Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MANAJEMEN DESEMBER 2017

PROGRAM P2 DIARE

Disusun Oleh:
Nama : Meliyana Perdana Safitri, S.Ked
NIM : N 111 15 001

Pembimbing : 1. Dr.Meity Salatan


2. drg.Elli Yane Bangkele, M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
UPTD PUSKESMAS KAMONJI
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit endemis di Kota Palu.
Berdasarkan survey morbiditas diare proporsi terbesar penderita diare pada balita
adalah kelompok 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65%. Persentase penderita diare
umur < 2 tahun terus mendapatkan ASI waktu diare adalah 94,90%. 1,22%
mengurangi ASI sewaktu diare dan 1,02% yang menghentikan ASI. Proporsi
penderita yang diberikan oralit dan obat lainnya adalah 37% diberikan oralitm
31,3% diberikan obat-obatan, 25,2% tidak diberikan apa-apa, 7,48% diberikan
jamu, 7,28% diberikan Igg dan 5,71% diberikan lain-lain. Penderita Diare yang
mendapatkan makanan padat/lunak seperti biasa, 18% pemberian makanan
padat/lunak ditambah pemberiannya. 16,6% pemberian makanan padat/lunak
dihentikan.
Jumlah penderita Diare di UPTD Puskesmas Kamonji tahun 2016
sebanyak 935 kasus, tahun 2015 sebanyak 838 kasus. Tahun 2014 sebanyak 783
kasus. Tahun 2013 sebayak 721 kasus. Tahun 2012 sebanyak 833 kasus. Hal ini
menunjukkan jumlah kasus Diare di Puskesmas Kamonji masih berfluktuasi tiap
tahunnya.
Dalam laporan manajemen Puskesmas Kamonji ini akan dibahas mengenai
Program Pengendalian P2 Diare.

1
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Gambaran Umum UPTD Puskesmas Kamonji


UPTD Urusan Puskesmas Kamonji merupakan salah satu pusat pelayanan
kesehatan masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Palu Barat kota Palu
dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nunu, Boyaoge dan Balaroa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Donggala Kodi dan Kelurahan
Tipo.
Wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji terletak pada belahan
Barat Kota Palu dengan wilayah seluas 20 km2 yang seluruhnya dapat dilalui
dengan kendaraan roda empat, terdiri atas 7 kelurahan yaitu Silae, Kabonena,
Lere, Baru, Ujuna, Kamonji dan Siranindi dengan jumlah penduduk sebanyak
53.881 jiwa.

Jumlah penduduk di wilayah kerja


UPTDPuskesmas Kamonji
5276 Silae
6541
5157 Kabonena
9037 Lere
Baru
Ujuna
Kamonji
11922 Siranindi

9752 6196

2
Program kegiatan puskesmas mengacu pada program kesehatan nasional
yaitu pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025.Sasaran dari Program
Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia
Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan
paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan
preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi
sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali
mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga
sehat.

2.2 Program P2 Diare


Pada laporan manajemen ini, permasalahan program pengendalian Diare yang
akan dibahas dikaitkan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan dalam
program P2 Diare adalah terlaksananya kegiatan pengendalian Diare memenuhi
Standar Pelayanan Minimal 100% yaitu setiap pasien dengan diare mendapatkan
layanan rehidrasi oral.
- Input : tenaga kesehatan di Puskesmas Kamonji kurang mengingat jumlah
pasien yang dihadapi dan program yang harus dijalankan berupa Pojok
Oralit, LROA, home visite hanya dijalankan oleh satu orang penanggung
jawab program sekaligus pelaksana. Kurangnya kelengkapan saran dan
prasarana di Pojok Oralit. Kurangnya data follow up keberhasilan
pengobatan pasien sehingga pasien dianggap sembuh jika tidak melakukan
kunjungan berikutnya ke Puskesmas.

3
- Proses : proses dalam kegiatan sudah dapat dilakukan hanya perlu
peningkatan.
- Output : output dari kegiatan belum tercapai yaitu belum memenuhi
indikator keberhasilan pencapaian SPM 100%.

4
BAB III
PEMBAHASAN

Adapun perangkat pelaksanaan manajemen Penyakit Diare di Puskesmas


Kamonji mulai dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, akses,
metode, pedoman, pelaksanaan, dana serta waktu pelaksanaannya.
Untuk sumber daya manusia program penanggulangan P2 Diare di
Puskesmas Kamonji dikelola oleh seorang penanggungjawab program dengan
latar belakang pendidikan keperawatan, yang bekerjasama dengan dokter. Tenaga
kesehatan di Puskesmas Kamonji kurang mengingat jumlah pasien yang dihadapi
dan program yang harus dijalankan berupa Pojok Oralit, LROA, home visite
hanya dijalankan oleh satu orang penanggung jawab program sekaligus pelaksana.
Untuk sarana dan prasarana di Puskesmas Kamonji, terdapat poli anak dan
dewasa untuk bertemu dokter dan melakukan pemeriksaan dan penegakan
diagnosis Diare. Terdapat depo farmasi yang menyediakan obat Diare seperti
Zink, anibiotik, atau obat simptomatik. Terdapat Pojok Oralit, dimana pasien
diberi Oralit untuk rehidrasi oral selama diare, mereka diajarkan cara membuat
oralit dan alternatifnya. Pada Pojok Oralit terdapat oralit sacshet, gelas, dispenser
dengan galon air, meja, buku registrasi pasien/klien. Pada Pojok Oralit seharusnya
tersedia gula, garam, sendok untuk mengajarkan alternatif rehidrasi oral selain
oralit.
Untuk akses dalam pengendalian Penyakit Diare masih dapat dijangkau
dan tidak terdapat kendala. Area home visite wilayah kerja Puskesmas Kamonji
masih bisa diakses dengan kendaraan bermotor. Penanggung jawab program
menggunakan kendaraan bermotor roda dua untuk mengakses rumah pasien
Diare.
Metode yang digunakan dalam pencegahan dan penanggulangan Penyakit
Diare di Puskesmas Kamonji adalah sistem rujukan poli. Pasien datang ke
Puskesmas Kamonji dan diperiksa oleh dokter di poli anak atau dewasa. Pasien

5
kemudian diberi resep dan diarahkan ke Pojok Oralit untuk edukasi rehidrasi oral
oleh petugas penanggung jawab program. Edukasi yang diberikan berupa :
 Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan
bagaimana cara memberikannya.
 Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila
ada muntah.
 Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan pada
anak atau ASI pada bayi
 Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya
di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya di bawah kembali ke
Puskesmas.
 Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana Diare di rumah serta pencegahan
Diare.
Jika pasien tidak kembali berobat ke Puskesmas, pasien diduga telah
sembuh. Tapi jika pasien kembali dnegan keluhan yang sama, maka petugas
penanggung jawab akan melakukan home visite bekerja sama lintas program
dengan bagian Kesehatan Lingkungan dan Promosi kesehatan untuk mencari tahu
sumber Diare dan melakukan edukasi pada pasien dan orang sekitar.
Pedoman P2Diare di Puskesmas Kamonji menggunakan SOP terstandar
Puskesmas Kamonji untuk Penyakit Diare yang mengacu pada buku Pedoman
Pengendalian Penyakit Diare 2011 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
dengan no.1216/MENKES/SK/XI/2001, buku Lintas Diare 2011 dan Manajemen
Terpadu Balita Sakit.
Sumber dana yang digunakan dalam program P2 Diare di Puskesmas
Kamonji berasal dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), APBN, APBD kota
serta alokasi JKN.
Waktu pelaksanaan kegiatan program pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Kamonji dilakukan saat ada pasien yang terkena Diare, penyuluhan
dua kali setahun dan evaluasi tiap akhir bulan.

6
3.2 Proses
Dalam proses pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Kamonji menggunakan model manajemen POAC yaitu
Planning/perencanaan, Organizing/pengoragnisasian, Actuating/pergerakan
pelaksanaan dan Controlling/pemantauan.

Perencanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kamonji


berangkat dari berbagai permasalahan yang terkait monitoring dan evaluasi
pelaksanaan sebelumnya yang berasal dari kendala yang menjadi permasalahan
yang telah ditentukan pada rapat koordinasi sebelumnya. Dari permasalahan yang
ditentukan saat rapat koordinasi sebelumnya, dilakukan perumusan masalah utama
yang akan ditangani untuk mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan
program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kamonji.
Kemudian setelah ditentukan permasalahan utama sebagai prioritas, dilakukan
Rencana Kerja Operasional (RKO) yang meliputi penentuan:
1. Jenis kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
2. Lokasi kegiatan
3. Metode pelaksanaan
4. Sasaran penduduk
5. Penanggungjawab
6. Dana dan sarana
7. Waktu pelaksanaannya

Pengorganisasian program P2 Diare di Puskesmas Kamonji diinstruksikan oleh


Kepala Puskesmas kepada pelaksana program pengendalian Penyakit Diare yang
akan menjadi penanggung jawab program. Pelaksanaan program bekerja sama
dalam penemuan kasus baru dan kegawatdaruratan dengan dokter, depo farmasi,
kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan.

7
Pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kamonji
mengikuti strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah
adalah :
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan
benar.
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

Lintas Diare
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc

8
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot
study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping
yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti
diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
  Diare lebih sering
  Muntah berulang

9
  Sangat haus
  Makan/minum sedikit
  Timbul demam
  Tinja berdarah
  Tidak membaik dalam 3 hari.

Sistem Kewaspadaan Dini (Skd)


SKD merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilan
epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan,
upaya-upaya dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat (Permenkes RI No.949/MENKES/SK/VIII/2004).
1. Pengumpulan Data Diare
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui :
a. Laporan Rutin
Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB), SPRS
(RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk pen-yakit yang dapat
menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk da-pat
membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang
datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tanda–tanda
akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan
penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare
di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan
bulanan (LB) dan STP setiap bulan.
b. Laporan KLB Diare
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1)
dan dilanjutkan den-gan laporan khusus yang meliputi :
a. Kronologi terjadinya KLB
b. Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
c. Keadaan epidemiologis penderita
d. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan

10
e. Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut

c. Pengumpulan data melalui studi kasus


Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada
pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data”
sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat
digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.

2. Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi


Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampil-kan dalam bentuk tabel-
tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya
dila-kukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, se-hingga kalau terdapat
permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.

3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi


Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan,
diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan
di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapat-kan tanggapan dan
dukungan penangganannya.

Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkat-nya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah (Permenkes RI No.949/Menkes/SK/VIII/2004).
Kriteria KLB Diare, sesuai Permenkes RI no.1501/MENKES/PER/X/2010:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagai-mana dimaksud pada pasal
4 Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/2010.(Konfirmasi kolera) yang
sebelum-nya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari, atau minggu berturut turut.

11
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih di-bandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1(satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata rata jumlah
kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus (CFR) dalam 1(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada suatu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Pencegahan Diare
Kegiatan pencegaha Penyakit Diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
2. MPASI
3. Menggunakan air bersih
4. Mencui tangan
5. Menggunakan jamban
6. Membuang tinja bayi yang benar
7. Pemberian imunisasi campak

Penyehatan Lingkungan
1. Penyediaan air bersih
2. Pengelolaan sampah
3. Sarana pembuangan air limbah

12
Pemantauan dari pelaksanaan program P2 Diare di Puskesmas Kamonji
dilakukan tiap minggu, tiap akhir bulan, tiap semester dan tiap tahun untuk
mengevaluasi capaian target program dan kendala pelaksanaan program.

3.3 Output
Indikator keberhasilan P2 diare adalah tercapainya Standar Pelayanan
Minimal 100%. Adapun sistem perhitungannya :

Target = Capaian x 100%


Sasaran
Target : Hasil (%)
Capaian : Jumlah pasien yang mendapatkan pelayanan rehidrasi oral.
Sasaran : Jumlah pasien dan klien yang diharapkan mendapatkan pelayanan
P2 Diare di wialyah kerja Puskesmas

Pada tahun 2016, penderita Diare di Puskesmas Kamonji sebanyak 1119


orang dan capaian 935 orang sehingga target yang tercapai tahun 2016 adalah
83,6% dari sasaran, sementara jumlah sasaran yang diharapkan 100%. Untuk
tahun 2017, sasaran yang ingin dicapai 4296 orang, pada akhir evaluasi semester I
tahun 2017 capaian 435 orang sehingga target semester I tahun 2017 P2 Diare
sebanyak 10,1%. Capaian sendiri dihitung dari jumlah pasien yang mendapatkan
rehidrasi oral yaitu pemberian oralit. Tidak banyak masyarakat yang datang
sendiri sebagai klien di Pojok Oralit untuk mendapatkan informasi mengenai
rehidrasi saat Diare.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan permasalahan terkait program P2 Diare di
Puskesmas Kamonji maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Dalam pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas
Kamonji sejauh ini masih menjadi masalah karena belum mencapai target
100%
2. Faktor yang menjadi permasalahan pelaksanaan program P2 Diare di
Puskesmas Kamonji adalah kurangnya SDM, kurangnya kelengkapan
sarana prasarana Pojok Oralit, sistem follow up pasien Diare belum
memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang sendiri
sebagai pasien atau klien di Pojok Oralit.

4.2 Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diambil dari pelaksanaan
manajemen Program P2 Diare di Puskesmas Kamonji, yaitu :
1. Promosi kesehatan dan penyuluhan mengendai Diare dan Rehidrasi Oral
aktif harus sering dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai Penyakit Diare dan fungsi Pojok Oralit.
2. Memaksimalkan SDM dan kelengkapan sarana prasarana di Pojok Oralit
untuk memberi hasil optimal dalam pengendalian penyakit Diare.
3. Pelaksana program P2 Diare harus lebih aktif mencari pasien terkena
Diare tapi tidak mengunjungi Puskesmas.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Situasi Diare di


Indonesia. Buletin Jendela Informasi Kesehatan Triwulan II 2011.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Buku Saku Lintas
Diare. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. UPTD Puskesmas Kamonji, 2016, Profil Kesehatan Puskesmas Kamonji
2016. Palu: Puskesmas Kamonji
4. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako, 2017, Buku Panduan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Palu:
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Untad.

15

Anda mungkin juga menyukai