Nomor 139/Pid.B/2019/PNBks
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Penasihat Hukum Neng Dewi, S.H., M.H., Harris, S.H., M.H., Advokat
pada Kantor Advokat Putri law firm&partners, yang beralamat di biru muda no 22,
Setiabudi, Jakarta Selatan , berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11 Maret
2019 ;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 139/Pid.B/2019/PN Bks
tanggal 05 Maret 2019 tentang Penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Ketua Majelis Hakim Nomor 139/Pid.B/2019/PN Bks tanggal 06
Maret 2019 tentang Penetapan Hari Sidang;
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 139/Pid.B/2019/PN.Bks
tanggal 10 Juni 2019 Penunjukan Majelis Hakim Baru;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
DAKWAAN :
Primair :
Kesatu :
Bahwa ia terdakwa HARRY ARIS SANDIGON alias HARRIS alias ARI, pada
hari Senin tanggal 12 November 2018 sekira pukul 23.45 Wib sampai dengan hari
Selasa tanggal 13 November 2018 sekira pukul 00.30 Wib, atau setidak-tidaknya
pada waktu lain dalam bulan Novembertahun 2018, bertempat di Jl.Bojong Nangka 2
Rt.02 Rw.07 Kel. Jati Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, atau setidak-tidaknya
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bekasi yang berwenang memeriksa dan
mengadili, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lainyaitu 4 orang korban bernama DAPERUM NAINGGOLAN, MAYA
BORU AMBARITA, SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN, yang dilakukan dengan cara-cara dan kejadiannya sebagai
berikut:
- Bahwa berawal pada hari Senin tanggal 12 November 2018 sekira pukul
14.00 Wib, terdakwa di chat WhatsApp oleh korban MAYA BORU AMBARITA
“Kamu datang sekarang, besok kita mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi”,
lalu dijawab oleh terdakwa “Yaudah kak saya ke sana”, kemudian sekira
pukul
21.00 WIB Sampai di rumah korban DAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA BORU
AMBARITA yang beralamat di Jl.Bojong Nangka 2 Rt.02 Rw.07 Kel. Jati
Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, selan jutnya terdakwa mengetuk
pintu rumah dan yang membukakan pintu adalah anaknya yaitu korban
SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN, kemudian terdakwa masuk ke dalam
rumah lalu mengobrol bersama korban DAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA
BORU AMBARITA di ruang keluarga sambil menonton televisi, kemudian
sekira pukul 23.30 Wib pada saat sedang mengobrol terdakwa mendengar
kata-kata yang tidak enak didengar yang diucapkan oleh korban DAPERUM
NAINGGOLAN yaitu “Nginap atau ngga kamu? kalau kamu nginap nanti gak
enak sama abang kita Doglas”, kemudian korban MAYA BORU AMBARITA
berkata kepada terdakwa ”terserah mau nginap atau ngga, soalnya ini bukan
rumah kita, kita cuma numpang di sini”, lalu korban DAPERUM NAINGGOLAN
berkata kepada korban MAYA BORU AMBARITA “udah tau kamu klo nginap
di sini abang saya gak suka”, kemudian korban DAPERUM NAINGGOLAN
berkata kepada terdakwa dengan bahasa Batak yang artinya “Kamu tidur di
belakang aja kayak sampah kamu!”, yang menjadikan terdakwa emosi serta
marah dan berpikir untuk menghabisi nyawa korban DAPERUM
NAINGGOLAN.
- Bahwa selanjutnya sekira pukul 23.45 Wib terdakwa pergi ke dapur dan
menemukan sebuah linggis yang berada di bawah wastafel lalu mengambil
linggis tersebut, kemu dian terdakwa melihat korban DAPERUM
NAINGGOLAN sedang dalam posisi tiduran sambil menonton televisi di ruang
keluarga sedangkan korban MAYA BORU AMBARITA sedang tidur
berlawanan arah di sebelahnya, kemudian secara sadar dan dalam keadaan
emosi terdakwa memukul kepala bagian atas korban DAPERUM
NAINGGOLAN dengan menggunakan linggis sebanyak 1 kali sehingga
menyebabkan korban DAPERUM NAINGGOLAN pingsan, setelah itu korban
MAYA BORU AMBARITA terbangun dari tidur lalu terdakwa memukul kepala
korban MAYA BORU AMBARITA menggunakan linggis sebanyak 1 kali,
namun dikaren akan korban MAYA BORU AMBARITA masih sadar kemudian
terdakwa memukul kembali kepala korban MAYA BORU AMBARITA
menggunakan linggis sebanyak 2 kali, setelah keduanya pingsan lalu
terdakwa memukul kembali korban DAPERUM NAINGGOLAN sebanyak 2
kali, setelah itu terdakwa menusuk leher korban DAPERUM NAINGGOLAN
menggunakan bagian linggis yang tajam sebanyak 3 kali sehingga
menyebabkan darah keluar sangat banyak, selanjutnya terdakwa juga
menusuk leher korban MAYA BORU AMBARITA dengan menggunakan
bagian linggis yang tajam seban yak 3 kali, kemudian setelah kedua korban
tersebut tidak bernyawa lalu terdakwamenutup wajah kedua korban yang
penuh darah dengan menggunakan bantal, selanjutnya kedua anak
korban yaitu korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan
YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN keluar dari
kamar tidurnya karena mendengar suara gaduh, kemudian terdakwa menyuruh
kedua anak tersebut untuk masuk kembali ke kamarnya namun korban SARAH
MARISA PUTRI NAINGGOLAN sempat bertanya kepada terdakwa “Mama
kenapa?” , lalu dijawab oleh terdakwa “Mama sedang sakit, kamu masuk
kamar saja”, setelah itu terdakwa duduk di sofa di ruang keluarga sambil
memikirkan perbuatan yang baru dilakukannya.
- Bahwa selanjutnya pada hari Selasa tanggal 13 November 2018 sekira pukul
00.30 Wib, terdakwa yang merasa takut perbuatannya telah diketahui oleh
korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN kemudian berpikir untuk menghabisi pula nyawa
keduanya, niat tersebut ditindaklanjuti oleh terdakwa dengan masuk ke kamar
tidur korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN untuk menyuruh keduanya tidur kembali, selanjutn ya
terdakwa terdiam di kamar dan beberapa saat kemudian terdakwa menutup
wajah korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN menggunakan sebuah
selimut warna pink yang ada di dalam kamar lalu mencekik leher korban
SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dengan menggunakan kedua tangan
sampai tidak berdaya dan sudah tidak bernapas lagi, setelah itu terdakwa
menghampiri dan menutup wajah korban YEHEZKIEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN menggunakan sebuah selimut warna pink lalu mencekik korban
YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN dengan menggunakan kedua
tangan sampai tidak bernapas lagi.
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
R/363/SK.B/XI/2018/IKFtanggal 03 Desember 2018 yang ditandatangani oleh
Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. SAID
SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam berkas perkara) telah
melakukan pemeriksaan jenazah DAPERUM NAINGGOLAN dan diperoleh
kesimpulan ditemukan luka terbuka pada leher, terpotongnya pembuluh nadi
leher, kerongkongan dan tenggorok akibat kekerasan tajam. Ditemukan pula
luka terbuka pada kepala, wajah, memar-memar pada wajah, luka-luka lecet
pada leher dan patah tulang mata kanan akibat kekerasan tumpul. Sebab
mati orang ini akibat kekerasan tajam pada leher yang memotong pembuluh
nadi utama leher sehingga menyebabkan pendarahan. Kekerasan tumpul
pada kepala memperburuk keadaan .
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 363
ayat (1) ke-3 KUHPidana.
Subsidair :
Kesatu :
Bahwa ia terdakwa HARRY ARIS SANDIGON alias HARRIS alias ARI, pada
hari Senin tanggal 12 November 2018 sekira pukul 23.45 Wib sampai dengan hari
Selasa tanggal 13 November 2018 sekira pukul 00.30 Wib, atau setidak-tidaknya
pada waktu lain dalam bulan Novembertahun 2018, bertempat di Jl.Bojong Nangka 2
Rt.02 Rw.07 Kel. Jati Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, atau setidak-tidaknya
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bekasi yang berwenang memeriksa dan
mengadili, dengan sengaja merampas nyawa orang lainyaitu 4 orang korban
bernama DAPERUM NAINGGOLAN, MAYA BORU AMBARITA, SARAH MARISA
PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN, yang
dilakukan dengan cara-cara dan kejadiannya sebagai berikut:
- Bahwa berawal pada hari Senin tanggal 12 November 2018 sekira pukul
14.00 Wib, terdakwa di chat WhatsApp oleh korban MAYA BORU AMBARITA
“Kamu datang sekarang, besok kita mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi”,
lalu dijawab oleh terdakwa “Yaudah kak saya ke sana”, kemudian sekira
pukul
21.00 Wib terdakwa sampai di rumah korban DAPERUM NAINGGOLAN
danmAYA BORU yang beralamat di Jl.Bojong Nangka 2 Rt.02 Rw.07 Kel. Jati
Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, selanjutnya terdakwa mengetuk pintu
rumah dan yang membukakan pintu adalah anaknya yaitu korban SARAH
MARISA PUTRI NAINGGOLAN, kemudian terdakwa masuk ke dalam rumah lalu
mengobrol bersama korban DAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA BORU
AMBARITA di ruang keluarga sambil menonton televisi, kemudian sekira pukul
23.30 Wib pada saat sedang mengobrol terdakwa mendengar kata-kata yang tidak
enak didengar yang diucapkan oleh korban DAPERUM NAINGGOLAN yaitu
“Nginap atau ngga kamu? kalau kamu nginap nanti gak enak sama abang kita
Doglas”, kemudian korban MAYA BORU AMBARITA berkata kepada terdakwa
”terserah mau nginap atau ngga, soalnya ini bukan rumah kita, kita cuma
numpang di sini”, lalu korban DAPERUM NAINGGOLAN berkata kepada korban
MAYA BORU AMBARITA “udah tau kamu klo nginap di sini abang saya gak suka”,
kemudian korban DAPERUM NAINGGOLAN berkata kepada terdakwa dengan
bahasa Batak yang artinya “Kamu tidur di belakang aja kayak sampah kamu!”,
yang menjadikan terdakwa emosi serta marah.
- Bahwa selanjutnya sekira pukul 23.45 Wib terdakwa pergi ke dapur dan
menemukan sebuah linggis yang berada di bawah wastafel lalu mengambil
linggis tersebut, kemudian terdakwa melihat korban DAPERUM
NAINGGOLAN sedang dalam posisi tiduran sambil menonton televisi di ruang
keluarga sedangkan korban MAYA BORU AMBARITA sedang tidur
berlawanan arah di sebelahnya, kemudian secara sadar dan dalam keadaan
emosi terdakwa memukul kepala bagian atas korban DAPERUM
NAINGGOLAN dengan menggunakan linggis sebanyak 1 kali sehingga
menyebabkan korban DAPERUM NAINGGOLAN pingsan, setelah itu korban
MAYA BORU AMBARITA terbangun dari tidur lalu terdakwa memukul kepala
korban MAYA BORU AMBARITA menggunakan linggis sebanyak 1 kali,
namun dikaren akan korban MAYA BORU AMBARITA masih sadar kemudian
terdakwa memukul kembali kepala korban MAYA BORU AMBARITA
menggunakan linggis sebanyak 2 kali, setelah keduanya pingsan lalu
terdakwa memukul kembali korban DAPERUM NAINGGOLAN sebanyak 2
kali, setelah itu terdakwa menusuk leher korban DAPERUM NAINGGOLAN
menggunakan bagian linggis yang tajam sebanyak 3 kali sehingga
menyebabkan darah keluar sangat banyak, selanjutnya terdakwa juga
menusuk leher korban MAYA BORU AMBARITA dengan menggunakan
bagian linggis yang tajam seban yak 3 kali, kemudian setelah kedua korban
tersebut tidak bernyawa lalu terdakwa menutup wajah kedua korban yang
penuh darah dengan menggunakan bantal, selanjutnya kedua anak
korban yaitu korban SARAH MARISA PUTRIEZKIEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN keluar dari kamar tidurnya karena mendengar suara
gaduh, kemudian terdakwa menyuruh kedua anak tersebut untuk
masuk kembali ke kamarnya namun korban SARAH MARISA PUTRI
NAINGGOLAN sempat bertanya kepada terdakwa “Mama kenapa?” ,
lalu dijawab oleh terdakwa “Mama sedang sakit, kamu masuk kamar
saja”, setelah itu terdakwa duduk di sofa di ruang keluarga sambil
memikirkan perbuatan yang baru dilakukannya.
- Bahwa selanjutnya pada hari Selasa tanggal 13 November 2018 sekira pukul
00.30 Wib, terdakwa masuk ke kamar tidur korban SARAH MARISA PUTRI
NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN untuk
menyuruh keduanya tidur kembali, selanjutnya terdakwa menutup wajah
korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN menggunakan sebuah selimu
t warna pink yang ada di dalam kamar lalu mencekik leher korban SARAH
MARISA PUTRI NAINGGOLAN dengan menggunakan kedua tangan sampai
tidak berdaya dan sudah tidak bernapas lagi, setelah itu terdakwa
menghampiri dan menutup wajah korban YEHEZKIEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN menggunakan sebuah selimut warna pink lalu mencekik
korban YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN dengan menggunakan
kedua tangan sampai tidak bernapas lagi.
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
R/363/SK.B/XI/2018/IKFtanggal 03 Desember 2018 yang ditandatangani oleh
Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. SAID
SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam berkas perkara) telah
melakukan pemeriksaan jenazah DAPERUM NAINGGOLAN dan diperoleh
kesimpulan ditemukan luka terbuka pada leher, terpotongnya pembuluh nadi
leher, kerongkongan dan tenggorok akibat kekerasan tajam. Ditemukan pula
luka terbuka pada kepala, wajah, memar-memar pada wajah, luka-luka lecet
pada leher dan patah tulang mata kanan akibat kekerasan tumpul. Sebab
mati orang ini akibat kekerasan tajam pada leher yang memotong pembuluh
nadi utama leher sehingga menyebabkan pendarahan. Kekerasan tumpul
pada kepala memperburuk keadaan .
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
R/365/SK.B/XI/2018/IKFtanggal 19 November 2018 yang ditandatangani oleh
Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. SAID
SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam berkas perkara)telah
melakukan pemeriksaan jenazah MAYA SOFYA AMBARITA dan diperoleh
kesimpulan ditemukan luka terbuka pada wajah, kepala dan patah tulang
tengkorak akibat kekerasan tumpul. Ditemukan luka terbuka pada leher,
terpotongnya pembuluh nadi utama leher, kerongkongan, batang
tenggorokAkibat kekerasan tajam. Sebab kematian orang ini akibat
kekerasan tajam pada leher yang memotong pembuluh nadi utama
leher sehingga menyebabkan pendarahan, kekerasan tumpul di
kepala yang merusak jaringan otak memperburuk keadaan .
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
R/365/SK.B/XI/2018/IKFtanggal 19 November 2018 yang ditandatangani oleh
Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. SAID
SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam berkas perkara) telah
melakukan pemeriksaan jenazah SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan
diperoleh kesimpulan ditemukan luka lecet pada leher dan luka memar pada
leher, serta kepala, resapan darah pada kulit leher dan kepala, dan patahnya
tulang lidah akibat kekerasan tumpul. Tampak tanda-tanda perbendungan.
Sebab mati adalah akibat kekerasan tumpul pada leher yang menutup jalan
nafas sehingga menyebabkan mati lemas.
- Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor:
R/366/SK.B/XI/2018/IKFtanggal 03 Desember 2018 yang ditandatangani oleh
Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. SAID
SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam berkas perkara) telah
melakukan pemeriksaan jenazah YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN
dan diperoleh kesimpulan ditemukan luka lecet pada leher dan cuping
hidung, resapan darah pada leher, bintik pendarahan pada kulit kepala
bagian dalam akibat kekerasan tumpul. Sebab mati akibat kekerasan tumpul
pada leher dan mulut yang menutup saluran napas sehingga menyebabkan
mati lemas. Perkiraan kematian empat sampai delapan jam setelah makan
terakhir. Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam
Pasal338 KUHPidana.
Dan
Kedua :
Bahwa ia terdakwa HARRY ARIS SANDIGON alias HARRIS alias ARI, pada
hari Selasa tanggal 13 November 2018 sekira pukul 03.00 Wib, atau setidak-tidaknya
pada waktu lain dalam bulan Novembertahun 2018, bertempat di Jl.Bojong Nangka 2
Rt.02 Rw.07 Kel. Jati Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, atau setidak-tidaknya
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bekasi yang berwenang memeriksa dan
mengadili, mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau
tidakDikehendak oleh yang berhak, yang dilakukan dengan cara-cara dan
kejadiannya sebagai berikut:
- Bahwa berawal pada hari Senin tanggal 12 November 2018 sekira pukul
14.00 Wib, terdakwa di chat WhatsApp oleh korban MAYA BORU AMBARITA
“Kamu datang sekarang, besok kita mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi”,
lalu dijawab oleh terdakwa “Yaudah kak saya ke sana”, kemudian sekira
pukul
21.00 Wib terdakwa sampai di rumah korban DAPERUM NAINGGOLAN dan
MAYA BORU AMBARITA yang beralamat di Jl.Bojong Nangka 2 Rt.02 Rw.07
Kel. Jati Rahayu Kec. Pondok Melati Kota Bekasi, selanjutnya terdakwa
mengetuk pintu rumah dan yang membukakan pintu adalah anaknya yaitu
korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN, kemudian terdakwa masuk ke
dalam rumah lalu mengobrol bersama korban DAPERUM NAINGGOLAN dan
MAYA BORU AMBARITA di ruang keluarga sambil menonton televisi,
kemudian sekira pukul 23.30 Wib pada saat sedang mengobrol terdakwa
mendengar kata-kata yang tidak enak didengar yang diucapkan oleh korban
DAPERUM NAINGGOLAN yaitu “Nginap atau ngga kamu? kalau kamu
nginap nanti gak enak sama abang kita Doglas”, kemudian korban MAYA
BORU AMBARITA berkata kepada terdakwa ”terserah mau nginap atau ngga,
soalnya ini bukan rumah kita, kita cuma numpang di sini”, lalu korban
DAPERUM NAINGGOLAN berkata kepada korban MAYA BORU AMBARITA
“udah tau kamu klo nginap di sini abang saya gak suka”, kemudian korban
DAPERUM NAINGGOLAN berkata kepada terdakwa dengan bahasa Batak
yang artinya “Kamu tidur di belakang aja kayak sampah kamu!”.
- Bahwa setelah terdakwa selesai melakukan perbuatannya seperti diuraikan
dalam dakwaan kesatu, selanjutnya terdakwa memutuskan untuk keluar dari
kamar korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL
ARYA
PASKAH NAINGGOLAN kemudian terdakwa duduk kembali di sofa ruang
keluarga sambil merenungkan perbuatan yang telah terdakwa lakukan sel
ama kurang lebih 1 jam, kemudian terdakwa menuju ke kamar tidur korban
DAPERUM NAINGGOLAN untuk mengambil uang dari laci lemari milik
korban DAPERUM NAINGGOLAN sebanyak Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah)
serta 4 (empat) buah handphone milik korban DAPERUM NAINGGOLAN
yaitu 1 (satu) unit handphone Samsung Note N7100 warna hitam, 1 (satu)
unit handphone merk Samsung Core 2 warna hitam, 1 (satu) unit handphone
Samsung A6 warna hitam dan 1 (unit) handphone Samsung yang tidak
diketahui jenisnya, kemudian terdakwa juga melihat ada kunci mobil korban
DAPERUM NAINGGOLAN yang diletakan di dalam laci lemari tersebut,
setelah itu terdakwa ambil kunci mobil Nissan X-trail warna silver No.Pol : B
1075 UOG milik korban kemudian terdakwa memasukkan semua barang-
Barang milik korban DAPERUM NAINGGOLAN ke dalam tas selempang
warna biru dongker milik terdakwa, kemudian pada hari Selasa tanggal 13
November 2018 sekira pukul 03.00 Wib, terdakwakeluar rumah korban dengan
membawa linggis beserta barang-barang milik korban DAPERUM
NAINGGOLAN yaitu uang tunai Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) serta 4
(empat) buah handphone dan kunci mobil Nissan X-trail warna silver No.Pol :
B 1075 UOG melalui pintu samping, kemudian terdakwa menuju ke mobil
Nissan X-trail warna silver No.Pol : B 1075 UOG milik korban DAPERUM
NAINGGOLAN yang berada di parkiran kontrakan milik saksi DOGLAS
NAINGGOLAN, setelah itu terdakwa membuka pintu mobil bagian kiri
belakang penumpang lalu meletakkan linggis dan tas selempang warna biru
dongker di jok bagian tengah mobil, kemudian terdakwa membuka pagar
kontrakan selanjutnya kembali ke mobil dan menjalankan mobil Nissan X-trail
warna silver No.Pol : B 1075 UOG keluar kontrakan untuk melari kan diri.
Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam
Pasal363 ayat (1) ke-3 KUHPidana.
- Bahwa trdakwa sehari-hari baik, tidak pernah berkelahi dan tidak pernah
minum minuman keras;
- Bahwa saksi sering bertemu dan mengobrol dengan Terdakwa;
- Bahwa saksi sering bertemu dengan Terdakwa karena rumah saksi
bersebelahan dengan bengkel tempat kerja Terdakwa;
Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat keterangan
saksi benar;
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Sdr. Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Serta Sidang Yang Terhormat.
berupa alat benda tumpul yang disebut “linggis” yang merupakan alat yang
langsung dipakai untuk melakukan pembunuhan dalam perkara aquo, tidak pernah
dapat dibuktikan Penuntut Umum dalam persidangan.
Karenanya, tuntutan Penuntut Umum yang mengajukan pidana mati terh adap
Terdakwa berdasarkan pembuktian yang lemah di persidangan sangatlah berlebihan,
dan sebenarnya sangat bertentangan dengan konstitusi Negara kita yang tertuan g
dalam Pasal 28 huruf A UUD 1945 menyatakan: “setiap warga negara memiliki hak
untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Hak untuk hidup yang digariskan dalam Pasal 28 A dinyatakan sebagai
bagian dari hak mutlak setiap orang dan termasuk dalam kategori non-
derogable rights yaitu hak yang tidak dapat dikurangi dalam kondisi apapun
seperti yang dirumuskan dalam Pasal 28 I ayat (1) “Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.” Dengan pencantuman hak hidup dalam
UUD 1945, maka hak hidup sebagai hak absolut dan mutlak (non-derogable rights)
menjadi hak konstitusional karena statusnya yang lebih tinggi dalam hierarki norma
hukum. Implikasi hukum lebih lanjut dari konstitusionalitas hak hidup, maka segala
kebijakan dan tindakan pemerintahan harus tunduk kepada ketentuan mengenai h ak
hidup. Pada saat yang bersamaan, tidak boleh ada lagi kebijakan yang tertuang
dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan perundang-undangan lainnya
bertentangan dengan ketentuan hak hidup sebagai hak konsti tusional.
Sejalan dengan hal tersebut, produk hukum pertama mengenai jaminan hak
hidup sebagai bagian dari hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
diatur dalam Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
menyatakan: “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.”
Namun, walaupun dalam Konstitusi maupun Undang-Undang Hak Asasi
Manusia telah ditegaskan “Hak untuk Hidup tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun dan oleh siapapun”, beberapa ketentuan perundangan di Indonesia masih
menerapkan hukuman pidana mati, salah satunya KUHPidana. Pemberlakuan
hukuman pidana mati didalam KUHPidana sebenarnya hanyalah warisan dari
Belanda karena KUHPidana adalah berasal dari Wetboek van Strafrecht voor
Inlanders (Indonesiers) diundangkan pada 1915 dan mulai berlaku pada 1 Januari
1918. Setelah kemerdekaan, melalui UU No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum
mah
menimbulkan sakit yang luar biasa (apalagi ketika tidak segera mati). Membuat orang
menunggu bertahun-tahun lamanya untuk menantikan kepastian kematiannya
menimbulkan siksaan batin yang luar biasa.
Sebagai negara yang memegang teguh prinsip Ketuhanan yang Maha Esa, apakah
Republi
manusia berhak mengambil nyawa orang lain secara kejam? Apakah manusia yang
menentukan besar kecilnya dosa seseorang? Apakah ada manusia yang tidak
pernah membuat kesalahan?
k
Tuhan maha besar dan maha mengampuni, bukankah itu yang dibisikan orang tua
kita sejak kita di dalam kandungan? Cukup seseorang dipenjara hingga seumur
hidup bila ia bersalah. Tolak hukuman mati!”
on
Ahli hukum acara pidana Profesor Andi Hamzah dalam seminar “Menyelisik
Agun
Keadilan yang Rentan: Hukuman Mati dan Penerapan Fair Trial di Indonesia” yang
Ind
digelar ICJR di Jakarta Pusat pada tanggal 16 Januari 2019,menjelaskan penerapan
hukuman mati di Indonesia sebenarnya hanya layak diberlakukan pada perkara
g
tindak pidana kejahatan luar biasa. "Misalnya, terorisme [adalah kejahatan luar biasa]
yang bisa dilakukan hukuman mati.”
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) periode 2012
- 2017, Roichatul Aswidah dalam seminar 'Hukuman Mati di Negara Demokrasi',
di Kampus Unika Atma Jaya, Jakarta, pada tanggal 17 Mei 2016, mengatakan :
Hukuman mati itu inkonstitusional. Menurut konstitusi, hak hidup
merupakan salah satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”
1. KETERANGAN SAKSI.
Dalam persidangan , Penuntut Umum telah mengajukan 5 (lima) orang saksi
yaitu : Saksi HILARIUS BRUNO SUMANCE, Saksi MANGARATUA SIDABUTAR,
Saksi DOGALAS NAINGGOLAN, Saksi IPTU ROY ROLANDO ANDAREK, s.TrK.,
Saksi AKP MUGIA YARRY JUNANDA, S.I.K., dan 1 (satu) keterangan saksi
dibacakan yaitu : Saksi JAMAL SEPTIANDA, sedangkan dari Penasehat Hukum telah
mengajukan Saksi meringankan yaitu : Saksi RENOL SAPUTRA DAMANIK dan
Saksi BISGEL SITUMORANG.
Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta keterangan saksi dan
keterangan Terdakwa telah dicatat dengan lengkap dan seksama oleh Sdr. Panitera
Pengganti, maka kami beranggapan tidak perlu kami ketengahkan kembali secara
terperinci dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang kami ajukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari pengulangan yan g tidak efektif kecuali untuk
penegasan, maka kami mohon agar berita acara persidangan mengenai keterangan
saksi-saksi yang telah dicatat oleh Panitera Pengganti dapat dianggap menjadi
bagian dari nota pembelaan/pledoi ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dan untuk penegasannya, maka kami dapat uraikan kesimpulan fakta-
fakta yang terungkap dari keterangan saksi-saksi tersebut sebagai berikut :
- Dari 5 (lima) orang saksi yang diajukan Penuntut Umum dipersidangan, hanya
3 (tiga) orang yang menjadi saksi fakta, yaitu : Saksi HILARIUS BRUNO
SUMANCE, Saksi MANGARATUA SIDABUTAR, Saksi DOGALAS
NAINGGOLAN, sedangkan 2 (dua) saksi lainnya adalah saksi verbalisan yan g
bertugas menangkap Terdakwa yaitu Saksi IPTU ROY ROLANDO ANDAREK,
s.TrK., dan Saksi AKP MUGIA YARRY JUNANDA, S.I.K.
- Dari keterangan 3 (tiga) orang saksi fakta tersebut terungkap fakta bahwa
tidak ada satu saksipun dari ketiga saksi yang mengenal dan pernah bertemu
dengan Terdakwa Harry Aris Sandigon dan juga tidak adasaksipun yang
melihat langsung kejadian pembunuhan terhadap korban yang bernama
Sebagai alat bukti dalam persidangan aquo hanyalah 5 (lima) orang saksi yaitu :
Saksi HILARIUS BRUNO SUMANCE, Saksi MANGARATUA SIDABUTAR, Saksi
DOGALAS NAINGGOLAN, Saksi IPTU ROY ROLANDO ANDAREK, s.TrK., Saksi
AKP MUGIA YARRY JUNANDA, S.I.K., sedangkan 1 (satu) keterangan saksi yang
dibacakan yaitu keterangan Saksi JAMAL SEPTIANDA tidak dapat dipakai sebagai
alat bukti dalam persidangan aquo.
Berkaitan dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP tersebut diatas, maka
keterangan saksi-saksi lainnya yang tercantum dalam Berita Acara Pemeri ksaan
yang tidak dapat dihadirkan dalam persidangan aquo, haruslah ditolak demi hukum
sebagai alat bukti dalam persidangan aquo.
Bahwa dari keterangan 5 (lima) saksi yang dapat diterima sebagai alat bukti
dalam perkara aquo, diperoleh fakta materil bahwa terjadi peristiwa pembunuhan
terhadap 4 (empat) korban masing-masing bernama DAPERUM NAINGGOLAN,
MAYA BORU AMBARITA, SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL
ARYA PASKAH NAINGGOLAN, pada hari Selasa tanggal 13 Nopember 2018
dirumah korban yang beralamat di Jl. Bojong Nangka 2 Rt 02 Rw 07 Kel. Jati Rahayu,
Kec. Pondok Melati, Kota Bekasi, akan tetapi siapa yang membunuh dan dengan
cara bagaimana korban dibunuh tidak dapat diungkap fakta materil.
Bahwa dengan demikian, dari alat bukti keterangan saksi tidak diperoleh bu kti
langsung bahwa Terdakwalah yang melakukan pembunuhan terhadap 4 (empat)
korban masing-masing bernama DAPERUM NAINGGOLAN, MAYA BORU
AMBARITA, SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN.
2. SURAT.
Bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Sdr. Penuntut Umum juga telah
mengajukan surat sebagai alat bukti dalam perkara ini yaitu:
- Visum et Repertum Nomor: R/363/SK.B/XI/2018/IKF tanggal 03Desember
2018 yang ditanda tangani oleh Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit
Bhayangkara TK.I.R. SAID SUKANTO Jakarta (sebagaimana terlampir dalam
berkas) telah melakukan pemeriksaan jenazah DAPERUM NAINGGOLAN dan
diperoleh kesimpulan ditemukan luka terbuka pada leher, terpotongya
pembuluh nadi leher, kerongkongan dan tenggorok akibat kekerasan tajam.
Ditemukan pula luka terbuka pada kepala, wajah, memar-memar pada wajah,
luka-luka lecet pada leher dan patah tulang mata kanan akibat kekerasan
tumpul. Sebab mati orang ini akibat kekerasan tajam pada leher yang
memotong pembuluh nadi utama leher sehingga menyebabkan pendarahan.
Kekerasan tumpul pada kepala memperburuk keadaan.
3. PETUNJUK.
Bahwa alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya,
baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :
a. Keterangan Saksi;
b. Surat;
c. Keterangan Terdakwa.
3. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan
tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Bahwa dari ketentuan Pasal 188 KUHAP tersebut diatas, khususnya ayat (3)
yang secara eksplisit menyebut penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu
petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi
bijaksana, maka yang dapat menggunakan alat bukti petunjuk hanyalah Majelis
Hakim yang mengadili dan memeriksa perkara aquo.
Dlam surat tuntutannya yang menggunakan alat bukti petunjuk dalam menuntut
pidana mati terhadap Terdakwa, patut menurut hukum untuk ditolak karena
kewenangan menggunakan alat bukti petunjuk bukanlah pada tangan Penuntut
Umum.
Dan sejalan dengan hal tersebut, maka Penasehat Hukum juga tidak akan
menguraikan alat bukti petunjuk dalam nota pembelaan ini, namun sepenuhnya
menyerahkan kepada Majelis Hakim untuk menggunakannya, dengan harapan
digunakan dengan penuh kehati-hatian, dengan arif bijaksana serta harus lebih du lu
mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan
berdasarkan hati nuraninya.
4. KETERANGAN TERDAKWA.
Terdakwa dalam persidangan memberikan keterangan yang pada pokoknya:
- Bahwa benar Terdakwa ditangkap petugas Kepolisian yang berpakaian
preman pada hari Rabu tanggal 14 november 2018 sekira jam 22.00 wib, di
Basecamp Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, ketika Terdakwa sedang tidur
dan selanjutnya Terdakwa di bawah ke Kantor Polda Mmetro Jaya;
- Bahwa benar Terdakwa yang melakukan pembunuhan terhadap korban
DAPERUM NAINGGOLAN, korban MAYA SOFYA AMBARITA, korban
SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan korban YEHEZKIEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN.
- Bahwa benar, Terdakwa adalah merupakan saudara sepupu korban MAYA
BORU AMBARITA.
- Bahwa pada tanggal 12 November 2018 sekira jam 14.00 wib, Terdakwa
disuruh datang ke rumah korban DAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA
SOFYA AMBARITA yang beralamat di Jl. Bojong Nangka 2 RT 02/RW 07,
Kel. Jati Rahayu, Kec. Pondok Melati Kota Bekasi melalui pesan whatsapp
oleh korban MAYA SOFYA AMBARITA “ kamu datang sekarang besok kita
mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi” lalu Terdakwa menjawab
“Yaudah kak saya kesana”, kemudian sekitar jam 21 Wib Terdakwa sampai
di rumah korban dan yang membukakan pintu adalah anak korban SARAH
MARISA PUTRI NAINGGOLAN, kemudian Terdakwa masuk ke dalam rumah
lalu mengobrol bersama DAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA SOFYA
AMBARITA di ruang keluarga sambil nonton televisi, kemudian sekira jam
23.30 wib pada saat ngobrol Terdakwa mendengar kata-kata yang tidak enak
didengar diucapkan oleh korban DAPERUM NAINGGOLAN yaitu “ nginap
atau nggak kamu?
Kalau kamu nginap nanti gak enak sama abang kita Doglas”, kemudian
korban MAYA SOFYA AMBARITA berkata kepada Terdakwa “terserah mau
Nginap atau enggak, soalnya ini bukan rumah kita, kita cuma numpang
disini” lalu korban DAPERUM NAINGGOLAN berkata “udah tau kamu kalau
nginap disini abang saya tidak suka”, kemudian korban berkata kepada
Terdakwa dalam bahasa Batak yang artinya “kamu tidur dibelakang aja
kayak sampah kamu”.
- Kemudian sekira jam 23.45 wib Terdakwa pergi ke dapur hendak minum dan
melihat sebuah linggis yang berada dibawah washtafel lalu mengambil l
inggis tersebut, kemudian Terdakwa kembali keruang keluarga dan melihat
korban DAPERUM NAINGGOLAN sedang dalam posisi tiduran sambil
menonton televisi diruang keluarga sedangkan korban MAYA SOFYA
AMBARITA sedang tidur berlawanan arah disebelahnya, kemudian Terdakwa
secara spontan memukul bagian kepala korban DAPERUM NAINGGOLAN
dengan menggunakan linggis sebanyak 1 kali sehingga membuat korban
DAPERUM NAINGGOLAN menggelepar, tiba-tiba korban MAYA SOFYA
AMBARITA terbangun dari tidur lalu terdakwa memukul kepala korban MAYA
SOFYA AMBARITA dengan linggis sebanyak 1 kali, namun karena kedua
korban masih sadar kemudian Terdakwa memu kul kembali kedua korban
menggunakan linggis sebanyak 2 kali, setelah itu keduanya pingsan.
- Karena mendengar suara gaduh kedua anak korban SARAH MARISA PUTRI
NAINGGOLAN dan YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN keluar dari
kamar tidurnya dan menanyakan kepada Terdakwa “mama kenapa?” lalu
dijawab Terdakwa “mama sedang sakit, kamu masuk kamar saja” sambil
membawa keduanya masuk kamar sambil disuruh tidur kemudian Terdakwa
menutup wajah korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN
menggunakan selimut warna pink yang ada didalam kamar lalu mencekik
leher korban dengan menggunakan kedua tangannya hingga tidak bernafas
lagi, setelah i tu Terdakwa menghampiri dan menutup wajah korban
YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN dengan selimut warna pink itu
juga lalu mencekik leher korban dengan menggunakan kedua tanggannya
sampai tidak bernafas.
- Setelah membunuh kedua anak korban Terdakwa kembali ke ruang televisi
kemudian menusuk leher korban DAPERUM NAINGGOLAN menggunakan
bagian linggis yang tajam sebanyak 3 kali sehingga mengeluarkan banyak
darah, selanjutnya Terdakwa juga menusuk leher korban MAYA SOFYA
AMBARITA juga menggunakan bagian linggis yang tajam sebanyak 3 kali,
kemudian setelah kedua korban tersebut bernyawa Terdakwa menutup wajah
kedua korban yang penuh darah dengan bantal.
- Setelah melaksanakan pembunuhan tersebut, kemudian Terdakwa duduk di
sofa ruang keluarga sambil merenungkan perbuatan yang telah Terdakwa
lakukan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Kemudian Terdakwa beranjak ke
Ini (kurang lebih bisa dicocokkan dengan berita acara persidangan yang dibuat oleh
Panitera Pengganti).
Dalam persidangan ini, Terdakwa juga menyatakan dengan tegas telah
mencabut Keterangan Terdakwa yang termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) Tersangka tanggal 31 Desember 2018, dengan alasan BAP tersebut dibuat
penyidik terhadap Terdakwa tanpa didampingi Penasehat Hukum.
Bahwa dari Keterangan Terdakwa yang termuat dalam Nota Pembelaan ini,
kurang lebih isinya hampir sama dengan Keterangan Terdakwa yang termuat dalam
surat Tuntutan Penuntut Umum, hanya terdapat perbedaan mencolok dalam
Keterangan Terdakwa mengenai urutan Terdakwa melakukan pembunuhan antara
yang Keterangan yang terdapat dalam Nota Pembelaan ini dengan Keterangan
Terdakwa yang termuat dalam surat tuntutan Penuntut Umum.
Keterangan Terdakwa mengenai urutan Terdakwa melakukan pembunuhan
yang termuat dalam Nota Pembelaan ini adalah keterangan Terdakwa yang
diterangkan Terdakwa dalam persidangan hari Senin tanggal 29 April 2019, yang
menjawab pertanyaan yan g diajukan Penuntut Umum maupun Majelis Hakim
(mohon periksa berita acara sidang hari Senin tanggal 29 April 2019), sedangkan
keterangan Terdakwa mengenai urutan Terdakwa melakukan pembunuhan yang
diuraikan Penuntut Umum dalam surat tuntutannya dalam bagian Keterangan
Terdakwa butir 4, 5 dan 6 ternyata hanya mengutip Keterangan Tersangka yang
termuat dalam BAP Tersangka pada hari Kamis tanggal 15 Nopember 2018.
Bahwa keterangan Terdakwamengenai urutan Terdakwa melakukan
pembunuhan yang diuraikan Penuntut Umum dalam surat tuntutannya dalam bagian
Keterangan Terdakwa butir 4, 5 dan 6 yang hanya mengutip Keterangan Tersangka
yang termuat dalam BAP Tersangka pada hari Kamis tanggal 15 Nopember 2018,
telah melanggar ketentuan Pasal 189 ayat (1) KUHAP, oleh karenanya Keterangan
Terdakwa tersebut sudah sepatutnya untuk ditolak.
Bahwa dari keterangan Terdakwa yang disampaikan pada persidangan hari
Senin tanggal 29 April 2019, terungkap fakta materil bahwa Terdakwa secara jujur
dan terus terang dan dengan rasa menyesal telah melakukan pembunuhan terhadap
saudara sepupu dan keponakannya yaitu korban DAPERUM NAINGGOLAN, korban
MAYA SOFYA AMBARITA, korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan
korban YEHEZKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN.
Bahwa dari keterangan Terdakwa yang disampaikan pada persidangan hari
Senin tanggal 29 April 2019 tersebut juga terungkap fakta materil, bahwa Terdakwa
melakukan pembunuhan kepada keempat korban adalah dalam keadaan seketika
dan berturut-turut tanpa jeda waktu, dan niat Terdakwa membunuh timbul seketika
ketika melihat linggis dibawah washtafel, akibat perasaan marah dari Terdakwa
karena sudah diejek dan dihina korban DAPERUM NAINGGOLAN dengan
terbukti secara sah meyakinkan bahwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana
“pembunuhan berencana” dan “pencurian dengan pemberatan”sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 340 KUHPidana dan Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHPidana.
Bahwa klaim Penuntut Umum dalam surat tuntutannya tersebut sah -sah saja
seandainya Penuntut Umum menguraikan pembuktian unsur yang dilakukannya
sesuai fakta persidangan yang sesungguhnya serta mengikuti aturan hukum yang
berlaku, namun dalam kenyataannya uraian pembuktian unsur yang dilakukan
Penuntut umum dalam surat tuntutannya justru tidak sesuai dengan fakta yang
terungkap di persidangan serta melakukan pelanggaran terhadap aturan hukum yang
berlaku, khususnya Pasal 185 ayat (1), 188 dan 189 ayat (1) KUHAP.
Kesalahan Penuntut Umum dalam menguraikan pembuktian unsur Pasal 340
KUHPidana khususnya unsur Ad.2 Unsur “dengan sengaja dan dengan direncanakan
terlebih dahulu” yang terdapat pada halaman 21 dan 22 surat tuntutan Penuntut
Umum. Dan poin paling penting yang mendahului kesalahan pembuktian unsur yan g
dilakukan oleh Penuntut Umum adalah uraian pada aliena terakhir halaman 21
sampai halaman 22 yang menguraikan sebagai berikut :
“Merujuk pada pendapat ahli hukum/doctrinal dan yurisprudensi tersebut
diatas, apabila dihubungkan dengan hasil pemeriksaan di depan persidangan melalui
keterangan Saksi HILARIUS BRUNO SUMANCE,
Saksi MANGARATUA SIDABUTAR, Saksi DOGALAS NAINGGOLAN, Saksi
IPTU ROY ROLANDO ANDAREK, S.TrK., Saksi AKP MUGIA YARRY JUNANDA,
S.I.K., Saksi JAMAL SEPTIANDA yang telah bersesuaian dengan keterangan
terdakwa; maka telah diperoleh adanya fakta hukum bahwa ketika terdakwa datang
ke rumah korban DAPERUM NAINGGOLAN kemudian mendengar kata-kata dengan
bahasa Batak yang artinya “Kamu tidur dibelakang aja kayak sampah kamu” yang
menjadikan terdakwa marah serta emosi, selanjutnya beberapa menit kemudian
terdakwa pergi ke dapur sambil terus menatap korban DAPERUM NAINGGOLAN
lalu pada saat di dapur melihat sebuah linggis yang kemudian digunakan untuk
memukul serta menusuk korbanDAPERUM NAINGGOLAN dan MAYA BORU
AMBARITA. Begitu pula pada saat korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN
dan korban YEHEZEKIEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN keluar dari kamar karena
mendengar suara gaduh, Terdakwa menyuruh keduanya masuk ke kamar lalu
kembali Terdakwa pergi keruang tamu memikirkan apa yang telah dilakukannya,
karena terdakwa merasa takut perbuatannya telah diketahui oleh korban SARAH
MARISA PUTRI NAINGGOLAN danYEHEZEKIEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN kemudian
menghabisi pula nyawa keduanya. Dari fakta-fakta tersebut maka dapat disimpulkan
adanya jeda waktu berpikir bagi terdakwa untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan
perbuatannya.”
Lain; Dan
Kepunyaan OrangLain ;
- bahwa karena mendengar suara ribut di ruang keluarga, kedua anak korban
yaitu SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dan YEHEZEKEL ARYA
PASKAH NAINGGOLAN keluar dari kamar tidurnya, dan bertanya kepada
Terdakwa “ Mama kenapa ? “ lalu dijawab oleh Terdakwa “ Mama sedang
sakit. Kamu masuk kamar saja ! “ sambil membawa kedua anak korban masuk
ke kamar tidur dan menyuruh keduanya tidur, namun selanjutnya Terdakwa
menutupi wajah korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN dengan
selimut warna Pink sambil kedua tangan Terdakwa mencekik leher korban
SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN sampai tidak bernafas lagi, kemudian
Terdakwa menghampiri korban YEHEZIKEL ARYA PASKAH NAINGGOLAN
lalu Terdakwa juga menutup wajah korban YEHEZIKEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN dengan selimut warna Pink yang tadi dipakai untuk menutup
wajah korban SARAH MARISA PUTRI NAINGGOLAN , sambil kedua tangan
Terdakwa mencekik leher korban YEHEZIKEL ARYA PASKAH
NAINGGOLAN sampai tidak bernafas lagi;
- Bahwa pada hari Selasa sekira pukul 03.00 WIB, Terdakwa ke luar dari rumah
korban DAPERUM NAINGGOLAN dengan membawa mobil Nissan X-Trail
milik korban DAPERUM NAINGGOLAN serta barang-barang milik korban
DAPERUM NAINGGOLAN yang ada dalam tas selempang milik Terdakwa
tersebut, dan juga besi linggis yang digunakan untuk membunuh korban
DAPERUM NAINGGOLAN dan korban MAYA SOFYA AMBARITA ;
- Bahwa pada saat ditangkap oleh Saksi IPTU ROY ROLAND ANDAREK,S.IK
dan saksi AKP MUGIA YARRY JUNANDA,SIK,di Gunung Guntur, Terdakwa
pada awalnya menyangkal bahwa ia adalah bernama HARRY ARIS
SANDIGON ;
Ad.1. Unsur Barang Siapamemang bahwa unsur“ Barang Siapa ” adalah dimaksudkan
mengenai seseorang yang yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang mempunyai
identitas sebagai mana dalamSurat Dakwaan dan telah ternyata dalam persidangan
berdasarkan keterangan Terdakwa, ia Terdakwa membenarkan identitas sebaimana
dalam surat dakwaan tersebut adalah dirinya , sehingga memang ia Terdakwa lah yang
dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai pelaku perbuatan pidana dalam uraian
dakwaannya ;
Menimbang, bahwa selanjutnya unsur “ Barang Siapa “ juga berkaitan den gan
orang yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi unsur tindak pidana yang
didakwakan terhadapnya . Dengan demikian untuk membuktikan unsur “ Barang
Siapa “ harus dibuktikan terlebih dahulu unsur lainnya , sehingga apabila unsur-unsur
lainnya tersebut telah terpenuhi , maka unsu r “ Barang Siapa “ akan menunjuk pada
diri Terdakwa, akan tetapi sebaliknya apabila unsur-unsur lainnya tidak terpenuhi,
maka unsur “ Barang Siapa “ tidak terpenuhi pula ;
Menimbang, bahwa syarat-syarat pokok dari sesuatu delik atau tindak pidana
adalah :
a. Dipenuhinya semua unsur dari delik seperti yang terdapat di dalam rumusan
delik ;
c. Tindakan dari Pelaku tersebut haruslah dilakukan dengan sengaja atau tidak
disengaja ;
Menimbang, bahwa kemudian jika dilihat dari segi sifatnya, maka dikenal 2
(dua) Teori yaitu Teori Kesengajaan Berwarna (Gekleurd) dan Teori Kesengajaan
Tidak Berwarna ( Kleurloos ), di mana yang dimaksud dengan Teori Kesengajaan
Berwarna adalah Bilamana kesengajaan melakukan sesuatu perbuatan mencakup
pengetahuan si Pelaku bahwa perbuatannya melawan hukum ( dilarang ). Jadi harus
ada hubungan antara keadaan batin pelaku dengan sifat melawan hukumnya
perbuatan, artinya untuk menyatakan adanya kesengajaan untuk berbuat jahat
diperlukan syarat bahwa pada saat melakukan perbuatan pidana, si Pelaku ada
kesadaran bahwa perbuatannya dilarang dan/atau dapat dipidana.
Agun
Barang Siapa yang didakwa melakukan perbuatan Dengan Sengaja dan Dengan
Ind
Rencana Terlebih Dahulu , oleh karenanya unsur “ Barang Siapa “ dengan sendirinya
telah terpenuhi pula ;
g
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
Dakwaan Kedua sebagaimana uraian di bawah ini ;
Ad.1. Unsur Barang Siapa ;
Ad.4. Unsur di Waktu Malam Dalam Sebuah Rumah Atau Pekarangan Tertutup
Yang Ada Rumahnya, Yang Dilakukan Oleh Orang Yang Ada Di Situ Tidak
Diketahui atau Tidak Dikehendaki Oleh Yang Berhak;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 340 KUHPidan a dan
Pasal 363 Ayat (1) ke-3 KUHPidana telah terpenuhi, maka Terdakwaharuslah
dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primair Kesatu dan Kedua;
MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa HARRY ARIS SANDIGON Alias HARRIS Alias ARI telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Pembunuhan berencana dan Pencurian dalam keadaan memberatkan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa HARRY ARIS SANDIGON Alias
HARRIS Alias ARI dengan Pidana Mati;
3. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
4. Menetapkan barang bukti berupa :
- 1 (satu) unit Mobil Nissan Xtrail warna Silver Nopol B 1075 UOG;
- 1 (satu) buah kunci mobil Nissan Xtrail;
- 1 (satu) unit Handphone Samsung note n7100 warna hitam;
- 1 (satu) unit Handphone Nokia C3 warna putih kombinasi hitam;
- 1 (satu) unit handphone Samsung A6 warna hitam;
- 1 (satu) unit Handphone Samsung core2 warna hitam;
dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak melalui saksi DOUGLAS
NAINGGOLAN.
- 1 (satu) unit Handphone Samsung J1 warna putih.
dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak yaitu saksi MANGARATUA
SIDABUTAR.
- 1 (satu) unit sepeda motor Honda warna hitam kombinasi merah muda.
dikembalikan kepada pihak yang Berhak
- 1 (satu) unit Handphone Oppo warna
Hitam;
dikembalikan kepada pihak yang Berhaksatu
pcs kaos warna hitam hitam milik HARRIS
SIMAMORA;
- 1 (satu) pcs Celana Jeans Panjang berwarna hitam milik HARRIS
SIMAMORA;
- 1 (satu) buah sandal jepit merk Ando Size 42 milik HARRIS SIMAMORA;
- 1 (satu) buah tas slempang warna biru;
- 1 (satu) buah Sprai Motif garis-garis;
- 2 (dua) buah sarung bantal warna biru dan motif batik;
- 1 (satu) buah selimut warna merah;
- 1 (satu) buah gagang pintu terbuat dari stainless;
- 1 (satu) buah sarung bantal bercorak TRANSFORMER;
- 1 (satu) buah sarung bantal bercorak DORAEMON;
- 1 (satu) buah kerudung berwarna putih gading;
- 1 (satu) buah kran air berwarna putih;
- 1 (satu) bilah golok bersarung kayu dengan panjang + 36 cm;
- 1 (satu) buah gunting stainless dengan panjang + 16 cm;
- 1 (satu) buah sprei bercorak boneka;
- 1 (satu) buah casing HP;
- 1 (satu) pcs celana pendek warna merah;
- 1 (satu) pcs kaos warna abu-abu berkerah merah bertuliskan KASAD CUP KE
IV;
- 1 (satu) pcs kaos biru dongker bertuliskan VIKING ADIVERAW;
- 1 (satu) pcs Jaket warna hitam bertuliskan PT. USRA TAMPI INDONESIA;
- 1(satu) setel baju tidur anak warna biru milik korban a.n SARAH MARISA
PUTRI NAINGGOLAN;
- 1 (satu) setel baju tidur anak warna kuning a.n YEHEZKEIL ARYA
NAINGGOLAN;
- 1 (satu) pcs celana dalam warna merah muda milik korban MAYA BORU
AMBARITA;
- 1 (satu) pcs celana pendek warna merah milik korban a.n DAPERUM
NAINGGOLAN;
- 1 (satu) pcs Baju kaos warna hitam milik korban a.n DAPERUM
NAINGGOLAN;
- 1 (satu) pcs baju tidur warna hitam milik korban a.n MAYA BORU AMBARITA;
- 1 (satu) pcs celana pendek warna merah.
dirampas untuk dimusnahkan.
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
ak
1. Rina Amelia, S.H., M.H.
Neng Dewi,S.H
Panitera Pengganti,
KRONOLOGI KASUS
Pada hari Selasa, 13 November 2018 ditemukan satu keluarga tewas dibunuh di Jalan Bojong Nangka 2,
RT 002 RW 07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Mereka
ditemukan tergeletak bersimbah darah oleh saksi yang bernama Feby Liga Rukiani. Awalnya saksi
melihat pukul 03.30 WIB gerbang kontrakan dan televisi di rumah korban menyala. Karena curiga, saksi
mencoba memanggil dari luar rumah korban dan menelepon korban tapi tidak ada yang menjawab.
Selanjutnya pada saat saksi ingin berangkat kerja pukul 06.30 WIB dirinya makin curiga, karena
penasaran saksi mengintip melalui jendela rumah korban dan melihat sudah banyak korban yang
tergeletak dengan banyak darah. Melihat hal itu, saksi langsung melaporkan pada ketua RT dan anggota
Polsek Pondok Gede Bekasi. Anggota Polsek Pondok Gede dating dan segera mengidentifikasi korban-
korban tersebut. Diketauhi ada 4 korban dalam pembunuhan itu dan mereka satu keluarga. Mereka
adalah Diperum Nainggolan (38), Maya Boru Ambarita (37), Sarah Boru Nainggolan (9), dan Arya
Nainggolan (7). Saat itu belum diketahui dalang dibalik pembunuhan keji tersebut. Polisi pun mulai
menggali informasi dan mencari tersangka. Singkat cerita besoknya pada hari Rabu, 14 November 2018
polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan satu keluarga tersebut. Tersangka bernama Haris
Simamora (30) diketahui telah membunuh Diperum Nainggolan (38) suami, Maya Boru Ambarita (37)
istri, Sarah Boru Nainggolan (9) anak pertama, dan Arya Nainggolan (7) anak kedua. Haris ditangkap
saat mendaki gunung Guntur di Garut, Jawa Barat. Haris berada dirumah atau saung, dia mengaku ingin
mendaki gunung. Polisi pun menggeledah dan menemukan kunci mobil, HP dan uang sebanyak Rp. 4
juta. Saat ditangkap, Haris mengelak tak bersalah tapi polisi tetap membawa Haris ke Mapolda Metro
Jaya untuk dimintai keterangan dan didalami kasusnya. Selama 2 hari Haris ditahan dan polisi terus
mencari informasi tentang Haris. Lalu akhirnya pada Jumat, 16 November 2018 Haris mengaku
membunuh keluargaDiperum.
Setelah Haris mengaku, pihak kepolisian memastikan akan memeriksa kondisi psikologis Haris
Simamora. Haris diperiksa guna untuk mengetahui kejiwaannya. Menurut pemeriksaan polisi, Haris
secara sadar melakukan pembunuhan itu dan tidak berpengaruh apapun. Ia sama sekali tidak berada
dalam pengaruh alkohol dan narkoba. Kepada polisi, Haris mengaku membunuh karena dendam
terhadap korban. Haris dendam dikarenakan beberapa hal, Haris merasa penghasilannya diambil oleh
korban. Haris dulunya merupakan “Bapak Kost”
dirumahkostyangterletakdiJalanBojongNangka2,PondokGede,Bekasi.Tapikemudian
digantikan oleh korban Diperum Nainggolan dan Maya Ambarita yang merupakan kaka ipar pelaku.
Meski tidak bekerja lagi sebagai pengelola kos, Haris terkadang berkunjung ke kos- kosan tersebut untuk
menginap. Saat menginap, Haris mengaku sering mendapatkan penghinaan dari Diperum dan istrinya.
Penghinaan tersebut seperti dikatakan ‘tidak berguna’. Ia merasa sakit hati dengan hal itu, disisi lain
Haris makin sakit hati saat ia dibangunkan di pagi hari dengan menggunakan kaki.
Saat kejadian pembunuhan, Haris mengatakan ia membunuh 2 korban Diperum dan Maya
menggunakan linggis. Saat Haris menghabisi nyawa kedua korbannya itu, tiba tiba kedua anaknya
bangun dan ingin mengecek keadaan orang tua nya di ruang tengah. Haris pun langsung menghalangi
langkah kedua anak tersebut dan menuntunnya untuk kembali tidur. Haris menenangkan kedua anaknya
dengan mengatakan “Tidur lagi sana. Mama cuma sakit kok”. Tak hanya menenangkan, Haris juga
menidurkan keduanya agar tertidur lagi. Namun saat keduanya mulai tertidur, Haris justru mencekik
kedua nya hingga tewas.
Setelah menghabisi keempat korban tersebut, Haris Simamora pun pergi dengan menggunakan mobil
Nissan X-Trail yang terpakir di depan rumah korban dan membawa linggis yang ia jadikan senjata untuk
membunuh korban Diperum dan Maya. Haris mengaku membuang linggis tersebut di kawasan
Kalimalang untuk menghapus bukti.
“Tindak pidana untuk pelaku Haris Simamora (30) yaitu pembunuhan berencana dan pencurian dengan
kekerasan yang menyebabkan kematian, di mana pasal yang diterapkan adalah Pasal 365 Ayat 3,
kemudian 340 dan 338 KUHP dengan ancaman hukuman mati," ujar Wakil Kapolda Metro Jaya Brigjen
Wahyu Hadiningrat di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat(16/11/2018).
Sumber:file:///C:/Users/user/Downloads/FebriyantiSantoso_52416010_Akuntansi%20(1).pdf