Anda di halaman 1dari 8

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

“Cultivation Theory”

H. A. Saefudin dan Antar Venus

ABSTRACT

The idea of Cultivation Theory was first addressed by George Gerbner with his colleagues of
Annenberg School of Communication, Pennsylvania (1969). Based on previous research about
cultural indicators conducted by the same researcher, cultivation analysis focused on mass
media impact on everyday life. Another important findings from cultivation analysis was the
categorization of television audience to two different classes: heavy viewers and light viewers.
Among those two, heavy viewer became the main concern of communication scholars. It was
believed that heavy viewing of television behavior permanently would lead to deep and exagger-
ated belief toward symbolic realities as presented on the screen.

Kata kunci: teori kultivasi, realist simbolik, kekerasan, heavy viewer

Pengantar ited effects model), dan juga perdebatan antara


kelompok yang menganggap efek media massa
Gagasan tentang cultivation theory (teori bersifat langsung dengan kelompok yang
kultivasi) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh menganggap efek media massa bersifat tidak
George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul
di Annenberg School of Communication di untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek
Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih
berjudul “the television World of Violence”. Artikel berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku individual.
bertajuk Mass Media and Violence yang disunting Menurut Signorielli dan Mogan (1990),
D. Lange, R. Baker & S. Ball (eds). Menurut Wood analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari
(2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada paradigma penelitian tentang efek media yang
proses kumulatif di mana televisi menanamkan sebelumnya dilakukan oleh Gerbner, yaitu cultural
suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada indicators, yang menyelidiki (1) proses
khalayaknya. institusional dalam produksi isi media, (2) image
Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika (kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan
terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku
komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media khalayak.
massa (powerful effects model) dengan kelompok Gerbner bersama beberapa rekannya kemudian
yang memercayai keterbatasan efek media (lim- melanjutkan penelitian media massa tersebut

H. A. Saefudin dan Antar Venus. “Cultivation Theory” 83


dengan menfokuskan pada dampak media masa Langkah pertama untuk pengujian teori
dalam kehidupan sehari-hari melalui cultivation kultivasi dalam studi awal adalah menentukan
analysis. Dari analisis tersebut, diperoleh berbagai kandungan isi televisi melalui analisis isi. Gerbner
temuan yang menarik dan orisinal, yang kemudian dan kawan-kawan mulai memetakan kandungan isi
banyak mengubah keyakinan orang tentang relasi pada prime time dan program televisi bagi anak-
antara televisi dan khalayaknya berikut berbagai anak di akhir pekan (weekend).
efek yang menyertainya. Karena konteks penelitian Di antara berbagai teori dampak media jangka
ini dilakukan dalam kaitan merebaknya acara panjang, cultivation analysis merupakan teori
kekerasan di televisi dan meningkatnya angka yang menonjol. Gerbner menyatakan bahwa
kejahatan di masyarakat, maka temuan penelitian televisi, sebagai salah satu media modern, telah
ini lebih terkait dengan efek kekerasan di media memperoleh tempat sedemikian rupa dan
televisi terhadap persepsi khalayaknya tentang sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari
dunia tempat mereka tinggal. Salah satu temuan masyarakat, sehingga mendominasi “lingkungan
terpenting adalah bahwa penonton televisi dalam simbolik” kita dengan cara menggantikan
kategori berat (heavy viewers) mengembangkan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi
keyakinan yang berlebihan (exaggerated belief) dan sarana mengetahui dunia lainnya.
tentang dunia sebagai tempat yang berbahaya dan Teori kultivasi melihat media massa sebagai
menakutkan. Sementara, kekerasan yang mereka agen sosialisasi dan menemukan bahwa penonton
saksikan di televisi menanamkan ketakutan sosial televisi dapat memercayai apa yang ditampilkan
(social paranoia) yang membangkitkan oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka
pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman menontonnya (www.asudayton/edu/com/ faculty/
dan tidak ada orang yang dapat dipercaya. kenny/cultivation.html). Berdasarkan banyaknya
waktu yang dihabiskan untuk menonton, maka
Asumsi /Esensi Teori penonton televisi dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yakni light viewer (penonton ringan)
Secara keilmuan, untuk menunjukkan bahwa
dalam arti menonton rata-rata dua jam per hari atau
televisi sebagai media yang memengaruhi
kurang dan hanya tayangan tertentu, dan heavy
pandangan kita terhadap realitas sosial, para
viewer (penonton berat), yaitu menonton rata-rata
peneliti cultivation analysis bergantung kepada
empat jam per hari atau lebih dan tidak hanya
empat tahap proses. Pertama, message system
tayangan tertentu ( Infante, et.al, 1990, 1993).
analysis yang menganalisis isi program televisi.
Asumsi dasar teori ini adalah:
Kedua, formulation of question about viewers’
(1) Televisi merupakan media yang unik.
social realities, yaitu pertanyaan yang berkaitan
(2) Semakin banyak seseorang menghabiskan
seputar realitas sosial penonton televisi. Ketiga,
waktu untuk menonton televisi, semakin kuat
survey the audience, yaitu menanyakan kepada
kecenderungan orang menyamakan realitas
mereka seputar apa yang mereka konsumsi dari
televisi dengan realitas sosial.
media. Keempat, membandingkan realitas sosial
(3) Light viewers (penonton ringan) cenderung
antara penonton berat dan orang yang jarang
menggunakan jenis media dan sumber
menonton televisi. Empat tahap itu dapat
informasi yang lebih bervariasi (baik
disederhanakan menjadi dua jenis analisis:
komunikasi bermedia maupun sumber per-
(1) Analisis isi (content analysis), yang
sonal), sementara heavy viewers (penonton
mengidentifikasi atau menentukan tema-tema
berat) cenderung mengandalkan televisi
utama yang disajikan oleh televisi.
sebagai sumber informasi mereka.
(2) Analisis khalayak (audience research), yang
(4) Terpaan pesan televisi yang terus menerus
mencoba melihat pengaruh tema-tema tersebut
menyebabkan pesan tersebut diterima
pada penonton (www.aber.uk/media/docu-
khalayak sebagai pandangan konsensus
ments/short/cultiv.html)

84 M EDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 2007


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

masyarakat. sini dipengaruhi pula oleh latar belakang


(5) Televisi membentuk mainstreaming dan reso- demografis di antara mereka.
nance Asumsi ketiga menyatakan bahwa “light view-
(6) Perkembangan teknologi baru memperkuat ers cenderung menggunakan jenis media dan
pengaruh televisi. sumber informasi yang lebih bervariasi (baik
(www.aber.ac.uk/media/documents/short/ komunikasi bermedia maupun sumber personal),
cultiv.html) sementara heavy viewers cenderung
Asumsi pertama teori ini menyatakan bahwa mengandalkan televisi sebagai sumber informasi
“televisi merupakan media massa yang bersifat mereka”. Kelompok penonton yang termasuk
unik”. Keunikan tersebut ditandai oleh karakteristik kategori berat umumya memiliki akses dan
televisi yang bersifat pervasive (menyebar dan kepemilikan media yang lebih terbatas. Karena itu,
dimiliki hampir seluruh keluarga), assesible (dapat mereka mengandalkan televisi sebagai sumber
diakses tanpa memerlukan kemampuan literasi atau informasi dan hiburan mereka. Karena keterpakuan
keahlian lain) dan coherent (mempersentasikan pada satu media ini, keragaman dan alternatif
pesan dengan dasar yang sama tentang informasi yang mereka miliki menjadi terbatas.
masyarakat melintasi program dan waktu). Itulah sebabnya, kemudian, mereka membentuk
Asumsi kedua menyatakan bahwa “semakin gambaran tentang dunia dalam pikirannya
banyak seseorang menghabiskan waktu untuk sebagaimana yang digambarkan televisi.
menonton televisi, semakin kuat kecenderungan Sebaliknya, kelompok penonton ligth viewers
orang tersebut menyamakan realitas televisi dengan memiliki akses media yang lebih luas, sehingga
realitas sosial”. Jadi, dunia nyata (real world) di sumber informsi mereka menjadi lebih variatif.
sekitar penonton televisi dipersamakan dengan Karena kenyataan ini, maka pengaruh televisi tidak
dunia rekaan yang disajikan media tersebut (sym- cukup kuat pada diri mereka.
bolic world). Dengan bahasa yang lebih sederhana Menurut teori ini, media massa, khususnya
dapat dikatakan bahwa penonton memersepsi apa televisi, diyakini memiliki pengaruh yang besar atas
pun yang disajikan televisi sebagai kenyataan yang sikap dan perilaku penontonya (behavioral effect).
sebenarnya, namun teori ini tidak menggeneralisasi Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan
pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton, bersifat kumulatif dan tidak langsung. Inilah yang
melainkan lebih cenderung pada penonton dalam membedakan teori ini dengan the hypodermic
kategori heavy viewer (penonton berat). needle theory atau sering juga disebut the magic
Hasil pengamatan dan pengumpulan data bullet theory, agenda setting theory, spiral of si-
yang dilakukan Gerbner dan kawan-kawan bahkan lence theory. Lebih lanjut, dapat dikemukakan
kemudian menyatakan bahwa heavy viewer bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton
cenderung memersepsi dunia ini sebagai tempat merupakan tahap lanjut setelah media ini terlebih
yang lebih kejam dan menakutkan (the mean and dahulu mengubah dan membentuk keyakinan-
scary world) ketimbang kenyataan yang keyakinan tertentu pada diri mereka melalui
sebenarnya. Fenomena inilah yang kemudian berbagai acara yang ditayangkan. Satu hal yang
dikenal sebagai the mean world syndrome perlu dicermati adalah bahwa teori ini lebih
(sindrom dunia kejam) yang merupakan sebentuk cenderung berbicara pengaruh televisi pada tingkat
keyakinan bahwa dunia sebuah tempat yang komunitas atau masyarakat secara keseluruhan dan
berbahaya, sebuah tempat di mana sulit ditemukan bukan pada tingkat individual.
orang yang dapat dipercaya, sebuah tempat di Secara implisit teori ini juga berpendapat
mana banyak orang di sekililing kita yang dapat bahwa pemirsa televisi bersifat heterogen dan
membahayakan diri kita sendiri. Untuk itu, orang terdiri dari individu-individu yang pasif yang tidak
harus berhati-hati menjaga diri. Pembedaan dan berinteraksi satu sama lain. Namun, mereka memiliki
pembandingan antara heavy dan light Viewer di pandangan yang sama terhadap realitas yang

H. A. Saefudin dan Antar Venus. “Cultivation Theory” 85


diciptakan media tersebut. pada kenyataannya akan meneguhkan dan
Asumsi keempat teori ini menyatakan “terpaan memperkuat.
pesan televisi yang terus-menerus menyebabkan Bukti utama asumsi cultivation analysis
pesan tersebut diterima khalayak sebagai berasal dari analisis isi pesan televisi Amerika secara
pandangan konsensus masyarakat”. Terpaan sistematis. Analisis itu dilakukan selama beberapa
televisi yang intens dengan frekuensi yang kerap tahun dan menunjukkan distorsi realitas yang
dan terus menerus membuat apa yang ada dalam konsisten dalam hubungannya dengan keluarga,
pikiran penonton televisi sebangun dengan apa pekerjaan dan peran, usia lanjut, mati dan kematian,
yang disajikan televisi. Karena alasan ini, kemudian, pendidikan, kekerasan, dan kejahatan. Isu ini yang
mereka menganggap bahwa apa pun yang muncul memberikan pelajaran tentang hal-hal yang
di televisi sebagai gambaran kehidupan yang diharapkan dari kehidupan bukanlah pesan yang
sebenarnya, gambaran kehidupan yang disepakati membesarkan hati, khususya bagi si miskin, kaum
secara konsensual oleh masyarakat. Dalam wanita, dan minoritas rasial (Mc Quail, 1987: 254).
konteks ini, berarti, bila penonton melihat orang Perkembangan dan pembahasan “pandangan
melakukan sumpah pocong di televisi atau melihat televisi” pada dasarnya mengacu pada proses
adegan ciuman di antara dua orang yang masih “penanaman”. Bukti kedua yang menopang teori
pacaran dalam sebuah sinetron, maka penonton tersebut berasal dari survei opini dan sikap yang
tersebut menganggap hal itu sesuatu yang tampaknya mendukung pandangan bahwa banyak
lumrah saja, yang menggambarkan kehidupan penonton televisi sejalan dengan jenis pandangan
nyata di lingkungannya. dunia yang ditemukan di televisi.
Asumsi kelima menegaskan bahwa “televisi Nancy Signorelly melaporkan studi tentang
membentuk mainstreaming dan resonance”. sindrom dunia kejam. Pada aksi kekerasan di pro-
Gerbner dan kawan-kawan memperkenalkan faktor- gram televisi bagi anak, lebih dari 2000 program
faktor mainstreaming dan resonance (Gerbner, termasuk 6000 karakter utama selama prime time
Gross, Morgan dan Signorelly,1980). dan akhir pekan dari 1967-1985, menganalisis
Mainstreaming diartikan sebagai kemampuan dengan hasil yang menarik, 70% prime time dan
memantapkan dan menyeragamkan berbagai 94% akhir pekan termasuk aksi kekerasan. Analisis
pandangan di masyarakat tentang dunia di sekitar itu membuktikan heavy viewers memandang dunia
mereka (TV stabilizes and homogenize views muram dan kejam dari pada orang yang jarang
within a society). Dalam proses ini, televisi pertama menonton televisi. Tidak salah jika kemudian
kali akan mengaburkan (blurring), kemudian Gerbner dan kawan-kawan melaporkan bahwa
membaurkan (blending) dan melenturkan (bend- heavy viewers melihat dunia lebih kejam dan
ing) perbedaan realitas yang beragam menjadi menakutkan seperti yang ditampilkan televisi dari
pandangan mainstream tersebut. Sedangkan reso- pada orang- orang yang jarang menonton.
nance mengimplikasikan pengaruh pesan media Usia juga mempunyai pengaruh terhadap efek
dalam persepsi realita dikuatkan ketika apa yang heavy viewers. Studi tentang “penanaman”
dilihat orang di televisi adalah apa yang mereka menemukan bahwa responden yang usianya
lihat dalam kehidupan nyata. dibawah 30 tahun secara konsisten dilaporkan
Asumsi terakhir menyatakan bahwa bahwa mereka lebih dipengaruhi televisi dari pada
“perkembangan teknologi baru memperkuat yang berusia di atas 30 tahun (Garbner dan Gross,
pengaruh televisi”. Asumsi ini diajukan Gerbner dalam Hanson & Maxcy, 1996).
pada tahun 1990, setelah menyaksikan
perkembangan teknologi komunikasi yang luar
Kritik atas Teori
biasa. Asumsi ini mengandung keyakinan bahwa Hughes (1980) melaporkan bahwa televisi
teknologi pendukung tidak akan mengurangi kemungkinan saja secara aktual menanamkan
dampak televisi sebagai sebuah media, malahan persepsi realistik dan fungsional tentang dunia.

86 M EDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 2007


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Menelaah beberapa hasil penelitian menunjukkan masyarakat yang kejam. Wober (1978) tidak
fungsi prososial dari media, hal itu dapat menjadi menemukan adanya dukungan data di Inggris;
argumentasi bahwa asumsi utama dari teori kultivasi Dobb dan Mc Donnald (1979) melaporkan hal yang
kemungkinan benar. Tetapi, prosedur yang serupa terjadi di Kanada, sementara studi longitu-
digunakan untuk meneliti kemungkinan tidak dinal yang dilakukan terhadap anak-anak Swedia
kapabel dalam mengungkap efek. Hughes (1980) (Hedinsson,1981, hal 188) menyimpulkan bahwa
menyarankan bahwa ukuran-ukuran suatu bukti yang dihimpun ternyata tidak langsung
penontonan yang berat hanya berkaitan dengan mendukung tapi juga tidak langsung menolak
keseluruhan penyiaran dari televisi, bukan secara analisis tersebut. Betapapun nalarnya asumsi itu,
khusus kepada apa yang ditonton. hampir tidak mungkin memperbincangkan
Hawkin dan Pingrec (McQuail, 1982) meninjau kerumitan asumsi hubungan antara struktur
kembali 48 studi penelitian yang menyangkut efek simbolik, perilaku, dan pandangan khalayak secara
cultivation. Mereka menyimpulkan bahwa ada meyakinkan karena banyaknya hambatan dan
bukti sederhana untuk mendukung pengaruh faktor latar belakang sosial yang berpengaruh.
menonton televisi terhadap persepsi realitas. Satu hal yang juga penting adalah tentang
Mereka mempunyai kesan bahwa pengaruh ini hipotesis “penanaman” berkaitan dengan asal dan
lebih kuat untuk program kekerasan. arah dampak. Menurut penulisnya, televisi adalah
Baru-baru ini, Potter (1986) mengelompokkan alat budaya dari tatanan industri yang telah ada
pokok-pokok masalah atas beberapa persepsi dari dan terutama berfungsi mempertahankan,
di mensi realitas. Realitas persepsi adalah tingkatan memantapkan, dan memperkuat ketimbang
realitas di mana orang melihat pesan-pesan media. mengubah, mengancam, atau memperlemah
Faktor ini lebih berciri psikologis daripada variabel- keyakinan dan perilaku konvensional (Gross,1977:
variabel yang digunakan dalam pengujian 180). Melalui pernyataan itu, dapat kita lihat bahwa
sebelumnya dari teori. Potter (1986) menyimpulkan sebenarnya perilaku itu sudah ada dalam
lebih kompleks dari pernyataan-pernyataan saat masyarakat dan televisi lebih bersifat memperkuat
ini. Keseluruhan penyiaran televisi boleh jadi tidak apa yang sudah ada dalam masyarakat itu, bukan
begitu penting dibandingkan sikap-sikap dan mengubah sesuatu yang tadinya ada menjadi tidak
persepsi-persepsi dari penampakan individu. Tidak ada atau sebaliknya. Hal ini senada dengan yang
diragukan, kontroversi seputar pengaruh media diungkapkan Newcomb, yang menyatakan
terhadap persepsi dan prilaku kita selalu menarik “television’s ideas and the symbol that express
perhatian. Kita dapat mengharapkan lebih banyak them on that medium are not created there. Selain
lagi penelitian para ahli komunikasi massa pada itu, Newcomb juga menyatakan bahwa indikator
bidang ini. Penemuan-penemuan baru akan budaya ignored the wide variety of organization
mengoreksi dan mengembangkan upaya-upaya kita and expression of these ideas in the world of tele-
dalam membangun teori komunikasi massa. vision. Dengan kata lain, kekerasan, sebagai contoh
Dari semua yang kita bahas, jika kita tidak ditampilkan secara seragam di televisi sebagai
perhatikan, maka akan kita temukan bahwa semua indikator budaya yang harus kita percayai. Kritik
analisis itu didasarkan pada survei masyarakat di terakhir terhadap teori Gerbner mengenai
Amerika. Ada juga alasan untuk meragukan apakah penerapan teori ini tidak memperhatikan
dampak “penanaman” itu terjadi juga di tempat lain kemungkinan bahwa anggota individu dari
selain di Amerika, sebagian karena isi dan dampak khalayak televisi dapat berlaku berbeda dalam
penggunaan televisi seringkali berbeda, dan mengartikan apa yang mereka lihat di televisi.
sebagian lagi karena terbatasnya bukti dari negara Debat lain yang berkembang seputar teori ini
lain, sehingga hasilnya tidak dapat dinyatakan adalah mengapa yang dihitung dan dibahas hanya
secara tegas. Hal-hal yang meragukan analisis kekerasan saja, sedangkan hal-hal lainnya tidak;
Gerbner adalah hubungannya dengan citra menjadi dan mengapa waktu yang diuji oleh Gerbner dan

H. A. Saefudin dan Antar Venus. “Cultivation Theory” 87


kawan-kawan hanya pada prime time saja, cultivation analysis, memang banyak kritik
sedangkan pada waktu-waktu lain seperti sehabis terhadap teori ini. Namun demikian, dalam
sekolah, awal siang, dan akhir pekan, juga kenyataannya, teori ini dapat kita lihat pada
merupakan waktu menonton televisi bagi anak- masyarakat, terutama pada anak-anak yang masih
anak. mudah untuk dipengaruhi oleh pesan-pesan yang
Sekalipun cultivation analysis adalah disajikan di televisi.
keluaran yang umum dari penonton televisi, namun
dalam penerapannya ternyata itu bukan fenomena
yang universal. Faktanya, group yang berbeda
dipengaruhi secara berbeda pula oleh cultivation Daftar Pustaka
televisi. Contoh, remaja yang berinteraksi dengan
Baran, Stanley J & Dennis K. Davis. 1995.Mass
orang tua mengenai televisi akan kurang
Communication Theory. Belmont California:
dipengaruhi dari pada remaja yang tidak
Wadsworth Publishing Company.
berinteraksi dengan orang tuanya. Selain itu, dalam
penerapannya, ternyata terdapat perbedaan Becker, Samuel L. 1987. Discovering Mass Com-
pendapat mengenai apa yang dapat disebut munication. 2 nd Edition. USA: Scot,
sebagai kekerasan dalam program televisi. Apakah Foresman & Company.
dua orang remaja yang sedang baku hantam dapat
Connecticut: Dushkin Publishing Group. 1996.
disebut sebagai kekerasan atau tidak.
Secara garis besar, berikut beberapa kritik Dominick,W. The Dynamick of Mass Communi-
untuk teori ini: cation. New York: McGrawHill.1990
(1) Perilaku kita tidak hanya dipengaruhi oleh Griffin, E.M. A First Look At Communication.
televisi, tapi media lain, pengalaman langsung, Amerika: McGrawHill.2003
orang lain, dll. (Baran & Davis, 1995). Hanson, Jarice & David J. Maxcy. Sources: No-
(2) Menonton televisi dapat membentuk table Selections in Mass Media. Guilford
gambaran mengenai realitas sosial, namun bisa
saja orang yang penuh ketakutan digambarkan Infante Dominic A.,Andrew s. Rancer & Deanna
lebih banyak menonton televisi dari pada or- F. Womack. Building Communication
ang lain (Hanson dan Maxcy, 1995). Kendal/Hunt Company. 1990.
(3) Penonton bersifat selektif, perbedaan gender Littlejohn, Stephen W. Theoris of Human Com-
dan program yang ditayangkan membedakan munication. Belmont: Wdswrth
pengaruh yang timbul, teori ini terlalu
menghomogenkan program televisi. Mc Quail, Dannis, Teori Komunikasi Massa edisi
(4) Pertanyaan hanya mengenai kondisi sosial kedua, Erlangga: 1987
bukan personal (Doob & Mc Donald dalam Miller,Katherine.Communication
Wood, 2000). Theories.Amerika: McGrawHill.2002. New
(5) Bukti yang tidak kuat dari efek kultivasi di luar York: Arnold.1997. Publishing Company. 1996.
USA. Contoh, di Inggris tidak ditemukan
hubungan antara heavy viewing dan rasa Severin, Werner J & James W. Tankard. Commu-
ketidakamanan (Woler 1978). nication Theories; Origins, Methods,
(6) Motivasi penonton menyebabkan heavy Stamm, Keith R & John E Bowes. The Mass Com-
viewer tidak secara pasif menerima apa yang munication Process. Dubuque, Iowa: Theory.
digambarkan di televisi (Dominick,1990). Illinois: Waveland Press Inc. 1993. Uses. New
(www.aber.ac.uk/media/documents/short/ York: Hastings House Publisher.1979.
cultiv.html). Wadsworth Publishing Company.
Dari semua yang telah kita bahas mengenai

88 M EDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 2007


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Watson, James & Anne Hill. A Dictionary of Com- www.aber.uk/media/documents/short/cultiv.html,


munication and Media Studies. cultivation theory week eleven lecture 24,
cultivation theory by George Gerbner
Wood, JT. 2000. Communication Theories in Ac-
tion. Belmont California: www.aber.ac.uk/me- www. a suda yt on . edu/ com / fa c ul t y/ ke n n y/
dia/documents/short/cultiv.html, cultivation cultivation.html, George Gerbner Cultivation
Theory, dean Chandler Theory.

H. A. Saefudin dan Antar Venus. “Cultivation Theory” 89


90 M EDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 2007

Anda mungkin juga menyukai