Anda di halaman 1dari 16

PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

LAPORAN

OLEH :

DEA ANANDA AMY LESTARI


190301051
AGRONOMI 2019

LABORATORIUM PERKEBUNAN B KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

LAPORAN

OLEH :

DEA ANANDA AMY LESTARI


190301051
AGRONOMI 2019

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen penilaian
di Laboratoium Perkebunan B Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Irsal, MP)


NIP : 196301311989031004

LABORATORIUM PERKEBUNAN B KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet

(Hevea brasiliensis)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi

komponen penilaian pada Laboratorium Perkebunan B Karet dan Kelapa Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis berterima kasih kepada Ir. Irsal, MP selaku dosen mata kuliah

Perkebunan B Karet dan Kelapa yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Binjai, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ...................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan .................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum .................................................................. 7
Alat dan Bahan Praktikum ........................................................................ 7
Prosedur Praktikum ................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .......................................................................................................... 8
Pembahasan ............................................................................................... 9

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman yang

berasal dari benua Amerika dan saat ini telah menyebar luas ke seluruh dunia. Karet

dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda pada tahun 1900-an. Tanaman

karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di

Indonesia, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai

pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam pelestarian lingkungan dan

sumber daya hayati (Pulungan, 2014).

Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia, dengan

luas areal perkebunan karet nasional pada tiga tahun terakhir ini sebesar 3.555.946

Ha pada tahun 2013, 3.606.245 Ha pada tahun 2014 dan diperkiran meningkat pada

tahun 2015 menjadi seluas 3.656.057 Ha. Namun dalam upaya peningkatan

produksi tanaman karet selama ini masih mengalami berbagai kendala, salah

satunya adalah penyakit karet. Penyakit karet merupakan masalah penting di

perkebunan karet karena mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup tinggi.

Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya kehilangan hasil akibat kerusakan

tanaman, akan tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya

pengendaliannya (Situmorang dan Budiman, 1996).

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan spesifik pada

tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda,

tergantung pada potensi dan faktor penghambat yang terdapat pada sumberdaya

lahan bersangkutan apabila akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara

spesifik. Perkataan spesifik mengandung arti bahwa pada suatu areal tertentu
2

mungkin saja sangat cocok untuk penggunaan A misalnya, tetapi tidak cocok untuk

penggunaan B. Hal ini sangat tergantung pada persyaratan yang diperlukan oleh

suatu penggunaan tertentu tersebut (Mahi, 2015).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan pertanian dibagi 4 kategori, yaitu

Order, Kelas,Sub Kelas dan Unit. Order menggambarkan macam atau jenis

kesesuaian, dibagi dalam sesuai atau tidak sesuai. Kelas menggambarkan tingkat

kesesuaian di dalam kelas, Sub kelas menggambarkan macam pembatas atau

perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas, Unit adalah menggambarkan sifat

tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas (Mahi, 2015).

Salah satu metode yang sering dipakai dalam evaluasi kesesuaian lahan

adalah metode matching. Metode matching dalam proses penilaian kesesuaian

lahan yakni dengan membandingkan kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai

terendah (terberat) sebagai faktor pembatas dalam evaluasi kesesuaian lahan. Pada

metode faktor, setiap sifat-sifat lahan atau kualitas lahan disusun berurutan mulai

yang terbaik (yang memiliki pembatas paling rendah) hingga yang terburuk atau

yang terbesar penghambatnya, sehingga faktor pembatas terkecil untuk kelas

terbaik dan faktor pembatas terbesar untuk kelas terburuk (Rayes, 2006).

Pemanfaatan lahan sebagai sumber daya alam, khususnya dalam

pengembangan suatu komoditas pertanian perlu mempertimbangkan aspek – aspek

kelestarian lingkungan dan harus sesuai dengan tingkat kesesuaian dan potensi

lahan tersebut (Tufaila et.al, 2014).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui apa apa saja

persyaratan tumbuh seta kesesuaian iklim dan tanah (lahan) tanaman

karet (Hevea brasiliensis) di Kota Binjai, Sumatera Utara.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan B Karet dan

Kelapa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet akan baik pertumbuhannya jika ditanam di daerah yang

cocok. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15°LS dan

15°LU. Diluar zona tersebut biasanya pertumbuhan tanam karet agak terhambat

sehingga masa awal produksinya juga terlambat. Umumnya tanaman karet tumbuh

optimum pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.

Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak tidak cocok untuk

pertumbuhan tanaman karet. Perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi

suhu, tingkat pencahayaan dan curah hujan pada tanaman

karet (Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet termasuk tumbuhan yang berkembang di dataran rendah.,

ketinggian optimal 200 dari permukaan laut. Pertanaman yang terletak di ketinggian

tempat lebih dari 600 m menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan hasilnya lebih

rendah. Letak elevasi berkorelasi positif dengan temperature udara, pohon karet

menghendaki temperature berkisar 25oC sampai 35oC dengan temperature rata

28oC. Semakin tinggi elevasi temperature semakin rendah dan hal ini akan

memperlambat umur matang sadap (Basuki, 1983).

Secara umum tanaman karet menghendaki tanah dengan struktur ringan,

sehingga mudah ditembus air. Meskipun demikian, tanah dengan kandungan pasir

kuarsa tinggi kurang baik untuk penanaman karet. Sementara derajat keasaman atau

pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-8) dan

tanaman karet dengan pH 5-6 lebih sesuai untuk pertumbuhan. Kontur tanah yang

datar lebih baik dibandingkan dengan yang berbukit-

bukit (Setiawan dan Andoko, 2008).


5

Pohon karet terpengaruh oleh angin dan efek terhadap pertumbuhan pohon

karet cukup besar. Pohon menjadi rusak jika tertiup angin kencang. Cabang yang

patah atau rusak akan menggangngu proses fotisintesis sehingga kepampuan pohon

untuk memproduksi lateks menjadi berkurang. Dengan demikian produksi tanaman

menurun (Dijkman, 1951).

Tanaman karet ditanaman untuk diambil getahnya (lateks) atau cairan yang

terdapat pada pembuluh lateks. Dapat diperkirakan bangaimana peran air hujan

terhadap metabolism tumbuhan karet. Kebutuhan pohon karet akan suplai air hujan

untuk menjamin hasil getah yang baik adalah cukup tinggi. Curah hujan optimal

adalah berkisar 2500 mm sampai 4000 mm tahun. Penyebaran hari hujan dalam

setahun berpengaruh terhadap produksi. Pada musim kemarau atau pada bulan

bulan kering (curah hujan < 60 mm) hasil lateks akan berkurang dan pada puncak

musim kemarau pohon tidak dibenarkan disadap karena kalau disadap akan

merusak kesehatan pohon dan hasil lateks pun sedikit. Hujan yang turun pada pagi

hari akan menurunkan produksi getah. Dengan melihat curuh hujan yang

dibutuhkan cukup tinggi tersebut, maka daerah yang cocok atau yang memiliki

karakter curah hujan tersebut adalah karakter daerah Indonesia bagian barat. Oleh

sebab itu. perkebunan karet banyak menyebar di daerah Indonesia Barat di pulau

Jawa, Kalimantan dan Sumatra (Soetojo, 1979).

Tanaman karet dapat beradaptasi dan berkembang dengan baik pada

berbagai jenis tanah, baik tanah vulkanis muda maupun tanah vulkanis tua.

Terdapat juga perkebunan yang pohon karetnya tumbuh dengan baik di tanah

alluvial dan bahkan pada tanah gambut. Tanah tanah vulkanik umumnya memiliki

sifat fisik yang cukup baik seperti struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah,
6

aerasi yang ditentukan oleh sifat agregat dan pori mikro dan makro, dan drainase.

Akan tetapi sifat kimianya umumnya kurang baik karena kandungan unsure

haranya yang relative rendah. Tanah tanah alluvial umumnya cukup subur karena

tanah ini merupakan endapan dari hasil illuviasi tanah yang terbawa erosi. Untuk

perkebunan karet di tanah jenis alluvial memerlukan teknik drainase dan

pengkondisian aerasi yang intensif. Kondisi keasaman tanah atau pH yang baik

untuk pertanaman karet kisarannya cukup luas dari tanah asam samapai tanah cukup

basa. pH berkisar antara 3,0 sampai 8,0. Keasaman tanah dengan pH di bawah 3,0

atau di atas 8,0 dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Kondisi dan

sifat-sifat tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan pohon karet yang baik

diantaranya meliputi : Sruktur tanah remah, kondisinya porus tetapi dapat menahan

air. Lapisan solum tanah cukup dalam pada kedalaman 100 cm bahkan lebih tidak

terdapat lapisan yang berbatu. Aerasi dan drainase baik . Tektur berkisar kandungan

fraksi liat 35% dan fraksi pasir 30%. Tidak bergambut, atau jika ada tidak melebihi

ketebalan 20 cm. Kandungan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium cukup dan

memiliki kandungan hara mikro yang cukup. Keasaman (pH) 4,5 samapai 6,5.

Topografi yang baik dengan kemiringan tidak melebihi 16%. Kedalaman

permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Rao,1971).


7

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan di Binjai, Sumatera Utara yang

dilaksanakan secara virtual menggunakan aplikasi Google Meet setiap hari Senin

pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop/handphone

sebagai alat untuk mengikuti praktikum secara online melalui aplikasi Google

Meet, pulpen untuk menulis dan laptop sebagai alat untuk membuat laporan

praktikum dan kamera hp untuk dokumentasi.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah literatur/jurnal

mengenai morfologi karet sebagai referensi untuk memahami praktikum dan proses

pembelajaran dan buku sebagai media untuk menulis materi yang disampaikan.

Metode Praktikum

1. Dicari jurnal/literatur mengenai morfologi karet (Hevea brasiliensis) di

internet.

2. Didownload hasil pencarian jurnal ke Laptop atau HP

3. Diketik laporan praktikum mengenai persyaratan pertumbuhan tanaman

karet (Hevea brasiliensis) sesuai format yang telah ditentukan pada

Microsoft Word.

4. Dikerjakan laporan sesuai dengan referensi yang telah dicari


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Luas Tanam Tanaman Karet Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan, 2010-2015

2010 2011
Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar) Luas Tanam Tanaman Karet Perkebuna (Hektar)
Kecamatan
Belum Tidak Belum Tidak
Menghasilkan Jumlah Menghasilkan Jumlah
Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan
Bohorok 342.00 5 896.00 7.00 6 245.00 357.00 5 896.00 7.00 6 260.00
Sirapit 110.00 2 200.00 8.00 2 318.00 156.00 2 200.00 8.00 2 364.00
Salapian 265.00 8 287.00 15.00 8 567.00 285.00 8 287.00 15.00 8 587.00
Kutambaru 166.00 2 875.00 17.00 3 058.00 178.00 2 875.00 17.00 3 070.00
Sei Bingai 151.00 2 190.00 27.00 2 368.00 151.00 2.205.00 12.00 2 368.00
Kuala 58.00 1 770.00 20.00 1 848.00 72.00 1.770.00 13.00 1 855.00
Selesai 50.00 1 352.00 15.00 1 417.00 65.00 1 352.00 15.00 1 432.00
Binjai 3.00 9.00 - 12.00 3.00 9.00 - 12.00
Stabat 4.00 31.00 1.00 36.00 4.00 31.00 1.00 36.00
Wampu 142.00 1 732.00 5.00 1 879.00 179.00 1 732.00 5.00 1 916.00
Batang Serangan 297.00 4 413.00 10.00 4 720.00 308.00 4 413.00 10.00 4 731.00
Sawit Seberang 143.00 1 036.00 13.00 1 192.00 163.00 1 036.00 13.00 1 212.00
Padang Tualang 85.00 1 158.00 2.00 1 245.00 105.00 1 158.00 2.00 1 265.00
Hinai 24.00 36.00 - 60.00 29.00 36.00 - 65.00
Secanggang - 5.00 - 5.00 - 5.00 - 5.00
Tanjung Pura - 2.00 - 2.00 - 2.00 - 2.00
Gebang 11.00 78.00 1.00 90.00 31.00 78.00 1.00 110.00
Babalan 20.00 187.00 5.00 212.00 25.00 187.00 - 212.00
Sei Lepan 202.00 3 085.00 5.00 3 292.00 227.00 3 085.00 5.00 3 317.00
Brandan Barat 38.00 209.00 - 247.00 38.00 209.00 - 247.00
Besitang 125.00 2 557.00 48.00 2 730.00 153.00 2 557.00 20.00 2 730.00
Pangkalan Susu 40.00 105.00 3.00 148.00 40.00 105.00 3.00 148.00
Pematang Jaya 56.00 305.00 4.00 365.00 71.00 305.00 4.00 380.00
LANGKAT 2 332.00 39 518.00 206.00 42 056.00 2 640.00 39 533.00 151.00 42 324.00

Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Langkat, 2010-2015


2012 2013
Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar) Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar)
Belum Tidak Belum Tidak
Menghasilkan Jumlah Menghasilkan Jumlah
Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan
457.00 6 096.00 - 6 553.00 582.00 6 076.00 20.00 6 678.00
156.00 2 200.00 8.00 2 364.00 156.00 2 200.00 8.00 2 364.00
285.00 7 987.00 13.00 8 285.00 335.00 7 987.00 - 8 322.00
155.00 2 898.00 - 3 053.00 155.00 2 898.00 - 3 053.00
161.00 2 205.00 12.00 2 378.00 186.00 2 200.00 7.00 2 393.00
72.00 1 670.00 8.00 1 750.00 72.00 1 655.00 15.00 1 742.00
65.00 1 251.00 15.00 1 331.00 65.00 1 236.00 15.00 1 316.00
3.00 9.00 - 12.00 3.00 9.00 - 12.00
4.00 31.00 1.00 36.00 6.00 31.00 - 37.00
214.00 1 732.00 45.00 1 991.00 234.00 1 732.00 20.00 1 986.00
318.00 4 413.00 10.00 4 741.00 368.00 4 413.00 10.00 4 791.00
173.00 1 036.00 13.00 1 222.00 173.00 1 036.00 13.00 1 222.00
134.00 1 158.00 3.00 1 295.00 134.00 1 158.00 3.00 1 295.00
39.00 36.00 - 75.00 39.00 36.00 - 75.00
10.00 5.00 - 15.00 10.00 5.00 - 15.00
- 2.00 - 2.00 - 2.00 - 2.00
31.00 78.00 1.00 110.00 31.00 78.00 1.00 110.00
25.00 187.00 - 212.00 25.00 187.00 - 212.00
353.00 3 285.00 35.00 3 673.00 378.00 3 285.00 10.00 3 673.00
38.00 209.00 - 247.00 38.00 209.00 - 247.00
153.00 2 557.00 - 2 710.00 153.00 2 557.00 - 2 710.00
40.00 105.00 7.00 152.00 40.00 105.00 7.00 152.00
71.00 305.00 4.00 380.00 91.00 305.00 5.00 401.00
2 957.00 39 455.00 175.00 42 587.00 3 274.00 39 400.00 134.00 42 808.00
9

2014 2015
Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar) Luas Tanam Tanaman Karet (Hektar)
Belum Tidak Belum Tidak
Menghasilkan Jumlah Menghasilkan Jumlah
Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan
582.00 6 026.00 14.00 6 622.00 560.00 6 028.00 - 6 588.00
146.00 2 200.00 - 2 346.00 141.00 2 194.00 - 2 335.00
312.00 7 952.00 14.00 8 278.00 311.00 7 935.00 - 8 246.00
155.00 2 878.00 3.00 3 036.00 150.00 2 850.00 1 3 001.00
170.00 2 175.00 3.00 2 348.00 170.00 2 155.00 1 2 326.00
72.00 1 640.00 3.00 1 715.00 70.00 1 640.00 2 1 712.00
40.00 1 176.00 - 1 216.00 40.00 1 176.00 - 1 216.00
3.00 9.00 - 12.00 3.00 9.00 - 12.00
6.00 31.00 - 37.00 6.00 31.00 - 37.00
234.00 1 727.00 7.00 1 968.00 230.00 1 717.00 1 1 984.00
368.00 4 400.00 2.00 4 770.00 368.00 4 375.00 2 4 745.00
173.00 1 011.00 - 1 184.00 173.00 996.00 - 1 169.00
134.00 1 141.00 - 1 275.00 130.00 1 128.00 - 1 258.00
36.00 26.00 - 62.00 40.00 26.00 - 66.00
10.00 5.00 - 15.00 18.00 5.00 - 23.00
- 2.00 - 2.00 - 2.00 - 2.00
31.00 71.00 1.00 103.00 31.00 71.00 1 103.00
25.00 187.00 - 212.00 25.00 187.00 - 212.00
378.00 3 276.00 7.00 3 661.00 376.00 3 230.00 2 3 608.00
36.00 195.00 - 231.00 36.00 188.00 - 224.00
150.00 2 510.00 12.00 2 672.00 150.00 2 488.00 4 2 642.00
40.00 91.00 - 131.00 40.00 90.00 - 130.00
91.00 289.00 - 380.00 91.00 285.00 - 376.00
3 192.00 39 018.00 66.00 42 276.00 3 159.00 38 806.00 14 41 979.00
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Langkat, 2010-2015

Pembahasan

Kesesuaian iklim tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki

curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2.703,2 mm dan suhu rata-rata tahunan

adalah 26,7°C. Suhu tertinggi terjadi pada Mei sekitar 31,6°C dan suhu udara

minimum 21,9°C terjadi pada bulan Januari, yang artinya kesesuaian iklim kota

Binjai untuk tanaman karet pada taraf S1. Hal ini sesuai dengan literatur

Basuki (1983) dan Soetojo (1979) yang menyatakan bahwasannya pohon karet

menghendaki temperature berkisar 25oC sampai 35oC dengan temperature rata-rata

28oC. Curah hujan optimal adalah berkisar 2500 mm sampai 4000 mm tahun.

Kesesuaian lahan tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki

kemiringan lereng sekitar 0-15% dan ketinggian tempat rata-rata yaitu 28 mdpl,

yaitu artinya kesesuaian kemiringan lereng dan ketinggian tempat Kota Binjai

untuk tanaman karet pada taraf S2. Hal ini sesuai dengan literatur Basuki (1983)
10

dan Rao (1971) yang menyatakan bahwasannya tanaman karet termasuk tumbuhan

yang berkembang di dataran rendah., ketinggian optimal 200 dari permukaan laut.

Pertanaman yang terletak di ketinggian tempat lebih dari 600 m menunjukkan

pertumbuhan yang lambat dan hasilnya lebih rendah dan topografi yang baik

dengan kemiringan tidak melebihi 16%.


11

KESIMPULAN

1. Kesesuaian iklim tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki

curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2.703,2 mm dan suhu rata-rata

tahunan adalah 26,7°C. Suhu tertinggi terjadi pada Mei sekitar 31,6°C dan

suhu udara minimum 21,9°C terjadi pada bulan Januari, yang artinya

kesesuaian iklim kota Binjai untuk tanaman karet pada taraf S1.

2. Kesesuaian lahan tanaman karet di Kota Binjai yaitu Kota Binjai memiliki

kemiringan lereng sekitar 0-15% dan ketinggian tempat rata-rata yaitu 28

mdpl, yaitu artinya kesesuaian kemiringan lereng dan ketinggian tempat

Kota Binjai untuk tanaman karet pada taraf S2.


12

DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 1983. Perkembangan Penyadapan Mikro pada Tanaman Karet. Menara


perkebunan. Kuala Lumpur.

Dijkman, M.J. 1951. Hevea, Thirty Years of Research in The Far East. University
of Miami Press Florida.

Mahi, A.K., 2015, Survei Tanah Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan,
Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Pulungan, M.H., Lubis, L., Zahara, F., Fairuzah, Z. 2014. Uji Efektifitas
Trichoderma harzianum dengan Formulasi Granular Ragi untuk
Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet di
Pembibitan. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (2): 497-512.

Rao, B. Sripathi.1975.. Maladies of Hevea in Malaysia. Rubber Research of


Malaysia

Rayes, M.Luthfi, 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan ,Andi Press,
Yogyakarta.

Setiawan Dan Andoko . 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media
Pustaka . Jakarta. 37-39 hal.

Setyamidjaja.1993. Karet Budidaya dan Pengolahan.Kanisius. Yogyakarta.


207 hal.

Soetejo R. 1979. Karet. PT. Soeroengan .Jakarta.

Situmorang, A., dan A. Budiman, 1996. Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat. Pusat
Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa.

Tufaila, M., Aliyaman, S.Ginting., S.Alam, 2014 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk
Tanaman Kopi, Kakao dan Jambu Mete di Kecamatan Moramo Utara
Kabupaten Konawe Selatan, Jurnal Agroteknos Nopember 2014 ,Vol.4 no.3
Hal 167-173.

Anda mungkin juga menyukai