Anda di halaman 1dari 5

Karen Kuniya, Ari Wahyuni | Manajemen Anestesi pada Neonatus 2 hari dengan Gastroschisis dan Gangguan Elektrolit: Laporan

Kasus

Manajemen Anestesi pada Neonatus Usia 2 Hari dengan Gastroschisis dan


Gangguan Elektrolit: Sebuah Laporan Kasus
Karen Kuniya1, Ari Wahyuni2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Abstrak
Gastroschisis adalah salah satu kelainan kongenital pada dinding abdomen yang ditandai dengan adanya herniasi vis cera
abdomen keluar dari cavum abdomen melalui defek yang terletak di sebelah umbilikus. Penyebab gastroschisis adalah
gangguan pembuluh darah arteri omfalomesenterika atau atrofi vena umbilikal (<28 hari) saat intrauterine, sehingga
dinding arteri menjadi infark dan ruptur pada cincin umbilikal. Insiden terjadinya gastroschisis mencapai angka 1:10.000
setiap 100.000 kelahiran bayi. Permasalahan yang terjadi dapat berupa kehilangan cairan yang masif, termoregulasi yang
buruk, infeksi dan distensi usus akibat terpaparnya isi cavum abdomen. Penatalaksanaan operatif diperlukan untuk
menurunkan angka kematian pada gastroschisis. Pasien neonatus usia 2 hari, cukup bulan (37 minggu), lahir secara
pervaginam dengan bidan, datang dengan keadaan usus terburai. Ibu pasien memiliki riwayat kontrol ANC yang tidak
teratur, tidak pernah memeriksa kandungan dengan USG selama kehamilan. Pada pemeriksaan fisik, tidak didapatkan
kelainan kongenital lainnya, hanya berupa usus yang terburai tidak tertutup oleh selaput. Pasien dilakukan tindakan
operatif abdomen closure dengan beberapa pertimbangan anestesi sebelumnya. Manajemen preoperatif, intraoperatif, dan
postoperatif yang lengkap akan membuat keberhasilan operasi menjadi lebih baik.

Kata kunci: Anestesi, emergensi, gastroschisis, pembedahan

Anesthesia Management in Neonates 2 Days of Age with Gastroschisis and


Electrolyte Imbalance: A Case Report
Abstract
Gastroschisis is one of the congenital abnormalities in the abdominal wall which is characterized by a herniation of the
abdominal viscera out of the abdominal cavity through a defect located next to the umbilicus. The cause of gastroschisis is
disorders of the arteries of the omphalalomecentery artery or umbilical vein atrophy (<28 days) during intrauterine, the
arterial wall becomes infarct and rupture of the umbilical ring. The incidence of gastroschisis reaches 1: 10,000 per 100,000
births. Problems can occur in the form of massive fluid loss, poor thermoregulation, infection and intestinal distension due
to exposure of abdominal cavity contents. Emergency operative management is needed to reduce mortality in gastroschisis.
Neonatal patients aged 2 days, 37 gestational weeks, pervaginam labour, born with abdominal wall defect. The patient's
mother had poor prenatal control, withour obstetric ultrasound during pregnancy. On physical examination, there are no
other congenital abnormalities, only the form of a abdomnial wall defect that is not covered by the membrane. The patient
receives an operative abdominal closure with some consideration of anesthesia. Preoperative, intraoperative, and
postoperative management will ensure a correct initial management.

Keywords: Anesthesia, emergency, gastroschisis, surgery

Korenspondensi: Karen Kuniya, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro gang Arbenta Kos Alysha Home Bandar Lampung, HP
081290423227, e-mail karenkuniya@gmail.com

Pendahuluan omfalokel. Insiden terjadinya gastroschisis


Gastroschisis merupakan defek mayor mencapai angka 1:10.000 setiap 100.000
dalam penutupan dinding abdomen. Pada kelahiran bayi. Angka kejadian gastrochisis
gastroschisis, viscera tidak tertutup dengan lebih besar dibandingkan omfalokel dimana
dinding abdomen dan terjadi herniasi yang rasio perbandingan antara gastroschisis dan
menembus defek pada lateral umbilikus omfalokel adalah 1,5:1 sampai 2:1 pada
(biasanya terletak pada sisi kanan dan terjadi sebagian besar pusat bedah anak.1,2
involusi vena umbilikal) sehingga terjadi Teori yang diterima saat ini mengenai
eviserasi dari isi cavum abdomen.1 penyebab gastroschisis adalah gangguan
Gastroschisis biasanya berisi usus halus dan pembuluh darah seperti oklusi arteri
tidak terdapat membran yang menutupi, omfalomesenterika atau atrofi vena umbilikal
dimana yang membedakannya dengan (<28 hari) saat intrauterine, yang

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Januari 2019 | 509


Karen Kuniya, Ari Wahyuni | Manajemen Anestesi pada Neonatus 2 hari dengan Gastroschisis dan Gangguan Elektrolit: Laporan Kasus

menyebabkan dinding arteri menjadi infark By. Ny. V, neonatus usia 2 hari, cukup
dan ruptur pada cincin umbilikal sehingga usus bulan, sesuai masa kehamilan (37 minggu)
menjadi terburai.3 Indonesia menjadi negara dilahirkan secara spontan per vaginam di
yang beresiko tinggi terjadinya gastroschisis rumah dengan pertolongan bidan dan diantar
karena dari beberapa penelitian terdapat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Abdoel
resiko penyebab gastroschisis seperti Moeloek dengan keluhan usus terburai sejak
kehamilan pada usia sangat muda (<20 tahun), lahir. Sebelumnya ibu pasien tidak melakukan
paritas yang tinggi, kekurangan asupan gizi saat pemeriksaan ANC secara teratur dan tidak
kehamilan, paparan terhadap nitrosamin dan pernah memeriksakan kehamilan dengan
agrokimia, tidak adanya pemeriksaan menggunakan USG sebelumnya. Keluhan
kehamilan sebelumnya, dan kelas sosio- tekanan darah tinggi, kaki bengkak, nyeri
ekonomi yang rendah.3 kepala dan ulu hati tidak pernah dikeluhkan
Tatalaksana yang dapat dilakukan oleh ibu pasien sebelumnya. Ibu pasien hamil
berupa tindakan operasi. Pasien neonatus pertama kali. Sewaktu kehamilan ini ibu pasien
dengan gastroshcisis akan menjalani operasi tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
penutupan defek dinding abdomen, masalah- tertentu. Riwayat penyakit sistemik, alergi dan
masalah yang dapat terjadi pada pasien berupa operasi sebelumnya tidak ada.
hilangnya cairan dan suhu (panas) karena usus Pada pemeriksaan fisik didapatkan
yang terburai, selain itu terdapat masalah keadaan umum tampak lemas, kesadaran
berupa kemungkinan terjadi infeksi serta compos mentis, nadi 140x/menit, respirasi
gaster yang dapat berdistensi.3,4 Pemaparan isi 62x/menit, suhu aksila 36,6°C. Pada
abdomen menghasilkan penguapan panas yang pemeriksaan kepala dan leher tidak didapatkan
banyak dan terjadi kekurangan jumlah air kelainan. Pada pemeriksaan thorak dan
sehingga menjadi predisposisi terjadinya jantung tidak didapatkan juga kelainan. Pada
infeksi pada pasien dengan gastroschisis. abdomen, saat inspeksi didapatkan usus halus
Meskipun waktu yang tepat untuk dilakukan yang di luar dinding abdomen dan tidak
tindakan operatif masih kontroversial, namun tertutup peritoneal, pemeriksaan auskultasi
penelitian menyebutkan semakin cepat dan perkusi sulit dilakukan, pada palpasi
penutupan dinding abdomen, semakin kecil terdapat defek di tepi kanan abdomen. Pada
kemungkinan neonatus tersebut mengalami ekstremitas, pasien tidak didapatkan kelainan.
infeksi.5 Pemeriksaan penunjang pasien berupa darah
Pertimbangan anestesi yang digunakan lengkap dengan hasil Hb 21,3 g/dL, Ht 64%,
pada anak-anak maupun neonatus juga harus Leukosit 9.500/μL, Eritrosit 5,8 juta/μL,
lebih diperhatikan, secara anatomi dan fisiologi Trombosit 93.000/μL, CT 13’30’’, BT 3’’30’’,
hampir seluruh sistem berbeda dengan orang GDS 64 mg/dL, pemeriksaan fungsi ginjal
dewasa, contohnya seperti sistem respirasi, berupa Ureum 23 mg/dL, Creatinine 0,31
pada anak-anak maupun neonatus memiliki mg/dL, pemeriksaan fungsi hati berupa SGOT
alveolus yang lebih kecil sehingga compliance 93 U/L, SGPT 19 U/L, dan pemeriksaan
paru menurun dan rendahnya volume residual elektrolit berupa Natrium 126 mmol/L, Kalium
pada ekspirasi.6 Pada neonatus dengan 6,6 mmol/L, Kalsium 6,6 mmol/L, dan Klorida
gastroschisis manajemen anestesi lebih 94 mmol/L. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan
ditekankan pada hilangnya panas tubuh yang pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada
dapat menyebabkan terjadinya hipotermia pasien ini adalah gastroschisis dengan
pada pasien akibat terpapar lingkungan yang direncanakan untuk tindakan operasi
dingin, perbedaan rasio antara luas permukaan abdominal closure.
tubuh dengan berat badan, lemak subkutan Pada kunjungan preoperatif didapatkan
yang minim dan rendahnya kemampuan kondisi pasien lemas namun masih dapat
menggigil pada neonatus.4 menangis dengan skor American Society of
Anesthesiologist (ASA) III E. Berdasarkan hasil
Kasus pemeriksaan laboratorium, nilai elektrolit
pasien dalam kondisi yang buruk, oleh karena

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Januari 2019 | 510


Karen Kuniya, Ari Wahyuni | Manajemen Anestesi pada Neonatus 2 hari dengan Gastroschisis dan Gangguan Elektrolit: Laporan Kasus

itu, sebelum dilakukan operasi elektrolit pasien yang ditandai dengan adanya herniasi visera
diperbaiki terlebih dahulu dengan memberikan abdomen keluar dari cavum abdomen melalui
intravenous fluid drip dengan cairan D10% 500 defek yang terletak di sebelah umbilicus.
cc ditambah dengan NaCl 3% 60 cc sebanyak Gastroschisis biasanya berisi usus halus dan
12 tetes per menit (tetesan mikro). Pasien juga tidak terdapat membran yang menutupi,
diberikan Ca glukonas 1,5cc/12 jam dengan terkadang terdapat jembatan kulit diantara
akuabides dan diberikan secara intravena defek dan umbilikalis.7 Pada pasien neonatus
perlahan. Pada pasien dilakukan rehidrasi dengan gastroschisis memerlukan operasi
cairan dengan kristaloid sebanyak 10 ml/kgBB darurat agar usus yang terekspose dapat cepat
yang bertujuan untuk mencukupi cairan ditutup sehingga kehilangan cairan dan
intravaskular sebelum pasien diinduksi di ruang kehilangan panas tubuh dari organ viscera
operasi. Saat preoperatif sudah dimulai dapat diatasi. Penanganan pada pasien dengan
manajemen termoregulasi untuk mencegah gastroschisis untuk menutup usus yang
kehilangan panas tubuh pasien dari organ- terekspose dengan kassa yang dibasahi dengan
organ dalam yang terpapar. Pada pasien juga NaCl 0,9% hangat untuk mengurangi
dilakukan pemasangan orogastric tube (OGT) kekurangan cairan akibat penguapan.4,8
untuk dekompresi lambung. Pasien tidak Permasalahan utama pada pasien adalah
diberikan premedikasi sulfas atropin kehilangan panas dan cairan, oleh karena itu,
dikarenakan resiko yang dapat terjadi seperti terapi cairan pada preoperatif dilakukan untuk
memicu sekret asam labung apabila diberikan mempertimbangkan kebutuhan cairan untuk
obat tersebut sebelumnya. Sebelum dilakukan rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan
induksi, pasien diberikan fentanyl 5mcg yang yang sedang berlangsung. Pada neonatus atau
berfungsi sebagai analgetik. Pasien diinduksi anak, dosis cairan pemeliharaan diberikan
menggunakan gas oksigen dan volatile: 4ml/kgBB/jam untuk 10 kg BB pertama, 2
sevofluran yang dialirkan ke sungkup dan ml/kgBB/jam untuk 10 kg BB kedua, dan 1
ditempelkan terlebih dahulu ke wajah pasien ml/kgBB/jam untuk seterusnya. Pada pasien
dan menempelkan stetoskop pada dada kiri gastroschisis dibutuhkan dua hingga tiga kali
untuk memonitoring nadi dan pernafasan, dari dosis pemerliharaan dalam 24 jam
selain menggunakan monitor elektronik untuk pertama. Hal yang perlu dimonitoring selama
melihat saturasi, nadi, dan EKG. resusitasi cairan adalah urine output, nadi, dan
Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 3 perfusi jaringan. Pemberian cairan yang
dengan teknik intubasi apneu non muscle mengandung dextrose direkomendasikan
relaxant dimana pasien tidak diberikan untuk mencegah hipoglikemia dapat diberikan
pelumpuh otot sebelumnya. Selama operasi, untuk beberapa hari selanjutnya sampai kadar
anestesi dipelihara dengan oksigen: udara: glukosa stabil. Kadar gula darah dan elektrolit
sevoflurane. Operasi berlangsung 60 menit, harus dimonitor dan larutan diberikan dengan
saat operasi hemodinamik pasien stabil, nadi kecepatan maintenance yang sesuai.
dan saturasi dalam batas normal. Setelah Kehilangan cairan pada gastroschisis berupa
operasi selesai, pasien tidak dilakukan cairan isotonik beserta protein oleh karena itu
ekstubasi, setelah bernafas spontan regular pilihan terbaik adalah Dextrosa 1% pada Ringer
dan dengan tanda-tanda vital yang Lactat, D5% ¼ NS (KAEN 1B).4,7,8
dipertahankan stabil pasien dipindahkan ke Orogastric tube (OGT) dipasang pada
ruangan NICU dengan diberi perhatian khusus pasien untuk dekompresi lambung dan
pada tanda-tanda vital, monitoring tanda gagal mencegah terjadinya regurgitasi dan aspirasi
nafas, dan memeriksa GDS post operasi. Pasien pulmonal. Meskipun neonatus pada pasien
diberikan infus paracetamol 3x25mg setelah gastroschisis belum diberi makanan, distensi
operasi. lambung dapat menimbulkan terjadinya
distensi usus dikarenakan organ viscera yang
Pembahasan mengalami hernia sudah terekspose dengan
Gastroschisis merupakan salah satu cairan amnion pada uterus dan terpapar udara
kelainan kongenital pada dinding abdomen setelah proses kelahiran, usus tersebut akan

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Januari 2019 | 511


Karen Kuniya, Ari Wahyuni | Manajemen Anestesi pada Neonatus 2 hari dengan Gastroschisis dan Gangguan Elektrolit: Laporan Kasus

mengalami inflamasi dan berdilatasi bahkan tekanan intraabdomen, pencegahan infeksi,


fungsinya akan menjadi abnormal. Antibiotik dan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
spektrum luas dapat mencegah terjadinya dilakukan untuk memastikan neonatus dalam
infeksi sekunder akibat distensi organ viscera keadaan stabil. Penelitian membuktikan bahwa
tersebut.8,9 kadar gula darah berkorelasi dengan durasi
Pemberian cairan selama durante pemberian nutrisi total secara parenteral,
operatif mutlak dilakukan pada neonatus. penggunaan ventilasi, dan lama pasien dirawat.
Setiap pembedahan, kehilangan cairan yang Oleh karena itu, pemberian nutrisi secara cepat
lebih menonjol dibandingan perdarahan akibat dan berlebihan dapat dihindari untuk
adanya evaporasi dan translokasi cairan mengkontrol kadar glukosa.8
internal (perpindahan ke ruang ketiga akibat Setelah pembedahan, pemberian terapi
defisit cairan intravaskuler), sehingga saat cairan post operatif melalui akses vena perifer,
durante operatif indikator berupa nadi, urine namun apabila lebih dari lima hari dikarenakan
output, oksigenasi arteri dan pH dapat pasien harus puasa setelah pembedahan maka
diperhatikan. Kehilangan cairan pada ruang dapat diberikan nutrisi parenteral. Cairan yang
ketiga digantikan sebesar 1ml/kgBB/jam untuk dianjurkan dapat diberikan setelah
prosedur operasi ringan dan 15ml/kgBB/jam pembedahan adalah Ringer Lactat atau larutan
untuk prosedur pemberdahan besar. Larutan natrium chloride 0,9% dengan dekstrosa 5%,
garam seimbang harus digunakan untuk defisit hal tersebut karena cairan adalah jenis cairan
dan kehilangan ruang ketiga. Hal ini akan isotonik.7 Beberapa neonatus dengan
meminimalisir pemberian bolus glukosa gastroschisis dapat bernafas spontan setelah
terhadap respon hipoglikemia atau pembedahan namun membutuhkan bantuan
hiperglikemia yang tidak diketahui.7 Jika dalam ventilator dikarenakan peningkatan tekanan
pembedahan dilakukan terapi cairan yang intraabdominal dengan penurunan fungsi
tepat, maka urine output yang didapatkan pernafasan. Neonatus yang diesktubasi harus
sebesar 1-2ml/kg/jam. Keseimbangan cairan sadar penuh dengan pernafasan spontan yang
dan suhu tubuh harus seimbang selama regular dan pergerakan ekstremitas yang aktif,
operasi berlangsung. Hipotermi dapat dan keadaan tanda vital serta hemodinamik
diminimalisir dengan meningkatkan suhu baik. Beberapa neonatus membutuhkan
ruangan operasi, menggunakan handuk ventilator oleh karena penurunan fungsi paru
hangat, menghangatkan cairan intravena yang disebabkan peningkatan tekanan
terlebih dahulu dan memastikan bahwa organ intraabdomen, dan membutuhkan pelumpuh
visera selalu tertutupi dengan kasa. Hipertermi otot selama 24 jam. Hal tersebut dapat
dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan dipantau di ruangan intensif khusus (NICU atau
kehilangan panas melalui proses evaporasi, PICU). Pemantauan suhu tubuh dipastikan
sehingga hal tersebut harus dihindari.8 terukur dan stabil. Obat analgetik dapat
Anestesi dipertahankan dengan diberikan secara intravena berupa paracetamol
menggunakan oksigen dengan udara dan gas 10mg/kg selama 6 jam. 11,12
inhalasi, nitrit oksida (N2O) sebaiknya tidak
digunakan untuk mencegah terjadinya distensi Simpulan
usus dan mencegah terhadap peningkatan Gastroschisis adalah kelainan kongenital
tekanan abdominal ketika usus sudah pada dinding abdomen yang ditandai dengan
dikembalikan ke cavum abdomen. Gas inhalasi adanya herniasi viscera abdomen keluar cavum
harus dititrasi untuk mencegah hipotensi pada abdomen melalui defek yang terletak di
neonatus. Hal tersebut dapat dipastikan sebelah umbilikus. Neonatus dengan
dengan memantau saturasi oksigen diatas gastroschisis membutuhkan tatalaksana
90%.9,10 emergensi karena terjadinya kehilangan cairan
Neonatus dengan gastroschisis yang masif, keseimbangan elektrolit, dan
mempunyai prognosis yang baik dengan nilai mudah terjadi infeksi. Oleh karena itu,
lebih dari 90% secara post operatif. Monitoring dibutuhkan manajemen anestesi secara
tekanan udara, tanda-tanda peningkatan preoperatif, intraoperatif maupun postoperatif

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Januari 2019 | 512


Karen Kuniya, Ari Wahyuni | Manajemen Anestesi pada Neonatus 2 hari dengan Gastroschisis dan Gangguan Elektrolit: Laporan Kasus

untuk memastikan kebutuhan cairan dan Morgan and mikhail’s clinical


elektrolit terpenuhi dan menjaga neonatus anesthesiology. Edisi ke-5. New York:
untuk selalu normotermi. McGraw Hill; 2013.
7. Sari D, Widyastuti Y, Handayani S.
Daftar Pustaka Penatalaksanaan cairan perioperatif pada
1. Holcomb GW, Murphy JP, Ostlie DJ, Peter gastroschisis. J Komplikasi Anestesi.
SD, editor. Ashcraft’s pediatric sugery. 2016;3(2):1–12.
Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Inc; 2014. 8. Myo CC, Rosenblatt M. Pre anesthetic
2. Coran AG, Adzick NS, Krummel TM, assessment of the newborn with an
Laberge JM, Caldamone A, Shamberger R, abdominal wall defect. Contin Med Educ.
Dkk editor. Pediatric sugery. Edisi ke-7. 2013;2(2):19-24.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2012. 9. Wouters K, Walker I. Anaesthesia for
3. Ibarra CR, Gutiérrez M, Saavedra JS, neonates with abdominal wall defects.
Zúñiga LF. Gastroschisis. Case report and Neonatal Anaesthesia. 2015;2(3):1-10.
management in primary care services. 10. Olutoye O. Anesthesia for abdominal
Case Reports. 2018;4(1):10–8. surgery. Dalam: Pediatric anesthesia
4. Thewidya A, Kurniyanta P, Wiryana M. principle and practice. Toronto: McGraw
Manajemen termoregulasi untuk Hill; 2011:411–26.
mencegah kejadian hipotermia pada 11. Parihar D, Goel N, Raikwar P, Pal A, Batra
pasien neonatus yang menjalani operasi S, Kaur J, Dkk. Early primary repair of
gastroschisis. Medicina. 2018;49(2):155– gastroschisis without general anaesthesia.
60. J of Evolution of Med and Dent Sci.
5. Luo D, Wu L, Wu H, Huang W, Huang H. 2015;4(98):16292–4.
Anesthetic management of a neonate 12. Delcid AF, Janneth S, Torres V, Barahona
receiving prenatal repair of gastroschisis. WP, Leiva FA, Gonzalez CH. Non-viable
Int J Clin Exp Med. 2015;8(5):8234–7. neonatal gastroschisis: case report. J Clin
6. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Epigenetics. 2017;3(2):1–4.

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Januari 2019 | 513

Anda mungkin juga menyukai