Anda di halaman 1dari 24

BOOK CHAPTER LAHIRNYA NASIONALISME DAN MODERNISASI

TAHUN 1908-1918
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia 3)

Kelas A

Dosen Pengampu :
Dr. Nurul Umamah, M.Pd
Jefri Rieski T, S.Pd., M.Pd

Penyusun :
Ilmi Akhsanu Putri 200210302014
Alfira Nurhuwaida A. 200210302015
Selvia Andriwulan 200210302068
Muhammad Addinul F. 200210302077

PROGAN STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i


BAB 1. PEMBAHASAN .................................................................................... 1
1.1 PENGERTIAN NASIONALISME DAN MODERNISASI..................... 1
1.1.1 Pengertian Nasionalisme Menurut Para Ahli......................................... 1
1.1.2 Pengertian Modernisasi Menurut Para Ahli .......................................... 2
1.2 LATAR BELAKANG MUNCULNYA NASIONALISME DAN
MODERNISASI DI INDONESIA ................................................................. 3
1.2.1 Tonggak Awal Munculnya Nasionalisme Di Indonesia ......................... 4
1.2.2 Faktor Pendorong Munculnya Nasionalisme Dan Modernisasi Di
Indonesia ...................................................................................................... 4
1.3 TOKOH – TOKOH NASIONALIS DI ERA 1908-1918 ......................... 6
1.3.1 Mengapa Tokoh-Tokoh Tersebut Disebut Dengan Nasionalis............... 6
1.3.2 Siapa Saja Tokoh-Tokoh Nasionalis Dan Modernisasi Di Era 1908-
1918. ............................................................................................................ 6
1.4 ORGANISASI – ORGANISASI PERGERAKAN NASIONALISME
DAN MODERNISASI TAHUN 1908 - 1918................................................ 10
1.4.1 Arti Pergerakan Nasional ................................................................... 10
1.4.2 Penyebab Munculnya Pergerakan Nasional Tahun 1908 - 1918 .......... 11
1.4.3 Organisasi – Organisasi Pergerakan Nasionalisme Dan Modernisasi Di
Era 1908-1918 ............................................................................................ 12
1.5 DAMPAK NASIONALISME DAN MODERNISASI DI BIDANG
POLITIK, SOSIAL, DAN PENDIDIKAN .................................................. 16
1.5.1 Dampak di Bidang Politik .................................................................. 16
1.5.2 Dampak di Bidang Sosial ................................................................... 17
1.5.3 Dampak di Bidang Pendidikan ........................................................... 18
1.5.4 Dampak di Bidang Kebudayaan……………………………………….19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

i
BAB 1. PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN NASIONALISME DAN MODERNISASI

Terdapat bebarapa pengertian nasionalisme dan modernisasi menurut para


ahli. Berikut beberapa pengertian nasinalisme dan modernisasi menurut para ahli
yaitu:
1.1.1 Pengertian Nasionalisme Menurut Para Ahli
A. Menurut Hans Kohn
Menurut Hans Kohn Nasionalisme nasionalisme adalah pemahaman bahwa
kesetiaan terbesar individu harus tunduk pada negara- kebangsaan. (Kohn, 1955:
11).
B. Menurut Hazeur Dan Stevenson
Menurut Hazeur Dan Stevenson Nasionalisme merupakan faktor penentu
kecintaan suatu bangsa terhadap tanah airnya. (Muttaqin, dkk, 2015: 2).
C. Menurut L. Stoddard
Menurut L. Stoddard Nasionalisme merupakan keadaan pikirandan
keyakinan yang diterima oleh banyak individu manusia untuk membentuk negara
kebangsaan dan nasionalisme juga merupakan rasa nasionalisme manusia dalam
bentuk bernegara. (Muttaqin, dkk, 2015: 2).
D. Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana
Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana Nasionalisme ialah perwujudan dari
kesadaran nasional atau semangat kebangsaan. (Muttaqin, dkk, 2015: 2).
E. Menurut Sarman (1995)
Menurut Sarman (1995) Nasionalisme biasa diartikan sebagai rasa cinta
tanah air yang tak tergoyahkan yang merupakan suatu simbol patriotisme yang
heroik, namun sebagai bentuk perjuangan seolah melakukan segala cara demi
kepentingan negara tercinta. (Kusumawardani, dkk, 2004: 63).

F. Menurut Hara (2000)


Menurut Hara (2000) Nasionalisme memiliki konteks yang lebih luas, yaitu
tentang kesamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari semua kelompok
etnis dan budaya dalam suatu negara.(Kusumawardani, dkk, 2004: 63).

1
1.1.2 Pengertian Modernisasi Menurut Para Ahli
A. Menurut Wilbert Moore
Menurut Wilbert Moore Modernisasi merupakan transformasi seluruh
masyarakat tradisional atau pra-modern menjadi semacam masyarakat teknologi
dan memiliki organisasi sosial yang menyerupai kemajuan dunia Barat yang
makmur secara ekonomi dan memiliki stabilitas politik. (Rosana, 2015: 69).
B. Menurut Eisentadt
Menurut Eisentadt Modernisasi adalah proses perubahan arah sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari
abad ke-17 hingga ke-19 kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya
dan dari abad ke-17 hingga abad ke-19 dan pada abad ke-20 ke Amerika Selatan,
Asia hingga Afrika. (Rosana, 2015: 69).
C. Menurut Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan
sosial yang terarah berdasarkan suatu rencana yang biasa disebut dengan
perencanaan sosial (Gultom, 2019: 6).

D. Menurut Widjojo Nitisastro


Menurut Widjojo Nitisastro Modernisasi adalah suatu perubahan total dari
kehidupan masyarakat yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial menuju pola- pola ekonomis danpolitis (Gultom, 2019: 6).

1.2 LATAR BELAKANG MUNCULNYA NASIONALISME DAN


MODERNISASI DI INDONESIA
Orang Barat pada umumnya telah membawa berbagai faktor kebangkitan
nasionalisme dengan menerapkan modernitas di tanah-tanah jajahan.
Modernisasi telah membawa perubahan terutama dalam hal birokrasi menuju
modernisasi. Modernisasi berdampak pada perubahan teknologi dan komunikasi.
Modernisasi juga membawa perubahan dalam pemikiran dan pengetahuan
melalui pendidikan. Akibatnya, pendidikan menciptakan kaum terpelajar sebagai
kelas baru yang berdampak besar bagi kemajuan negara-negara jajahan. (Van
Niel, 2009 dalam Sudarmaji, dkk, 2019: 123) .

Menurut pendapat Tom Nairm percaya bahwa dalam proses nasionalisme


dalam suatu bangsa, ada keterkaitan antara gerakan yang dimulai oleh kaum
2
intelektual dan kesadaran rakyat. (Nairm, 1977 dalam Sudarmaji, dkk, 2019:
123). Para elit pribumi tidak mempunyai kekuatan sepadan untuk bertahan. Jalan
yang ditempuh adalah melalui people power. Orang-orang terpelajar ini dalam
perkembangannya mendorong setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses
tersebut. (Nairm, 1977: 101, 304 dalam Sudarmaji,dkk, 2019: 123).

Hobsbown (1990) berpendapat bahwa setiap intervensi dari luar berpotensi


menjadikan nasionalisme sebagai ideologi penting dan diterima untuk
menggerakkan bangsa menuju kemerdekaan sejati. Hal ini dengan jelas
menunjukkan bahwa nasionalisme Indonesia telah muncul sebagai bentuk
perjuangan hati nurani yang tinggi. Sebuah nasionalisme tidak hanya muncul tetapi
memiliki sejarah panjang dengan berbagai dinamika. Sama dalam nasib dan
campur tangan penjajah menjadi faktor utama munculnya nasionalisme.
(Sudarmaji, dkk, 2019: 123-124).
Pada awal abad ke-20, konsep nasionalisme mulai merambah dan merasuki
kehidupan masyarakat Indonesia. Adapun fakta yang muncul, praktik politik etis
diakui telah melahirkan generasi muda terpelajar. Pemikiran mereka menjadi
lebih maju dan rasional, yang mendorong diterimanya pengetahuan baru di
Indonesia. Hal ini tentu saja hadir dalam bentuk nasionalisme, dan kesadaran
hidup berbangsa telah memungkinkan mereka untuk terus berinovasi dalam
meningkatkan strategi perjuangan nasional yang telah mereka lakukan selama ini.
(Sudarmaji, dkk, 2019: 124).
1.2.1 Tonggak Awal Munculnya Nasionalisme Di Indonesia
Kemunculan dan perkembangan kesadaran nasional dan nasionalisme di
Indonesia tidak terlepas dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme Barat.
Situasi ini telah menghasilkan rasa mengatasi kolonialisme dan imperialisme.
Waktu telah berubah, dan strategi harus diatur ulang. Perang mulai terlihat tidak
efisien lagi, dan strategi mulai bergeser ke diplomasi dan organisasi. Berkenaan
dengan pemuda terdidik,berbagai organisasi gerakan nasional mulai bermunculan
(Sudarmaji, dkk,2019: 124).

Nasionalisme di Indonesia muncul dan tumbuh dalam bentuk organisasi


pergerakan pada masa Budi Utomo 1908. Organisasi ini dipelopori oleh Soepomo
dan Goenawan mangoenkusumo, dan Soetarji Tirtonegoro. Gerakan ini
menghimbau para priyayi, guru, ningrat, birokrasirendahan, dan dokter Jawa untuk

3
mencapai kemajuan yang harmonis (Wildan Sena Utomo, 2014: 62 dalam
Sudarmaji, dkk, 2019: 125). Organisasi berikutnya yang timbul akibat dampak
dari politik balas budi yakni SI (Kahin, 1995). Organisasi pergerakan lainnya yang
bersifat nasionalis, misalnya Perhimpunan Indonesia (PI). Indische Partij, menjadi
organisai berikutnya yang tumbuh mewarnai alam pencerahan di Hindia Belanda.
Tokoh dari gerakan ini disebut sebagai tiga serangkai, beranggotakan Douwes
Deker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryadiningrat (Ki Hadjar
Dewantara) (Elson, 2008: 14). Dan dalam bidang keagamaan, muncul organsasi
keagamaan moern bernama Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh Ahmad
Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta (Sudarmaji, dkk, 2019: 125-127)
1.2.2 Faktor Pendorong Munculnya Nasionalisme Dan Modernisasi Di
Indonesia
Faktor Pendorong munculnya nasionalisme pada masyarakat Indonesia
dipengaruhi oleh faktor dari dalam atau internal dan faktor dari luar atau eksternal.
A. Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi pengaruh munculnya nasionalisme diIndonesia adalah
sebagai berikut :
1. Timbulnya kembali golongan pertengahan atau kaum terpelajar.
Golongan kaum terpelajar muncul akibat mereka medapatkan
pendidikan. Pendidikan itulah yang menyebabkan mereka memiliki
pemikiran yang maju sehingga mereka memiliki keinginan untuk
segera terbebas dari belenggu penjajahan atau dengan kata lain ingin
merdeka dan bebas.
2. Adanya kesamaan nasib penderitaan dan kesengsaraan yang dialami
oleh seluruh rakyat dalam berbagai bidang kehidupan.
Seperti yang sudah diketahui bahwasannya masyarakat Indonesia
sudah cukup merasakan penderitaan akibat penjajah. Tentunya mereka
memiliki perasaan tidak nyaman dan merasa tertekan dengan keadaan
itu. Perasaan tersebut berdampak pada berbagai bisang kehidupan
mereka dan tentunya sangat menggangu. Maka dari itulah nasib
persamaan atas penderitaan dan kesengsaraan selama ini menjadi salah
satu alasan mereka mengobarkan semangat nasionalisme mereka untuk
terlepas dari penjajah.
3. Menunjukkan persamaan perasaan karena tekanan-tekanan kolonial
4
sehingga menciptakan perasaan senang-tidak senang, setia- melawan,
setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya (Santosa, dkk, 2008: 4). Karena
rasa tekanan – tekanan dari kolonial yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia begitu lama dan dirasa sangat berat maka timbullah perasaan
tidak senang, ingin melawan atau memberontak, tidak setuju dan
perasaan – perasaan lainnya. Maka dari itu timbullah rasa nasionalisme
ingin melawan atau membela diri dan negara dari masyarakat.
4. Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme.
Sudah kita ketahui bahwa imperialisme dari barat ini sudah
berlangsung cukup lama dan sangat berat bagi masyarakat Indonesia.
Notabennya para orang barat ini berada di negara yang bukan
negaranya. Dan timbullah rasa nasionalisme dalam diri masyarakat
Indonesia yang memiliki negaranya untuk melepaskan atau mengusir
imperialisme ini.
B. Faktor Internal
Faktor eksternal yang menjadi pengaruh munculnya nasionalisme di
indonesia adalah sebagi berikut :
1. Faham-faham modern dari Eropa yaitu seperti faham liberalisme,
humanisme, nasionalisme dan komunisme.
Faham – faham yang ditanamkan oleh bangsa Eropa di Indonesia
membawa pengaruh munculnya rasa nasionalisme bagi bangsa
Indonesia. Faham – faham tersebut diantaranya adalah faham
liberalisme yang mempunyai arti bahwa persamaan hak dan kebebasan
berpikir dan melakukan segala hal bagi para individu merupakan hal
yang paling utama. Faham humanisme adalah faham yang
mengedepankan nilai kemanusiaan sebagai hal yang paling utama.
Faham nasioanlisme sendiri sudah dibahas sebelumnya yaitu faham
yang kesetiaan pribadi seseorang yang harus diserahkan kepada bangsa
dan negaranya. Sedangkan faham komunisme adalah faham yang
memiliki faham kebersamaan tanpa adanya kelas sosial didalamnya.
Nah dari uraian – uraian tadi sudah jelas bahwa pengaruh faham –
faham modern Eropa ini memengaruhi masyarakat untuk terbebas dari
belenggu penjajah karena faham – faham tersebut mengandung arti
kebebasan setiap warga negara atau sesorang untuk hidup.
5
2. Adanya gerakan pan-islamisme.
Pan-Islamisme adalah pemikiran internasional yang berniat
memobilisasi hubungan antar umat dalam Ukhuah Islamiyyah Islam
biasanya diasosiasikan dengan gerakan Kilafat (Alam, 2018). Gerakan
atau pemikiran tersebut memengaruhi umat islam khususnya untuk
bersatu yang tujuannya disini bersatu membangun semangat
nasionalisme untuk merdeka dan terlepas dari penjajah.
3. Pergerakan bangsa terjajah di kawasan Asia (Andri, 2019: 3).
Kita sudah mengetahui bahawasannya negara yang dijajah di dunia
bukan hannya di Indonesia saja khususnya. Tetapi banyak negara –
negara atau kawasan lain di Asia khususnya yang dijajah oleh bangsa
Eropa pada umumnya. Salah satunya kita bisa mengambil contoh yaitu
negara di kawasan Asia yang dijajah yaitu Singapura. Wilayah
Singapura ini dijajah oleh koloni Inggris. Dengan persamaan nasib
negara terjajah di kawasan asia itulah yang membuat semangat
nasionalisme rakyat Indonesia ini sangat menggebu – gebu untuk
merdeka dari penjajah dan timbullah gerakan – gerakan khusunya
gerakan persmaan nasib bangsa terjajah di kawasan Asia.

Faktor internal dan eksternal ini tidak akan banyak berpengaruh jika kaum
intelektual tidak tampil di panggung organisasi politik dan organisasi pergerakan
nasional. Sebagai kelas baru, para intelektual ini tentu menginginkan masyarakat
yang bebas dari kontrol kolonial, mereka secara sadar ingin mengubah status
negara mereka. Jadi apa yang dimiliki oleh para pemimpin adalah jiwa
kebangsaan sebagai dasar untuk tindakan mereka selanjutnya (Santosa, dkk,
2008: 4).

Kelahiran nasionalisme Indonesia tidak hanya menyebabkan penderitaan


jangka panjang di bidang ekonomi, masyarakat, pendidikan, hukum dan politik,
tetapi juga tumbuhnya semangat negara-negara koloniallainnya, termasuk
Filipina dan India, untuk merdeka. Sejarah terbentuknya nasionalisme Indonesia
adalah karena rasa reaksi subjektif terhadap kematian, dan kemudian kondisi
objektif secara geografis telah menemukankonektivitasnya (Rachmat, 1996).
Ditambahkan bahwa ada perbedaan kausal antara nasionalisme Indonesia dan

6
nasionalisme Eropa, yaitu nasionalisme Indonesia muncul sebagai respon
terhadap kolonialisme kolonial, tetapi di Eropa, nasionalisme merupakan
transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Masyarakat
yang dibawa oleh revolusi industri (Kusumawardani, 2004: 65).

1.3 TOKOH – TOKOH NASIONALIS DI ERA 1908-1918

1.3.1 Mengapa Tokoh-Tokoh Tersebut Disebut Dengan Nasionalis


Nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan. Nasional yang memiliki
arti bangsa dan isme yang memiliki arti paham, dimana kemudian Nasionalisme
ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia demi mewujudkan integrasi nasional
atau persatuan dan kesatuan bangsa dengan keadaan multikultur yang dimiliki
suatu bangsa tersebut.Toko-tokoh tersebut pada era 1908-1918 memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam perubahan serta modernisasi yang ada di Indonesia.
Dimana pemikiran tokoh-tokoh tersebut memiliki pemikiran yang jauh lebih maju
dan kedepan daripada orang-orang atau masyarakat pada umumnya.
Pendidikan yang sangat sulit untuk dijangkau dan hanya beberapa saja yang
bisa menempuh pendidikan yang layak, yakni hanya dari kelompok bangsawan
dan kelompok priayi. Itupun tak membuat para tokoh tersebut kehilangan akal dan
minder. Para tokoh tersebut berusaha mencari cara supaya rakyat Indonesia
terbebas dari belenggu kolonial. Mereka menginginkan pendidikan yang setara
didapat oleh seluruh rakya pribumi tanpa terkecuali. Selain itu, mereka juga
menginginkan kemajuan dan Indonesia merdeka pada umumnya.
Oleh karena itu, mereka menjadi agent of change yang benar-benar
membawa modernisasi atau perubahan dalam segala aspek. Mulai dari
pendidikan, ekonomi, sosial hingga politik kenegaraan atau tata negara yang
merdeka.
1.3.2 Siapa Saja Tokoh-Tokoh Nasionalis Dan Modernisasi Di Era 1908-1918.
Pada lahirnya nasionalisme dan modernisasi tahun 1908 – 1918 menjadi
tonggak awal terbentukya organisasi – organisasi bentukan pergerakan nasional
dan modernisasi. Pergerakan nasional merupakan bukti wujud perlawanan rakyat
nusantara terhadak sikap semena – mena bangsa kolonial pada saat itu. dengan hal
tersebut maka timbullah beberapa organisasi – organisasi pergerakan Indonesia
pada kisaran tahun 1908 – 1918 yang mengasilkan beberapa tokoh penting
sebagai berikut :

7
A. dr.Wahidin Sudirohusodo
dr. Wahidin lahir di Sleman 7 Januari 1852 dan meninggal pada 26 Mei
1917. Beliau merupakan pemilik gagasan awal untuk membentuk suatu wadah
organisasi bersama para pelajar STOVIA yang salah satunya ada dr. Sutomo
sebagai pendiri Budi Utomo. Gagasan awal yang dikonsep dr. Wahidin yaitu
study found atau dana belajar. Dimana studyfound ini dimaksimalkan
orientasinya untuk menampung siapa saja yang ingin mengenyam pendidikan.
Pada kala itu, yang menjadi keharusan adalah kelompok bangsawan atau priayi.
Akan tetapi, dr. Wahidin dan kawan- kawannya yang lain menginginkan
pendidikan harus turun ke basis, agar rakyat pribumi pada umumnya bisa
merasakannya juga.

B. dr. Soetomo
Soetomo atau Soebroto lahir di Nganjuk 30 Juli 1888 dan meninggal pada 30
Mei 1938. Soetomo merupakan pendiri Budi Utomo. Beliau merupakan pelajar
dari STOVIA. Sebelum beliau mendirikan Budi Utomo beliau juga sering
berdiskusi dengan para pelajar STOVIA yang lain dengan konsep gagasan awal
dari dr. Wahidin, kemudian dr. Sutomo mengusulkan nama Budi Utomo untuk
dijadikan wadah awal organisasi pergerakan

Selain Budi Utomo, beliau juga sempat mendirikan Indonische Study Club di
Surabaya pada tahun 1924 yang kemudian pada tahun 1930 ISC berubah
namanya menjadi Partai Bangsa Indonesia.

C. dr Tjipto Mangunkusumo
Beliau lahir di Jepara 4 Maret 1886. dr. Tjipto merupakan salah satu
tokoh dari Indische Partij dengan 2 tokoh lainnya yakni Douwes Dekker dan Ki
Hajar Dewantara yang ketiganya mempunyai julukan 3 serangkai. Beliau juga
patut diperbincangkan karena kontribusi besarnya dalam pergerakan Nasional.

Di Indische Partij adalah tempat mereka berkumpul demi menemukan


konsep gagasan awal ide pemerintahan sendiri.

8
D. H Samanhudi
H Samanhudi lahir di Surakarta 8 Oktober 1868 dan meninggal pada 28
Desember 1956. Beliau merupakan salah satu pendiri SDI bersama rekannya
yakni Tirtoadisuryo yang merupakan bapak pers Indonesia.

Lambat laun H. Samanhudi mendirikan Sarekat Islam pada tahun 1912


karena Sarekat Dagang Islam dirasa masih memiliki orientasi yang masih kecil
cakupannya dan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, beliau memiliki
gagasan untuk mendirikan Sarekat Islam. Orientasi Sarekat Dagang Islam hanya
dalam konteks Ekonomi dan Agama agar mampu bersaing dengan para
pedagang China. Sedangkan, Orientasi dari Sarekat Islam lebih kompleks yakni
dengan menambahkan unsur politik meskipun masih belum cukup terorganisir
dengan baik.
E. H.O.S Tjokroaminoto
Lahir di Ponorogo 16 Agustus 1882 dan meninggal pada 17 Desember 1934.
Salah satu penggagas berdirinya Sarekat Islam dengan memberikan
pandangannya kepada H. Samanhudi. Tjokro juga menjadi orang pertama yang
meneriakkan Indonesia Merdeka di masanya. Sosok tokoh pribumi yang paling
ditakuti oleh koloial Belanda sampai beliau mendapat julukan raja jawa tanpa
mahkota yang diberikan oleh kolonial Belanda.

Tjokro sering melakukan safari politik ke basis masyarakat. Beliau juga


dikenal tokoh politik yang sangat disegani dan pemberani. Tjokro di bukunya
soekarno penyambun lida rakyat disebutkan bahwa Tjokro merupakan dapur
Nasionalisme yang dimiliki soekarno dan yang mengenalkan serta mendampingi
soekarno sejak muda.

Awal soekarno bertemu semaun dan para tokoh SI merah ketika soekarno
tinggal hidup bersama tjokro dirumah tjokro. Yang kemudian soekarno banyak
belajar dan ikut mendengarkan segala diskusi yang terjadi di kediaman tjokro
pada kala itu.

F. Ki Hajar Dewantara

9
Ki Hajar Dewantara atau dikenal sebagai Suwardi Suryaningrat ini lahir di
Pakualaman 2 Mei 1889 dan meninggal pada 14 November 1945. Beliau
merupakan salah satu pendiri Indische Partij bersama 2 rekannya yakni
Douwwes Dekker dan dr. Tipto Mangunkusumo yang ketiganya dijuluki tiga
serangkai. Indische Partij organisasi Ki Hajar ini merupakan organisasi awal
yang orientasinya berani mengumandangkan dan meneriakkan politik secara
terang-terangan.

Ki Hajar juga dijuluki bapak Pendidikan Nasional berkat pengabdiannya


demi memajukan pendidikan yang ada di Indonesia. Perjalanan beliau cukup
menghadapi lika-liku yang sulit. Akan tetapi, hal tersebut tidak menciutkan
semangatnya untuk terus mengabdi terhadap negara Indonesia.

Beliau memiliki gagasan proses belajar yang cukup terkenal, dengan nama
triloginya yang berbunyi, Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangunkarso dan
Tut wuri handayani. Konsep proses belajar ini sangat membawa dampak bagi
peserta didik yang diajar serta membawa dampak kemajuan bagi pendidikan
yang ada di Indonesia.

G. Ernest Douwes Dekker


Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879 dan meninggal
pada 28 Agustus 1950. Douwes Dekker juga dikenal sebagai Setiabudi. Peran
Douwes Dekker dalam pergerakan Nasional cukup menjanjikan, dimana
rumahnya yang terletak di dekat STOVIA tempat dimana tokoh-tokoh
pergerakan Nasional bermunculan. Douwes Dekker selalu berbincang dan
berkonsolidasi dengan para tokoh pergerakan tersebut

Douwes Dekker juga aktif dan ikut andil dalam berdirinya Budi Utomo kala
itu yang menjadi organisasi awal pergerakan ditandai dengan berdirinya Budi
Utomo. Selain aktif di Budi Utomo Douwes Dekker juga sempat mendirikan
Indische Partij bersama dua rekannya yakni Tjiptomangunkusumo dan Ki hajar
Dewantara. Douwes Dekker aktif dalam surat kabar.

10
A. R.M Noto Suroto
Noto lahir di Surakarta 5 Juni 1888 dan wafat pada 25 November 1951.
Noto merupakan salah satu toko di Perhimpunan Indonesia atau Indische
Vereeniging yang berada di Belanda. Kemudian setelah terjadi perang dunia 1
kesadaran dari para tokoh ini mulai muncul untuk menentukan nasib bangsanya
sendiri mulai muncul yang kemudian nama Indische Vereeniging berubah
namanya menjadi Indonische Vereenigging pada tahun 1925.
B. R.A Kartini
R.A Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 dan wafat pada 17 September
1904. Kartini menjadi salah satu tokoh nasionalis wanita di Indonesia dan
memiliki pengaruh yang cukup besar. Kartini awal pergerakannya yakni melihat
kondisi wanita Indonesia yang terbelenggu oleh kolonial bahkan adat istiadatnya
sendiri. Wanita pada kala itu tidak memiliki kebebasan dan selalu tidak memiliki
ruang aman. Maka dari situlah hati kartini tergerak.

Kartini memiliki cara sendiri dalam memperjuangkan hak perempuan


yakni dengan cara banyak menulis buku. Salah satu buku terkenalnya yakni yang
berjudul habis gelap terbitlah terang yang diterbitkan oleh sahabatnya yang
berada di Belanda yaitu Ny. Abendanon. Buku itu laris dikomersilkan di
Belanda, kemudian karya besar kartini ini sampai dan terkenal di Indonesia.

1.4 ORGANISASI – ORGANISASI PERGERAKAN NASIONALISME DAN


MODERNISASI TAHUN 1908 – 1918

1.4.1 Arti Pergerakan Nasional


Istilah pergerakan yaitu movement dalam bahasa inggris. Disebut pergerakan
nasional karena terjadinya perjuangan yang dilakuakn melalui suatu organisasi –
organisasi modern yang terbentuk untuk memperbaiki nasib hidup Indonesia.
Mengapa tahuan 1908 dijadikan awal pergerakan nasional? Karena pergerakan
nasioanal tersebut pada masa inilah perjuangan rakyat Indonesia termasuk dalam
berivisi nasional.
Ahmadi (2015) dalam buku sejarah pergerakan nasinonal Indonesia
mengatakan bawah arti dari pergerakan nasional terdapat tiga istilah yang sanagt
melekat dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, yaitu

11
kebangkitan nasional, kebangunan nasional, dan pergerakan nasional. Untuk istilah
kebangkitan dan kebagunan merupakan gambaran awal suatu kondisi atau hanya
melukiskan suatu momentum pernting sedangkan untk istilah pergerakan nasional
cenderung bersifat dinamis dan menunjukkan suatu aksi. Dengan demikian istilah
pergerakan nasional llebih cocok untuk istilah perjuangan bangsa pada kurun waktu
1908 – 1918.
1.4.2 Penyebab Munculnya Pergerakan Nasional Tahun 1908 - 1918
Pergerakan nasional timbul karena adanya protes terhadap penindasan kaum
kolonial terhadap rakyat di nusantara. Dengan itu penyebab terjadinya pergerakan
nasional hrus di hubungkan dengan sejumlah penyebab secara langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung dari penyebab timbulnya pergerakan nasional yaitu
faktor internal dalam negeri dan penyebab tidak langsung yaitu faktor eksternal
luar negeri.
Terdapat faktor penyebab timbulnya pergerakan nasional yang diakaibatkan
oleh faktor internal yaitu (Ahmadi, 2015) :
1. karena adanya suatu tekanan dan penderitaan secara terus menerus, sehingga
rakat Indonesia bangkit untuk melawan.
2. Adanya rasa senasib seperjuangan pada masa penjajahan, sehingga
menimbulkan sebangat untuk membenuk Negara.
3. Karena ada rasa kesadaran nasional dan harga diri, dengan itu menjadi
penyebab untuk memiliki tanah air dan juga hak untuk menentukan nasib
sendiri.
Menurut Sudiyo dikutip dalam buku Ahmadi (2015), terdapat beberapa faktor
eksternal yang mejadi penyebab munculnya pergerekan nasional yaitu:
1. Faham baru yaitu human right dan liberalisme
2. Diterapkannya sistem Barat dalam pelaksanaan politik etis (1902)
3. Kemenangan jepang terhadap rusia, yang mengakibatka rasa percaya diri
untuk rakyat.
4. Gerakan turki muda (1896 – 1918)
5. Gerakan Pan-Islamisme, yang ditimbulkan oleh djamaluddin al-afgani
bertujuan mematahkan dan melenyapkan imperalisme Barat. Gerakan ini
menimbulkan nasionalisme di nerga terjajah.
6. Pergerakan nasionalisme di Asia sama seperti gerakan nasionalisme di india ,
tiongkok dan philipina.
12
1.4.3 Organisasi - Organisasi Pergerakan Nasional Tahun 1908 – 1918.
Pada lahirnya nasionalisme dan modernisasi tahun 1908 – 1918 menjadi
tonggak awal terbentukya organisasi – organisasi bentukan pergerakan nasional
dan modernisasi. Seperti dijelaskan di permbahasan sebelumnya, pergerakan
nasional merupakan bukti wujud perlawanan rakyat nusantara terhadak sikap
semena – mena bangsa kolonial pada saat itu. dengan hal tersebut maka timbullah
beberapa organisasi – organisasi pergerakan Indonesia pada kisaran tahun 1908 –
1918 yaitu :
A. Budi Utomo
Budi Utomo salah satu contoh organisasi bentukan pergerakan nasional yg
didirikan sang para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche
Artsen). Organisasi ini didirikan dalam tahun 1908 tepatnya pada tanggal 20 Mei
1908. Budi Utomo dipercaya kaum maju yg memperluas sistem pendidikan &
pedagogi tinggi buat generasi. Tujuan berdasarkan terbentuknya Budi Utomo
yaitu merumuskan secara samar – samar yaitu : “kemajuan bagi Hindia”, yg mana
jakauan geraknya terbatas dalam penduduk pulau jawa & pualau Madura & baru
lalu meluas buat penduduk (Taufik. A, 2012).
Organisasi Budi Utomo dibawah pimpinan R. Soetomo yg mana sebelum
didirikannya Budi Utomo Soetomo dkk mengadakan pertemuan terlebih dulu
dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo & M. Soeradji dalam akhir tahun 1907
tempatnya dalam gedung STOVIA. Dalam pertemuan tadi muncullah pandangan
baru – pandangan baru yg pada kemukakan sang Dr. Wahidin & R. Soektomo.
Pada permikiran Dr. Wahidi mengemukakan buat mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui “studiefonds” (dana pendidikan). Beliau beranggapan apabila
suatu bangsa telah cerdas maka akan banayak wawasan yg muncul, maka suatu
Negara tidak akan gampang di adu domba. Kemudian masih ada berdasarkan R.
Soetomo & pelajar STOVIA telah menanamkan rasa nasionalisme buat bangsa &
Negara. Hal tadi diakibatkan akarena para pelajar dari STOVIA lebih banyak
memahami perjuanagan berdasarkan bangsa lain melalui buku – buku yg pada
baca. & taklama lalu R. Soetomo & M. Soerdji mengakan pertemuan secara non-
formal & pertemuan tadi sangat positif & berhasil mendidikan organisasi yg
diberi nama “Perkumpulan Budi Utomo” (Sudiyo, 1997).

13
Tanpa terdapatnya suatu pengalaman pada keorganisasian, Budi Utomo
merupakan wadah berdasarkan faktor radikal dan bercorak politik. Seperti tokoh
yg keluar berdasarkan Budi Utomo lantaran dr. Cipto Mangunkusumo & Sumardi
yg ingin organisasi Budi Utomo berkecimpung secara militant & langsung
bergerak pada bidang politik yg memang belum sanggup terealisasi lantaran
tujuan berdasarkan Budi Utomo sediri merupakan Mencerdaskan Kehidupan
Bnagsa. Memang dalam 1908 – 1926 Budi Utomo merupakan organisasi
berkecimpung pada bidang Sosial - Budaya & belum berkecimpung di bidang
politik. Sesudah terdapatnya perbedaan yg panjang mengeni corak Budi Utomo,
pengurus besar tetapkan guna menghalangi jangkauan mobilitas pada penduduk
Jawa dan Madura dan nir hendak dilibatkan pada kegiatan politik. Namun
diperbolehkan memilah kegiatan dibidang pembelajaran dan budaya
menggunakan penguasaan pendukungnya yakni kalangan priyayi rendahan. Budi
Utomo cenderung untuk memajukan pembelajaran buat kalangan priyayi
berdasarkan dalam penduduk pribumi. Perkembangn Budi Utomo tidak lagi pesat.
Hasil- hasil yg dicapai sang pimpinan beketurunan paku alam itu yakni perbaikam
pedagogi pada daerah kesultanan. Budi Utomo mendirikan organisasi dana belajar
darmowoeo. Hendak tetapi hasil yag diperoleh tidak begitu besar. Perihal itu
berdampak timbulnya orgaisasi nasional yg lain merupakan Sarekat Islam dan
Indische Partij. Kedua partai tadi menarik unsur- unsur yg tidak puas dan
berdasarkan luar pihak Budi Utomo. Tahun 1914 muncul terdapatnya suatu usaha
untuk mengembalikan kekuatan berdasarkan Budi Utomo.
Tahun 1916- 1917 merupakan ciri dimana keberhasilan Budi Utomo amat
nampak, undang- undang wajib militer digagalkan namun sebaliknya undang-
undang pembuatan volksraad disahkan dalam bulan desember 1916. Budi Utomo
lekas mendirikan suatu komite nasional guna mengalami pemilihan anggota
volksraad, tetapi komite tadi tidak sanggup berjalan sebagimana mestinya dan
kesimpulannya dibubarkan( SNI, 2010). Budi Utomo pula berkecimpung dalam
bidang politik selesainya kedatangan Dr. Soetomo berdasarkan belanda &
mendirikan PBI (persatuan bangsa Indonesia) yg berkecimpung pada bidang
politik.
B. Sarekat Islam
Sarekat islam berdiri tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo dalam tahun
1911 tepatnya dalam lepas 11 November 1911. Pada awalanya serekat islam
14
bernama Serekat Dagang Islam, akan namun diganti sebagai serekat islam
lantaran terjadi pengangkap terhadap Tirto Ardhi Soerjo sang pemerintah Hindia -
Belanda & lalu di asingkan (Sudiyo, 1997). Sebelumnya Serekat Dagang Islam
keluarga Badjenet mengkehendaki bahawa organisasi ini berkecimpung pada
bidang perekonomian tetapi arah tjuan keluarga Badjenet hanya semata-mata buat
kepentingan dagang sampai keluarlah keluarga Badjenet. Tirto Ardhi S.
mengekehendaki organisasi ini berkecimpung pada bidang politik. Dari keluarnya
keluarga Badjenet maka arah & tujuan SDI diwarnai geraka pada bidang politik.
Latar balik berdirinya organisasi ini yakni ekonomi perkumpulan wujud
perlawanan terhadap orang dagang antara penyalur sang orang Tiongkok. Para
pendiri Sarekat Islam mendirikan organisasi ini tidak sekedar untuk mengadakan
perlawanan terhadap orang- orang Tiongkok, namun untuk menciptakan front
melawan semua penghinaan terdadap bumu putra.
Tujuan utama berdasarkan Sarekat Islam diperuntukan terhadap tiap wujud
penindasan- penindasan dan kesombongan rasial. Sarekat Islam sukses merambah
susunan dasar masyarakat merupakan susunan yg sejak berabad- abad nyaris tidak
mmengalami pergantian dan yg sangat banyak mengidap. Asumsi dasar Sarekat
Islam yg berisi menimpa: meningkatkan jiwa dagang, berikan dorongan pada pada
anggota yg mengidap kesukaran, memajukan pedagogi dan semua yg memesatkan
menaiknya derajat bumiputra, menentang pendapat- pendapat yg galat mengenai
kepercayaan islam, sampai Sarekat Islam cerah nir berisikan politik. Tetapi
berdasarkan segala aksi perkumpulan tadi mampu dilihat kalau Sarekat Islam
tidak lain melakukan sesuatu tujuan ketatanegaraan. Sarekat Islam untuk
sedangkan tidak boleh berbentuk organisasi yg mempunyai pengurus besar dan
cuma diperboleh berdiri secara lokal.
Berbeda dengan partai yg lain, kecepatan tumbuhnya Sarekat Islam bagaikan
meteor, sehingga Sarekat Islam adalah organisasi masa yg awal pada indonesia,
yg antara tahun 1917- 1920 sangat terasa pengaruhnya pada politik Indonesia.
C. Indische Partij
Organisasi pendukung gagasan revolusioner nasional yakni Indische Partij yg
didirikan bertepatan dalam 25 desember 1912. Mereka terancam sang bahaya yg
sama, merupakan bahaya ekspoitasi kolonial. Perlengkapan untuk melancarkan
aksi- aksi perlawanan dengan membangun sesuatu Partij: Indische Partij. Pada
waktu itu Indische Partij memnag telah berkecimpung pada bidang politik yg
15
bersifat sangat keras. Salah satu contoh sifat keberaniannya berdasarkan tulisan –
tulisan yg dimuai pada majalah yg di tulis Suwardi Suryaningrat yaitu pada harian
“De express” dengan judul “Als ik eens Nederland was” (Andaikata aku seorang
Belanda) yg ditujukan buat menyindir pemerintah Hindia Belanda. Tetapi hal tadi
berakibat Suwardi & Dr Cipto menjadi pendiri Indsche partij pada tangkap sang
pemerintah hindia belanda & tersisa hanya EFE. Douwes Dekker.
Persiapan pendirian Indische Partij Douwes Dekker mengadakan ekspedisi
propaganda pada pulau Jawa dan diawali bertepatan pada 15 september dan
berakhir bertepatan dalam tiga oktober 1912. Tujuan Indische Partij yakni untuk
membangunkan patriotisme semua inders terhadap tanah air, yg telah berikan
lapangan hidup pada mereka, agar mereka menemukan dorongan untuk bekerja
sama atas dasa persamaan ketatanegaraan pada memajukan tanah air & kehidupan
masyarakat yg merdeka.
D. Perhimpunan Indonesia (PI)
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 sang orang- orang
Indonesia yg terletak pada negara Belanda diantaranya adalah Sultan kesayangan
RM Noto soeroto yg awalnya bernama Indische Vereeniging yg awalnya
organisasi ini berkecimpung pada bidang sosial. Tetapi tidak bertahan lama
lantaran pada tahun 1913 oerganisasi yg berkecimpung pada bidang sosial ini
mulai di warnai dengan pegerakan di bidang politik yg ditimbulkan oleh pengaruh
dari Tiga Serangkai yg dibuang di negeri Belanda.
Tujuan dari organisasi guna memajukan kepentingan bersama berdasarkan
orang yg asal dari Indonesia adalah orang- orang pribumi dan nonpribumi bukan
Eropa pada negara Belanda dan ikatan dengan orang Indonesia pada mulanya
organisasi ini hanya bertabiat organisasi sosial semenjak berakhirnya Perang
Dunia 1 perasaan anti kolonialisme dan imperialisme pada golongan pemimpin
pemimpin Indische vereeniging kian menonjol lebih lebih sejak terdapatnya
seruan presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson sesudah perang 1 berakhir
pemahaman mereka mengenai hak berdasarkan bangsa Indonesia untuk
memastikan nasibnya sendiri dan merdeka berdasarkan penjajah Belanda kian
kokoh( SNI, 2010).
Pertumbuhan baru pada badan organisasi itu juga bawa pergantian nama yg
ditukar jadi Indische vereeniging dalam tahun 1922. Iwa Kusumasumantri selaku
pimpinan melaporkan tiga azaz utama Indische Vereeniging merupakan:
16
1. Indonesia memastikan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3.Persatuan dalam menghadapi Belanda
E. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan bertepatan dalam 18- 11- 1912 sang K. H. Ahmad
Dahlan, seorang muslin yg beranggapan moderen. Organisasi muhammadyah ini
adalah organisasi yg tidak berkecimpung pada bidang politik tetapi organisasi ini
berkecimpung pada bidang sosial & pendidikan. Dengan hal itu pemerintah hindia
belanda tidak terlalu khawatir terhadap organisasi ini malah pemerinta hindia
belanda berpikiran akan gampang organisasi ini di adu domba lantaran ajarannya
yg kolot.
Tujuan yg mau dicapai adalah memajukan pedagogi moderen bersumber
dalam Islan yg sahih dan menunjukkan penafsiran ilmu kepercayaan dan metode
hidup benar bagi peraturan kepercayaan . Buat menggapai tujuan tadi
Muhammadiyah mendirikan sekolah- sekolah selaku pusat pembelajaran dan
menolong sekolah- sekolah Islam yg membutuhkan dorongan, Dalam bidang
sosial, Muhammadiyah poly mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu dan
tingkatkan dakwah buat masyarakat Islam.
Muhammadiyah menerima surat Keputusan badan aturan berdasarkan
pemerintah bertepatan pada 22 Agustus 1914. Setelah menjadi badan hukum,
organisasi ini mulai menemukan sambutan golongan Islam sehingga mulai
tumbuh dangan baik. Dengan terdapatnya badan yg Surat Keputusan tadi
maksudnya Muhammadiyah adalah organisasi yg bercorak kooperatif(
berkolaborasi) dengan pemerintah Belanda. Dengan kegiatan tadi Muhammadiyah
ikut menunjang perjuangan mendapatkan kemerdekaan. Peranannya pada
meningkatkan pemahaman bangsa mengenai berartinya kemajuan dan
kemerdekaan sangat akbar .

17
1.5 DAMPAK NASIONALISME DAN MODERNISASI DI BIDANG
POLITIK, SOSIAL, PENDIDIKAN, DAN KEBUDAYAAN

1.5.1 Dampak di Bidang Politik


Nasionalisme dan Modernisasi membawa dampak yang begitu besar bagi
bangsa Indonesia, salah satu dampak yang bisa dirasakan adalah timbulnya
kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk terlepas dari belenggu penjajahan bangsa
Kolonial Belanda. Kemunculan dan perkembangan kesadaran nasional dan
Nasionalisme di Indonesia tidak terlepas dari kekuatan kolonialisme barat dan
imperialisme barat. Situasi tersebut membuat masyarakat Indonesia memiliki solusi
untuk mengatasi kolonialisme dan imperialisme, yaitu dengan cara mengubah
strategi yang awalnya melalui peperangan bergeser kearah diplomasi dan organisasi.
Hal ini dibuktikan dengan berdirinya organisasi pergerakan nasional Indonesia.
Organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia adalah Budi Utomo yang
terbentuk pada Mei tahun 1908, hal ini yang menjadi tonggak awal kebangkitan
Indonesia. Selain organisasi Budi Utomo, organisasi lain pun berdiri seperti Sarekat
Islam (1911), Indische Partij, kemudian sekitar tahun 1909, diseluruh Indonesia
banyak bermunculan organisasi organisasi baru di kalangan elite terpelajar yang
sebagian besar didasarkan atas identitas identitas kesukuan diantaranya Tri Koro
Dharmo (1915) yang kemudian pada tahun 1918 berubah menjadi Jong Java
“pemuda Jawa”, Jong Sumatranen Bond “perserikatan pemuda Sumatera”(1917),
Studerenden Vereeniging Minahasa “perserikatan mahasiswa Minahasa”, dan Jong
Ambon “pemuda Ambon” (1918). Selain berdirinya organisasi pergerakan nasional,
paham radikal pun bermunculan dengan ditandai lahirnya organisasi seperti
Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia,
Partindo, PNI baru, dan Gerindo. Dengan munculnya organisasi organisasi semacam
itu merupakan hal yang wajar sebagai tahap pertama dalam proses integrasi.
Meskipun setiap organisasi memiliki corak yang berbeda serta perbedaan orientasi
tujuan, namun, bagi pemerintah kolonial organisasi organisasi tersebut sudah
dianggap sebagai wadah bagi para anggotanya untuk menyalurkan harapan dan
keinginannya, selain itu organisasi tersebut dijadikan sebagai wadah atau sarana
untuk pendidikan politik bagi kaum priyayi dan kaum terpelajar, antara lain
memupuk kesadaran politik, berpartisipasi dalam aksi kolektif, menghayati identitas
golongan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain fungsi organisasi organisasi tersebut
telah mengandung benih benih perkembangan politik di Indonesia.
18
1.5.2 Dampak di Bidang Sosial
Selain memberikan dampak di bidang politik, Nasionalisme dan Modernisasi
tampaknya berpengaruh terhadap kehidupan sosial bangsa Indonesia. Hal ini tampak
pada keanggotaan dalam Budi Utomo, sebagai organisasi modern, dibutuhkan sebuah
interaksi sosial di kalangan priyayi professional dan birokrasi, Jaringan sosial ternyata
hanya terbatas pada subkultur regional (Jawa), serta subkultur priyayi, sehingga Budi
Utomo memiliki keterbatasan dalam keanggotaan. Golongan golongan tanpa identitas
pun bermunculan dengan ditandai dengan berdirinya organisasi sejenis yang
merupakan manifestasi dari identitas golongan masing masing, baik identitas
berdasarkan etnis, kelas atau golongan sosialnya, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya organisasi tersebut meliputi Jong Java, Jong Sumatra, Jong Minahasa,
dan lain sebagainya. Dalam berbagai bidang ekonomi, sosial, dan politik diskriminasi
berdasarkan warna kulit semakin kuat. Dengan demikian posisi kekuasaan serta hak
hak istimewa hendak dipertahankan. Sendi sendi masyarakat kolonial ini mulai
terancam oleh Gerakan emansipasi dan kemudian Gerakan nasional kaum intelektual
golongan pribumi. Selain beridirnya organisasi pergerakan nasional, organisasi lain di
bidang keagaman pun muncul contohnya Sarekat Islam yang bertujuan untuk
menegakkan moralitas agama, mengusahakan kesejahteraan rakyat, serta
meningkatkan kedudukan serta peranan sosial ekonominya, sekaligus menggalang
kesadaran sosial rakyat. Selain Sarekat Islam organisasi lain yang bergerak di bidang
keagamaan yaitu Muhammadiyah. Selain bergerak di bidang keagamaan organisasi
ini juga bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Dalam bidang sosial,
Muhammadiyah mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu, dan meningkatkan
dakwah bagi masyasrakat islam.

1.5.3 Dampak di Bidang Pendidikan


Lahirnya nasionalisme juga memberikan dampak di bidang pendidikan yaitu
munculnya golongan terpelajar yang intelektual dan berjiwa kebangsaan. Tokoh
tepelajar tersebut memiliki pemikiran yang jauh lebih maju dan kedepan dari orang
orang atau masyarakat pada umumnya sehingga mereka sangat berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu Dr. Wahidin
Soedirohoesodo yang merupakan inspirator pembentukan organisasi modern pertama
untuk kalangan priyayi jawa. Ia merupakan lulusan sekolah Dokter-Jawa dan bekerja
sebagai dokter pemerintah di Yogyakarta. Di Bidang pendidikan ia menghimpun

19
beasiswa guna diberikan kepada golongan priyayi jawa agar bisa mengenyam
pendidikan, kemudian ia bersama golongan golongan pelajar STOVIA salah satunya
Soetomo mendirikan sebuah organisasi yang dikenal sebagai Budi Utomo, tujuannya
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui “studiefonds” (dana pelajar). Selain
kedua tokoh tersebut terdapat pula tokoh tokoh lain yang memiliki pengaruh besar
dalam bidang pendidikan, mereka menginginkan masyarakat pribumi mendapatkan
pendidikan yang setara, tidak hanya bagi kaum bangsawan dan priyayi. Tokoh tokoh
tersebut diantaranya Dr Tjipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, Ernest Douwes
Dekker, dan R.A Kartini. Dampak di bidang pendidikan juga memunculkan sekolah
sekolah Belanda diantaranya Hollandsch Inlandsche “Belanda-Pribumi” (HIS) pada
tahun 1914, Hollandsch Chineesche, “Belanda-Cina” yang mulai dibuka pada tahun
1908, MULO (Meeruitgebreid lager onderwijs) yang didirikan untuk orang orang
Indonesia golongan atas, orang orang Cina, dan orang orang Eropa yang telah
menyelesaikan sekolah dasar, kemudian pada tingkat pendidikan selanjutnya adalah
AMS (Algemeene middelbare scholen) atau setara dengan SMA.
1.5.4 Dampak di Bidang Kebudayaan
Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural, dan kenyataan
tersebut tidak terlepas dari Nasionalisme Indonesia. Dengan kata lain nasionalisme
Indonesia juga bisa dilihat sebagai ikatan budaya yang menyatukan masyarakat plural
Indonesia menjadi suatu kebangsaan. Oleh karena itu konsep nasionalisme ini tidak
hanya mengacu pada politik, akan tetapi juga mengacu pada konsep budaya.
Nasionalisme Indonesia menggambarkan ikatan budaya yang menyatukan rakyat
Indonesia yang bersifat multicultural menjadi suatu bangsa. Hal ini terlihat dari
organisasi organisasi yang bersifat kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong
Minahasa yang bersatu menjadi sebuah organisasi pergerakan nasional yang memiliki
tujuan yang sama. Nasionalisme membuat organisasi organisasi tersebut
menggabungkan diri mereka yang awalnya menunjukkan diri sebagai identitas
masing masing berdasarkan etnis dan suku bangsa menjadi sebuah organisai
pergerakan nasional. Peran ikatan budaya sebagai pendorong hidup dan
berkembangnya Nasionalisme Indonesia bergantung pada ketahanan budaya yang di
jadikan sebagai sumber penguat dan penyatu masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu
ketahanan budaya jug diharapkan mampu memiliki daya tahan yang kuat dalam
menghadapi arus globalisasi yang cenderung berdampak pada peniadaan batas batas
territorial dan kedaulatan suatu bangsa
20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadin, A. (2017). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Perpustakaan


Nasional : Katalok Dalam terbitan (KDT).

Alam, D. M. N. 2018. Pan Islamisme Jamaluddin Al – Afghani Dalam Perspektif


Politik Islam. Skripsi. Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas
Ushuludding Dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Aman, 2014. Indonesia : Dari Kolonialisme hingga Nasionalisme. Yogyakarta :
Pujangga Press.
Andriani, U. 2019. Nasionalisme.

Djoko,M dkk, 2015. H.O.S Tjokroaminoto : Penyemai Pergerakan Kebangsaan


dan Kemerdekaan. Jakarta : Kepala Museum Kebangkitan Nasional
Hisyam, M. Ardhana, I.2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 5 :Masa
Pergerakan Kebangsaan. Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Kartodirdjo, S., 2014 , Pengantar Sejarah Indonesia Baru JIlid 2: Sejarah
Pergerakan Nasional – Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme,
Yogyakarta: Penerbit Ombak
Kohn, H. 1955. Nationalism Its Meaning And History. D. Van Nostrand
Company.Terjemahan Oleh S. Mertodipuro. 1958. Nasionalisme Arti
Dan Sejarahnya. Pustaka Sardjana Pembangunan.
Kusumawardani, A dan Faturochman. 2004. Nasioanlisme. Buletin Psikologi.
(2): 62-72.
Muttaqin F. dan Iryana W. 2015. Sejarah Pergerakan Nasional. Humaniora.

Riclefs, M.C.2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Ikrar


Mandiriabadi.

21
Rosana, E. 2015. Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial. 10(1): 67-
82.Gultom, V. Purba, Y. V. dkk. 2019. Modernisasi & Westernisasi.

Santosa, A.B. dan Supriatna, E. 2008. Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional
(DariBudi Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945).

Soejono, RP. & Leirissa, R.Z.(Ed) 2010. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V:
Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda (1900-1942).
Jakarta: Barat Pustaka.

Sudarmaji, A. K. dan Abidin, R. 2019. Ethical Policy And The Emergence Of


Indonesian Nationalism 1908-1919 In The High School History Textbooks
For Grade XI. Historika. 22(2): 115-129.

Sudiyo., D. Santono., A. Nugroho., dan E. Suwardi. 1997. Sejarah Pergerakan


Nasional Indonesia : Dari Budi Utomo Sampai Dengan Pengakuan
Kemerdekaan. Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.

Windy,A, 2005. 100 TOKOH YANG MENGUBAH INDONESIA:Biografi


Singkat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia
di Abad 20. Yogyakarta : Narasi.

Yanuar Arifin,2021. Pikiran-Pikiran Ir.Soekarno Nasionalisme, Islamisme dan


Marxisme. Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai