Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di
sekelilingnya. Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada permukaan
tubuh, di dalam mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme
dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama
berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Penyakit infeksi merupakan masalah terbesar
di dunia dan merupakan penyakit yang frekuensi kejadiannya masih lebih besar
daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit infeksi adalah bakteri, jamur,
virus dan parasite (Chandra, 2007). Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara
mikroorganisme dengan hospes dengan melalui berbagai cara baik melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan yang berasal dari makanan, saluran genitouriner
maupun kontak langsung dengan kulit (Pelczar dan Chan, 2007).
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri,
virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya
manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama
makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan
tantangan negatif, bagaimanapun dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal (Chandra, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan?
3. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan?
4. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
5. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner?
1.3 Tujuan
1. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan?
3. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan?
4. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
5. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner?

1
BAB II

ISI

2.1 Cara Masuk Mikroba ke Dalam Tubuh Manusia

Bakteri merupakan kelompok organisme mikroskopik yang tidak memiliki membran


inti sel, pada umumnya bakteri banyak mempunyai manfaat untuk kehidupan kita, peran
serta bakteri merangkup semua bagian, pangan, pengobatan dan berbagai industri.
Walaupun ada yang berguna Namun ada juga berbagai jenis bakteri atau organisme
mikroskopik yang berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan penyakit dengan cara
mengifeksi tubuh makhluk hidup, bukan hanya manusia, namun juga bisa terjadi pada
tanaman dan hewan.Infeksi merupakan Serangan yang dilakukan patogen atau benda
asing yang bersifat membahayakan tubuh inang, Infeksi bakteri atau pun patogen lainnya
umumnya bisa merugikan tubuh inang atau tubuh manusia karena bakteri atau virus
menggunakan sarana yang ada dalam tubuh kita untuk berkembang biak dan
memperbanyak diri. Secara umum, cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia dibagi
menjadi 4, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan san
genitouriner (Chandra, 2007).

2.2 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Pernapasan

Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga
faring. Ujung atas saluran berhubungan langsung dengan udara, sedangkan ujung bawah
saluran pernapasan mempunyai permukaan yang luas dengan dinding yang sangat tipis
yang berhubungan erat dengan pembuluh darah (Wilson, 2005).Walaupun mempunyai
sistem pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga
rentan terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai
infeksi saluran pernapasan.

Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.


Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Saluran
pernafasan sering terinfeksi patogen, karena kontak langsung dengan lingkungan dan
secara terus menerus terpapar oleh mikroorganisme yang terdapat dalam udara yang
dihirup. Beberapa mikroorganisme sangat virulen dapat menyebabkan infeksi, minimal
pada orang yang rentan. Lingkungan saluran pernafasan yang lembab dan hangat,

2
merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme (Wilson, 2005).
Saluran pernapasan bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme karena adanya
lendir dan silia (Richard, 2007). Gambar silia yang ada pada saluran pernapasan
ditunjukkan oeh gambar 2.1.

Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran
pernapasan bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme (Sumber: Priangle,1991).

Penyebab infeksi pada saluran pernafasan bisa bermacam-macam dan salah satunya
adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular melalui berbagai cara seperti melalui udara,
droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan,
diantaranya Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Haemophilus
influenzae, Corynebacterium diphtheriae, dan Bordetella pertussis.

a. Streptococcus pneumoniae

Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram positif berbentuk


diplokokus dan seperti lanset (lihat gambar 2.2). Namun pada perbenihan tua dapat
nampak sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak
berflagel). S. pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu dan merupakan
alfa hemolitis. Selubungnya terutama dibuat oleh jenis yang virulen. S.
pneunomiae tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat tumbuh pada suhu
di bawah 25°C dan di atas 41°C, melainkan tumbuh dengan suhu optimum 37,5°C.
Glukosa dan gliserin meningkatkan perkembangbiakannya, tapi bertambahnya
pembentukan asam laktat dapat menghambat dan membunuhnya, kecuali jika
ditambahkan kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya (Friedman, 2005).

3
Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri penyebab penyakit
pneumonia (Sumber: Priangle,1991).

Infeksinya pada manusia yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris.
Penyakit lain yang disebabkannya juga adalah sinusitis, otitis media, osteomielitis,
artritis, peritonitis, ulserasi kornea, dan meningitis.

Angka kematian pada penyakit pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan
keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada
tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-
faktor lainnya.

b. Mycobacterium tuberculosis

Mikroba yang termasuk kelompok ini bersifat tahan asam, berbentuk batang halus,
tidak bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic (Lydyard, 2009). Struktur
bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri penyebab


penyakit TBC (Sumber: Snell, 2000).

4
Mikroba ini tidak menghasilkan eksotoksin. Kandungan lipidnya sangat tinggi (20-
40% dari berat kering) bahan ini diduga sebagai penyebab resistensi pertahanan humoral,
desinfektans, larutan asam dan basa. Dinding sel yang tebal dari Mycobacterium
tuberculosis kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga menyebabkan
mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.

Mycobacterium tuberculosis dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan.


Infeksi terjadi melalui muntahan atau saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada paru-
paru dan limfoglandula. Bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa menyebabkan penyakit
tuberkulosis dimana bakteri ini menyebabkan infeksi pada saluran nafas dan
menyebabkan luka pada pembuluh dalam paru-paru (Pieters, 2004). Mekanisme
penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis ditunjukkan oleh gambar 2.4.

Gambar 2.4 Mekanisme penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis (Sumber:


Rampengan, 2008).

5
c. Haemophilus influenzae

Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai ukuran (1 µm X 0.3 µm). Bakteri ini


berbentuk cocobacillus dan tergolong bakteri Gram negatif serta tergolong anaerob
fakultatif (Eliastam, 2001). Struktur bakteri Haemophilus influenzae ditunjukkan oleh
gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bakteri Haemophilus influenzae yang biasa diasosiasikan dengan


penyakit saluran pernafasan kronik, dan merupakan penyebab penyakit-penyakit
invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis
akut (Sumber: Rampengan, 2008).

Pada tahun 1930, bakteri ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu koloni R yang dibentuk
oleh kuman-kuman tak bersimpai (NTHi) dan koloni S yang dibentuk oleh kuman-
kuman bersimpai. Kuman-kuman koloni S dianggap virulen dan secara serologik
dibagi dalam 6 tipe berdasarkan simpainya: a,b,c,d,e, dan f. Penyelidikan-
penyelidikan menunjukkan bahwa H. influenzae tak bersimpai (rough) biasa
diasosiasikan dengan penyakit saluran pernafasan kronik, terutama pada orang
dewasa. Sedangkan H. influenzae bersimpai merupakan penyebab penyakit-penyakit
invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis
akut. Salah satu jenis dari kuman bersimpai ini adalah H. influenzae tipe b (Hib), yang
merupakan penyebab sebagian besar penyakit invasif, termasuk penyakit pneunomia
dan meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak (Harr, 2004).

H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan dan kekeringan. Kuman ini tumbuh
optimum pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kuman ini juga
tumbuh subur sebagai satelit Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.

6
Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat
bersin atau batuk. H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama
penting pada penyakit paru kronik (Eliastam, 2001).
d. Bordetella pertussis
Penyakit pertusis atau batuk rejan (whooping chough) atau batuk seratus hari
merupakan penyakit akut saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk paroksismal.
Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertussis yang untuk pertama kalinya
diasingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906 (Harr, 2004).
Bordetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk
kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.Bentuk
koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.
Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Bakteri ini
merupakan gram negative dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula
bipolar metakromatik (Neal, 2002). Bakteri Bordetella pertussis ditunjukkan oleh
gambar 2.6.

Gambar 2.6 Bakteri Bordetella pertussis yang menyebabkan penyakit pertusis


atau batuk rejan (whooping chough) (Sumber: Chandra, 2007).

Pada Bordetella pertussis ditemukan dua macam toksin yaitu


• Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman.
Sifat endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan oleh
kuman negative gram lainnya.

7
• Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di
dalam protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel tersebut
atau dengan jalan ekstraksi memakai NaCl.

Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan
kemudian terhirup oleh orang sehat yang tidak mempunyai kekebalan tubuh.Setelah
menghisap droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam saluran
pernafasan (Harr, 2004).

2.3 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Pencernaan

Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau


minuman dan melalui jari–jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida (HCL) dan
enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme
yang bertahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba,
hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang
terkontaminasi.

Gambar. 2.7 Sistem pencernaan manusia (sumber: https://www.google.co.id/search?


q=sistem+pencernaan&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0
ahUKEwiug9iRkLLAhWMm5QKHfb4B3IQ_AUIBigB#tbm=isch&q=digestiveytem
&imgrc=iO6H0W6eds8WbM%3A)

8
A. Jenis Penyakit Yang Ditimbulkan
1. Bakteri Salmonella sp

Gambar 2.8 Bakteri Salmonella sp. (sumber : Todar, 2008)

Habitat bakteri salmonella adalah di dalam alat pencernaan manusia, hewan,


dan bangsa burung. Oleh karena itu cara penularannya adalah melalui mulut karena
makan/minum bahan yang tercemar oleh keluaran alat pencernaan penderita.
Salmonella akan berkambang biak di dalam alat pencernaan penderita, sehingga
terjadi radang usus (enteritis). Radang usus serta penghancuran lamina propria alat
pencernaan oleh penyususpan (proliferasi) salmonella inilah yang menimbulkan diare,
karena salmonella menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan enterotoxin
(Dharmojono, 2001).
Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
selalu menimbulkan perubahan-perubahan dalam hal warna, bau maupun rasa dari
makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella di dalam suatu makanan,
semakin besar timbulnya gejala infeksi yang mengkonsumsi makanan tersebut dan
semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan
yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan
hasil olehannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya seperti es
krim dan keju (Supardi dan sukamto, 1999). Pathogenesis dari bakteri salmonella
dapat dilihat pada gambar 2.9.

9
Gambar 2.9. Proses Pathogenesis salmonella sp didalam tubuh manusia (sumber:
https://www.google.co.id/search?
q=patogenesis+salmonella+sp&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa=X
&ved=0ahUKEwj27oOJquPLAhWFPKYKHcJtBDUQ_AUIBigB#imgrc=OO9fqZ0f
ScaynM%3A)

Jay (2000) menjelaskan bahwa khusus untuk S. enteritidis dapat ditemukan di


dalam telur dan ovarium ayam yang bertelur, dengan kemungkinan jalur penularannya
sebagai berikut: (1) transovarium (2) translokasi dari peritonium ke kantong kuning
telur atau oviduk; (3) mempenetrasi kerabang telur sewaktu telur bergulir menuju
kloaka; (4) pencucian telur; (5) pengolahan makanan. Salmonella akan berpenetrasi
ke dalam telur dan terperangkap di dalam membrane kemudian akan diingesti oleh
embrio. Habitat utama salmonella pada ayam adalah saluran pencernaan, termasuk
caecum. Apabila salmonella ada di dalam tubuh ayam, maka ayam akan bertindak
sebagai carrier sepanjang hidupnya. Menurut Ray (2001) manusia dapat bertindak
sebagai carrier setelah terinfeksi dan menyebarkannya melalui feces untuk waktu
yang cukup lama, selain itu dapat juga terisolasi dari tanah, air, dan sampah yang

10
terkontaminasi feces. Salmonella di dalam tubuh host akan menginvasi mukosa usus
halus, berbiak di sel epitel dan menghasilkan toxin yang akan menyebabkan reaksi
radang dan akumulasi cairan di dalam usus. Kemampuan salmonella untuk
menginvasi dan merusak sel berkaitan dengan diproduksinya thermostable cytotoxic
factor. Salmonella ada di dalam sel epitel akan memperbanyak diri dan menghasilkan
thermolabile enterotoxin yang secara langsung mempengaruhi sekresi air dan
elektrolit (RAY,2001). Berikut penyakit yang disebabkan oleh sallmonela sp.
a. Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu
atau mencerna toksin, (Tucker, 1998).Gastroenteritis yang disebabkan oleh
salmonella merupakan infeksi pada usus dan terjadi lebih dari 18 jam setelah bakteri
patogen itu masuk ke dalam host. Ciri-cirinya adalah demam, sakit kepala, muntah,
diare, sakit pada abdomen (abdominal pain) yang terjadi selama 2 - 5 hari. Spesies
yang paling sering menyebabkan gastroenteritis ialah S. typhimurium. Kehilangan
cairan dan kehilangan keseimbangan elektrolit merupakan bahaya bagi anak-anak dan
orang tua. inflamaasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Cecily, Betz;
2002). Gambar penyakit gastroenteritis dapat dilihat pada gambar 2.10

11
Gambar 2.10 Penyakit gastroenteritis.pada tubuh manusia (sumber :
http://isehat.blogspot.co.id/2012/12/gastroenteritis.html

b. Septisemia
Septikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri
dalam darah (bakteremia). Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau
Bakteremia dengan sepsis Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakterimia yang bergejala. Septisemia oleh Salmonella menunjukkan ciri-ciri demam,
anoreksia dan anemia. Infeksi ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Lesi-lesi
dapat menyebabkan osteomielitis, pneumonia, abses pulmonari, meningitis dan
endokarditis. Spesies utama yang menyebabkan septisemia. Gambar penyakit
septicemia dapat dilihat pada gambar 2.11.

12
Gambar 2.11 Penyakit septicemia dijaringan kulit pada bayi (sumber:
http://stek.org/health-fitness/problems-of-septicemia/)

c. Demam-demam enteric
Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia. Patogenesis demam
tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri
bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen
intestinal. Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak
bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada
sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum dan
yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch merupakan tempat bertahan
hidup dan multiplikasi Salmonella Typhi.
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa
usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi
sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System(RES) di organ hati dan
limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari habitatnya melalui
duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri di empedu
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin
merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk
melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal atau pun
sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid. Manusia

13
merupakan host tunggal untuk S. typhi, ciri-cirinya antara lain lesu, anoreksia, sakit
kepala, kemudian diikuti oleh demam. Pada waktu tersebut S. typhi sedang menembus
dinding usus dan masuk ke dalam saluran limfa. Melalui saluran darah S. typhi
menyebar ke bagian tubuh lain. Insidensi kematian yaitu antara 2 - 10%; lebih 3%
penderita demam tifoid menjadi carrier kronik. gambar penyakit demam tifoid aat
dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 proses terjadinya Demam tifoid pada tubuh manusia. Sumber :
https://obatdemamtifoidblog.wordpress.com/2016/03/08/obat-demam-tifoid-qnc-jelly-
gamat/)
2. Bakteri E.coli

14
Gambar. 2.13 E.coli yang dapat menyebabkan masalah pencernaan. (sumber :
https://www.google.co.id/search?
q=patogenesis+salmonella+sp&biw=1024&bih=455&source=lnms&tbm=isch&sa
=X&ved=0ahUKEwiKkq2BrOPLAhVLJpQKHUq4DE0Q_AUIBygB#tbm=isch&q=s
almonella+sp&imgrc=idaepZuETUbAsM%3A)

Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup
dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Sebagai bakteri
yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang
membantu bakteri menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia.
Shiga like toxin (SLT) atau shiga toxin yaitu Stx1dan Stx2 adalah salah satu factor
virulen dari E. coli O157: H7 yang utama. .interaksi antara entheromorphoragic E.coli
(EHEC) dan sel epitel pada bakteri E.colli dapat dilihat pada gambar 2.13.
Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat
masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain
yaitu intimin. Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan
effacing lesions sehingga terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). Bakteri
EHEC menghasilkan factor protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya
penempelan pada epithel usus, dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada
bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC berhasil menempel pada epithel usus dan
menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang telah dihasilkan dalam lumen usus
dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan menembus lapisan endothel
sehingga masuk kedalam aliran darah. Factor virulen hemolysin (hlyA) dikode oleh
adanya factor plasmid yang terdapat di dalam bakteri EHEC. Pada Gambar 2.14 dapat
dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada permukaan
lumen usus. EHEC yang menempel pada sel epithel akhirnya menyebabkan terjadinya
attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta terjadinya
bentuk perlekatan “pedestal”. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan
masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan
efek sistemik.

15
Gambar 2.14 .interaksi antara entheromorphoragic E.coli dalam tubuh (EHEC) dan
sel epitel (Sumber : COX, J., 2000.)

Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi
yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi
pada susu dapat terjadi akibat sapi perah telah terinfeksi oleh bakteri, atau
kontaminasi berasal dari alat-alat pemerahan yang digunakan. Daging dan susu yang
telah terkontaminasi oleh E. coli O157: H7 dan tidak dimasak secara sempurna dapat
menyebabkan infeksi E. coli O157: H7 pada manusia yang mengkonsumsi. Daging
dan susu yang telah terkontaminasi bakteri E. coli O157: H7 tidak memperlihatkan
perubahan organoleptik baik warna, rasa, maupun bau. Manusia yang tempat
tinggalnya berdekatan dengan peternakan juga dapat terinfeksi bakteri E. coli O157:
H7 yang berada dalam peternakan tersebut. Selain disebarkan oleh ternak sapi melalui
daging dan susunya, bakteri E. coli O157: H7 juga dapat ditularkan dari manusia yang
telah terinfeksi ke manusia yang lainnya. Penyebaran bakteri E. coli O157: H7 dari
manusia ke manusia yang lain terjadi secara peroral. Gambar infeksi bakteri E.colli
dapat dilihat pada gambar 2.15

16
Gambar 2.15 Penyakit infeksi yang diakibatkan oleh E.colli. (sumber:
Dharmojono,2001)
3. Shigella dysenteriae

Gambar 2.16: Shigella sp. (sumber http://microbiologyreports.hpage.co.in/shigella-


spp_40429214.html)

Disentri adalah salah satu jenis penyakit diare akut yang disertai dengan tinja
cair yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri
telah menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan
sangat cepat tanpa diikuti proses absorbsi air (Adnyana dkk., 2004). penyebab
disentri adalah Shigella dysentriae dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan
demam. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi
saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang
bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin sehingga dapat mematikan
penderita. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi
saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang

17
bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin sehingga dapat mematikan
penderita. Gambar pathogenesis pada bakteri shigella sp dapat dilihat pada gambar
2.17.

Gambar 2.17 Proses pathogenesis shigella sp dalam tubuh manusia ( sumber:


Aguskrino, 2012)
Shigella dysenteriae berpindah dari penderita melalui fecal-oral seperti melalui
makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat. Shigella
dysenteriae merupakan bakteri intraseluler fakultatif. Shigella dysenteriae menyerang
manusia dengan menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa Shigella
dysenteriae kemudian keluar dari vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta
menyebar di dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya.
Shigella dysenteriae yang difagosit oleh makrofag akan merangsang terjadinya
apoptosis namun sebelum apoptosis terjadi Shigella dysenteriae dapat keluar dari
vakuola fagositik dan menyerang sel disekitarnya.

18
4. Vibrio cholera

Gambar 2.18 Sel v.cholerae. (sumber: Howard dan Da)


Kolera adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang bersifat menular,
yang disebabkan oleh bakteri V. cholera Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh
melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak memenuhi standar
(Bitton, 2005) Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan
melalui makanan yang tidak dimasak dengan benar. Gejala-gejala penyakit kolera
yang disebabkan oleh V. cholera antara lain diare hebat, perut keram, mual, muntah,
dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan
baik, maka penderita dapat mengalami kematian. Kematian pada penderita umumnya
disebabkan oleh kasus dehidrasi (Dziejman et al., 2002). Vibrio cholerae tidak
bersifat invasif (tidak masuk ke dalam aliran darah), sehingga pada umumnya tetap
berada di saluran usus penderita. Dalam proses infeksinya,V. cholerae virulen akan
menempel pada mikrovili permukaan sel epithelial, dimana mereka melepaskan toksin
kolera (enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan
merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium.
Akibatnya penderita akan kehilangan banyak cairan dan elektrolit, walaupun secara
histology usus tetap normal (Novotny et al., 2004).

19
Gambar 2.19 Proses patogenesis vibrio cholera pada ubuh manusia.
Vibrio cholera aktivitas dari enterotoksin mengaktifkan Gsprotein melalui ADP-
ribosylation. stimulasi ini mengakibatkan adanya sekresi dari ion klorida dan air paa
entrocytespada usus dan menyebabkan diare.
5. Helicobacter pylori (H. pylori)
Merupakan kuman penyebab utama penyakit gastritis pada manusia dan
merupakan faktor etiologi gastric ulcer, duodenal ulcer, gastric carcinoma dan
primary gastric B-cell lymphoma. Infeksi H. pylori sering ditemukan juga pada
beberapa kasus nonulcer dyspepsia dan merupakan prevalensi yang banyak
ditemukan di dunia. Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun
H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan
ekologi lambung, dengan serangkaian langkah unik masuk kedalam mukus, berenang
dan orientasi spasial didalam mukus, melekat pada sel epitel lambung, menghindar
dari respon imun, dan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi persisten.
Urease menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan ammonia, sehingga H.
Pylori mampu bertahan dalam lingkungan yang asam. Motilitas bakteri sangat penting
pada kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi pada lambung. H. pylori
menyebabkan peradangan pada lambung terus - menerus. Respon peradangan ini
mula – mula terdiri dari penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, dan
makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel epitel. Karena H. Pylori sangat
jarang menginvasi mukosa lambung, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel /
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat terikat pada MHC class
dipermukaan sel eptel gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Epitel lambung

20
pasien yang terinfeksi H. Pylori meningkatkan kadar interleukin-1β, interleukin-2,
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. Infeksi Helicobacter
Pylori merangsang timbulnya respon humoral mukosa dan sistemik. Produksi antibodi
yang terjad itidak dapat menghilangkan eradikasi infeksi, bahkan menimbulkan
kerusakan jaringan. Pathogenesis pada dapat dilihat pada gambar 2.20

Gambar 2.20 proses patogenesis bakteri Helicobacter pylori pada manusia( dikutip
dari NEJM, 2010 )

2.4 Cara Masuk Mikroba melalui Kulit

Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang,
disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit disebut patogenisitas. Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang
memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan
infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal
ini dapat menimbulkan suatu penyakit. Patogen merupakan beberapa jenis
mikroorganisme atau organisme lain yang berukuran yang lebih besar yang mampu
menyebabkan penyakit (Wilson & Price, 1995).

21
Suatu mikroorganisme yang bersifat patogen pertama kali harus mencapai
jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak
kasus, hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit,
membrane mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai
barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi
melalui luka baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang
menyebabkan kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati
kulit yang utuh. Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari
beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh
patogen ketika memasuki inang (Rampengan, 2008).
Contoh mikroorganisme yang masuk melalui kulit
1) Staphylococcus aureus
Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul
adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya (lihat gambar 2.21),
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (lihat gambar 2.22) (Wilson et al.,
1995). Bisul terjadi ketika suatu area dari jaringan menjadi terinfeksi dan sistem
kekebalan tubuh mencoba untuk melawannya. Sel darah putih bergerak melalui
dinding pembuluh darah ke daerah infeksi dan masuk dalam jaringan yang rusak.
Selama proses ini terbentuk nanah. Nanah adalah penumpukan cairan, sel darah putih
yang mati, jaringan mati, dan bakteri atau benda asing lainnya (Medlineplus, 2012).
Bisul dapat ditularkan antara orang melalui kontak langsung dengan kulit,
diantaranya yang pertama melalui memeras, menggaruk dengan menyentuh bagian
yang terinfeksi, yang kedua menggunakan pakaian, handuk atau seperai yang belum
dicuci setelah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, ketiga
menggunakan alat dandanan (misalnya gunting kuku, pinset dan pisau cukur) yang
telah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, dan tidak mencuci
tangan dengan teliti.

22
Gambar 2.21. Bisul yang menyerang punggung akibat infeksi bakteri Staphylococcus
aureus
(Sumber: http://www.obatherbal.com.)

Gambar 2.22 Bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul


(Sumber: Wilson et al., 1995)

2) Burkholderia pseudomallei.
Bakteri Burkholderia pseudomallei adalah bakteri yang menyebabkan
penyakit Melioidosis. Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada musim
kering tetapi setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam permukaan air dan
lumpur dan dapat juga naik di udara. Bakteri Burkholderia pseudomallei (lihat
gambar 2.23) yang menyebabkan meliodosis biasanya masuk ke dalam tubuh lewat
luka atau borok di kulit (lihat gambar 2.24) atau melalui penghirupan debu atau titis

23
kecil dan sangat jarang disebabkan karena minum air yang terkontaminasi
(Department of health, 2012)
Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini
bervariasi. Sering bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk
berlendir dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk demam disertai
sakit kepala dan kebingungan, atau rasa sakit waktu kencing dan/atau kesulitan
kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21 hari setelah terinfeksi dan permulaan
gejala bisa tiba-tiba atau pelan-pelan. Infeksi meliodosis dapat mematikan sehingga
dibutuhkan perhatian dokter yang urgen dan pengobatan dengan antibiotic tertentu.
Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara jauh lebih pelan dengan gejala
pengurangan berat badan, demam yang terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada
orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau
tulang. Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang
jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasus-
kasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi
aktif oleh karena sistem kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis
dibuat dengan cara mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium
terhadap darah, ludah, air kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak
sembuh-sembuh (Department of health, 2012).

Gambar 2.23 Bakteri Burkholderia pseudomallei penyebab penyakit penyakit Melioidosis


(Sumber: Department of health, 2012)

24
Gambar 2.24 Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei
(Sumber: http://www.pediatriconcall.com.)
3) Virus Varicella zoster
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster
(lihat gambar 2.25) yang menimbulkan bintik kemerahan di kulit yang
menggelembung maupun tidak, melepuh, dan terasa gatal (lihat gambar 2.26). Masa
inkubasi virus penyebab cacar ini sekitar 2-3 minggu. Biasanya awal gejala ditandai
dengan naiknya suhu tubuh (Martin, dkk., 2009).

Virus varicella zoster dapat masuk kedalam tubuh orang lain melalui kontak
langsung dengan kulit penderita, Seperti berjabat tangan, atau bersentuhan langsung
dengan gelembung bintik yang pecah. (Martin, dkk., 2009).

Gambar 2.25 virus varicella zoster penyebab penyakit cacar air


(Sumber: Martin, dkk., 2009)

25
Gambar 2.26 Penyakit cacar air yang menyerang seluruh kulit
(Sumber: http://www.nih.gov)

4) Virus Dengue
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis,
dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus
dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun
fatal.
Demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak, sakit
kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya napsu makan,
mual-mual dan ruam. Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringan yang
disertai ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang
bisa mencapai suhu 40-41◦C selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan
gelaja lainnya yang menyertai demam berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul
kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga
pendarahan dalam tubuh sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter (lihat
gambar 2.27). Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada kegagalan
saluran pernapasan, shock dan kematian. Setelah terinfeksi oleh salah satu dari empat
jenis virus, tubuh akan memiliki kekebalan terhadap virus itu, tapi tidak menjamin
kekebalan terhadap tiga jenis virus lainnya (Soekidjo, 2005).
Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan pada kulit oleh
nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus dengue (lihat gambar 2.28) . Penyakit ini
tidak dapat ditularkan langsung dari orang keorang. Penyebar utama virus dengue
yaitu nyamuk Aedes aegypti, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies
lain yaitu Aedes albopictus. (Soekidjo, 2005).

26
Gambar 2.27 Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akibat gejalah-gejalah yang
ditimbulkan oleh inveksi Virus Dengue
(Sumber: www.kalbemed.com)

Gambar 2.28 Virus Dengue penyebab penyakit demam berdarah


(Sumber: Soekidjo, 2005)

5) Virus Rabies

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut
yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan
Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus yakni virus Rabies
(Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki
peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan Rupprecht, 2001).
Rabies menyerang susunan syaraf pusat, sehingga dapat menyebabkan
penyakit diantaranya radang pada otak (Utami dan Sumiarto, 2010). Virus Rabies
(lihat gambar 2.29) dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.
27
Penyakit akibat inveksi Virus Rabies ini sangat ditakuti dan mengganggu
ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul
maka biasanya diakhiri dengan kematian. Penularan penyakit rabies ini dapat Melalui
gigitan hewan yang terinfeksi oleh virus rabies (lihat gambar 2.30) (Utami dan
Sumiarto, 2010).

Gambar 2.29 Virus Rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan
manusia.

(Sumber: Priangle,1991)

Gambar 2.30 penularan penyakit rabies melalui gigitan anjing yang terinveksi virus
Rabies yang mengakibatkan penyakit radang pada otak.
(Sumber: Utami dan Sumiarto, 2010).
6) Clostridium tetani.
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat
yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan (Rampengan, 2008). Gejala
klinis utama disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh

28
spore-forming bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar
2.31). Infeksi seringkali timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk
kedalam tubuh melalui luka pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar
serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) (Novie, dkk., 2012). Apabila
penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot pada daerah mulut (trismus
atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di
bagian tubuh yang lain (lihat gambar 2.32). 4-8 Pasien dalam keadaan sadar penuh
dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul kembali spasme
berulang (Novie, dkk., 2012)
Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun
telah terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi
terhadap tetanus.

Gambar 2.31. Clostridium tetani


(Sumber: Novie, dkk., 2012).

Gambar 2.32. Clostridium tetani yang meneyebabkan spasme otot pada daerah mulut
yang diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain

29
(Sumber: Novie, dkk., 2012).
2.5 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Genitouriner

Sistem genitouriner merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter,
sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk
sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis
dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium (Snell, Richard S.
2000).
Menurut Departemen Farmakologi dan Terapeutik (2007) infeksi saluran kemih
adalah sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas
yang signifikan. 50 - 60% dari wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam
hidup mereka. Mencapai 10% dari wanita menopause mengalami sekali ISK setiap tahun.
Sedangkan pria memiliki insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran kemih
bagian atas atau bawah :
1. Infeksi saluran kemih bawah
a. Sistitis
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).
Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam
kandung kemih. Infeksi kandung kemih menunjukkan adanya invasi
mikroorganisme dalam kandung kemih, dapat mengenai laki-laki maupun
perempuan semua umur yang ditunjukkan dengan adanya bakteri didalam urin
disebut bakteriuria (Snell, Richard S., 2000)
Infeksi ini ditemukan pada semua umur, pria dan wanita mulai bayi baru
lahir hingga orang tua. Wanita lebih sering mengalami sistitis dibanding pria.
Kejadian sistitis rata-rata 9.3% pada wanita diatas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria
di atas 65 tahun (Smyth & O’Connell, 1998).
Sistitis disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, terbanyak adalah
bakteri. Bakteri gram negatif yang sering dilaporkan sebagai penyebab tersering
ISK adalah Escherichia coli. Selain itu juga ada Pseudomonas aeruginosa,

30
Enterococcus, Proteus mirabilis yang juga dapat menyebabkan sititis (Smyth &
O’Connell, 1998).
b. Prostatitis
Prostatitis terjadi pada pria. Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak
pada daerah perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai
hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit
buang air besar dan obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan
intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada perineum
bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama (Snell, Richard S. 2000).
2. Infeksi saluran kemih atas
a. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang ginjal. Menurut Sukandar (2006) pielonefritis
dibagi menjadi dua:
1) Pielonefritis akut (PNA)
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.
2) Pielonefritis kronis (PNK)
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

Gambar 2.33 Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan (Sumber : Novie, dkk., 2012).

31
Menurut Coyle dan Prince (2005) dari berbagai macam penyakit ISK yang disebabkan
oleh mikroba diatas umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih dengan tiga
cara yaitu:
1. Asenden yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra dan cara inilah
yang paling sering terjadi.
2. Hematogen (desenden), disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.
3. Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi.

BAB III

32
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia terbagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
perafasan, saluran pencernaan, kulit dan saluran genitouriner.
2. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pernapasan melalui berbagai cara, diantaranya
bersin, kontak dengan penderita, dan udara.
3. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pencernaan melalui berbagai cara, diantaranya
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari–jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen
4. Mikroba dapat masuk kedalam kulit melalui berbagai cara, diantaranya mealui luka
baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan
kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang
utuh
5. Mikroba dapat masuk kedalam saluran geitouriner melalui berbagai cara, diantaranya
melalui jalur asenden, desenden, dan limfatik.

3.2 Saran
1. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca khususnya
kepada peneliti untuk dapat meningkatkan pemahamannya cara masuk mikroba ke
dalam tubuh manusia agar dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan, dan dapat
meningkatkan taraf kehidupan bagi manusia yang lain.
2. Penulis juga menyarankan kepada para mahasiswa untuk lebih meningkatkan minatnya
serta pemahamannya mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia agar
dapat menjadi generasi selanjutnya yang lebih baik.
3. Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang.

33

Anda mungkin juga menyukai