ketika penyucian telah sampai pada kepenuhannya,
ia kemudian bersatu dengan Allah.34

30
Ibid.
31
Ibid.
32
Ibid., hlm. 203
33
Ibid., hlm. 206
34
Albertus Purnomo, Riwayat Api penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi ( Depok: PT Kanisius, 2017), hlm. 207

Anda mungkin juga menyukai