Alib Birwin SKM, M.epid.-Konsumsi Pangan, Pola Makan,-08102021
Alib Birwin SKM, M.epid.-Konsumsi Pangan, Pola Makan,-08102021
TIM PENELITI:
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil penelitian Anidya Kusuma (2014), Status gizi mahasiswa FKM UNHAS
Makasar berdasarkan IMT ditemukan sebesar 28.8% yang status gizinya underweight,
60.4% yang normal, dan 3.6% yang status gizinya overweight. Dari penelitian ini juga
diketahui pola makan mahasiswa FKM UNHAS Makasar berdasarkan jenis makanan,
100% mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, 98.2% mengonsumsi tempe, 99.1%
mengonsumsi kangkung, 92.8% mengonsumsi mangga, 87.4% mengonsumsi santan,
93.7% mengonsumsi kecap, 90.1% mengonsumsi teh. 100%. Sedangkan pola makan
berdasarkan frekuensi makan, sebagian besar mengonsumsi makanan pokok dengan
frekuensi 2-3 kali/hari, lauk pauk dengan frekuensi 5-6 kali seminggu, sayur-sayuran
dengan frekuensi 5-6 kali seminggu, buah dengan frekuensi 2-4 kali/minggu. Minyak
dengan frekuensi 1 kali/hari, makanan olahan dengan frekuensi 5-6 kali seminggu dan
minuman dengan frekuensi 2-4 kali/minggu. cemilan dengan frekuensi 5-6 kali
seminggu dan makanan jadi dengan frekuensi 2-4 kali/minggu, tetapi dalam konsumsi
energi 81,1% mahasiswa sudah mencukupi kebutuhan. Demikian juga dengan konsumsi
protein 92,8% mahasiswa sudah mencukupi kebutuhan.
Mahasiswa Fikes UHAMKA adalah remaja millenial yang hidup di Ibukota dengan
gaya hidup millenial, senang mengkonsumsi makanan western , dan akses informasi gizi
dan kesehatan remaja yang sangat mudah. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada
beberapa mahasiswa diperoleh informasi beberapa mahasiswi FIKES UHAMKA yang
kurang energi kronis dengan LILA <23cm. dan IMT < 18,5. Hal ini tentu saja
menimbulkan kekhawatiran karena kekurangan gizi pada remaja putri berdampak pada
tumbuh kembangnya untuk menjadi calon ibu yang berkualitas. Berdasarkan hal ini
peneliti ingin mengetahui lebih jauh gambaran kebiasaan makan, pola makan,
pengetahuan gizi dan status gizi mahasiswa program kesehatan masyarakat FIkes
UHAMKA.
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kebiasaan makan, pola makan, pengetahuan gizi dan status gizi
mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat FIkes UHAMKA.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. State of The Art
penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) mengenai status gizi Mahasiswa
Politeknik kesehatan Jayapura tahun 2012 menggunakan data primer, diketahui
presentase remaja dengan status gizi obesitas sebesar 14.1%, overweight 15.5%, normal
52.8%, dan kurus 17.6%. Hasil penelitian status gizi remaja yang dilakukan oleh Ruslie
(2012) menunjukkan status gizi normal sebesar 70,83%, overweight 20,14%, dan
underweight 9,03%. Hasil penelitian Intan Puspitasari (2018) mahasiswa yang memiliki
status gizi baik sebesar70,6% untuk mahasiswa gizi dan 61,8% untuk mahasiswa non-
gizi. Mahasiswa gizi dan non-gizi di Universitas Muhammadiyah Surakarta ini memiliki
gambaran kebiasaan sarapan dan status gizi yang tidak terlalu berbeda secara signifikan.
Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh mahasiswa gizi tidak secara langsung mengubah
perilaku hidup sehat sehari-hari. Hal ini disebabkan karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi status gizi serta perilaku seseorang
Nurohmi, Susi (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan pada subjek bukan
merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi ataupun Ilmu Teknologi Pangan dengan
hasil status gizi subjek pada umumnya adalah normal dan cenderung gemuk, yaitu
masing-masing 64.0% dan 18.6%. Terdapat 5.8% subjek yang memiliki status gizi obes
I. Meskipun demikian, secara rata-rata, status gizi subjek masih berada dalam kategori
normal yaitu dengan IMT 21.7±2.9 kg/ m2.
Dari keempat hasil penelitian tersebut, status gizi normal yang paling besar
presentasenya. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian ini namun yang menarik status
gizi mahasiswa bidang kesehatan dan gizi sama dengan mahasiswa diluar bidang
kesehatan dan gizi, dimana ditemukan status gizi buruk (gizi kurang dan gizi
lebih/overweight dan obesitas) dengan prosentase yang hampir sama. Penelitian lebih
lanjut dapat dilakukan untuk melihat keadaan ini.
2.1.Remaja
Menurut Dieny (2014) Remaja atau adolescene berasal dari bahasa Latin yang
berarti “tumbuh”. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Pada masa ini terdapat berbagai karakteristik unik yang dimiliki
oleh remaja. Suasana, sikap dan perilaku remaja dapat berubah dengan mudahnya,
masa ini dapat disebut sebagai periode badai dan stress (strom and stress) karena pada
masa ini remaja dihadapkan dengan konflik-konflik yang muncul didalam kehidupan
mereka yang dapat mempengaruhi suasana hatinya termasuk dalam pemilihan
makanan yang disukainya. Pemilihan makanan pada remaja putri seringkali keliru
dalam mengartikan diet yang berarti tidak makan dikarenakan kekhawatiran menjadi
gemuk dan image tentang langsing menurutnya.
2.2.Status Gizi
Gizi adalah sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-
unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia yang akan digunakan dalam proses
pertahanan hidup, pertumbuhan serta perkembangan organ-organ manusia (Sartika,
2010).Status gizi merupakan gambaran seimbang atau tidaknya keadaan seseorang
yang dapat dilihat dalam bentuk variabel-variabel tertentu (Supariasa, 2012). Asupan
gizi yang cukup akan diperoleh jika pada saat proses perencanaan, pemilihan,
pengolahan, dan penyajian makanan dapat lebih diperhatikan (Sediaoetama, 2000).
Masalah gizi utama di Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu gizi kurang
(undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).Gizi kurang terjadi karena kekurangan
konsumsi pangan secara relative dan absolut pada periode tertentu sehingga zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi
secara umum akan menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga,
pertahanan tubuh, perkembangan struktur dan fungsi otak, dan perilaku yang negative
(Almatsier, 2009). Sedangkan gizi lebih merupakan keadaan dimana tubuh seseorang
mendapatkan kelebihan zat gizi dalam periode tertentu (Supariasa, 2012). Kelebihan
energy yang dikonsumsi akan disimpan didalam tubuh dalam bentuk lemak. Lemak
akan menyebabkan seseorang mengalami kegemukan bahkan obesitas dan selanjutnya
akan memiliki risiko yang tinggi akan penyakit-penyakit degenerative, seperti
hipertensi, diabetes, jantung coroner, dan lain-lain (Almatsier, 2009).
2.3. Status Gizi Remaja
Status gizi remaja merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan tubuh terhadap
zat gizi yang dialami pada masa remaja. Kebutuhan zat gizi remaja umumnya relative
lebih besar, hal ini dikarenakan para remaja masih dalam proses pertumbuhan dan
biasanya memiliki aktivitas fisik yang banyak. Zat gizi yang dikonsumsi oleh para
remaja dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan mereka.Misalnya pada remaja putri
yang memiliki riwayat pertama kali menstruasi pada waktu yang tepat biasanya
memiliki status gizi yang baik (Dieny, 2014).
Pada umumnya, keadaan status gizi remaja dipengaruhi oleh kebiasaan makan,
asupan makanan dan penyakit infeksi. Masalah gizi kurang yang banyak dialami oleh
remaja putri terjadi akibat kenginginan mereka untuk memiliki berat badan dan bentuk
tubuh yang sesuai.Hal tersebut membuat remaja membatasi asupan makanan yang
dikonsumsinya. Pembatasan konsumsi makanan yang keliru dan tidak memperhatikan
kaidah gizi serta kesehatan, justru akan menimbulkan dampak negative pada status gizi
remaja (Widianti, 2012).
Masalah status gizi yang dialami oleh para remaja akan mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas),
pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat
produktivitas, dan terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).
Status gizi remaja berkaitan dengan berbagai macam faktor yang akan
mempengaruhi perilaku makan remaja. Menurut Worthtington-Robert (2000) faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi pada remaja terbagi menjadi faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status
gizi yang berasal dari luar diri manusia.Sedangkan faktor internal adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi status gizi yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.
Faktor eksternal yang dapat berkaitan dengan perilaku makan diantaranya adalah :
jumlah dan karakteristik keluarga, peranan orang tua, teman sebaya, social budaya,
nilai dan norma, media massa, pengetahuan gizi, dan pengalaman dari masing-masing
individu. Sedangkan faktor internal yang berkaitan dengan perilaku makan individu,
seperti : kebutuhan fisiologi seseorang, body image, nilai dan kepercayaan individu,
pemilihan dan arti makanan, psikososial serta kesehatan individu.
1. Konsumsi pangan
2. Pengetahuan gizi
4. kebiasaan Jajan
Analisis factor-
Deskripsi Deskripsi faktor yang Pengemban
status gizi status gizi berhubungan Pembuatan gan model
pada remaja pada remaja dengan sttaus media edukasi pendidikan
di Daerah Kesehtan(2 gizi Gizi gizi (2022)
perkotaan, 018) remaja(2019) remaja(2020)
pedesaan
(2014-2016)
Advokasi model
pendidikan gizi
integrasi dengan
program atau
kegiatan sekolah
(2025)
BAB 3
METODE PENELITIAN
Mulai
Pengumpulan
data Primer dan Pengolahan
sekunder data
Studi Literatur dan
studi lapangan
Populasi dan Analisa data dan
sampel hubungan variabel
Rumusan Masalah dan
tujuan penelitian dan
urgensi penelitian Desain Hasil dan
Penelitian pembahasan
Metode Penelitian,
kuesioner Kesimpulan
Selesai dan saran
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan
desain yang digunakan adalah cross sectional, yaitu pengambilan data yang berkaitan
dengan variabel dependen dan independen dilakukan sekali waktu pada saat yang
bersamaan.
BAB 4
Kemungkinan data yang diperoleh tidak valid karena pengisian kuesioner dilakukan
sendiri oleh responden walaupun diawasi oleh peneliti, tetapi dapat saja responden tidak
mengisi kuesioner sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, yakni menjawab dengan
jujur berdasarkan kehidupan masing-masing responden tersebut.
Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
4.1a berikut ini :
Tabel 4.1a
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
Kategori N %
Sangat Kurus 3 4.6
Kurus 10 15.4
Normal 45 69.2
Overweight 5 7.7
Obesitas 2 3.1
Status gzi responden diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh)
yaitu BB/Kg² per umur. Yang dilakukan dengan menggunakan WHO
antropometri.
Tabel 4.1a diatas menunjukkan bahwa sebesar 69.2% responden memiliki status
gizi normal, sebesar 7.7% responden mengalami overweight, 3.1% responden
mengalami obesitas, sebesar 15.4% responden kurus, dan sebesar 4.6%
responden sangat kurus.
Tabel 4.1b
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
Kategori N %
Baik 45 69.2
Responden yang masuk dalam kategori status gizi baik (69.2%) lebih banyak
dari responden yang memiliki status gizi tidak baik (kurus sekalia, kurus,
overweight dan obesitas)(30.8 %).
Diagram Status Gizi Responden
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) mengenai status gizi
Mahasiswa Politeknik kesehatan Jayapura tahun 2012 menggunakan data primer,
diketahui presentase remaja dengan status gizi obesitas sebesar 14.1%, overweight
15.5%, normal 52.8%, dan kurus 17.6%. Hasil penelitian status gizi remaja yang
dilakukan oleh Ruslie (2012) menunjukkan status gizi normal sebesar 70,83%,
overweight 20,14%, dan underweight 9,03%. Hasil penelitian Intan Puspitasari (2018)
mahasiswa yang memiliki status gizi baik sebesar70,6% untuk mahasiswa gizi dan
61,8% untuk mahasiswa non-gizi.
Nurohmi, Susi (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan pada subjek bukan
merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi ataupun Ilmu Teknologi Pangan dengan
hasil status gizi subjek pada umumnya adalah normal dan cenderung gemuk, yaitu
masingmasing 64.0% dan 18.6%. Terdapat 5.8% subjek yang memiliki status gizi obes
I. Meskipun demikian, secara rata-rata, status gizi subjek masih berada dalam kategori
normal yaitu dengan IMT 21.7±2.9 kg/ m2.
Dari keempat hasil penelitian tersebut, status gizi normal yang paling besar
presentasenya. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian ini namun yang menarik status
gizi mahasiswa bidang kesehatan dan gizi sama dengan mahasiswa diluar bidang
kesehatan dan gizi, dimana ditemukan status gizi buruk (gizi kurang dan gizi
lebih/overweight dan obesitas) dengan prosentase yang hampir sama. Penelitian lebih
lanjut dapat dilakukan untuk melihat keadaan ini.
Tabel 4.1.c diatas menunjukkan bahwa responden responden paling banyak menjawab
benar pada pertanyaan “Yang dimaksud dengan makanan bergizi” yaitu sebesar 100%.
Sedangkan responden yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan
“Makanan yang mengandung kolesterol tinggi” yaitu sebesar 97,5%.
Tabel 4.1.d
Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Pengetahuan Gizi
PvalueKolmogorov
Mean Median Modus SD Min Maks
Smirnov
11.37 13 13 3.24 6 18 0,000
Tabel 4.1.d diatas menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan responden adalah
12,05 dengan skor pengetahuan terendah adalah 6 dan skor pegetahuan tertinggi adalah
18. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan data diatas adalah Ho ditolak yang
berarti data diatas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000) sehingga cut off point
yang digunakan berdasakan nilai median (Tinggi ≥13 dan Rendah <13).
Tabel 4.1.e
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Kategori N %
Tinggi 36 55.4
Rendah 29 44.6
Total 65 100
Hubungan antara status gizi dengan pengetahuan responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.1.f
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Status Gizi
Status Gizi
Pengetahu Tidak Jumlah PR (95% Confident
Baik Interval)
Pvalue
an gizi Baik
n % n % n %
Tinggi 29 64.4 7 35.0 36 55.4 4.124 (1.225-13.889) 0,022
Rendah 16 35.6 13 65.0 29 44.6
Tabel 4.1.f. menunjukan pengetahuan tentang gizi responden dengan Status gizi.
Dimana responden yang berpengetahuan gizi yang tinggi (64.4%) lebih banyak
berstatus gizi baik daripada responden yang berpengetahuan gizi yang rendah (35.6%).
Hasil Uji Chi Square menunjukan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan
Status gizi (Pvalue=0,022 < =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)
menunjukan responden yang berpengetahuan tinggi berpeluang 4.124 kali berstatus gizi
baik daripada responden yang berpengetahuan rendah (95% CI 1.225-13.889).
Masalah gizi yang masih ditemukan dimasyarakat seringkali disebabkan karena
ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang gizi yang memadai.Dalam kehidupan
sehari-hari, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta mencukupi kebutuhan tubuh
dipengaruhi oleh pengetahuan gizi setiap individu.Terdapat hubungan bermakna antara
status gizi dengan tingkat pendidikan remaja (Dieny, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi baik lebih banyak ditemukan
pada responden dengan pengetahuan gizi yang tinggi (64.4%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi
mahasiswa Fikes UHAMKA (Pvalue 0,034).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2009) yang
menyatakan bahwa persentase tingkat pengetahuan gizi baik lebih tinggi pada responden
yang bersekolah dibandingkan dengan responden yang putus atau tidak bersekolah.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Wuryani (2007) yang menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja.Demikian juga
dengan Utami (2012) dalam penelitiannya menemukan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan status gizi remaja. Ketidakbermaknaan antara variabel pengetahuan
dengan status gizi ini kemungkinan terjadi karena jumlah sampel yang kurang untuk
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif sehingga akhirnya
tumbuh satu tindakan yang diharapkan (Notoatmodjo, 2015).
Cumulative
Kebiasaan sarapan
pagi jumlah persen Percent
Ya (setiap hari) 40 61.5 61.5
Pada tabel 4.1.g menunjukkan mahasiswa Fikes UHAMKA angkatan 2017 kelas
1G dan 1H mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari lebih banyak(61.5%)
dibandingkan mahasiswa yang kebiasaan sarapan paginya tidak setiap hari, 28.5%
Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan atau peran sarapan pagi
terhadap status gizi responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.h berikut:
Tabel 4.1.h
Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dengan Status
Gizi responden
Status Gizi
Kebiasaan
Tidak Jumlah PR (95% Confident
sarapan Baik Interval) Pvalue
Baik
pagi
n % N % n %
Ya 29 64.4 11 55.0 40 55.4 1.332 (0.392-4.526)
Tidak 16 35.6 9 45.0 25 44.6 0,583
Total 45 100 20 100 65 100
Tabel 4.1h menunjukan hubungan Kebiasaan sarapan pagi dengan sttaus gizi.
Dimana responden dengan biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus
gizi baik daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi
Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan pagi
dengan status gizi. (Pvalue=0.583 =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)
menunjukan responden dengan biasa sarapan pagi 1.332 kali berstatus gizi baik daripada
responden dengan yang tidak sarapan pagi (95% CI 0.392-4.526).
Sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk menunjang
aktivitas pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya. Untuk anak sekolah,
penyediaan energi sangat penting untuk membantu dalam berkonsentrasi pada saat
belajar di sekolah. Menurut Effendi (2003) kebiasaan tidak makan pagi disebabkan
karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak makan pagi, dan tidak mempunyai
waktu cukup untuk melakukannya.
Remaja umumnya mempunyai kegiatan fisik yang sangat aktif setiap hari yang
sangat banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari sangat dianjurkan untuk membiasakan makan pagi di rumah
sebelum meninggalkan rumah (Nurhayati 2000). Kontribusi gizi sarapan adalah sekitar
25 persen. Karenanya sarapan pagi setiap hari menjadi penting. Namun dalam penelitian
ini kebiasaan sarapan pagi responden tidak berhubungan secara bermakna dengan status
gizi hal ini mungkin disebabkan ada factor lain yang lebih dominan.
Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
4.1.i berikut ini :
Responden
Cumulative
kebiasaan jajan Jumlah Persen Percent
Sering (setiap hari) 46 70.8 70.8
Jarang (tidak setiap 19 29.2 100.0
hari)
Total 65 100.0
Tabel 4.1i menunjukkan bahwa sebesar 70.8% responden memiliki kebiasaan jajan
sering dan sebesar 29.2% responden jarang jajan. Hal dapat dilihat juga pada gambar
barchart dibawah ini,
Hubungan antara status gizi dengan kebiasaan jajan responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.1.j
Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan jajan
dengan Status Gizi
Status Gizi
Kebiasaan Tidak Jumlah PR (95% Confident
Baik Interval) Pvalue
jajan Baik
n % n % n %
sering 36 80.0 10 50.0 36 55.4 4.957 (1.403-17.515)
jarang 9 20.0 10 50.0 29 44.6 0,013
Total 45 100 20 100 65 100
5.1. Kesimpulan
1. Sebesar 69.2% responden memiliki status gizi normal, sebanyak 7.7% responden
mengalami overweight, 3.1% responden mengalami obesitas, sebesar 15.4%
responden kurus, dan 4.6% responden sangat kurus. Setelah dikategorikan menjadi
gizi baik dan gizi tidak baik maka diperoleh responden yang masuk dalam kategori
status gizi baik (69.2%) lebih banyak dari responden yang memiliki status gizi
tidak baik (kurus sekalia, kurus, overweight dan obesitas)(30.8 %).
2. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi (55.4%) sedikit lebih banyak
dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan rendah (44.6%).
3. Responden yang berpengetahuan gizi yang tinggi (64.4%) lebih banyak berstatus
gizi baik daripada responden yang berpengetahuan gizi yang rendah (35.6%). Hasil
Uji Chi Square menunjukan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan
Status gizi (Pvalue=0,022 < =0,05)
4. Responden mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari lebih banyak (61.5%)
dibandingkan mahasiswa yang kebiasaan sarapan paginya tidak setiap hari, 28.5%
5. Responden dengan biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus
gizi baik daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi
Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan
pagi dengan status gizi. (Pvalue=0.583 =0,05).
6. 70.8% responden memiliki kebiasaan jajan sering dan sebesar 29.2% responden
jarang jajan
7. Responden yang sering jajan (80.0%) lebih banyak berstatus gizi baik daripada
responden yang jarang jajan (20.0%. Hasil Uji Chi Square menunjukan ada
hubungan antara kebiasaan jajan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,013 <
=0,05).
5.2. Saran
Status zat gizi remaja perlu diperhatikan karena sebanyak 30.9% berstatus gizi
buruk yang dapat berdampak pada kecerdasan dan kesehatan. Perlunya peningkatan
pengetahuan remaja tentang gizi melaui penyuluhan tentang gizi dan kesehatan remaja
dengan menggunakan media yang menarik seperti melalui pemutaran film, stand up
comedy dan lain-lain. Pentingnya penyuluhan tentang jajanan sehat dan bergizi.serta
penyediaan makanan jajanan yang sehat, bergizi dan harga terjangkau di kanting
kampus sehingga mahasiswa yang tidak sempat sarapan pagi dan mahasiswa yang
ada kuliah sampai malam terjamin asupan gizi yang baik pada hari itu, kerjasama
dengan mahasiswa gizi bisa menjadi alternatif.
BAB 6
LUARAN YANG DICAPAI
Luaran yang dicapai pada penelitian ini adalah artikel yang akan diterbitkan
pada Jurnal Arkesmas FIKES UHAMKA. (draft artikel terlampir).
DAFTAR PUSTAKA
Almaeida MJ, Blair SN. 2002. Hand Book of International and Food : Energy Assessment
(Physical Activity) (Edited : C. D. Bardanier). USA : CRC Press.
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Aritonang, Irianton, and Endah Priharsiwi. 2009 "Manajemen Penyelenggaraan Makanan dan
Asuhan Gizi." Yogyakarta: Leutika (2009).
Asih WF. 2001. Status Gizi Remaja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa SMUN
3 Bogor Tahun 2001. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Budiyanto MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press.
Chandra B. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Dasuki. 2002. Konsumsi Lemak dan Status Gizi Remaja di Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis untuk Mempertahankan Berat Badan Normal
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 1997. Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk Remaja. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat.
Dyah Intan Puspitasari(2018) Gambaran Kebiasaan Sarapan Dan Status Gizi Mahasiswa Gizi
Dan Non-Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta, MPPKI Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia, The Indonesian Journal Of Health
Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-1. Budiyato,
penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara.
Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford : Oxford University
Press
Gunarsa SA, Gunarsa YSA. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Hardinsyah, Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi
Pangan. Bogor: Wirasari.
Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah.
Jakarta: UI Press.
Hermina. 1993. Keamanan dan Gizi. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
Jakarta: LIPI.
Hurlock EB. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Husaini MA, Husaini YK. 1989. Tumbuh Kembang dan Gizi Remaja. Buletin Gizi: Jakarta
Irawati, Damanhuri, Fachrurrozi. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kotamadya
Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Kartasapoetra G, Marsetyo H. 2005. Ilmu Gizi : Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartono D, Soekantri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral, Besi, Iodium, Seng, Mangan,
Selenium, Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI.
Kartono K. 1992. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Karyadi D, Muhilal. 1995. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 1982. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam
Berbagai Bagian-Bagiannya. Jakarta: UGM Press.
Muhilal, Idrus J, Husaini, Jalal F, Tarwotjo. 1998. Angka Kecukupan Gizi yag Dianjurkan.
Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V. Jakarta :LIPI.
Hardinsyah. 2004. Penenetuan Kebutuhan Gizi dan Kesepakatan Harmonisasi di Asia
Tenggara. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI.
M Sada, (2012) Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2012 - academia.edu Hubungan Body
Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, Dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura
Nasoetion A, Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian.
Makalah yang Disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi
Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian, Bogor.
Novikasari M. 2003. Perubahan Berat Badan dan Status Gizi Mahasiswa Putra Jalur USMI
Tahun 2002 pada Empat Bulan Pertama di IPB. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Notoatmodjo, S. Ilmu Tindakan Kesehatan. (Rineka Cipta, 2015).
Panuju P, Ida U. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta :Tiara Wacana.
Pudjiadi S. 1997. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.
Riyadi H. 1995. Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri . Diktat Program Studi
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. Englewood Cliffts, Prentice-
Hall, New Jersey.
Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi I. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekanto.1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press.
Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survey Konsumsi Pangan . Bogor: Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
WHO. 2000. Body Mass Index (bmi) = Indeks massa tubuh.
http://www.obesitas.web.id/indonesia/bmi(i).htm [Desember 2007].
WHO. 2007. Growt Reference 5-19 years. [terhubung berkala]. www.who.int. [Desember
2007]
Draft artikel
INDEKS MASSA TUBUH DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PADA MAHASISWA PRODI
KESMAS,FIKES UHAMKA
ABSTRAK
Latar belakang :Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menjadi tren dikalangan
remaja. Aktivitas fisik yang tinggi ikut mempengaruhi kebutuhan energi dan zat gizi remaja.
Selain itu, tidak sedikit remaja yang mengkonsumsi makanan secara berlebihan sehingga
menyebabkan obesitas dan sebaliknya banyak juga remaja yang mengurangi konsumsi
makanan karena kecemasan akan bentuk tubuh sehingga mengalami masalah gizi kurang
(Badriah, 2011).
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain
cross sectional. Populasi Mahasiswa Prodi Kesmas FIKES angkatan 2017. Sampel mahasiswa
kelas 1G dan kelas 1H. yaitu sebanyak 65 orang. Tehnik Purposive sampling. Analisa data
dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil: mahasiswa dengan kategori status gizi baik (69.2%) lebih banyak dari responden yang
memiliki status gizi tidak baik (kurus sekali, kurus, overweight dan obesitas)(30.8 %) namun
harus tetap jadi perhatian karena masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (>30%).
Responden yang memiliki pengetahuan tinggi (55.4%) sedikit lebih banyak dibandingkan
responden yang memiliki pengetahuan rendah (44.6%). Hasil Uji Chi Square menunjukan ada
hubungan antara pengetahuan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,022 < =0,05).
Responden yang biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus gizi baik
daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi Square menunjukan
tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi.
(Pvalue=0.583 =0,05). Responden yang sering jajan (80.0%) lebih banyak berstatus gizi
baik daripada responden yang jarang jajan (20.0%. Hasil Uji Chi Square menunjukan ada
hubungan antara kebiasaan jajan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,013 < =0,05)..
Saran: Perlunya peningkatan pengetahuan remaja tentang gizi melaui penyuluhan tentang
gizi dan kesehatan remaja dengan menggunakan media yang menarik seperti melalui
pemutaran film, stand up comedy dan lain-lain. Pentingnya penyuluhan tentang jajanan
sehat dan bergizi.serta penyediaan makanan jajanan yang sehat, bergizi dan harga
terjangkau di kantin kampus sehingga mahasiswa yang tidak sempat sarapan pagi dan
mahasiswa yang ada kuliah sampai malam terjamin asupan gizi yang baik pada hari itu,
kerjasama dengan mahasiswa gizi bisa menjadi alternatif.
PENDAHULUAN
Remaja merupakan salah satu periode dalam proses pematangan fisik dan
perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa. Mahasiswa dapat dikatakan sebagai
remaja, dengan kisaran umur antara 17-22 tahun. Periode kehidupan antara pubertas
dan maturitas penuh (10-21 tahun) disebut periode remaja.Pada masa remaja terjadi
percepatan pertumbuhan (growth spurt). Karenanya masalah gizi rentan terjadi pada
remaja disebabkan ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan
kebutuhan tubuhnya yang sedang mengalami percepatan pertumbuhan. Masalah gizi
buruk pada remaja ini akan menyebabkan masalah-masalah lain, yakni menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka kesakitan, pertumbuhan
tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya
organ reproduksi (Emilia, 2009).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gemuk pada remaja umur
16 – 18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas.
Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%). Sedangkan
untuk prevalensi kurus pada remaja umur 16 – 18 tahun secara nasional sebesar 9,4%
(1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Data Riskesdas DKI Jakarta tahun 2013
menyebutkan proporsi kurus pada remaja umur 16 – 18 tahun di DKI Jakarta sebesar
11,1% dengan nilai proporsi terbesar berada di wilayah Jakarta Selatan (17,8%).
Masalah kurus lebih banyak ditemukan pada laki laki yaitu sebesar 11,5%, sedangkan
pada perempuan masalah obesitas yang mendominasi yaitu sebesar 40,8%. Prevalensi
remaja kurus dan sangat kurus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 tidak ada
perubahan yang berarti. Sebaliknya, prevalensi gemuk mengalami peningkatan dari
1,4% pada tahun 2007 menjadi 7,3% tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
Mahasiswa Fikes UHAMKA adalah remaja millenial yang hidup di Ibukota
dengan gaya hidup millenial, senang mengkonsumsi makanan western , dan akses
informasi gizi dan kesehatan remaja yang sangat mudah. Dari studi pendahuluan yang
dilakukan pada beberapa mahasiswa diperoleh informasi beberapa mahasiswi FIKES
UHAMKA yang kurang energi kronis dengan LILA <23cm. dan IMT < 18,5. Hal ini
tentu saja menimbulkan kekhawatiran karena kekurangan gizi pada remaja putri
berdampak pada tumbuh kembangnya untuk menjadi calon ibu yang berkualitas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain
yang digunakan adalah cross sectional. Variabel yang diteliti adalah Satus Gizi
dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT/U. Kebiasaan makan pagi,
Kebiasaan jajan, frekuensi makan dan pengetahuan gizi. Populasi penelitian ini
adalah Remaja yaitu Mahasiswa Prodi Kesmas FIkes UHAMKA. sampel mahasiswa
kelas IG dan IH sebanyak 65 orang., Tehnik pengambilan sample adalah Purposive
sampling.
Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini :
Tabel 1
Kategori N %
Kurus 10 15.4
Normal 45 69.2
Overweight 5 7.7
Obesitas 2 3.1
Status gzi responden diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu
BB/Kg² per umur. Diukur dilakukan dengan menggunakan WHO antropometri.
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebesar 69.2% responden memiliki status gizi
normal, sebesar 7.7% responden mengalami overweight, 3.1% responden
mengalami obesitas, sebesar 15.4% responden kurus, dan sebesar 4.6% responden
sangat kurus.
Tabel 2
Kategori N %
Baik 45 69.2
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) mengenai status gizi Mahasiswa
Politeknik kesehatan Jayapura tahun 2012 menggunakan data primer, diketahui presentase
remaja dengan status gizi obesitas sebesar 14.1%, overweight 15.5%, normal 52.8%, dan
kurus 17.6%. Hasil penelitian status gizi remaja yang dilakukan oleh Ruslie (2012)
menunjukkan status gizi normal sebesar 70,83%, overweight 20,14%, dan underweight
9,03%. Hasil penelitian Intan Puspitasari (2018) mahasiswa yang memiliki status gizi baik
sebesar70,6% untuk mahasiswa gizi dan 61,8% untuk mahasiswa non-gizi.
Nurohmi, Susi (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan pada subjek bukan
merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi ataupun Ilmu Teknologi Pangan dengan hasil
status gizi subjek pada umumnya adalah normal dan cenderung gemuk, yaitu masingmasing
64.0% dan 18.6%. Terdapat 5.8% subjek yang memiliki status gizi obes I. Meskipun demikian,
secara rata-rata, status gizi subjek masih berada dalam kategori normal yaitu dengan IMT
21.7±2.9 kg/ m2.
Dari keempat hasil penelitian tersebut, status gizi normal yang paling besar
presentasenya. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian ini namun yang menarik status gizi
mahasiswa bidang kesehatan dan gizi sama dengan mahasiswa diluar bidang kesehatan dan
gizi, dimana ditemukan status gizi buruk (gizi kurang dan gizi lebih/overweight dan obesitas)
dengan prosentase yang hampir sama. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk melihat
keadaan ini.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan
perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu
penting bagi remaja untuk memperoleh bekal pengetahuan gizi dari berbagai sumber
seperti keluarga, sekolah, media cetak, maupun media elektronik.
Tabel 3
Jawaban Responden
N % n %
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden responden paling banyak menjawab benar
pada pertanyaan “Yang dimaksud dengan makanan bergizi” yaitu sebesar 100%. Sedangkan
responden yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan “Makanan yang
mengandung kolesterol tinggi” yaitu sebesar 97,5%.
Tabel 4
PvalueKolmogorov
Mean Median Modus SD Min Maks
Smirnov
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan responden adalah 12,05
dengan skor pengetahuan terendah adalah 6 dan skor pegetahuan tertinggi adalah 18. Hasil
Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan data diatas adalah Ho ditolak yang berarti data diatas
memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000) sehingga cut off point yang digunakan
berdasakan nilai median (Tinggi ≥13 dan Rendah <13).
Tabel 5
Kategori N %
Tinggi 36 55.4
Rendah 29 44.6
Total 65 100
Hubungan antara status gizi dengan pengetahuan responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi baik lebih banyak ditemukan pada
responden dengan pengetahuan gizi yang tinggi (64.4%). Hasil uji Chi Square menunjukkan
ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi mahasiswa Fikes
UHAMKA (Pvalue 0,034).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2009) yang menyatakan
bahwa persentase tingkat pengetahuan gizi baik lebih tinggi pada responden yang
bersekolah dibandingkan dengan responden yang putus atau tidak bersekolah.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Wuryani (2007) yang menyebutkan bahwa
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja.Demikian juga dengan
Utami (2012) dalam penelitiannya menemukan tidak ada hubungan antara pengetahuan
dengan status gizi remaja. Ketidakbermaknaan antara variabel pengetahuan dengan status
gizi ini kemungkinan terjadi karena jumlah sampel yang kurang untuk menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna.
Kebiasaan Sarapan
Dari hasil penelitian yang dilakuakn kebiasaan sarapan pagi mahasiswa Fikes dapat
dilihat dalam tabel 7. berikut ini:
Kebiasaan sarapan
Cumulative
pagi jumlah persen Percent
Total 65 100.0
Pada tabel 7 menunjukkan mahasiswa Fikes UHAMKA angkatan 2017 kelas 1G dan
1H mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari lebih banyak(61.5%) dibandingkan
mahasiswa yang kebiasaan sarapan paginya tidak setiap hari, 28.5%
Ket: 1.00 adalah responden yang sarapan pagi tiap hari
Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan atau peran sarapan pagi terhadap
status gizi responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.h berikut:
Tabel 8
Status Gizi
Kebiasaan Jumlah PR (95% Confident
Baik Tidak Baik Pvalue
sarapan pagi Interval)
n % N % n %
Tabel 8 menunjukan hubungan Kebiasaan sarapan pagi dengan sttaus gizi. Dimana
responden dengan biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus gizi baik
daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi Square menunjukan
tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi.
(Pvalue=0.583 =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukan responden
dengan biasa sarapan pagi 1.332 kali berstatus gizi baik daripada responden dengan yang
tidak sarapan pagi (95% CI 0.392-4.526).
Sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk menunjang
aktivitas pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya. Untuk anak sekolah,
penyediaan energi sangat penting untuk membantu dalam berkonsentrasi pada saat belajar
di sekolah. Menurut Effendi (2003) kebiasaan tidak makan pagi disebabkan karena tidak
adanya nafsu makan, terbiasa tidak makan pagi, dan tidak mempunyai waktu cukup untuk
melakukannya.
Remaja umumnya mempunyai kegiatan fisik yang sangat aktif setiap hari yang
sangat banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan kegiatan
sehari-hari sangat dianjurkan untuk membiasakan makan pagi di rumah sebelum
meninggalkan rumah (Nurhayati 2000). Kontribusi gizi sarapan adalah sekitar 25 persen.
Karenanya sarapan pagi setiap hari menjadi penting. Namun dalam penelitian ini kebiasaan
sarapan pagi responden tidak berhubungan secara bermakna dengan status gizi hal ini
mungkin disebabkan ada factor lain yang lebih dominan.
Kebiasaan Jajan
Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.i
berikut ini :
Responden
Cumulative
kebiasaan jajan Jumlah Persen Percent
Total 65 100.0
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebesar 70.8% responden memiliki kebiasaan jajan sering dan
sebesar 29.2% responden jarang jajan. Hal dapat dilihat juga pada gambar barchart dibawah
ini,
Hubungan antara status gizi dengan kebiasaan jajan responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 10
Status Gizi
Kebiasaan Jumlah PR (95% Confident
Baik Tidak Baik Pvalue
jajan Interval)
n % n % n %
KESIMPULAN
1. Sebesar 69.2% responden memiliki status gizi normal, sebanyak 7.7% responden
mengalami overweight, 3.1% responden mengalami obesitas, sebesar 15.4%
responden kurus, dan 4.6% responden sangat kurus. Setelah dikategorikan
menjadi gizi baik dan gizi tidak baik maka diperoleh responden yang masuk
dalam kategori status gizi baik (69.2%) lebih banyak dari responden yang
memiliki status gizi tidak baik (kurus sekalia, kurus, overweight dan obesitas)
(30.8 %).
2. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi (55.4%) sedikit lebih banyak
dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan rendah (44.6%).
3. Responden yang berpengetahuan gizi yang tinggi (64.4%) lebih banyak berstatus gizi
baik daripada responden yang berpengetahuan gizi yang rendah (35.6%). Hasil Uji Chi
Square menunjukan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan Status gizi
(Pvalue=0,022 < =0,05)
4. Responden mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari lebih banyak (61.5%)
dibandingkan mahasiswa yang kebiasaan sarapan paginya tidak setiap hari, 28.5%
5. Responden dengan biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus gizi
baik daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi Square
menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan pagi dengan
status gizi. (Pvalue=0.583 =0,05).
6. 70.8% responden memiliki kebiasaan jajan sering dan sebesar 29.2% responden jarang
jajan
7. Responden yang sering jajan (80.0%) lebih banyak berstatus gizi baik daripada
responden yang jarang jajan (20.0%. Hasil Uji Chi Square menunjukan ada hubungan
antara kebiasaan jajan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,013 < =0,05).
REKOMENDASI
Status zat gizi remaja perlu diperhatikan karena sebanyak 30.9% berstatus gizi buruk
yang dapat berdampak pada kecerdasan dan kesehatan. Perlunya peningkatan pengetahuan
remaja tentang gizi melaui penyuluhan tentang gizi dan kesehatan remaja dengan
menggunakan media yang menarik seperti melalui pemutaran film, stand up comedy dan lain-
lain. Pentingnya penyuluhan tentang jajanan sehat dan bergizi.serta penyediaan makanan
jajanan yang sehat, bergizi dan harga terjangkau di kanting kampus sehingga mahasiswa yang
tidak sempat sarapan pagi dan mahasiswa yang ada kuliah sampai malam terjamin asupan gizi
yang baik pada hari itu, kerjasama dengan mahasiswa gizi bisa menjadi alternatif.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah,syukur pada Allah SWT yang telah memberi segala kemudahan kepada
penulis. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini, antara lain : Rektor UHAMKA, Lemlitbang UHAMKA,
Pimpinan FIKES dan Prodi Kesmas UHAMKA, Dosen dan mahasiswa Prodi Kesmas
FIKES UHAMKA.
REFERENSI
Almaeida MJ, Blair SN. 2002. Hand Book of International and Food : Energy Assessment
(Physical Activity) (Edited : C. D. Bardanier). USA : CRC Press.
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Aritonang, Irianton, and Endah Priharsiwi. 2009 "Manajemen Penyelenggaraan Makanan dan
Asuhan Gizi." Yogyakarta: Leutika (2009).
Asih WF. 2001. Status Gizi Remaja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa SMUN
3 Bogor Tahun 2001. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Budiyanto MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press.
Chandra B. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Dasuki. 2002. Konsumsi Lemak dan Status Gizi Remaja di Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis untuk Mempertahankan Berat Badan Normal
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 1997. Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk Remaja. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat.
Dyah Intan Puspitasari(2018) Gambaran Kebiasaan Sarapan Dan Status Gizi Mahasiswa Gizi
Dan Non-Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta, MPPKI Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia, The Indonesian Journal Of Health
Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-1. Budiyato,
penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara.
Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford : Oxford University
Press
Gunarsa SA, Gunarsa YSA. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Hardinsyah, Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi
Pangan. Bogor: Wirasari.
Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah.
Jakarta: UI Press.
Hermina. 1993. Keamanan dan Gizi. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
Jakarta: LIPI.
Hurlock EB. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Husaini MA, Husaini YK. 1989. Tumbuh Kembang dan Gizi Remaja. Buletin Gizi: Jakarta
Irawati, Damanhuri, Fachrurrozi. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kotamadya
Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Kartasapoetra G, Marsetyo H. 2005. Ilmu Gizi : Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartono D, Soekantri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral, Besi, Iodium, Seng, Mangan,
Selenium, Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI.
Kartono K. 1992. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Karyadi D, Muhilal. 1995. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 1982. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam
Berbagai Bagian-Bagiannya. Jakarta: UGM Press.
Muhilal, Idrus J, Husaini, Jalal F, Tarwotjo. 1998. Angka Kecukupan Gizi yag Dianjurkan.
Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V. Jakarta :LIPI.
Hardinsyah. 2004. Penenetuan Kebutuhan Gizi dan Kesepakatan Harmonisasi di Asia
Tenggara. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI.
M Sada, (2012) Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2012 - academia.edu
Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, Dan Aktifitas
Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jayapura
Nasoetion A, Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian.
Makalah yang Disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi
Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian, Bogor.
Novikasari M. 2003. Perubahan Berat Badan dan Status Gizi Mahasiswa Putra Jalur USMI
Tahun 2002 pada Empat Bulan Pertama di IPB. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Notoatmodjo, S. Ilmu Tindakan Kesehatan. (Rineka Cipta, 2015).
Panuju P, Ida U. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta :Tiara Wacana.
Pudjiadi S. 1997. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.
Riyadi H. 1995. Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. Englewood Cliffts, Prentice-
Hall, New Jersey.
Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi I. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekanto.1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press.
Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survey Konsumsi Pangan . Bogor: Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
WHO. 2000. Body Mass Index (bmi) = Indeks massa tubuh.
http://www.obesitas.web.id/indonesia/bmi(i).htm [Desember 2007].
WHO. 2007. Growt Reference 5-19 years. [terhubung berkala]. www.who.int. [Desember
2007]