Anda di halaman 1dari 4

2.3.

Budaya Orang Yunani dan Budaya Orang Amerika


Perhatikan terlebih dahulu pernyataan berikut tentang karakteristik dari konsep 'tak langsung/
ketidaklangsungan' ini cenderung digunakan dalam literatur tentang pragmatik lintas budaya:
Meskipun setiap bahasa memberikan penuturnya secara tegas, serta memberi cara langsung
untuk mencapai tujuan komunikatif, namun dalam komunikasi sehari-hari para penutur
tampaknya lebih menyukai cara-cara yang tak langsung. Dalam mengajukan permintaan
kepada sekretaris, misalnya,  orang lebih cenderung mengatakan hal-hal seperti 'Bisakah
Anda melakukannya' atau 'Maukah Anda melakukannya' daripada 'Lakukan itu!' yang lebih
sederhana. (Blum-Kulka 1982:30).
Penulis di atas tahu betul bahwa generalisasi yang dimaksud tidak berlaku untuk 'orang pada
umumnya' tetapi terutama untuk masyarakat Anglo-Saxon, dan itu, misalnya, tidak berlaku untuk
masyarakat Israel. Tapi ini tidak mencegahnya untuk merumuskan bahwa seolah-olah itu sebenarnya
berlaku untuk 'orang pada umumnya'.

Selanjutnya, sebuah ilustrasi yang diberikan tersebut memperjelas bahwa apa yang ada pada dalam
pikiran penulis adalah fenomena 'permintaan', yaitu arahan yang diutarakan secara interogatif; tetapi
untuk generalisasinya ditulis dalam istilah 'cara berbicara tak langsung' - seolah-olah cukup dengan
menyebutkan 'permintaan' untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'cara berbicara tak langsung'
secara umum.

Blum-Kulka (1982:30) prosesnya kemudian dijadikan untuk membuat sesuatu yang penting dan, saya
pikir, poin yang benar-benar valid bahwa "satu faktor utama yang dapat mempengaruhi penerapan
prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi 'etos' umum dari satu masyarakat dibandingkan dengan yang
lain". Tapi setelah mengatakan ini,  dia mengatakan sesuatu yang agak mengejutkan, itu adalah,
bahwa "norma-norma sosial masyarakat Yunani, sebagai contoh (Tannen [1981a]), membutuhkan
tingkat ketidaklangsungan yang jauh lebih tinggi dalam interaksi sosial daripada yang masyarakat
Amerika lakukan" (Blum-Kulka 1982:30).

Pernyataan ini memungkinkan dapat membuat orang percaya bahwa jika di Israel orang cenderung
mengatakan 'Lakukan itu!' lebih luas daripada yang dilakukan di Amerika, dan di Amerika orang
cenderung mengatakan 'Lakukan itu!' lebih luas daripada yang ada di Yunani ; dan itu, sebaliknya,
jika di Amerika seseorang cenderung mengatakan 'Maukah Anda' atau 'Bisakah Anda' dalam beberapa
situasi di mana di Israel orang hanya akan mengatakan 'Lakukan itu!', di Yunani orang cenderung
mengatakan 'Maukah Anda' atau 'Bisakah Anda' dalam beberapa situasi di mana di Amerika orang-
orang hanya akan mengatakan 'Lakukan itu!'.

Tapi apakah ini bisa dipercaya? Tentu saja tidak. Faktanya, sebuah klaim semacam ini tampaknya
bertentangan dengan semua yang diketahui orang tentang budaya Mediterania secara umum, dan
tentang budaya Yunani secara lebih spesifik. Secara khusus, karakterisasi budaya Yunani yang 'tak
langsung' atau yang 'lebih tak langsung' daripada budaya Amerika, tampaknya tidak sesuai dengan
hasil studi perilaku yang dikhususkan untuk karakter nasional Yunani, dan perbedaan perilaku antara
orang Yunani dan orang Amerika, sebagiamana Triandis - Vassiliou (1972). Sebagai contoh, menurut
studi, perilaku khas Yunani menunjukkan karakteristik yang akan diinterpesi oleh seorang Amerika
sebagai kesombongan, dogmatisme, dan upaya untuk terlihat serba tahu dan terlihat seperti orang
yang berpengaruh.

Karakterisasi budaya Yunani sebagai hal 'tak langsung' juga bertentangan dengan harapan bahwa
Yunani dan Timur Tengah (termasuk Israel) kemungkinan berbagi beberapa nilai budaya, dan
beberapa fitur etnografi dari bagaimana cara mereka berbicara  (cf. Tannen - Oztek 1977; Matisoff
1979) daripada berada di titik yang berlawanan dari skala, dengan cara berbicara Anglo-Saxon pada
bagian pertengahan::
‘langsung’ Israel
'pertengahan' Inggris dan Amerika Utara
'tak langsung' Yunani
Orang hanya bisa bertanya-tanya di mana Jepang akan muncul dalam skala seperti ini? Di bawah
Yunani, mungkin? Dan (Amerika) Inggris? Di atas Israel?
Saya percaya di sini sama halnya sperti di tempat lain, skala itu menyesatkan dan membingungkan
jika tidak didahului dengan analisis kualitatif yang ketat. Jika seseorang memeriksa data dalam
sumber informasi Blum-Kulka tentang budaya Yunani  (Tannen 1981a), ternyata apa yang disebut
'ketidaklangsungan' bagi Yunani tersebut berlaku untuk fenomena yang sangat berbeda dari
penggunaan kalimat permintaan; dan seluruh cerita membingungkan tentang 'ketidaklangsungan
Yunani' versus 'keterusterangan Amerika' ini mulai masuk akal.
Apa yang Tannen lakukan adalah untuk menghadirkan sejumlah informan  (beberapa orang Amerika,
beberapa orang Yunani, dan beberapa orang Yunani-Amerika) dengan kuesioner tertulis, yang
dimulai dengan menghadirkan pertukaran antara istri dan suami:
Istri: John's mengadakan pesta. Kau ingin pergi?
Suami: Oke.
Dua parafrase kemudian disajikan, dan responden diminta untuk menunjukkan apa yang mereka
yakini dari maksud suaminya ketika dia mengatakan oke:
(1-I) Istri saya ingin pergi ke pesta ini, sejak dia bertanya. Aku akan pergi untuk membuatnya
bahagia. ['tidak langsung']
(I-D) Istri saya bertanya apakah saya ingin pergi ke pesta. Saya merasa ingin pergi, jadi
saya akan mengatakan oke. ['langsung']
Sedangkan hasilnya Tannen cukup jelas dan menarik, yaitu "Perbandingan persentase responden pada
ketiga kelompok yang memilih parafrase 1-1 ternyata terlihat seperti sebuah kontinum, dengan orang
Yunani yang paling mungkin untuk mengambil interpretasi tak langsung, orang Amerika yang paling
tidak mungkin, dan orang Yunani-Amerika berada di pertengahan, agak lebih dekat dengan orang
Yunani." (Tannen 1981a:229).
Meskipun Tannen sendiri menggambarkan studinya ini berurusan dengan 'mode tak langsung', dia
pada umumnya berhati-hati untuk menunjukkan bahwa dia hanya berurusan dengan satu konteks
tertentu: negosiasi antara suami dan istri tentang apakah akan pergi ke pesta atau tidak. Namun,
beberapa komentarnya dapat dilihat seperti mengundang suatu jenis generalisasi berlebihan yang
diungkapkan dalam laporan Blum-Kulka tentang studinya. Sebagai contoh, dia melaporkan bahwa
"seorang wanita kelahiran Amerika dari kakek-nenek Yunani ... berkomentar bahwa dia cenderung
menjadi 'tak langsung' karena dia mewariskan hal itu dari ibunya, yang dipengaruhi oleh ibunya
sendiri ( Sang nenek lahir di Yunani )" (Tannen 1981a:235). Demikian pula, dia mengutip kesaksian
pribadi lain yang dia sebut "paling fasih": "bahwa seorang pria profesional yang tinggal di kota New
York, yang kakek-neneknya berasal dari Yunani. Dia tampak berasimilasi sepenuhnya, tidak
berbicara bahasa Yunani, tidak dibesarkan di lingkungan Yunani, dan memiliki beberapa teman
Yunani. Dalam mengisi kuisioner, dia memilih1-1, interpretasi tidak langsung diawal. Dalam diskusi
selanjutnya dia mengatakan bahwa gagasan tentang ketidaklangsungan layaknya 'membunyikan
lonceng seperti itu'." (1981a:235).
Ini benar-benar dapat membuat orang percaya bahwa budaya Yunani entah bagaimana umumnya
adalah 'tak langsung', tentu lebih dari budaya Amerika. Tapi apa sebenarnya arti dari ini? Semua yang
benar-benar ditunjukkan Tannen adalah bahwa pasangan Yunani tampaknya lebih selaras dengan
keinginan yang tidak diungkapkan satu sama lain daripada pasangan Amerika, dan lebih siap untuk
menebak keinginan satu sama lain yang tidak diungkapkan, sedangkan pasangan Amerika tampaknya
lebih mengandalkan verbalisasi yang tegas dari keinginan mereka. Faktanya, beberapa komentar
Tannen menunjukkan bahwa dalam budaya Yunani wanitalah yang umumnya diharapkan untuk
menebak, dan untuk menuruti, keinginan ayahnya, atau suaminya, yang tidak diungkapkan::
Sebagai contoh, seorang wanita Yunani berusia sekitar 65 tahun mengatakan kepada saya
bahwa sebelum dia menikah dia harus meminta izin ayahnya sebelum melakukan sesuatu. Dia
mencatat bahwa tentu saja dia tidak pernah secara tegas menolak izinnya. Jika dia bertanya,
misalnya, apakah dia harus pergi ke pesta dansa atau tidak, dan ayahnya menjawab,

(1) An thes, pas. ('Jika kamu mengingankannya, kamu dapat pergi') dia tahu bahwa dia tidak
bisa pergi. Jika dia benar-benar bermaksud bahwa dia bisa pergi, ayahnya akan berkata,

(2) Ne. Na pas. ('Iya, kamu harus pergi.')


...Informan ini menambahkan bahwa suaminya menanggapi permintaannya dengan cara
yang sama. Oleh karena itu, para wanita setuju untuk melakukan apa yang dia sukai tanpa
mengharapkan dia dapat mengungkapkan preferensinya secara langsung. (Tannen 1981a:224-
225).
Tetapi jika hanya ini yang ada, apakah cukup untuk menarik kesimpulan bahwa "norma sosial Yunani
...  membutuhkan tingkat ketidaklangsungan yang jauh lebih tinggi dalam interaksi sosial daripada
Amerika" (Blum-Kulka 1982:30)? Tampaknya bagi saya bahwa kesimpulan semacam ini tidak
beralasan dan menyesatkan. Di samping itu, Data Tannen menyarankan norma budaya berikut, yang
tampaknya cukup, kredibel, jelas, dan bermakna:
Saya ingin sesuatu
Saya tidak harus mengatakan ini
Saya rasa orang ini dapat mengerti apa yang saya mau
Saya pikir dia akan melakukannya karena ini
Sangat menarik untuk dicatat di sini perbedaan antara enryo umum di Jepang ('sifat terkendali,
pengendalian diri'):
Saya menginginkan sesuatu
Saya tidak ingin mengatakan ini
Dan kepercayaan diri masyarakat Yunani (Pria, biasanya):
Saya menginginkan sesuatu
Saya tidak harus mengatakan ini
(Saya pikir dia akan tetap melakukannya)
Penting juga untuk menyebutkan pentingnya pembagian antara 'dalam kelompok' dan 'luar kelompok'
dalam budaya Yunani, dan keintiman serta kedekatan yang luar biasa yang berlaku pada 'dalam
kelompok'. Triandis - Vassiliou (1972:304) berbicara sehubungan dengan keberadaan "keluarga yang
sangat erat dan yang memberikan perlindungan, asuransi sosial, dan lingkungan yang hangat serta
santai; singkatnya, surga dari dunia yang lebih besar". Dalam lingkungan yang hangat dan akrab
seperti ini, seseorang tidak harus bergantung pada ekspresi verbal yang terbuka tentang kebutuhan,
harapan, dan keinginannya.

Adapun budaya Anglo-Amerika, temuan Tannen sangat konsisten dengan penekanan umum di Anglo-
Amerika pada kemandirian pribadi setiap orang dan tentang individualisme yang berlaku bahkan di
dalam keluarga: budaya Anglo-American mendorong orang untuk mengatakan, secara jelas dan tegas,
apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka pikirkan. Rupanya, pasangan Amerika juga kurang
mengandalkan komunikasi tanpa kata, dan lebih banyak pada sebuah ekspresi diri yang jelas.
Mungkin, ini menyiratkan lebih sedikit perasaan 'kesatuan' di antara beberapa pasangan, dan
penekanan yang lebih besar pada individualitas masing-masing pasangan, ketidakpastian, dan
kemandirian pribadi. Semua ini konsisten dengan apa yang kita ketahui tentang nilai-nilai budaya
Anglo-Amerika. Istilah 'takk langsung' ini tidak terlalu membantu kita di sini. Bahkan, itu lebih
merupakan hambatan untuk dipahami.

Anda mungkin juga menyukai