Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

ANALISIS GAYA BAHASA PADA POSTER AKSI DEMONSTRASI

PENOLAKAN RUU KUHP DAN REVISI UU KPK

Berdasarkan data yang telah diperoleh, ditemukan berbagai gaya bahasa

di dalam poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU KPK

yang digunakan oleh mahasiswa pada 24 September 2019. Didasarkan pada

struktur kalimat dan langsung tidaknya makna ditemukan gaya bahasa klimaks,

antitesis, repetisi, aliterasi, asonansi, erotesis atau pertanyaan retoris, metafora,

simile, fabel, personifikasi, sinekdoke, ironi, sinisme, sarkasme, dan satire.

Berikut merupakan analisis data gaya bahasa yang telah disebutkan.

4.1 Gaya Bahasa Klimaks

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa klimaks. Berikut data bergaya bahasa klimaks yang

ditemukan.

Data 1

Bunyi gaya bahasa pada data (1) ialah sebagai berikut.

APABILA USUL DITOLAK TANPA DITIMBANG, SUARA


DIBUNGKAM, KRITIK DILARANG TANPA ALASAN DITUDUH
SUBVERSIF, MAKA 1 KATA, LAWAN!

32
Kalimat pada data (1) dinamakan gaya bahasa klimaks. Dikatakan

gaya bahasa klimaks karena terdapat pernyataan berupa urutan peristiwa yang

mulanya sederhana kemudian semakin meningkat menjadi urutan peristiwa

yang paling rumit. Kalimat yang mengandung gaya bahasa klimaks dibuktikan

pada usul ditolak, suara dibungkam, kritik dilarang, dituduh subversif,

dan lawan! Makna gaya bahasa klimaks pada data (1) yaitu opini untuk

menggiring pembaca agar melakukan perlawanan kepada pemerintah apabila

usul yang telah disampaikan ditolak tanpa adanya pertimbangan, tidak

diizinkan menyampaikan pendapat, dilarang memberikan kritikan hingga

dituduh akan menjatuhkan kekuasaan kepemerintahan.

4.2 Gaya Bahasa Antitesis

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa antitesis. Berikut data bergaya bahasa antitesis yang

ditemukan.

Data 2

Bunyi gaya bahasa pada data (2) ialah sebagai berikut.

KITA GAK BUTUH DPR, KITA BUTUHNYA HOKAGE !!!

33
Kalimat pada data (2) dinamakan gaya bahasa antitesis. Dikatakan

gaya bahasa antitesis karena terdapat kata yang saling berlawanan yaitu pada

kata gak butuh dan butuh. Kata butuh menurut KBBI bermakna perlu dan

kata gak butuh memiliki makna sebaliknya yaitu tidak perlu. Makna gaya

bahasa antitesis pada data (2) yaitu kita (rakyat Indonesia) tidak membutuhkan

kinerja DPR karena kerja DPR yang dianggap seenaknya sendiri dan kita

(rakyat Indonesia) lebih membutuhkan kinerja hokage. Hokage merupakan

seorang pemimpin paling kuat dalam film animasi Jepang.

Data-data berikut juga menggunakan gaya bahasa antitesis. Perhatikan

data (3) dan data (4) berikut.

Data 3

Bunyi gaya bahasa pada data (3) ialah sebagai berikut.

KATANYA UDAH BELA NEGARA, NEGARANYA RUSAK KOK


GADIBELA

Kalimat pada data (3) dinamakan gaya bahasa antitesis. Dikatakan

gaya bahasa antitesis karena terdapat kata bela dan kok gadibela. Kata bela

dan kok gadibela merupakan dua kata yang saling berlawanan. Makna gaya

bahasa antitesis pada data (3) yaitu sindiran untuk aparat kepemerintahan yang

sudah pernah mengikuti bela negara tetapi ketika negara sedang ada masalah,

aparat hanya diam.

34
Data 4

Bunyi gaya bahasa pada data (4) ialah sebagai berikut.

RUU KPK MADU UNTUK DPR RACUN UNTUK RAKYAT!!

Kalimat yang bernomor data (4) merupakan gaya bahasa antitesis

karena terdapat kata yang saling berlawanan. Kata tersebut yaitu kata madu

dan racun. Madu mempunyai makna yang berkaitan dengan kebaikan,

keuntungan sedangkan racun mempunyai makna yang berkaitan dengan

keburukan, kematian. Peribahasa juga mengatakan madu di tangan kananmu

dan racun di tangan kirimu. Makna gaya bahasa antitesis pada data (4) yaitu isi

dari peraturan RUU KPK merupakan madu atau keuntungan untuk anggota

DPR tetapi racun atau kerugian untuk rakyat Indonesia. Dimaknai demikian

karena dengan adanya peraturan ini, hukuman untuk para koruptor akan

dimudahkan dan dengan adanya peraturan tersebut pula, para pejabat akan

semakin mudah untuk melakukan korupsi.

4.3 Gaya Bahasa Repetisi

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa repetisi. Berikut data yang menggunakan gaya

bahasa repetis.

35
Data 5

Bunyi gaya bahasa pada data (5) ialah sebagai berikut.

PAPUA PUNYA EMAS TAPI JAKARTA YANG PUNYA MONAS

Kalimat pada data (5) dinamakan gaya bahasa repetisi. Dikatakan

gaya bahasa repetisi karena terdapat kata yang diulang sebanyak 2 kali.

Perulangan kata tersebut yaitu kata punya. Kata punya menurut KBBI

bermakna milik. Kata punya yang pertama ditujukan untuk kata emas yang

berarti Papua memiliki emas dan kata punya yang kedua ditujukan untuk kata

monas yang berarti Jakarta memiliki monas. Makna gaya bahasa repetisi pada

data (5) yaitu Papua (salah satu provinsi di Indonesia) yang terkenal dengan

tambang emas terbesar di Indonesia, akan tetapi icon emas justru berada di

monas yang letaknya berada di Jakarta.

Data-data berikut juga menggunakan gaya bahasa repetisi. Perhatikan

data (6) hingga data (11) berikut.

Data 6

36
Bunyi gaya bahasa pada data (6) ialah sebagai berikut

Pak Presiden Kalau Gak Bisa Ngasih Kepastian Buat ASAP RIAU
Kasih Kepastian Buat Hubungan AKU SAMA DIA !!!

Kalimat pada data (6) digolongkan gaya bahasa repetisi karena

terdapat perulangan kata yaitu pada kata kepastian. Kata kepastian

mempunyai makna ketetapan. Kata kepastian yang pertama ditujukan untuk

kalimat buat asap Riau dan kata kepastian yang kedua ditujukan untuk kalimat

buat hubungan aku sama dia. Makna gaya bahasa repetsisi pada data (6) yaitu

sindiran yang ditujukan kepada Bapak Presiden agar segera memadamkan

kebakaran hutan yang terjadi di Kepulauan Riau.

Data 7

Bunyi gaya bahasa pada data (7) ialah sebagai berikut.

JANGAN MATIKAN KEADILAN!! MATIKAN SAJA


MANTANKU!!

Kalimat pada data (7) tergolong sebagai gaya bahasa repetisi karena

terdapat perulangan kata yaitu pada kata matikan. Kata matikan memiliki

kata dasar yaitu mati, kata mati memiliki makna tidak bernyawa. Kata matikan

pada kalimat pertama ditujukan untuk kata keadilan dan kata matikan pada

kalimat yang kedua ditujukan untuk kata mantanku. Kata keadilan merupakan

suatu perbuatan yang adil yang sifatnya untuk kepentingan masyarakat umum

37
sedangkan kata mantanku memiliki makna bekas yang sifatnya hanya untuk

kepentingan seorang diri. Gaya bahasa repetisi pada data (7) dimaknai sindiran

yang ditujukan untuk pemerintah agar keadilan tetap berdiri tegak.

Data 8

Bunyi gaya bahasa pada data (8) ialah sebagai berikut.

YANG PATAH TUMBUH, YANG HILANG DEMOKRASI

Kalimat pada data (8) dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi

karena terdapat perulangan kata yaitu pada kata yang. Kata yang berfungsi

untuk menegaskan kembali kalimat sebelumnya. Kalimat dari data (8)

merupakan plesetan dari peribahasa yaitu yang patah tumbuh yang hilang

berganti. Makna gaya bahasa repetisi yang ada pada data (8) yaitu penegasan

bahwa sesuatu yang patah akan kembali tumbuh dan yang hilang bukan akan

terganti melainkan demokrasi. Gaya bahasa repetisi kata yang juga ditemukan

pada data (9) berikut.

Bunyi gaya bahasa pada data (9) ialah sebagai berikut.

YANG TERBAKAR HUTAN, TAPI KPK YANG DIPADAMKAN

38
Kalimat yang terdapat pada data (9) tidak masuk akal apabila yang

terbakar hutan namun KPK yang dipadamkan. Logikanya apabila yang

terbakar hutan, maka yang dipadamkan adalah api yang membakar hutan

bukan KPK. Makna gaya bahasa repetisi pada data (9) yaitu ungkapan untuk

menyindir pemerintah, ketika terjadi kebakaran hutan di sebagian pulau

Sumatera dan Kalimantan, pemerintah tidak segera menangani masalah

tersebut malah sibuk membuat revisi undang-undang KPK yang isinya

dianggap malah melemahkan KPK.

Data 10

Bunyi gaya bahasa pada data (10) ialah sebagai berikut

Kampanye Cari Rakyat, Bikin Peraturan Tanpa Rakyat

Kalimat pada data (10) dikatakan gaya bahasa repetisi karena terdapat

perulangan kata yaitu pada kata rakyat. Kata rakyat pada KBBI memiliki

makna penduduk di suatu negara. Ketika berkampanye, para calon wakil rakyat

mencari rakyat karena butuh sedangkan ketika sudah menjadi wakil rakyat,

rakyat tidak dipedulikan lagi. Perulangan kata pada data (10) memiliki makna

yaitu ketika berkampanye, para calon wakil rakyat mencari dukungan pada

rakyat, akan tetapi ketika sudah terpilih menjadi wakil rakyat, membuat

peraturan tanpa memikirkan rakyat.

39
Data 11

Bunyi gaya bahasa pada data (11) ialah sebagai berikut.

KIRAIN HUBUNGAN KITA AJA YANG GAK JELAS, TERNYATA


DPR LEBIH GAK JELAS!!!

Kalimat pada data (11) dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi

karena terdapat perulangan frasa yaitu pada frasa gak jelas. Frasa gak jelas

yang ditujukan untuk hubungan kita memiliki makna hubungan antara dua

orang yang saling jatuh cinta namun tidak ada yang saling berani untuk

mengungkapkan sedangkan farasa gak jelas yang ditujukan untuk DPR

memiliki makna ketidakjelasan DPR dalam mengeluarkan peraturan baru

mengenai RUU KUHP dan Revisi UU KPK yang isinya dianggap rancu yang

di mana peraturan tersebut tidak hanya dijalankan oleh satu atau dua orang saja

melainkan dijalankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Makna gaya bahasa

repetisi pada data (11) yaitu kejengkelan masyarakat kepada anggota DPR atas

peraturan undang-undang yang telah dikeluarkan dan isinya dianggap masih

ambigu, belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat.

4.4 Gaya Bahasa Aliterasi

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa aliterasi. Berikut data yang menggunakan gaya

bahasa aliterasi.

40
Data 12

Bunyi gaya bahasa pada data (12) ialah sebagai berikut.

SUDAH KELEWATAN KALO KAUM REBAHAN TURUN KE


JALAN

Data (12) terdapat perulangan konsonan yang sama yaitu konsonan k

pada kata kelewatan, kalo dan kaum. Perulangan konsonan k pada data (12)

merupakan gaya bahasa aliterasi. Penggunaan gaya bahasa aliterasi pada data

(12) dimaksudkan untuk memberikan kesan yang lebih menarik pada kalimat.

Makna gaya bahasa aliterasi pada data (12) yaitu kaum rebahan yang biasa

dikenal selalu bermalas-malasan dengan melakukan semua kegiatan di atas

tempat tidur rela turun ke jalan untuk mengikuti aksi demonstrasi penolakan

RUU KUHP dan Revisi UU KPK karena isi pada peraturan tersebut sangat

tidak masuk akal dan apabila disahkan maka rakyat akan sangat dirugikan.

Data-data berikut juga menggunakan gaya bahasa aliterasi. Perhatikan

data (13) hingga data (15) berikut.

Data 13

41
Bunyi gaya bahasa pada data (13) ialah sebagai berikut.

JIKA MELAWAN, BANTEN BISA MEMBUNUH TANPA


MENYENTUH

Data (13) digolongkan gaya bahasa aliterasi karena terdapat

perulangan konsonan yang sama yaitu konsonan m pada kata melawan,

membunuh, dan menyentuh. Penggunaan gaya bahasa aliterasi dimaksudkan

untuk memberikan kesan yang indah pada kalimat. Makna gaya bahasa

aliterasi pada data (13) yaitu Banten dikenal dengan penduduknya yang sakti.

Maksudnya yaitu apabila pemerintah melakukan perlawanan, penduduk Banten

yang sakti dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan perlawanan

balik.

Data 14

Bunyi gaya bahasa pada data (14) ialah sebagai berikut.

KELAS FORMALITAS AKSI PRIORITAS

Kalimat pada data (14) dikatakan gaya bahasa aliterasi karena terdapat

perulangan konsonan yang sama yaitu konsonan s pada akhir kata kelas,

formalitas, dan prioritas. Kata formalitas memiliki makna bentuk tata cara yang

berlaku dan kata prioritas memiliki makna yang paling diutamakan.

Penggunaan gaya bahasa aliterasi pada data (14) memberikan kesan yang indah

pada kalimat. Makna gaya bahasa aliterasi dari data (14) yaitu mahasiswa lebih

mengutamakan ikut aksi demonstrasi daripada mengikuti kegiatan perkuliahan.

42
Tugas utama mahasiswa ialah mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas

akan tetapi mahasiswa mengesampingkan hal tersebut demi ikut aksi

demonstrasi untuk membela negara.

Data 15

Bunyi gaya bahasa pada data (15) ialah sebagai berikut.

KERJANYA TIDUR TIBA-TIBA NGAWUR

Kalimat pada data (15) dikatakan gaya bahasa aliterasi karena terdapat

perulangan konsonan yang sama yaitu konsonan r pada kata TIDUR dan

NGAWUR. Penggunaan gaya bahasa aliterasi pada data (15) berfungsi untuk

membuat kalimat pada poster semakin menarik. Makna gaya bahasa aiterasi

pada data (15) yaitu sindiran untuk anggota DPR yang selalu terlihat tidur saat

melakukan rapat, tiba-tiba membuat peraturan yang isinya kurang tepat untuk

diterapkan.

4.5 Gaya Bahasa Asonansi

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa asonansi. Berikut data yang menggunakan gaya

bahasa asonansi.

Data 16

43
Bunyi gaya bahasa pada data (16) ialah sebagai berikut.

DEMI INDONESIA AKU RELA SKINKERKU SIA-SIA

Kalimat yang ada pada data (16) dinamakan gaya bahasa asonansi.

Dikatakan gaya bahasa asonansi karena terdapat perulangan bunyi vokal yang

sama, vokal a pada setiap akhiran kata yaitu pada kata Indonesia, rela dan sia-

sia. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada data (16) dimaksudkan agar

kalimat terkesan indah di mata pembaca. Makna gaya bahasa asonansi pada

data (16) ialah demi membela negara Indonesia, demonstran rela perawatan

pada wajahnya sia-sia karena terkena polusi dan terpapar sinar matahari, hal itu

dilakukan agar kondisi negara Indonesia kembali membaik.

Poster yang menggunakan gaya bahasa asonansi juga terdapat pada

data-data berikut.

Data 17

Bunyi gaya bahasa pada data (17) ialah sebagai berikut.

SUDAH DIPERKOSA, DIBUI PULA, APA KATA DUNIA?

44
Kalimat pada data (17) dinamakan gaya bahasa asonansi karena

terdapat perulangan bunyi vokal yang sama yaitu vokal a pada kata diperkosa,

pula, dan dunia. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada data (17) memberi

keindahan pada kalimat dan terkesan lebih menarik di mata pembaca. Makna

gaya bahasa asonansi pada data (17) yaitu sindiran kepada pemerintah bahwa

korban dari pelecehan seksual yang seharusnya dilindungi dan disembuhkan

dari trauma dengan adanya Rancangan Undang-undang KUHP yang baru,

malah akan dikenakan denda dan dimasukan ke dalam penjara karena korban

dianggap tidak mampu menjaga dirinya sendiri dan korban juga dianggap

sebagai penyebab terjadinya pemerkosaan.

Data 18

Bunyi gaya bahasa pada data (18) ialah sebagai berikut.

PATAH HATI TETAP AKSI

Kalimat pada data (18) dikatakan gaya bahasa asonansi karena

terdapat perulangan bunyi vokal yang sama yaitu vokal i pada kata hati dan

aksi. Penggunaan gaya bahasa asonansi pada perulangan bunyi vokal i

dimaksudkan untuk memberikan kesan keindahan pada kalimat. Makna gaya

bahasa asonansi pada data (18) yaitu meskipun sedang patah hati, tetap ikut

45
aksi demonstrasi demi Negara Indonesia yang lebih baik ke depannya. Gaya

bahasa asonansi vokal i juga ditemukan pada data (19) berikut.

Data 19

Bunyi gaya bahasa pada data (19) ialah sebagai berikut.

AROGANSI MENCEMARI REFORMASI!!

Gaya bahasa asonansi vokal i pada data (19) terdapat pada kata

arogansi, mencemari, dan reformasi. Kata arogansi memiliki makna

kesombongan atau keangkuhan, kata mencemari memiliki makna mengotori

dan kata reformasi mempunyai makna perubahan untuk perbaikan dalam suatu

negara. Makna gaya bahasa asonansi pada data (19) yaitu pemimpin yang

arogan atau angkuh hanya akan merusak reformasi.

4.6 Gaya Bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris. Berikut data

bergaya bahasa erotesis yang diperoleh.

Data 20

46
Bunyi gaya bahasa pada data (20) ialah sebagai berikut.

PEMERINTAH KENAPA? SINI CERITA SAMA KAMI!

Kalimat dengan data (20) merupakan gaya bahasa erotesis atau

pertanyaan retoris. Dikatakan gaya bahasa erotesis karena terdapat pernyataan

berupa pertanyaan yang tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Pertanyaan

tersebut yaitu pemerintah kenapa? Penggunaan kata tanya pada data (20)

dimaksudkan untuk menyindir para wakil rakyat yang kerjanya tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh rakyatnya. Makna gaya bahasa erotesis pada

data (20) yaitu rakyat menyadari adanya sebuah kecurangan yang terjadi di

dalam kepemerintahan, rakyat berharap pemerintah menyadari dan

memperbaiki perbuatan menyimpang tersebut

Gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris juga ditemukan pada data

(21) berikut.

Data 21

Bunyi gaya bahasa pada data (21) ialah sebagai berikut.

ITU UU, APA TUGAS KULIAH? DIKERJAINNYA DEADLINE!

47
Kalimat pada data (21) menunjukan adanya gaya bahasa erotesis

karena terdapat pertanyaan yang tidak menghendaki adanya sebuah jawaban.

Pertanyaan tersebut yaitu itu UU, apa tugas kuliah? Penggunaan kata tanya

pada data (21) dimaksudkan untuk menyindir pemerintah agar ada perbaikan di

dalam isi undang-undang. Makna gaya bahasa erotesis pada data (21) yaitu

undang-undang bukanlah tugas kuliah yang harus dikerjakan dengan tergesa-

gesa. Undang-undang merupakan sebuah aturan yang akan dijalankan oleh

seluruh warga negara Indonesia, oleh sebab itu, dalam membuat undang-

undang tidak boleh tergesa-gesa.

4.7 Gaya Bahasa Metafora

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa metafora. Berikut data yang menggunakan gaya

bahasa metafora.

Data 22

Bunyi gaya bahasa pada data (22) ialah sebagai berikut.

HEWAN TERNAK MASUK RUMAH TETANGGA DIDENDA,


TIKUS BOBOL ANGGARAN NEGARA DIBIARKAN

Kalimat pada data (22) digolongkan ke dalam gaya bahasa metafora.

Dikatakan gaya bahasa metafora karena terdapat pernyataan yang

membandingkan dua hal secara langsung. Pernyataan tersebut yaitu hewan

48
ternak didenda dan tikus dibiarkan. Maksud dari hewan ternak didenda

ialah seseorang yang memiliki hewan ternak dan membiarkan hewan ternaknya

tersebut makan di lahan tetangga akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar

10 juta rupiah. Maksud dari tikus dibiarkan ialah tikus merupakan seekor

hewan yang merugikan dan di Indonesia tikus dimaknai sebagai pelaku yang

mencuri uang negara atau yang biasa disebut koruptor. Tindak korupsi di

Indonesia merupakan hal biasa yang sering dilakukan sehingga pelakunya

dianggap melakukan kejahatan yang wajar dan hukuman untuk para koruptor

di Indonesia masih sangat ringan. Makna gaya bahasa metafora pada data (22)

yaitu sindiran untuk pemerintah atas ketidakadilan isi RKUHP. Pada RKUHP

pasal 278 menyebutkan bahwa orang yang membiarkan hewan ternaknya

berjalan di kebun atau tanah milik tetangga, akan dikenakan denda sebesar Rp

10 juta sedangkan koruptor yang mencuri uang negara malah mendapatkan

keringanan hukuman.

4.8 Gaya Bahasa Persamaan atau Simile

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa simile. Berikut data bergaya bahasa simile yang

ditemukan.

Data 23

Bunyi gaya bahasa pada data (23) ialah sebagai berikut.

49
Perasaanku pada “DPR” seperti “nuhu nahi nuhu nahi nunya” hyarghhh!

Kalimat yang bernomor data (23) dinamakan gaya bahasa simile.

Dikatakan gaya bahasa simile karena terdapat kata perbandingan yang bersifat

eksplisit yaitu kata seperti. Lirik lagu yang disebutkan pada data (23)

merupakan cuplikan dari lagu berjudul Kasih Sayang Kepada Orang Tuayang

dinyanyikan oleh Mawang. Lirik lagu tersebut terkesan absurd, akan tetapi ada

makna yang sangat mendalam dibaliknya yaitu bahwa kasih sayang kepada

orang tua tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Gaya bahasa simile pada

kata seperti menjelaskan bahwa perasaan yang dimiliki oleh penulis untuk

DPR semacam lirik lagu “nuhu nahi nuhu nahi nunya hyarghh” yang berarti

absurd atau tidak masuk akal.

4.9 Gaya Bahasa Fabel

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa fabel. Berikut data bergaya bahasa fabel yang

ditemukan.

Data 24

Bunyi gaya bahasa pada data (24) ialah sebagai berikut.

KEPADA SELURUH UMAT AYAM DILARANG MAKAN DI


KEBUN ORANG !!!

50
Kalimat pada data (24) dinamakan gaya bahasa fabel. Disebut gaya

bahasa fabel karena terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa hewan

diperlakukan sama seperti manusia yaitu pada frasa umat ayam. Umat

merupakan sebuah ungkapan untuk manusia yang bermakna makhluk. Makna

gaya bahasa fabel pada kalimat yang berdata (24) yaitu himbauan kepada

semua pemilik ayam untuk tidak membiarkan hewan ternaknya makan di

kebun orang lain.

Gaya bahasa fabel mengenai ayam juga ditemukan pada data (25).

Perhatikan data (25) berikut.

Data 25

Bunyi gaya bahasa pada data (25) ialah sebagai berikut.

REMBO SALAH APA? AYAMKU DI BUI RKUHP PASAL 278

Kalimat pada data (25) dikatakan gaya bahasa fabel karena terdapat

pernyataan yang menyatakan bahwa seekor hewan diperlakukan seperti

manusia. Pernyataan tersebut yaitu Ayamku di bui. Bui merupakan sebuah

tempat untuk menghukum orang-orang yang telah melakukan pelanggaran

berat. Makna gaya bahasa fabel pada data (25) yaitu hewan ternak salah

satunya adalah ayam yang disebutkan pada RKUHP pasal 278 bahwa orang

51
atau pemilik ternak yang membiarkan hewan ternaknya makan atau berjalan di

kebun tetangga akan dipidana.

4.10 Gaya Bahasa Personifikasi

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa personifikasi. Berikut data bergaya bahasa

personifikasi yang ditemukan.

Data 26

Bunyi gaya bahasa pada data (26) ialah sebagai berikut.

Ku Kira Hati Saja yang Lemah Ternyata KPK Juga

Kalimat pada data (26) dinamakan gaya personifikasi. Dikatakan gaya

bahasa personifikasi karena terdapat kata kiasan yang menggambarkan benda

mati seolah-olah memiliki sifat kemanusian yaitu pada kata hati, lemah dan

KPK. Penggunaan gaya bahasa personifikasi dimaksudkan untuk membuat

kata hati dan KPK seolah-olah memiliki sifat seperti manusia yaitu lemah. Hati

merupakan salah satu bagian dalam organ tubuh manusia dan KPK merupakan

sebuah lembaga milik negara. Kata lemah merupakan sifat yang dimiliki oleh

manusia yang mempunyai makna tidak kuat atau tidak bertenaga. Makna gaya

bahasa personifikasi pada data (26) yaitu bukan hanya hati saja yang bisa

lemah, akan tetapi KPK juga lemah. Gaya bahasa personifikasi yang

menyatakan KPK lemah juga ditemukan pada data (27) berikut.

52
Data 27

Bunyi gaya bahasa pada data (27) ialah sebagai berikut.

Aku kira yg lemah cuma hatiku, ternyata KPK juga

Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada data-data berikut.

Data 28

Bunyi gaya bahasa pada data (28) ialah sebagai berikut.

KETIKA KPK DIBUNUH, KAPAN INDONESIA SEMBUH?

Kalimat dengan data (28) dikategorikan sebagai gaya bahasa

personifikasi karena terdapat pernyataan yang menyebutkan benda mati seolah-

olah memiliki sifat kemanusiaan. Pernyataan tersebut yaitu KPK dibunuh dan

Indonesia sembuh. Kata bunuh pada frasa KPK dibunuh memiliki makna

menghabisi nyawa seseorang dengan sengaja sedangkan KPK merupakan

sebuah lembaga negara yang tidak bernyawa. Kata sembuh pada frasa

Indonesia sembuh memiliki makna orang yang telah pulih dari rasa sakit

sedangkan Indonesia merupakan nama sebuah negara. Makna gaya bahasa

personifikasi pada data (28) yaitu korupsi merupakan penyakit menaun yang

53
diderita negara Indonesia, ketika peraturan KPK dilemahkan, maka yang

dikhawatirkan adalah Indonesia tidak akan terbebas dari tindak pidana korupsi.

Data 29

Bunyi gaya bahasa pada data (29) ialah sebagai berikut.

CUKUP MANTAN YANG BERKHIANAT DPR JANGAN

Kalimat pada data (29) tergolong gaya bahasa personifikasi karena

terdapat pernyataan yang menyebutkan benda mati seolah-olah bersikap

layaknya seperti manusia. Pernyataan tersebut yaitu berkhianat dan DPR.

Kata berkhianat merupakan salah satu sikap manusia yang memiliki makna

berbuat hal yang bertentangan dengan janji yang telah diucapkan sedangkan

kata DPR merupakan sebuah lembaga yang dimiliki oleh negara. Makna gaya

bahasa personifikasi pada data (29) yaitu sindiran kepada anggota DPR agar

tidak mengkhianati rakyat.

Data 30

Bunyi gaya bahasa pada data (30) ialah sebagai berikut.

PERINGATAN ASAP INI MENGHALANGI KETAMPANANKU

54
Kalimat pada data (30) digolongkan ke dalam gaya bahasa

personifikasi karena terdapat kata yang menyebutkan adanya benda mati yang

memiliki sifat seperti manusia yaitu pada kata asap dan menghalangi. Kata

asap merupakan uap yang dihasilkan dari sisa pembakaran sedangkan kata

menghalangi memiliki makna membuat jalan tidak bisa dilalui. Makna gaya

bahasa personifikasi pada data (30) yaitu sindiran yang ditujukan kepada

pemerintah agar segera menangani kebakaran hutan yang terjadi di sebagian

Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Data 31

Bunyi gaya bahasa pada data (31) ialah sebagai berikut.

KU KIRA DOI AJA YANG CUEK, TERNYATA DPR JUGA

Kalimat pada data (31) dikatakan gaya bahasa personifikasi karena

terdapat kata yang menyatakan benda mati seolah-olah bersifat layaknya

seperti manusia. Kata tersebut yaitu cuek dan DPR. Kata cuek merupakan

sikap acuh yang dimiliki manusia sedangkan DPR merupakan sebuah lembaga

negara. Makna gaya bahasa personifikasi pada data (31) yaitu sindiran untuk

anggota DPR agar lebih memperhatikan rakyatnya.

Data 32

55
Bunyi gaya bahasa pada data (32) ialah sebagai berikut.

DPR UDAH PALING BENER TIDUR; MALAH DISURUH KERJA

Kalimat pada data (32) dikatakan gaya bahasa personifikasi karena

terdapat pernyataan berupa benda mati yang dinyatakan seolah-olah memiliki

tingkah laku seperti manusia yaitu pada kata DPR dan tidur. DPR merupakan

sebuah lembaga tinggi negara sedangkan tidur merupakan sebuah tindakan

untuk mengistirahatkan tubuh. Makna gaya bahasa personifikasi pada data (32)

yaitu bentuk kekecewaan terhadap anggota DPR atas kinerja yang telah

dilakukan.

Data 33

Bunyi gaya bahasa pada data (33) ialah sebagai berikut.

ENTAH APA YANG MERASUKIMU DPR

Kalimat pada data (33) dinamakan gaya bahasa personifikasi karena

mengandung kata yang menyatakan benda mati seolah-olah hidup yaitu kata

merasukimu DPR. Kata merasuk memiliki makna roh jahat yang memasuki

tubuh manusia dan DPR merupakan sebuah lembaga tinggi milik negara.

56
Makna gaya bahasa personifikasi pada data (33) yaitu sindiran untuk anggota

DPR dengan adanya RUU KUHP dan Revisi UU KPK yang baru mengenai

isinya yang kurang tepat. Gaya bahasa personifikasi yang dinyatakan pada data

(33) juga ditemukan pada data (34) berikut.

Data 34

Bunyi gaya bahasa pada data (34) ialah sebagai berikut.

DPR! ENTAH APA YG MERASUKIMU

Gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa dengan data paling

banyak dibanding dengan gaya bahasa yang lain. Terdapat 9 data pada gaya

bahasa personifikasi. Poster yang digunakan demonstran untuk menyampaikan

kritik dan saran banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi karena

penggunaan gaya bahasa personifikasi dianggap mampu membuat kritik dan

saran dapat tersampaikan dengan baik. Kalimat yang digunakan untuk

mengkritik pun tidak terlalu menyakiti pihak yang dikritik. Hal itu juga yang

menjadi bukti bahwa mahasiswa masih memiliki rasa hormat terhadap wakil

rakyat dan menghargai wakil rakyat.

4.11 Gaya Bahasa Sinekdoke

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa sinekdoke totum pro parte dan sinekdoke pars pro

toto. Perhatikan data (35) dan data (36) berikut.

57
Data 35

Bunyi gaya bahasa pada data (35) ialah sebagai berikut.

Banyuwangi diam-diam aja itu karena tidak mensuport semua tau kan
Banyuwangi terkenal apanya? Jadi kalau tiba-tiba besok anggota DPR
muntah paku, itu support dari Banyuwangi sudah beraksi.

Kalimat pada data (35) dinamakan gaya bahasa sinekdoke berjenis

totum pro parte. Dikatakan gaya bahasa sinekdoke totum pro parte karena

terdapat kata kiasan yang mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan

sebagian yaitu kata Banyuwangi. Banyuwangi merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang sebagian penduduknya memiliki ilmu

santet. Makna gaya bahasa sinekdoke pada data (35) yaitu bentuk dukungan

dari penduduk Banyuwangi untuk melawan anggota DPR ialah menggunakan

kemampuan yang dimiliki yaitu ilmu santet.

Gaya bahasa sinekdoke juga terdapat pada data (36) tetapi berbeda

jenis dengan data (35) di atas. Perhatikan data (36) berikut.

Data 36

58
Bunyi gaya bahasa pada data (36) ialah sebagai berikut.

Selangkanganku bukan milik NEGARA

Kalimat pada data (36) tergolong gaya bahasa sinekdoke dengan jenis

pars pro toto karena terdapat kata kiasan yang mempergunakan sebagian untuk

menyatakan keseluruhan yaitu kata selangkanganku. Selangkangan

merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia. Ketika peraturan mengenai

RKUHP dijalankan, bukan hanya bagian selangkangan saja yang akan

mendapat hukuman apabila terbukti melakukan perzinahan, akan tetapi seluruh

bagian tubuh dari orang yang melanggar peraturan tersebut akan dihukum.

Makna gaya bahasa sinekdoke pada data (36) yaitu sindiran untuk pemerintah

tentang peraturan mengenai larangan berhubungan badan di luar nikah. Bagi

pelaku yang ketahuan melakukan hubungan badan di luar nikah maka akan

dipidana.

4.12 Gaya Bahasa Ironi

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa ironi. Berikut data bergaya bahasa ironi yang

ditemukan.

Data 37

59
Bunyi gaya bahasa pada data (37) ialah sebagai berikut.

GELANDANGAN itu KEJAHATAN LUAR BIASA, KORUPSI


TIDAK

Kalimat pada data (37) merupakan gaya bahasa ironi. Dikatakan gaya

bahasa ironi karena terdapat pernyataan yang maknanya bertentangan dengan

makna sebenarnya yaitu gelandangan itu kejahatan dan korupsi tidak.

Makna gaya bahasa ironi pada data (37) yaitu sindiran yang ditujukan kepada

pemerintah agar hukum ditegakan dengan seadil-adilnya. Mengingat kondisi

Indonesia saat ini sangat mengerikan di mana tindak pidana korupsi dianggap

hal biasa sehingga pelakunya dibiarkan bebas sedangkan gelandangan

dianggap kejahatan sehingga pelakunya diberi hukuman yang memberatkan.

Gaya bahasa ironi juga terdapat pada data (38). Perhatikan data (38)

berikut.

Data 38

Bunyi gaya bahasa pada data (38) ialah sebagai berikut.

60
TERIMA KASIH DPR, SUDAH MEMELIHARA FAKIR MISKIN
& ANAK TERLANTAR. MEMELIHARA DI PENJARA

Kalimat pada data (38) dinamakan gaya bahasa ironi karena terdapat

pernyataan yang menyatakan sesuatu dengan makna yang bukan sebenarnya.

Bentuk pernyataan tersebut yaitu terima kasih DPR, memelihara fakir

miskin & anak terlantar, dan di penjara. Makna gaya bahasa ironi pada data

(38) yaitu sindiran untuk anggota DPR karena telah membuat peraturan yang

isi aturannya apabila diterapkan malah akan menyengsarakan fakir miskin dan

anak terlantar.

4.13 Gaya Bahasa Sinisme

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK terdapat gaya bahasa sinisme. Berikut data bergaya bahasa sinisme yang

diperoleh.

Data 39

Bunyi gaya bahasa pada data (39) ialah sebagai berikut.

TIDAK PUNYA BAKAT APA-APA KECUALI BOHONGI


RAKYATNYA

Kalimat dengan data (39) dinamakan gaya bahasa sinisme. Dikatakan

gaya bahasa sinisme karena terdapat kata yang mengandung ejekan yaitu kata

bohongi. Kata bohong memiliki makna tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Kata bohongi dimaksudkan untuk mengejek pemerintah atas

61
kerjanya yang dianggap tidak becus. Makna gaya bahasa sinisme pada data

(39) yaitu ejekan untuk pemerintah yang dianggap tidak mempunyai bakat

apapun kecuali membohongi rakyatnya.

Gaya bahasa sinisme juga ditemukan pada data (40). Perhatikan data

(40) berikut.

Data 40

Bunyi gaya bahasa pada data (40) ialah sebagai berikut.

DEAR DPR, GAJI BOBOK SIANGMU MENDINGAN BUAT BELI


SKINCARE KU

Kalimat pada data (40) tergolong gaya bahasa sinisme karena terdapat

pernyataan yang mengandung ejekan yaitu gaji bobok siangmu. Kalimat gaji

bobok siangmu digunakan untuk mengejek anggota DPR yang ketika ada

rapat selalu terlihat tidur tetapi masih mendapat gaji.

4.14 Gaya Bahasa Sarkasme

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK terdapat gaya bahasa sarkasme. Berikut data yang menggunakan gaya

bahasa sarkasme.

Data 41

62
Bunyi gaya bahasa pada data (41) ialah sebagai berikut.

Jauh-jauh Dari Semarang Buat Ngajarin Orang TOLOL

Kalimat pada data (41) dinamakan gaya bahasa sarkasme. Dikatakan

gaya bahasa sarkasme karena terdapat kata yang mengandung celaan yaitu kata

tolol. Kata tolol memiliki makna sangat bodoh. Penggunaan gaya bahasa

sarkasme pada data (41) dimaksudkan untuk melakukan sindiran keras kepada

objek yang dituju, kata tolol ditujukan kepada pemerintah. Makna gaya bahasa

sarkasme pada data (41) ialah aksi demonstrasi yang terjadi pada 24 September

2019 yaitu bertempat di Senayan, Jakarta. Mahasiswa yang berasal dari

Semarang rela ke Senayan untuk mengikuti aksi demontrasi.

Gaya bahasa sarkasme juga ditemukan pada data-data berikut.

Data 42

Bunyi gaya bahasa pada data (42) ialah sebagai berikut.

YA ALLAH BERI AZAB DPR DONG!

Kalimat yang berdata (42) tergolong sebagai gaya bahasa sarkasme

karena terdapat kata yang mengandung celaan yaitu kata azab. Kata azab

memiliki makna siksaan. Penggunaan gaya bahasa sarkasme pada kata azab

dimaksudkan untuk mencela anggota DPR. Makna gaya bahasa sarkasme pada

63
data (42) yaitu doa dari masyarakat yang ditujukan kepada Tuhan agar

memberikan azab kepada anggota DPR.

Data 43

Bunyi gaya bahasa pada data (43) ialah sebagai berikut.

DPR MUNDUR DIKIT GOBLOKNYA KELEWATAN

Kalimat dengan data (43) dikategorikan ke dalam gaya bahasa

sarkasme karena terdapat kata celaan yaitu berupa kata goblok. Kata goblok

oleh penulis ditujukan untuk mencela anggota DPR. Kata goblok memiliki

makna sangat bodoh. Makna gaya bahasa sarkasme pada data (43) yaitu

ungkapan mencela yang ditujukan untuk anggota DPR karena sangat bodoh.

DPR dikatakan bodoh karena telah mengeluarkan peraturan RUU KUHP dan

Revisi UU KPK yang isi peraturannya sangat merugikan rakyat.

Data 44

Bunyi gaya bahasa pada data (44) ialah sebagai berikut.

KELEMAHAN KPK MENGALAHKAN LEMAH SYAHWAT


PACARKU

64
Kalimat yang berdata (44) dinamakan gaya bahasa sarkasme.

Dikatakan gaya bahasa sarkasme karena mengandung pernyataan yang

mencela yaitu berupa lemah syahwat. Kata lemah syahwat memiliki makna

disfungsi ereksi pada pria. Makna gaya bahasa sarkasme pada data (44) yaitu

Revisi UU KPK yang baru dikeluarkan oleh DPR, justru membuat peraturan

KPK semakin lemah.

Data 45

Bunyi gaya bahasa pada data (45) ialah sebagai berikut.

DPR BaNGeSAt

Kalimat yang berdata (45) dikatakan gaya bahasa karena mengandung

kata celaan yaitu berupa kata bangesat. Kata bangesat memiliki makna orang

yang memiliki tabiat atau perilaku buruk. Makna gaya bahasa sarkasme pada

data (45) yaitu sebuah bentuk ungkapan kejengkelan yang mengatakan bahwa

anggota DPR perilakunya sangat buruk.

4.15 Gaya Bahasa Satire

Pada poster aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU

KPK, terdapat gaya bahasa satire. Perhatikan data (46) berikut.

Data 46

65
Bunyi gaya bahasa pada data (46) ialah sebagai berikut.

KAU BAKAR IBU BUMI, KAU PUPUK DENGAN BETON &


SEMEN HINGGA LUPA GEDUNG TINGGI TIDAK
MENGHASILKAN Oksigen!

Kalimat pada data (46) dinamakan gaya bahasa satire. Dikatakan gaya

bahasa satire karena terdapat pernyataan sindiran yang mengandung kritik

yaitu bakar ibu bumi, pupuk dengan beton & semen, dan gedung tinggi

tidak menghasilkan oksigen. Tujuan gaya bahasa satire pada data (46)

dimaksudkan agar ada yang diperbaiki setelah kritikan itu disampaikan. Makna

gaya bahasa satire pada data (46) yaitu kritikan untuk pemerintah bahwa demi

mendapat keuntungan, pemerintah rela membakar hutan dan membangun

gedung-gedung tinggi, tanpa memikirkan dampak buruk yang akan

ditimbulkan.

66

Anda mungkin juga menyukai