LAPORAN
OLEH :
LAPORAN
OLEH :
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen penilaian
di Laboratoium Perkebunan B Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
(Hevea brasiliensis)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi
Penulis berterima kasih kepada Ir. Irsal, MP selaku dosen mata kuliah
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ...................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
berasal dari benua Amerika dan saat ini telah menyebar luas ke seluruh dunia. Karet
dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda pada tahun 1900-an. Tanaman
pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam pelestarian lingkungan dan
luas areal perkebunan karet nasional pada tiga tahun terakhir ini sebesar 3.555.946
Ha pada tahun 2013, 3.606.245 Ha pada tahun 2014 dan diperkiran meningkat pada
tahun 2015 menjadi seluas 3.656.057 Ha. Namun dalam upaya peningkatan
produksi tanaman karet selama ini masih mengalami berbagai kendala, salah
tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda,
tergantung pada potensi dan faktor penghambat yang terdapat pada sumberdaya
lahan bersangkutan apabila akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara
spesifik. Perkataan spesifik mengandung arti bahwa pada suatu areal tertentu
2
mungkin saja sangat cocok untuk penggunaan A misalnya, tetapi tidak cocok untuk
penggunaan B. Hal ini sangat tergantung pada persyaratan yang diperlukan oleh
Order, Kelas,Sub Kelas dan Unit. Order menggambarkan macam atau jenis
kesesuaian, dibagi dalam sesuai atau tidak sesuai. Kelas menggambarkan tingkat
perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas, Unit adalah menggambarkan sifat
tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas (Mahi, 2015).
Salah satu metode yang sering dipakai dalam evaluasi kesesuaian lahan
lahan yakni dengan membandingkan kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai
terendah (terberat) sebagai faktor pembatas dalam evaluasi kesesuaian lahan. Pada
metode faktor, setiap sifat-sifat lahan atau kualitas lahan disusun berurutan mulai
yang terbaik (yang memiliki pembatas paling rendah) hingga yang terburuk atau
terbaik dan faktor pembatas terbesar untuk kelas terburuk (Rayes, 2006).
kelestarian lingkungan dan harus sesuai dengan tingkat kesesuaian dan potensi
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui apa apa saja
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
cocok. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15°LS dan
15°LU. Diluar zona tersebut biasanya pertumbuhan tanam karet agak terhambat
sehingga masa awal produksinya juga terlambat. Umumnya tanaman karet tumbuh
optimum pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.
Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak tidak cocok untuk
ketinggian optimal 200 dari permukaan laut. Pertanaman yang terletak di ketinggian
tempat lebih dari 600 m menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan hasilnya lebih
rendah. Letak elevasi berkorelasi positif dengan temperature udara, pohon karet
28oC. Semakin tinggi elevasi temperature semakin rendah dan hal ini akan
sehingga mudah ditembus air. Meskipun demikian, tanah dengan kandungan pasir
kuarsa tinggi kurang baik untuk penanaman karet. Sementara derajat keasaman atau
pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-8) dan
tanaman karet dengan pH 5-6 lebih sesuai untuk pertumbuhan. Kontur tanah yang
Pohon karet terpengaruh oleh angin dan efek terhadap pertumbuhan pohon
karet cukup besar. Pohon menjadi rusak jika tertiup angin kencang. Cabang yang
patah atau rusak akan menggangngu proses fotisintesis sehingga kepampuan pohon
Tanaman karet ditanaman untuk diambil getahnya (lateks) atau cairan yang
terdapat pada pembuluh lateks. Dapat diperkirakan bangaimana peran air hujan
terhadap metabolism tumbuhan karet. Kebutuhan pohon karet akan suplai air hujan
untuk menjamin hasil getah yang baik adalah cukup tinggi. Curah hujan optimal
adalah berkisar 2500 mm sampai 4000 mm tahun. Penyebaran hari hujan dalam
setahun berpengaruh terhadap produksi. Pada musim kemarau atau pada bulan
bulan kering (curah hujan < 60 mm) hasil lateks akan berkurang dan pada puncak
musim kemarau pohon tidak dibenarkan disadap karena kalau disadap akan
merusak kesehatan pohon dan hasil lateks pun sedikit. Hujan yang turun pada pagi
hari akan menurunkan produksi getah. Dengan melihat curuh hujan yang
dibutuhkan cukup tinggi tersebut, maka daerah yang cocok atau yang memiliki
karakter curah hujan tersebut adalah karakter daerah Indonesia bagian barat. Oleh
sebab itu. perkebunan karet banyak menyebar di daerah Indonesia Barat di pulau
berbagai jenis tanah, baik tanah vulkanis muda maupun tanah vulkanis tua.
Terdapat juga perkebunan yang pohon karetnya tumbuh dengan baik di tanah
alluvial dan bahkan pada tanah gambut. Tanah tanah vulkanik umumnya memiliki
sifat fisik yang cukup baik seperti struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah,
6
aerasi yang ditentukan oleh sifat agregat dan pori mikro dan makro, dan drainase.
Akan tetapi sifat kimianya umumnya kurang baik karena kandungan unsure
haranya yang relative rendah. Tanah tanah alluvial umumnya cukup subur karena
tanah ini merupakan endapan dari hasil illuviasi tanah yang terbawa erosi. Untuk
pengkondisian aerasi yang intensif. Kondisi keasaman tanah atau pH yang baik
untuk pertanaman karet kisarannya cukup luas dari tanah asam samapai tanah cukup
basa. pH berkisar antara 3,0 sampai 8,0. Keasaman tanah dengan pH di bawah 3,0
atau di atas 8,0 dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Kondisi dan
sifat-sifat tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan pohon karet yang baik
diantaranya meliputi : Sruktur tanah remah, kondisinya porus tetapi dapat menahan
air. Lapisan solum tanah cukup dalam pada kedalaman 100 cm bahkan lebih tidak
terdapat lapisan yang berbatu. Aerasi dan drainase baik . Tektur berkisar kandungan
fraksi liat 35% dan fraksi pasir 30%. Tidak bergambut, atau jika ada tidak melebihi
ketebalan 20 cm. Kandungan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium cukup dan
memiliki kandungan hara mikro yang cukup. Keasaman (pH) 4,5 samapai 6,5.
dilaksanakan secara virtual menggunakan aplikasi Google Meet setiap hari Senin
sebagai alat untuk mengikuti praktikum secara online melalui aplikasi Google
Meet, pulpen untuk menulis dan laptop sebagai alat untuk membuat laporan
mengenai morfologi karet sebagai referensi untuk memahami praktikum dan proses
pembelajaran dan buku sebagai media untuk menulis materi yang disampaikan.
Metode Praktikum
internet.
Microsoft Word.
Hasil
2010 2011
Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar) Luas Tanam Tanaman Karet Perkebuna (Hektar)
Kecamatan
Belum Tidak Belum Tidak
Menghasilkan Jumlah Menghasilkan Jumlah
Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan
Bohorok 342.00 5 896.00 7.00 6 245.00 357.00 5 896.00 7.00 6 260.00
Sirapit 110.00 2 200.00 8.00 2 318.00 156.00 2 200.00 8.00 2 364.00
Salapian 265.00 8 287.00 15.00 8 567.00 285.00 8 287.00 15.00 8 587.00
Kutambaru 166.00 2 875.00 17.00 3 058.00 178.00 2 875.00 17.00 3 070.00
Sei Bingai 151.00 2 190.00 27.00 2 368.00 151.00 2.205.00 12.00 2 368.00
Kuala 58.00 1 770.00 20.00 1 848.00 72.00 1.770.00 13.00 1 855.00
Selesai 50.00 1 352.00 15.00 1 417.00 65.00 1 352.00 15.00 1 432.00
Binjai 3.00 9.00 - 12.00 3.00 9.00 - 12.00
Stabat 4.00 31.00 1.00 36.00 4.00 31.00 1.00 36.00
Wampu 142.00 1 732.00 5.00 1 879.00 179.00 1 732.00 5.00 1 916.00
Batang Serangan 297.00 4 413.00 10.00 4 720.00 308.00 4 413.00 10.00 4 731.00
Sawit Seberang 143.00 1 036.00 13.00 1 192.00 163.00 1 036.00 13.00 1 212.00
Padang Tualang 85.00 1 158.00 2.00 1 245.00 105.00 1 158.00 2.00 1 265.00
Hinai 24.00 36.00 - 60.00 29.00 36.00 - 65.00
Secanggang - 5.00 - 5.00 - 5.00 - 5.00
Tanjung Pura - 2.00 - 2.00 - 2.00 - 2.00
Gebang 11.00 78.00 1.00 90.00 31.00 78.00 1.00 110.00
Babalan 20.00 187.00 5.00 212.00 25.00 187.00 - 212.00
Sei Lepan 202.00 3 085.00 5.00 3 292.00 227.00 3 085.00 5.00 3 317.00
Brandan Barat 38.00 209.00 - 247.00 38.00 209.00 - 247.00
Besitang 125.00 2 557.00 48.00 2 730.00 153.00 2 557.00 20.00 2 730.00
Pangkalan Susu 40.00 105.00 3.00 148.00 40.00 105.00 3.00 148.00
Pematang Jaya 56.00 305.00 4.00 365.00 71.00 305.00 4.00 380.00
LANGKAT 2 332.00 39 518.00 206.00 42 056.00 2 640.00 39 533.00 151.00 42 324.00
2014 2015
Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar) Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar)
Belum Tidak Belum Tidak
Menghasilkan Jumlah Menghasilkan Jumlah
Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan
582.00 6 026.00 14.00 6 622.00 560.00 6 028.00 - 6 588.00
146.00 2 200.00 - 2 346.00 141.00 2 194.00 - 2 335.00
312.00 7 952.00 14.00 8 278.00 311.00 7 935.00 - 8 246.00
155.00 2 878.00 3.00 3 036.00 150.00 2 850.00 1 3 001.00
170.00 2 175.00 3.00 2 348.00 170.00 2 155.00 1 2 326.00
72.00 1 640.00 3.00 1 715.00 70.00 1 640.00 2 1 712.00
40.00 1 176.00 - 1 216.00 40.00 1 176.00 - 1 216.00
3.00 9.00 - 12.00 3.00 9.00 - 12.00
6.00 31.00 - 37.00 6.00 31.00 - 37.00
234.00 1 727.00 7.00 1 968.00 230.00 1 717.00 1 1 984.00
368.00 4 400.00 2.00 4 770.00 368.00 4 375.00 2 4 745.00
173.00 1 011.00 - 1 184.00 173.00 996.00 - 1 169.00
134.00 1 141.00 - 1 275.00 130.00 1 128.00 - 1 258.00
36.00 26.00 - 62.00 40.00 26.00 - 66.00
10.00 5.00 - 15.00 18.00 5.00 - 23.00
- 2.00 - 2.00 - 2.00 - 2.00
31.00 71.00 1.00 103.00 31.00 71.00 1 103.00
25.00 187.00 - 212.00 25.00 187.00 - 212.00
378.00 3 276.00 7.00 3 661.00 376.00 3 230.00 2 3 608.00
36.00 195.00 - 231.00 36.00 188.00 - 224.00
150.00 2 510.00 12.00 2 672.00 150.00 2 488.00 4 2 642.00
40.00 91.00 - 131.00 40.00 90.00 - 130.00
91.00 289.00 - 380.00 91.00 285.00 - 376.00
3 192.00 39 018.00 66.00 42 276.00 3 159.00 38 806.00 14 41 979.00
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Langkat, 2010-2015
Pembahasan
Kesesuaian iklim tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki
curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2.703,2 mm dan suhu rata-rata tahunan
adalah 26,7°C. Suhu tertinggi terjadi pada Mei sekitar 31,6°C dan suhu udara
minimum 21,9°C terjadi pada bulan Januari, yang artinya kesesuaian iklim kota
Binjai untuk tanaman karet pada taraf S1. Hal ini sesuai dengan literatur
Basuki (1983) dan Soetojo (1979) yang menyatakan bahwasannya pohon karet
28oC. Curah hujan optimal adalah berkisar 2500 mm sampai 4000 mm tahun.
Kesesuaian lahan tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki
kemiringan lereng sekitar 0-15% dan ketinggian tempat rata-rata yaitu 28 mdpl,
yaitu artinya kesesuaian kemiringan lereng dan ketinggian tempat Kota Binjai
untuk tanaman karet pada taraf S2. Hal ini sesuai dengan literatur Basuki (1983)
10
dan Rao (1971) yang menyatakan bahwasannya tanaman karet termasuk tumbuhan
yang berkembang di dataran rendah., ketinggian optimal 200 dari permukaan laut.
pertumbuhan yang lambat dan hasilnya lebih rendah dan topografi yang baik
KESIMPULAN
1. Kesesuaian iklim tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki
tahunan adalah 26,7°C. Suhu tertinggi terjadi pada Mei sekitar 31,6°C dan
suhu udara minimum 21,9°C terjadi pada bulan Januari, yang artinya
kesesuaian iklim kota Binjai untuk tanaman karet pada taraf S1.
2. Kesesuaian lahan tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Dijkman, M.J. 1951. Hevea, Thirty Years of Research in The Far East. University
of Miami Press Florida.
Mahi, A.K., 2015, Survei Tanah Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan,
Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pulungan, M.H., Lubis, L., Zahara, F., Fairuzah, Z. 2014. Uji Efektifitas
Trichoderma harzianum dengan Formulasi Granular Ragi untuk
Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet di
Pembibitan. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (2): 497-512.
Rayes, M.Luthfi, 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan ,Andi Press,
Yogyakarta.
Setiawan Dan Andoko . 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media
Pustaka . Jakarta. 37-39 hal.
Situmorang, A., dan A. Budiman, 1996. Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat. Pusat
Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa.
Tufaila, M., Aliyaman, S.Ginting., S.Alam, 2014 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk
Tanaman Kopi, Kakao dan Jambu Mete di Kecamatan Moramo Utara
Kabupaten Konawe Selatan, Jurnal Agroteknos Nopember 2014 ,Vol.4 no.3
Hal 167-173.