Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN POLA SEKSUAL DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN SERVISITIS PADA IBU HAMIL DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERPUCUNG
KABUPATEN MALANG
Prita Muliarini1, Sunarsih Yudawati2
Program Studi Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara

ABSTRAKSI

Servisitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput
lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi
dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Servisitis merupakan kelanjutan dari infeksi
pada vagina yang di sebabkan oleh trichomonas, Chlamydia Trakhomatis, Gonorhoe dan
virus Herpes.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara
Pola Seksual dan personal hygiene dengan kejadian Servisitis pada ibu hamil diwilayah kerja
puskesmas Sumberpucung. Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja
Puskesmas Sumberpucung pada Bulan Maret sampai Juni 2019. Metode pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai yang diketahui peneliti, sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan pendekatan statistik deskriptif. Dengan menggunakan metode
model regresi linier berganda.
Variabel Nilai Thitung variabel pola seksual (X1) sebesar 3.925 > Ttabel 2.052 artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara pola seksual (X 1) dengan kejadian servisitis (Y).
Nilai Thitung variabel personal hygiene (X2) sebesar 4.372 > Ttabel 2.052 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara personal hygiene (X2) dengan kejadian servisitis (Y). Nilai
Fhitung sebesar 8,541 > dari nilai F0,05 (3,354) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel pola seksual (X1), dan personal hygiene (X2), dengan kejadian servisitis (Y). Nilai
koefisien determinasi (Rsquare) sebesar 0.474 artinya hubungan variabel bebas dengan
kejadian servisitis sebesar 47,4%, sedangkan 52,6% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari nilai T hitung yang paling
dominan berpengaruh terhadap kejadian servisitis adalah variabel X2 (personal hygiene).

Kata kunci: Pola seksual, Personal Hygiene, Servisitis

PENDAHULUAN indonesia lebih rentan mengalami ISR


Berdasarkan data dari Badan yang dipicu iklim Indonesia yang panas
Kesehatan Dunia dalam Sari dkk (2011) dan lembab. Jumlah kasus ISR di Jawa
Angka kejadian infeksi saluran reproduksi Timur seperti candidiasis dan servisitis yang
(ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5%
remaja (35%-42%) dan dewasa (27%- ditemukan di Surabaya dan malang.
33%). Prevalensi ISR pada remaja di Penyebab tertinggi dari kasus tersebut
dunia tahun 2006 yaitu: kandidiasis (25%- adalah jamur candida albican sebanyak
50%), vaginosis bacterial (20%-40%), dan 77% yang senang berkembang biak
trikomoniasis (5%-15%). Diantara dengan kelembapan tinggi seperti pada
negara-negara di Asia Tenggara, wanita saat mentruasi. Menurut Kasdu dalam

1
Zahra (2014) bila alat reproduksi lembab tindakan personal higiene. Personal
dan basah, maka keasaman akan higiene atau kebersihan perseorangan
meningkat yang memudahkan adalah suatu tindakan untuk memelihara
pertumbuhan jamur. kebersihan dan kesehatan diri seseorang
Angka penderita servisitis di untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.
seluruh dunia dan Indonesia belum Penelitian Nur Azizah (2011), di Poli
diketahui secara pasti, namun sebuah Kandungan RSUD Kelas B Dr R
studi yang dilakukan di India Sosodoro Djatikoesoemo menunjukkan
menyebutkan bahwa 14,5 % dari 3.000 bahwa “servisitis disebabkan oleh
wanita di India terkena sindrom duh kurangnya kebersihan organ reproduksi”.
(discharge) vagina, dimana servisitis Dampak servisitis antara lain;
termasuk didalamnya (Patel, 2011). menyebabkan pendarahan saat
Penyakit Kelamin (Veneral Diseases) melakukan hubungan seksual.
sudah lama dikenal, semakin majunya Menurut dr. Edmund S. Hurdle
ilmu pengetahuan dan seiring dengan dalam Henry Kusnandar (2011) penyakit-
perkembangan peradaban masyarakat, penyakit yang tidak spesifik seperti
banyak ditemukan penyakit-penyakit servisitis, herpes simpleks dan
baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai trichomoniasis lebih sering terjadi pada
lagi dan berubah menjadi Sexually remaja usia di bawah 20 tahun. Penyakit
Transmitted Disease (STD) atau Penyakit servisitis masuk dalam golongan penyakit
Menular Seksual (PMS) dan diubah lagi infeksi menular seksual (IMS). Infeksi
menjadi Infeksi Menular Seksual (IMS). menular seksual berupa masalah
Insidens IMS mengalami peningkatan kesehatan umum yang bermakna di
yang cukup pesat. Peningkatan insidens sebagian besar negara seluruh dunia.
IMS dipengaruhi oleh berbagai faktor Angka kejadian IMS diperkirakan cukup
yaitu, perubahan demografi, fasilitas tingi di banyak negara dan kegagalan
kesehatan yang tersedia kurang memadai, untuk melakukan diagnosis serta
pendidikan kesehatan dan pendidikan pengolahan pada stadium awal dapat
seksual kurang tersebar luas, kontrol IMS menyebabkan komplikasi dan gejala sisa
belum dapat berjalan baik serta adanya yang serius (Prawirohardjo, 2010).
perubahan sikap dan perilaku masyarakat Berdasarkan hasil studi
terutama dalam bidang agama dan moral pendahuluan yang telah penulis lakukan
(Sjaiful Fahmi Daili, 2011). pada tanggal 16 Desember 2018 di
Menurut pendapat yang wilayah kerja puskesmas sumberpucung
dikemukan oleh Dyan (2012) servisitis kecamatan Sumberpucung kabupaten
disebabkan oleh kuman-kuman seperti Malang di dapatkan hasil data mulai bulan
trikomas vaginalis, kandrada dan oktober-desember ibu hamil yang datang
mikoplasma atau mikroorganisme aerob melakukan pemeriksaan sejumlah 106
dan anaerob endogen vagina seperti orang. Dari 106 orang ibu hamil yang
streptococcus, entamoeba coli, dan stapilococus. terkena penyakit servisitis sekitar 21
Kuman-kuman ini menyebabkan orang, BV (Bakterial Vaginosis) 17 orang,
deskuamasi pada epitel gepeng dan Kandidiasis 5 orang, dan Uretritis 2
perubahan inflamasi komik dalam orang. Dari data diatas maka penulis
jaringan serviks yang mengalami trauma tertarik untuk melakukan penelitian
(Mallesappha, 2011). dengan judul “Hubungan Pola Seksual
Menurut Christiana (2012), faktor dan Personal Hygiene, dengan Kejadian
lain yang terkait servisitis adalah kebersihan Servisitis pada Ibu Hamil di Wilayah
organ kewanitaan atau vulva higiene. Kerja Puskesmas Sumberpucung”.
Higiene adalah salah satu kegiatan dari

2
Servisitis (radang serviks) A. Aktivitas Hubungan Seksual Selama
merupakan infeksi pada serviks uteri. Hamil
Infeksi serviks sering terjadi karena luka Selama kehamilan biasanya wanita
kecil bekas persalinan yang tidak dirawat mengalami perubahan seksual dan
dan infeksi karena hubungan seksual aktivitas seksual karena mengalami
(Manuaba, 2010). beberapa perubahan. Sebagaian besar
ibu hamil merasa tidak percaya diri
dan tidak nyaman dengan perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sehingga
kebutuhan untuk berhubungan seksual
menjadi menurun.
Seksual merupakan suatu
komponen integral dari kehidupan
seorang wanita normal, diamana
hubungan seksual yang nyaman dan
memuaskan merupakan salah satu
Gambar 2.1 Gambaran serviks normal dan servisitis
factor yang berperan penting dalam
Servisitis adalah infeksi yang
perkawinan bagi banyak pasangan
diawali di endoserviks dan ditemukan
(Andermoyo, 2012). Puncak dari
pada gonorea, infeksi post abortus atau
respon seksual dimana pada wanita
post partum yang di sebabkan oleh
hamil terjadi kontraksi 1/3 distal
streptokokus, staphilokokus dan lain-lain
vagina dan uterus. Setelah trimester III
(Normawaddah, 2011). Servisitis adalah
atau empat minggu terakhir kehamilan
infeksi serviks yang sering terjadi, akan
terajdi spasme tonic pada uterus
tetapi biasanya tidak menimbulkan
disamoing juga terjadi kontraksi yang
banyak gejala luka serviks yang dalam dan
teratur.
meluas dan langsung ke dasar ligamentum
B. Frekuensi Hubungans Seksual Selama
latum yang dapat menyebabkan infeksi
Hamil
yang menjalar ke parametrium (Saifuddin,
Hubungan seksual dapat memicu
2014). Servisitis adalah inflamasi serviks
terjadinya kontraksi pada Rahim yang
yang mungkin akut atau kronik. Mungkin
dapat menyebabkan abortus atau
menjalar ke uterus dan parametrium
keguguran. Namun kondisi kesehatan
(Sinclair, 2012).
setiap orang akan berbeda-beda.
Seksual merupakan keadaan
Tergantung aktivitas kondisi
bercumbu, bermesraan atau bercinta
kesehatan. Untuk usia kehamilan
antara dua individu. Seksualitas
sebelum 12 minggu sebaiknya tidak
merupakan ekspresi ungkapan cinta dari
terlalu sering melakukan hubungan
dua individu atau pasangan kasih saying,
seksual.
menghargai, perhatian saling
Dapat dicoba dengan frekuensi
menyenangkan satu sama lain tidak hanya
satu kali dalam 1 minggu, dilihat
terbatas pada tempat tidur atau bagian-
apakah ada kontraksi, flek dan atau
bagian tubuh (Saryono, 2010). Menurut
perdarahan. Frekuensi berhubungan
BKKBN (2010) menyatakan seksualitas
seksual pada wanita normalnya 2-4 kali
menyangkut berbagai dimensi yang sangat
seminggu, sedangkan untuk wanita
luas yaitu dimensi biologis berkaitan
hamil biasanya 1-2 kali seminggu hal
dengan organ reproduksi dan alat
ini dikarenakan wanita hamil merasa
kelamin, termaksud menjaga kesehatan
mempunyai beban terutama pada
dan mengfungsikan secara optimal organ
kehamilan trimester III (Andermoyo,
reproduksi dan dorongan seksual.
2012).

3
C. Efek Kondisi Kehamilan Terhadap meminimalkan pintu masuk (port de
Hubungan Seksual entry) mikroorganisme yang pada
Tubuh wanita menghasilkan akhirnya mencegah seseorang terkena
hormone-hormon yang terdapat hanya penyakit. Personal hygiene merupakan
pada saat kehamilan,yang benar-benar perawatan diri dimana seseorang
mempengaruhi setiap sel dalam merawat fungsi-fungsi tertentu seperti
tubuhnya. Perubahan-perubahan ini mandi dan kebersihan tubuh secara
mempersiapkan tubuh wanita menjadi umum. Kebersihan diri diperlukan
sebuah lingkungan yang baik untuk untuk kenyamanan, keamanan dan
janin yang akan terus berkembang. kesehatan seseorang. Kebersihan diri
Terkadang hormon-hormon tersebut merupakan langkah awal mewujudkan
menghasilkan efek yang tidak kesehatan diri. Dengan tubuh yang
menyenangkan bagi wanita, seperti bersih meminimalkan risiko seseorang
morning sickness (mual dipagi hari). terhadap kemungkinan terjangkitnya
Meskipun terasa tidak mengenakan suatu penyakit terutama penyakit yang
tidak akan menyebabkan masalah apa berhubungan dengan kebersihan diri
pun baik bagi ibu maupun janin dan yang tidak baik. Personal hygiene yang
akan hilang memasuki trimester ke dua tidak baik akan mempermudah tubuh
(Bobak, 2004). Sebagaian besar terserang berbagai penyakit seperti
pasangan mengkhawatirkan bahwa penyakit kulit, penyakit infeksi,
berhubungan seksual selama penyakit mulut dan penyakit saluran
kehamilan, terutama ketika respon cerna (Listautin, 2012).
mereka sangat menggebu-gebu, akan A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
melukai bayi. Sesungguhnya, jika Personal Hiygiene
kehamilannya tidak bermasalah atau Menurut Potter dan Perry (2010),
tidak mempunyai resiko tinggi tidak sikap seseorang melakukan personal
akan mengalami keguguran atau hygiene dipengaruhi oleh sejumlah
kelahiran premature, berhubungan faktor antara lain:
seksual tidak akan menimbulkan efek a. Citra Tubuh (Body Image)
apa pun pada bayi (Ongo, 2010). Penampilan umum pasien dapat
Personal hygiene dari bahasa Yunani menggambarkan pentingnya personal
yaitu personal yang artinya perorangan hygiene pada orang tersebut.
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan Menurut Stuart & Sudeen dalam
perorangan adalah cara perawatan diri setiadi (2015) Citra tubuh
manusia untuk memelihara kesehatan. merupakan konsep subjektif
Kebersihan perorangan sangat penting seseorang tentang penampilan
untuk diperhatikan. Pemeliharaan fisiknya. Personal hygiene yang baik
kebersihan perorangan diperlukan akan mempengaruhi terhadap
untuk kenyamanan individu, peningkatan citra tubuh individu.
keamanan dan kesehatan (Potter, Citra tubuh dapat berubah,karena
2010). Penilaian terhadap suatu operasi, pembedahan atau penyakit
individu dengan personal hygiene yang fisik maka perawat harus membuat
baik apabila, orang tersebut suatu usaha ekstra untuk
dapatmenjaga kebersihan tubuhnya meningkatkan hygienedimana citra
yang meliputi kebersihan kulit, tangan tubuh mempengaruhi cara
dan kuku,dankebersihan genitalia mempertahankan hygiene. Bodyimage
(Frenki, 2011). seseorang berpengaruhi dalam
Personal hygiene menjadi penting pemenuhan personalhygiene karena
karena personal hygiene yang baik akan adanya perubahan fisik sehingga

4
individu tidak peduli terhadap kebersihan dirinya untuk mencegah
kebersihannya. dari kondisi atau keadaan sakit.
b. Praktik Sosial e. Kebudayaan
Kelompok-kelompok sosial Kebudayaan dan nilai pribadi
wadah seorang pasien berhubungan mempengaruhi kemampuan
dapat mempengaruhi bagaimana perawatan personal hygiene. Seseorang
pasien dalam pelaksanaan praktik dari latar belakang kebudayaan yang
personal hygiene. Perawat harus berbeda, mengikuti praktek
menentukan apakah pasien dapat perawatan personal hygiene yang
menyediakan bahan-bahan yang berbeda. Keyakinan yang didasari
penting seperti deodorant, sampo, kultur sering menentukan defenisi
pasta gigi, dan kosmetik. Perawat tentang kesehatan dan perawatan
juga harus menentukan jika diri. Dalam merawat pasien dengan
penggunaan dari produk-produk ini praktik higiene yang berbeda,
merupakan bagian dari kebiasaan perawat menghindari menjadi
sosial yang dipraktekkan oleh pembuat keputusan atau mencoba
kelompok sosial pasien. untuk menentukan standar
c. Status Sosial Ekonomi kebersihannya (Potter & Perry,
Menurut Friedman dalam 2010).
Pratiwi (2011), pendapatan keluarga f. Kebiasaan dan kondisi fisik
akan mempengaruhi kemampuan seseorang
keluarga untuk menyediakan Setiap pasien memiliki keinginan
fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan individu dan pilihan tentang kapan
yang diperlukan untuk menunjang untuk mandi, bercukur, dan
hidup dan kelangsungan hidup melakukan perawatan rambut.
keluarga. Sumber daya ekonomi Orang yang menderita penyakit
seseorang mempengaruhi jenis dan tertentu atau yang menjalani
tingkatan praktik personal hygiene. operasi seringkali kekurangan
Untuk melakukan personal hygiene energi fisik atau ketangkasan untuk
yang baik dibutuhkan sarana dan melakukan personal hygiene. Seorang
prasarana yang memadai, seperti pasien yang menggunakan gips
kamar mandi, peralatan mandi, pada tangannya atau menggunakan
serta peralatan mansi yang cukup. traksi membutuhkan bantuan untuk
d. Pengetahuan mandi yang lengkap. Kondisi
Menurut Notoatmodjo dalam jantung, neurologis, paru-paru, dan
pratiwi (2011) pengetahuan tentang metabolik yang serius dapat
personal hygiene sangat penting, melemahkan atau menjadikan
karena pengetahuan yang baik pasien tidak mampu dan
dapat meningkatkan kesehatan. memerlukan perawatan personal
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene total.
hygiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik METODE PENELITIAN
hygiene. Kendati demikian, Penelitian ini merupakan
pengetahuan itu sendiri tidaklah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
cukup, pasien juga harus cross sectional dimana variabel bebas dan
termotivasi untuk memelihara variabel terikat di observasikan hanya
personal hygiene. Individu dengan sekali pada saat yang sama. Jenis
pengetahuan tentang pentingnya penelitian ini dipilih mengingat tujuan
personal higene akan selalu menjaga yang ingin di capai mencakup usaha-

5
usaha untuk menjelaskan hubungan dan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
pengaruh yang menjadikan kuisioner dari 30 responden terdapat usia 17-21
sebagai alat pengumpul data primer. berjumlah 4 responden atau 13,3%, usia
Populasi pada penelitian ini adalah 22-30 berjumlah 17 responden atau
seluruh ibu hamil yang ada diwilayah 56,67%, dan usia 31-44 berjumlah 9
kerja puskesmas sumberpucung responden atau 30%.
berjumlah 106 orang.Sampel pada Tabel 2 Deskriptif Data Pendidikan dari
penelitian ini adalah seluruh Ibu Hamil Responden Hubungan Pola
yang memiliki kejadian servisitis Seksual dan Personal Hygiene
diwilayah kerja puskesmas Sumberpucung dengan Kejadian Servisitis pada
yang berjumlah 30 orang.Teknik Ibu Hamil
sampling yang di gunakan dalam No Tingkat Ferkuensi Presentase (%)
penelitian ini adalahpurposive sampling, yaitu pendidikan
suatu teknik penetapan sampel dengan 1 SD 3 10
cara memilih sampel diantara populasi 2 SMP 11 36,67
sesuai yang diketahui peneliti, Sehingga, 3 SMA 13 43,3
jumlah sampel dalam penelitian ini 4 SARJANA 3 10
ditentukan sebanyak 30 responden Jumlah 30 100
(Notoatmojo, 2010). Sumber: Data Diolah, 2019
Variabel bebas dalam penelitian Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
ini adalah Hubungan Pola Seksual (X1) dari 30 responden tingkat pendidikan SD
dan Personal Hygiene (X2).Variabel terikat terdapat 3 responden atau 10% yang
dalam penelitian ini adalah kejadian berpendidikan SMP 11 responden atau
Servisitis (Y). Analisa data merupakan 36,67% yang berpendidikan SMA 13
proses yang dilakukan secara sistematis responden atau 43,3% yang
terhadap data yang telah dikumpulkan berpendidikan SARJANA 3 responden
dengan tujuan supaya mudah dideteksi atau 10%.
(Notoatmodjo, 2012). Data-data yang Tabel 3 Deskriptif Data Pekerjaan
telah diolah dan disajikan dalam bentuk Responden Hubungan Pola
tabel dan analisa menggunakan analisis Seksual dan Personal Hygiene
kuantitatif, analisis tersebut untuk dengan Kejadian Servisitis pada
mengetahui tingkat pemaknaan hubungan Ibu Hamil
variabel yang diteliti. Analisis data yang No Jenis pekerjaan Frekuensi Presentase
digunakan dalam penelitian ini adalah (%)
analisis regresi linear berganda. 1 IRT 24 80
2 WIRASWASTA 1 3,33
HASIL DAN PEMBAHASAN 3 SWASTA 5 16,67
A. Data Umum JUMLAH 30 100
Tabel 1 Deskriptif Data Umur Sumber: Data Diolah, 2019
Responden Hubungan Pola Berdasarkan tabel 3 diketahui dari
Seksual dan Personal Hygiene 30 responden berdasarkan pekerjaan
dengan Kejadian Servisitis pada terdapat 24 responden atau 80% Ibu
Ibu Hamil Rumah Tangga, 1 responden atau
No Umur ( Tahun) Frekuensi Presentase (%) 3,33%Wiraswasta, dan 5 responden atau
1 17-21 4 13,33 16,67% Swasta.
2 22-30 17 56,67 B. Data Khusus
3 31- 44 9 30 Analisis data penelitian ini untuk
Jumlah 30 100 mengukur “hubungan pola seksual dan
Sumber: Data Diolah, 2019 personal hygiene dengan kejadian servisitis

6
pada ibu hamil di wilayah kerja Tabel 5 Analisis Koefisien Regresi dan
puskesmas Sumberpucung” di sajikan ThitungHubungan Pola Seksual
pada tabel – tabel berikut : pembahasan (X1) dan Personal Hygiene (X2)
data khusus dari analisa data terhadap dengan Kejadian Servisitis
hubungan pola seksual (X1) dan personal (Y) di Wilayah Kerja Puskesmas
hygiene (X2) terhadap kejadian servisitis Sumberpucung
(Y) pada ibu hamil. Variabel R Koefisien Thitung T0,05
Tabel 4 Analisa Deskriptif Statistika determinasi
Nilai Rata-Rata, Nilai Terbesar (R square)
dan Nilai Terkecil Variabel (X1)
Hubungan Pola Seksual (X1) dan dan (X2)
Personal Hygiene (X2) dengan terhadap (Y)
Kejadian Servisitis (Y) Variabel X1 0.689 0.474 3,925 2.052
Variabel N Nilai Std. terhadap (Y)
Terend TertinRata- devita Variabel X2 4.372
ah ggi rata tion terhadap (Y)
Pola seksual30 1 3 2,1 0,579 Sumber: Data Diolah, 2019
(X1) Dari hasil regresi linear berganda
Personal 30 5 13 10,2 1,972 diketahui bahwa dari kedua variabel yaitu
hygiene (X2) pola seksual (x1) dan personal hygiene (X2)
Kejadian 30 3 9 6,4 1,429 mempunyai hubungan yang signifikan
servisitis terhadap kejadian servisitis (Y) adalah X1
(Y) (pola seksual) dengan nilai Thitung sebesar
Sumber: Data Diolah, 2019 3,925 > Ttabel 2,052 dan nilai Thitung (X2)
Berdasarkan dari tabel diatas personal hygiene sebesar 4,372 > Ttabel 2,052
didapatkan bahwa nilai terendah variabel Nilai koefisien determinasi (Rsquere)
pola seksual (X1) adalah 1, nilai tertinggi sebesar 0,474 artinya hubungan variabel
3, standar deviasi sebesar 0,579 dan nilai pola seksual (X1) dan personal Hygiene (X2)
rata-rata 2,1. Nilai terendah variabel dengan kejadian servisitis berpengaruh
personal hygiene(X2) adalah 5, nilai tertinggi sebesar 47,4% sedangkan 52,6%
13, rata-rata 10,2 dengan standar deviasi dipengaruhi factor lainnya yang tidak
sebesar 1,972. Sedangkan kejadian diteliti.
servisitis (Y) nilai terendah 3, nilai Tabel 6 Analisis Fhitung, Ftabel Hubungan
tertinggi 9, rata – rata 6,4 dengan standar Pola Seksual (X1) dan Personal
deviasi sebesar 1,429. Hygiene (X2) dengan Kejadian
Persamaan regresi linear berganda Servisitis (Y) pada Ibu Hamil di
hasil analisis tersebut adalah : Wilayah Kerja Puskesmas
Y= ß0+ß1X1+ ß2X2+ e Sumberpucung
Y= 1,379 + 0,424(X1) + 0,446(X2) Sumber DerajatJumlah Jumlah Fhitung F0,05
Pada persamaan regresi linear Variasi Bebas Kuadrankuadran
berganda tersebut dapat disimpulkan Tengah
bahwa setiap kenaikan satu skor pola Regresi 22,113 2 18,056 8,5413,354
seksual (X1) akan meningkatkan kejadian Galat 57,087 27 2,114
servisitis (Y) sebesar 0,424. Begitu pula Total 79,200 29
pada variabel personal Hygiene X2 setiap Sumber: Data Diolah, 2019
kenaikan satu skor personal hygiene akan Berdasarkan tabel analisis ragam
meningkatkan kejadian servisitis sebesar regresi di dapatkan nilai Fhitung sebesar
0,446. 8,541 > dari nilai F0,053,354 artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara

7
variabel pola seksual (X1), dan personal signifikan pada tingkat kepercayaan 95%
hygiene (X2), dengan kejadian servisitis (Y). (p=0,000). Artinya, terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara faktor
PEMBAHASAN kebersihan organ reproduksi dengan
Berdasarkan hasil uji regresi linear terjadinya servisitis pada wanita keluarga
berganda didapatkan nilai Thitung variabel PNS di lingkungan Pemprov Kalbar.
pola seksual (X1) sebesar 3,925 > Dibandingkan dengan variabel bebas
Ttabel2.052 artinya terdapat hubungan yang lainnya dalam penelitian ini, hubungan
signifikan antara pola seksual (X1) dengan kebersihan organ reproduksi dengan
kejadian servisitis (Y) dimana diperkuat terjadinya servisitis adalah yang paling
oleh teori yang dikemukan oleh Rosdarni erat. Secara teoritis, (Christiana, dkk,
(2015) secara teoritis salah satu faktor 2012) sudah menegaskan bahwa faktor
resiko servisitis adalah perilaku seksual. lain yang terkait servisitis adalah
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penyebab kebersihan organ kewanitaan atau vulva
servisitis dapat mencakup cedera pada higiene. Vulva Higiene adalah salah satu
serviks uterus karena masuknya benda kegiatan dari tindakan personal higiene.
asing ke dalam vagina, seperti terjadinya Pada wanita terdapat hubungan dari
reaksi alergi terhadap spermisida (Akmal, dunia luar dengan rongga peritoneum
2013). Dengan terbuktinya hubungan melalui vulva, vagina, uterus dan
antara frekuensi hubungan seksdengan tubafalopii dan masing-masing alat
servisitis membawa konsekwensi traktus genetalis memiliki risiko untuk
perlunya setiap pasangan melakukan terkena infeksi. Infeksi saluran reproduksi
hubungan seks secara sehat sesuai dengan seperti servisitis menurut Widyastuti, dkk
usia suami dan istri (Muantaen, 2015). (2009) dapat terjadi sebagai akibat dari
Frekuensi hubungan seks sebaiknya tidak kurangnya kebersihan alat kelamin.
dilakukan secara berlebihan. Menurut Nilai Fhitung sebesar 8,541 > dari
Uyung dalam Priyo (2012), untuk wanita nilai F0,053,354 artinya terdapat pengaruh
usia 40 tahun sebaiknya setiap 3 hari dan yang signifikan antara variabel pola
wanita usia 50 tahun setiap 5 hari. Ketika seksual (X1), dan personal hygiene(X2),
penelitian ini dilakukan, ada beberapa dengan kejadian servisitis (Y). Dilihat dari
kasus menarik yang disampaikan oleh nilai koefisien determinasi (Rsquare) sebesar
responden sebagai bagian dari proses 0.474 artinya hubungan variabel bebas
konseling. dengan kejadian servisitis sebesar 47,4%,
Nilai Thitung variabel personal hygiene sedangkan 52,6% lainnya dipengaruhi
(X2) sebesar 4.372 > Ttabel2.052 artinya oleh faktor lain yang tidak diteliti.
terdapat hubungan yang signifikan antara Dari hasil pembahasan diatas
personal hygiene (X2) dengan kejadian dapat dijelaskan bahwa yang paling
servisitis (Y). Berdasarkan penelitian dominan mempunyai hubungan terhadap
terdahulu yang dilakukan oleh Abrori, kejadian servisitis adalah variabel (X2)
Hernawan, & Inayati tahun 2016 dengan personal hygiene karena dilihat dari Thitung
judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan 4,372 > Ttabel 2,052. Jadi penelitian ini
Dengan Terjadinya Servisitis Pada Wanita sudah sesuai dengan teori dan penelitian
keluarga PNS di lingkungan Pemprov yang ada dan sudah sesuai dengan tujuan
Kalbar” Hasil analisis bivariate penulis untuk membuktikan bahwa
menunjukkan bahwa kebersihan organ adanya hubungan pola seksual dan
reproduksi memang berhubungan dengan personal hygiene dengan kejadian servisitis
terjadinya servisitis. Hal ini diperkuat pada ibu hamil di wilayah kerja
dengan hasil uji yang memperlihatkan puskesmas Sumberpucung.
nilai Chi Square Pearson sebesar 64,114

8
KESIMPULAN JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan
1. Nilai Thitung variabel pola seksual (X1) Normal. Jakarta.
sebesar 3,925 > Ttabel2.052 artinya Manuaba, I.C., Manuaba, I.B.F., &
terdapat hubungan yang signifikan Manuaba, I.B.G. 2009. Buku
antara pola seksual (X1) dengan Ajar Patologi Obstetri, EGC,
kejadian servisitis (Y). Jakarta.
2. Nilai Thitung variabel personal hygiene (X2) Manuaba. IAC., Manuaba, IBGF.,
sebesar 4.372 > Ttabel2.052 artinya Manuaba, IBG. 2012. Ilmu
terdapat hubungan yang signifikan Kebidanan, Penyakit
antara personal hygiene (X2) dengan Kandungan Dan KB Untuk
kejadian servisitis (Y). Pendidikan Bidan. EGC :
3. Nilai Fhitung sebesar 8,541 > dari nilai Jakarta
F0,05(3,354) artinya terdapat pengaruh Marmi. 2012. Asuhan Neonatu, Bayi,
yang signifikan antara variabel pola Balita, Dan Anak Prasekolah.
seksual (X1), dan personal hygiene (X2), Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
dengan kejadian servisitis (Y). Nilai Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri
koefisien determinasi (Rsquare) sebesar Obstetri Fisiologi Obstetri
0,474 artinya hubungan variabel bebas Patologi Jilid 1. EGC: Jakarta.
dengan kejadian servisitis sebesar Muslihatun W N. 2010. Asuhan
47,4%, sedangkan 52,6% lainnya Neonatus Bayi Dan Balita,
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak Fitramaya; Yogyakarta.
diteliti. Muslimatun, Nur Wafi.2010. Asuhan
4. Dilihat dari hubungan kedua variabel Neonatus Bayi &
independen (X) terhadap variabel Balita,Yogyakarta.
dependen (Y) dapat disimpulkan Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
bahwa variabel X2 (personal hygiene) Metodologi penelitian
lebih dominan terhadap kejadian kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
servisitis (Y) yang dibuktikan dengan Nurhidayah, 2015. Proses Komunikasi
nilai Thitung 4.372> T0,05 2.052 Intrapersonal Prosedur Dalam
Sentuhan Qolbu.Skripsi.
UCAPAN TERIMAKASIH Fakultas Dakwah Dan
Kepada seluruh pimpinan dan Komunikasi Universitas Negeri
staf Puskesmas Sumberpucung dan Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
seluruh responden dalam penelitian ini. Nursalam. 2003. Konsep dan
Penerapan Metodologi
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta.
Agustin. 2015. Analisis Meltifaktor Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu
Yang Mempengruhi Asfiksia Kebidanan. YBPSP : Jakarta.
Neonatorum. Jurnal Kesehatan Prawirohardjo, sarwono. 2010. Ilmu
Masyarakat. Magister Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka
Kesehatan Masyarakat. Program Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Pasca Sarjana UNS. Saifudin, Abdul Bari. 2012. Buku
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Panduan Praktis Pelayanan
Asuhan Neonatus Bayi Dan Kesehatan Maternal Dan
Anak Balita. Trans Info Medika: Neonatal. YBPSP, Jakarta.
Jakarta. Triana, Dkk. 2015. Kegawatdaruratan
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Maternal Dan Neonatal.
Normal. Jakarta. Deepublish: Yogyakarta.

9
UNPAD. 2012. Obstetri Patologi.
Elstar Offset; Bandung.
Vivian Lia Nanny. 2011. Asuhan
Neonatus Bayi Dan Anak
Balita. Salemba medika, Jakarta.
Wahyuni S. 2010.

10

Anda mungkin juga menyukai