Anda di halaman 1dari 4

Nilai Paraf

PENAPISAN FITOKIMIA
SIMPLISIA RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.)

Ditujukan untuk memenuhi tugas praktikum MPBA

Disusun Oleh:
Kelas :FA-1
Grup/kelompok :G2/K1

Erlyza Putri (191FF04022)


Fazri Adha Al Gifari (191FF04024)
Febriani Nur Fitri (191FF04026)
Hanifah Nur Fauziyah W (191FF04032)
Yasa Karyada (191FF04036)
Khairunnisa (191FF04039)

Asisten Praktikum :

LABORATORIUM FITOKIMIA
PROGRAM STUDI FARMASI (S1)
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
SKRINING FITOKIMIA RIMPANG TEMULAWAK

I. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan dan melakukan penapisan fitokimia
2. Mampu menjelaskan tahap-tahap proses penapisan fitokimia untuk
suatu golongan senyawa
3. Mampu menjelaskan teori yang terjadi pada proses penapisan fitokimia
suatu golongan senyawa

II. PRINSIP
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa
yang terdapat pada sampel dengan analisis kualitatif, menggunakan pereaksi
tertentu sebagai awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang yang
mempunyai aktivitas biologis dari simplisia rimpang temulawak.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah
penapisan senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang
terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, saponin,
kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler.V.E, 1988)
Metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme.
Hasil dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit
primer. Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke
dalam tiga kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan
saponin) alkaloid dan senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala,
2009).
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system
siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai
kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid
dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harborne, 1996).
Falvonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap
macam-macam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan
mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan
tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang
digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan hati (Robinson,
1995).
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan
busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan sebagai bahan
baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan.
Dua jenis saponin yang sering dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol
dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping
spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut
dalam eter (Robinson, 1995).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpena
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne, 1996).
Temulawak telah diketahui mengandung senyawa kimia yang
mempunyai keaktifan fisiologis, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri.
Kurukuminoid terdiri dari senyawa yang berwarna kuning kurkumin dan
turunannya. Kurkuminoid yang memberi warna kuning pada rimpang bersifat
antibakteria, antikanker, antitumor, antiradang dan mengandung anti-oksidan
hypokelesteromik. Sedangkan minyak atsiri berbau dan berasa khas.
Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak 3-12%. Sedangkan untuk
kurkuminoid dalam temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase
dilakukan pemanasan pada temperature 50-55 0C supaya tidak merusak zat
aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari kurkuminoid.
Dalam sistematika (taksonomi), Temulawak dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curucuma Xanthorriza Roxb.

DAFTAR PUSTAKA
Harborne, 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Padmawinata, K. & I. Soediro (Penerjemah), Penerbit ITB,
Bandung.
Robinson, Traver., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung
: ITB Bandung.
Simbala, H.E.I., 2009, Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis
Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka, Pasific Journal,
Vol. 1(4) : 489-494
Tyler, V.E, et al. (1988). Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea and Febiger.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai