Anda di halaman 1dari 37

MATEMATIKA DASAR 1A

Submodul 1: Sistem Bilangan Riil, Pertidaksamaan &


Nilai Mutlak, Sistem Koordinat, dan Grafik
Persamaan

Tim Matematika

TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA - LAMPUNG SELATAN
29 AGUSTUS 2019
1
PENDAHULUAN

Modul ini merupakan review materi yang telah dipelajari di tingkat SMA.
Tujuannya adalah untuk memperdalam teori-teori yang menjadi dasar
sebelum mempelajari Matematika Dasar (ilmu kalkulus). Pada modul ini akan
dijelaskan mengenai sistem bilangan riil, pertidaksamaan dan nilai mutlak,
Sistem Koordinat, Grafik Persamaan. Bilangan riil merupakan objek
pembicaraan pada mata kuliah ini, dengan kata lain, semua yang
dibicarakan merupakan himpunan bilangan riil. Jadi wajar apabila
dipelajarikonsep-konsep yang berkaitan dengan bilangan riil terlebih dahulu
sebelum mempelajari ilmu kalkulus. Dalam mempelajari konsep-konsep yang
berkaitan dengan bilangan riil ini, akan diterapkan secara langsung pada
permasalahan pertidaksamaan.

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Mahasiswa dapat:


1. Menentukan apakah suatu bilangan termasuk ke dalam kelompok
himpunan bilangan tertentu.
2. Menyatakan suatu himpunan bilangan riil atau inteval ke dalam garis
bilangan riil, atau sebaliknya.
3. Menentukan himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan dengan
menggunakan sifat-sifat urutan bilangan riil, sifat-sifat nilai mutlak dan akar
kuadrat.
4. Menyatakan suatu titik koordinat ke dalam bidang koordinat kartesius,
atau sebaliknya.
5. Menggambarkan grafik dari suatu persamaan.
2
MATERI PERKULIAHAN

1.1. Sistem Bilangan Riil


Semesta pembicaraan pada perkuliahan Matematika Dasar 1A ini adalah
Himpunan Bilangan Riil. Di dalam himpunan Bilangan Riil terdapat himpunan
bilangan asli, himpunan bilangan bulat (himpunan bilangan asli dan
negatifnya, serta nol), himpunan bilangan rasional, dan himpunan bilangan
irasional. Sedangkan himpunan bilangan kompleks terdapat di luar himpunan
Bilangan Riil, sehingga bilangan kompleks tidak dibahas dalam mata kuliah
ini. Perhatikan Tabel 1.1 dan Gambar 1.1.

Tabel 1.1 Beberapa Himpunan Bilangan

Himpunan Notasi Anggota Himpunan

Bilangan Asli (Natural) 𝑁 1,2,3,4, …

Bilangan Bulat (Zahlen) 𝑍 … , −3, −2, −1,0,1,2,3, …

Bilangan Rasional 𝑄 𝑎
𝑄 = {𝑏 |𝑎, 𝑏 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡, 𝑏 ≠ 0}.
(Quotion)
Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑎
bentuk 𝑏 dengan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat, dan 𝑏 ≠
0

Bilangan Irasional 𝐼 Bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam


𝑎
(Irrational) bentuk dengan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat, dan 𝑏 ≠
𝑏
0

Bilangan Riil (Riil) 𝑅 𝑅 = 𝐼∪𝑄


Bilangan riil adalah gabungan dari bilangan
rasional dengan bilangan irasional

Bilangan Kompleks 𝐶 𝐶 = {𝑎 + 𝑏𝑖|𝑎, 𝑏 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙, 𝑑𝑎𝑛 𝑖 = √−1}


(Complex) Atau 𝐶 = 𝑅 ∪ 𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟.
Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑎 + 𝑏𝑖 dengan 𝑎, 𝑏 bilangan riil, dan 𝑖 = √−1
3

Bilangan Kompleks

Bilangan Riil

Bilangan Rasional

Bilangan Bulat

Bilangan Asli

Gambar 1.1 Beberapa Himpunan Bilangan dan Hubungannya

Bilangan 2 dapat dikatakan sebagai bilangan Asli. Akan tetapi, dapat


dikatakan juga bahwa bilangan 2 merupakan bilangan bulat, atau bilangan
rasional, atau pun bilangan riil.
Bilangan 2 dapat dikatakan sebagai bilangan rasional karena 2 dapat
2
dituliskan sebagai dengan 2 dan 1 bilangan bulat, dan 1 tidak sama
1

dengan nol. Karena setiap bilangan rasional merupakan bilangan riil, maka 2
juga merupakan bilangan riil.

Bahan Renungan : Apakah 2 termasuk bilangan Irasional, dan apakah 2


termasuk bilangan Kompleks? Jelaskan!

1.1.1. Bentuk Desimal Bilangan Riil


Bilangan riil dapat dinyatakan dalam bentuk desimal, yaitu desimal berhenti
(bilangan rasional), tidak berhenti tetapi berulang (juga bilangan rasional),
atau tidak berhenti dan tidak berulang (bilangan irasional).
4
Contoh 1.1:
Tentukan nilai-nilai berikut termasuk ke dalam bilangan rasional atau irasional.
a. 3,24
b. 1,23232323 …
c. 0,23131313131 …
d. 2,342156324327 …

Jawab:
a. Bilangan 3,24 merupakan bilangan rasional, karena merupakan bilangan
desimal berhenti.
Agar lebih meyakinkan, tunjukkan bahwa nilai 3,24 dapat dinyatakan
𝒂
dalam bentuk 𝒃 dengan 𝒂 dan 𝒃 bilangan bulat dan 𝒃 tidak sama dengan

nol.
324
Diketahui bahwa 3,24 = 100 dengan pembilang dan penyebut berturut-

turut yaitu 324 dan 100 merupakan bilangan bulat, dan 100 tidak sama
dengan nol. Jadi, 3,24 merupakan bilangan rasional.
b. Bilangan 1,23232323 … merupakan bilangan rasional, karena merupakan
bilangan desimal tak berhenti tetapi berulang.
Agar lebih meyakinkan, tunjukkan bahwa nilai 1,23232323 … dapat
𝒂
dinyatakan dalam bentuk 𝒃 dengan 𝒂 dan 𝒃 bilangan bulat dan 𝒃 tidak

sama dengan nol.


Misal 𝑥 = 1,23232323 … (i)
Ubahlah persamaan, sehingga sederet digit pola pertama berada di
depan koma, dalam kasus ini dapat dilakukan dengan mengalikan kedua
ruas dengan 100.
100𝑥 = 123,232323 … (ii)
Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh
𝑥 = 1,23232323 …
100𝑥 = 123,232323 …

−99𝑥 = −122
122
𝑥 =
99
Diawal dimisalkan bahwa 𝑥 = 1,23232323 …, akan tetapi diakhir
122
didapatkan bahwa 𝑥 = , sehingga dapat disimpulkan bahwa
99
5
122
1,23232323 … = dengan pembilang dan penyebut berturut-turut yaitu
99

122 dan 99 merupakan bilangan bulat, dan 99 tidak sama dengan nol.
Jadi, 1,23232323 … merupakan bilangan rasional.
c. Bilangan 0,23131313131 … merupakan bilangan rasional, karena
merupakan bilangan desimal tak berhenti tetapi berulang.
Agar lebih meyakinkan, tunjukkan bahwa nilai 0,23131313131 … dapat
𝒂
dinyatakan dalam bentuk dengan 𝒂 dan 𝒃 bilangan bulat dan 𝒃 tidak
𝒃

sama dengan nol.


Misal 𝑥 = 0,23131313131 … (i)
Ubah persamaan, sehingga sederet digit pada angka dibelakang koma
yang tidak berpola berada di depan koma, dalam kasus ini dapat
dilakukan dengan mengalikan kedua ruas dengan 10.
10𝑥 = 2,3131313131 … (ii)
Kemudian ubah persamaan yang didapat, sehingga sederet digit pola
pertama berada di depan koma, dalam kasus ini dapat dilakukan
dengan mengalikan kedua ruas dengan 100.
1000𝑥 = 231,31313131 … (iii)
Dari persamaan (ii) dan (iii) diperoleh
10𝑥 = 2,3131313131 …
1000𝑥 = 231,31313131 …

−990𝑥 = −229
229
𝑥 =
990
Diawal dimisalkan bahwa 𝑥 = 0,23131313131 …, akan tetapi diakhir
229
didapatkan bahwa 𝑥 = 990, sehingga dapat disimpulkan bahwa
229
0,23131313131 … = 990 dengan pembilang dan penyebut berturut-turut

yaitu 229 dan 990 merupakan bilangan bulat, dan 990 tidak sama dengan
nol. Jadi, 0,23131313131 … merupakan bilangan rasional.
d. Bilangan 2,342156324327 … merupakan bilangan irasional, karena
merupakan bilangan desimal tak berhenti dan tak berulang. Bilangan
𝒂
2,342156324327 … tidak dapat dinyatakan dalam bentuk 𝒃 dengan 𝒂 dan 𝒃
bilangan bulat dan 𝒃 tidak sama dengan nol.
6
1.1.2. Representasi Bilangan Riil pada Suatu Garis Bilangan
Bilangan riil dapat direpresentasikan sebagai titik-titik dalam suatu garis
bilangan (garis lurus). Dengan kata lain, setiap titik pada garis bilangan
mewakili satu bilangan riil. Bilangan riil tersebut tersusun berurutan dengan
baik, dengan arah semakin kekanan semakin besar (Positif), dan arah kekiri
semakin kecil (Negatif). Perhatikan Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Garis Bilangan Riil

Pada kasus tertentu, perhitungan yang melibatkan bilangan riil tidak mudah
dilakukan secara manual. Oleh karena itu, dalam matematika dikenal istilah
estimasi (nilai pendekatan), yaitu perkiraan dari nilai sebenarnya. Sebagai
contoh, 𝜋 ≈ 3.14, 𝑒 ≈ 2.718, √2 ≈ 1.4, dan lain sebagainya. Nilai sebenarnya
dari bilangan 𝜋, 𝑒 dan √2 merupakan bilangan irasional (desimal tidak
berhenti dan tidak berulang).

𝑥 𝑦
Gambar 1.3 Jika 𝑥 < 𝑦, Maka 𝑥 Berada Disebelah Kiri 𝑦

1.1.3. Sifat-sifat Urutan Bilangan Riil


Berikut beberapa sifat-sifat urutan bilangan riil yang perlu diketahui, misal 𝑥
dan 𝑦 bilangan riil,
1. Misal 𝑥 < 𝑦, maka pada garis bilangan, 𝑥 berada di sebelah kiri 𝑦.
Perhatikan Gambar 1.3.
2. Jika 𝑥 dan 𝑦 merupakan bilangan riil, maka pasti satu dari tiga berikut
berlaku (bernilai benar), yaitu 𝑥 < 𝑦, 𝑥 > 𝑦, atau 𝑥 = 𝑦
3. Misal 𝑥 < 𝑦 dan 𝑦 < 𝑧, maka 𝑥 < 𝑧
4. Misal 𝑥 < 𝑦, maka 𝑥 + 𝑧 < 𝑦 + 𝑧
5. Misal 𝑥 < 𝑦 dan 𝑧 bilangan riil positif, maka 𝑥𝑧 < 𝑦𝑧 (tanda pertidaksamaan
tetap)
7
6. Misal 𝑥 < 𝑦 dan 𝑧 bilangan riil negatif, maka 𝑥𝑧 > 𝑦𝑧 (tanda
pertidaksamaan dibalik arahnya)

1.1.4. Notasi Interval


Sebagian dari himpunan bilangan riil dapat dinyatakan sebagai interval.
Perhatikan Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Notasi Inteval dan Representasinya pada Garis Bilangan Riil

Notasi
Notasi Himpunan Representasi Pada Garis Bilangan Intepretasi/Dibaca
Interval

Himpunan bilangan riil


(𝑎, 𝑏) {𝑥|𝑎 < 𝑥 < 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙} 𝑎 𝑏 diantara 𝑎 dan 𝑏, tidak
termasuk 𝑎 dan 𝑏.

Himpunan bilangan riil


diantara 𝑎 dan 𝑏,
(𝑎, 𝑏] {𝑥|𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}
𝑎 𝑏 termasuk 𝑏, tetapi tidak
termasuk 𝑎.

Himpunan bilangan riil


diantara 𝑎 dan 𝑏,
[𝑎, 𝑏) {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥 < 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}
𝑎 𝑏 termasuk 𝑎, tetapi tidak
termasuk 𝑏.

Himpunan bilangan riil


[𝑎, 𝑏] {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙} 𝑎 𝑏 diantara 𝑎 dan 𝑏,
termasuk 𝑎 dan 𝑏.

Himpunan bilangan riil


(𝑎, ∞) {𝑥|𝑥 > 𝑎, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}
yang lebih besar dari 𝑎.
𝑎

Himpunan bilangan riil


(−∞, 𝑏] {𝑥|𝑥 ≤ 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}
𝑏 yang kurang dari atau
sama dengan 𝑏.

Himpunan semua
(−∞, ∞) {𝑥|𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙} bilangan riil.

Dalam menuliskan notasi interval, digunakan notasi kurung biasa “(𝑎, 𝑏)”
untuk menyatakan bahwa titik ujung tidak termasuk dalam interval (pada
garis bilangan riil ditandai dengan bulatan yang berlubang). Notasi “(𝑎, 𝑏)”
menyatakan himpunan bilangan riil antara 𝑎 dan 𝑏, tetapi tidak termasuk 𝑎
dan 𝑏 itu sendiri. Sedangkan untuk menuliskan himpunan bilangan riil antara 𝑎
dan 𝑏, termasuk 𝑎 dan 𝑏, digunakan notasi kurung siku “[𝑎, 𝑏]” (pada garis
bilangan riil ditandai dengan bulatan penuh). Notasi “(𝑎, 𝑏]” menyatakan
himpunan bilangan riil antara 𝑎 dan 𝑏, termasuk 𝑏, tetapi 𝑎 tidak termasuk
dalam himpunan.
8
Selain itu, dapat digunakan notasi gabungan “∪” untuk menyatakan suatu
himpunan bilangan riil yang tidak terkumpul dalam satu daerah. Sebagai
contoh perhatikan Gambar 1.4:

𝑎 𝑏
Gambar 1.4 Contoh Interval yang Membutuhkan Notasi Gabungan dalam
Menuliskan Notasi Intervalnya

Himpunan titik-titik pada garis bilangan pada Gambar 1.4 dapat dituliskan
sebagai (−∞, 𝑎] ∪ (𝑏, ∞) atau dalam notasi himpunan dapat dituliskan
sebagai {𝑥|𝑥 ≤ 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 > 𝑏, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}.
Tanda ∞ dan −∞ bukan merupakan lambang suatu bilangan riil tertentu,
keduanya melambangkan bilangan riil yang sangat besar dan bilangan
yang sangat kecil. Sehingga dalam notasi interval, ∞ dan −∞ selalu diikuti
dengan tanda kurung biasa.

1.2. Pertidaksamaan & Nilai Mutlak


Pertidaksamaan adalah kalimat matematika terbuka (belum dapat
ditentukan nilai kebenarannya) yang terdiri dari dua atau lebih ekspresi
matematika yang dihubungkan dengan tanda <, ≤, >, atau ≥.

Contoh 1.2:
2𝑥 < 4𝑥 − 8
Pernyataan pada Contoh 1.2 belum dapat dinyatakan benar atau salah
(nilai kebenarannya), karena memuat variabel 𝑥. Pernyataan tersebut akan
dapat ditentukan nilai kebenarannya setelah 𝑥 diberikan suatu nilai tertentu.
Misal 𝑥 = 1, maka
2(1) < 4(1) − 8
2 < −4
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut bernilai salah, karena
seharusnya 2 lebih besar dari −4.
Atau misal 𝑥 = 5, maka
2(5) < 4(5) − 8
10 < 12
9
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut bernilai benar.
Permasalahan dalam pertidaksamaan adalah menentukan berapa saja nilai
pengganti dari variabel sehingga pertidaksamaan bernilai benar, yang biasa
disebut sebagai himpunan penyelesaian.

Untuk menyelesaikan pertidaksamaan, dapat digunakan sifat-sifat urutan


bilangan riil berikut.
1. Menambahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama
2. Mengalikan kedua ruas dengan bilangan positif yang sama
3. Mengalikan kedua ruas dengan bilangan negatif yang sama, tetapi
disertai dengan membalik arah tanda pertidaksamaan

Contoh 1.3:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
2𝑥 < 4𝑥 − 8
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan pada Contoh 1.3 dapat dilakukan
dengan cara mengupayakan unsur-unsur yang memuat variabel 𝒙 berada di
dalam satu ruas yang sama dan unsur-unsur yang tidak memuat variabel 𝑥 di
ruas lainnya dengan menggunakan sifat-sifat urutan bilangan riil, kemudian
menyederhanakannya.
2𝑥 < 4𝑥 − 8 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
2𝑥 + (−4𝑥) < 4𝑥 − 8 + (−4𝑥) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−4𝑥))
−2𝑥 < −8 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 1 1
−2𝑥 (− ) > −8 (− ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (− ))
2 2 2
𝑥 > 4 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah semua bilangan riil yang lebih besar
dari 4, atau dapat ditulis sebagai berikut
𝐻𝑃 = (4, ∞) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 > 4, 𝑥 ∈ 𝑅}

Contoh 1.4:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
𝑥 − 1 < 2𝑥 + 1 ≤ 8
10
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (tiga ekspresi matematika yang
dihubungkan dengan dua tanda pertidaksamaan), dapat dilakukan dengan
menyelesaikannya secara terpisah antara (i) 𝑥 − 1 < 2𝑥 + 1 dan (ii) 2𝑥 + 1 ≤ 8,
sehingga himpunan penyelesaian dari 𝑥 − 1 < 2𝑥 + 1 ≤ 8 adalah irisan dari
penyelesaian (i) dan (ii), karena 𝑥 haruslah berlaku dikeduanya.

Dari (i) dapat ditentukan himpunan penyelesaiannya sebagai berikut


𝑥−1 < 2𝑥 + 1 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
𝑥 − 1 + (−1) < 2𝑥 + 1 + (−1) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−1))
𝑥−2 < 2𝑥 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
𝑥 − 2 + (−𝑥) < 2𝑥 + (−𝑥) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−𝑥))
−2 < 𝑥 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)

Dari (ii) dapat ditentukan himpunan penyelesaiannya sebagai berikut


2𝑥 + 1 ≤ 8 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
2𝑥 + 1 + (−1) ≤ 8 + (−1) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−1))
2𝑥 ≤ 7 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 1 1
2𝑥 ( ) ≤ 7( ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ( ))
2 2 2
7
𝑥 ≤ (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
2

Sehingga didapatkan himpunan penyelesaiannya dari (i) dan (ii) sebagai


berikut
7 −2 < 𝑥
𝑥≤
2

−2 7
2
Gambar 1.5

Perhatikan Gambar 1.5, himpunan penyelesaian dari 𝑥 − 1 < 2𝑥 + 1 ≤ 8


adalah daerah yang diarsir dua kali (karena irisan). Jadi, himpunan
penyelesaiannya adalah semua bilangan riil yang lebih besar dari −2 dan
7
kurang dari atau sama dengan 2, atau dapat ditulis sebagai berikut
7 7
𝐻𝑃 = (−2, 2] atau 𝐻𝑃 = {𝑥|−2 < 𝑥 ≤ 2 , 𝑥 ∈ 𝑅}
11
Contoh 1.5:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
𝑥2 + 2 ≥ 3
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (polinomial dengan pangkat
variabel 𝑥 (derajad) lebih dari atau sama dengan 2), dapat dilakukan
dengan cara mengupayakan semua unsur ke dalam satu ruas yang sama,
sehingga menyisakan ruas lainnya bernilai nol. Setelah itu, faktorkan
polinomial tersebut dan tentukan titik pembuat nol (titik pemecah), kemudian
ambil titik uji untuk menentukan tanda positif atau negatif, dan terakhir ambil
kesimpulan.
𝑥2 + 2 ≥ 3 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
𝑥2 + 2 + (−3) ≥ 3 + (−3) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−3))
𝑥2 − 1 ≥ 0 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
(𝑥 + 1)(𝑥 − 1) ≥ 0 (𝑑𝑖𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛)

titik pembuat nol (titik pemecah)


(𝑥 + 1) = 0 atau (𝑥 − 1) = 0

𝑥 = −1 atau 𝑥 = 1

(−∞, −1) (−1,1) (1, ∞)

−1 1
Gambar 1.6

Perhatikan Gambar 1.6, didapat dua titik pemecah yang membagi garis
bilangan riil menjadi tiga daerah interval, yaitu (−∞, −1), (−1,1), dan (1, ∞).
Selanjutnya, ambilah titik uji (pilih sebarang satu titik pada masing-masing tiga
daerah interval yang terbentuk), misal dipilih −2 pada interval (−∞, −1), 0
pada interval (−1,1), dan 2 pada interval (1, ∞). Kemudian hitunglah nilai
fungsi pada titik uji tersebut (cukup perhatikan tanda bilangannya saja, yaitu
positif atau negatif)
((−2) + 1)((−2) − 1) = (+) …
((0) + 1)((0) − 1) = (−) …
((2) + 1)((2) − 1) = (+) …
12
Perhatikan Gambar 1.7, Karena dicari perkalian antara (𝑥 + 1) dan (𝑥 − 1)
yang lebih besar atau sama dengan 𝟎, maka himpunan penyelesaiannya
adalah daerah yang bertanda positif dan juga nol (sehingga ujung-ujung
interval juga termasuk dalam himpunan penyelesaian), yaitu (−∞, −1] dan
juga [1, ∞). Jadi himpunan penyelesaian dari 𝑥2 + 2𝑥 + 2 ≥ 3 adalah semua
bilangan riil yang kurang dari atau sama dengan −1 atau semua bilangan riil
yang lebih dari atau sama dengan 1, atau dapat ditulis sebagai berikut
𝐻𝑃 = (−∞, −1] ∪ [1, ∞) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≤ −1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 1, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}

(+) (−) (+)

−1 1
Gambar 1.7

Contoh 1.6:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
𝑥2 + 4𝑥
≥1
𝑥−2
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (bentuk rasional dari
polinomial), dapat digunakan cara seperti pada Contoh 1.5. Tetapkan
dalam bentuk rasional (pecahan), disertai dengan mengupayakan semua
unsur ke dalam satu ruas yang sama, sehingga menyisakan ruas lainnya
bernilai nol. Setelah itu, sederhanakan bentuk pecahannya dan faktorkan
polinomial tersebut. Selanjutnya, tentukan titik pembuat nol (titik pemecah),
dan ambil titik uji untuk menentukan tanda positif atau negatif untuk
mengambil kesimpulan.
𝑥2 + 4𝑥
≥ 1 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
𝑥−2
𝑥2 + 4𝑥
−1 ≥ 0 (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−1))
𝑥−2
𝑥2 + 4𝑥 𝑥 − 2
− ≥ 0 (𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛)
𝑥−2 𝑥−2
𝑥2 + 3𝑥 + 2
≥ 0 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
𝑥−2
(𝑥 + 1)(𝑥 + 2)
≥ 0 (𝑑𝑖𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛)
𝑥−2
13
titik pembuat nol (titik pemecah)
(𝑥 + 1) = 0 atau (𝑥 + 2) = 0 atau (𝑥 − 2) = 0

𝑥 = −1 atau 𝑥 = −2 atau 𝑥 = 2
(−∞, −2) (−2, −1) (−1,2) (2, ∞)
−2 −1 2
Gambar 1.8

Perhatikan Gambar 1.8, didapat tiga titik pemecah yang membagi garis
bilangan riil menjadi empat daerah interval, yaitu (−∞, −2), (−2, −1), (−1,2),
dan (2, ∞). Kemudian ambilah titik uji (pilih sebarang satu titik pada masing-
masing empat daerah interval yang terbentuk), misal dipilih −3 pada interval
3
(−∞, −2), − pada interval (−2, −1), 0 pada interval (−1,2), dan 3 pada
2

interval (2, ∞). Hitunglah nilai fungsi pada titik uji tersebut (cukup perhatikan
tanda bilangannya saja, yaitu positif atau negatif)
((−3) + 1)((−3) + 2)
= (−) …
(−3) − 2
3 3
((− ) + 1) ((− ) + 2)
2 2
= (+) …
3
(− ) − 2
2
((0) + 1)((0) + 2)
= (−) …
(0) − 2
((3) + 1)((3) + 2)
= (+) …
(3) − 2

(−) (+) (−) (+)

−2 −1 2
Gambar 1.9

(𝑥+1)(𝑥+2)
Perhatikan Gambar 1.9, karena dicari hasil operasi dari 𝑥−2
yang lebih

besar atau sama dengan 𝟎, maka himpunan penyelesaiannya adalah


daerah yang bertanda positif dan juga nol (sehingga ujung-ujung interval
juga termasuk dalam himpunan penyelesaian kecuali 𝑥 = 2, karena untuk
menghindarkan pembagian dengan 0), yaitu [−2, −1] atau (2, ∞). Jadi
𝑥2 +4𝑥
himpunan penyelesaian dari 𝑥−2
≥ 1 adalah semua bilangan riil yang lebih
14
besar dari 2 atau semua bilangan riil yang berada pada interval [−2, −1].
Dengan demikian
𝐻𝑃 = [−2, −1] ∪ (2, ∞) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|−2 ≤ 𝑥 ≤ −1 atau 𝑥 > 2, 𝑥 ∈ 𝑅}

Catatan: Yang perlu diingat pada permasalahan pertidaksamaan yang


melibatkan bentuk rasional (terdapat variabel pada penyebutnya) adalah
menghindari penyebut sama dengan nol atau menghindari pembagian
dengan nol.

Bahan Renungan:
1. Apa perbedaan antara pertidaksamaan dengan persamaan?
2. Pada Contoh 1.6, apakah diperkenankan melakukan langkah sebagai
berikut? jelaskan!
𝑥2 + 4𝑥
≥ 1 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
𝑥−2
𝑥2 + 4𝑥
(𝑥 − 2) ≥ 1(𝑥 − 2) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑥 − 2))
𝑥−2
⋮ 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎

1.2.1. Nilai Mutlak


Nilai mutlak dari suatu bilangan riil 𝑥, dinotasikan sebagai |𝑥|, didefinisikan
sebagai
𝑥, jika 𝑥 ≥ 0
|𝑥| = {
−𝑥, jika 𝑥 < 0

Contoh 1.7:
1. Misalkan 𝑥 = 3 berapakah nilai dari |𝑥|?
Jawab:
Karena 𝑥 = 3, dan 3 ≥ 0, maka |𝑥| = 𝑥, dengan demikian |3| = 3.

2. Misalkan 𝑥 = −4 berapakah nilai dari |𝑥|?


Jawab:
Karena 𝑥 = −4, dan −4 < 0, maka |𝑥| = −𝑥, dengan demikian |−4| = −(−4) = 4
15
Nilai mutlak secara geometri merupakan jarak tak berarah antara dua titik
pada garis bilangan riil, khususnya |𝑥| merupakan jarak antara 𝑥 dengan 0 (|𝑥|
dapat dituliskan sebagai |𝑥 − 0|). Serupa dengan |𝑥 − 𝑎| merupakan jarak
antara 𝑥 dengan 𝑎, perhatikan Gambar 1.10. Karena nilai mutlak merupakan
jarak tak berarah, maka |𝑎 − 𝑥| = |𝑥 − 𝑎| (jarak antara 𝑥 dengan 𝑎 sama
dengan jarak antara 𝑎 dengan 𝑥.

|−4| = 4 |3| = 3

−4 0 3
|𝑥 − 𝑎| = |𝑎 − 𝑥|

𝑥 𝑎
Gambar 1.10

Sifat-sifat nilai mutlak


1. |𝑎𝑏| = |𝑎||𝑏|
𝑎 |𝑎|
2. |𝑏| = |𝑏|

3. |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏| (ketaksamaan segitiga)

1.2.2. Pertidaksamaan yang Melibatkan Nilai Mutlak


Dasar-dasar dalam menyelesaikan pertidaksamaan yang melibatkan nilai
mutlak adalah dengan menghilangkan tanda mutlaknya menggunakan
definisi nilai mutlak ataupun sifat-sifat nilai mutlak yang berlaku. Berikut sifat-
sifat dasar yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan
pertidaksamaan.
1. |𝑥| < 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan −𝑎 < 𝑥 < 𝑎
2. Sedangkan |𝑥| ≤ 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan −𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑎
3. |𝑥| > 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan 𝑥 < −𝑎 atau 𝑥 > 𝑎,
4. Sedangkan |𝑥| ≥ 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan 𝑥 ≤ −𝑎 atau 𝑥 ≥ 𝑎
16
Selain itu, ada beberapa sifat tambahan yang berkaitan dengan dengan
akar kuadrat dan nilai mutlak, yang berguna dalam menyelesaikan
permasalahan pertidaksamaan, yaitu sebagai berikut.
1. √𝑥 2 = |𝑥|
2. |𝑥|2 = 𝑥 2
3. |𝑥| < |𝑦| jika dan hanya jika 𝑥 2 < 𝑦 2

Contoh 1.8:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
|3𝑥 − 2| < 5
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (melibatkan nilai mutlak di satu
ruas, dengan tanda pertidaksamaan “<” atau “≤”), dapat digunakan sifat
berikut yaitu jika |𝑥| < 𝑎, dengan 𝑎 > 0, maka −𝑎 < 𝑥 < 𝑎. Sehingga |3𝑥 − 2| < 5
dapat dituliskan ulang menjadi −5 < 3𝑥 − 2 < 5. Kemudian selesaikan
pertidaksamaan tersebut.
−5 < 3𝑥 − 2 < 5 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
−5 + (2) < 3𝑥 − 2 + (2) < 5 + (2) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (2))
−3 < 3𝑥 < 7 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 1 1 1
−3 ( ) < 3𝑥 ( ) < 7( ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ( ))
3 3 3 3
7
−1 < 𝑥 < (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
3
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah semua bilangan riil yang lebih besar
7
dari −1 dan kurang dari 3. Dengan demikian
7 7
𝐻𝑃 = (1, − 3) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|−1 < 𝑥 < 3 , 𝑥 ∈ 𝑅}

Contoh 1.9:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
|2𝑥 + 3| ≥ 4
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (melibatkan nilai mutlak di satu
ruas, dengan tanda pertidaksamaan “>” atau “≥”), dapat digunakan sifat
berikut yaitu jika |𝑥| ≥ 𝑎, dengan 𝑎 > 0, maka 𝑥 ≥ 𝑎 atau 𝑥 ≤ −𝑎. Sehingga
17
|2𝑥 + 3| ≥ 4 dapat dituliskan ulang menjadi 2𝑥 + 3 ≥ 4 atau 2𝑥 + 3 ≤ −4.

Kemudian selesaikan pertidaksamaan tersebut.


Pertidaksamaan pertama:
2𝑥 + 3 ≥ 4 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
2𝑥 + 3 + (−3) ≥ 4 + (−3) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−3))
2𝑥 ≥ 1 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 1 1
2𝑥 ( ) ≥ 1 ( ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ( ))
2 2 2
1
𝑥 ≥ (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
2

Pertidaksamaan kedua:
2𝑥 + 3 ≤ −4 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
2𝑥 + 3 + (−3) ≤ −4 + (−3) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−3))
2𝑥 ≤ −7 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 1 1
2𝑥 ( ) ≤ −7 ( ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ( ))
2 2 2
7
𝑥 ≤ − (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
2

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah semua bilangan riil yang lebih besar
1
atau sama dengan 2 atau semua bilangan riil yang kurang dari atau sama
7
dengan − 2. Dengan demikian
7 1 1 7
𝐻𝑃 = (−∞, − 2] ∪ [2 , ∞) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≥ 2 atau 𝑥 ≤ − 2 , 𝑥 ∈ 𝑅}

Contoh 1.10:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
2
≥4
|𝑥 − 3|
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (melibatkan nilai mutlak di satu
ruas sebagai penyebut), dapat dilakukan dengan mengupayakan bentuk
mutlak berada di suatu ruas, dan sisanya di ruas yang berlainan. Dalam kasus
ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan kedua ruas dengan bilangan
yang sama dengan penyebutnya (dalam hal ini |𝑥 − 3|), akan tetapi harus
hati-hati, karena pada penyebut terdapat variabel 𝑥 yang belum diketahui
18
berapa nilainya. Hanya saja diketahui bahwa nilai mutlak pasti tak negatif,
sehingga |𝑥 − 3| pastilah selalu bernilai lebih besar atau sama dengan nol,
jadi ada dua kemungkinan, yaitu |𝑥 − 3| > 0 atau |𝑥 − 3| = 0. Perlu diingat,
penyebut tidak boleh sama dengan 0, dalam hal ini |𝑥 − 3| ≠ 0). Dengan
demikian ketika kedua ruas dikalikan dengan |𝑥 − 3|, arah tanda
pertidaksamaan tetap. Selatjutnya, selesaikan pertidaksamaan dengan
asumsi bahwa |𝑥 − 3| ≠ 0, atau 𝑥 ≠ 3.
2
≥ 4 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
|𝑥 − 3|
2
(|𝑥 − 3|) ≥ 4(|𝑥 − 3|) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (|𝑥 − 3|))
|𝑥 − 3|
2 ≥ 4(|𝑥 − 3|) (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 |𝑥 − 3| ≠ 0)
1 1 1
2( ) ≥ 4(|𝑥 − 3|) ( ) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ( ))
4 4 4
2
≥ |𝑥 − 3| (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
4

Berdasarkan sifat nilai mutlak, jika |𝑥| ≤ 𝑎, dengan 𝑎 > 0, maka −𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑎.


2 2 2
Jadi, |𝑥 − 3| ≤ 4 dapat dituliskan ulang menjadi − 4 ≤ 𝑥 − 3 ≤ 4
2 2
− ≤ 𝑥−3 ≤ (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
4 4
2 2
− + (3) ≤ 𝑥 − 3 + (3) ≤ + (3) (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (3))
4 4
10 14
≤ 𝑥 ≤ (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
4 4
5 7
≤ 𝑥 ≤ (𝑑𝑖𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛)
2 2

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah semua 𝑥 bilangan riil yang lebih


5 7
besar dari atau sama dengan 2 dan kurang dari atau sama dengan 2 dan

ingat bahwa 𝑥 ≠ 3 (penjelasan sebelumnya, yaitu untuk menghindarkan


pembagian dengan nol). Dengan demikian,
5 7 5 7
𝐻𝑃 = [2 , 3) ∪ (3, 2] atau 𝐻𝑃 = {𝑥| 2 ≤ 𝑥 < 3 atau 3 < 𝑥 ≤ 2 , 𝑥 ∈ 𝑅}

Contoh 1.11:
Tentukan himpunan penyelesaian dari
|𝑥 − 3| < 2|𝑥 + 1|
19
Jawab:
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan jenis ini (melibatkan nilai mutlak di
kedua ruas atau lebih), dapat digunakan sifat berikut, jika |𝑥| < |𝑦| maka 𝑥2 <
𝑦2 . Pertama-tama diupayakan 2|𝑥 + 1| menjadi bentuk nilai mutlak
keseluruhan. Karena 2 = |2|, maka 2|𝑥 + 1| = |2||𝑥 + 1|. Berdasarkan sifat nilai
mutlak |𝑎||𝑏| = |𝑎𝑏|, jadi |2||𝑥 + 1| = |(2)(𝑥 + 1)| = |2𝑥 + 2|. Sampai sini dapat
disimpulkan bahwa 2|𝑥 + 1| = |2𝑥 + 2|. Sehingga |𝑥 − 3| < 2|𝑥 + 1| dapat ditulis
ulang menjadi |𝑥 − 3| < |2𝑥 + 2|.
|𝑥 − 3| < |2𝑥 + 2| (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
(𝑥 − 3)2 < (2𝑥 + 2)2 (𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘, jika |𝑥| < |𝑦|, maka 𝑥2 < 𝑦2 )
𝑥2 − 6𝑥 + 9 < 4𝑥2 + 8𝑥 + 4 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)

Kasus ini serupa dengan Contoh 1.5. dengan melakukan langkah yang
serupa didapatkan
𝑥2 − 6𝑥 < 4𝑥2 + 8𝑥 − 5 (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−9))
𝑥2 < 4𝑥2 + 14𝑥 − 5 (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (6𝑥))
0 < 3𝑥2 + 14𝑥 − 5 (𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 (−𝑥2 ))
0 < (𝑥 + 5)(3𝑥 − 1) (𝑑𝑖𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛)

titik pembuat nol (titik pemecah)


(𝑥 + 5) = 0 atau (3𝑥 − 1) = 0
1
𝑥 = −5 atau 𝑥 = 3
1 1
(−5, ) ( , ∞)
(−∞, −5) 3 3
−5 1
3
Gambar 1.11

Perhatikan Gambar 1.11, didapat dua titik pemecah yang membagi garis
1 1
bilangan riil menjadi tiga daerah interval, yaitu (−∞, −5), (−5, 3), dan (3 , ∞).

Kemudian ambil titik uji (pilih sebarang satu titik pada masing-masing tiga
daerah interval yang terbentuk), misal dipilih −6 pada interval (−∞, −5), 0
1 1
pada interval (−5, 3), dan 1 pada interval (3 , ∞). Hitunglah nilai fungsi pada

titik uji tersebut (cukup perhatikan tanda bilangannya saja, yaitu positif atau
negatif).
20
((−6) + 5)(3(−6) − 1) = (+) …
((0) + 5)(3(0) − 1) = (−) …
((1) + 5)(3(1) − 1) = (+) …

(+) (−) (+)


−5 1
3
Gambar 1.12

Perhatikan Gambar 1.12, karena dicari perkalian antara (𝑥 + 5) dan (3𝑥 − 1)


yang lebih besar dari 0, maka himpunan penyelesaiannya adalah daerah
yang bertanda positif (sehingga ujung-ujung interval tidak termasuk dalam
1
himpunan penyelesaian), yaitu (−∞, −5) dan juga (3 , ∞). Jadi himpunan

penyelesaian dari |𝑥 − 3| < 2|𝑥 + 1| adalah semua bilangan riil yang kurang
1
dari −5 atau semua bilangan riil yang lebih dari 3. Dengan demikian
1 1
𝐻𝑃 = (−∞, −5) ∪ (3 , ∞) atau 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 < −5 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 > 3 , 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑖𝑙}

Bahan renungan: Adakah 𝑥 yang memenuhi jika |𝑥| < 𝑎 dengan 𝑎 < 0?

1.3. Sistem Koordinat


Ada beberapa jenis sistem koordinat, diantaranya yaitu koordinat kartesius
(koordinat persegi panjang), koordinat polar, koordinat tabung, koordinat
bola, dan lain sebagainya. Pada perkuliahan ini akan dibahas mengenai
koordinat kartesius saja.

Sistem koordinat merupakan ide untuk merepresentasikan posisi suatu titik


koordinat yang lebih kompleks (pengembangan dari konsep garis bilangan,
yaitu representasi posisi titik pada suatu garis). Sistem koordinat kartesius
merupakan salah satu cara merepresentasikan titik koordinat pada suatu
bidang. Jika dimisalkan suatu bidang itu mempunyai dua sumbu koordinat,
yaitu garis horisontal dari kiri ke kanan yang biasa disebut sebagai sumbu-𝑥
(absis) dan garis vertikal dari bawah ke atas yang biasa disebut sebagai
sumbu-𝑦 (ordinat), keduanya saling tegak lurus dan berpotongan di titik (0, 0)
21
yang disebut sebagai titik asal. Maka semua titik pada bidang tersebut
dapat dituliskan sebagai titik koordinat (𝑥, 𝑦).
𝑦
sumbu-𝑦

𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼𝐼 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼

titik asal sumbu-𝑥

𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑛 𝐼𝑉

Gambar 1.13 Sistem Koordinat Kartesius

Pada
Gambar 1.13, terlihat bahwa sumbu-sumbu koordinat membagi bidang
menjadi empat daerah yang disebut sebagai kuadran-kuadran, yaitu
kuadran 𝐼, kuadran 𝐼𝐼, kuadran 𝐼𝐼𝐼, dan kuadran 𝐼𝑉.
1. Kuadran 𝐼 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 bernilai positif dan
𝑦 bernilai positif.
2. Kuadran 𝐼𝐼 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 bernilai negatif
dan 𝑦 bernilai positif.
3. Kuadran 𝐼𝐼𝐼 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 bernilai negatif
dan 𝑦 bernilai negatif.
4. Kuadran 𝐼𝑉 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 bernilai positif
dan 𝑦 bernilai negatif.

Penulisan titik koordinat (𝑥, 𝑦) digunakan untuk menyatakan pasangan terurut


bilangan riil dengan 𝑥 sebagai bilangan pertama dan 𝑦 sebagai bilangan
kedua. Karena urutan yang demikian, titik koordinat (2, 3) berbeda dengan
(3, 2). Titik koordinat (2, 3) menginterpretasikan posisi suatu titik pada bidang

yang terletak dua satuan ke kanan dan tiga satuan ke atas dari titik asal. Titik
koordinat (3, 2) menginterpretasikan posisi suatu titik pada bidang yang
22
terletak tiga satuan ke kanan dan dua satuan ke atas dari titik asal.
Perhatikan gambar berikut, terlihat bahwa antara titik koordinat (2, 3)
berbeda letaknya dengan titik koordinat (3, 2), perhatikan Gambar 1.14.
𝑦
(2, 3)

(3, 2)

Gambar 1.14 Contoh titik koordinat (2, 3) dan (3, 2)

Catatan:
1. Pemberian label pada sumbu-sumbu dengan huruf 𝑥 dan 𝑦 merupakan
kesepakatan yang umum, akan tetapi sebarang huruf boleh digunakan.
Jika huruf 𝑥 dan 𝑦 digunakan untuk memberi label sumbu koordinat, maka
bidang yang dihasilkan disebut bidang-𝑥𝑦. Huruf pertama dalam nama
bidang menunjukkan sumbu-𝑥 dan huruf kedua menunjukkan sumbu-𝑦.
Atau jika huruf 𝑦 dan 𝑧 digunakan untuk memberi label sumbu koordinat,
maka bidang yang dihasilkan disebut bidang-𝑦𝑧.
2. Simbol (𝑥, 𝑦) juga menunjukkan interval buka dari 𝑥 sampai 𝑦 (tidak
termasuk 𝑥 dan 𝑦). Untuk membedakannya, pada penulisan titik koordinat
diberi nama menggunakan huruf kapital didepannya. Contoh 𝐴(2, 3),
memberikan arti titik koordinat 𝐴 posisinya pada bidang adalah dua
satuan ke kanan dan tiga satuan ke atas dari titik asal.
3. Sumbu-𝑥 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑦 = 0. Sedangkan
sumbu-𝑦 merupakan kumpulan titik-titik (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 = 0
23
1.3.1. Jarak
Pada pembahasan mengenai nilai mutlak, nilai mutlak diartikan sebagai
jarak tak berarah. Misal terdapat dua titik 𝑎 dan 𝑏 pada garis bilangan riil,
maka jarak antara 𝑎 dan 𝑏 adalah |𝑏 − 𝑎| atau |𝑎 − 𝑏|. Informasi ini akan
digunakan untuk mendapatkan jarak antara sebarang dua titik pada
bidang. Istilah jarak disini menyatakan jarak terdekat (panjang dari garis lurus)
yang menghubungkan kedua titik. Misalkan terdapat dua titik 𝐴(𝑥1 , 𝑦1 ) dan
𝐵(𝑥2 , 𝑦2 ) pada bidang-𝑥𝑦. Maka jarak antara 𝐴 dan 𝐵 adalah panjang garis
lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut, yang kemudian dinotasikan
sebagai 𝑑. Dari titik 𝐴 dan 𝐵 jika dibentuk suatu segitiga siku-siku dengan titik
sudut 𝐴 dan 𝐵, maka panjang sisi horisontalnya adalah |𝑥2 − 𝑥1 | dan panjang
sisi vertikalnya adalah |𝑦2 − 𝑦1 |. Perhatikan gambar Gambar 1.15.

𝐵(𝑥2 , 𝑦2 )
𝑦2

|𝑦2 − 𝑦1 |

𝑦1 𝐴(𝑥1 , 𝑦1 )

𝑥2 𝑥1 𝑥

|𝑥2 − 𝑥1 |
Gambar 1.15

Berdasarkan teorema pythagoras didapatkan

𝑑 = √|𝑥2 − 𝑥1 |2 + |𝑦2 − 𝑦1 |2

Karena untuk setiap bilangan riil 𝑎 didapatkan |𝑎|2 = 𝑎2 , maka didapatkan


2 2
|𝑥2 − 𝑥1 |2 = (𝑥2 − 𝑥1 )2 dan |𝑦2 − 𝑦1 | = (𝑦2 − 𝑦1 ) . Sehingga persamaan diatas

dapat dituliskan menjadi

𝑑 = √(𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )2
24

yang kemudian dikenal sebagai rumus jarak antara dua titik pada bidang.

Contoh 1.12:
Hitunglah jarak antara titik-titik (−2, 4) dan (3, 5)
Jawab:

𝑑 = √(𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )2
2
𝑑 = √(3 − (−2)) + (5 − 4)2

𝑑 = √(5)2 + (1)2
𝑑 = √26

1.3.2. Persamaan Lingkaran


Berdasarkan pengertian rumus jarak, dapat digunakan untuk menjelaskan
persamaan lingkaran. Jika (𝑎, 𝑏) merupakan titik tetap pada bidang, maka
lingkaran dengan jari-jari 𝑟 berpusat di (𝑎, 𝑏) adalah himpunan semua titik
pada bidang tersebut yang mempunya jarak sejauh 𝑟 dari (𝑎, 𝑏), perhatikan
Gambar 1.16. Jadi suatu titik (𝑥, 𝑦) akan terletak pada lingkaran dengan titik
pusat (𝑎, 𝑏) dan jari-jari 𝑟 jika memenuhi persamaan berikut

√(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟

Atau ekivalen dengan


(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
Yang kemudian dikenal sebagai bentuk baku persamaan lingkaran dengan
pusat (𝑎, 𝑏) dan jari-jari 𝑟
25

(𝑥, 𝑦)
𝑟

(𝑎, 𝑏)

(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟2

𝑥
Gambar 1.16 Lingkaran dan Persamaan Lingkaran

Contoh 1.13:
Tentukan persamaan lingkaran dengan jari-jari 5 dan berpusat di (3, −2).
Jawab:
Berdasarkan persamaan lingkaran diatas dengan 𝑎 = 3 dan 𝑏 = −2, serta 𝑟 =
5 diperoleh
2
(𝑥 − 3)2 + (𝑦 − (−2)) = (5)2
(𝑥 − 3)2 + (𝑦 + 2)2 = 25
atau
(𝑥2 − 6𝑥 + 9) + (𝑦2 + 4𝑦 + 4) = 25
𝑥2 + 𝑦2 − 6𝑥 + 4𝑦 = 12

Persamaan terakhir merupakan bentuk lain dari persamaan lingkaran.

Contoh 1.14:
Tentukan jari-jari dan pusat lingkaran dari 𝑥2 + 𝑦2 + 4𝑥 − 2𝑦 + 3 = 0
Jawab:
Untuk menentukan jari-jari dan pusat lingkaran dari suatu persamaan
berbentuk 𝑥2 + 𝑦2 + 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0, ubah persamaan tersebut ke dalam
bentuk baku persamaan lingkaran, yaitu bentuk (𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟2 .
Persamaan 𝑥2 + 𝑦2 + 4𝑥 − 2𝑦 + 3 = 0 dapat dinyatakan sebagai (𝑥 + 2)2 +
2
(𝑦 − 1)2 = (√2) . Dengan demikian pusat lingkaran tersebut adalah (−2, 1) dan

jari-jarinya adalah √2.


26

Bahan Renungan: Apakah (𝑥 − 2)2 + (𝑦 + 3)2 = −9 merupakan persamaan dari


suatu lingkaran? Jelaskan!

1.3.3. Garis pada Bidang


Jika dikatakan “garis” dalam istilah matematika, maka secara otomatis
berarti “garis lurus”. Jika ditempatkan pada suatu bidang koordinat, garis ini
tentulah mempunyai persamaan, sebagaimana halnya dengan lingkaran.
Persamaan dari sebuah garis disebut juga sebagai persamaan linear. Bentuk
umum persamaan linear adalah sebagai berikut
𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0
dengan 𝐴, 𝐵, 𝐶 konstan, 𝐴 dan 𝐵 keduanya tak nol, dan 𝑥 dan 𝑦 adalah
variabel.

Perhatikan Gambar 1.17, jika terdapat dua titik (𝑥1 , 𝑦1 ) dan (𝑥2 , 𝑦2 ) berada
pada garis, maka kemiringan garis tersebut adalah
𝑦2 − 𝑦1
𝑚=
𝑥2 − 𝑥1

𝑦
(𝑥2 , 𝑦2 )

𝑦2 − 𝑦1
(𝑥1 , 𝑦1 )
𝑥2 − 𝑥1

Gambar 1.17 Kemiringan Garis

Untuk mendapatkan persamaan dari suatu garis, cukup dibutuhkan dua titik
berbeda atau cukup dengan satu titik dengan kemiringan garisnya. Jika
diberikan satu titik dan kemiringan, maka dapat persamaan garisnya dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut,
𝑦 − 𝑦0 = 𝑚(𝑥 − 𝑥0 )
27
dengan 𝑚 adalah kemiringan garis dan (𝑥0 , 𝑦0 ) adalah titik yang dilalui garis
tersebut.

Jika diberikan dua titik berbeda, pertama hitung kemiringan garisnya,


kemudian gunakan salah satu titik dan kemiringan yang sudah dihitung untuk
mendapatkan persamaan garisnya.

Contoh 1.15:
Tentukan persamaan garis yang melalui (−2, 3) dan (3, −1)

Jawab:
𝑦 −𝑦 −1−3 4
Kemiringan garis tersebut adalah 𝑚 = 𝑥2 −𝑥1 = 3−(−2) = − 5. Dengan
2 1

menggunakan salah satu titik misal (−2, 3) didapatkan persamaan garisnya


sebagai berikut
4
𝑦−3 = − (𝑥 − (−2))
5
atau
4
𝑦 − 3 = − (𝑥 + 2)
5
4 8
𝑦−3 = − 𝑥−
5 5
4 7
𝑥+𝑦− = 0
5 5

1.4. Grafik Persamaan


Penggunaan koordinat untuk titik-titik pada bidang memungkinkan untuk
menggambarkan suatu kurva (objek geometri) dari suatu persamaan
dengan dua variabel (objek aljabar). Dapat dilihat bagaimana ini dilakukan
pada lingkaran dan garis pada pembahasan sebelumnya.

Grafik suatu persamaan dengan dua variabel 𝑥 dan 𝑦 adalah kumpulan titik-
titik (𝑥, 𝑦) dalam bidang-𝑥𝑦 yang merupakan himpunan penyelesaian dari
persamaan tersebut (titik-titik koordinat yang memenuhi persamaan atau
28
titik-titik (𝑥, 𝑦) yang menjadikan suatu persamaan bernilai benar). Grafik dari
suatu persamaan dengan dua variabel dinamakan sebagai kurva.

Misalkan diberikan persamaan dua variabel, 𝑥 dan 𝑦, yaitu 𝑦 = 𝑥 2 − 3


Semua pasangan terurut (𝑝, 𝑞) yang menjadikan persamaan bernilai benar
jika disubtitusikan 𝑥 = 𝑝 dan 𝑦 = 𝑞 dinamakan sebagai himpunan
penyelesaian. Sebagai contoh, pasangan terurut (2, 1) merupakan
penyelesaian dari 𝑦 = 𝑥 2 − 3, sebab persamaan tersebut bernilai benar jika
disubtitusikan 𝑥 = 2 dan 𝑦 = 1. Yaitu
𝑦 = 𝑥2 − 3 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
(1) 2
= (2) − 3 (𝑑𝑖𝑠𝑢𝑏𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥 = 2 dan 𝑦 = 1)
1 = 1 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
Pernyataan terakhir merupakan pernyataan yang bernilai benar yaitu satu
1 11
sama dengan satu. Pasangan terurut (1, −2), (0, −3), dan (2 , − 4 ) juga

merupakan penyelesaian dari persamaan 𝑦 = 𝑥 2 − 3, dan masih banyak lagi


yang lainnya.

Sedangkan pasangan terurut (1, 3) bukan penyelesaian dari 𝑦 = 𝑥 2 − 3, sebab


persamaan tersebut bernilai salah jika disubtitusikan 𝑥 = 1 dan 𝑦 = 3. Yaitu
𝑦 = 𝑥2 − 3 (𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖)
2
(1) = (3) − 3 (𝑑𝑖𝑠𝑢𝑏𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥 = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 1)
1 = 6 (𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)

Pernyataan terakhir merupakan pernyataan yang bernilai salah karena


seharusnya satu tidak sama dengan enam.

1.4.1. Prosedur Penggambaran Grafik


Untuk menggambarkan grafik dari suatu persamaan, dapat dilakukan
langkah-langkah sederhana berikut ini:
a. Dapatkan koordinat beberapa titik yang memenuhi persamaan
b. Gambarkan titik-titik koordinat tersebut pada bidang kartesius
c. Hubungkan titik-titik tersebut dengan suatu kurva mulus
29
Contoh 1.16:
Gambarkan grafik persamaan 𝑦 = 𝑥 2 − 2
Jawab:
Berdasarkan prosedur dalam menggambarkan grafik suatu persamaan:
a. Dapatkan koordinat beberapa titik yang memenuhi persamaan
Hal ini sama artinya dengan mencari himpunan penyelesaian dari 𝑦 = 𝑥 2 − 2.
Diketahui bahwa persamaan 𝑦 = 𝑥 2 − 2 mempunyai tak hingga banyaknya
penyelesaian, karena setiap bilangan riil jika disubtitusikan ke variabel 𝑥 pada
persamaan tersebut, maka akan didapatkan bilangan riil sebagai nilai dari
variabel 𝑦, sehingga tidak mungkin untuk menggambarkan kurvanya secara
keseluruhan. Akan tetapi beberapa himpunan penyelesaiannya dapat
diperoleh dengan mensubtitusikan sebarang nilai 𝑥 ke persamaan untuk
mendapatkan nilai 𝑦. Perhatikan Tabel 1.3, misal dipilih 𝑥 dari −3 sampai 3
dengan interval 0.5.

Tabel 1.3 Tabel Nilai 𝑥 dan 𝑦 = 𝑥 2 − 2

𝒙 𝒚 = 𝒙𝟐 − 𝟐 Titik Koordinat (𝒙, 𝒚)

−𝟑 7 (−3, 7)
−𝟐. 𝟓 4.25 (−2.5, 4.25)
−𝟐 2 (−2, 2)
−𝟏.5 0.25 (−1.5, 0.25)
−𝟏 −1 (−1, −1)
−𝟎. 𝟓 −1.75 (−0.5, −1.75)
𝟎 −2 (0, −2)
𝟎. 𝟓 −1.75 (0.5, −1.75)
𝟏 −1 (1, −1)
𝟏. 𝟓 0.25 (1.5, 0.25)
𝟐 2 (2, 2)
𝟐. 𝟓 4.25 (2.5, 4.25)
𝟑 7 (3, 7)
30
𝑦 𝑦

𝑦 = 𝑥2 − 2

𝑥 𝑥

Gambar 1.18 Gambar 1.19

b. Gambarkan titik-titik koordinat tersebut pada bidang kartesius, perhatikan

Gambar 1.18.
c. Hubungkan titik-titik tersebut dengan sebuah kurva mulus, perhatikan
Gambar 1.19.

Contoh 1.17:
Gambarkan grafik persamaan 𝑦2 − 3𝑦 − 𝑥 = 0
Jawab:
Untuk menentukan koordinat titik-titik pada grafik persamaan dua variabel,
dapat dipilih untuk menuliskan 𝑦 dinyatakan dalam 𝑥, atau 𝑥 dinyatakan
dalam 𝑦. Untuk kasus ini, lebih mudah 𝑥 dinyatakan dalam 𝑦, yaitu diperoleh
𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦
Cobalah untuk membentuk persamaan tersebut dengan menuliskan y
dinyatakan dalam 𝑥 (𝑦 = ⋯), hal tersebut akan sulit dilakukan, terlebih lagi
tidak semua persamaan dapat dituliskan sebagai 𝑦 dinyatakan dalam 𝑥.

Seperti pada kasus sebelumnya, tidak mungkin untuk menggambarkan


kurvanya secara keseluruhan, karena persamaan 𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦 mempunyai tak
hingga banyaknya penyelesaian. Perhatikan Tabel 1.4, misal dipilih 𝑦 dari −1
sampai 4, dengan interval 0.5.
31
Tabel 1.4 Tabel Nilai 𝑥 dan 𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦

𝒚 𝒙 = 𝒚𝟐 − 𝟑𝒚 Titik Koordinat (𝒙, 𝒚)

−𝟏 4 (4, −1)
−𝟎. 𝟓 1.75 (1.75, −0.5)
𝟎 0 (0, 0)
𝟎. 𝟓 −1.25 (−1.25, 0.5)
𝟏 −2 (−2, 1)
𝟏. 𝟓 −2.25 (−2.25, 1.5)
𝟐 −2 (−2, 2)
𝟐. 𝟓 −1.25 (−1.25, 2.5)
𝟑 0 (0, 3)
𝟑. 𝟓 1.75 (1.75, 3.5)
𝟒 4 (4, 4)

𝑦
𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦

Gambar 1.20 Kurva dari Persamaan 𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦

Berdasarkan Tabel 1.4, maka grafik dari persamaan 𝑥 = 𝑦 2 − 3𝑦 dapat


digambarkan seperti pada Gambar 1.20.

Contoh 1.18:
Gambarkan grafik persamaan 𝑦 = √𝑥 − 2
Jawab:
Jika 𝑥 < 2, maka √𝑥 − 2 merupakan bilangan kompleks. Karena koordinat titik-
titik pada bidang-𝑥𝑦 merupakan bilangan riil, maka hanya dapat
digambarkan titik-titik untuk 𝑥 ≥ 2. Misal dipilih 𝑥 dari 2 sampai 7, dengan
interval 0.5 untuk mendapatkan beberapa himpunan penyelesaian dari 𝑦 =
√𝑥 − 2. Perhatikan Tabel 1.5.
32
Tabel 1.5 Tabel Nilai 𝑥 dan 𝑦 = √𝑥 − 2

𝒙 𝒚 = √𝒙 − 𝟐 Titik Koordinat (𝒙, 𝒚)

𝟐 0 (2, 0)
𝟐. 𝟓 √0.5 ≈ 0.707107 (2.5, √0.5)
𝟑 1 (3, 1)
𝟑. 𝟓 √1.5 ≈ 1.224745 (3.5, √1.5)
𝟒 √2 ≈ 1.414214 (4, √2)
𝟒. 𝟓 √2.5 ≈ 1.581139 (4.5, √2.5)
𝟓 √3 ≈ 1.732051 (5, √3)
𝟓. 𝟓 √3.5 ≈ 1.870829 (5.5, √3.5)
𝟔 2 (6, 2)
𝟔. 𝟓 √4.5 ≈ 2.12132 (6.5, √4.5)
𝟕 √5 ≈ 2.236068 (7, √5)

Berdasarkan Tabel 1.5, maka grafik persamaan dari 𝑦 = √𝑥 − 2 dapat


digambarkan seperti pada Gambar 1.21.

𝑦 = √𝑥 − 2

Gambar 1.21 Kurva dari Persamaan 𝑦 = √𝑥 − 2

Catatan: Ketika menghubungkan titik-titik dengan suatu kurva mulus, ini


sifatnya hanya perkiraan saja, jadi perlu berhati-hati. Sebagai contoh,
𝑥 2 −1
Perhatikan grafik dari 𝑦 = (𝑥−2)(𝑥+1) yang terlihat pada Gambar 1.22.
33
𝑦

𝑥 2 −1
Gambar 1.22 Grafik dari Persamaan 𝑦 = (𝑥−2)(𝑥+1)

𝑥 2 −1
Cobalah untuk menggambar grafik dari 𝑦 = (𝑥−2)(𝑥+1) menggunakan langkah

sederhana, kemudian bandingkan dengan Gambar 1.22 dan renungkanlah.

Untuk menggambar grafik yang lebih teliti seperti pada Gambar 1.22, dapat
dilakukan menggunakan konsep Limit dan Turunan yang akan disampaikan
pada Submodul 3 dan Submodul 6.
34
RANGKUMAN

1. Bilangan-bilangan yang dapat dinyatakan sebagai hasil bagi dua


bilangan bulat disebut sebagai bilangan rasional.
2. Bilangan desimal berhenti dan bilangan desimal berulang merupakan
bilangan rasional. Sedangkan bilangan desimal tak berhenti dan tak
berulang merupakan bilangan irasional.
3. Untuk menyelesaikan pertidaksamaan, dapat digunakan sifat-sifat urutan
bilangan riil berikut.
• Menambahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama
• Mengalikan kedua ruas dengan bilangan positif yang sama
• Mengalikan kedua ruas dengan bilangan negatif yang sama, tetapi
disertai dengan membalik arah tanda pertidaksamaan
4. Nilai mutlak dari suatu bilangan riil 𝑥, dinotasikan sebagai |𝑥|, didefinisikan
𝑥, jika 𝑥 ≥ 0
sebagai |𝑥| = {
−𝑥, jika 𝑥 < 0
5. Jika |𝑥| ≤ 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan −𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑎
6. Jika |𝑥| ≥ 𝑎 dengan 𝑎 > 0 sama artinya dengan 𝑥 ≤ −𝑎 atau 𝑥 ≥ 𝑎
7. Jika |𝑥| ≤ 𝑎 dengan 𝑎 < 0 maka tidak ada bilangan riil 𝑥 yang memenuhi
pertidaksamaan tersebut.
8. Jika terdapat dua titik 𝐴(𝑥1 , 𝑦1 ) dan 𝐵(𝑥2 , 𝑦2 ) pada bidang-𝑥𝑦, maka jarak

antara titik 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝑑 = √|𝑥2 − 𝑥1 |2 + |𝑦2 − 𝑦1 |2 .


9. Persamaan lingkaran dengan titik pusat (𝑎, 𝑏) dan jari-jari 𝑟 (𝑟 > 0) adalah
(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
10. Kemiringan suatu garis yang melalui dua titik (𝑥1 , 𝑦1 ) dan (𝑥2 , 𝑦2 ) adalah
𝑦 −𝑦
𝑚 = 𝑥2 −𝑥1
2 1

11. Persamaan suatu garis yang memiliki kemiringan 𝑚 dan melalui titik (𝑥0 , 𝑦0 )
adalah 𝑦 − 𝑦0 = 𝑚(𝑥 − 𝑥0 )
12. Grafik suatu persamaan dengan dua variabel 𝑥 dan 𝑦 adalah kumpulan
titik-titik (𝑥, 𝑦) dalam bidang-𝑥𝑦 yang merupakan himpunan penyelesaian
dari persamaan tersebut.
35
SOAL LATIHAN

1. Diantara bilangan yang diberikan di bawah ini, mana yang merupakan


bilangan bulat, rasional, dan irasional?
2
a. − 8

b. −√4
30
c. 5

d. 0,73
e. 3,0000 …
f. 1,313113111311113 …
1
g. 32
h. 0,299999999 …
2. Tunjukkan masing-masing interval berikut pada garis bilangan riil.
a. (−3, 1]
b. [4, ∞)
c. (−∞, 3] ∪ (2, 4)
d. (−4, 2) ∪ [2, 4)
e. (−2, 3) ∩ [0, 4]
3. Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut.
a. 3𝑥 − 1 > 4
3
b. ≥1
𝑥+2

c. 3 < 4 − 2𝑥 ≤ 7
d. 𝑥 2 − 5𝑥 + 6 < 2
e. |𝑥 − 2| < |𝑥 + 5|
4. Gambarkan grafik dari persamaan berikut ini
a. 𝑦 = −3
b. 𝑦 = 3𝑥 − 2
c. 𝑦 = −2𝑥 + 3
d. 𝑦 = 𝑥 2 + 5
e. 𝑦 = √𝑥 + 1 − 2
36
DAFTAR PUSTAKA

1. Neuhauser, C. 2011. Calculus for Biology and Medicine 3rd Ed. Prentice
Hall.
2. Varberg, D. Purcell, E. and Rigdon, S. 2006. Calculus 9th Ed. Prentice Hall.
3. T. M. F. ITS, Kalkulus 1 Edisi Ke-4, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, 2012.
4. N. Susila, B. Kartasasmita dan R. , Kalkulus dan Geometri Analitis Edisi Ke-5
Jilid 1, Bandung: Institut Teknologi Bandung-Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai