Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1)

Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi


PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN


MOTORIK HALUS ANAK DOWN SYNDROME DI SLB NEGERI CITEUREUP
TAHUN 2018

Siti Dewi Rahmayanti, Lina Angriyani, Dewi Umu Kulsum


Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
sitidewirahmayanti@yahoo.com, angriyanilina@gmail.com

ABSTRAK
Angka kejadian down syndrome di seluruh dunia diperkirakan mencapai 8 juta jiwa, dan di Indonesia angka
kejadian down syndrome lebih dari 300 jiwa. Anak down syndrome cenderung memiliki koordinasi mata dan
tangan yang kurang baik, mereka juga kurang memiliki tekanan otot yang cukup yang menyebabkan anak
down syndrome memiliki gangguan pada motorik halus. Motorik halus anak down syndrome perlu
dikembangkan untuk membantu anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Stimulasi perkembangan dapat
dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain puzzle. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kemampuan motorik halus anak down syndrome di SLB Negeri
Citeureup Tahun 2018. Rancangan penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen, dengan pendekatan
one group pretest and posttest design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh murid down syndrome di
SLB Negeri Citeureup sebanyak 16 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisa
data menggunakan uji wilcoxon.Intervensi dilakukan selama 5 hari berturut-turut dengan durasi 30 menit
dalam satu kali pertemuan.Teknik pengambilan data menggunakan lembar observasi modifikasi Denver II
dan KPSP yang digunakan untuk mengukur pretest dan posttest. Hasil analisa data menunjukan rata-rata
kemampuan motorik halus pretest adalah 1,38 sedangkan rata-rata posttest yaitu 3,31. Hasil analisa bivariat p
value 0,001< 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kemampuan
motorik halus anak down syndrome di SLB Negeri Citeureup. Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti
menyarankan kepada SLB untuk dapat memberikan fasilitas dalam menstimulasi motorik halus anak down
syndrome dengan bermain puzzle. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut tentang penelitian ini
dengan menggunakan kelompok kontrol.

Kata kunci: Bermain Puzzle, Motorik Halus, Down Syndrome

ABSTRACT
The number of down syndome in the world is etimated at 8 million people, and incidence of down
syndrome in Indonesia is more than 300 people. Down syndrome children tend to have poor eye and hand
coordination, they also have weak muscle pressure which causes children with down syndrome having fine
motor disorders. Fine motor down syndrome children needs to be developed to help the child in daily needs.
Fine motor disorders of down syndrome children can be stimulated by playing puzzles. This research aims to
know The Effect Of Puzzle Play Therapy On The Fine Motor Ability Of Down Syndrome Children At SLB
Negeri Citeureup Year 2018. The research framework that used pre-experiment with one group pretest-
posttest design. The population in this research was 16 student with down syndrome in SLB Negeri
Citeureup. Samples were taken with total sampling. Data were analyzed using wilcoxon test, with
intervention in 5 consecutive days with a duration of 30 minutes in a single meeting. Data collection used
modification Denver II and KPSP observation form to measure pretest and posttest. The analysis resulted in
the average of pretest fine motor ability is 1,38. Meanwhile, the average of posttest is 3,31. Bivariat analysis
result p value 0,001< 0,05. In conclusion, there is evidence of The Effect Of Puzzle Play Therapy On The
Fine Motor Ability Of Down Syndrome Children At SLB Negeri Citeureup Year 2018.From the research
results obtained, the resrearchers suggested to the SLB to provide facilities in stimulating fine motor down
syndrome children by playing puzzle. As well as further researcher to researchmore in this study by using the
control group. Keywords : Playing Puzzle, Fine Motor, Down Syndrome.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 93


Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533
Tlp: 0226631622 - 6631624
Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

PENDAHULUAN
Proses tumbuh kembang setiap anak dalam mencapai perkembangan tertentu
berbeda. Dalam proses pertumbuhan dan dibandingkan anak normal (Soetjiningsih &
perkembangannya, terdapat sebagian dari Ranuh, 2015).
mereka yang memiliki kekurangan atau Anak down syndrome cenderung memiliki
kelainan yang tidak di alami oleh anak normal koordinasi mata dan tangan yang kurang baik.
pada umumnya. Anak yang mengalami Mereka juga kurang memiliki tekanan otot
kelainan tersebut biasa disebut dengan anak yang cukup, sehingga menyebabkan anak
berkebutuhan khusus.Anak-anak dengan down syndrome memiliki gangguan pada
kebutuhan khusus tersebut di klasifikasikan motorik halus. Gangguan motorik halus ini
atas beberapa kelompok, antara lain salah juga disebabkan anak down syndrome
satunya adalah down syndrome(Hadis, 2006). memiliki bentuk jari-jari yang pendek dan
Down Syndrome merupakan suatu kondisi tumpul, kulit kasar, dan kelemahan pada otot-
keterbelakangan perkembangan fisik dan otot tangannya (Muliar, 2016).Kemampuan
mental yang diakibatkan kegagalan sepasang motorik halus anak yang mengalami
kromosom untuk saling memisahkan diri saat keterbelakangan mental sangat perlu
pembelahan (Kosasih, 2012). Seseorang dikembangkan karena memiliki potensi lebih
dengan down syndrome memiliki tinggi badan tinggi dibandingkan dengan kemampuan
yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung lainnya (Santrock, 2007).
yang datar menyerupai orang mongolia, Diketahui anak dengan terbelakang mental
adanya keterbelakangan perkembangan fisik mengalami masalah dalam mewarnai karena
dan mental pada anak. Pada bagian wajah kesulitan dalam menggerakan pensil warna,
biasanya tampak sela hidung yang datar, kemampuan tangan lemah saat menggunting,
mulut yang mengecil, dan lidah yang memerlukan waktu lama dalam meronce
menonjol keluar (Kosasih, 2012). manik-manik, dan anak kurang dapat
Menurut World Health Organization(dalam memasang puzzle dengan sempurna dan tidak
Sobbrie, 2008), angka penderita down syndrome beraturan karena kemampuan jari-jari
di seluruh dunia diperkirakan mencapai 8 juta tangannya yang lemah (Sunaryo & Sunardi,
jiwa dengan kejadian 1 dalam setiap 1000 angka 2007).
kelahiran. Menurut catatan Indonesia Center for Motorik halus melibatkan bantuan otot-otot
Biodiversity and Biotechnology (ICBB) Bogor kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat
(dalam Silviana, et.al 2013), prevalensi anak antara mata, tangan, dan jari (Soetjiningsih &
down syndrome di Indonesia Lebih dari 300 ribu Ranuh, 2015). Stimulasi tumbuh kembang anak
jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar dapat dilakukan dengan cara bermain. Bermain
(Riskesdas) tahun 2013, jumlah penderita down merupakan salah satu kebutuhan anak dan
syndrome di Indonesia sebanyak 0,13%, sebagai suatu aktivitas yang dapat menstimulasi
sedangkan tahun 2010 berjumlah 0,12%. kemampuan keterampilan, kognitif, motorik,
dan afektif yang memerlukan bimbingan
Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat A. A., 2013).
anak dengan terbelakang mental sedang sekitar Kemampuan motorik halus dapat
1/2 dari anak normal seusianya (Abdurrahman, dikembangkan melalui aktivitas bermain yang
2009). Anak down syndrome mengalami berhubungan dengan keterampilan fisik yang
masalah organik dan fungsional sistemik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara
menyebabkan mereka memerlukan waktu 2-3 mata dan tangan, seperti permainan puzzle,
kali lebih lama menyusun balok, memasukkan benda ke dalam

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 94


Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

lubang sesuai bentuknya, membuat garis, Citeureup sebanyak 94 siswa yang terdiri dari
melipat kertas, dam menulis dengan huruf beberapa karakteristis seperti tunarungu,
sesuai dengan bentuknya (Decaprio, 2013). tunadaksa, autis, tunagrahita, down syndrome,
Menurut Soedjatmoko (2009), permainan dan lain lain. Berdasarkan data yang peneliti
puzzle dapat digunakan untuk pengembangan peroleh, terdapat sebanyak 16 siswa dengan
motorik halus yaitu memfungsikan otot-otot down syndrome.
kecil seperti gerakan jari tangan, koordinasi Hasil wawancara dengan salah satu wali
kecepatan tangan dan mata. Puzzle adalah kelas SLB Negeri Citeureup di dapatkan hasil
jenis permainan teka-teki menyusun bahwa anak dengan down syndrome
potongan-potongan gambar atau kata (Aroya mendapatkan kegiatan untuk melatih
& Yusuf, 2013). kemampuan kognitif, kemandirian dan
Menurut Hurlock (2012) agar sosialnya. Kemampuan motorik mereka dilatih
perkembangan motorik halus anak dengan dengan cara permainan seperti menyusun
retardasi mental optimal, anak harus diberi balok, menggambar, mewarnai, dan
kesempatan untuk belajar, diberikan sebagainya. Menurut pihak sekolah dari siswa
bimbingan dan model yang baik untuk ditiru. kelas 1-6, diketahui pada anak kelas 1-4
Peran perawat dalam terapi ini sebagai banyak yang mengalami hambatan dalam
fasilitator yang memberikan dorongan dan perkembangan motorik halus seperti kesulitan
bimbingan agar anak dapat mengikuti dalam memegang pensil, kesulitan dalam
permainan sesuai tujuan akhir yang ingin menalikan sepatu, menulis, dan lain-lain.
dicapai tanpa terlalu banyak menuntut di luar Untuk siswa kelas 5-6 sebagian anak sudah
batas kemampuan anak. cukup baik dalam perkembangan motorik
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri halusnya.
Citeureup merupakan salah satu institusi Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
pendidikan anak berkebutuhan khusus. melakukan penelitian.
Diketahui jumlah siswa di SLB Negeri

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel bila semua anggota populasi
jenis penelitian pre-eksperimen dengan digunakan sebagai sampel. Maka dari itu,
pendekatan one group pretest and posttest sampel yang digunakan dalam penelitian ini
design. Jenis sempel yang digunakan dalam adalah seluruh siswa dengan down syndrome
pada penelitian ini adalah dengan teknik di SLB Negeri Citeureup sebanyak 16 orang.
Sampling Jenuh, yaitu teknik penentuan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemampuan motorik halus anak down syndrome
sebagai berikut : ditempat yang telah diatur oleh peneliti. Ketika
Tabel 1 Skor Rata-Rata Kemampuan Motorik dilakukan pretest dengan menggunakan lembar
Halus Anak Down Syndrome Sebelum Diberikan observasi kemampuan motorik halus anak down
Terapi Bermain Puzzle.
syndrome, anak-anak terlihat kurang mampu
Test N Mean SD Min-Max
menjawab setiap pertanyaan yang ada dalam
Pretest 16 1,38 0,5 1-2
lembar observasi yang dibuktikan dengan hasil
skor yang berkisar antara 1-2 dari total 5 item
Pada saat pretest, peneliti mengumpulkan
pertanyaan.
responden untuk dilakukan pengukuran

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 95


Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

Hal ini sejalan dengan penelitian yang terbelakang mental, salah satunya adalah
dilakukan oleh Epa (2013) tentang “Pengaruh kurang optimalnya stimulus yang diberikan
penggunaan alat permainan edukatif terhadap bisa berupa bermain.Orang tua harus lebih
kemampuan motorik halus anak down memperhatikan perkembangan anak dan
syndrome” yang menyatakan bahwa memfasilitasi permainan edukatif yang
kemampuan motorik halus anak down mempunyai manfaat terhadap perkembangan
syndromesebelum diberikan alat permainan khususnya perkembangan kemampuan
edukatif pada sebagian besar anak belum motorik halus salah satunya dengan bermain
mampu melakukan permainan sesuai tahapan puzzle.
permainan yang dilakukan.
Tabel 2 Skor Rata-Rata Kemampuan Motorik
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui Halus Anak Down Syndrome Setelah Diberikan
bahwa reaksi kemampuan motorik halus anak Terapi Bermain Puzzle.
down syndrome sebelum diberikan terapi Test N Mean SD Min-max
bermain puzzle hanya mampu mengikuti Posttest 16 3,31 0,704 2-4
pertanyaan yang diberikan dengan benar
sesuai usia mereka dengan skor nilai antara 1 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2.
dan 2 dari 5 item pertanyaan. Menurut Saputra didapatkan nilai atau skor rata-rata
& Rudyanto (2005), ada beberapa faktor yang kemampuan motorik halus anak down
menyebabkan keterlambatan motorik halus, syndrome setelah diberikan terapi bermain
diantaranya kurangnya kesempatan untuk puzzle (posttest) adalah 3,31 dengan standar
melakukan eksplorasi terhadap lingkungan deviasi 0,704, yang berarti bahwa kemampuan
sejak bayi, tidak membiasakan anak untuk anak down syndrome mengalami peningkatan
mengerjakan aktivitas sendiri sehingga anak setelah diberikan terapi bermain puzzle
terbiasa dibantu untuk memenuhi dengan skor tertinggi adalah 4 dan skor
kebutuhannya, dan pola asuh orangtua yang terendah adalah 2. Hasil penelitian ini
cenderung overprotektif dan kurang konsisten menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
dalam memberikan rangsangan belajar. Hal kemampuan motorik halus anak down
tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya syndrome di SLB Negeri Cimahi tahun 2018.
mendapatkan latihan stimulus yang tepat dan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
teratur dalam meningkatkan perkembangan yang dilakukan oleh Taiyeb (2016), dengan
kemampuan ini.Hal tersebut sesuai dengan judul “Kemampuan motorik halus melalui
pendapat Pandji dan Wardhani (2013) yang teknik finger painting anak down syndrome”
menyatakan bahwa perkembangan yang menyatakan bahwa terdapat
kemampuan anak tunagrahita yang ringan kecenderungan peningkatan kemampuan
sampai sedang termasuk down syndrome motorik halus anak down syndrome setelah
dapat meningkat secara baik dalam bidang diberikan intervensi finger painting pada anak
apapun yang memungkinkan bagi mereka down syndrome.
dengan memberikan latihan, motivasi, dan Setelah dilakukan intervensi selama lima kali
pendidikan khusus. pertemuan berturut-turut, peneliti mendapatkan
Anak down syndrome mengalami kesulitan hasil skor nilai kemampuan motorik halus anak
dalam mengikuti pertanyaan yang ada dalam down syndrome mengalami peningkatan dari
lembar observasi kemampuan motorik halus skor pretest antara 1 dan 2 menjadi skor posttest
pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa antara 2 sampai 4. Hal tersebut menunjukan
faktor.Selain terdapat keterlambatan bahwa semua responden mengalami peningkatan
perkembangan yang dialami oleh anak down skor pada saat dilakukan posttes.Hal ini sesuai
syndrome yang disebabkan karena adanya dengan

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 96


Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

pendapat Santrock (2007) yang menyatakan motorik halus anak down syndrome di SLB
bahwa kemampuan motorik halus anak yang Negeri Cimahi Tahun 2018.
mengalami keterbelakangan mental sangat Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
perlu dikembangkan karena memiliki potensi penelitian yang dilakukan oleh Muliar (2016)
lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan dengan judul “Improving the Fine Motor
lainnya.Bila kemampuan motorik halusnya Ability of a Down-syndrome Student by
meningkat, memudahkan mereka untuk Playing with Clay at SDLB N 64 Surabayo
melalui tahap perkembangan selanjutnya. Lubuk Basung Kabupaten Agam”.Dari hasil
Menurut hasil pengamatan, peningkatan penelitian yang dilakukan dengan memberikan
kemampuan motorik halus anak down permainan clay ternyata kemampuan motorik
syndrome pada penelitian ini dipengaruhi oleh halus anak down syndrome dapat
stimulus yang diberikan kepada responden di ditingkatkan.Hal ini terbukti setelah data di
SLB Negeri Citeureup berupa pemberian analisis menggunakan grafik garis yang telah
terapi bermain puzzle. Hal ini sebagaimana dibuat berdasarkan pengolahan data yang
dinyatakan oleh Abdurrahman (2009), bahwa diperoleh, menunjukkan bahwa permainan
berbagai aktivitas untuk melatih motorik halus clay efektif digunakan untuk meningkatkan
antara lain mencakup bermain puzzle, kemampuan motorik halus anak down
permainan yang menggunakan jari-jari, syndrome di SDLB N 64 Surabayo Lubuk
memotong, menggunting, menggambar, Basung.
memasukkan kancing, dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan selama lima hari
berturut-turut dengan durasi 30 menit setiap kali
Tabel 3 Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap
pertemuan. Penelitian dilakukan pada pagi
Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome
hari sebelum anak-anak melakukan
Test N Mean SD Pvalue pembelajaran. Hal ini dilakukan agar anak
Pretest 16 1,38 0,500
0,001 masih bisa fokus pada saat diberikan intervensi
Posttest 16 3,31 0,704
dan anak masih merasa semangat.Puzzle yang
Berdasarkan hasil penelitian yang diberikan kepada masing masing anak setiap
terdapat pada tabel3 diperoleh bahwa rata-rata harinya berbeda agar anak tidak merasa bosan
nilai kemampuan motorik halus anak down dengan gambar puzzle yang diberikan. Terapi
syndrome sebelum diberikan terapi bermain bermain puzzle dalam penelitian ini sebagai
puzzle adalah 1,38 dan rata-rata nilai media edukasi dan menunjukkan bahwa terapi
kemampuan motorik halus anak down syndrome bermain puzzle dapat berfungsi dalam
setelah diberikan terapi bermain puzzle adalah meningkatkan kemampuan motorik halus anak
3,31 yang berarti terjadi peningkatan skor down syndrome.
sebanyak 1,93. Hasil ini menunjukan terdapat Berdasarkan uraian tersebut dapat
peningkatan nilai rata-rata kemampuan motorik disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari
halus anak down syndrome sebelum dan setelah variabel independen terhadap variabel
pemberian terapi bermain puzzle. Hasil uji dependen, dimana terdapat peningkatan skor
statistik dengan menggunakan uji wilcoxon rata-rata kemampuan motorik anak down
menunjukan antara nilai awal dan nilai akhir syndrome sebelum dan setelah diberikan
kemampuan motorik halus anak down syndrome terapi bermain puzzle. Dengan kata lain,
didapatkan nilai p value = 0,001 ≤ α 0,05. Hal terdapat pengaruh terapi bermain puzzle
ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) terhadap kemampuan motorik halus anak
terbukti yaitu terdapat pengaruh bermain puzzle down syndrome di SLB Negeri Citeureup
terhadap kemampuan tahun 2018.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 97


Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

KESIMPULAN
Terdapat pengaruh terapi bermain puzzle dengan p value = 0,001 < α = 0,05 yang
terhadap kemampuan motorik halus anak down artinya Ho ditolak.
syndrome di SLB Negeri Citeureup tahun 2018

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini penulis ingin telah memberikan izin melakukan
mengucapkan terimakasih yang penelitian.
ditujukan kepada: Semua pihak yang tidak dapat
Gunawan Irianto, dr.,M.Kes (MARS) disebutkan satu persatu penulis
selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad mengucapkan terimakasih banyak atas
Yani Cimahi. motivasi dan saran serta masukannya.
Sudarman, S.Pd, M.Pd selaku Kepala
sekolah SLB Negeri Citeureup yang

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Berkebutuhan Khusus-Autistik.
Jakarta: Departemen Pendidikan & Bandung: Alfabeta.
Kebudayaan dan Rineka Cipta. Hidayat, A. A. (2013). Pengantar Ilmu
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Kebidanan . Jakarta: Salemba Medika.
Jakarta: Departemen Pendidikan & Kosasih, E. (2012). Cara Bijak
Kebudayaan dan Rineka Cipta. Memaahami Anak Berkebutuhan
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Khusus. Bandung: Yrama Widya.
Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Mahdalela. (2013). Ananda Berkebutuhan
Salemba Medika. Khusus: Penanganan Perilaku
Al-Azizy, A. S. (2010). Ragam Latihan Sepanjang Rentang Perkembangan.
Khusus Asah Ketajaman Otak Anak Yogyakarta: Graha Ilmu.
Plus Melejitkan Daya Ingatnya. Muliar. (2016). Improving the Fine Motor
Jogjakarta: Diva Press. Ability of a Down-syndrome Student by
Aroya, R., & Yusuf, A. (2013). Pengaruh Playing with Clay at SDLB N 64
Media Pembelajaran Puzzle Terhadap Surabayo Lubuk Basung Kabupaten
Peningkatan Kemampuan Calistung Agam. E-JUPEKhu (Jurnal Ilmiah
Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Pendidikan Khusus), 3.
Fungsional Tingkat Dasar di UPTD Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain
SKB Kabupaten Trenggalek. 3. Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada
Decaprio, R. (2013). Aplikasi Medika.
Pembelajaran Motorik di Sekolah. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Yogyakarta: Diva Press. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Frieda, M. (2011). Psikologi dan Cipta.
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Nugrahaeni, D. K., & Mauliku, N. E.
Jilid Kedua. Depok: LPSP3 UI. (2011). Metodologi Penelitian
Ghani, Z. M., & Ahmad, A. C. (2015). Kesehatan. Cimahi: Stikes A. Yani
Pengantar Pendidikan Khas. Malaysia: Press.
Universiti Sains Malaysia.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 98


Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB
Negeri Citeureup Tahun 2018

Nugrohoo, H. S. (2013). PEtunjuk Praktis Motorik Halus Anak Tunagrahita.


Denver Developmental Screening Test. Pendidikan Luar Biasa, FIP, UNESA, 7.
Jakarta: EGC. Soedjatmiko. (2009). Pengembangan
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Rineka Cipta.
Salemba Medika. Soetjiningsih, & Ranuh, G. (2015).
Pandi, E., & Wirakusumah. (2012). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
Panduan Lengkap Makanan Balita. Jakarta: EGC.
Jakarta: Penerbit Plus. Soetjiningsih, C. H. (2012).
Pandji, D., & Wardhani, W. (2013). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sudahkah Kita Ramah Anak Special sampai dengan Kanak-Kanak Akhir.
Needs? Jakarta: PT Elex Media Jakarta: Prenada.
Komputindo.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. Somantri, T. S. (2012). Psikologi Anak
(2009). Human Development Edisi Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
10. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(2011). Pengantar Psikopatologi untuk Bandung: Alfabeta.
Keperawatan. Jakarta: Kencana. Sunaryo, & Sunardi. (2007). Intervensi
Rahmanelli. (2007). Efektivitas Pemberian Dini Anak Berkebutuhan Khusus .
Tugas Media Puzzle dalam Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Pembelajaran Geografi Regional. Kebudayaan Direktorat Jenderal
Jurnal Pelangi Pendidikan, 23. Pendidikan Tinggi Direktorat
Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Ketenagaan.
Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Taiyeb, H. (2016). Kemampuan Motorik
Graha Ilmu. Halus Melalui Teknik Finger Painting
Sacks, B., & Buckley, S. (2003). Motor Anak Down Syndrome. Jurnal Psikologi
Development For Individuals With Pendidikan & Konseling, 106.
Down Syndrome-An Interview. United Yuniarti, S. (2015). Asuhan Tumbuh
Kingdom: The Down Syndrome Kembang Neonatus Bayi Balita dan
Educational Trust. Anak Pra-Sekolah . Bandung: Refika
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Aditama.
Anak Edisi Kesebelas. Jakarta: Zakarya, Y. N., Dewi, E. I., & Susanto, T.
Erlangga. (2016). Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan
Saputra, Y. M., & Rudyanto. (2005). Bersih dengan Metode Bermain
Pembelajaran Kooperatif untuk Puzzle terhadap Kemampuan
Meningkatkan Keterampilan Anak. Melakukan Cuci Tangan Anak
Jakarta: Depdiknas. Tunagrahita di SDLB-C TPA
Sekarwati, D. A., & Riyanto, E. (2013). Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka
Permainan Maze Matching Board Kesehatan, vol.4 (no.3), 567.
Untuk Mengembangkan Kemampuan Zaviera, F. (2008). Mengenal dan
Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Jogjakarta: Katahati.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 |


Halaman 99

Anda mungkin juga menyukai