Anda di halaman 1dari 32

MODUL 4 : SURVEY TOPOGRAFI

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
SURVEY TOPOGRAFI .................................................................................................... 2
1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
1.1 Umum ............................................................................................................ 2
1.2 Standar Kompetensi ....................................................................................... 2
1.3 Kompetensi Dasar.......................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Modul ................................................................................... 3
2 PENGERTIAN DAN ISTILAH ......................................................................... 3
3 SURVEY TOPOGRAFI ..................................................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 5
3.1.1 Alat ................................................................................................. 5
3.1.2 Bahan.............................................................................................. 9
3.2 Methode Pengukuran ..................................................................................... 10
3.2.1 Pengukuran Pengikatan .................................................................. 10
3.2.2 Pemasangan BM............................................................................. 10
3.2.3 Pengamatan Azimuth Matahari ...................................................... 11
3.2.4 Pengukuran Poligon ....................................................................... 11
3.2.5 Pengukuran Waterpass (sipat datar) ............................................... 13
3.2.6 Pengukuran Detail Situasi .............................................................. 15
3.2.7 Pengukuran Penampang Melintang................................................ 16
3.3 Pengolaan data ............................................................................................... 17
3.3.1 Pengendalian data........................................................................... 17
3.3.2 Penghitungan .................................................................................. 17
3.4 PENGGAMBARAN ..................................................................................... 18
4 STUDI KASUS .................................................................................................... 19
5 SUMBER PUSTAKA .......................................................................................... 22
6 LAMPIRAN ......................................................................................................... 24

i
MODUL 4 : SURVEY TOPOGRAFI
1 PENDAHULUAN

1.1 Umum
Topografi (berasal dari kata “topos” yang berarti tempat dan “grapho” yang berarti menulis)
adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan benda langit lain, seperti planet, satelit
(alami, seperti bulan), dan asteroid. Hal itu juga termasuk penggambarannya di peta. Ada dua
teknik yang dapat membantu studi topografi ini, yaitu survey secara langsung dan
penginderaan jarak jauh (remote sensing). Kali ini, kita akan membahas tentang survey secara
langsung atau lebih dikenal dengan nama survey topografi.
Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda (features) buatan
manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei topografi juga digunakan untuk
menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari
gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan
karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal
diantara beberapa features dan elevasinya masing-masing diatas datum tertentu.
Proses pemetaan topografi sendiri adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung
dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan survei teristris. Teknik pemetaan mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan
peralaatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat
dengan tingkat ketelitian yang tinggi, dan dengan dukungan teknologi GIS maka langkah dan
proses perhitungan menjadi semakin mudah dan cepat serta penggambarannya dapat
dilakukan secara otomatis.

1.2 Standar Kompetensi


Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan para peserta pelatihan mampu menjelaskan cara
survey topografi dan membaca gambar hasil pengukuran topografi yang terkait dengan
pekerjaan keteknik sipilan.

1.3 Kompetensi Dasar


Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan akan mampu:
1) menjelaskan tentang berbagai istilah dan definisi dalam pekerjaan pengukuran
2) menjelaskan berbagai jenis surney topografi
3) menjelakan pelaksanaan survey topografi
4) mebaca gambar hasil survey topografi.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 2


1.4 Ruang Lingkup Modul
Materi pada modul ini dibatasi hanya pada survey pemetaan detail situasi dan survey
penampang melintang dan emmanjang.

2 PENGERTIAN DAN ISTILAH

Azimuth : Sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah suatu titik
yang besarnya diukur searah jarum jam.
BM : titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat dari beton dan
besi dan telah diketahui koordinatnya hasil pengukuransebelumnya.
Datum : titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum relatif).
Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi (datum absolut).
Fotogrametri :ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari mengenai geometris foto-
foto udara yang diperoleh dari pemotretan menggunakan pesawat terbang.
Geodesi : ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi dengan memperhatikan kelengkungan
bumi.
Geodesic : kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaanellipsoida.
Geometri : ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan bumi.
Gradien : besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi sampingyang
membentuk sudut tegak lurus (90o).
Horisontal : garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang yang
menjauhi pusat bumi.
Interpolasi : metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik yang
dihubungkan oleh garis lurus.
Intersection : nama lain dari pengikatan ke muka, yaitu pengukuran titiktunggal dari dua
buah titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menempatkan alat
theodolite di atas titik-titik yang telahdiketahui koordinatnya.
Galat : selisih antara nilai pengamatan dengan nilai sesungguhnya.
GIS : (Geographical Information System) suatu sistem informasi yang mampu
mengaitkandatabase grafisdengan data base tekstualnyayang sesuai.
GPS : (Global Positioning System) : sistem penentuan posisi global
menggunakan satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan gelombang mikro ke bumi, lalu diterima oleh GPS yang ada
di bumi.
Gravitasi : gaya tarik bumi yang mengarah ke pusat bumi dengan nilai +9,81
m/s2.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 3


Interpolasi : suatu rumusan untuk mencari ketinggian suatu titik yang diapit oleh dua
titik lain dengan konsep segitiga sebangun.
Jalon : batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih dengan panjang +
1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal.
Kompas : alat yang digunakan untuk menunjukkan arah suatu garis terhadap utara
magnet yang dipengaruhi magnet bumi.
Kontur : garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata (MSL). Garis di
atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama
dari permukaan air laut rata-rata dan kerapatannya bergantung pada
ukuran lembar penyajian (skala
Koordinat : posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol sumbu Y.
Polygon : serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau tertutup untuk
menentukan koordinat titik-titik di ataspermukaan bumi.
Profil : potongan gambaran turun dan naiknya permukaan tanah baik memanjang
atau melintang.
Topografi : peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baikunsur alam
maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang dan kecil.
Total Station : alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis untuk
menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara otomatis
digitalmenggunakan gelombang elektromagnetis.
Trace : serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan (jalan,
saluran, jalur lintasan).
Transversal : proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus (membentuk sudut
90o) dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder).
Triangulasi : serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk menentukan
koordinat titik-titik di lapangan.
Trivet : bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada statif.
Unting-unting : bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
UTM : (Universal Transverse Mercator) sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia: 60
zona. Bidang perantara yang digunakan : silinder dengan posisi
transversal (sumbu putar bumi tegak lurus terhadap garis normal silinder),
informasi geometrik yang dipertahankan sama : sudut (konform) dan
secant.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 4


Peta topografi : peta dengan skala tinggi dan detail, dan biasanya menggunakan garis-garis
kontur dalam peta modern.
Kompas : alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik bumi secara akurat.
Vertikal : garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Waterpass : alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi garis bidik di
atas permukaan bumi yang berkategori bermedan datar (slope < 8 %).

3 SURVEY TOPOGRAFI

Proses perpindahan bentuk bumi dan permukaannya membutuhkan sebuah keahlian khusus,
yang dimiliki oleh seorang surveyor, sedangkan pekerjaan seorang surveyor biasa disebut
survey topografi. Survey topografi adalah survey yang bertujuan untuk mencari informasi
permukaan tanah. Informasi tersebut dapat berupa tinggi rendah hingga keadaan fisik dan
posisi suatu benda, baik yang berupa alamiah maupun buatan manusia, di permukaan lahan
yang akan dipetakan. Survey ini sangat berguna dalam pembuatan peta topografi.
Walaupun penginderaan jarak jauh (remote sensing) sudah menggunakan teknologi yang
sangat maju, survey secara langsung masih dibutuhkan untuk mendapatkan hasil/informasi
yang lebih akurat mengenai keadaan suatu permukaan lahan.Survey atau surveying
didefinisikan sebagai pengumpulan data yang berhubungan dengan pengukuran permukaan
bumi dan digambarkan melalui peta atau digital. Sedangkan pengukuran didefinisakan
peralatan dan metode yang berhubungan dengan kelangsungan survey tersebut. jadi,
surveying adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengumpulan data. Mulai dari
pengukuran permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi. Sedangkan pengukuran
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan alat mulai dari pita ukur hingga
pengukuran jarak dengan metode elektro magnetik.
Survey umumnya dilakukan pada bidang datar, yaitu dengan tidak memperhitungkan
kelengkungan bumi. Dalam proyek surveying, kelengkungan buminya kecil, jadi
pengaruhnya dapat diabaikan, dengan menggunakan perhitungan yang rumusnya
disederhanakan. Sedangkan pada proyek yang memiliki jarak jauh, kelengkungan bumi tidak
dapat diabaikan, karena keadaan ini termasuk surveying geodesi.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada survey pengukuran meliuti:
1) Peta topografi: digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak, rute perjalanan
dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, tingkat tutupan vegetasi
dan perbedaan ketinggian kontur.
2) Pita atau tali ukur: digunakan untuk mengukur panjang lintasan atau ketebalan suatu
lapisan. Pita ini biasanya berbentuk roll agar mudah dibawa (Gambar 3-1).

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 5


3) GPS : digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan waktu saat
survey. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar kita tidak tersesatdibawa
(Gambar 3-1).

Gambar 3-1. Tali ukur (roll meter) dan GPS

4) Kamera: digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang dilakukan,


mulai dari lokasi kegiatan.
5) Kompas: merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik bumi secara
akurat.

Gambar 3-2. Kompas dan Kamera

6) Waterpass: adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda
atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal .

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 6


Gambar 3-3. Waterpass

7) Total station: adalah instrumen optis/elektronik yang digunakan dalam pemetaan dan
konstruksi bangunan. Total station merupakan teodolit terintegrasi dengan komponen
pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu (Gambar 3-4 dan Gambar 3-5).

Gambar 3-4. Total Station Topcon dan Sokkia

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 7


Gambar 3-5. Waterpass Topcon dan Sokkia

8) Tripod: adalah kaki tiga untuk menyangga alat total station, Digital Theodolite,
waterpass, dll untuk berdiri tegaknya alat ukur dengan settingan tinggi kaki tripod yang
dapat disesuaikan (Gambar 3-6).
9) Rambu ukur: adalahalat bantu dalam menentukan beda tinggi dan mengukur jarak
dengan menggunakan pesawat waterpass atau total statison. Rambu ukur terbuat dari
kayu atau campuran logam alumunium. Ukurannya, tebal 3 cm – 4 cm, lebarnya + 10 cm
dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m. Pada bagian bawah diberi sepatu, agar tidak aus
karena sering dipakai. Rambu ukur dibagi dalam skala, angka - angka menunjukan ukuran
dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter oleh E dan oleh kedua garis.
Oleh karena itu, kadang disebut rambu E. Ukuran meter yang dalam rambu ditulis dalam
angka romawi. Angka pada rambu ukur tertulis tegak atau terbalik. Pada bidang lebarnya
ada lukisan milimeter dan diberi cat merah dan hitam dengan cat dasar putih agar saat
dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Meter teratas dan meter terbawah berwarna hitam,
dan meter di tengah dibuat berwarna merah (Gambar 3-7).

Gambar 3-6. Tripod

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 8


10) Jalon (pole stick)

Gambar 3-7. Bak ukur dan Jalon (Pole stick)

3.1.2 Bahan
Bahan yang diperlukan pada survey topografi antara lain:
1) Benck Mrk (BM): adalah patok beton yang dibuat dan ditanam ada dua jenis, yang
pertama patok beton yang berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm

Gambar 3-8. Patok Benck Mark (BM)

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 9


2) Control Point (CP):adalah patok beton yang mempunyai ukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm
atau yang lebih sering disebut dengan Control Point (CP).

3.2 Methode Pengukuran

3.2.1 Pengukuran Pengikatan


Salah satu kegiatan survei topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran
untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.
1) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran pengikatan adalah:
 1 unit Theodolite T2 (untuk posisi horisontal)
 1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal)
 1 buah pita baja 50 m
 2 set bak ukur
2) Metoda Pelaksanaan
(1) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y)
Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM.1
dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu
terhadap BM yang ada dilapangan (milik PT Timah) yang sudah memiliki
nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan terhadap BM.1 ini. Titik-titik
referensi ini dilalui atau termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga
merupakan salah satu titik poligon.
(2) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)
Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di
lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai
datum (elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut.

3.2.2 Pemasangan BM
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM)
dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan
secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk
menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada
kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau
kode,untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula
dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 10


tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya. Bentuk bench mark yang
dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3-8.

3.2.3 Pengamatan Azimuth Matahari


Tujuan pengamatan azimuth matahari adalah menentukan lintang dan bujur suatu titik
(tempat) di bumi, yaitu koordinat astronomis titik tersebut, serta menentukan azimuth arah
antara dua titik di permukaan bumi.
Pada khususnya penentuan azimuth suatu arah di permukaan bumi sangat diperlukan dalam
pekerjaan-pekerjaan pengadaan titik dasar untuk pekerjaan pemetaan, baik pemetaan cara
terestris maupun pemetaan cara fotogametris.
Azimuth diperlukan bukan saja untuk pemberian orientasi utara kepada peta, tetapi lebih
penting untuk mengontrol ukuran-ukuran sudut pada pengukuran poligon dan triangulasi.

3.2.4 Pengukuran Poligon


Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan menggunakan system pengukuran
metode poligon, atau lebih dikenal dengan nama pengukuran poligon.

1) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah:
 1 Unit Theodolite T2 atau Total Station Sokkia Set 2C
 1 buah pita baja 50 m
 1 set bak ukur.

2) Metoda Pelaksanaan
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan
sudut jurusan yang akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.Dalam pembuatan
titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak
sekitar 50 meter.
Pengukuran Sudut
Sudut diukur dengan menggunakan alat ukur Total Station Sokkia Set 2C. Pengukuran
sudut dapat dijelaskan dengan Gambar 3-9berikut ini :

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 11


101° 30' 29" (Bacaan I)
A

Gambar 3-9. Pengukuran Sudut Poligon

Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil rata-rata dari pengukuran
I dan II.
Bacaan I = 101o 30’ 29”
Bacaan II = 101o 30’ 28”
Rata-rata = 101o 30’ 28,5”
Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek dengan
menggunakan meetband.
Hitungan Poligon
Poligon dihitung dengan cara sebagai Gambar 3-10berikut :
4
d4
d
5
d3
e
d5

c 3
6 f

d2

d6

b
a
2
d1
1

Gambar 3-10. Poligon

Σ Sudut = (n-2) x 360o ± fβ


dimana :
Σ Sudut = jumlah sudut dalam
n = jumlah titik poligon
a,b,c,d....f = besar sudut

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 12


d1,d2,....d6 = jarak antar titik poligon
fβ = kesalahan sudut yang besarnya sudut ditentukan (104√n)

Hitungan Koordinat
Koordinat masing-masing titik poligon dihitung dengan persamaan dari Gambar
3-11berikut :

Utara

B
(Xb,Yb)

dab

ab

A
(Xa,Ya)

Gambar 3-11. Model Matematis Hitungan Koordinat

Xb = Xa + dab Sin aab ± fx


Yb = Ya + dab Cos aab ± fy
dimana :
Xa , Ya = Koordinat titik A
Xb , Yb = Koordinat titik B
dab = Jarak datar antara titik A ke titik B
aab = Azimuth sisi titik A ke titik B
fx , fy = Koreksi
Sedangkan untuk koreksi absis dan ordinat digugnakan metode Bouwditch berikut ini
:
di ∗fx di ∗fy
fxi = ∑d
; fyi = ∑d

dimana :
fxi , fyi = Koreksi absis dan ordinat masing-masing koordinat
fx , fy = Koreksi absis dan ordinat keseluruhan
di = Jarak sisi-i
Σd = Jumlah jarak keseluruhan

3.2.5 Pengukuran Waterpass (sipat datar)


Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-itik
jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 13


diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double standdan ergi pulang.
Seluruh ketinggian ditraverse net(titik-titik kerangkapengukuran) telah diikatkan terhadap
BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran
beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada

Gambar 3-12. Pengukuran sipat datar

Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut:


a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
d. Pengukuran dilakukan double standpergi pulang pembacaan rambu lengkap benang atas,
benang tengah, dan benang bawah.
e. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
f. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
g. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
h. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:
𝑇 = (8√𝐷) 𝑚𝑚
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan
menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan
tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap bench
markacuan.
Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan
terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest Low Water Level - LLWL) yang
dihitung sebagai titik ketinggian nol (+0.00).

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 14


3.2.6 Pengukuran Detail Situasi
Pengukuran detail situasi dilaksanakan untuk memperoleh dan mengetahui keadaan topografi
daerah yang akan dipetakan. Pelaksanaan pengukuran detail situasi dapat dilakukan dengan
Sistem Raai dan Sistem Voorsall.
Pelaksanaan pengukuran situasi detail dengan sistem raai dilakukan dengan merajang daerah
yang akan dipetakan menjadi poligon-poligon cabang yang lebih kecil. Dengan merajang
meng “array” daerah yang akan dipetakan maka akan didapat jalur-jalur poligon yang saling
sejajar satu sama lain. Perhhitungan poligon raai dilakukan dengan menggunakan sistem
hitungan poligon terbuka terikat sempurna, detail situasi diukur dengan metode sudut kutub.
Detail-detail tersebut diukur dengan menggunakan alat Total Station dan Theodolith Wild
TO. Jarak dan beda masing-masing sisi dan titik detail diukur dengan metode Tachimetry.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri, yaitu sebagai berikut.
a) Teodolit yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan ousole.
b) Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan kalibrasi teodolit.
c) Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval skala yang benar.
d) Batas Areal di tepi kiri dan di tepi kanan sungai yang diukur situasinya tergantung pada
tujuan penggunaan peta situasi.
e) Unsur situasi yang diukur terdiri atas
(1) bentuk planimetris alur sungai,
(2) bentuk palung sungai,
(3) semua drainase yang masuk ke sungai,
(4) bentuk planimetris alur drainase,
(5) bentuk palung drainase,
(6) bentuk planimetris tanggul,
(7) bentuk relief areal di sepanjang tepi kiri dan tepi kanan sungai,
(8) batas perubahan bentuk penggunaan lahan di areal tepi kiri dan tepi kanan sungai,
(9) semua bangunan yang ada di sepanjang areal di tepi kiri dan di tepi kanan sungai,
(10) semua bangunan yang ada di sungai, misalnya jembatan, tubuh bendung, ground
(11) Sill , dermaga, pelindung tebing sungai, rumah yang menjorok ke alur sungai, dan
(12) semua bangunan lainnya,
(13) catat bentuk penggunaan lahan di areal tepi kiri dan tepi kanan sungai,
f) Jumlah detail unsur situasi yang diukur harus betul-betul representatif, oleh sebab itu
kerapatan letak detail harus selalu dipertimbangkan terhadap bentuk unsur situasi serta
skala dari peta yang akan dibuat,
g) Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas,
benang tengah, dan benang bawah,
h) Semua detail situasi yang diukur harus dibuat sketsanya,
i) Sketsa detail situasi harus dilengkapi dengan arah utara,
j) Setiap lembar formulir data ukur detail situasi harus ditulis nomor lembarnya, nama
pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 15


3.2.7 Pengukuran Penampang Melintang
Penampang melintang pada sungai dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tampang
permukaan tanah pada posisi tegak lurus terhadap as sungai penampang melintang ini diukur
dengan menggunakan alat ukur Theodolith Wild-TO. Untuk daerah yang datar digunakan alat
waterpass.
Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan dengan metode tachymetri yaitusebagai
berikut.
a) Jarak antarpenampang melintang yang diukur bergantung pada kegunaan gambar
penampang melintang tersebut.
b) Teodolit yang digunakan mempunyai ketelitian ≤ 30 detik.
c) Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan kalibrasi teodolit.
d) Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval skala yang benar.
e) Arah penampang melintang yang diukur diusahakan tegak lurus alur sungai.
f) Batas pengambilan detail di areal tepi kiri dan di areal tepi kanan sungai tergantung pada
kegunaan gambar penampang melintang tersebut.
g) Detail yang ukur harus dapat mewakili bentuk irisan melintang alur sungai dan relief
areal di tepi kiri serta di tepi kanan sungai setempat.
h) Apabila di areal tepi kiri atau di areal tepi kanan sungai terdapat bangunan permanen
seperti halnya rumah, maka letak batas dan ketinggian lantai rumah tersebut harus
diukur, dan diperlakukan sebagai detail irisan melintang.
i) Jumlah dan kerapatan letak detail yang diukur harus dipertimbangkan pula terhadap
skala gambar penampang melintang yang akan dibuat.
j) Apabila kondisi aliran sungai tidak memungkinkan untuk menggunakan rambu ukur,
maka pengukuran detail dasar sungai dilakukan dengan cara sounding.
k) Pelaksanaan sounding dapat dilakukan dengan menggunakan echo sounder atau dengan
peralatan lainnya.
l) Ketinggian permukaan air sungai pada tiap penampang melintang harus diukur pada saat
mengukur penampang melintang .
m) Setiap detail yang diukur harus dibuat sketsanya, dan sketsa detail penampang melintang
tidak boleh terbalik antara letak tebing kiri sungai dengan letak tebing kanan sungai.
n) Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas,
benang tengah dan benang bawah.
o) Setiap lembar formulir data ukur penam pang melintang harus ditulis nomor lembarnya,
nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 16


3.3 Pengolaan data

3.3.1 Pengendalian data


a) Setiap lembar data ukur dan data hitungan yang telah disetujui harus diberi paraf di
bagian bawah di sebelah kanan.
b) Semua data ukur dan data hitungan harus selalu diklasifikasikan menurut acamnya,
kemudian disusun secara urut, dan disimpan pada tempat yang aman.

3.3.2 Penghitungan
a) Hitungan poligon
Secara umum penghitungan poligon terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama
adalahpenghitungan koordinat sementara dan tahap yang kedua merupakan
penghitungankoordinat definitif. Sistem proyeksi peta yang digunakan adalah sistem
proyeksi UniversalTransfer Mercator (UTM).
1) Koordinat sementara
(a). Sudut
(1) Ratakan sudut-sudut horizontal hasil pengukuran pada tiap titik
poligonutama dan tiap titik poligon cabang,
(2) Periksa kesalahan penutup sudut pada setiap sirkuit, kemudian periksa
pulakesalahan penutup sudut pada seluruh sirkuit,
(3) Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi UTM, sudut hasil ukuran
diberikoreksi kappa (κ) dan koreksi jurusan horizontal Psy (Ψ).
(b). Jarak
(1) Ratakan jarak hasil ukuran pada setiap sisi poligon utama dan
poligoncabang,
(2) Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi UTM, jarak hasil ukuran
diberireduksi ke bidang geoid dan reduksi ke bidang proyeksi.
(c). Azimut
Jika azimut yang digunakan merupakan azimut astronomi hasil pengamatan
matahari, untuk membawanya ke bidang proyeksi UTM diberi reduksi
konvergensi meridian.
(d). Koordinat sementara
(1) Jumlah sudut-sudut poligon, di hitung kesalahan penutupnya, lalu
berikankoreksi sudut,
(2) Hitung azimut tiap sisi poligon,
(3) Hitung dsin α dan dcos α,
(4) Berikan koreksi fx dan fy,
(5) Hitung koordinat titik-titik poligon,
2) Koordinat definitif
Penghitungan koordinat definitif dilakukan dengan metode least square
(kwadratterkecil).
b) Hitungan waterpasing :

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 17


Secara umum penghitungan waterpasing terdiri dari dua tahap, untuk tahap
pertamaadalah penghitungan ketinggian sementara, dan tahap kedua merupakan
penghitunganketinggian definitif.
1) Ketinggian sementara :
(a). Hitung beda tinggi tiap slag.
(b). Periksa hasil pengukuran waterpasing denqan menselisihkan jumlah beda
tinggihasil pengukuran pergi terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran
pulang.
(c). Apabila jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi terhadap jumlah beda
tinggihasil pengukuran pulang tidak memenuhi toleransi yang ditetapkan,
makaperiksa beda tinggi tiap slag dari hasil pengukuran pergi dan beda tinggi
tiap slaghasil pengukuran pulang.
(d). Apabila beda tinggi salah satu slag hasil pengukuran pergi dan hasil
pengukuranpulangnya janggal, maka beda tinggi pada slag tersebut diukur
ulang.
(e). Hitung kesalahan penutup tiap sirkuit.
(f). Berikan koreksi pada tiap slag.
(g). Hitung ketinggian patok sementara, patok tetap bantu, dan patok tetap
utamaberdasarkan ketinggian titik ikat yang digunakan.
2) Ketinggian definitif :
Penghitungan ketinggian definitif dilakukan dengan metode least square
(kwadratterkecil).
c) Hitungan detail situasi
1) Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis)
yangdihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu
ukur,
2) Beda tinggi tiap detail terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri,
3) Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif.
d) Hitungan detail penampang melintang :
1) Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis)
yangdihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu
ukur,
2) Beda tinggi tiap detail terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri,
3) Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif.

3.4 PENGGAMBARAN
Penggambaran draft dilakukan pada kertas millimeter kemudian didigitasi diatas meja
digitizer sehingga menjadi data digital. Pencetakan dilakukan dengan plotter diatas kertas

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 18


kalkir ukuran A1. Gambar-gambar dilengkapi dengan petunjuk arah utara, legenda, skala,
kop, judul gambar disertai dengan kelengkapan yang diperlukan lainnya.
Gambar hasil pengukuran merupakan tahap penyajian data dan merupakan tahap terakhir dari
proses pengukuran. Gambar-gambar hasil pengukuran akan ditampilkan sebagai eksisting
dari kondisi lapangan yang sebenarnya. Gambar-gambar hasil pengukuran tersebut yaitu :
1) Gambar situasi
2) Gambar potongan profil melintang saluran
3) Gambar potongan profil memanjang saluran

Pekerjaan penggambaran dilakukan di atas kertas milimeter dan obyek penggambaran


sebagai berikut:
1) Penentuan koordinat X dan Y
2) Plotting semua titik poligon
3) Plotting tempat pengamatan situasi dan profil
4) Penggambaran potongan melintang dan memanjang dengan komputer dan plotter yang
meliputi pengisian nama patok jarak dan tinggi.
5) Skala gambar, untuk penampang memanjang dengan skala 1:1.000 ke arah horizontal dan
skala 1:100 ke arah vertikal yang dilengkapi gambar situasi trase saluran
6) Untuk penampang melintang digambar dengan skala 1:100 baik ke arah vertikal maupun
horizontal
7) Gambar detail menggunakan skala 1:10

Aturan khusus penggambaran ukuran tanah:


1) Seluruh penampang melintang harus digambar dengan melihat ke arah hilir (sesuai arah
aliran).
2) Istilah tebing kiri dan tebing kanan juga dibuat sesuai dengan arah ke hilir tersebut (sesuai
dengan aturan yang lazim).
3) Penampang memanjang digambar dengan arah aliran dari kiri ke kanan.

4 STUDI KASUS

Pengukuran Sungai Tenggang

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 19


Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 20
Gambar 4.1.Peta situasi saluran drainase
039
+1.

+0. 859
+0.

856
TOL
AN

+0. 003
JAL

531
+1.
U
AY

-0.4 247
ET

-0.5 91
+0.
NG

-0.8 39
-0.3 28
BA

09
08 KE
147
+0. 974

+1. 62
+1. 107
+1.

0.0
+0.

-0.0 815

539
+1. 071
+0. 190
+0.

683
-0.2 281
-0.7 33
+0.

+0.-0.0 47
+0. 24452
KA

+0. 984
+0.00

877
L.
RE
TP.1

+0. 076
+0. 985
+1

KA
+1.
.58

+0. 950
9

+1. 396

L.
+0.969

+0. 320

RE
871
0 000
+0

-0.5 286
+0.888 .78

-1.0 51
+1.113 9

+0.

+0.-0.4 94
+0

+0. 21431
.00
+1 -1.051 -0. .87 00

247
-0.889 -1. 527 0 +1.
-0.149 +0-0. 019

154
+1.314 .81413

979
710
+1.

+0.
1

-0.4 094

+0.
+1

+0. 136
-0.8 54
.01

+1.-0.0 104
-0.5 67
+1.

+0.

+0. 39418
7

40019
+0 +1
.92

792
.33

+1.
2
LAUT

5
+1.617

1.53
+0

-0.4 409
.87 +1

-0.9 82
+0
-1. .66 2
TG.52+30

+0.-0.2 70
+0.
.44

68123
-1. 05 1 4

= 39
+0-1.2028 2
-1.1

m
-0.711 .0039 .77 2 0
25

+1

R
403
+1=
5 .02

+0. 126
R
TG.53

837
+0.
7

+1.
-0.9 431

+0. 825
-1.1

-1.5 18
+0.-0.9 82

+0. 251
KOMPLEK LIK

+0.

+0.

+1. 129
87595
12

.52

541
+0 +1
39 TG TG .62 .06
-0.3 .548 +1

0 000
-0.578 +0 .33 5
-0.5 19

JAYAMIC
+1 .40 2

4
+1
-0.5 86

-0.3556
802
-0.7

-0.8 35
-0. .38
-1.0 71

-0. .51 3
33

+0.-0.07623
-0.5

+0.
-1. 3239

+0.
-0. 53 3
46

-0. 78 0

828
-0.5 19

TG+0.864
15
-0.1 39

.51
-0. 71 3 -1. 6
-0.4

563
27

59 7 20
+1-0.38 9
LAUT

-0. 2

790
22

+0.
-0.7

-0.2 .37 2 60
-0. 4

+0.

-0.5 889
2
74

98

-0.7 18
-0.427 -1. 3
-0.4

+0.-0.66688
+0.
00
+0.652 +0. +1-0.38 327

908
82

.36 2
-0.6 35

509
7
-0.1

-1.0 0 +0
44

+0.
+0.080
-0.7 42

TG.96
-0.4

-1.0 00

790
-1.3
87
-0.3 81

-1.062

KA
+0.2 03

-0.0 05 +0. .556


46
90

+0.
-0.086

58
-0.2

+0.9 54 +3
32

+0.208

L.
659
-0.3 68 +0.589
-0.4

RE
-0.396
-0.5

+0.

TG +0.931
-0.9 09

-1.4 84

.50
-1.4 33
19

32

-0.5 35

-1.5 84

56
-0.4
-0.4

-0.5 0641
+0.2 51

-0.0 15
+0.2 04

-0.7 724
+0.7 59 1

+0.6

-0.9 44
52

-0.3
-0.1 .56

45
+0.
+0

91

585
+0.1
-0.3

+0.6 58
-0.2 16
-0.2

R=
7

+0.
43
-0.7

84

320
29

-0.438 .64

0 000
+0
+0.1

-0.4

Stasiun Pompa dan Polder

+0.
16

+0.2 00
-0.3 07

2
+0.0 37
+0.7
-0.9 54

-0.6 83

46
78

0
-0.3 9182

00
+0.5

-0.4 08
15 .45

+0.1 9183
-0.4

-0.3 +0
-0.924

84
-0.4

+0.5

-0.5
41
36

.49
-0.5 .53
19

-0.3

85
+0

-0.3 19

07

TG
54
-0.1
+0.3

-0.8
3 660
-0.6

-0.542 .62 -0. 599

23
+0 -0. 525
03

+0. 34
-0.3 17887

-1. 0322 8
+0.-0.3

04
-0.3
-0.2 520
15 8 -1. .25
-0.4
95

75
+0.4 .41 +0 .37

26

-0.7
+0 +0

-0.5
TP.9
-0.748
-0.5

27 -1.038
CTG.10

65
-0.4 41
90

+0.435
CTG.11 -0.3 -0.8
-1.205

26
97

+0.00
9
+0.535
-0.4 67413

-0.5
71 -1.329 .71

m
+0.-0.2 93

-0.7 047
G.12
38 +0 358

+0.00
+0.
+0.4 -1.574

146
+0.7
34

-0. 347

-1.4 20453
-2.5 26 9

02
45
-0.158636

-1. 271
+0.-0.5

CT -1.350

-0.3

+0. 6572
-1.9 72 .58
CT +1.478 64 +0-1.014 0

-1.4 41
-0.4

-1.4

R = 146 m

R=
61 -1.9 10 -1.135 +0.4 -0. .10

+0.
+0.-0.3

-0.6 58410
037
G. 520

+0.
-0.023

30
-0.4 -0.6 45

m
+0.47 -1. 897 2 +0
57

m
-0.5
8
14732

-0.2 89

-0.1 58713
09 -0.978 -0.629 1 -0. .43

R = 49
16 +0.559 +0.072 -0.31

R = 74
-0.0 64

-0.5
-0.3 48 +0.449

64
-0.0 11 -1.0 +0.6 +0
+0.6 97 -0.78 1

+0.
+0.6 16 -1.0 52
.48
-0.760 24
-0.2 05 +0.207 -0.5 -1.1 -0.95 3
-0.413237

66 13
-1.4 -0.74 5
+0.-0.4
CT

G.13
-1.336 -1.391
66 -0.867 +0.9 78 TG

-0.249455
-0.566
+0.37 3

+0.
79
79

-1.295
-0.3

-0.9 -0.2 84

TP.4
+0.458

-0.2
G.7

+0.5
CT +0.105

83
-0.669 -0.4 48 +0.36 7 +0.7
57

+1.404 +1.32 +0.786 2 45


21 -0.001 +0.457 2 -0.6 57 +0.380 34

69 m
36 -0.4 -0.212 -0.5 28 +0.8 +0.8 0
-0.3 59 -0.962 -1.4080
-0.229 -0.5 36 -2.11 8 .03

69 m
-0.9 +0.642
-0.566363

+0.6 09

m
-2.01 3
+0.

+0. 91 -0.3 06 97 +0.351 -2.20 0


+0.1 88 BM

m
-1.97 9
-0.2

-1.1

-0.4
+0. 483 +0.6 67

R=
108
-0.4

-0.3 28615
-0.8
83

+0.354 -1.9736

WE
-0.8
CT

79

-1.4003 -0.9 -1.69 8

108
+0.-0.2

JALAN LINGKAR ARTERI

R=
35
-0.2 54251

27 +0.8

83
-0.4

91 +0.447 665 +0.7 0

59
+0.
m

23

G.14 -1.3 -0.259 -1.1 73 +0.284 -1.206

R=
m
-0.3 42 +0. 329 75
-0.6 24278

+0.460
G.6

-0.822 -0.380
36
166

+0.

+0. 15 -1.430

IGA
m
+0.651 -0.384

R=
-0.3 -0.447 -0.7 15

60
-2.009

TP.5
-0.3

CT 15 -0.4 49
- 0.60

-0.344 +0.420 -1.360

R = 60
+0. 24 -2.165

TP.3
+0.2 45 +1.25
R=

+0.991 .47

56

R=
-0.2551 -0.834 +0.797 -1.3 52 -1.880 -0.342

TP.8
5

-0.5
+0.5 69 +0.209 TG

A KAL
55 -1.0 369 -0.97 -1.087 +0.932
0

TP.7
+0. 61267

-0.2

TP.2
7
-0.5

+0. 08 49 +0.764

TP.10
-1.736
+0.-0.3

m +0. -0.249 +0.454 5 75 -1.1 TG.41 -1.137 82


-1.1 069

-0.4730 -0.7 +0.271 +0.30 4 -0.5


-1.1
53

-1.7 89
+0.4
= 166
-0.4

02 +0.1 58 -1.797 -1.124 +0.29 -1.070


78
+0.-0.6 32
R +0.153 -0.626
G.15 -0.2 09
19

+0.1 14 -1.048 +0.7

14225
25 -1.526 -0.548 -1.234

JL. RAY
+0.6 17 +0.145 68

1
-0.4 -0.571 -1.0 19 -0.724 +0.285
-0.5 3722

CT

-0.4 469
+0.098 -1.582 -0.827 -0.9682
+0.3

-0.2 09

58
+0.738 -1.028 -0.973
TG.21 -0.655
-0.7

-1.4 +0.662 -1.411 +0.37

+0.
+0.98
02

-0.891 -0.753
CT

18 -0.500 3 -1.277 +0.379. -0.934


+0.722 74
-0.4

-0.9 -1.014 -0.360 -0.57 -0.677 -0.727 -1.06 -0.989 66

Stasiun Pompa
0 000

2
TG.25 66 +0.368 -0.7995 -0.8 TG.423 +0.5
-0.7 4320
+0.4 00
G.5

+0.307 7 -0.948
4

40
60

-0.78

-1.126 -0.439 +0.18


-0.1

-0.5 -0.1

4
-0.98 +0.456 -0.765 -1.3.39
-0.5 59

+0.530
03

70 +0.5 16 4 +0.238 -0.394


TG -0.967 -0.53 -0.229 TG
-0.2 81

-0.735 -0.7 92 -0.401


.26 +0.40 8
G.16
19

TP.6
+0.151
-0.0 15

20 -0.3 -0.545 -0.343


-0.0 8373

-0.45 7
TG.19
-0.3 -0.708
5
+0.0

-0.789 +0.6 12 +0.847 -1.104


-0.83

+0.254

-0.2 62531
CT 9
-0.3

-0.507 TG.30+0

+0.00
-0.2 69

+0.00
-0.781 -0.637

+0.-0.3
-0.3

57
605 81 +0.948 +0.484 50
-0. -0.803 -0.425 -0.9
.18
27

44 BM.02 .38
TG.45+20

+0.5 1
-0.387
TG-0.727

-0.76
-1.19 08
-0.8 +0.632 -0.977 TG

-1.19 5
TG
-0.5

+0.0 68
TG.37
-0.514

-1.87
.27
-0.3 77

+0.1 75
+0.5 15

+0.5 69
24

-0.4

TG.45

-0.4542
-0.98 -0.482
27

8
-0.5 8 +0.388 -0.790
605 22
CT

-0.4 45

-0.843
.17
+0.7 30

-0.
+0.7 16
-0.5 4

7
+0.2 42

25
G.

-0.64
+0.0 17

35 -0.738
TG -0.711
28

7
TG.31
+0.2 17

-0.56
-0.8 +.0556
+0.1 85
+0.3

.16
-0.0

-0.645
TG -0.6

3
61

TG

+0.00
531 9 -1.11
.28 85

R = 153 m
R = 154 m
-0. .54 1 TG 3 -0.825
-0.41

+0 .18 8 TG.30

m
.32 TG.35
-0.1

83 9 +0 .06 +0.423 -1.009

R = 154
TG.36
8

-0.7527 -0.5996 +0 203


48

-1. 735

m
+0. 24 +0.4 -1. 4997 -0.848
-0.37379
+0.6

-0.0 26 -0.645 TG.33

153
-0. .29 3
-0.43

166
-0.1642 +0.1 +0 .62
TG.29

+0.00
-0.1

+0.00
0

-1.05 0 +0 361
CT

+0. 6034

R=
-0.9 -1.68 5 -0.
21

-0.61 .11
-0.4087

-1.6 26
+0.6 30
G.3

+0.0

-0.3 377 37
97 TP
.15
+0.2
+0.5 2
3

m +0.
+0.1 6

-0.41

R = 194 m
-0.18 5

166 TG
R=
-0.44 2

62
44
-0.15657
+0.3

-0.462 -0.0 29
-0.18

500

9
m
2 -0.
-0.45 -0.059073

194
+0.
-0.3
-0.38

R=
4

23
.14
8
-0.3 583
m
-0.892

-0.24563
-0.37

-0.994 +0. 37
+0.1
-0.31217

+0.5
= 166

-0.26 TG
-0.49
CT

-0.3
-0.937

-0.489
8

1
0

-0.41 0
G.2

1
R

-0.803
+0.530

4
+0.66 0
-0.083

02
-0.143
+0.666
-0.2804

-0.902
+0.3 1

-1.650

-0.27
-0.333

-1.
-0.10 8
-0.27 6

.13
-0.1587
+0.4 9

+0.009
+0.570

m
-0.436
-0.23 4

-1.089

351
TG
-0.23 4
-0.19

-0.463
04 +0.218 -0.32
-0.511

R=
7

-0.134
-0.2 -0.45 96 5
-0.381 +0.5 8
54 +0.266 -0.4075 -0. .34 4
-0.2 8 6 +0 24
-0.
-0.35

-0.52 3 1

m
+0.09 1 +0.171
31 4

351
-0.52 1 -1.071
5

-0. .50 3
CT

-0.97 4 +0 09 9

=
+0.177 -1. 49 5

R
56 -0.31
G.1

-0.0 34 +0.661 -0. 29

8
6 -0.252 -0.
+0.5 54
+0.1 65

+0.6 33 +0.60 9
32
+0.0 5

-0.2 -0.3 +0.42 -0.099


61

+0.388
-0.21 3

4 -0.54 -0.489
.12
-0.062
-0.00 81

-0.23 +0.4 9 +0.556


+0.6

89 3 +0.1 03
-0.1 33 +0.42 1 -1.5414
-1.076
-1.625
7
15 9 TG
+0.4 10 -0.27
+0.0 3 -0. .44595
+0.2 05 +0.152 +0-0.
+0.4 27
-1.0 96 -0.088 32
-0.26

-0.47
88

13 -0.4 03 +0.718
-0.2

-0.1 -0.094 5
9

77 +0.6 88 +0.313
+0.2
91
-0.8
7 -0.43 2
.11
+0.0 72
-0.5 45
-0.32 2
+0.65 0
+0.2 9
-0.5623
52 TG
-0.18 -0.
27440

-1.2 75 8 +0.382 7
+0.-0.2

TP.12
-0.4 84 62
81 -0.733 -0.
-0.2 33
.10

TP.13
+0.5 25
-0.3 +0.5 30
-0.1 71218

-0.3 -0.227
TG
+0.

+0. 72242
-0.1

TG 7
.5
-08 78303

56 -0.24
+0.

-0.61
-0.4 43 9
-0.3
+0.-0.4 96

+0.7 05
-0.2 79023

-0.4 .9
TG.6
22

-0.4
17 TG
TG.7
TG.8
17

37
-0.1

-0.4
13
-0.0
+0.162

785
+0.
+0.123
+0.309
+0.311
-0.074

-0.173
+0.496
-0.549
-1.905
-0.523
+0.037
+0.879
-0.144

-0.126

-0.123
+0.802
-0.202
-0.473

-0.426
+0.037

+0.044
-0.347
+0.630
+0.610
-0.568
+0.878
-0.309

-0.379

-0.215
+0.449
-0.147
8
+0.85

-0.1932
+0.34
-1.074
-0.955
-0.526
-0.213
5
+0.74

3
+0.50

4
+0.66
Muka Tanggul Rencana

2 1:
1: 0.50 2

3.50

Dasar Rencana Sungai

5.00 7.00 20.00 7.00 5.00

DETAIL SALURAN CTG.14 - TG.29

Gambar 4.2. Detail potongan melintang saluran drainase

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 21


+1.039

+0.841

+1.00
3

5
+1.147 97 86
+0.836 +0.952 +1.081

4.
3.
2.
1.
+0.974 0 +0.859 0 9 0.978 +1.185
+1.076 +1.011 1.106 +1.135 +1.095 +0.782 +0.753 +1.007 +1.143 +1.024
KE BANGETAYU +1.070 +0.831 +0.728 +1.039 +0.717
+0.815 +0.856 +1.048 +0.849 +0.847 +0.940 +0.728 +0.968
+1.039 +1.016 +1.080 0 979 +1.084 +0.830 +0.864 +1.062
-0.008 +0.956
+0.956 +0.929 -0.032 -0.015 +0.956 +1.071 +0.762 0 851 +0.770 +0.791 +0.672
7 +0.936 +0.883 +0.735 +0.946 0 691 +0.750
-0.086 -0.241 +0.015 -0.189
KE. BANGETAYU +0.828 0 826 +1.015
+1.00 +0.071 1
39 +0.327 +0.631 -0.100 -0.100 +0.103 +0.194 +0.209
+1.003 9 1 +1.201 +1.210 +1.196 +1.369 +0.717 +0.233 -0.139 -0.121 -0.189
+1.190 41 26 +1.146 +1.338
REL. KA +1.461 +0.002 +0.090 +0.875 +0.209
+0.683 +0.531 1 1 +1.209 +0.733 +0.747 +1.228 +1.293 +1.240 +1.086 +0.987 REL. KA
REL. KA +0.873 +0.528 +0.708 +0.861 +1.225 +1.098 +1.150
+0.068 +0.131 +0.657 +0.125 +1.382 1
21 +1.308 +0.884 +0.796 +1.104 +1.494
+0.677 +0.734
+0.370 +0.343 +0.224 +0.681 +0.752 +0.831 +1.076
+0.281 +0.231 +0.945 +1.162
-0.233 TLS
+0.247 4

JAL
-0.747 -0.491 +0.227 1 +0.431 +0.287 1 458 +0.050 +1.179 97
0.53
-0.052 +0.428 +0.443 23 +0.341 +0.527 0 2.52 1.90 +0.245 0.20
+0.126 0.52
+0.00 +0.244 1 +1.383 +0.443 -0.057 1.75 +0.677

AN
-0.539 -1.110 -0.677 +0.597 +0.478 2 115 +0.909
-0.731 -0.603 -0.677 6 -0.712 PDAM +0.531 0 391 +0.344
+0.984 -0.631

T
-0.828 -0.731 +0.816 TLP02 1 9 -0.777 -0.796 +0.747 -0.586
1 509 +0.717 -0.928
-0.663 KALI
+0.877 -0.309
KALI TENGGANG +0.547 TLP17 TLS+1.245 +1.034 +1.187 1
+1.307 14 28 TENGGANG TENGGANG +0.727
+0.516 1 +0.508 +0.717 +1.172 1 1 +0.683 +0.750 +0.631 -0.732 KALI 2 091 +0.899

OL
+1.034 +0.868 +0.616 +1.175
TG.59 WRG +1.172
WRG +0.791 +1.172
0.062 TG.64 TG.65
+1.107 TG.73
95 +0.508 TG.74
1 457
+1.5391 1
+0.525 +0.442 +0.497 +0.865 +0.669 +0.493 TG.72
TG.60 BM.04 0 687 +1.028 +0.612 +0.537
TG.61 TG.62+27.5 TG.63
TG.62 TG.66 TG.68 TG.70 TG.71
50 TG.69
+1.00

.7 TG.66+48 DESA. CANDIREJO


-0

1
0
3 TP.9
60
0 0 315
0.53

TP.8 0 582 0 81 0 46 0 468


TP.14
55
.8 50
-0 55 .8
.7 -0
-0

0 563 87
.8 0m 3
-0 0m 9
8.3.035 1.17 5.2 1.38
0m 6 p = -0 z. + p = z. + 0m 6
0 m 17 7.5 1.44 n n 5.0 1.54
7.5 1.2 ata ata p = z. +
p= z. + p = z. + mb mb n
n n Je 7 ata
ata b ata Je .66+7
P.6 mb 8
mb 7.5 m 8 P Je 1+3
Je 3+2 Je 4+2
P.6 P.7
P.6

SUMBER PUSTAKA
+0.000m

0 1 2 3 4 5

SCALE V 1 : 100

0 200 400 600 800 1000

SCALE H 1 : 10000

BIDANG PERSAMAAN + -6.000 m


PATOK HEKTOMETER

NOMOR PROFIL TG.60 TG.61 TG.62 TG.63 TG.64 TG.65 TG.66 TG.67 TG.68 TG.69 TG.70 TG.71 TG.72 TG.73
JARAK PROFILE
50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
JARAK LANGSUNG

3000.00
3050.00
3100.00
3150.00
3200.00
3250.00
3300.00
3350.00
3400.00
3450.00
3500.00
3550.00
3600.00
3650.00

ELEVASI TANGGUL KIRI

+0.247
+0.428
+0.443
+0.431
+0.527
+0.682
+1.179
+1.383
+0.443
+0.597
+0.478
+0.681
+0.747
+0.677

ELEVASI TANGGUL KANAN

+1.107
+0.516
+0.442
+1.245
+1.034
+0.717
+1.187
+1.307
+0.683
+0.750
+0.811
+0.868
+1.546
+0.727

ELEVASI TANAH ASLI

YANG ADA
-0.828
-0.731
-0.731
-1.110
-0.603
-0.677
-0.677
-0.712
-0.663
-0.777
-0.796
-0.928
-0.732
-0.631

ELEVASI TANGGUL

+1.987
+2.010
+2.032
+2.055
+2.077
+2.100
+2.122
+2.145
+2.167
+2.190
+2.212
+2.235
+2.257

ELEVASI MUKA AIR RENCANA

+1.61
+1.64
+1.66
+1.69
+1.72
+1.75
+1.78
+1.81
+1.83
+1.86
+1.89
+1.91
+1.94

ELEVASI DASAR SUNGAI

-1.013
-0.990
-0.968
-0.945
-0.923
-0.900
-0.878
-0.855
-0.833
-0.810
-0.788
-0.765
-0.743

TRACE SUNGAI

ELEVASI DASAR SUNGAI SISI KANAN

RENCANA
ELEVASI DASAR SUNGAI SISI KIRI

Measurement, Van Nostrand Reinhold Campany Inc, New York.


TIPE BANGUNAN

Teknis Bagian Pengukuran Topografi. PT-02. Cetakan 1, Jakarta.


DIMENSI SUNGAI DAN DATA TAMBAHAN

Perencanaan Bagian Standar Penggambaran. KP-07. Cetakan 1, Jakarta.


Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi dan Geografis. Bogor.

Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria

Edward, M. Mikhail, and Gordon Gracie, 1981, Analysis And Adjustment Of Survey

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 22


Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Persyaratan
5. Hasjimi Masidin, Ir, 1974, Hitung Pengamatan I, Bagian Teknik Geodesi
FakultasTeknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
6. Irwan Syafri dan A. Wuriyati, 1996, Kondisi Datum Ketinggian Wilayah Sungai di
Pulau Jawa, Makalah, Buletin Pusair, NO. 23, Tahun VI, ISSN : 0852 – 5919, Pusat
Litbang Pengairan, Bandung.
7. Irwan Syafri, Syaifuddin, dan A. Wuriyati, 1998, Penentuan Dan Pemetaan Daerah
Terancam Banjir, Makalah, Buletin Pusair, No. 27 Tahun VII, ISSN : 0852 - 5919.
Pusat Litbang Pengairan, Bandung
8. Irwan Syafri dan A. Wuriyati, 1998, Pengaruh Kerapatan Letak Penampang Melintang
Dan Variasi Bentuk Palung Dalam Penghitungan Tinggi Muka Air Sungai, Makalah,
Media Komunikasi Teknik Sipil, Edisi XII, ISSN : 0854 – 1809, Semarang.
9. Irwan Syafri, Syaifuddin, dan A. Wuriyati, 1999, Kerancuan Jarak Antar Penampang
Melintang Dalam Penghitungan Tinggi Muka Air Sungai, Makalah, , Buletin Pusair,
No. 32 tahun IX ISSN : 0852 – 5919, Pusat Litbang Pengairan, Bandung
10. Irwan Syafri, Sutomo Kahar dan A. Wuriyati, 1999, Teknik Pembuatan Trase Tanggul
Sungai, Makalah, Media Komunikasi Teknik Sipil. Edisi XIII, ISSN : 0854 – 1809,
Semarang.
11. Irwan Syafri dan A. Wuriyati, 2002, Chart Datum Muara Sungai Sambong, Makalah,
Teknologi Sumber Daya Air, Volume 1 no.1, ISSN : 1411 – 5824, Balai Sungai
Puslitbang SDA, Surakarta.
12. Irwan Syafri, Sutomo Kahar dan A. Wuriyati, Penentuan Bentuk Poligon Untuk
Pemetaan Teritris Sungai, Makalah, Belum Terbit.
13. Irwan Syafri dan A. Wuriyati, Aplikasi Hitung Perataan Metode Kuadrat Terkecil
Dengan Variasi Parameter untuk Kerangka Planimetris Peta, Makalah, Belum Terbit.
14. Irwan Syafri, Sutomo Kahar dan A. Wuriyati, 2000 Sifat Pasang Surut Di Muara Sungai
Bengawan Solo, Makalah, Jurnal dan Pengembangan Keairan no. 2 Tahun 7, ISSN :
0854 – 4549, Laboratorium Pengaliran, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNDIP.
15. Irwan Syafri, Sutomo Kahar dan A. Wuriyati, 2000, Pengaruh Interpolasi Kontur
Dalam Penghitungan Perubahan Dasar Sungai, Makalah, Pilar Volume 9 no. 2, ISSN :
0854– 1515, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP.
16. Irwan Syafri, 1995, Aplikasi Hitung Perataan Metode Kuadrat Terkecil dengan Perataan
Bersyarat (studi Kasus pada pengukuran jaringan titik tinggi Proyek Pengembangan
Wilayah Sungai Jeratun Seluna), Makalah, Buletin Pusair No. 19, Tahun V, 0852 –
5919, Pusat Litbang Pengairan, Bandung.
17. Irwan Syafri, Sutomo Kahar dan A. Wuriyati, 2001, Kualifikasi Penggunaan Metode
Pengukuran Tinggi Di Sepanjang Alur Sungai, Makalah, Media Komunikasi Teknik
Sipil, Volume 9 no. 2, Edisi XX, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNDIP.
18. Jacub Rais, Prof, Ir, M.Sc, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cetakan ke II, Cipta Sari
Grafika, Semarang.
19. Jacub Rais, Prof, Ir, M.Sc, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cetakan ke II, Cipta Sari
Grafika, Semarang.

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 23


20. Mardjono Notodihardjo, 1980, Pengembangan Wilayah Sungai Di Indonesia,
Cetakanke 1, PT. Chandy Buana Kharisma, YBPPU, Jakarta.
21. Paul R. Wolf, Ph.D, 1981, Adjustment Computations, Second Edition, P.B.L,Publishing
Co, Wisconsin.
22. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan nstitut Teknologi Bandung.
23. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C Pemetaan Topografi. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung.
24. Sutomo Wongsotjitro, Prof, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Terbitan pertama dalam
EYD,Yayasan Kanisius, Yogyakarta
6 LAMPIRAN

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 24


Gambar L- 1. Bagan alir tahapan kegiatan pengukuran dan pemetaan teristris sungai

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 25


Gambar L- 2. Diskripsi Benck Mark (BM) atau Patok Tetap Utama

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 26


Gambar L- 3. Diskripsi Control Point (CP) atau Patok Tetap Bantu

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 27


Gambar L- 4. Contoh lagenda peta

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 28


Gambar L- 5. Contoh formulir isian data ukur poligon

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 29


Gambar L- 6. Contoh form data hitungan poligon

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 30


Gambar L- 7. Contoh form data pengukuran waterpass

Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 31


Modul 7. Pengenalan Survey Topografi. 32

Anda mungkin juga menyukai