Anda di halaman 1dari 15

DINAMIKA PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA NON BARAT DAN

ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam

Yang diampu oleh Ibu Uswatun Hasanah, MA. Hum

Disusun oleh:

Kelik Tri Rahmadi NIM: 21384021033

Putri Widiya Wati Nur Diansyah NIM: 21384022039

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI MADURA

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan nikmat
dan rahmat-Nya sehingga kami (penyusun) dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan kepada kami.

Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad S.A.W yang berkat beliau, kita semua dapat merasakan nikmatnya ilmu
pengetahuan.

Tujuan penulisan makalah ini yang berjudul “DINAMIKA


PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA NON BARAT DAN ISLAM”
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Studi Islam, Ibu Uswatun Hasanah, MA. Hum.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Uswatun Hasanah, MA. Hum yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun dalam materi yang kami tulis. Kritik, saran, dan masukan akan sangat
bermanfaat bagi kami. Terimakasih.

Pamekasan, 29 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Tujuan Masalah.......................................................................................5

BAB II: PEMBAHASAN

A. Dinamika Perkembangan Studi Islam......…......…………………….…6


B. Tendensi dan Karakterisktik Studi Islam di Dunia Islam...........….….. 8
C. Insitusionalisasi Studi Islam di Indonesia ........…………………….….10

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................10

B. Saran.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Timur tengah menjadi tujuan utama tempat studi Islam dikalangan
Muslim. Dua daerah yang paling sering dijadikan tumpuan dalam menimba ilmu
ke-Islaman adalah Haramain (Mekkah dan Madinah) dan Kairo. Posisi
Haramain menjadi sangat dominan sejak abad ke-17 hingga 19 karena kaum
Muslim memandangnya sebagai tempat yang memiliki nilai sakral lebih
ketimbang daerah-daerah lain. Dalam perkembangannya memang kajian Islam
di Timur mengalami beberapa hambatan, seperi: (1) adanya kesenjangan antara
ilmu ke-Islaman klasik dengan ke-Islaman baru yang memanfaatkan analisis
ilmu-ilmu sosial dan humaniora kontemporer; (2) kurang banyaknya buku
khusus wilayah filsafat dan epistemologi keilmuan (‘ulumuddin) sehingga
kekeringan sumber keilmuan ke-Islaman; (3) pengetahuan dalam Islam tidak
pernah mengizinkan berbagai bentuk pengentahuan dikembangkan secara bebas
satu dengan yang lain; dan (4) hilangnya kemampuan ilmu dan teknologi
mencapai puncak kecanggihan.1
Pada era kontemporer, kajian Islam di Indonesia terbentuk oleh dua
tradisi yang berbeda, yakni tradisi yang berakar dari Timur Tengah dan tradisi
yang dikembangkan oleh pusat-pusat pengkajian Islam di Barat. Masing-masing
tradisi membawa pengarug dan pendekatan berbeda, yang kelak membentuk
corak pengkajian Islam di IAIN/UIN.2
Berdasarkan pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa tradisi Kajian
Islam di Indonesia lebih dominan diwarnai dengan tradisi yang berakar dari
Barat dan dari Timur, maka kami (penyusun) akan mencoba mengurai beberapa
masalah yang berkaitan dengan tradisi-tradisi atau hal-hal yang mempengaruhi
sistem pengkajian Islam di dunia Islam (Timur).
1
Amirudin, Masayu Mashita Maisarah, “Karakteristik Kajian Islam Kontemporer: Dialektika Barat dan
Timur” Institut Agama Islam Negri Syekh Nurjati Cirebon.
2
Ibid.

4
B. RUMUSAN MASALAH

A. Dinamika Perkembangan Studi Islam

B. Tendensi dan Karakterisktik Studi Islam di Dunia Islam

C. Insitusionalisasi Studi Islam di Indonesia

C. TUJUAN MASALAH

1. Memahami Perkembangan Studi Islam


2. Mengetahui Karakteristik Studi Islam di Dunia Islam
3. Mengetahui Institusionalisasi Studi Islam di Indonesia

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. DINAMIKA PERKEMBANGAN STUDI ISLAM

Secara etimologis, studi Islam disinonimkan dengan Islamic Studies, dirasah


Islamiyah, atau islamologi. Secara substantif, studi Islam berbeda dengan semangat
implementasi dari aktivitas keagamaan seperti majelis taklim, yang bersifat doktriner
dan bertujuan meningkatkan pengalaman keagamaan seseorang baik pada tataran
3
kognitif maupun praktis, studi Islam atau Islamologi “tidak bertanggung jawab”
terhadap keberagaman individu. Islamologi mengkaji Islam hanya sebatas Islam sebagai
ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, Islam bukan untuk dipraktikkan, tetapi dimotivasi
oleh tuntutan profesionalisme untuk kepentingan penelitian atau kajian keislaman.
Kemunculan implikasi (efek) keagamaan merupakan suatu hal yang bisa terjadi, namun
bukan atas kehendak formal yang menjadi tanggung jawab studi Islam. Karena itu,
dapat dipahami sejumlah pakar Islamologi-terutama di dunia barat-yang beragama
bukan Islam.4

Dengan mengkaji sejarah peradaban Islam, ditemukan ragam model diseminasi


dan internalisasi nilai ke-Islaman melalui proses pengkajian yang berlaku di masyarakat
Muslim, melalui beragam pusat pembelajaran, seperti kuttab, masjid, observatium,
perpustakaan, madrasah, dan lain-lain.5

Penyelenggaraan studi Islam klasik telah ikut mewarnai dinamika masyarakat


baik di dunia Islam sendiri maupun di barat (Eropa). Di dunia Islam misalnya, pada saat
Dinasti Abasiyah ketika dipimpin Al-Ma’mun, kegiatan studi Islam dengan berpusat di
Baghdad, dengan dikukuhkannya pendirian pusat pengembangan ilmu pengerahuan
bernama Bayt Al-Hikmah dengan dua fungsi pokok, yaitu sebagai perpustakaan dan
sebagai lembaga pendidikan dan penerjemah karya Yunani Kuno ke dalam bahasa
Arab.6

3
Berbuhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi: kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan. KBBI V.
4
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Prenamedia Group), 11.
5
Ibid, 12.
6
Ibid.

6
Studi Islam secara akademis (Islamologi) menemukan momentum
pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi Islam di
Universitas bergengsi di Anerika Serikat, seperti Harvard University, University of
California Los Angeles (UCLA), dan lainnya, sekalipun studi agama secara umum
masih dianggap sebagai “anak tiri” (stepchild). Studi Islam saat itu tidak
mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur’an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan
interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk mengkritisi, mengembangkan,
mempertanyakan validitas, dan memperbarui teori-teori yang digagas oleh mufassirin.
Karena itu, yang dikaji secara akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam
memahami Islam dengan segala latar belakangnya.

Istilah Islamic Studies sendiri secara akademis mulai distribusi secara meluas
melalui penggunaan Islam sebagai sebuah spesifikasi utama jurnal profesional dan
jurusan dalam lembaga-lembaga akademik. Dalam pandangan Faisal Ismail, terdapat
dua variasi untuk menempatkan Islam dalam hubungan suatu kajian. Secara
organisatoris, di sebagian besar universitas, Islam kerap menjadi unsur dari studi
kawasan (area studies), seperti di Departement of Near Eastern Studies. Meskipun
dalam satu departemeb khusus, yaitu Islamic Studies. 7

B. TENDENSI 8 DAN KARAKTERISTIK STUDI ISLAM DI DUNIA ISLAM

7
Faisal Ismail, “Studi Islam di Barat: Fenomona menarik”, Pengalaman Belajar Islam di Kanada, ed.
Yudian Wahyudi Asmin, (Yogyakarta, Permika dan Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 35.
8
Kecenderungan; kecondongan (pada suatu hal). KBBI V.

7
Di beberapa negri Muslim, studi Islam diselenggarakan pada berbagai fakultas,
seperti Fakultas Syariah, Fakultas Dakwah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Adab, dan
Fakultas Tarbiyah dan pascasarjana.

Di Saudi Arabia, terdapat Umm Al-Qura University, King Abdul Aziz


University, dan Islamic University of Muhammad ibn Saud. Studi Islam dipelajari
secara intensif di university-university tersebut, meliputi bahasa dan sastra Arab, tafsir,
Hadis, tarbiyah, syariah, dan ushuluddin. Kajian Islam di Universitas di Arab Saudi
kentara sekali bernuansa Wahabisme, yang menjadi anutan pemerintahan Kerajaan
Saudi Arabia.

M. Atho Mudzhar mencatat bahwa Iran terdapat dua universitas besar yang
melakukan Kajian Islam, yaitu University Teheran dan Universitas Imam Shadiq. Di
Teheran University, studi Islam diselenggarakan dalam satu fakultas yaitu kulliyat al
Ilahiyat (Fakultas Agama), sedangkan di Universitas Imam Shadiq diselenggarakan
secara terintregrasi dengan ilmu umum.

Di India juga ada dua universitasyang melakukan kajian Islam, Aligarh


University dan Jamia Millia Islamia. Di Aligarh, studi Islam dalam kerangka doktrin
ditempatkan di Fakultas Ushuluddin dengan dua jurusan: mazhab ahl-Sunnah dan
mahzab Syi’ah. Kedua, studi Islam dalam kerangka sejarah di fakultas Humaniora
Jurusan Islamic Studies yang posisinya sejajar dengan jurusan lainnya. Adapun di Jamia
Millia Islamia, studi Islam berada di Fakultas Humaniora bersama dengan Arabic
Studies, dan Political Studies.9

Pada sisi lain, variasi studi Islam juga terjadi di negara Islam lainnya, seperti
Syiria, Malaysia, Mesir, dan Indonesia. Di Damaskus University, Syiria, studi Islam
ditempatkan pada kulliyat al-Syariah (Fakultas Syari’ah) yang meliputi program studi
Ushuluddin, tasawuf, tafsir, dan sebagainya. Adapun di Universitas Islam Internasional
Malaysia, studi Islam ditempatkan di Fakultas Ilmu Kewahyuan dan Warisan Islam
(Faculty of Revealed Knowledge and Human Sciences). Studi Islam yang berkaitan
dengan subjer tertentu juga dilakukan di fakultas lainnya, seperti Fakultas Ekonomi dan

9
Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, hlm. 27.

8
Manajemen yang menyelenggarakan studi Islam, seperti Fikih ekonomi, pemikiran
ekonomi Islam, sistem finansial Islam, dan perbankan syari’ah, Bahasa Arab, Studi
Islam dan Arab, Dakwah, Tarbiyah, dan Fakultas Bahasa dan Terjemah.10

Sementara itu, di Sudan, terdapat lima universitas yang melakukan kajian


keislaman, yaitu Khartoum International Institue for Arabic Language (KIIAL); al-
Que’anul Karim and Islamic Science University; Islamic University al-Azhar cabang
Sudan; Islamic University of Africa; dan Wadi el-Nine University. Studi keislaman di
kelima fakultas ini semuanya diselenggarakan, mulai dari strata 1 hingga strata 3. 11

Di atas semua itu, citra Timur Tengah-dalam konstelasi tradisi pemikiran Islam
di Indonesia -sebagai gudang ilmu-ilmu keislaman sampai kini belum luntur. Demikian
pula citra alumninya sebagai yang memiliki otoritas tinggi untuk berbicara tentang
Islam di tengah masyarakat belum pudar, meski sampai batas tertentu-diakui-melemah.
Dari sekian perguruan tinggi di wilayah Timur Tengah, studi Islam di Mesir (Kairo)
dianggap lebih beragam, karena di sana terjadi pergumulan dialektis yang dinamis
antara pemikiran yang bercorak ideologis dan pemikiran bercorak liberal.

Secara garis besar, kiprah alumni Timur Tengah di Indonesia dari segi corak
pemikiran yang dibawakan, secara garis besar dapat diklasifikasikan pada tiga
kelompok, yaitu kelompok revivalis, kelompok tadisionalis, dan kelompok reformis. 12

1. Kelompok Revivalis: mereka memiliki kecenderungan “Al-Qur’an-Sunnah sentris”


dan pemahaman yang ketat dan literal terhadap Islam serta cenderung menolak kreasi
atau inovasi dalam pemahaman keislaman (cenderung salafi).

2. Kelompok Tradisionalis: mereka yang merupakan perpanjangan tangan khazanah


pemikiran ulama klasik, termasuk penjaga ortodoksi, tetapi tidak ketat dalam
pemahaman, dan tidak reaktif terhadap kreasi atau inovasi pemahan.

3. Kelompok Reformis: mereka yang aktif melakukan inovasi dan kreasi pemahaman
keagamaan, bahkan cenderung liberal.

10
Ibid.
11
Ropi dan Kusmana, ed., Belajar Islam, hlm. 109-110.
12
Ropi dan Kusmana, ed., Belajar Islam, hlm. 12-13.

9
C. INSTITUSIONALISASI STUDI ISLAM DI INDONESIA

Kajian Islam di Indonesia, secara substantif sebenarnya dimulai semenjak agama


ini datang ke Indonesia, dan momentum puncaknya terjadi pada abad ke-17, yang
dilakukan oleh ulama melalui lembaga pendidikan tradisional pesantren. Ulama
sedemikian besar perannya dalam proses tansformasi keislaman di Nusantara, karena
diakui terdapat keterkaitan historis yang ekstensif antara umat Islam di Indonesia dan
para ulama di Jazirah Arab seperti Mekkah dan Madinah (Haramain), dan-belakangan-
Kairo.13

Meski memiliki kedekatan tradisi intelektual dan keagamaan, tidak berarti Islam
Indonesia “sekadar replika” Islam Arab. Proses transmisi Islam dari tradisi intelektual
ke tradisi intelektual Indonesia berlangsung dalam pola dinamis, kompleks, dan unik,
sehingga dalam banyak hal wajah Islam Indonesia berbeda dengan Islam “asli” Timur
Tengah.

Sebagai bukti unik, dinamis, dan kompleksnya proses transmisi keislaman di


Indonesia dapat dijustifikasikan melalui hal berikut:

1. Proses transformasi keislaman di lembaga pendidikan khas, yaitu


“pesantren” dengan modus operandi yang cukup unik. Di Arab sendiri tidak
ditemui padanan istilah pesantren yang secara terminologis berarti tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar antara kiai dan santri di sebuah
asrama bersama. Pengadopsian khazanah tradisi domestik ini menjadi
legitimasi betapa Islam Indonesia sarat dengan muatan materiel yang tidak
dapat dijumpai di negara asalnya.
2. Digunakan bahasa “Arab Pegon” (Arab Jawi), yaitu gabungan antara bahasa
Jawa yang ditulis dan karakter huruf Arab sebagai sarana dalam memahami
Kitab Kuning yang berbahasa Arab.

Proses pelembagaan kajian Islam di pesantren terus berlangsung seiring dengan


transformasi dan modernisasi lembaga tradisional ini, 14 yang terjadi ketika
13
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVIII Akar Pembaruan
Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004).
14
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm. 37-38

10
kolonial Belanda memperkenalkan lembaga sekolah dan dampaknya dirasakan
oleh pesantren melalui penyelenggaraan sistem kelas. Akibatnya, berdirilah
madrasah (sekolah) di lingkungan pesantren yang hanya mengajarkan materi
pendidikan agama Islam klasik.

Sebagai implikasi mendasar proses transformasi pendidikan ini menyebabkan


sebagian elemen masyarakat Muslim menginginkan hadirnya lembaga-lembaga
pendidikan tinggi untuk pengkajian Islam. Untuk memenuhi hal tersebut, didirikanlah
Institusi Agama Islam, baik negri maupun swasta, yang selanjutnya sejak 1997 setiap
cabang fakultas IAIN di daerah diubah statusnya menjadi status menjadi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negri (STAIN).

Tendensi kajian keislaman yang berlangsung di dalamnya. Sejak berdirinya,


lembaga pendidikan tinggi Islam ini mengalami fungsi yang bersifat tarik ulur antara
lembaga dakwah dan lembaga keilmuan. Kedua fungsi ini, tidak selamanya berlangsung
harmonis dan acap kali dijumpai konflik. Pada satu sisi, sebagai lembaga akademis,
IAIN harus mengikuti rule of law tradisi akademik yang memperlakukan kajian agama
dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang hasilnya-tidak jarang-bertentangan
dengan aspke normatif Islam, pada sisi lain, IAIN diharapkan berfungsi sebagai
lembaga dakwah yang cenderung menafikan prinsip-prinsip akademis murni.

Dalam sejarah perkembangannya, IAIN pernah didominasi oleh pendekatan


normatif-doktorinal yang mengedepankan fungsi sebagai lembaga dakwah. Dengan
tendensi ini, otoritas keilmuan IAIN dipertanyakan, sehingga banyak krtik dilontarkan.

Tendensi kajian Islam yang normatif-doktorinal tersebut mulai beralih pada sisi
sebaliknya-historis konstektual-pada awal dekade 1970-an dengan motor penggeroknya
Harun Nasution, Mukti Ali, dan Nurcholish Madjid. Tendensi ini semakin menguat,
ketika Munawir Sjadzali mengirim mahasiswa dan dosen IAIN untuk meneruskan studi
pascasarjananya di Barat.

Hasil paling mendasar dari upaya reorientasi visi kajian Islam di lembaga
pendidikan tinggi Islam ini adalah heterogenitas (polarisasi) pendekatan terhadap Islam;
Islam tidak hanya dilihat dari sisi doktrinal yang belum pernah diajarkan di IAIN.

11
Diterapkannya pendekatan demikian, pada satu sisi telah menuai kritik cukup tajam dari
kalangan pendukung pendekatan normatif-doktrinal seperti dengan terbitnya buku Ada
15
Pemurtadan di IAIN. Tetapi pada sisi lain, pendekatan kajian Islam historis
konstektual ini telah memberikan kontribusi signifikan, sebagai berikut:

1. Diaplikasikannya metode pengkajian Islam yang lebih empiris dan


akademis, dengan tanpa menegasikan realitas Islam sebagai sistem
keyakinan. Sebagai buahnya, mahasiswa cenderung leih terbuka dan toleran
terhadap perbedaan pemahaman. Kondisi ini pada gilirannya mendorong
lahirnya pendekatan nonmahzab dalam kajian Islam di Indonesia, seiring
dengan memudarnya loyalitas dan fanatisme buta umat Islam terhadap
mahzab tertentu.
2. Pada aspek lainnya-dengan perubahan pendekatan tersebut-umat Islam
menjadi semakin sadar terhadap realitas sosiokulturalnya. Kesadaran
semacam ini membawa implikasi radikal terhadap redefinisi bipolaritas
relasi agama-manusia; apakah manusia didedikasikan untuk agama, atau
sebaliknya, agama untuk manusia. Pendekatan normatif jelas mengandaikan
relasi yang menempatkan agama sebagai target pengabdian manusia
(manusia didefinisikan untuk agama), sementara pendekatan konstektual
mengandaikan relasi yang menempatkan agama sebagai sarana untuk
mengatur kehidupan manusia di dunia, dan bukan semata-mata untuk
kepentingan ukhrawi kehidupan manusia (agama didedikasikan untuk
manusia).
3. Telah terjadi perubahan pendekatan dalam memandang realitas agama non-
Islam. Sebelumnya, pendekatan dalam mengkaji agama lain cenderung
menggunakan pendekatan apologetikal untuk menjustifikasikan superioritas
Islam atas agama-agama lain, sementara itu komunitas non-Muslim
dianggap sebagai kafir. Sejak perubahan bandul pendekatan itu, paradigma
truth claim yang sebelumnya secara umum dianut IAIN secara graduatif
mengalami pergeseran dan tergantikan oleh paradigma yang lebih toleran,

15
Hartono Ahmad Jais, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta: Ufuk Press, 2005).

12
inklusif, dan pluralistik, dan eksistensi beragam agama merupakan hal yang
tidak dapat dinafikan (sunnat Allah).

Perkembangan mutakhir institusionalisasi studi Islam di Indonesia semakin


sophiasticated seiring dengan semakin masifnya alih status beberapa Institut Agama
Islam (Negri) menjadi Universitas Islam Negri sehingga menuntut restrurisasi beberapa
fakultas yang kemudian melahirkan beberapa model perkembangan. Adanya beberapa
konsep restrukturisasi relasi ontologis, epistemologis dan aksiologis yang
“melumerkan” distingsi dualisme-bipolaristik ilmu umum dan ilmu agama seperti
model konsep pohon ilmu oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, konsep jaring
laba-laba dan integrasi interkoneksi antar disiplin ilmu dari UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta menunjukkan telah terjadi evolusi dinamik dalam dinamika kajian Islam di
Indonesia.

BAB III

PENUTUP

13
A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan tentang dinamika perkembangan islam, tendensi dan


karakteristik studi islam di dunia islam, dan institusionalisasi studi islam di indonesia,
dapat disimpulkan bahwa perkembangan-perkembangan ilmu dalam studi Islam atau
Islamic Studies atau Dirasah Islamiyah khususnya di wilayah non barat yaitu di dunia
Islam, terjadi perubahan-perubahan secara signifikan khususnya yang terjadi di
Indonesia yaitu di Universitas/Perguruan Tinggi Islam..........kaule tak oning, Bu.
Malarat, ongguen nika

B. SARAN

Demikian makalah ini kami susun, kami (penyusun) mengakui bahwa di dalam
penyusunan makalah ini, 90% merupakan sumber dari buku maupun jurnal yang kami
pilih untuk dijadikam materi pembahasan, dikarenakan minimnya pengetahuan kami
tentang bagaimana perkembangan studi Islam di dunia Islam. Jika terdapat kekeliruan
dalam metodologi penulisan, maupun isi dari materi, kami selaku penyusun memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kritik, saran, maupun masukan akan sangat bermanfaat
bagi untuk menambah wawasan kami tentang bagaimana perkembangan studi Islam
secara global maupun di dunia Islam sendiri. Sekian, terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Masayu Mashita Maisarah, “Karakteristik Kajian Islam Kontemporer:


Dialektika Barat dan Timur” Institut Agama Islam Negri Syekh Nurjati Cirebon.
KBBI V.

14
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Prenamedia Group), 11.

Faisal Ismail, “Studi Islam di Barat: Fenomona menarik”, Pengalaman Belajar Islam di
Kanada, ed. Yudian Wahyudi Asmin, (Yogyakarta, Permika dan Titian Ilahi Press,
1997)

Mudzhar, Pendekatan Studi Islam.

Ropi dan Kusmana, ed., Belajar Islam.

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVIII Akar Pembaruan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004).

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, (Yogyakarta: LkiS, 2001).

Hartono Ahmad Jais, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta: Ufuk Press, 2005).

15

Anda mungkin juga menyukai