Anda di halaman 1dari 12

POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Struktur Politik Partai Kebangkitan Bangsa


The Political Structure of Partai Kebangkitan
Bangsa

Hanif Dhakhiri dan TB Massa Djafar


Universitas Nasional, Jakarta
hanifdhakhiri@gmail.com
tbmassadjafard@yahoo.com

Abstrak
Sebagai partai yang unik secara ideologi, tentulah amat menarik untuk mengkaji Partai
Kebangkitan Bangsa dari struktur politiknya. Oleh karena itu, dengan menggunakan sudut
pandang Maurice Duverger tentang struktur politik dan metode kualitatif, maka, penulis
menganalisis seperti apa struktur politik Partai Kebangkitan Bangsa yang berbasis masyarakat
Nadhatul Ulama tersebut, sehingga secara ideologi PKB dapat mendialogkan antara keislaman
yang moderat dengan keindonesiaan yang diwarnai dengan pluralitas masyarakatnya.
Kombinasi itu kemudian tercermin dalam asas atau dasar partai yang lebih memilih Pancasila
sebagai pondasinya, bukan Islam.

Kata Kunci: Partai Kebangkitan Bangsa, Struktur Politik, Maurice Duverger

Abstract
As a unique party from ideology, it becomes so interesting to examine PKB from its political
structure. Hence, by using Maurice Duverger’s point of view about political structure and
qualitative methods, therefore the writer analyses the political structure of PKB based on their
Nadhatul Ulama’s people, so that by ideology, PKB can negotiate between moderate Islam and
Indonesia with its pluralist people. Those combinations soon are reflected in the principle and
Party foundation which prefer Pancasila to Islam.

Keywords: PKB, Political Structure, Maurice Duverger

JURNAL POLITIK 1601 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Pendahuluan Pada 1999, PKB menjadi bagian dari peser-


Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tergo- ta pemilihan umum yang pertama di era reformasi.
long merupakan partai dengan ideologi yang unik. Perolehan suaranya cukup signifikan, yakni
Meski secara kelembagaan partai ini secara jelas 13.336.982 atau sekitar 12,61 % dari keseluruhan
mencantumkan Pancasila sebagai asas partai, akan suara. Dengan perolehan tersebut, PKB berhasil
tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kelahiran PKB menempatkan 51 wakilnya di Dewan Perwakilan
dibidani oleh organisasi keagamaan terbesar di Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Sebenarnya,
Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Kompromi an- perolehan suara tersebut bukan merupakan sesuatu
tara identitas sebagai partai politik yang nasionalis yang luar biasa, mengingat PKB mengandalkan
dengan latar belakang historis menjadi kata kunci suara jam’iyyah NU yang cukup besar. Hanya
dalam memahami PKB. saja, sebaran suara PKB memang masih sangat
Dalam pasal 3 Anggaran Dasar PKB dite- dominan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur
gaskan; bahwa partai ini berasaskan Ketuhanan dan Jawa Tengah.
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Dalam perjalanannya, PKB terus meng-
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang alami transformasi. Secara rinci, perjuangan PKB
Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Per- dijelaskan dalam buku bertajuk ”Khidmat Kami
musyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagimu Negeri.” Selain pokok-pokok perjuangan
bagi Seluruh Rakyat Indondesia. Sementara, pada serta misi yang ingin diperjuangkannya, buku
pasal 4 PKB menegaskan bahwa yang menjadi ini juga menegaskan posisi PKB sebagai partai
prinsip perjuangan partai adalah pengabdian advokasi. PKB mencoba mengkhususkan perju-
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjunjung angannya terhadap kepentingan masyarakat mar-
tinggi kebenaran dan kejujuran, menegakkan ginal, seperti masyarakat di pedesaan, petani, guru,
keadilan, menjaga persatuan, menumbuhkan per- nelayan, institusi pesantren dan lainnya (Ahsanul
saudaraan dan kebersamaan sesuai dengan nilai- Minan dkk, 2007).
nilai Islam Ahlusunnah Waljama’ah. Dari sisi etika politik, Imam Nahrowi
Mencermati asas dan prinsip tersebut, (2006) menegaskan bahwa dalam pandangan
terasa seperti ada kontradiksi. Jika asasnya diko- PKB, sikap pragmatis yang semata-mata hanya
kohkan oleh jangkar kebangsaan, sementara prin- memperebutkan kekuasaan jelas sangat merugikan
sip perjuangan PKB disandarkan pada prinsip perjuangan. Sikap tersebut hanya berisi intrik-
keislaman, lalu sifat partai ini sendiri ditegaskan intrik politik yang dilakukan orang tanpa ada
dalam pasal 5, bahwa PKB bersifat kebangsaan, kejelasan untuk apa ia ada. Pada titik inilah, me-
demokratis dan terbuka. nurut Nahrawi, PKB hadir sebagai partai politik
Sebagai partai yang dibidani oleh NU, yang lebih mengedepankan moralitas. PKB harus
maka struktur kepengurusan juga nyaris sama memanfaatkan momen di masa depan dalam sua-
dengan organisasi kemasyarakatan yang didirikan sana saat pragmatisme politik begitu menguat. Se-
pada 1926 tersebut. Dalam pasal 16 dijelaskan mentara di sisi lain, moralitas partai-partai politik
mengenai hal ini. Susunan kepengurusan PKB di pun semakin tergerus.
masing-masing tingkatan organisasi partai terdiri Formulasi ideal PKB di masa depan
dari (1) Mustasyar, (2) Dewan Syura, dan (3) adalah meninggalkan model pengorganisasian
Dewan Tanfidz. partai yang bergaya ”manajemen gardu ronda”.
Mustasyar, seperti dijelaskan pada pasal 17 Model seperti ini mengokohkan eksistensi nalar
adalah penasihat partai --- baik diminta maupun keroyokan, dengan kata lain, PKB masih terjebak
tidak, memberikan nasihat-nasihat organisasi ke- dalam cara berpikir politik yang berbasis isu,
pada Dewan Syura dan Tanfidz. Sementara, De- momentum, bersifat jangka pendek, spontan
wan Syura adalah dewan pimpinan partai yang dan tentu saja tidak terlembaga dalam organisasi
membuat dan menetapkan kebijakan umum partai, partai. Dari aspek manajemen partai, tentu saja
sedang Dewan Tanfidz adalah pimpinan eksekutif model ini tidak cukup efektif sebagai mesin partai.
yang membuat dan menjalankan kebijakan-kebi- Kemudian muncul istilah politik korporasi yang
jakan strategis partai. berbasis nalar organisasional sebagai format ideal

JURNAL POLITIK 1602 VOL. 11 No. 01. 2015


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

dari PKB (Muhammad Hanif Dhakiri dkk, 2006). mungkinkan untuk memberi batasan yang agak
Dalam politik, aspek yang penting untuk lebih jelas tentang hubungan antara fenomena
diperhatikan adalah strukturnya. Meminjam Mau- politik yang terjadi dengan berbagai unsur komu-
rice Duverger (1993), salah seorang sosiolog nitas manusia.
politik mengenalkan pembagian sederhana tentang Melalui pendekatan “horisontal” inilah,
struktur politik yang merupakan bagian dari ia kemudian membagi struktur politik ke dalam
sosiologi politik. Lebih lanjut, Duverger (1993) dua dua skema besar, struktur fisik dan struktur
mengatakan, sosiologi politik merupakan studi sosial. Struktur fisik digunakan untuk menunjukan
mengenai kekuasaan di dalam tiap pengelompokan unsur yang paling dekat dengan alam, antara lain
manusia, bukan hanya negara-bangsa. Kelompok geografi dan demografi. Di sini, geografi bisa
ini kemudian menjadi struktur, kerangka acuan berkaitan dengan luas-sempit atau besar-kecilnya
ketika konflik dan integrasi terjadi di sana. Da- sebuah wilayah. Sementara demografi di antaranya
lam kerangka demikian, maka secara singkat, banyak atau sedikitnya jumlah penduduk serta
struktur politik merupakan pengelompokan sosial mayoritas-minoritasnya jumlah pemilih.
secara berbeda-beda. Secara sederhana, Duverger Selanjutnya, kekuasaan politik sangat
membagi struktur politik berdasarkan struktur fi- dekat dengan apa yang disebut sebagai batasan-
sik dan struktur sosial. batasan wilayah. Konflik kerap terjadi dalam
Dengan mendasarkan diri pada penjabaran upaya memperebutkan wilayah. Sebaliknya, wi-
Duverger penulis hendak melihat fenomena PKB layah juga merupakan area pemersatu. Salah
dari aspek struktur politik ini. Dengan mengamati satunya, identitas warga negara dibentuk oleh satu
struktur politik yang membingkainya, maka bisa ruang yang sama dengan batasan-batasan tertentu.
diketahui kekuatan sekaligus kelemahan dari Sekali lagi, konflik tentang batas wilayah,
par-tai ini. Konflik dan integrasi, seperti yang jalur transportasi, atau sumber daya alam serta
kerap muncul dalam tiap kelompok sosial tentu komunikasi menunjukan betapa pentingnya aspek
tidak lahir dari situasi hampa. Dengan menelaah demografi dalam struktur politik. Sementara,
struktur yang ada di dalamnya, maka kita akan persoalan revolusi atau perang, dilihat dari sisi
lebih mudah memahami latar belakang dari tekanan penduduk menunjukan pentingnya struk-
hadirnya konflik atau faktor-faktor yang menjadi tur demografik.
perekat dari kelompok tersebut. Selain struktur fisik, Duverger juga me-
nyinggung apa yang disebut sebagai struktur so-
Struktur dan Sosiologi Politik sial dalam politik. Ia menyebut, setidaknya ada
Struktur politik bisa kita maknai sebagai empat unsur dari struktur sosial, yakni teknologi,
komponen-komponen politik yang saling ber- lembaga-lembaga, kebudayaan dan keyakinan.
hubungan antara satu dengan lainnya. Secara Secara sederhana, struktur sosial dari
fungsional, struktur politik merupakan institusi- politik sebagai lawan dari struktur fisik berasal
onalisasi relasi antara komponen-komponen yang dari buatan manusia, bukan alam. Di dalamnya
pada akhirnya membentuk sistem politik. termasuk penemuan material (alat dan mesin),
Dalam hal ini, Maurice Duverger (1993) sistem hubungan kolektif (perusahaan, sistem
mencoba menjelaskan tentang dua model studi matrimonial), bahkan doktrin dan kebudayaan
yang dikembangkan dalam mencermati struktur (Duverger, 1993). Seperti yang dijelaskan di awal,
politik. Pertama, pendekatan vertikal, yakni tiap sesungguhnya perbedaan antara struktur fisik dan
komunitas didefinisikan sebagai kombinasi dari sosial tidak tampak dengan jelas. Mengingat,
unsur-unsur yang berbeda. Kedua, pendekatan ho- struktur fisik bergabung dengan banyak faktor
risontal, yakni tiap unsur yang muncul di dalam sosial dan keyakinan kolektif yang tumbuh di
berbagai jenis komunitas. sekelilingnya, sama pentingnya dengan kenyataan
Lebih lanjut, Duverger (1993) melihat material. Sebaliknya, faktor fisik berkelindan
bahwa pendekatan kedua yang paling mungkin dalam struktur yang kita namakan sosial; ke-
digunakan dalam sosiologi politik. Hal itu butuhan alami manusia membentuk dasar
dimaksudkan karena pendekatan ini lebih me- lembaga-lembaga ekonomi; kondisi-kondisi fisik

JURNAL POLITIK 1603 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

perkembangan anak memainkan peran penting masyarakat; dan (2) informal, struktur yang mampu
dalam hubungan sosial dan dalam pembentukan memengaruhi cara kerja aparat masyarakat untuk
ideologi, mitos serta peradaban. mengemukakan, menyalurkan, menerjemahkan,
Setidaknya, ada tiga bagian dari struktur mengonversikan tuntutan, dukungan, dan masalah
sosial yang punya pengaruh terhadap politik; tertentu yang berhubungan dengan kepentingan
teknologi, lembaga-lembaga dan kebudayaan umum. Di sini, partai politik, bisa dimasukan
(termasuk di dalamnya ideologi atau keyakinan). dalam kelompok kepentingan, opinion leaders
Keterampilan teknologi adalah cara yang digunakan dan sebagainya.
manusia untuk mengolah benda-benda, alat-alat,
mesin dan sebagainya. Sementara, lembaga- PKB dan Konstelasi Politik Indonesia
lembaga adalah alat untuk mempertahankan ke- Sejarah pemilihan umum (PEMILU) di
tertiban hubungan sosial yang mapan --- status Indonesia pasca kemerdekaan dimulai pada 1955,
hukum keluarga, undang-undang yang mengatur yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai
barang-barang dan milik, dan konstitusi politik. pemilu yang demokratis selain PEMILU 1999.
Selanjutnya, kultur adalah ideologi, keyakinan Pada PEMILU 1955, Partai Nasional Indonesia
dan ide-ide kolektif yang pada umumnya dianut (PNI) meraih 22,3 persen suara, Majelis Syuro
dalam komunitas tertentu (Duverger, 1993). Muslimin Indonesia (Masyumi) 20,9 persen,
Selain Duverger, tokoh lain yang mencoba Nahdlatul Ulama (NU) 18,4 persen dan Partai
menjabarkan tentang struktur politik adalah Ga- Komunis Indonesia (PKI) 16,4 persen (Feith,
briel Almond dan Powell Jr. Keduanya mengaitkan 1962).
struktur ini sebagai bagian dari sistem politik. Setelah era Orde Lama yang dipimpin
Menurutnya, setiap sistem politik pasti memiliki oleh Sukarno jatuh, PEMILU baru bisa terlaksana
struktur serta fungsi di dalamnya. Meski sebuah kembali pada masa kepemimpinan Presiden Soe-
sistem terspesialisasi, tetapi semua struktur politik harto. Tepatnya, pada 1971 PEMILU kali ini
mempunyai sifat multi-fungsional. diikuti oleh 10 partai politik, termasuk Golongan
Menurut Almond dan Powwel Jr (1978), Karya (Golkar), kontestan baru yang kemudian
struktur politik dapat dibedakan dalam sistem, menjadi kekuatan politik utama di masa itu.
proses, dan aspek-aspek kebijakan. Struktur sis- Dua tahun setelah PEMILU, muncul kepu-
tem merujuk pada organisasi dan institusi yang tusan untuk melakukan penyederhaan dengan
memelihara atau mengubah (maintain or change) pengelompokan ke dalam tiga golongan. Empat
struktur politik, dan secara khusus, struktur me- Partai Islam, masing-masing NU, Partai Muslimin
nampilkan fungsi-fungsi sosialisasi politik, re- Indonesia, Partai Sarekat Islam Indonesia dan
krutmen politik, dan komunikasi politik. Ketiga Persatuan Tarbiyah Islamiyah bergabung dalam
fungsi ini hampir selalu ada dalam setiap sistem Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada
politik. 1984, NU memutuskan keluar dari PPP dan
Struktur proses politik melibatkan bagai- kembali kepada khitahnya sebagai organisasi so-
mana fungsi artikulasi kepentingan, agregasi, sial kemasyarakatan (Porter, 2002). Sementara,
pembuatan kebijakan dan implementasi kebijakan lima partai --- PNI, Partai Kristen Indonesia,
dilaksanakan oleh struktur politik. Struktur proses Partai Katolik, Partai Murba, dan Partai Ikatan
melibatkan berbagai kelompok kepentingan, anta- Pendukung Kemerdekaan Indonesia bergabung ke
ra lain partai politik, media massa, eksekutif, dan dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) --- dan
lain sebagainya. yang terakhir adalah Golongan Karya atau Golkar,
Sementara Almond dan Coleman (dalam kesemua partai harus berasaskan Pancasila.
Kartaprawira, 2007) menegaskan, dalam kehi- Pada masa Orde Baru, dinamika partai
dupan demokratis, struktur politik dapat dibedakan politik menjadi sangat rendah. Utamanya, dalam
menjadi dua, yakni (1) formal, mesin politik yang konteks partisipasi politik bangsa Indonesia. Pada
dengan absah mengidentifikasi se-gala masalah, masa perjuangan menjelang kemerdekaan, par-
menentukan dan melaksanakan segala keputusan tai politik hadir sebagai bagian dari bangkitnya
yang mempunyai kekuatan mengikat pada seluruh gairah untuk kemerdekaan. Sementara Soekarno

JURNAL POLITIK 1604 VOL. 11 No. 01. 2015


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

maupun Soeharto, menurut Miriam Budiardjo Menurut Gus Dur (dalam Barton, 2010), perban-
(2010), menganggap kalau partai politik itu seba- dingan antara keberhasilan dan kegagalan dalam
gai sumber kekacauan sistem politik yang mereka memanfaatkan momentum itu masih 50:50.
bangun. Karir Gus Dur di dunia politik sampai pada
Sejak 1998, Indonesia memasuki fase titik puncaknya ketika ia terplih menjadi Presiden
baru dalam politik. Lengsernya Suharto menandai Republik Indonesia ke 4 pada 20 Oktober 1999.
berakhirnya era otoritarianisme dan dimulainya era Padahal, sebagai partai pemenang PEMILU (33%),
demokrasi. Dalam pemilihan umum (PEMILU), Megawati Sukarnoputri --- Ketua Umum Partai
salah satunya ditandai dengan hadirnya kontestan Demokrasi Indonesia Perjuangan --- diperkirakan
yang lebih banyak dibanding pada masa Orde akan keluar sebagai pemenang. Namun akhirnya,
Baru. Di PEMILU pertama setelah reformasi, Gus Dur yang terpilih.
1999, tercatat 48 partai politik ambil bagian dalam Naiknya Gus Dur di panggung kekuasaan
pesta demokrasi tersebut. membukakan pintu bagi “santri-santrinya” untuk
NU pada masa Orde Baru tidak melakukan turut berkecimpung dalam dunia politik. Preseden
aktivitas politik kekuasaan, tidak bisa melepaskan ini yang dirasa sangat legitimaris bagi warga
diri dari euforia reformasi. NU yang tidak sanggup Nahdlatul Ulama (NU) karena Gus Dur sendiri
membendung desakan warganya yang sangat yang membukakan jalan untuk bertarung di ranah
berhasrat untuk memiliki saluran politik, juga politik (kekuasaan).
merasa perlu untuk memanfaatkan momentum Dengan mengandalkan suara kelompok
tersebut untuk berpartisipasi dengan mendirikan Islam tradisional, PKB menjadi salah satu kekuat-
partai politik (Choirie, 2008). an politik yang cukup diperhitungkan. Di pesta
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meru- demokrasi perdana pada 1999, PKB meraih 12,61
pakan produk reformasi. Kelahiran PKB yang persen atau meraup 13.336.982 suara. Dengan
dibidani oleh NU seperti reinkarnasi. PKB dide- jumlah itu, partai yang dideklarasikan oleh para
klarasikan pada 23 Juli 1998 atau bertepatan dengan kiai NU ini berhak menduduki 51 kursi di DPR
29 Rabiul Awwal 1419 H. Ada lima orang yang RI.
menjadi deklarator, di antaranya KH. Munasir Ali, Pada PEMILU 2004, PKB menduduki
KH. Ilyas Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, peringkat ketiga dengan raihan 12.002.885 suara
KH. A. Mustofa Bisri, KH. A. Muchith Muzadi. (10,61 persen) dan mendapatkan 52 kursi DPR
Dalam Pasal 7 Anggaran Dasar PKB RI. Periode lima tahunan berikutnya, raihan suara
ditegaskan pembentukan PKB memiliki tiga PKB di PEMILU 2009 turun menjadi 5.146.302
tujuan utama, yakni (1) Mewujudkan cita-cita suara (4,95 persen) dan hanya mendapatkan 28
kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana kursi DPR --- selanjutnya pada PEMILU terakhir,
dituangkan dalam Pembukaan Undang-undang 2014, PKB mendapatkan 11.298.957 atau 9,04
Dasar 1945; (2) Mewujudkan masyarakat yang persen suara. Dengan perolehan tersebut, “partai
adil dan makmur secara lahir dan batin, material hijau” ini berhak mendudukan 47 orang wakilnya
dan spiritual; (3) Mewujudkan tatanan politik di Senayan.
nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan ber- Raihan PKB pada 2014 menjadi sangat
akhlakul karimah. signifikan dan bahkan meningkat 100 persen di-
Di era reformasi, KH. Abdurrahman Wahid banding 2009. Hal itu wajar, PKB selalu terlibat
atau Gus Dur yang menjadi salah satu deklarator dalam konflik internal yang hampir bisa dipastikan
PKB dan juga lokomotif penguatan masyarakat membuat keropos sendi-sendi kekuatan politiknya.
sipil di era Orde Baru terjun di dunia praktis. Seja- Setidaknya, ada tiga kali konflik internal PKB
tinya, menurut Gus Dur, reformasi politik yang yang cukup mengganggu roda partai ini. Pertama,
terjadi di Indonesia pada 1998 belum sepenuhnya konflik dengan Matori Abdul Djalil (pada 2001).
dianggap sebagai ruang yang demokratis. Kepada Kedua, konflik dengan kelompok Alwi Shihab-
Greg Barton penulis biografinya, Gus Dur (dalam Choirul Anam (pada 2004). Ketiga, konflik Gus
Barton, 2010) mengomentari ihwal reformasi itu. Dur-Muhaimin Iskandar (pada 2008) (Chusnunia,
“Saya tercabik antara harapan dan keputus-asaan”. 2011).

JURNAL POLITIK 1605 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Ketiga konflik itu, selalu menghadirkan dalam dinamika serta gerak politik PKB. Sebagai
posisi Gus Dur, tetapi bukan sebagai penengah saluran politik warga Nahdliyin, maka PKB juga
atau semacam primus enterpares. Tampilnya menjadi saluran politik bagi warga pesantren.
Gus Dur dalam konflik-konflik internal PKB Sebagaimana kita ketahui, pondok pesan-
membuat konflik di tubuh partai tersebut selalu tren mempunyai kultur yang unik, sehingga digo-
hampir tak bisa terdamaikan (zero sum-game). longkan ke dalam subkultur tersendiri dalam
Konflik tidak menghadirkan penyelesaian dalam masyarakat Indonesia (Wahid, 1999). Pesantren
arti yang sesungguhnya (win-win solution), yang adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah
kemudian muncul adalah pihak yang menang dan menunjukkan kemampuannya dalam mencetak
pihak yang kalah. Dalam dua kasus pertama, pada kader-kader ulama di Indonesia. Dengan adanya
akhirnya yang kalah membentuk partai sempalan tujuan dari pondok pesantren, maka hal tersebut
(Chusnunia, 2011). Inilah situasi yang membuat semakin memperkuat eksistensinya dari waktu
kenapa perolehan suara PKB merosot pada 2009. ke waktu (Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan
Rupanya, konflik internal yang terus men- Agama Islam, 2003).
dera PKB membuat partai ini harus senantiasa Meski secara normatif banyak yang mele-
berbenah diri. Pengalaman untuk keluar dari katkan pesantren dengan fungsi edukasi, tetapi
situasi sulit, serta upaya untuk tetap bertahan dalam batas-batas tertentu, institusi ini juga
yang disertai dengan penurunan perolehan suara, memainkan peran dan fungsi politiknya. Misalnya
membuktikan massa PKB masih tetap loyal. pada masa kolonial, pondok pesantren merupakan
Pengalaman selalu berada dalam situasi konflik, lembaga pendidikan yang dekat dengan rakyat.
juga dimanfaatkan untuk melakukan perluasan Pada masa itu, boleh dikata, lembaga ini lepas
rekruitmen politik sebagai dimensi internal dari perencanaan pendidikan pemerintah kolonial
sekaligus eksternal. Secara internal, inilah saat Belanda. Karena, pemerintah kolonial menilai
terbaik untuk membangun institusi yang sehat. sistem pendidikan Islam itu sangat buruk, baik
Kondisi inilah yang dijadikan cermin oleh PKB dari segi tujuan, metode maupun bahasa (Arab)
yang pada gilirannya membuat partai ini kembali yang dijadikan sebagai pengantarnya (Mastuhu,
memperoleh suara teramat signifikan di PEMILU 1994). Selain itu, pemerintah Belanda juga mulai
2014. khawatir dengan perkembangan umat Islam di In-
donesia.
Ideologi Partai dan Lembaga Pesantren Sejak dahulu, pesantren selalu mengambil
Dari sisi pemahaman keagamaan, ideologi jarak dengan pemerintah. Keadaan itu telah
politik PKB tidak bisa dilepaskan dari platform membuat mereka secara terus menerus harus me-
politik NU. Sebagai organisasi sosial keagamaan ngembangkan dirinya menjadi sokoguru bagi
terbesar, maka NU mengembangkan visi dan misi perkembangan dakwah Islam. Kekhawatiran pe-
politik sebagaimana kelompok tradisionalis Islam merintah kolonial semakin bertambah, karena,
lainnya, yakni mengambil rujukan teoritis dari pe- pesantren juga mengajarkan tentang cinta tanah
mikiran al-Mawardi, al-Ghazali dan lainnya yang air. Ini misalnya didasarkan pada pepatah, “hubbul
biasa ditemukan dalam teks NU (Fealy, 2009). wathan minal iman” yang artinya cinta tanah air
Greg Fealy (2009) menyebutkan, sebe- sebagai bagian dari iman, serta menumbuhkan
narnya dasar formal pendekatan politik NU adalah sikap patriotik. Selain sebagai tempat menuntut
yuris-prudensi abad pertengahan. Di sini, fiqh ilmu keagamaan, pesantren juga menjadi ruang
memainkan peran penting dalam tradisi keislaman konsolidasi politik. Tempat untuk menyusun stra-
NU. Dalam tradisi keilmuan Islam, fiqh selalu tegi perang melawan kolonial.
berkait dengan pengetahuan lainnya, seperti ushul Situasi itu jelas terlihat, ketika Indonesia
fiqh dan kaidah fiqh (Haidar, 1994). Selanjutnya, memasuki zaman revolusi fisik. Santri banyak
kaidah fiqh menjadi dasar bagi warga NU dalam yang membentuk barisan tentara. Salah satunya
membahas perilaku politik NU (Fealy, 2009). adalah Hizbullah yang kemudian menjadi embrio
Selain ideologi politik, tidak kalah penting Tentara Nasional Indonesia (Boland, 1971). Ketika
untuk mencermati peran dari institusi pesantren Belanda dikalahkan Jepang, kalangan pesantren

JURNAL POLITIK 1606 VOL. 11 No. 01. 2015


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

dan NU terus memperjuangkan kemerdekaan jauh lebih banyak daripada yang diikuti secara
Indonesia. Salah satu tokoh NU, KH. Hasyim umum (Robert Dick-Read, 2008).
Asy’ari, ditahan. Saat Jepang ditaklukan sekutu, Meminjam Bernard Vlekke; (2008), kepu-
kondisi bangsa Indonesia belum juga stabil. lauan Indonesia terletak di jalur laut utama antara
Akhirnya, 22 Oktober 1945 para ulama dipimpin Asia bagian timur dan selatan. Dalam wilayah an-
KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan seruan jihad tara seperti ini, dengan sendirinya, akan terdapat
melawan sekutu --- yang dikenal dengan Resolusi populasi yang terdiri atas beragam ras. Tidak di-
Jihad, dan dikeluarkan sebanyak dua kali. Masing- ragukan lagi, lanjut Vlekke, bahwa Jawa harus
masing pada 22 Oktober 1945 dan 29 Maret 1946. dianggap sebagai tempat tinggal salah satu ras
Hubungan antar pondok pesantren ter- manusia yang paling awal.
bangun dan semakin menguat ketika NU didirikan Perjalanan yang dilakukan melalui “jalan
pada 1926. Jaringan di antara para ulama Hindia besar alami” juga terjadi pada masa penyebaran
Belanda semakin terlembagakan. Ulama menjadi agama. Misalnya kehadiran Islam di Indonesia,
golongan sosial yang distinktif (Burhanuddin, juga tidak lepas dari pengaruh geografis. Keha-
2012). NU menjadi wadah modern bagi kelompok diran Islam sering disebut sebagai awal dari sejarah
muslim tradisional. NU memfasilitasi ulama untuk modern bangsa Indonesia. Beberapa alasan yang
membicarakan kembali tentang Islam tradisional mendasari pernyataan tersebut, antara lain, unsur
dan menciptakan otoritas keagamaan di dalam kebudayaan dan agama. Dalam pandangan MC.
komunitas muslim. Pengetahuan masyarakat mus- Ricklefs (2008), sejarah Islamisasi di Indonesia
lim yang berbasis di pesantren, tidak lagi hanya pada rentang 1200-an, menjadi unsur penting
diperbincangkan secara terbatas di kalangan me- dalam proses ini. Pertama, proses (islamisasi)
reka saja. Sekarang, intelektual pesantren turut ini yang kemudian membuat pelbagai perubahan.
tampil di panggung sosial dan politik. Kedua, sejarah modern Indonesia ditandai dengan
Hal tersebut dimulai saat Jepang merubah adanya interaksi antara Indonesia dan Barat pada
kebijakan dengan memberikan porsi kepada kelom- 1500. Ketiga, historiografi, tulisan pada masa ini
pok Islam. Selain dengan membentuk Hizbullah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa atau Melayu
pada 1942, pemerintah Jepang juga membentuk Kuno, akan tetapi, sudah menggunakan bahasa
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). ”Indonesia Modern” seperti Jawa, dan Melayu da-
Masyumi menjadi semacam federasi umat Islam lam aksara latin.
Indonesia. Lembaga ini menggantikan Majelis Interaksi bangsa nusantara dengan bangsa-
Islam A’la Indonesia (MIAI). Di Majelis Syuro bangsa lain tentu saja karena memanfaatkan
Muslimin Indonesia, para Kyai mendapatkan struktur fisik. Efek politiknya pun cukup terasa.
tempat. KH. Hasyim Asy’ari menjadi pemimpin, Salah satu yang membekas adalah invasi
dibantu Mas Mansoer dari Muhammadiyah, Wa- pemerintah kolonial. Memang ada banyak pers-
hid Hasyim, Zainal Arifin (keduanya dari NU) pektif untuk melihat kehadian kolonialisme di
serta Anwar Tjokroaminoto dari Partai Sarikat Is- Indonesia. Di satu sisi, situasi ini memang sangat
lam Indonesia (Benda, 1958). membatasi ruang gerak bangsa Indonesia ---
kekayaan alamnya banyak dieksploitasi. Akan
Analisis Struktur Fisik dan Sosial PKB tetapi, di sisi lain, kehadiran mereka justru menjadi
Indonesia merupakan negara kepulauan, sti-mulus berkobarnya gelombang nasionalisme.
yang jika mengikuti Montesquieu, merupakan Ada beberapa sebab yang diidentifikasi
bangsa yang cenderung untuk mengembangkan sebagai awal mula pola kebangkitan gerakan ke-
kebebasannya ketimbang menjadi bangsa benua. bangsaan. Empat faktor yang sangat berpengaruh
Luas negara Indonesia adalah 1,904,569 KM2, de- terhadap geliat gerakan kebangsaan ini, antara lain
ngan 4,85% di antaranya adalah perairan. (Kartodirdjo, 1972). Pertama, faktor ekonomi. Di
Sebagai negara kepulauan, ekspedisi para negara-negara jajahan, nasionalisme merupakan
pelaut nusantara tidak perlu diragukan lagi. Robert reaksi terhadap kolonialisme. Pada akhirnya,
Dick-Read menunjukan dengan baik bagaimana kehadiran Sarekat Islam, Boedi Utomo, Pasundan,
sisa-sisa peninggalan pelaut Indonesia di Afrika, dan Perkumpulan Bupati menjadi pertanda bagi

JURNAL POLITIK 1607 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

kebangkitan gerakan anti-kolonial. Gerakan eko- eksistensi PKB dalam konteks ruang. PKB lebih
nomi ini kemudian mencapai puncaknya pada banyak mengandalkan konstituen masyarakat
revolusi komunis di 1926. Kedua, faktor sosial. pedesaan dan kalangan muslim tradisional. De-
Faktor ini lebih disebabkan adanya diferensiasi ngan kata lain, meski telah menyatakan sebagai
sosial. Perhimpunan yang bersifat nasionalis didi- partai terbuka, tetapi sebagian besar raihan
rikan dengan salah satu tujuannya menentang PKB tetap mengandalkan suara Nahdliyin yang
kolonialisme. Ketiga, aspek kebudayaan. Pada mayoritas berada di pedesaan.
awalnya nasionalisme Indonesia merupakan fana- Masalah lain yang dihadapi dari aspek fisik
tisme kesukuan yang sempit. Kemudian, gerakan adalah persebaran penduduk (baca: pemilih) yang
kebudayaan memperkuat kesadaran nasional dan tidak merata. Karena PKB identik dengan NU,
merupakan tambahan bagi gerakan ekonomi yang dan NU diakui atau tidak terkonsentrasi di Jawa,
mencita-citakan kehidupan ekonomi yang bebas maka perolehan suaranya juga mengandalkan
bagi rakyat. Serta kebudayaan baru: sebagai basis basis yang ada di dua provinsinya, yakni Jawa
kehidupan baru, dengan mengambil alih unsur- Timur dan Jawa Tengah. Pada PEMILU 2014,
unsur barat. Keempat, aspek politik. Fase baru misalnya, perolehan kursi PKB lebih sedikit dari
kesadaran nasional, meski masih belum jelas Partai Amanat Nasional (PAN) meski dari sisi
formulasinya, tetapi sudah merupakan sebuah jumlah suara PKB lebih unggul. PKB meraih
aspirasi politik. Kehadiran organisasi-organisasi 11.298.957 suara dan PAN 9.481.621 suara. Akan
sosial, menghendaki pemerintah untuk memper- tetapi, PAN bisa mengantarkan 49 orang kadernya
baiki kualitas kehidupan rakyatnya. sebagai anggota dewan, sementara, PKB hanya 47
Struktur fisik lain yang tak kalah pen- orang saja. Hal ini diakibatkan konstituen PKB
ting untuk dicatat adalah penduduk. Hingga terkonsentrasi di Jawa, sedangkan PAN cenderung
2010, penduduk Indonesia tercatat berjumlah menyebar.
237.641.326 (www.bps.go.id. Diakses pada 12 Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut,
Juli 2014). Konsentrasi dan lebih dari separuh persoalan di atas tidak bisa semata-mata dianggap
jumlah penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa. sebagai faktor tunggal masalah pemilih yang tidak
Jawa Barat, merupakan provinsi de-ngan jumlah merata. Hal itu juga diakibatkan oleh aturan, yakni
penduduk terbanyak di Indonesia, 43.053.732. SK KPU (Komisi Pemilihan Umum) Nomor 411/
Jika dianalisis, gambaran Montesquieu Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang penetapan hasil
tentang karakter bangsa kepulauan dan yang PEMILU anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun
hidup di iklim sedang memang tidak bisa sepe- 2014. Di sini, batas antara aspek fisik dan sosial
nuhnya digunakan untuk menggambarkan ka- menjadi agak kabur. Padahal, keduanya merupa-
rakter politik masyarakat Indonesia. Namun, kan faktor yang saling mempengaruhi.
beberapa pernyataan Montesquieu bisa menjadi Agaknya, struktur fisik menjadi salah satu
rujukan. Masyarakat yang nusantara, terutama di perspektif yang sedikit sekali terasa relevansinya
Jawa, menjadi sangat akomodatif terhadap budaya dalam konteks struktur politik Indonesia kontem-
bangsa lain karena struktur geografis telah men- porer, khususnya PKB. Memang ada konflik yang
jadikan mereka sangat mudah berinteraksi. berkait dengan sumber daya alam seperti di Papua.
Memang agak sulit untuk mengaitkan Akan tetapi, PKB sebagai salah satu institusi
struktur geografis ini terhadap aktivitas PKB dan politik, tidak ada dalam tarik menarik kepentingan
juga partai politik lain pada umumnya. Pertama, atas kekayaan alam tersebut.
kondisi geografis nyaris tak pernah menjadi Gagasan Duverger tentang struktur fisik
persoalan yang fundamental, karena sebagian itu bisa dipahami sebagai satu penanda bahwa
besar sudah bisa diatasi oleh teknologi. Kedua, politik itu berkaitan dengan ruang, lokasi dan
senada dengan Duverger, salah satu faktor geo- “jalan alami.” Namun, seperti yang juga telah
grafis, yakni iklim, tidak bisa dinilai memiliki pe- disinggung Duverger, antara yang fisik dengan
ngaruh langsung terhadap psyche manusia. sosial memang tidak memiliki garis penegas yang
Boleh dikata, yang memiliki pengaruh tajam. Rekayasa manusia terhadap alam (bumi,
langsung adalah ketika kita berbicara tentang tanah dan air), telah membuat geografi bukan

JURNAL POLITIK 1608 VOL. 11 No. 01. 2015


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

saja sesuatu yang fisik, tetapi juga sosial. Begitu dalam konteks nilai, ide dan semangat. Ini tentu
juga dalam masalah demografis. Campur tangan bukan tanpa pembacaan yang cermat. Mengutip
manusia dengan menggunakan pembatasan kela- Choirie, Islam di Indonesia sangat dibatasi oleh
hiran, menandaskan batasan yang tak terlampau pemerintah Belanda. Mereka memberi Islam
jelas itu. Begitupun juga sebaliknya. Banyak ruang untuk ibadah, tetapi menekan Islam dalam
unsur sosial yang didasarkan atas fisik. Misalnya, berpolitik. Latar belakang ini menunjukan bahwa
agama-agama animistik (sosial) yang mendasarkan Islam di Indonesia tidak pernah menjadi kekuatan
teologinya pada kepercayaan ter-hadap alam. tunggal yang memayungi semua warga negara
Selanjutnya, aktivitas di PKB bisa Indonesia. Dari sisi ini, maka tidak ada beban
dikatakan sebagai makropolitik, yakni aktivitas sejarah bagi PKB untuk menjadikan Islam sebagai
politik di komunitas yang besar. Jika dalam hukum formal negara.
komunitas kecil perjuangan politik mengambil Ideologi NU yang dikembangkan pada
karakter yang hakikatnya bersifat personal dan masa itu dan kemudian ditransformasikan, tercer-
organisasi politik formal --- hanya aliansi antara min pada mabda siyasi PKB. Tentu saja tidak hanya
individu-individu dan kesamaan-kesamaan priba- ide-ide segar di era 80-an yang dijadikan sebagai
di --- maka tidak demikian halnya dalam partai landasan etika oleh PKB, akan tetapi, juga prinsip-
politik. prinsip politik yang dianut oleh founder NU. Boleh
Di PKB, perjuangan politik adalah dikata, 1984 adalah merupakan penegasan tentang
kolektif, juga individual. Dalam komunitas besar pandangan NU terhadap negara. Dalam kerangka
juga integrasi lebih meliputi masalah-masalah inilah, maka PKB melakukan transformasi nilai-
organisasi komunitas daripada hubungan antar nilai politik sebagaimana yang telah digariskan
personal, demikian pun masalah keyakinan dan oleh NU.
sikap publik yang membuat masyarakat secara Meminjam ilustrasi KH. Masdar Farid
keseluruhan menjadi berarti bagi anggota-ang- Mas’udi, PKB memang dilahirkan oleh NU mes-
gotanya. Akan tetapi, Duverger mengingatkan; ki perkawinannya tidak didaftarkan ke Kantor
masa-lah dalam politik makro adalah birokratisasi, Urusan Agama (KUA). Namun, perkawinan yang
dan itu yang terjadi pada tiga kali konflik internal merupakan buah pemikiran alim ulama itu tetap
yang ada dalam tubuh PKB. sah, karena perkawinan tersebut disertai akad, ci-
Jika struktur fisik agak sulit untuk dilihat ta-cita dan tujuan yang mulia.
korelasinya, maka tidak demikian halnya dengan Selanjutnya, struktur sosial lain yang juga
struktur sosial. Ideologi politik PKB menjelaskan penting untuk dicermati dalam struktur politik PKB
tentang kekuatan keyakinan konstituennya ter- adalah lembaga pesantren. Pesantren termasuk
hadap partai yang juga bisa menjadi saluran kategori institution by design bukan institution by
politik warga NU. Barangkali yang perlu ditegas- fact. Setidaknya ada tiga jenis lembaga normatif,
kan di sini adalah memahami Islam dalam konteks yaitu hukum, prinsip moral, dan kebiasaan sosial
ideologi politik PKB. (social customs). Ketiganya merupakan sistem
Dalam Anggaran Dasar, kata “Islam” nilai, ini-lah yang membedakannya dengan
hanya muncul satu kali, yakni di pasal 4 yang lembaga yang didirikan karena kebetulan.
menyinggung prinsip perjuangan partai. “Prinsip Zamakhsyari Dhofier (1982) menjelaskan,
perjuangan partai adalah pengabdian kepada terdapat lima unsur yang ada dalam tiap pondok
Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjunjung tinggi pesantren, yakni pondok, mesjid, pengajaran ki-
kebenaran dan kejujuran, menegakkan keadilan, tab-kitab Islam klasik, santri dan kiai
menjaga persatuan, menumbuhkan persaudaraan Hiroko Hirokoshi membantah tesis Geertz
dan kebersamaan sesuai dengan nilai-nilai Islam tentang peran kiai. Horikoshi (1984) mengatakan,
Ahlusunnah Waljama’ah.” kiai justru bisa berperan dalam proses perubahan
Dalam Mabda’ Siyasi bahkan tidak ada sosial dengan cara yang khas. Kiai tidak menya-
satupun kata “Islam” muncul di sana. Apakah ini ring informasi, akan tetapi, menawarkan agenda
berarti PKB telah beralih menjadi partai sekuler? perubahan yang sesuai dengan kebutuhan masya-
Tentu saja tidak. PKB memahami Islam rakat.

JURNAL POLITIK 1609 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Dirdjosanjoto (2013) kemudian mencari menjadikan kharisma kiai menurun, kepercayaan


jalan tengah antara simpulan Geertz dan Hori- masyarakat juga berkurang. Karena pada akhirnya,
koshi. Ia tidak menolak bahwa dalam satu waktu, tidak ada bedanya antara kiai dengan politisi-poli-
kiai berperan sebagai cultural broker dan juga agen tisi yang acap kena stigma tersebut.
perubahan sosial. Menurutnya, perlu dibedakan
antara kiai langgar, yang merupakan pemimpin Simpulan
komunitas lokal di sekitar langgar. Otoritasnya Ada dua point besar sebagai simpulan
didasarkan pada penerimaan dari dan berhu- dari bahasan mengenai perspektif struktur politik
bungan dengan komunitas lokal yang mereka terhadap PKB. Pertama, gambaran Montesquieu
pimpin --- kiai pesantren; yang bisa dilihat dan tentang karakter bangsa kepulauan dan yang
dikatakan sebagai kiai supralokal yang memiliki hidup di iklim sedang, memang tidak bisa sepe-
santri dari dan pengikut dari berbagai tempat yang nuhnya dapat digunakan untuk menggambarkan
luas. Melalui jaringan transmisi ilmu, para kiai karakter politik masyarakat Indonesia. Namun,
pesantren membangun hubungannya dengan kiai- beberapa pernyataan Montesquieu bisa menjadi
kiai di pesantren lain. Hubungan ini bisa dikatakan rujukan. Masyarakat yang nusantara, terutama
juga sebagai mekanisme untuk mempertahankan di Jawa, menjadi sangat akomodatif terhadap
eksklusivitasnya --- dan kiai tarekat, yakni kiai budaya bangsa lain karena struktur geografis telah
yang memimpin tarekat sebagai kelompok yang menjadikan mereka sangat mudah untuk berin-
bisa dikatakan eksklusif. teraksi.
Dengan mencermati begitu luasnya jejaring Terlihat agak sulit mengaitkan struktur
yang dimiliki, maka kiai sangat berkontribusi geografis ini terhadap aktivitas PKB dan juga
jika mampu memainkan perannya dalam konteks partai politik lain pada umumnya. Pertama, kon-
politik. PKB melihat hal ini tidak hanya semata- disi geografis nyaris tak pernah menjadi persoalan
mata dari sisi pragmatisme politik, tetapi juga latar yang fundamental karena sebagian besar sudah
sosio-historis termasuk ideologis. Kiai pesantren berhasil diatasi oleh teknologi. Kedua, sebagai-
memiliki peran tidak hanya sebagai pimpinan mana Duverger (1993), betapa salah satu faktor
pesantren, tetapi juga juru kampanye dan agen geografis, yakni iklim, tidak bisa dinilai memiliki
sosialisasi politik PKB. pengaruh langsung terhadap psyche manusia.
Peran Kiai dalam politik di kalangan NU Yang memiliki pengaruh langsung adalah
juga tidak hanya dalam konteks ia sebagai ma- ketika kita berbicara soal eksistensi PKB dalam
kelar budaya atau cultural broker seperti yang konteks ruang. PKB lebih banyak mengandalkan
disinggung Geertz. Dalam politik, kiai juga ber- konstituen masyarakat pedesaan, dan kalangan
peran sebagai political broker. Ia menjadi agen muslim tradisional. Meski telah menyatakan
dalam melakukan aktivitas-aktivitas politik. Bah- sebagai partai terbuka, tetapi PKB tetap
kan di PKB, tak sedikit kiai yang juga menjadi mengandalkan suara Nahdliyin yang mayoritas
political actor (aktor politik) (Halim, 2014). berada di pedesaan.
Kondisi ketika Geertz melakukan pene- Masalah lain yang dihadapi dari aspek fisik
litian terhadap kiai tentu sangat berbeda dengan adalah persebaran penduduk (baca: pemilih) yang
sekarang. Peran ini tentu saja tidak selalu baik. Ke- tidak merata. Karena PKB identik dengan NU, dan
terlibatannya dalam politik memunculkan dua sisi, NU diakui atau tidak terkonsentrasi di Jawa, maka
positif dan negatif. Menjadi positif karena mampu perolehan suara PKB juga mengandalkan basis
menambah dan memperluas akses pesantren dan dari dua provinsinya, yakni Jawa Timur dan Jawa
warga NU terutama ke pemerintahan. Jika mampu Tengah. Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut,
berperan sebagai legislator atau eksekutor yang persoalan di atas tidak bisa semata-mata dianggap
baik, maka citra pesantren tentu akan semakin sebagai faktor tunggal masalah pemilih yang tidak
terangkat. Sementara, sisi negatifnya, ketika merata. Hal itu juga diakibatkan oleh SK KPU
sebuah partai mengalami konflik, internal maupun (Komisi Pemilihan Umum) Nomor 411/Kpts/
eksternal. Banyak pihak yang menyayangkan ke- KPU/Tahun 2014 tentang penetapan hasil pemilu
terlibatan kiai dalam dunia politik, keadaan itu anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014. Di

JURNAL POLITIK 1610 VOL. 11 No. 01. 2015


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

sini batas antara aspek fisik dan sosial menjadi besar warga NU ada di lokus ini, maka melibatkan
agak kabur. Padahal, keduanya merupakan faktor pesantren dalam aktivitas politik menjadi sebuah
yang saling mempengaruhi. keniscayaan.
Aktivitas di PKB bisa dikatakan sebagai Di sini mungkin bisa saja muncul ma-
makropolitik, yakni aktivitas politik di komunitas salah karena sejatinya pesantren adalah insti-
yang besar. Jika dalam komunitas kecil perjuangan tusi pendidikan keagamaan tradisional. Saat
politik mengambil karakter yang hakikatnya melaksanakan fungsi rekrutmen misalnya. PKB
bersifat personal dan organisasi politik formal akan melakukan rekrutmen dengan menyeleksi
--- hanya aliansi antara individu-individu dan dan melatih mereka yang berasal dari pesantren
kesamaan-kesamaan pribadi, maka tidak demi- (baca: kiai dan keluarganya) --- problemnya
kian halnya dalam partai politik. tentu berkaitan dengan kualitas. Apakah kalangan
Jika struktur fisik agak sulit untuk dilihat pesantren mampu mengemban tugas sebagai pe-
korelasinya, tidak demikian halnya dengan struktur nyalur aspirasi, padahal harus diakui, kalangan
sosial. Ideologi politik PKB menjelaskan tentang pesantren terlibat dalam pergumulan politik prak-
kekuatan keyakinan konstituennya terhadap partai tis, baru pada pasca reformasi.
yang juga menjadi saluran politik warga NU. Yang
perlu ditegaskan di sini adalah memahami Islam
dalam konteks ideologi politik PKB.
Kedua, dengan memperhatikan struktur Kepustakaan
politik PKB (terutama struktur sosial), maka sistem Almond, Gabriel dan Powell Jr. 1978. Comparative
ideologi keagamaan yang terbuka (kebijaksanaan, Politics: System, Process and Policy.
keluwesan dan moderatisme) ditambah dengan London: Little, Brown and Company.
kompleksitas status dan peran kiai di lembaga
pesantren, telah menjadikan PKB memiliki Barton, Greg. 2010. Biografi Gus Dur. Yogyakarta:
struktur politik yang khas. LKiS.
Setelah melakukan pembahasan tentang
struktur politik, baik fisik maupun sosialnya,
Benda, Harry J. 1958. The Crescent and The
sekarang kita hendak mencermati apakah struk-
Rising Sun: Indonesian Islam Under the
tur politik itu dapat mendukung atau justru
Japanese Occupation. The Hague: W. Van
memunculkan hambatan bagi PKB dalam men-
Hoeve.
jalankan fungsinya.
Dari sisi ideologi (baik sosial maupun
Boland, B. J. 1971. The Struggle of Islam in
agama), PKB seperti hendak mendialogkan antara
Modern Indonesia. The Hague: Martinus
keislaman yang moderat dengan keindonesiaan
Nijhoff.
yang diwarnai dengan pluralitas masyarakatnya.
Kombinasi itu kemudian tercermin dalam asas
Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-dasar Ilmu
atau dasar partai yang lebih memilih Pancasila
Politik. Jakarta: Kompas Gramedia.
sebagai fondasinya.
Penulis melihat, jalan ini menjadi solusi
Burhanuddin, Jajat. 2012. Ulama dan Kekuasaan:
dan tidak akan mengganggu fungsi PKB sebagai
Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah
partai politik. Nilai-nilai Islam yang terbuka, tole-
Indonesia. Bandung: Mizan.
ran dan damai dapat difungsikan sebagai sebentuk
“agama sipil” oleh PKB, sehingga dapat menjadi
Choirie, Effendy. 2008. Islam-Nasionalisme
etika publik dalam menjalankan peranannya.
UMNO-PKB: Studi Komparasi dan
Selaras dengan itu, dalam konteks lemba-
Diplomasi. Jakarta: Grafika Indah.
ga, pesantren tentu saja institusi yang tidak bisa
dipisahkan dari PKB. Pesantren menjadi agen
Chusnunia. 2011. “Konflik Gus Dur-Muhaimin
sosialisasi politik bagi PKB, sekaligus lumbung
Iskandar Dalam Tubuh Partai Kebangkitan
suara yang sangat penting. Mengingat sebagian
Bangsa Tahun 2008,” dalam Tesis di

JURNAL POLITIK 1611 VOL. 11 No. 01. 2015


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Program Pascasarjana Universitas Universitas Gadjah Mada.


Nasional Jakarta Program Magister Ilmu
Politik. Jakarta: Universitas Nasional. Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur
Dhakiri, Muhammad Hanif dan kawan-kawan. dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren.
2006. PKB Masa Depan. Jakarta: DPP Jakarta: INIS.
Partai Kebangkitan Bangsa.
Minan, Ahsanul dan kawan-kawan. 2007. Khidmat
Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Kami Bagimu Negeri; Laporan Kinerja
Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Fraksi Kebangitan Bangsa DPRRI 2005-
Jakarta: LP3ES. 2006. Jakarta: FKB DPR RI.

Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari: Nahrowi, Imam. 2006. Moralitas Politik PKB.
Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika. Malang: Averroes.
Bandung: Mizan.
Porter, Donald J. 2002. Managing Politics and
Dirdjosanjoto, Pradjarta. 2013. Memelihara Islam in Indonesia. London and New
Umat: Kiai Pesantren-Kiai Langgar di York: Routledge Curzon.
Jawa. Yogyakarta: LKiS.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern
Duverger, Maurice. 1993. Sosiologi Politik. 1200-2004. Jakarta: Serambi.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Fealy, Greg. 2009. Ijtihad Politik NU: Sejarah NU Islam. 2003. Pola Pengembangan Pondok
1952-1967. Jogjakarta: LKiS. Pesantren. Jakarta: Ditjen Kelambagaam
Agama Islam dan Pondok Pesantren, 2003.
Feith, Herbert. 1962. The Decline of Constitutional
Democracy in Indonesia. Ithaca, New Wahid, Wahid et.al (eds.). 1999. Pesantren
York: Cornell University Press. Masa Depan: Wacana Pemberdayaan
dan Transformasi Pesantren. Bandung:
Haidar, Ali. 1994. Nahdlatul Ulama dan Islam Pustaka Hidayah.
di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam
Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Winarno, Budi. 2007. Politik Indonesia di Era
Reformasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
Halim, Abdul. 2014. Aswaja Politisi Nahdlatul
Ulama: Perspektif Hermeneutika Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: A History
Gadamer. Jakarta: LP3ES. of Indonesia. Jakarta: KPG.

Horikoshi, Hiroko Kiai dan Perubahan Sosial.


Jakarta: P3M.

Kartaprawira, Rusadi. 2007. Sistem Politik


Indonesia: Suatu Model Pengantar.
Bandung: Sinar Baru.

Kartodirdjo, Sartono. 1972. Kolonialisme dan


Nasionalisme di Indonesia pada Abad-
19 dan Abad-20. Yogyakarta: Djurusan
Sedjarah Fakultas Sastra dan Kebudajaan

JURNAL POLITIK 1612 VOL. 11 No. 01. 2015

Anda mungkin juga menyukai