ISLAM
MAKALAH
Disusun oleh:
PROGRAM STUDI
2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan nikmat
dan rahmat-Nya sehingga kami (penyusun) dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan kepada kami.
Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad S.A.W yang berkat beliau, kita semua dapat merasakan nikmatnya ilmu
pengetahuan.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Uswatun Hasanah, MA. Hum yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun dalam materi yang kami tulis. Kritik, saran, dan masukan akan sangat
bermanfaat bagi kami. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Masalah.......................................................................................5
A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Timur tengah menjadi tujuan utama tempat studi Islam dikalangan
Muslim. Dua daerah yang paling sering dijadikan tumpuan dalam menimba ilmu
ke-Islaman adalah Haramain (Mekkah dan Madinah) dan Kairo. Posisi
Haramain menjadi sangat dominan sejak abad ke-17 hingga 19 karena kaum
Muslim memandangnya sebagai tempat yang memiliki nilai sakral lebih
ketimbang daerah-daerah lain. Dalam perkembangannya memang kajian Islam
di Timur mengalami beberapa hambatan, seperi: (1) adanya kesenjangan antara
ilmu ke-Islaman klasik dengan ke-Islaman baru yang memanfaatkan analisis
ilmu-ilmu sosial dan humaniora kontemporer; (2) kurang banyaknya buku
khusus wilayah filsafat dan epistemologi keilmuan (‘ulumuddin) sehingga
kekeringan sumber keilmuan ke-Islaman; (3) pengetahuan dalam Islam tidak
pernah mengizinkan berbagai bentuk pengentahuan dikembangkan secara bebas
satu dengan yang lain; dan (4) hilangnya kemampuan ilmu dan teknologi
mencapai puncak kecanggihan.1
Pada era kontemporer, kajian Islam di Indonesia terbentuk oleh dua
tradisi yang berbeda, yakni tradisi yang berakar dari Timur Tengah dan tradisi
yang dikembangkan oleh pusat-pusat pengkajian Islam di Barat. Masing-masing
tradisi membawa pengarug dan pendekatan berbeda, yang kelak membentuk
corak pengkajian Islam di IAIN/UIN.2
Berdasarkan pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa tradisi Kajian
Islam di Indonesia lebih dominan diwarnai dengan tradisi yang berakar dari
Barat dan dari Timur, maka kami (penyusun) akan mencoba mengurai beberapa
masalah yang berkaitan dengan tradisi-tradisi atau hal-hal yang mempengaruhi
sistem pengkajian Islam di dunia Islam (Timur).
1
Amirudin, Masayu Mashita Maisarah, “Karakteristik Kajian Islam Kontemporer: Dialektika Barat dan
Timur” Institut Agama Islam Negri Syekh Nurjati Cirebon.
2
Ibid.
4
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
5
PEMBAHASAN
3
Berbuhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi: kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan. KBBI V.
4
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Prenamedia Group), 11.
5
Ibid, 12.
6
Ibid.
6
Studi Islam secara akademis (Islamologi) menemukan momentum
pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi Islam di
Universitas bergengsi di Anerika Serikat, seperti Harvard University, University of
California Los Angeles (UCLA), dan lainnya, sekalipun studi agama secara umum
masih dianggap sebagai “anak tiri” (stepchild). Studi Islam saat itu tidak
mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur’an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan
interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk mengkritisi, mengembangkan,
mempertanyakan validitas, dan memperbarui teori-teori yang digagas oleh mufassirin.
Karena itu, yang dikaji secara akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam
memahami Islam dengan segala latar belakangnya.
Istilah Islamic Studies sendiri secara akademis mulai distribusi secara meluas
melalui penggunaan Islam sebagai sebuah spesifikasi utama jurnal profesional dan
jurusan dalam lembaga-lembaga akademik. Dalam pandangan Faisal Ismail, terdapat
dua variasi untuk menempatkan Islam dalam hubungan suatu kajian. Secara
organisatoris, di sebagian besar universitas, Islam kerap menjadi unsur dari studi
kawasan (area studies), seperti di Departement of Near Eastern Studies. Meskipun
dalam satu departemeb khusus, yaitu Islamic Studies. 7
7
Faisal Ismail, “Studi Islam di Barat: Fenomona menarik”, Pengalaman Belajar Islam di Kanada, ed.
Yudian Wahyudi Asmin, (Yogyakarta, Permika dan Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 35.
8
Kecenderungan; kecondongan (pada suatu hal). KBBI V.
7
Di beberapa negri Muslim, studi Islam diselenggarakan pada berbagai fakultas,
seperti Fakultas Syariah, Fakultas Dakwah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Adab, dan
Fakultas Tarbiyah dan pascasarjana.
M. Atho Mudzhar mencatat bahwa Iran terdapat dua universitas besar yang
melakukan Kajian Islam, yaitu University Teheran dan Universitas Imam Shadiq. Di
Teheran University, studi Islam diselenggarakan dalam satu fakultas yaitu kulliyat al
Ilahiyat (Fakultas Agama), sedangkan di Universitas Imam Shadiq diselenggarakan
secara terintregrasi dengan ilmu umum.
Pada sisi lain, variasi studi Islam juga terjadi di negara Islam lainnya, seperti
Syiria, Malaysia, Mesir, dan Indonesia. Di Damaskus University, Syiria, studi Islam
ditempatkan pada kulliyat al-Syariah (Fakultas Syari’ah) yang meliputi program studi
Ushuluddin, tasawuf, tafsir, dan sebagainya. Adapun di Universitas Islam Internasional
Malaysia, studi Islam ditempatkan di Fakultas Ilmu Kewahyuan dan Warisan Islam
(Faculty of Revealed Knowledge and Human Sciences). Studi Islam yang berkaitan
dengan subjer tertentu juga dilakukan di fakultas lainnya, seperti Fakultas Ekonomi dan
9
Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, hlm. 27.
8
Manajemen yang menyelenggarakan studi Islam, seperti Fikih ekonomi, pemikiran
ekonomi Islam, sistem finansial Islam, dan perbankan syari’ah, Bahasa Arab, Studi
Islam dan Arab, Dakwah, Tarbiyah, dan Fakultas Bahasa dan Terjemah.10
Di atas semua itu, citra Timur Tengah-dalam konstelasi tradisi pemikiran Islam
di Indonesia -sebagai gudang ilmu-ilmu keislaman sampai kini belum luntur. Demikian
pula citra alumninya sebagai yang memiliki otoritas tinggi untuk berbicara tentang
Islam di tengah masyarakat belum pudar, meski sampai batas tertentu-diakui-melemah.
Dari sekian perguruan tinggi di wilayah Timur Tengah, studi Islam di Mesir (Kairo)
dianggap lebih beragam, karena di sana terjadi pergumulan dialektis yang dinamis
antara pemikiran yang bercorak ideologis dan pemikiran bercorak liberal.
Secara garis besar, kiprah alumni Timur Tengah di Indonesia dari segi corak
pemikiran yang dibawakan, secara garis besar dapat diklasifikasikan pada tiga
kelompok, yaitu kelompok revivalis, kelompok tadisionalis, dan kelompok reformis. 12
3. Kelompok Reformis: mereka yang aktif melakukan inovasi dan kreasi pemahaman
keagamaan, bahkan cenderung liberal.
10
Ibid.
11
Ropi dan Kusmana, ed., Belajar Islam, hlm. 109-110.
12
Ropi dan Kusmana, ed., Belajar Islam, hlm. 12-13.
9
C. INSTITUSIONALISASI STUDI ISLAM DI INDONESIA
Meski memiliki kedekatan tradisi intelektual dan keagamaan, tidak berarti Islam
Indonesia “sekadar replika” Islam Arab. Proses transmisi Islam dari tradisi intelektual
ke tradisi intelektual Indonesia berlangsung dalam pola dinamis, kompleks, dan unik,
sehingga dalam banyak hal wajah Islam Indonesia berbeda dengan Islam “asli” Timur
Tengah.
10
kolonial Belanda memperkenalkan lembaga sekolah dan dampaknya dirasakan
oleh pesantren melalui penyelenggaraan sistem kelas. Akibatnya, berdirilah
madrasah (sekolah) di lingkungan pesantren yang hanya mengajarkan materi
pendidikan agama Islam klasik.
Tendensi kajian Islam yang normatif-doktorinal tersebut mulai beralih pada sisi
sebaliknya-historis konstektual-pada awal dekade 1970-an dengan motor penggeroknya
Harun Nasution, Mukti Ali, dan Nurcholish Madjid. Tendensi ini semakin menguat,
ketika Munawir Sjadzali mengirim mahasiswa dan dosen IAIN untuk meneruskan studi
pascasarjananya di Barat.
Hasil paling mendasar dari upaya reorientasi visi kajian Islam di lembaga
pendidikan tinggi Islam ini adalah heterogenitas (polarisasi) pendekatan terhadap Islam;
Islam tidak hanya dilihat dari sisi doktrinal yang belum pernah diajarkan di IAIN.
11
Diterapkannya pendekatan demikian, pada satu sisi telah menuai kritik cukup tajam dari
kalangan pendukung pendekatan normatif-doktrinal seperti dengan terbitnya buku Ada
15
Pemurtadan di IAIN. Tetapi pada sisi lain, pendekatan kajian Islam historis
konstektual ini telah memberikan kontribusi signifikan, sebagai berikut:
15
Hartono Ahmad Jais, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta: Ufuk Press, 2005).
12
inklusif, dan pluralistik, dan eksistensi beragam agama merupakan hal yang
tidak dapat dinafikan (sunnat Allah).
BAB III
PENUTUP
13
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun, kami (penyusun) mengakui bahwa di dalam
penyusunan makalah ini, 90% merupakan sumber dari buku maupun jurnal yang kami
pilih untuk dijadikam materi pembahasan, dikarenakan minimnya pengetahuan kami
tentang bagaimana perkembangan studi Islam di dunia Islam. Jika terdapat kekeliruan
dalam metodologi penulisan, maupun isi dari materi, kami selaku penyusun memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kritik, saran, maupun masukan akan sangat bermanfaat
bagi untuk menambah wawasan kami tentang bagaimana perkembangan studi Islam
secara global maupun di dunia Islam sendiri. Sekian, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
14
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Prenamedia Group), 11.
Faisal Ismail, “Studi Islam di Barat: Fenomona menarik”, Pengalaman Belajar Islam di
Kanada, ed. Yudian Wahyudi Asmin, (Yogyakarta, Permika dan Titian Ilahi Press,
1997)
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVIII Akar Pembaruan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004).
Hartono Ahmad Jais, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta: Ufuk Press, 2005).
15