Etika Pemerintahan
Etika Pemerintahan
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Medan,05 Juli 2021
1. Dalam etika pemerintahan dikenal istilah detournement de pouvoir atau penyalahgunaan wewenang /
kekuasaan. Istilah tersebut bermakna negatif tetapi tidak selalu merupakan perbuatan yang tidak patut.
a. Kemukakan pengertian dan inti dari detournement de pouvoir !
Penyelesaian : Detournement De Pouvoir dikalangan dunia hukum berasal dari suatu badan
peradilan yang secara khusus diperuntukan bagi penyelesaian sengketa administrasi Negara, yang
terkenal dengan sebutan Conseil d’Etat yang terdapat di Perancis. Badan ini berfungsi sebagai
penasihat administrasi maupun menjalankan fungsi peradilan. Badan ini berbentuk sebagai dewan
tertinggi pemerintahan yang organis-administratif yang bernaung di bawah lingkungan kekuasaan
perdana mentri sebagai puncak pimpinan pemerintahan, namun secara oprasional ada di atas
pemerintah, sehingga dewan itu dapat menasihati dan membantu pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan yang baik, dan jika perlu mengadili pemerintah terhadap segala perbuatan yang
melanggar hukum guna mempertahankan tertib administrasi yang sesuai dengan undang-undang.
Detournement de pouvoir itu adalah suatu perbuatan dari aparatur negra atau alat perlengkapan
negarra yang menggunakan wewenang yang ada padanya tidak sesuai dengan aturan hukum yang
memberikan dasar wewenang itu padanya.
b. Kemukakan syarat dari detournement de pouvoir yang tidak selalu merupakan perbuatan yang
patut !
Penyelesaian : Syarat dari Detournement de puovoir yang tidak selalu merupakan perbuatan yang
tidak patut. Dalam praktik detournement de pouvoir dicampu radukkan dengan perbuatan
sewenang-wenang (willekeur/abus de droit), penyalahgunaan sarana dan kesempatan, melawan
hukum (wederrechtelijkheid, onrechmatige daad), atau bahkan memperluasnya dengan setiap
tindakan yang melanggar aturan atau kebijakan apapun dan di bidang apapun. Dengan
penggunakan konsep luas dan bebas ini akan mudah menjadi senjata penyalahgunaan wewenang
yang lain dan justru dan kebebasan bertindak pemerintah dalam menghadapi situasi konkret
(freies ermessen) tiada artinya. Di dalam hukum administrasi asas legalitas/keabsahan mencakup
tiga aspek yaitu: wewenang, prosedur dan substansi. Artinya wewenang, prosedur maupun
substansi harus berdasarkan peraturan perundang-undangan (asas legalitas), karena pada peraturan
perundang-undangan tersebut sudah ditentukan tujuan diberikannya wewenang kepada pejabat
administrasi, bagaimana prosedur untuk mencapai suatu tujuan serta menyangkut tentang
substansinya. Penyalahgunaan wewenang dapat terjadi pada jenis wewenang terikat dan juga bisa
terjadi pada jenis wewenang bebas (diskresi). Indikator atau tolok ukur penyalahgunaan
wewenang pada jenis wewenang terikat adalah asas legalitas (tujuan yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan); sedangkan pada jenis wewenang bebas (diskresi)
mempergunakan parameter asas-asas umum pemerintahan yang baik, karena asas “wetmatigheid”
tidaklah memadai. Di dalam praktek peradilan sering dipertukarkan/ dicampuradukan antara
penyalahgunaan wewenang dan cacat prosedur yang seolah-olah cacat prosedur itu in
heren dengan penyalahgunaan wewenang. Untuk mengetahui kepada siapa yang harus
bertanggungjawab secara yuridis terhadap penggunaan wewenang yang melanggar hukum
(penyalahgunaan wewenang) harus dilihat dari segi sumber atau lahirnya wewenang. Hal tersebut
sesuai dengan konsep hukum “geen bevoegdheid zonder verantwoordelijkheid atau there is no
authority without responslibility”. Di dalam setiap pemberian wewenang kepada pejabat
pemerintahan tertentu tersirat pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.
2. PTUN Jakarta Perintahkan Menlu Pecat PNS Ini yang Tak Masuk Kerja 72 Hari
Jakarta - Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta memerintahkan Menteri Luar Negeri
(Menlu) memecat PNS berinisial N karena tidak masuk kerja selama 72 hari. Menurut PTUN Jakarta,
hukuman yang dijatuhkan Menlu berupa penurunan pangkat selama 1 tahun terlalu ringan.
Hal itu terungkap dalam Putusan PTUN Jakarta yang dipublikasikan website Mahkamah Agung
(MA), Rabu (10/6/2020). N pernah dijatuhi hukuman disiplin berupa 'Pernyataan Tidak Puas Secara
Tertulis' pada 2014. Sebab, karena N tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak jelas selama 97 hari
(akumulatif) kurun 1 Januari 2014 hingga 30 Desember 2014. Kemudian pada 2015-2016, ia kembali
mengulang bolos kerja dengan total 72 hari kerja. Alasannya, N sakit dan ada masalah keluarga.
Oleh sebab itu, Menlu menerbitkan Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor :
20924/B/KP/05/2019/03 tertanggal 27 Mei 2019 yang menunda kenaikan pangkat N selama setahun.
Alasannya, pimpinan Kementerian Luar Negeri masih berkenan melakukan pembinaan maka
hukuman disiplin yang dijatuhkan hanya berupa penundaan pangkat selama satu tahun. Menurut
majelis, perbuatan tersebut merupakan bentuk dari pelanggaran disiplin Pasal 3 angka 11 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan sesuai dengan Pasal 10
angka 9 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010. Oleh sebab itu, N dapat dijatuhkan
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
"Perbuatan Penggugat tersebut akan memberikan pengaruh negatif bagi ASN lainnya apabila tidak
disikapi secara tegas," ucap majelis. Apalagi, perbuatan N dinilai telah berulang. Sehingga hukuman
N dapat dijatuhkan hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. "Demi suatu keadilan
yang hakiki," cetus majelis hakim.
Atas putusan ini, N tidak terima dan mengajukan banding. Kasus ini masih diproses ke Pengadilan
Tinggi Jakarta. N pun sudah memberikan klarifikasi.
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5047957/ptun-jakarta-perintahkan-menlu-pecat-pns-
iniyang-tak-masuk-kerja-72-hari?single=1
Berdasarkan kasus di atas, setidaknya terdapat dua asas pemerintahan yang patut dilakukan oleh
pejabat negara yaitu asas keseimbangan dan kecermatan. Kemukakan kedua asas tersebut berdasarkan
elaborasi kasus di atas.
Penyelesaian : Asas pemerintahan yang patut di lakukan oleh pejabat Negara yaitu :
1) Asas keseimbangan
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian atau kealpaan
seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula adanya kualifikasi yang juga mengenai jenis-jenis
atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan yang dilakukan oleh seseorang sehingga memudahkan
penerapannya dalam setiap kasus yang ada dan seiring dengan persamaan perlakuan serta sejalan
dengan kepastian hukum.
Asas keseimbangan yang terdapat pada kasus di atas adalah Menteri Luar Negeri (Menlu)
memecat PNS berinisial N karena tidak masuk kerja selama 72 hari.
2) Asas Kecermatan
Asas kecermatan dimaksudkan sebagai asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung
legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan
dan/atau Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.
Asas kecermatan yang terdapat pada kasus di atas adalah bahwa N tidak masuk kerja dengan
alasan yang tidak jelas selama 97 hari (akumulatif) kurun 1 Januari 2014 hingga 30 Desember
2014. Kemudian pada 2015-2016, ia kembali mengulang bolos kerja dengan total 72 hari kerja.
Alasannya, N sakit dan ada masalah keluarga.
3. Menurut Anda, apakah pemerintah daerah di tempat Anda masing – masing sudah transparant,
berikan argumentasi Anda.
Penyelesaian : Pemerintah daerah di kota saya saat ini penerapan good governance adalah
merupakan kebutuhan mutlak mayoritas rakyat demi terciptanya suatu sistem politik pemerintahan
yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi secara
universal. Hal ini dapat pula menjadi faktor pendorong terwujudnya political governance yang
menghendaki bahwa berbagai proses pemerintahan baik itu dari segi proses perumusan kebijakan
publik, penyelenggaraan pembangunan, pelaksanaan birokrasi publik pemerintahan agar berjalan
secara transparan, efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat. Era globalisasi
yang ditandai dengan semakin terbukanya arus informasi, komunikasi dan transportasi,
komunikasi dan transportasi antar Negara di dunia, menuntut suatu Negara untuk
memprakondisikan dirinya dengan melakukan upaya pemberdayaan (empowering) dan reformasi
total atas kehidupan politik dan pemerintahan, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan pertanahan
serta keamanan nasional. Dalam kondisi persaingan bebas di era globalisasi, peran pemerintah
mengalami pergeseran, dalam arti bahwa pemerintah sudah tidak lagi menjalankan peran secara
dominan dalam berbagai aktivitas Negara melainkan hanya sebagai fasilitator bagi kelancaran
arus perdagangan dan persaingan bebas.
Di kota Tanjungbalai, penerapan good governance dihadapkan pada berbagai kendala seperti
masih banyaknya praktik penyelenggaraan birokrasi pemerintahan yang diliputi oleh berbagai
tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum pejabat teras
pemerintah. Ditambah lagi perilaku para penyelenggara negara di daerah ini (baik itu
penyelenggara pemerintah maupun legislatif) yang seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai etis
(etika pemerintahan) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemerintah. Suarasuara
rakyat yang menghendaki sosok pemerintah daerah yang dekat dengan rakyat, dan mengutamakan
kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan pribadi terbentur oleh arogansasi dan sikap acuh
dari kalangan pejabat penyelenggara pemerintah. Di era pemerintahan modern dewasa ini, fungsi
pokok birokrasi dalam Negara adalah menjamin terselenggaranya kehidupan Negara dan menjadi
alat rakyat/masyarakat dalam mencapai tujuan ideal suatu Negara. Dalam konteks tersebut
birokrasi pemerintah setidaknya memiliki tiga tugas pokok yakni: pertama, fungsi pelayanan
publik (publik services) yang bersifat rutin kepada masyarakat, seperti memberikan pelayanan
perijinan, pembuatan document, perlindungan, pemeliharaan fasilitas umum, pemeliharaan
kesehatan, dan jaminan keamanan bagi penduduk. Kenyataan fungsi birokrasi pemerintah
didaerah ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Masyarakat pada umumnya mengidentikan
birokrasi sebagai proses berbelit, belit, waktu yang lama, biaya yang banyak, dan pada akhirnya
menimbulkan keluh kesah bahwasanya birokrasi sangat tidak adil dan tidak efisien. Sikap mental
yang arogan dan etos kerja rendah dikalangan birokrat sering menjadi sumber masalah bagi
peningkatan kualitas pelayanan publik selama ini.