Anda di halaman 1dari 31

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI

UNTUK PERENCANAAN LABA

(COST VOLUME PROFIT)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
I. PENDAHULUAN

Informasi akuntansi merupakan alat bantu yang penting dalam perusahaan.

Apabila informasi yang disajikan tidak tepat, maka keputusan yang diambil akan

cenderung menyesatkan atau bahkan dapat berakibat fatal bagi perusahaan, dengan

demikian dikatakan infomasi yang tepat akan mengurangi ketidakpastian. Dari uraian

tersebut dapat dikatakan bahwa informasi sangat penting bagi setiap perusahaan,

karena untuk merencankan, mengarahkan dan memperlancar kegiatan sehari-hari

perusahaan.

Begitu juga halnya dengan kebutuhan manajemen perusahaan. Para

pengelola/manajer perusahaan sangat memerlukan manajemen yang dapat

memberikan informasi untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen tersebut

dengan baik.Cost Volume Profit Analysis (CVP) merupakan bagian dari informasi

akuntansi manajemen. Menurut Blocher (2000 : 308), analisis CVP merupakan

metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran

mepengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya

variabel, biaya tetap, harga jual per unit dan tingkat output.

Informasi akuntansi manajemen mempunyai peranan yang strategis sebagai alat

bantu manajemen untuk menjalankan fungsi manajerialnya. Melihat sampai saat

ini kebutuhan para manajer perusahaan akan informasi untuk perencanaan,

pengawasan dan pengambilan keputusan tersebut masih saja belum terpenuhi seperti
apa yang diharapkan oleh layaknya suatu badan usaha, maka dirasa perlu adanya

pembahasan, yang hasilnya diharapkan dapat membantu para manajer perusahaan

untuk memberikan informasi akuntansi manajemen yang berguna untuk menjalankan

usaha, khususnya untuk perencanaan laba atau usahanya.


II. INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA

2.1 PENGERTIAN COST VOLUME PROFIT

Analisis CVP (Cost Volume Profit) atau analisis biaya volume laba adalah

suatu analisis yang dilakukan dalam tahap perencanaan untuk menentukan

barang dan volume barang yang harus dijual untuk mencapai suatu tingkatan laba

tertentu. Untuk melakukan analisis CVP ini semua biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan harus dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Penggolongan biaya periode dan biaya produk tidak relevan untuk analisis ini.

Analisis cost volume profit dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya

adalah :

1) Menentukan harga jual produk atau jasa

2) Memperkenalkan produk atau jasa baru

3) Mengganti peralatan

4) Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam

perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan

5) Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh

manajemen

Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen

penting terkait analisis cost volume profit, yaitu:


1) Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu

secara konstan.

2) Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan

direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.

3) Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara

langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.

4) Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode

tertentu.

5) Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-

produk perusahaan yang akan dijual.

Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat

beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya

biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :

1) Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti

harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan

volume penjualan.

2) Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi

secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya

variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan.
3) Dalam perusahaan multiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.

4) Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,

jumlah persediaan tidak berubah.

Analisis cost volume profit tergantung pada sejumlah asumsi yang

membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :

1) Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap.

Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-

pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap

sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit

tidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses

produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.

2) Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih

dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.

3) Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran

relavan. Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume

produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk

atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubahan

volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perunit produk adalah

konstan.
4) Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-

macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan. Apabila produk-

produk mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan

bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.

5) Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah

penjualan.

6) Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode

adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi

selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen

saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan

kesimpulan yang berbeda dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga.

Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara

elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.

Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan

tetap, manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang

relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya

distribusi.Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit.

Selain itu, pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan dapat diartikan

sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran


produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya

total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan

dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun

perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas,

total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.

Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat

diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,

memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan

apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau

dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika

sesuatu dipilih oleh manajemen. Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan

adalah :

A. Linearitas dan rentang yang relevan

Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear

pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya

tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya yang

diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.

B. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP


Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap

yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk

baru untuk mengukur biaya variabel perunit. Akuntansi manajemen harus

teliti memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya biaya

produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.

2.2 PEMISAHAN BIAYA FIXED DAN BIAYA VARIABEL

Analisis CVP atau analisis biaya volume laba merupakan suatu analisis

yang dilakukan dalam tahap perencanaan untuk menentukan berapa volume

barang yang harus dijual untuk mencapai suatu tingkatan laba tertentu. Untuk

melakukan analisis CVP ini semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan

harus dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Dalam konteks CVP, biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan

berubah, beparapun jumlah barang yang dijual perusahaan selama masih berada

dalam suatu kapasitas tertentu. Sedangkan biaya variabel adalah total biaya yang

akan meningkat dan menurun secara proporsional sesuai dengan unit barang

yang dijual.

Karena pengelompokan tersebut maka laporan laba rugi yang dibutuhkan

juga berbeda. Format laporan laba rugi yang dibutuhkan adalah yang

membedakan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel, bukan biaya periode

dan biaya produk. Bentuk format dari lapran laba rugi tersebut adalah :
Pendapatan xxx
Biaya Variabel xxx
Marjin Kontribusi xxx
Biaya Tetap xxx
Laba Operasional xxx

Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume

dan laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan

menggunakan pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu

model laporan laba rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya.Agar

lebih informatif maka sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk

laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan analisis vertikal yang

menunjukan persentase biaya variabel dan marjin kontribusi serta nilai penjualan.

Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jaksain menjual 150 unit produknya

dengan harga Rp.3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp.2.625 dan biaya tetap

Rp.75.000. Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba

rugi berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini :

PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2018
TOTAL PERUNIT %
Penjualan (150 Unit) Rp.525.000 Rp.3.500 100
Biaya Variabel Rp.393.750 Rp.2.625 75
Marjin Kontribusi Rp.131.250 Rp.875 25
Biaya - Biaya Tetap Rp.75.000
Laba Usaha Rp.56.250
Dengan menggunakan formula marjin kontribusi Rp.875 dibagi dengan

penjualan Rp.3.500 dari laporan laba rugi diatas, maka dapat dihitung rasio

marjin kontribusi per unit sebesar 25% (Rp.875/Rp.3.500) atau sama dengan total

rasio marjin kontribusi (Rp.131.250/Rp.525.000). Persentase marjin kontribusi

memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan,

seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang

akan diikuti, strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan jenis fasilitas

produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan laba dalam

perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target laba,

marjin keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi,

dan atau titik penutupan usaha.

2.3 ANALISIS COST VOLUME PROFIT (CVP)

Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk

menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan

keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini

memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan

bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya

perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis) merupakan

alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya

jangka pendek, karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya,

jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi
alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi

yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban

yang diperlukan.

Biaya volume laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or

breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total,

dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau

analisis titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan

volume penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas,

laba total dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya.

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak

mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat

didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau

sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan

analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan

dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya

tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas.

Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai

untuk menghitung titik impas.

Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang

diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang
disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik

impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih

oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah

perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru.

Dalam kedua kondisi tersebut, perusahaan harus mengawasi secara hati-hati

potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.

Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode

persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan

unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang

digunakan dalam transaksi bisnis.

1. Metode Persamaan

Break Even Point = Total Biaya Tetap / (Harga Jual Perunit - Biaya Variabel Perunit)

Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus di

atas.Dari kasus diatas misalkan:

X = jumlah produk terjual

3.500 = harga jual per unit

2.625 = biaya variabel per unit

75.000 = total biaya tetap


Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam

persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit

dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah Produk Terjual = 75.000 / (3.500 - 2.625)

= 75.000 / 875

= 86 unit (merupakan pembulatan dari 85,71 unit)

Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung

dengan mengalikan 86 unit (impas dalam unit) dengan Rp.3.500 (harga jual per

unit produk) = Rp.300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk

menggunakan cara tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas

titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut (Marjin

Kontribusi 25%) :

Jumlah Produk Terjual = (Rp. 75.000 + Rp. 0)/0,25

= Rp. 75.000/0,25

= Rp. 300.000
2. Metode Marjin Kontribusi

Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam

menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara biaya

volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat besarnya

marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai tingkat

kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan

menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi

perunit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan

perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan

laba. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup biaya tetap dan sisanya

akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup biaya tetap

perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik

impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi

perunit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan

pengaruh kenaikan penjualan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup

mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi

perunit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal

itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua

dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.

Sehingga impas dalam unit = 75.000/875


= 86 unit (pembulatan dari 85,71 unit)

Dan impas dalam rupiah = 75.000/25%

= Rp.300.000

Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin

kontribusi perunit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari

total unit penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin

kontribusi dan rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan

demikian perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan,

biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan

penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin

kontribusi.

Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit

@Rp.3.500 dan biaya variabel per unit Rp.2.625, marjin kontribusinya = Rp.875

per unit. Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500) = 25%.

Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume

penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp.525.000.

Kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam

presentasi yang sama menjadi Rp.393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150

unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000) atau sama juga dengan 25%

seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.


Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level

perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan

tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang

digunakan.

3. Metode grafik

Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat

dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah

garis vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.

b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari

titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.

c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level

unit penjualan.

d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan

yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang

berada di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan

kisaran biaya variabel.


e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik

garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik

garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.

f. Arsir daersh segitiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan

sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai

daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil

dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih

besar akan memberikan laba.

2.4 PEMANFAAT ANALISIS COST VOLUME PROFIT UNTUK

PERENCANAAN LABA

Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada

dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada

jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik

impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti

yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya

disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari nol.

Unit Terjual Untuk Mencapai Keuntungan Tertentu = Total Biaya Tetap + Target Keuntungan

Harga Jual Perunit - Biaya Variabel Perunit

Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas,

perusahaan menginginkan laba Rp.100.000 maka dengan menggunakan formula


metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba

dimaksud dapat dihitung sebagai berikut :

Misalkan:

3.500 = harga jual per unit

2.625 = biaya variabel per unit

75.000 = total biaya tetap

100.000 = laba bersih yang diinginkan

Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba

Sehingga penjualan dalam unit menjadi:

Jumlah Unit Terjual =75.000 + 100.000

3.500 - 2.625

Jumlah Unit Terjual = 175.000/875

Jumlah Unit Terjual = 200 unit

Atau penjualan dalam rupiah (Marjin Kontribusi 25%) :

X = 75.000 +100.000

25%
X = 175.000/0,25

X = 700.000

200 unit x Rp.3.500 = Rp.700.000

Metode marjin kontribusi:

Penujualan dalam unit =(biaya tetap + target laba)/CM per unit

= (75.000 + 100.000)/875

= 175.000/875 = 200 unit

Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi

= (75.000 + 100.000)/25%

= 175.000/25%

= Rp.700.000

Impas dalam satuan waktu.bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi

titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya

setahun. Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa

tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat

dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat

dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan.


Misalnya sebuah perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas

setelah menjual 300 unit produksi traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi

rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai setelah genap beroperasi

selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam unit/100 traktor produksi

pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

Analisis Multi Produk

Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran

penjualan (sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual

perusahaan. Beberapa yang harus diperhatikan dalam memproduksi lebih dari

satu jenis produk (multi produk) :

1. Apakah produk tersebut diproduksi atau dijual dengan menggunakan

kapasitas yang sama? Jika salah satu berbeda, maka analisis CVP dapat

dilakukan secara terpisah untuk masing-masing produk.

2. Jika produk-produk dihasilkan dengan fasilitas yang sama, maka dilihat lagai

apakah memiliki CM perunit yang sama? Jika memiliki CM yang sama maka

analisis CVP dapat dilakukan seolah-olah produk tersebut merupakan satu

produk.

3. Jika produk-produk dihasilkan dari fasilitas yang sama, namun memiliki CM

perunit yang berbeda, maka yang dapat dilakukan adalah melakukan alokasi
biaya untuk masing-masing produk dan melakukan analisis CVP secara

terpisah (tidak disarankan karena biaya tidak akurat). Sarannya adalah

menggabungkan CM perunit dari masing-masing produk berdasarkan target

prnjualan masing-masing produk. Hasilnya adalah rata-rata tertimbang dari

CM untuk ke semua produk tersebut (Weighted Average Contribution

Margin).

Tabel berikut memberikan contoh cara perhitungan Weighted Average

Contributin Margin :

Produk Harga Biaya Margin Target Proporsi


jual variabel kontribusi bauran
perunit perunit penjualan
A 1.000 300 700 6.000 60% 420
B 2.000 800 1.200 3.000 30% 360
C 2.500 1.200 1.300 1.000 10% 130
910

Setelah angka tersebut diperoleh, maka analisis CVP dapat dilakukan dengan

rumus seperti yang telah dibahas sebelumnya. Misalkan total biaya tetap

perusahaan adalah Rp.18.200.000, maka total unit barang yang harus dijual

adalah Rp.18.200.000/910 = 20.000 unit. Dari total penjualan tersebut 12.000

unit (60%) merupakan target penjualan produk A, 6.000 unit (30%) merupakan

target penjualan produk B, dan 2.000 unit (20%) merupakan target penjualan

produk C.
Jika perusahaan memproduksi puluhan bahkan ratusan produk, maka

perusahaan harus mengelompokkan produk tersebut berdasarkan kesamaan CM

perunitnya. Produk yang memiliki kesamaan CM adalah produk-produk yang

berasal dari satu lini produksi. Dengan demikian maka produk-produk tersebut

bisa digabungkan dan dianggap sebagai satu jenis produk sendiri.

2.5 COST VOLUME PROFIT UNDER UNCERTAINTY

Analisis cost volume profit dilakukan dalam tahap perencanaan, dimana

asumsi yang dibuat perusahaan belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya saat

rencana tersebut dilaksanakan. Karena itu, unsur ketidakpastian harus

dipertimbangkan. Ada tiga cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk

mengantisipasi ketidakpastian tersebut, yaitu :

1. Safety Margin

2. Operating Leverage

3. Analisis Sensitifitas

2.5.1 Safety Margin

Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang

dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas.Hasil

perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun


sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit,

satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi

manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang

sudah di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai

pada suatu tingkat yang merugikan.

(Harga Jual Perunit x Kapasitas Produksi Maksimal) – BEP Dalam Rupiah

Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp.3.500 dengan

titik impasnya 85,71 unit.Dimana:

Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam

periode tertentu

Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi

ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Contoh:

Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel

per unit Rp.2.652 harga jual per unit Rp.3.500 kapasitas produksi maksimal 150

unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin

pengamanan penjualannya sebesar:

MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)

= Rp 525.000 – Rp 300.000

= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat

merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk

bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin

keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan

analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan

memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam

pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

2.5.2 Pemilihan Struktur Biaya Leverage Operasi

Agar dapat mempertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan

analisis struktur biaya.Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-

faktor operating leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran

penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan

manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai

tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba

bersih terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin

tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba

bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai

operating of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan

dapat menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya

jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh

peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.


Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya

manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan

formula:

Tingkat leverage operasi x persentase kenaikan penjualan

Atau :

Penjualan – Total Biaya Variabel


Penjualan – Total Biaya Variabel – Total Biaya Tetap

Atau :

Total Kuantitas ( Harga Perunit – Biaya Perunit)


(Total Kuantitas ( Harga Perunit – Biaya Perunit)) – Total Biaya Tetap

Memaksimalkan marjin kontribusi.Misalnya sebuah perusahaan mendapat

penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya

mendapat pembayaran Rp.20.000 per jam dan yang lainnya Rp.30.000 per jam.

Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per

jam, tentu saja secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan pembayaran

Rp.30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku,

tenaga kerja, atau jam mesin, maka manajemen harus menggunakan sumber daya

tersebut dengan cara yang optimum untuk memaksimalkan laba.

2.5.3 Analisis Sensivitas


Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa

adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis,

dapat diadakan penilain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen

dalam proses penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini

memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan

faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan

adalah laporan laba rugi komparatif.

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui

akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja

sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis

sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut

dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.

Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan

Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi

adanya perubahan-perubahan berikut:

1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi,

biaya bahan-baku, produksi, dsb

2. Penurunan produktivitas
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah melakukan analisis dapat

diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan

proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.


III. PENUTUP

Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis

pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume,

dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-

even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya

aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan

perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba

merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali

manajemen.

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak

mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat

didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau

sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik

impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,

metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan

maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam

transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat

dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis

sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat

merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk

bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin

keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young :

Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.

Drs. Abdul halim, M.B.A., Akuntan dan Drs. BambangSupono,Akuntan”Akuntansi

Manajeman “ Edisi Pertama,Yogyakarta, BPFE,1999

Modul Chartered Accountant; Akuntansi Manajemen Lanjutan; Ikatan Akuntan

Indonesia; Mei 2015

http://catatanlengkapfatma.blogspot.co.id/2013/12/ ANALISA BIAYA - VOLUME –

LABA.html

http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/ ANALISIS BIAYA - VOLUME –

LABA.html

http://www.mas-sugeng.com/ ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.

Anda mungkin juga menyukai