Disusun oleh:
Kelompok 6
Universitas Widyatama
2021
1. Likuidasi
Likuidasi persekutuan (liquidation of partnerships) merupakan proses pembubaran persekutuan
ditandai penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak
memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional
perusahaan sudah tidak menguntungkan sehingga terjadi pengunduran diri semua sekutu dan pembubaran
perusahaan persekutuan.
Proses likuidasi persekutuan terbagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Proses realisasi, yaitu mengkonversikan aset non kas menjadi kas dengan cara menjual aset atau
menagih piutang kepada pihak ketiga maupun kepada sekutu. Pada umumnya persekutuan mengalami
kerugian ketika menjual asetnya dalam proses likuidasi. Hal ini terjadi misalnya ketika persekutuan
melakukan penjualan persediaan dibawah harga perolehannya agar penjualan dapat segera terjadi.
Persediaan yang masih tersisa seringkali dijual kepada perusahaan sering melakukan pembelian aset
perusahaan yang sedang dilikuidasi. Selain itu, peralatan dan aset lain umumnya dijual di bawah harga
pasar atau dijual kepada pihak likuidator. Demikian juga, piutang ditagihkan oleh persekutuan dengan
menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar agar pelunasan piutang dapat dilaksanakan tepat
waktu dan tidak menunda proses terminasi persekutuan. Piutang usaha seringkali juga dijual kepada
perusahaan anjak piutang.
2. Mengakui laba (rugi) dari proses realisasi dan membebankan biaya likuidasi yang terjadi selama masa
likuidasi terhadap akun modal masing-masing sekutu.
Pencatatan akuntansi:
Dr: Kas XXXXX
Cr: Aktiva non kas XXXXX
Laba realisasi XXXXX
Untuk mencatat laba realisasi aktiva non kas
2
Dr: Modal Sekutu XXXXX
Cr: Kas XXXXX
Untuk mencatat pembebanan biaya likuidasi ke modal sekutu masing-masing.
3. Menyelesaikan seluruh pelunasan kewajiban persekutuan dengan urutan pelunasan kepada pemerintah,
pihak ketiga dan sekutu. Kewajiban yang timbul atas pinjaman yang dibuat persekutuan dari sekutu,
mempunyai status yang sama dengan kreditur pihak ketiga. Kreditor eksternal tidak mempunyai
prioritas melebihi sekutu yang memberi pinjaman kepada persekutuan. Pinjaman kepada dan dari
sekutu harus diselesaikan selama proses terminasi.
4. Mendistribusikan saldo kas yang masih tersedia kepada sekutu berdasarkan saldo akhir modal mereka.
Jumlah yang tersisa kemudian dibayar, dalam bentuk kas, kepada para sekutu sehubungan dengan hak
mereka dalam distribusi likuidasi. Pendistribusian saldo kas kepada sekutu hanya dapat dilakukan
kepada sekutu yang memiliki saldo modal kredit.
Secara Serentak
Secara bertahap
Program prioritas
dan rencana
pembagian kas
2. Likuidasi Bertahap
Proses likuidasi pada umumnya memakan waktu yang cukup lama, begitu pula proses realisasi nya
(penjualan aktiva non-kas) memerlukan waktu yang tidak sedikit. Alasan yang sering mendasarinya adalah
bahwa penjualan aktiva non-kas tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Dengan kondisi yang seperti ini,
maka pembayaran kembali investasi atau modal sekutu bisa dilakukan secara bertahap. Pembayaran kembali
3
kepada sekutu bisa dilakukan setelah semua utang yang dimiliki persekutuan telah selesai dilunasi atau
dibayarkan semua.
Likuidasi bertahap (Installment liquidation of partnership) merupakan suatu likuidasi yang secara
umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodik, atau
cicilan/bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Dalam situasi seperti itu, sangat sulit jika tahap
pendistribusian kas harus menunggu selesainya tahap realisasi. Setelah semua utang kepada pihak ketiga
diselesaikan berarti saldo kas yang ada merupakan hak dari sekutu. Oleh karena itu, pendistribusian kas dapat
dilakukan secara bertahap setiap saat tersedia kas, tanpa menunggu selesainya proses realisasi. Kebanyakan
likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi
aset yang sebesar mungkin. Pada umumnya, sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi karena
memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap juga dapat diartikan menjadi suatu metode pembayaran likuidasi dengan cara
diangsur atau bertahap yang artinya setiap ada uang dari hasil realisasi aktiva non-kas yang menjadi kas akan
langsung dilakukan distribusi atau pembayaran kepada para anggota persekutuan yang memiliki saldo kredit
rekening modalnya.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya
dilakukan. Pihak akuntan harus berhati-hati saat mendistribusikan kas karena bisa saja terjadi peristiwa di masa
yang akan datang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Maka,
terdapat panduan yang dapat digunakan para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman
kepada para sekutu, yaitu:
1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi aktual
maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.
2. Mengantisipasi kemungkinan terburuk sebelum menentukan jumlah uang tunai yang dapat diterima
oleh masing-masing sekutu :
a. Mengasumsikan bahwa seluruh aset non-kas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian,
yaitu asumsi bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan aset
b. Mengasumsikan bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan didistribusikan
kepada sekutu yang tersisa, asumsi bahwa defisit tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal
tambahan para sekutu.
3. Setelah mengasumsikan kemungkinan terburuk, maka sisa saldo kredit pada akun modal menunjukkan
distribusi aset dan kas yang aman yang dapat didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam
jumlah terkait.
Untuk menentukan besarnya bagian kas untuk masing-masing sekutu dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
1. Likuidasi Bertahap dengan Program Pembayaran Aman
4
Jika menggunakan cara ini, setiap akan dilakukan pembagian kas bagi masing-masing sekutu setelah
seluruh utang kepada pihak ketiga dilunasi harus dibuat berdasarkan perhitungan pada Tabel Pembayaran
Aman. Prosedur pembuatan Tabel Pembayaran Aman adalah:
1. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah selesai pelunasan utang pada pihak
ketiga. Besarnya saldo modal bersih masing-masing sekutu adalah sama dengan saldo rekening modal
ditambah saldo rekening utang kepada sekutu atau dikurangi dengan saldo rekening piutang kepada
sekutu.
2. Menghitung rugi potensial yang maksimal. Besarnya rugi potensial maksimal adalah sama dengan nilai
buku aktiva non-kas yang belum direalisasi ditambah kas yang disisakan di dalam pembagian.
3. Membagi rugi potensial. Rugi potensial tersebut akan dibagikan kepada semua sekutu sesuai dengan
prosentase pembagian laba.
4. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah diperhitungkan dengan pembagian rugi
potensial. Jumlah modal bersih setelah diperhitungkan dengan rugi potensial ini akan selalu sama
dengan jumlah kas yang akan dibagi. Apabila hasil langkah 4 ini untuk masing-masing sekutu
menunjukkan angka positif (tidak ada sekutu yang saldo modalnya menjadi defisit) maka saldo modal
bersih ini sama dengan bagian kas masing-masing sekutu. Apabila hal ini terjadi berarti di dalam
pembagian kas yang pertama seluruh sekutu sudah memperoleh bagian. Saldo modal bersih masing-
masing sekutu setelah pembagian kas yang pertama tersebut akan proporsional dengan rasio pembagian
rugi-laba. Hal ini berarti bahwa untuk pembagian kas berikutnya tidak perlu dibuatkan perhitungan
pembagian kas lagi. Berapapun jumlah kas yang akan dibagi di dalam pembagian berikutnya akan
dibagi sesuai dengan prosentase pembagian rugi-laba. Sebaiknya apabila hasil perhitungan langkah ke
4 ini masih terdapat sekutu dengan modal bersih negatif maka lanjutkan ke langkah 5.
5. Membagi modal bersih sekutu yang defisit. Apabila ada modal sekutu yang menjadi defisit maka
jumlah modal yang defisit tersebut dibagikan kepada sekutu yang lain yang saldo modal bersihnya
positif sesuai dengan prosentase pembagian laba. Dengan demikian maka saldo modal bersih yang
semula defisit tersebut menjadi 0 (nol). Apabila saldo modal bersih yang defisit tersebut cukup besar
ada kemungkinan pembagian saldo defisit ini menimbulkan kembali saldo modal defisit untuk sekutu
yang lain, yang semula positif. Apabila hal ini terjadi maka saldo modal yang defisit tersebut akan
dibagikan kepada sekutu lain yang saldo modal bersihnya masih positif. Demikian seterusnya sampai
tidak ada sekutu yang mempunyai saldo modal defisit (negatif). Apabila hal ini sudah tercapai maka
saldo modal yang ada adalah sama dengan besarnya bagian kas untuk sekutu yang bersangkutan.
Perhitungan ini dilakukan setiap persekutuan akan melakukan pembagian kas sampai semua sekutu
memperoleh bagian Kas. Apabila di dalam pembagian kas yang kesekian kalinya semua sekutu telah
memperoleh bagian kas, berapapun besarnya maka saldo modal bersih masing-masing sekutu akan
proporsional dengan rasio pembagian laba (rugi). Apabila hal ini telah terjadi maka untuk pembagian
kas selanjutnya tidak perlu dibuat perhitungan pembagian kas lagi. Kas yang ada akan dibagikan ke
masing-masing sekutu proporsional dengan rasio pembagian rugi-laba.
5
Aldi, Bayu, dan Citra dari Perusahaan ABC memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha
mereka selama beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses
likuidasi. Berikut adalah ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5 saat para sekutu
memutuskan untuk melikuidasi usaha, serta persentase pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Non-Kas Rp 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai berikut.
Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Aset nonkas persekutuan dijual sebagai berikut.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap Persekutuan ABC yang akan disajikan
pada Figur 1
6
7
8
FIGUR 1
Kertas Kerja Likuidasi Bertahap
Persekutuan ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
Kas Aset Non-Kas Kewajiban Saldo Modal
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum likuidasi 1 Mei Rp 10.000.000 Rp 90.000.000 Rp (42.000.000) Rp (34.000.000) Rp (10.000.000) Rp (14.000.000)
Mei 20X5
Penjualan aset dan distribusi
kerugian sebesar Rp
10.000.000 Rp 45.000.000 Rp (55.000.000) Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 2.000.000
Rp 55.000.000 Rp 35.000.000 Rp (42.000.000) Rp (30.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Pembayaran kepada kreditor Rp (42.000.000) Rp 42.000.000
Rp 13.000.000 Rp 35.000.000 Rp - Rp (30.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Pembayaran kepada sekutu
(skedul 1, figur 2) Rp (3.000.000) Rp (3.000.000)
Rp 10.000.000 Rp 35.000.000 Rp - Rp (27.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Juni 20X5
Penjualan aset dan distribusi
kerugian sebesar Rp
15.000.000 Rp 15.000.000 Rp (30.000.000) Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 Rp 3.000.000
Rp 25.000.000 Rp 5.000.000 Rp - Rp (21.000.000) Rp - Rp (9.000.000)
Pembayaran kepada sekutu
(skedul 2, figur 2) Rp (15.000.000) Rp 11.000.000 Rp 4.000.000
Rp 10.000.000 Rp - Rp - Rp (10.000.000) Rp - Rp (5.000.000)
Juli 20X5
Penjualan aset sebesar nilai
buku Rp 5.000.000 Rp (5.000.000)
Rp 15.000.000 Rp - Rp - Rp (10.000.000) Rp - Rp (5.000.000)
Pembayaran biaya likuidasi Rp
7.500.000 Rp (7.500.000) Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 Rp 1.500.000
Rp 7.500.000 Rp - Rp - Rp (7.000.000) Rp 3.000.000 Rp (3.500.000)
Distribusi defisit sekutu yang
insolven Rp. (3.000.000)
6
40/60 x Rp 3.000.000 Rp 2.000.000
20/60 x Rp 3.000.000 Rp 1.000.000
Rp 7.500.000 Rp - Rp - Rp (5.000.000) Rp - Rp (2.500.000)
Pembayaran untuk sekutu Rp (7.500.000) Rp 5.000.000 Rp 2.500.000
Saldo pasca likuidasi, 31 Juli Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
(Catatan: Dalam kurung berarti jumlah kredit)
Figur 2 menunjukkan skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 31 Mei 20X5
Skedul ini dimulai dengan saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei. Skedul ini secara logika hanya menggunakan akun-akun modal yang berasal
dari persamaan akuntansi : Aset - Kewajiban = Saldo Modal Sekutu.
Misalnya, terjadi kenaikan kewajiban yang membuat aset bersih berkurang, keseimbangan persamaan akuntansi akan menghasilkan penurunan total modal para
sekutu. Tidak perlu memasukkan atau memerinci seluruh aset dan kewajiban ke dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu karena yang menjadi fokus pembayaran
kepada sekutu hanya akun modal sekutu saja. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu mengetahui berapa besar kas yang akan mereka terima
pada setiap tanggal distribusi kas.
7
FIGUR 2
Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap
PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu
Saldo Modal
Aldi (40%) Bayu (40) Citra (20%)
Skedul 1, 31 mei 20X5
Perhitungan Distribusi Kas Yang Tersedia per 31 Mei 20X5
Saldo modal, 31 Mei (sebelum distribusi) Rp (30.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp35.000.000 atas sisa aset nonkas dan
kemungkinan terjadinya beban likuiditas di masa datang Rp10.000.000 Rp 18.000.000 Rp 18.000.000 Rp 9.000.000
Rp (12.000.000) Rp 12.000.000 Rp (3.000.000)
Asumsikan potensi defisit modal Bayu harus ditanggung oleh Aldi dan Citra: Rp (12.000.000)
40/60 x Rp12.000.000 Rp 8.000.000
20/60 x Rp12.000.000 Rp 4.000.000
Rp (4.000.000) Rp 1.000.000
Asumsikan defisit modal Citra harus ditanggung oleh Aldi Rp 1.000.000 Rp (1.000.000)
Pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei Rp (3.000.000) Rp - Rp -
Skedul 2, 30 Juni 20X5
Perhitungan Distribusi Kas Yang Tersedia per 30 Juni 20X5
Saldo modal, 30 Juni (sebelum distribusi) Rp (21.000.000) Rp - Rp (9.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp5.000.000 atas sisa aset nonkas dan
kemungkinan terjadinya beban likuiditas di masa datang Rp10.000.000 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 Rp 3.000.000
Rp (15.000.000) Rp 6.000.000 Rp (6.000.000)
Asumsikan potensi defisit modal Bayu harus ditanggung oleh Aldi dan Citra Rp (6.000.000)
40/60 x Rp6.000.000 Rp 4.000.000
20/60 x Rp6.000.000 Rp 2.000.000
Pembayaran aman kepada sekutu, 30 Juni Rp (11.000.000) Rp - Rp (4.000.000)
Aldi, Citra, dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp. 10.000.000 untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Aset non kas memiliki
sisa saldo sebesar Rp. 35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas aset non kas dan beban likuidasi sebesar Rp. 10.000.000,
menimbulkan total pembebanan sebesar Rp. 45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal Aldi, Bayu, dan Citra dikenakan beban
8
masing-masing sebesar Rp. 18.000.000, Rp. 18.000.000, dan Rp. 9.000.000 untuk bagian dari kerugian sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan perkiraan
defisit dalam akun modal Bayu.
Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk, pihak akuntan mengasumsikan bahwa Bayu tidak solven dan mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal
Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas
yang dengan aman dapat didistribusikan kepada para sekutu. Kas yang tersedia sebesar Rp. 3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya menunjukkan
kesamaan jumlah aset dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak terwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang harus dikoreksi sebelum
berlanjut ke langkah selanjutnya. Pada tanggal 31 Mei, setelah distribusi bertahap dilakukan, persamaan akuntansi akan menjadi :
Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Rp. 45.000.000 - Rp. 0 = Rp. 45.000.000
9
2. Biaya likuidasi aktual sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit
sebesar Rp.3.000.000 dalam akun modal Bayu. Sisa sebesar Rp.2.500.000 dari cadangan Rp.10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar dapat didistribusikan kepada
sekutu.
3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp.3.000.000 tersebut didistribusikan
kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi. Ini merupakan defisit aktual, bukan perkiraan defisit.
4. Sisa kas sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo modal masing-masing. Setelah distribusi akhir, seluruh saldo akun akan menjadi nol,
yang mengindikasikan penyelesaian proses likuidasi.
10
2. Menghitung kemampuan masing-masing sekutu dalam menanggung rugi maksimal persekutuan. Besarnya rugi maksimal persekutuan yang masih dapat ditanggung
oleh masing-masing sekutu adalah sama dengan saldo modal bersih (hasil langkah 1) dibagi dengan persentase pembagian laba sekutu yang bersangkutan.
3. Menyusun prioritas atau urutan (ranking) dan besarnya pendistribusian kas bagi sekutu. Prioritas ditentukan berdasarkan nilai kemampuan masing-masing sekutu
dalam menanggung rugi maksimal persekutuan. Sedangkan, besarnya pendistribusian kas bagi sekutu ditentukan berdasarkan selisih kemampuan masing-masing
sekutu dalam menanggung rugi maksimal persekutuan antar prioritas/urutan dikalikan dengan prosentase pembagian laba(rugi).
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai
pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan
laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukan pada bagian akhir bab ini. Rencana
distribusi kas merupakan proyeksi proforma penggunaan kas, apabila telah tersedia uang tunai.
11
Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan menanggung kerugian (loss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan
sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan
fungsi dari dua elemen, yaitu :
Sebagai contoh, pada 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp 34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi Persekutuan ABC. LAP Aldi
adalah :
Rp 34.000 .000
LAP = = Rp 85.000.000
0,40
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan aset nonkas atau beban likuidasi tambahan sebesar Rp 85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal
Aldi dengan perhitungan sebagai berikut.
12
Kewajiban Rp 42.000.000
Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana seperti itu selalu
memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur 3 menunjukkan rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei, yang
merupakan tanggal awal proses likuidasi.
13
FIGUR 3
Rencana Distribusi Kas untuk Likuidasi Persekutuan
Persekutuan ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Kemampuan menanggung kerugian Akun modal
Aldi Bayu Citra Aldi Bayu Citra
Persentase pembagian rugi 40% 40% 20%
Saldo akun modal dan pinjaman sebelum
Rp
likuidasi, 1 Mei 20X5 Rp (34.000.000) (10.000.000) Rp (14.000.000)
Kemampuan menanggung kerugian (LAP)
(Akun modal/rasio rugi Rp (85.000.000) Rp (25.000.000) Rp (70.000.000)
Penurunan LAP tertinggi menjadi sebesar
LAP tertinggi berikutnya
Menurunkan Aldi sebesar Rp15.000.000
(distribusi kas: Rp15.000.000 x 0,40 =
Rp6.000.000) Rp 15.000.000 Rp 6.000.000
Rp
Rp (70.000.000) Rp (25.000.000) Rp (70.000.000) Rp (28.000.000) (10.000.000) Rp (14.000.000)
Penurunan LAP tertinggi menjadi sebesar
LAP tertinggi berikutnya
Menurunkan Aldi sebesar Rp45.000.000
(distribusi kas: Rp45.000.000 x 0,40 =
Rp18.000.000) Rp 45.000.000 Rp 18.000.000
Menurunkan Citra sebesar Rp45.000.000
(distribusi kas: Rp45.000.000 x 0,20 =
Rp9.000.000) Rp 45.000.000 Rp 9.000.000
Rp
Rp (25.000.000) Rp (25.000.000) Rp (25.000.000) Rp (10.000.000) (10.000.000) Rp (5.000.000)
Penurunan LAP dengan mendistribusikan
kas sesuai dengan persentase
pembagian laba dan rugi 40% 40% 20%
13
Ringkasan Rencana Distribusi Kas
Langkah 1 : Pertama sebesar Rp42.000.000 kepada kreditor
eksternal
Langkah 2 : Berikutnya sebesar Rp10.000.000 untuk beban
likuidasi
Langkah 3 : Berikutnya sebesar Rp6.000.000 untuk Aldi Rp 6.000.000
Langkah 4 : Berikutnya sebesar Rp 45.000.000 untuk Aldi dan
Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi masing-masing
sekutu Rp 18.000.000 Rp 9.000.000
Langkah 5 : Distribusi tambahan sesuai dengan rasio laba dan rugi
masing-masing sekutu 40% 40% 20%
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan akan menerima distribusi kas hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp 25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp 45.000.000 (Rp 70.000.000 - Rp 25.000.000) dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu menunjukan
berapa banyak kas berikutnya dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan dengan
aman kepada masing-masing sekutu. Aldi dan Citra akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan tersediannya kas sebesar Rp
27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra masing-masing adalah menurut rasio 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
4. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sisa kas yang tersedia akan didistribusikan menurut rasio pembagian rugi masing-masing
sekutu.
Ringkasan rencana distribusi kas yang dapat dilihat pada bagian bawah Figur 3 ditujukan kepada masing-masing sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu
menentukan jumlah relatif yang akan diterima masing-masing apabila telah tersedia kas pada persekutuan.
Figur 4 menunjukan saldo akun modal masing-masing sekutu dalam persekutuan ABC selama periode likuidasi bertahap dari tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli
20X5. Pembayaran secara bertahap kepada para sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan likuidasi persekutuan (Figur 1) dengan menggunakan skedul distribusi
aman kepada para sekutu (Figur 2). Figur 4 menunjukan bahwa distribusi aktual kas yang tersedia telah sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dipersiapkan
pada awal proses likuidasi.
14
FIGUR 4
Konfirmasi Rencana Distribusi Kas
PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal
Aldi Bayu Citra
40% 40% 20%
Saldo modal, 31 Mei (sebelum distribusi) Rp (34.000.000) Rp (10.000.000) Rp (14.000.000)
Kerugian bulan Mei sebesar Rp10.000.000 atas Penghapusan aset Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 2.000.000
Rp (30.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Distribusi kas yang tersedia sebesar Rp3.000.000 untuk para sekutu tanggal 31 Mei
Rp3.000.000 pertama (dari Rp6.000.000 prioritas untuk Aldi) Rp 3.000.000
Rp (27.000.000) Rp (6.000.000) Rp (12.000.000)
Kerugian bulan Juni sebesar Rp15.000.000 atas penghapusan aset Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 Rp 3.000.000
Rp (21.000.000) Rp - Rp (9.000.000)
Distribusi kas yang tersedia sebesar Rp15.000.000 untuk para sekutu tanggal 30 Juni
Rp3.000.000 berikutnya (untuk menyelesaikan Rp6.000.000 prioritas untuk Aldi) Rp 3.000.000
Sisa Rp12.000.000
40/60 untuk Aldi Rp 8.000.000
20/60 untuk Citra Rp 4.000.000
Rp (10.000.000) Rp - Rp (5.000.000)
Biaya likuidasi Rp7.500.000 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 Rp 1.500.000
Rp (7.000.000) Rp 3.000.000 Rp (3.500.000)
Distribusi defisit aktual Bayu Rp 2.000.000 Rp (3.000.000) Rp 1.000.000
Rp (5.000.000) Rp - Rp (2.500.000)
Pembayaran final Rp7.500.000 ke para sekutu pada 31 Juli 20X5
40/60 untuk Aldi Rp 5.000.000
20/60 untuk Citra Rp 2.500.000
15
PSAK Likuidasi
PSAK 50
Dalam PSAK 50 terdapat pembahasan mengenai penyerahan likuidasi. Beberapa instrumen keuangan termasuk
kewajiban kontraktual bagi entitas penerbit untuk menyerahkan kepada entitas lain bagi prorata aset neto hanya
pada saat likuidasi. Kewajiban timbul karena likuidasi pasti terjadi dan berada di luar kendali entitas (sebagai
contoh, umur entitas yang terbatas) atau tidak pasti terjadi namun berdasarkan opsi dari pemegang instrumen.
PSAK 60
PSAK 60 ini mengenai pengalihan aset keuangan. Entitas menyajikan pengungkapan yang disyaratkan untuk
seluruh aset keuangan alihan yang tidak dihentikan pengakuannya dan untuk setiap keterlibatan berkelanjutan
dalam aset alihan, yang ada pada tanggal pelaporan, terlepas dari kapan transaksi pengalihan terjadi, untuk
tujuan penerapan persyaratan pengungkapan, entitas mengalihkan seluruh atau sebagian dari aset keuangan (aset
keuangan alihan), jika dan hanya jika, entitas:
a. Mengalihkan hak kontraktual untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut, atau;
b. Tetap memiliki hak ontraktual untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut tetapi
mengambil alih kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas kepada satu atau lebih
penerima dalam suatu pengaturan.
Opini Kelompok
Likuidasi persekutuan dengan metode likuidasi bertahap Likuidasi bertahap adalah suatu likuidasi yang
secara umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodik,
atau cicilan/bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Likuidasi ini dapat dilakukan jika dirasa
realisasi aktiva non-kas menjadi kas akan memakan waktu yang lama. Dalam metode likuidasi bertahap ada 2
program, yakni program pembayaran aman dan juga program prioritas dan rencana pendistribusian kas.
Menurut kelompok kami, metode yang lebih menguntungkan dari segi simpel dan kemudahannya adalah
program prioritas dan rencana pendistribusian kas jika dibandingkan dengan program pembayaran aman. Dalam
metode tersebut, distribusi kas hanya dilakukan 1 kali yakni diawal proses likuidasi dan akhirnya
pendistribusian kas dapat langsung dilakukan. Jika dibandingkan dengan program pembayaran aman yang
menggunakan struktur skedul, lebih rumit dan memakan waktu yang banyak.
Hubungan materi likuidasi dengan PSAK yang dipilih yakni PSAK 50 dan PSAK 60. Dalam PSAK 50,
dijelaskan bahwa kewajiban akan timbul pada saat likuidasi apalagi pada entitas yang mudah bubar seperti
persekutuan, dalam makalah ini juga dibahas mengenai kewajiban dan kerugian yang dibagi sesuai porsi
modalnya masing-masing sekutu.
Hubungan materi likuidasi dengan PSAK 60 adalah dalam PSAK 60 terdapat bahasan mengenai
pengelihan aset keuangan dimana hak kontratual aset dialihkan untuk menerima sejumlah kas dari aset euangan
tersebut. Dalam likuidasi juga demikian, dimana proses ini disebut proses realisasi aset non-kas. Realisasi ini
bisa berupa penjualan aset non-kas dan penagihan piutang persekutuan kepada pihak ketiga atau pihak sekutu
dalam persekutuan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard dkk.(2020). Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Buku 2. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Hasanuh, Nanu. Zakaria, Heikal Muhammad. Suartini, Sri. (2017). Pokok-pokok Akuntansi Keuangan Lanjutan
1. Yogyakarta: CV. Absolute Media.
17