dapat diakses melalu JL. Raya Salawu, Dimana jalan tersebut merupakan jalan utama yang menghubungkan Kota Garut dengan Tasikmalaya. Kampung yang bisa menjadi destinasi wisata ini memiliki kebudayaan Islam yang ditambahkan adat lokal di upacara atau ritual keagamaan serta di kehidupan sehari-harinya. Selain kebudayaan Islamnya yang kuat, aturan desa yang tidak ada akses listrik menjadikan kegiatan di malam hari hanya dibantu dengan lampu petromax. Di sisi akses/jalan di kampung Naga, terdapat jalan setapak yang terbuat dari batu alam. Jalan setapak ini dapat mengakses seluruh sudut kampung, mulai dari daerah kerjainan, rumah warga, hingga sawah dan lumbung padi dapat diakses melalu jalan setapak ini REVIEW KAMPUNG NAGA. TASIKMALAYA Kampung Naga memiliki cara hidup yang berasal dari nenek moyang mereka dan masih dilestarikan hingga saat ini. Mulai dari upacara adat, kehidupan sehari-hari, hingga pembuatan kerajinaan yang biasanya ditemukan di daerah tasikmalaya. Pemanfaatan letak desa di pegunungan membuat perumahaan , sawa, serta jalan setapak mengikuti naik-turunnya tanah namun Kampung Naga ini tetap memanfaatkannya dengan baik dan estetik. Pengunaan material kayu, ijuk dan batu-batuan dalam pembuatan rumah-rumah di kampung naga membuat keserasian dan persatuan di kampung naga semakin terasa bagi orang-orang yang melihat
Namun, permasalahan yang dapat muncul yakni
mudahnya warga kampung naga terpapar era globalisasi dikarenakan letak kampung yang berada di pinggir jalan raya/ jalan besar antar kota dan wisatawan asing yang mungkin saja memberikan suatu dampak kepada warga kampung naga terlebih anak-anak yang masih suka mengimitasi. Disamping itu, ketiadaannya listrik dapat menjadi suatu disadvantage warga kampung yang setelah matahari terbenam tidak mendapatkan penerangan, diamana apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sulitnya untuk mencari bala bantuan diakrenakan tidak adanya cahaya atau penerangan di malam hari