Anda di halaman 1dari 69

DI

RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

Oleh:
REMINISCERE SIMAMORA
NPM: 195140166P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT PASIEN STROKE


ANTARA YANG SESUAI JADWAL FISIOTERAPI DENGAN
YANG TIDAK SESUAI JADWAL DI POLIKLINIK
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO TAHUN 2021

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

AGUSTINA INDRA PAMUNGKAS SARI


NPM: 195140176P

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi


Pada tanggal Juni 2021

Dosen Pembimbing,

Fajar Yudha, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN 0209108502

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ns. Budi Antoro, S.Kep.,M.Kep


NPP 2222178

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena hanya dengan
rahmat dan pertolongan-Nya lah penulis mampu menyelesaikan Proposal dengan
judul: “Perbandingan Kekuatan Otot Pasien Stroke Antara Yang Sesuai Jadwal
Fisioterapi Dengan Yang Tidak Sesuai Jadwal Di Poliklinik Rumah Sakit Mardi
Waluyo Tahun 2021”.

Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
pada program studi Keperawatan Universitas Mitra Indonesia. Proses penyusunan
ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Andi Surya, MM Sekalu ketua Yayasan Mitra Lampung
2. Ibu. Dr. Ir. Hj. Amelia Reny W.A.,MM selaku Rektor Universitas Mitra
Indonesia
3. Bapak Achmad Djamil, SKM.,M.Kesselaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Mitra Indonesia.
4. Bapak Fajar Yudha, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Mitra Indonesia dan selaku
pembimbing
5. Seluruh dosen dan staf Pengajar Universitas Mitra Indonesia yang telah
membekali ilmu selama Penulis kuliah di Universitas Mitra Indonesia

Semoga proposal ini bermanfaat untuk peningkatan pelayanan kesehatan


masyarakat. Sekian terimakasih.
Bandar Lampung, Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar..................................................................................... i


Halaman Persetujuan.................................................................................... ii
Kata Pengantar............................................................................................. iii
Daftar isi....................................................................................................... iv
Daftar Tabel................................................................................................. v
Daftar Gambar.............................................................................................. vi
Daftar Lampiran........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.4 Tujuan................................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................ 5
1.6 Ruang lingkup....................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Stroke.................................................................................................... 6
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 16
2.3 Kerangka Konsep.................................................................................. 17
2.4 Hipotesis............................................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metodologi Penelitian........................................................................... 18
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 19
3.3 Subjek Penelitian.................................................................................. 19
3.4 Variabel Penelitian................................................................................ 19
3.5 Definisi Operasional............................................................................. 19
3.6 Etika Penelitian .................................................................................... 20
3.6 Teknik, Instrumen dan Data.................................................................. 21
3.8 Pengolahan Data................................................................................... 22
3.9 Analisis Data......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................19

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................ 16

Gambar 2.2 Kerangka Kerja................................................................................ 17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing dan Judul Tugas Akhir


Lampiran 2. Kuesioner

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini dunia sedang berjuang menghadapi pandemi CoronaVirus Disease-
2019 (COVID-19). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi pada manusia sebelumnya. Pada
tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China
Country Office di kota Wuhan melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui penyebabnya (Phelan, Katz, & Gostin, 2020). Pada tanggal 7 Januari
2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus
tersebut ialah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-
2. Sejak dilaporkan jumlah kasus COVID-19 meluas ke negara-negara lain di
seluruh dunia. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan COVID-19
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public
Health Emergencyof International Concern (KKMMD/PHEIC) (Baharudin,
2020).

Sampai dengan 18 Maret 2021, secara global dilaporkan 123,012,584 kasus


konfirmasi di 221 negara dengan total 2,715,467 kematian. Beberapa negara
dengan jumlah kasus terkonfirmasi terbanyak ialah Amerika (30,425,787 total
kasus, 554,104 kematian). Brazile (11,877,009 total kasus, 290,525 kematian).
India (11,555,284 total kasus, 159,594 kematian). Russia (4,447,570 total
kasus, 94,659 kematian). Indonesia (1.455,788 total kasus, 39,447 kematian
(Kemenkes, 2021). Indonesia ada pada peringkat ke-19 untuk jumlah kasus
terkonfirmasi. Provinsi Lampung kasus terkonfirmasi periode data : 18 Maret
2020 – Sabtu, 20 Maret 2021 Pukul ; 10.00 WIB total kasus 13,519 kasus
kematian 725 (Dinkes Provinsi Lampung, 2021). Sedangkan untuk Kota
Metro total kasus 1,098 dan 31 kematian (Dinkes Kota Metro, 2021). Di
Rumah Sakit Mardi Waluyo Tahun 2020 total pasien yg dilakukan tindakan
PCR 267 orang. Januari 2021 total pasien yang dilakukan tindakan PCR 80
2

orang dan yang terkonformasi 52 orang, suspect 28 orang, probable 9 orang,


Februari 2021 total pasien yang dilakukan tindakan PCR 84 orang,
terkonfirmasi 37 orang, suspect 47 orang, probable 8 orang dan Maret 2021
total pasien yang dilakukan tindakan PCR 103 orang, terkonfirmasi 27 orang,
suspect 76 orang, probable 8 orang (Rekam Medik Rumah Sakit Mardi
Waluyo, 2021).

Kasus COVID-19 dilaporkan pertama kali di Indonesia pada tanggal 2 Maret


2020. Sejak kasus tersebut, kasus terus meningkat dan menyebar dengan cepat
di seluruh wilayah Indonesia, hingga dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor
12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-alam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Sebagai Bencana Nasional saat ini
perjalanan pandemi sudah 1 tahun, dan sudah banyak perkembangan yang
terjadi (Keppres, 2020).

Salah satu aspek yang menerima dampak paling besar dari pandemi adalah
bidang tenaga kesehatan. Seiring dengan meluasnya penyakit ini masalah
masalah dalam bidang kesehatan semakin jelas terlihat. Beberapa masalah
yang signifikan adalah kurangnya sarana prasarana fasilitas kesehatan, dengan
terbatasnya ketersediaan ICU dan ventilator untuk pasien COVID-19,
kurangnya kapasitas dan tidak meratanya tes COVID-19, ketersediaan Alat
Pelindung Diri (APD) yang terbatas terutama bagi tenaga kesehatan. Kapasitas
tes real time reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) per 1
juta penduduk hanya sekitar 36.739 orang, yang merupakan angka yang
rendah jika dibandingkan negara lain di dunia. Ketidaksiapan fasilitas
kesehatan dalam menghadapi tampak dari belum optimalnya tata kelola
sumber saya manusia (SDM) kesehatan, ketergatungan import obat obatan dan
alat kesehatan, rendahnya infrastruktur kesehatan, belum fokusnya penguatan
standar pelayanan kesehatan dasar dan jaminan kesehatan nasional serta
kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah. Semua hal tersebut tentunya
akan berdampak juga pada risiko tertular dan terpajan tenaga medis akan
semakin tinggi (Baharudin, 2020).
3

Pengendalian paling efektif adalah eliminasi bahaya potensial SARS-CoV-2


dengan vaksinasi. Vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk memutus rantai
penularan penyakit dan menghentikan wabah saja, tetapi juga dalam jangka
panjang untuk mengeliminasi bahkan mengeradikasi (memusnahkan/
menghilangkan) penyakit itu sendiri. Saat ini, vaksinasi sudah di mulai di
seluruh dunia dan diharapkan menjadi jalan penentu selesainya pandemi ini.
Dengan vaksinasi, diharapkan tenaga kesehatan yang menjadi garda depan
dalam penanganan COVI-19 dapat terlindungi dengan baik. Namun, perlu
diperhatikan bahwa vaksinasi yang ada saat ini, untuk penyakit apapun, tidak
100% dapat mencegah penyakit, termasuk vaksinasi COVID-19. Namun
resiko terinfeksi akan dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu untuk
mencapai herd immunity membutuhkan waktu bertahun tahun. Oleh sebab itu,
jika sudah divaksinasi, maka protokol kesehatan yang sudah kita laksanakan
selama ini tetap harus dilakukan dalam kehidupan sehari hari (Kemenkes RI,
2021).

Vaksinasi COVID-19 di Indonesia mulai dilaksanakan hari Rabu (13/1/2021).


181,5 juta warga Indonesia akan menjadi target vaksinasi dalam 15 bulan
kedepan. Jumlah tenaga kesehatan yang akan divaksin pada prioritas pertama
berjumlah sekitar 1,3 juta orang, diikuti oleh petugas publik 17,4 juta orang
dan masyarakat lansia dengan jumlah sekitar 21 juta orang. Pada umumnya
setiap orang dpat mengikuti vaksinasi, kecuali yang dinilai memiliki
kontraindikasi (Purnomo, 2021).

Meski sosialisasi telah digencarkan, masih ada yang merasa cemas, khawatir,
hingga takut disuntik vaksin corona. Menurut Kembaren (2021) timbulnya
rasa cemas terhadap vaksin Corona adalah hal yang wajar dan alamiah
(detikcom, 2021). Faktor yang mempengaruhi kecemasan dibagi menjadi dua
meliputi faktor internal (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan
pengalaman di rawat) dan eksternal (kondisi medis/diagnosis penyakit, akses
informasi, komunikasi terapeutik, lingkungan, fasilitas kesehatan) (Kaplan &
Sadock, 2017).
4

Penelitian Cheng et al. (2020) menyatakan bahwa dari 13 partisipan


mengalami kecemasan karena persediaan pelindung belum terpenuhi saat
melakukan tindakan kepada pasien. Tenaga kesehatan merupakan kelompok
yang sangat rentan terinfeksi covid-19 karena berada di garda terdepan
penanganan kasus, oleh karena itu mereka harus dibekali APD lengkap sesuai
protokol dari WHO sehingga kecemasan yang dialami berkurang. Menurut
IASC (2020) penyebab tenaga kesehatan mengalami kecemasan yakni
tuntutan pekerjaan yang tinggi, termasuk waktu kerja yang lama jumlah
pasien meningkat, semakin sulit mendapatkan dukungan sosial karena adanya
stigma masyarakat terhadap petugas garis depan, alat perlindungan diri yang
membatasi gerak, kurang informasi tentang paparan jangka panjang pada
orang-orang yang terinfeksi, dan rasa takut petugas garis depan akan
menularkan Covid-19 pada teman dan keluarga karena bidang pekerjaannya.

Sebagian besar mengutarakan kemungkinan efek samping dari vaksin ini


menjadi faktor kekhawatiran utama, selain itu juga kurangnya tingkat
kepercayaan terhadap pemerintah mengenai keamanan dan efekasinya. Reaksi
yang timbul dari kecemasan tentang imunisasi/vaksinasi Covid-19 tentunya
akan menganggu proses vaksinasi. Orang-orang yang rentan kecemasan
memiliki potensi terganggunya proses vaksinasinya karena stress yang
ditimbulkan dari kecemasan yang dimiliki sebelum maupun sesudah proses
vaksinasi. Hal ini tentunya akan memberikan dampak baik proses vaksin itu
sendiri, tenaga Kesehatan, rumah sakit dan juga masyarakat. Tenaga kesehatan
tetap merasa khawatir. Sebab, vaksin yang diberikan merupakan vaksin baru.
Di samping itu, penggunaan vaksin hingga saat ini juga masih menunggu izin
penggunaan sementara dari BPOM.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah


mengatakan mayoritas perawat yang belum terdata menerima vaksinasi
COVID-19 dosis satu. Salah satunya karena faktor tekanan darah. Banyak
tenaga kesehatan yang gagal karena tekanan darahnya di atas normal. Itu
terjadi bisa karena ketakutan atau kecemasan dan lain sebagainya.
5

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian


tentang “Faktor Faktor yang berhubungan dengan Kecemasan Tenaga
Kesehatan dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi
Waluyo”.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang maka dapat diidentifikasi
masalah masalah sebagai berikut:
1. Indonesia ada pada peringkat ke-19 untuk jumlah kasus terkonfirmasi.
2. Provinsi Lampung kasus terkonfirmasi 13,519 kasus kematian 725.
3. Kota Metro total kasus 1,098 dan 31 kematian.
4. Di Rumah Sakit Mardi Waluyo Tahun 2020 total pasien yg dilakukan
tindakan PCR 267 orang. Januari 2021 total pasien yg dilakukan tindakan
PCR 80 orang dan yang terkonformasi 52 orang, suspect 28 orang,
probable 9 orang, Februari 2021 total pasien yang dilakukan tindakan PCR
84 orang, terkonfirmasi 37 orang, suspect 47 orang, probable 8 orang dan
Maret 2021 total pasien yang dilakukan tindakan PCR 103 orang,
terkonfirmasi 27 orang, suspect 76 orang, probable 8 orang
5. Di Indonesia sendiri, hasil survei terkini yang dilakukan oleh Saiful
Research and Consulting menunjukkan hanya sekitar 37% warga yang
“secara tegas” mau divaksinasi COVID-19 jika sudah tersedia. 17% warga
mengatakan tidak akan divaksinasi, bahkan 28% warga menyatakan tidak
takut tertular COVID-19

1.3 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi yaitu “Apakah ada
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Kecemasan Tenaga Kesehatan dalam
menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021”
6

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor
yang berhubungan dengan kecemasan tenaga kesehatan dalam menghadapi
Vaksinasi COVID-19 Di Rumah Sakit Mardi Waluyo
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan responden di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, tipe kepribadian,
dukungan keluarga responden di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan tenaga
kesehatan dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit
Mardi Waluyo 2021.
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan tenaga
kesehatan dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit
Mardi Waluyo 2021.
5. Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kecemasan
tenaga kesehatan dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah
Sakit Mardi Waluyo 2021.
6. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan
tenaga kesehatan dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah
Sakit Mardi Waluyo 2021.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Aplikatif
1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
lanjut bagi Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan vaksinasi
COVID-19, diharapkan agar dapat mengkaji terlebih dahulu tingkat
kecemasan pasien sebelum melakukan vaksinasi, karena Vaksin
COVID-19 adalah vaksin yang masih baru.
7

2. Manfaat bagi Organisasi Keperawatan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat
agar tetap melakukan vaksinasi COVID-19 karena perawat juga adalah
garda terdepan dalam mengahadapi pandemi.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
bahwa tenaga kesehatan sebagai garda terdepan juga memiliki rasa
cemas karena COVID-19 adalah penyakit jenis baru yang belum
ditemukan obatnya karena itu penulis menghimbau kepada semua
masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
1.5.2 Manfaat bagi Peneliti
Memberikan wawasan kepada penulis tentang faktor yang mempengaruhi
kecemasan tenaga kesehatan dalam mengahadapi vaksin COVID-19.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mardi
Waluyo Metro, Lampung. Waktu penelitian ini dimulai dari penyusunan
proposal pada bulan maret sampai pada bulan juni 2021. Pelaksanaan
penelitian selama 7 hari. Materi penelitian ini termasuk dalam lingkup
keilmuan Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Variable independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan, tipe kepribadian dan dukungan keluarga,
sedangkan variable dependen adalah kecemasan dalam menghadapi Vaksin
COVID-19.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Covid 19
2.1.1 Pengertian Corona virus
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang,
seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu
kali dalam hidupnya. Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa
menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:
a. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
b. Pneumonia.
SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke
beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura,
Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga
Amerika Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan
2012 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774
orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan
berat tersebut. Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang
telah diidentifikasi, yaitu:
a. HCoV-229E.
b. HCoV-OC43.
c. HCoV-NL63.
d. HCoV-HKU1.
e. SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
f. MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).

Covid-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan


wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan
menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri
mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret 2020.
9

Coronavirus Disease (Covid-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan dikenal sebagai
sindrom pernafasan akut atau parah virus corona 2 (SARS-CoV-2).
Coronavirus Disease ialah jenis penyakit yang belum teridentifikasi
sebelumnya oleh manusia, virus ini dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat yang sering terjadi, orang yang memiliki
resiko tinggi tertular penyakit ini ialah orang yang melakukan kontak erat
dengan pesien Covid-19 yakni dokter dan perawat (Lina Sayekti, 2020).

2.1.2 GejalaVirus Corona(Covid -19)


Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu (PDPI, 2020).:
a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b. Batuk
c. Sesak napas
Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai
2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Covid-19 menjadi
perhatian penting pada bidang medis, bukan hanya karena penyebarannya
yang cepat dan berpotensi menyebabkan kolaps sistem kesehatan, tetapi
juga karena beragamnya manifestasi klinis pada pasien. Spektrum klinis
Covid-19 beragam, mulai dari asimptomatik, gejala sangat ringan, hingga
kondisi klinis yang dikarakteristikkan dengan kegagalan respirasi akut
yang mengharuskan penggunaan ventilasi mekanik dan support di
Intensive Care Unit (ICU) (PDPI, 2020).

Ditemukan beberapa kesamaan manifestasi klinis antara infeksi SARS-


CoV-2 dan infeksi betacoronavirus sebelumnya, yaitu SARS-CoV dan
MERS-CoV. Beberapa kesamaan tersebut diantaranya demam, batuk
kering, gambaran opasifikasi ground-glass pada foto toraks. Gejala klinis
umum yang terjadi pada pasien Covid-19, diantaranya yaitu demam, batuk
kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala.
10

2.1.3 Penyebab Virus Corona(Covid-19)


Seseorang dapat tertular Covid -19 melalui berbagai cara, yaitu:
a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita Covid-19 batuk atau bersin
b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu
setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita Covid-
19
c. Kontak jarak dekat dengan penderita Covid-19 (PDPI, 2020).

2.1.4 Diagnosis Virus Corona (Covid-19)


Langkah awal dalam penegakan diagnosis COVID-19 adalah dengan
anamnesis serta menilai risiko epidemiologi dan riwayat kontak pasien.
Pemeriksaan reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)
dari spesimen usap nasofaring merupakan baku emas diagnosis COVID-19
(Albertus, 2021).

2.1.5 Pengobatan Virus Corona (COVID-19)


Penatalaksanaan COVID-19 tergantung pada tingkat keparahan
penyakitnya. Pada pasien dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan
secara mandiri. Pada pasien dengan penyakit berat atau risiko
pemburukan, maka perawatan di fasilitas kesehatan diperlukan (Dam PM,
2021).
1. Terapi Suportif untuk Gejala Ringan
Pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan
di rumah. Pasien disarankan untuk menggunakan masker terutama
saat melakukan kontak dengan orang lain. Beberapa terapi suportif,
seperti antipiretik, antitusif, dan ekspektoran dapat digunakan untuk
meringankan gejala pasien
2. Terapi Suportif untuk Gejala Berat
Pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat perlu dirawat di
fasilitas kesehatan. Pengendalian infeksi dan terapi suportif
merupakan prinsip utama dalam manajemen pasien COVID-19
dengan gejala yang berat.
11

2.1.6 Pencegahan Virus Corona (Covid-19)


1. Sering cuci tangan menggunakan sabun dan air. Penggunaan hand
sanitizer mengandung alkohol minimal 60% dapat menjadi pilihan
alternatif apabila tidak terdapat air dan sabun
2. Menerapkan etika batuk dan bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan siku atau tisu lalu membuang tisu ke tempat sampah
3. Cuci tangan sebelum menyentuh wajah, terutama mata, hidung, mulut
4. Menjaga jarak antar individu minimal 1,5 meter dan menjauhi orang
yang batuk atau bersin
5. Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut dianjurkan untuk
memakai masker bedah, menjaga jarak, menutup batuk atau bersin
dengan tisu atau baju, dan mencuci tangan.
6. Pasien imunokompromais atau sakit disarankan untuk tetap di rumah
dan jangan mendatangi keramaian
7. Pemakaian masker bedah disarankan pada orang dengan gejala batuk
pilek dan tenaga kesehatan melakukan kontak dengan pasien
8. Keluar rumah apabila terdapat keperluan penting. Apabila perlu keluar
rumah, disarankan menggunakan masker, tidak memakai aksesoris,
rajin mencuci tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer setelah
menyentuh benda atau permukaan apapun, dan hindari penggunaan
transportasi umum.
9. Lakukan disinfeksi pada barang atau permukaan yang sering disentuh
10. Melakukan social distancing dan pembatasan perjalanan sebagai upaya
kesehatan masyarakat
11. Berobat ke fasilitas kesehatan hanya jika diperlukan (McIntosh K,
2020)

Untuk orang yang diduga terkena Covid -19 atau termasuk kategori ODP
(orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke
orang lain, yaitu:
12

a. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain
untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar
tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
b. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan
c. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya
hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk
Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum
atau sedang bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin,
lalu segera buang tisu ke tempat sampah (Alfarisi, 2021).

2.2 Vaksin Covid 19


Pada akhir tahun 2019, di Wuhan, China terdapat kasus yang menyebabkan
ribuan pasien meninggaldan secara cepat menyebar hingga seluruh dunia
dalam beberapa bulan. Virus tersebut diberi nama SARS-CoV-2 atau Covid-
19 (Corona virus disease) yang merupakan mutas idari virus SARS-CoV yang
merebak pada tahun 2002 dan MERS-CoV pada 2012. Virus ini menjadi jenis
coronavirus ketiga yang muncul dan mengancam populasi manusia
dikarenakan penyebaran yang sangat cepat dan menyerang bagian vital yakni
paru-paru. Gejala yang ditimbulkan oleh para pasien antara lain demam tinggi,
sulit bernapas, dan batuk serta untuk pengenalan gejala ini membutuhkan
waktu 2 hingga 14 hari setelah terinfeksi (Pane, 2021).

Kebutuhan mengembangkan vaksin secara cepat untuk melawan virus SARS-


CoV-2 sangat tinggi beberapa bulan belakangan. Seluruh peneliti di berbagai
dunia dalam segala bidang yang berkaitan seperti ahli genomik dan struktur
13

biologi saling bahu-membahu untuk mengembangkan vaksin ini. Para peneliti


telah bekerja keras dalam mengembangkan vaksin berbagai macam virus
setidaknya 20 tahun belakangan dikarenakan munculnya berbagai virus baru
yang menggemparkan dunia, di antaranya virus H1N1, ebola, zika, SARS,
MERS, hingga saat ini Covid-19. Terdapat beberapa instansi peneliti yang
telah melakukan penelitian dan didanai oleh organisasi pemerintah maupun
swasta di berbagai negara, salah satunya adalah Coalition for Epidemic
Preparedness Innovation (CEPI) yang merupakan organisasi swasta dalam
penanganan epideimi yang didanai oleh Welcome Trust, Bill and Melinda
gates Foundation, European Commission, dan delapan negara lain yang
mendukung pengembangan vaksin melawan patogen epidemik yang masuk
dalam prioritas World Health Organization(WHO) (Lurie et al, 2020). Selain
itu terdapat pula instansi lainnya seperti Moderna, BioNTech, Imperial
College London, InoVio, AstraZeneca, Merck, dan masih banyak lagi yang
lainnya.

Setidaknya membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan untuk mengembangkan


vaksin baru hingga dapat diproduksi massal. Perkembangan vaksin hingga
dapat digunakan secara massal harus melewati setidaknya 3 fase. Fase awal
adalah uji coba pra-klinis (Preclinical Testing) yang diujikan kepada hewan
seperti monyet atau tikus untuk melihat respon kekebalan tubuh penerima.
Setelahnya beranjak ke fase pertama (Phase I: Safety Trials), vaksin diberikan
kepada sejumlah pasien untuk menguji keamanan, ketepatan dosis, dan
memastikan rangsangan terhadap sistem imun tubuh penerima. Fase kedua
(Phase II: Expanded Trials), vaksin yang telah lolos uji fase pertama diujikan
kepada ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia untuk melihat
keterikatan usia pada pengaruh vaksin. Uji coba ini kemudian diuji keamanan
dan kemampuan vaksin untuk merangsang kekebalan tubuh pada masing-
masing usia. Fase ketiga (Phase III: Efficacy Trials), vaksin diujikan kembali
kepada ribuan orang dan melihat seberapa banyak yang terinfeksi
dibandingkan dengan sukarelawan placebo (pengobatan yang tidak berdampak
atau penanganan palsu). Uji coba ini bertujuan untuk menentukan kemampuan
14

vaksin melindungi terhadap virus corona. Tahap berikutnya adalah approval


atau persetujuan, yakni vaksin yang telah melalui berbagai tahap sebelumnya
ditinjau oleh pemerintah tiap negara (regulator approval) untuk memutuskan
vaksin akan disetujui atau tidak. Selama pandemi, vaksin dapat hak untuk
penggunaan darurat sebelum disetujui secara resmi. Jika kondisi darurat, dapat
pula dengan menggabungkan beberapa fase sehingga akan lebih cepat
dikarenakan kebutuhan seperti yang ditunjukkan pada gambar 5. Data pada
tanggal 19 Juni 2020 menunjukkan jumlah vaksin di dunia yang sedang
dikembangkan sejumlah lebih dari 140 vaksin untuk melawan Covid-19. Dari
keseluruhan penelitian vaksin, belum ada yang disepakati untuk diproduksi
massal, terdapat lebih dari 125 vaksin yang terdapat pada tahap pra-klinis, 10
vaksin yang sedang uji coba fase pertama, 8 vaksin pada fase kedua, dan
hanya 2 vaksin yang diujikan pada fase ketiga (The New York Times, 2020).

Pengembangan vaksin oleh berbagai instansi menunjukkan penggunaan


berbagai platform teknologi untuk Covid-19, di antaranya penggunaan asam
nukleat termasuk DNA dan RNA, partikel yang menyerupai virus, peptida,
vektor virus (replikasi dan non-replikasi), protein rekombinan, serta
pendekatan virus yang dilemahkan dan virus yang tidak aktif. Platform
tersebut tidak seluruhnya dapat dijadikan landasan untuk pembuatan vaksin,
namun digunakan sebagai pelajaran untuk mendalami dalam berbagai bidang,
seperti onkologi yang dapat mendorong pengembangan vaksin untuk
pendekatan generasi selanjutnya yang dapat vaksin tersebut dapat dicocokkan
untuk kelompok-kelompok manusia yang didasarkan pada umur, kehamilan,
maupun kelainan pada pasien seperti kelainan imun (Thanh Le et al, 2020).

Platform terbaru yang digunakan untuk Covid-19 yakni didasarkan pada DNA
atau mRNA dikarenakan fleksibilitas yang tinggi dalam manipulasi antigen
dan kecepatan yang baik. Moderna memulai uji klinis dengan vaksin
berdasarkan mRNA-1273anya selama dua bulan sejak identifikasi untai RNA
yang menunjukkan keberadaan virus Covid-19. Vaksin yang didasarkan pada
vektor virus menunjukkan tingkat ekspresi protein meningkatkan kecepatan
15

pengembangan dan pembuatannya. Nantinya, berbagai platform yang tinggi,


kestabilan yang baik, dan kemampuan menginduksi respon imun yang tinggi.
Saat ini telah dikembangkan berbagai macam platform teknologi untuk
mengembangkan virus, namun permasalahannya adalah ketersediaan
informasi mengenai antigen Covid-19 yang masih terbatas. Sebagian besar,
informasi yang telah tersedia digunakan untuk menginduksi antibodi agar
dapat meredam protein spike pada virus. Namun, masih diteliti hubungan
antar antibodi ini dengan reseptor manusia ACE2 (Angiotensin-converting
Enzyme) pada penyakit ini. Pada kasus beberapa tahun belakangan dengan
virus SARS menunjukkan potensi untuk dieksplor lebih dalam dan
dikembangkan dalam pengujian in-vivo dikarenakan virus Covid-19 dapat
dikatakan sebagai mutasi dari virus SARS yang sebelumnya telah ada (Thanh
Le et al, 2020).

2.3 Kecemasan
2.3.1 Pengertian
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2013).
Kecemasan merupakan pengalaman individu yang bersifat subjektif, yang
sering bermanifestasi sebagai prilaku yang disfungsional yang di artikan
sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak
diketahui dengan pasti (Varcarolis, 2007, dalam Donsu, 2017)

Sedangakan menurut Sutejo (2017), Kecemasan atau ansietas adalah suatu


perasaan tidak santai yang samar samar karena adanya ketidaknyamanan
atau rasa takut yang di sertai suatu respon. Kecemasan juga dapat pula di
terjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang
disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya.
16

2.3.2 Rentang Respon


Menurut Sutejo (2017), rentang respon kecemasan meliputi:
1. Respon Fisiologis
a. Sistem kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, denyut nadi menurun, rasa mau pingsan, peningkatkan
reflek, reaksi kejutan, insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang,
kelemahan secara umum, gerakan lambat, dan gerakan yang janggal.
b. Sistem respirasi: nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa tertekan pada
dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik, dan terengah-
engah.
c. Sistem gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan,
perasaan dangkal, rasa tidak nyaman pada abdominal, rasa terbakar
pada jantung, nausea, dan diare.
d. Sistem perkemihan: inkontenensia urine dan sering miksi.
e. Sistem integumen: rasa terbakar, berkeringat banyak pada telapak
tangan, gatal-gatal, perasaan panas atau dingin pada kulit, muka
pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.
2. Respon perilaku
a. Gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Gugup bicara cepat
e. Tidak ada koordinasi
f. Kecenderungan untuk celaka
g. Menarik diri
h. Menghindar
i. Terlambat melakukan aktifitas
3. Respon kognitif
a. Gangguan perhatian
b. Konsentrasi hilang
c. Pelupa
d. Salah tafsir
17

e. Adanya bloking pada pikiran


f. Menurutnya lapangan persepsi
g. Kreatifitas dan produktifitas menurun
h. Bingung
i. Rasa khwatir yang berlebihan
j. Kehilangan penilaian objektifitas
k. Takut berlebih

2.3.3 Klasifikasi Kecemasan


Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat kecemasan, lama kecemasan
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
kecemasan. .Menurut Peplau dalam Videbeck (2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan
panik.
1. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya.Kecemasan ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart, 2013).
Menurut Videbeck (2008), respons dari Kecemasan ringan adalah
sebagai berikut:
a. Respons fisik
Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit
gelisah, penuh perhatian, dan rajin
b. Respon kognitif
Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,
mempertimbangkan informasi, dan tingkat pembelajaran optimal.
c. Respons emosional
Perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi, dan tenang.
18

2. Kecemasan sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Pada tingkat ini lapangan persepsi
terhadap lingkungan menurun. Dengan demikian, individu mengalami
perhatian yang tidak selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak
area jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2013). Menurut
Videbeck (2008), respons dari Kecemasan sedang adalah sebagai
berikut:
a. Respon fisik
Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi,
mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, dan
suara berubah (bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan, dan
ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur
berubah, dan nyeri punggung).
b. Respons kognitif
Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, dan pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.
c. Respons emosional
Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak
sabar, dan gembira.
3. Kecemasan berat
Pada Kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan
hal yang lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
arealain (Stuart, 2013).

Menurut Videbeck (2008), respons dari Kecemasan berat adalah sebagai


berikut:
19

a. Respons fisik
Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi,
tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang,
mengertakan gigi, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, dan
gemetar.
b. Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit
berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memerhatikan ancaman,
preokupasi dengan pikiran sendiri, dan egosentris.
c. Respons emosional
Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik
diri, penyangkalan, dan ingin bebas.
d. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat
menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat alaupun telah
diberikan pengarahan (Stuart, 2013).

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut:


a. Respons fisik
Flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, dan mulut ternganga.
b. Respons kognitif
Persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian
kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal,
halusinasi, waham, dan ilusi mungkin terjadi.
c. Respon emosional
20

Merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali,


mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang
buruk, kaget, takut, dan lelah.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart &
Laria, 2005 dalam Donsu, 2017)
a. Biologi
Model biologis menjelaskan bahwa ekspresi emosi melibatkan
struktur anatomi di dalam otak (Fortinash, 2006 dalam Donsu, 2017)
aspek biologis yang menjelaskan gangguan Kecemasan adalah
adanya pengaruh neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan
Kecemasan adalah norepineprin, serotonin dan gama-aminobutyric
acid (GABA). Stuart dan Laria (2005) menjelaskan bahwa aspek
psikologis memandang Kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadaian yaitu id dan superego.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2005) dalam Donsu (2017),
maturnitas individu, tipe kepribadian, dan pendidikan juga
mempengaruhi Kecemasan seseorang.
b. Sosial budaya
Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam bereaksi terhadap konflik dan cara mengatasi
Kecemasan. Dikatakan bahwa sosial budaya, potensi stress, serta
lingkungan, merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
Kecemasan.
2. Faktor Presipitasi
Stuart dan Laraia (2005) menggambarkan stresor pencetus sebagai
stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman,
21

atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Stressor


pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Menurut
Sutejo (2017), faktor prepitasi dibedakan menjadi berikut:
a. Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang datang akan menurunnya kepasitas untuk melakukan
kehidupan sehari hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
indentitas, harga diri, dan fungsi sosia yang terintegrasi seseorang

2.3.5 HARS
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan pengukuran skorkecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan
pada munculnya gejalapada individu yang mengalami kecemasan. Menurut
skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0
(Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian clinical trial. Skala HARS telah
dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian clinical trialyaitu 0,93 dan 0,97.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam penilaian kecemasan
terdiri dan 14 item, meliputi:
1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
22

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
amenorrhea, ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
kudukberdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:


0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
23

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-
14 dengan hasil:
a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 7 –14 = kecemasan ringan.
c. Skor 15 –27 = kecemasan sedang.
d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat (Hawari, 2011).

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (over behaviour). Pengetahuan umumnya datang dari
penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca
indera yang dilakukan sesorang terhadap objek tertentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2013).
2.4.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan menurut
Notoatmodjo (2012), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang
dipelajari. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
24

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,


menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistic dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesa (Syntesis)
Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
g. Menciptakan (Created)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan kohoren atau fungsional, mereorganisasi unsur kedalam
pola atau struktur baru, termasuk didalamnya: generating (Hipotesa),
planning (Perencanaan) dan producing (Penghasil).
25

2.4.3 Sumber-sumber pengetahuan


Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sumber pengetahuan di dapat dari
jenjang pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, nonformal dan
informal
1. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi
a. Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang membrikan pengetahuan
dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta
mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah,
merupakan bakal dari dasar perkembangan kehidupan baik pribadi
maupun masyarakat terdiri dari SD.
b. Pendidikan menengah yaitu pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan
menengah umum (SMP & SMA)
c. Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat
akademik atau professional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan
manusia. Terdiri dari akademi, instansi, sekolah tinggi, dan
universitas.
2. Pendidikan Nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kempuan
peserta didik. Terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat.
26

3. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan


berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Selain itu juga dapat
diperoleh dari pengalaman. Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa
tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun sesorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis
(Notoatmodjo, 2012).

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


1. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum,
seorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan seorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
2. Pekerjaan
Aktifitas sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki.
Seorang perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga
saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak
perubahan. Sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktifitas
sosial diluar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik,
misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktifitas sosial
(Darmojo & Hadi, 2016).
3. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar
organisasi dapat memperluas jangkauan pengalaman karena dari
27

berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh


(Notoatmodjo, 2012).
4. Usia
Semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam
menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki (Nursalam & Pariani,
2011).
5. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti televisi,
radio, majalah, koran, dan buku. Sehingga seorang yang lebih sering
terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar informasi media. Ini
berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2012).
6. Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan pokok (Primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2012).
7. Hubungan social
Manusia adalah mahkluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi
(Notoatmodjo, 2012).

2.4.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran tingkat oengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuisioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur
dapat disesuaikan dengan tujuh tingkatan diatas. Pengukuran tingkat
pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2012)
28

Ada berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: cara tradisional dan cara modern (Notoatmodjo, 2012)
1. Cara tradisional
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini, meliputi:
a. Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara coba-salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dapat
dicoba kemungkinan ke empat, dan seterusnya sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara Otoritas atau kekuasaan
Kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman
merupakan cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.oleh
karena itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengancara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d. Melalui jalan pikiran
29

Sejalan dengan perkembangan zaman, cara berfikir manusiapun


ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan
2. Cara Modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.
Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Berawal dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan
dan diklarifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan (Notoatmodjo,
2012).
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam proses
menginternalisasikan suatu informasi, sehiingga tingkat pengetahuannya
berbeda-beda dan dikategorikan menjadi pengetahuan baik, cukup dan
kurang (Potter & Perry, 2005). Dikatakan baik apabila pertanyaan dijawab
benar ≥ 16 (76%-100%), cukup jika menjawab benar sebanyak 15–12
(56%-75%), dan kurang jika menjawab benar sejumlah ≤ 11(40%-55%)
dari seluruh pertanyaan yang ada (Arikunto, 2016).

2.5 Tipe Kepribadian


2.5.1 Pengertian Kepribadian
Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin “persona” yang
berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh
pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan
perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Yunani, “persona”
berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Jadi konsep awal
dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku
yang ditempatkan dilingkungan sosial. Kesan yang mengenai diri yang
diinginkan agar ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2014).
30

Kartono dan Gulo (2013) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang
yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari
struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan
potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang
sebagaimana diketahui oleh orang lain. Sulvivan (2014), mendefinisikan
kepribadian sebagai pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar
pribadi yng berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia.

Gordon Allport memandang kepribadian sebagai organisasi dinamis


didalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang
menentukan cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dalam
lingkungan. Sistem psikofiis terdiri dari kebiasaan, sikap, nilai,
kepercayaan, keadaan emosi, motif, dan sentimen (Hurlock, 2016).

Adapun Jung membagi dua faktor yang membentuk kepribadian (dalam


Hartati, dkk, 2014), yaitu sebagai berikut:
1. Faktor genetik
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat
energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu
komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
2. Faktor lingkungan
Kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan yang berasal dari luar
individu tersebut. Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar
terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang
tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok
sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
dibentuk dari genetik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi cara
berfikir, sikap, kecerdasan, dll.
31

2.5.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert


Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Secara umum, kepribadian individu digolongkan kedalam
dua sifat, yaitu: (1) introvert dan (2) ekstrovert.
Individu yang mempunyai sifat ekstrovert akan cenderung mengalami
stress bila dihadapkan pada persoalan-persoalan yang membuat dirinya
terancam atau tertekan dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia
dibanding dengan ciri-ciri individu yang memiliki ciri-ciri kepribadian
ekstrovert (Wijono, 2011). Menurut Friedman & Rosenman (1974) yang
telah mengelompokkan kepribadian kedalam dua tipe yang berbeda yaitu
tipe A dan tipe B.

Kedua tipe kepribadian tersebut akan berbeda dalam mengatasi


perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan mereka. Beberapa ciri
yang dapat dilihat dari dua tipe tersebut adalah individu yang mengerjakan
tugas dengan cepat, mempunyai sikap kompetitif tinggi, tidak sabar
dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya atau
menyelesaikan tugas kurang dari waktu yang ditentukan, berorientassi
pada prestasi, ambisius, agresif, mudah stress, mudah tertekan, gesah-
gesah, mudah gelisah, sering mengalami ketegangan, dan berbicara dengan
penuh semangat (explosive).

Lawan dari tipe tersebut adalah kepribadian tipe B yang mempunyai ciri-
ciri rileks, tidak suka kesulitan, jarang marah, menggunakan banyak
waktunya untuk kegiatan yang disenangi, tidak mudah stres, tidak mudah
iri, bekerja terus-menerus, jarang kekurangan waktu, dan berbicara dengn
nada suara pelan dan bergeraknya lamban (Wijono, 2011).

Kebanyakan orang mengenal istilah ekstrovert dan introvert dari psikiater


Swiss bernama C. G. Jung, yang awalnya adalah salah satu sahabat
terdekat Freud. Jadi berdasarkan jiwanya, manusia dapat digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu:
32

a. Tipe kepribadian ekstrovert


Menurut Suryabrata (2013), orang-orang yang ekstrovert terutama
dipengaruhi dunia objektifnya, yaitu dunia luar dirinya. Orientasinya
terutama tertuju keluar. Pikiran, perasaan serta tindakan-tindakannya
terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun non sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya, ini
sama artinya dengan hati terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan
orang lain lancar. Bahaya bagi ekstrovert ini adalah apabila ikatan
terhadap dunia luar itu terlalu kuat, sehingga tenggelam dalam dunia
objektifnya, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya
sendiri (dalam Nuqul, 2016).

Eysenck, mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki tipe


kecenderungan ektrovert akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
mereka tergolong orang yang ramah, suka bergaul, meyukai pesta,
memiliki banyak teman, selalu membutuhkan teman untuk diajak
bicara, tertarik dengan apa yang tejadi disekitar mereka, terbuka, dan
sering banyak bicara, membendingkan pendapat mereka dengan
pendapat orang lain seperti aksi dan inisiatif, mudah mendapat teman
dan beradaptasi dalam kelompok baru, mengatakan apa yang mereka
pikirkan tertarik dengan orang-orang baru mudah menolak bersahabat
dengan orang-orang yang tidak diinginkannya. Mereka individu yang
periang dan tidak memusingkan suatu masalah, optimis dan ceria.

Sedangkan menurut L. A. Pervin (2016), bahwa gambaran sifat tipe


kepribadian ekstrovert adalah sebagai orang yang ramah dalam
pergaulan, banyak teman, sangat memerlukan kegembiraan, ceroboh,
impulsive. Secara lebih rinci dijabarkan mudah marah, gelisah agresif,
mudah menerima rangsang, berubah-ubah, impulsif, aktif, optimis,
suka bergaul, banyak bicara, mau mendengar, menggampangkan
lincah, riang, kepemimpinan. Menurut Jung, orang ekstrovert
dipengauhi dunia objektif, diluar dirinya. Orientasi tertuju pada
33

pikiran, perasaan terdasarnya terutama ditentukan oleh lingkungan


baik sosial maupun non sosial (Suryabrata, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa orang yang berkepribadian ekstrovert adalah


orang yang mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya, sehingga fikiran, perasaan dan tindakan-tindakannya
banyak dipengaruhi dunia liar dirinya (objektif) daripada dunia dalam
dirinya (subjektif).

b. Tipe kepribadian introvert


Sebaliknya seseorang yang memiliki kecenderungan introvert akan
memiliki karakteristik antara lain: tertarik dengan pikiran dan
perasaannya sendiri, tampil dengan muka pendiam dan tampak penuh
pemikiran, biasanya tidak mempunyai banyak teman, sulit membuat
hubungan baru, menyukai konsentrasi dan kesunyian, tidak suka
dengan kunjungan yang tidak diharapkan, baik bekerja sendirian
daripada berkelompok.

Berdasarkan teori Jung (2006 dalam Ladius, N. (2013). yang


menyatakan beberapa ciri orang yang introvert, yaitu terutama dalam
keadaan emosional atau konflik, orang dengan kepribadian ini
cenderung untuk menarik diri dan menyendiri. Mereka lebih menyukai
pemikiran sendiri daripada berbicara dengan orang lain. Mereka
cenderung berhati-hati, pesimis, kritis dan selalu berusaha
mempertahankan sifat-sifat baik untuk diri sendiri sehingga dengan
sendirinya mereka sulit untuk dimengerti. Mereka seringkali banyak
pengetahuan atau mengembangkan bakat diatas rata-rata dan mereka
hanya dapat menunjukkan bakt mereka dilingkungan yang
menyenangkan.

Orang introvert berada dalam puncaknya dalam keadaan sendiri atau


dalam kelompok kecil tidak asing. Menurut Eysenck (2016) orang
dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat tenang, suka merawat
diri, bersikap hati-hati, pemikir, kurang percaya pada keputusan yang
34

impulsif, lebih suka hidup teratur, suka murung, kuatir, kaku,


sederhana, pesimis, suka menyendiri, kurang suka bergaul, pendiam,
pasif, berhati-hati, tenggang hati, damai, terkendali, dapat diandalkan,
menguasai diri.

Dapat disimpulkan bahwa orang yang berkepribadian intovert adalah


orang yang tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya, yang cenderung dipengaruhi dunianya sendiri (subjektif)
daripada dunia luar (objektif).

2.6 Dukungan keluarga


2.6.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif
umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang
tanpa keuntungan ini, karena dukungan keluarga dianggap dapat
mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental individu.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota


keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu
membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi
pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang
diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya
dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah
keluarga. Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah
35

secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak


pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi
proses pengobatan penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).

2.6.2 Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga


Friedman (2013) membagi bentuk dan fungsi dukungan keluarga menjadi
4 dimensi yaitu:
1. Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional
melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat,
kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional (Friedman, 2013).
Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan
mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan
dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian
(Sarafino, & Smith 2011)
2. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal
kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat (Friedman, 2013).
3. Dukungan Informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi
informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi (Friedman, 2013).
4. Dukungan Penilaian atau Penghargaan
Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
36

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,


penghargaan, dan perhatian (Friedman, 2013).
Sedangkan menurut Indriyani (2013) membagi dukungan keluarga
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas seharihari yang
mendasar, seperti dalam hal mandi menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruang
khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai
kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang aman, dan
lain-lain
2. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan perhatian
dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa aman,
membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu
meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu
bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi
atau nada bicara jelas, dan sebagainya.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk
mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan,
memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai
dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain,
dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.

2.6.3 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak
yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada
anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu
37

dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak
bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih
egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Friedman (2013) juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi


dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas
dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang
tua dengan kelas sosial bawah. Faktor lainnya adalah adalah tingkat
pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin
tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit

2.7 Kerangka Teori


A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan :
a. Faktor predisposisis
- Teori psikoanalitik
- Teori interpersonal
- Teori perilaku
- Kajian keluarga Tingkat Kecemasan :
- Kajian biologis
- Tidak Cemas
b. Faktor predisposisi
1. Faktor internal - Cemas Panik
- Pengetahuan - Cemas Berat
- Potensi stressor - Cemas Sedang
- Maturitas - Cemas Ringan
- Keadaan fisik
- Lingkungan dan situasi
- Pendidikan dan status ekonomi
- Tipe keperibadian
- Umur jenis kelamin
2. Faktor eksternal
- Ancaman integritas diri
- Ancaman konsep diri
38

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Hawari (2011), Stuart and Sundeen (2015)

2.8 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Tipe Kepribadian Kecemasan

Dukungan keluarga

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari peneliti yang
kebenarannya masih harus diteliti lebih lanjut. Berdasarkan kerangka kerja
diatas penulis mengajukan hipotesis yaitu:
Ha:
1. Ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan tenaga kesehatan dalam
menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021.
2. Ada hubungan tipe kepribadian dengan kecemasan tenaga kesehatan dalam
menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021.
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan tenaga kesehatan
dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi Waluyo
2021.
39

2.10 Penelitian Terkait


No Judul Peneliti Jurnal Tahun Metode Variabel Hasil
1 Faktor yang Fadli, Safruddin, Jurnal 2020 Penelitian Variabel Hasil penelitian ini
Mempengaruhi Andi Sastria Pendidikan kuantitatif Independen: menunjukkan bahwa ada
Kecemasan pada Ahmad, Sumbara, Keperawatan mengunakan Usia, status pengaruh usia (p=0.024); status
Tenaga Kesehatan Rohandi Indonesia metode keluarga, kejujuran keluarga (p=0.022); kejujuran
Dalam Upaya Baharuddin e-ISSN 2477- obsevasional pasien, pasien (p=0.034); ketersediaan
Pencegahan 3743 p-ISSN analitik dengan ketersediaan alat alat pelindung diri (0.014);
Covid-19 2541-0024 rancangan pelindung diri, pengetahuan (p=0.030) terhadap
cross-sectional pengetahuan kecemasan petugas. Dari hasil
Variabel dependen: uji regresi logistic menunjukkan
kecemasan variabel ketersediaan alat
pelindung diri yang paling
berpengaruh terhadap
kecemasan (r=0.517;CI=1.34-
8.06), yang artinya ketersediaan
alat pelindung memilliki
pengaruh 51.7% terhadap
kecemasan petugas kesehatan
dalam upaya pencegahan Covid-
19.

2 Hubungan Stigma Falerisiska Prosiding 2020 Desain peneilitan Variabel Tidak ada hubungan yang
Dengan Yunere Seminar ini adalah dengan Independen: bermakna antara stigma dengan
Kecemasan , Yaslina Kesehatan pendekatan cross stigma kecemasan perawat.
Perawat Dalam Yaslina Perintis E sectional
Menghadapi - Variabel dependen:
Pandemi Covid- ISSN : 2622 kecemasan
19 -
2256
40

Vol. 3 No. 1
Tahun 2020
3 Gambaran Faktor Nurfadillah, Jurnal 2021 Studi ini Kesehatan Mental Hasil studi didapatkan 7 artikel
Yang Rosyidah Arafat, Keperawatan merupakan literatur yang membahas faktor-faktor
Mempengaruhi Saldy Yusuf Volume 13 review yang yang mempengaruhi masalah
Kesehatan Mental Nomor 1, dianalisa dengan kesehatan mental perawat di
Perawat Pada Maret 2021e- menggunakan masa pandemic COVID-19,
Masa Pandemi ISSN 2549- PI(E)O dengan diantaranya faktor personal
Covid-19: 8118; p- mengidentifikasi meliputi usia, jenis kelamin
Literatur Review ISSN2085- artikel-artikel seorang wanita, sudah menikah,
1049 ilmiah cross- memiliki anak, memiliki orang
sectional study tua yang berumur lansia,
berprofesi sebagai seorang
perawat dan bekerja di tempat
yang berisiko tinggi. Sedangkan,
faktor situasional yang
mempengrauhi kesehatan
mental, diantaranya risiko
paparan, dukungan social, APD,
stigma dan beban
kerja.Kesehatan mental perawat
sebagai frontlinedimasa
pandemic menjadi sangat
penting untuk diperhatikan, oleh
sebab itu meminimalkan faktor-
faktor situasional dapat
menurunkan tingkat atau gejala
kesehatan mental perawat
41

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diambil karena peneliti hanya mengambil
beberapa variabel saja dari objek yang diteliti dan kemudian memuat
instrument untuk mengukurnya, instrument yang digunakan adalah kuesioner
yang akan disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional.
Penelitian cross sectional (Potong lintang) adalah suatu penelitian dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat itu (point
time approach). Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter subjek pada saat
penelitian(Arikunto, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu dan tempat penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 20
-27 Mei 2020 di Rumah Sakit Mardi Waluyo.

3.3 Subjek Penelitian


1. Populasi
Populasi Penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek
yang diteliti (Sunyoto D dan Setiawan A, 2013). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Mardi
Waluyo sejumlah 368 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013).
n = N
1+N(d 2 )
Keterangan:
n : Besar sampel
N : besar populasi
42

d : tingkat penyimpangan yang diinginkan (0.05)


n = 368 = 192.19
1+ 368 (0,052 )
Jadi sampel yang digunakan sejumlah 193 orang.
Kriteria inklusi:
a. Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Mardi Waluyo
b. Akan mendapatkan Vaksin Covid 19
c. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi:
a. Tidak mendapatkan Vaksin Covid 19
b. Sedang cuti

3. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Random
Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu
dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Arikunto,
2013).

3.4 Variabel Penelitian


Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoatmodjo, 2014).
Variabel dalam penelitian ini terbagi dalam dua variabel, antara lain:
1. Variabel terikat (dependent), yaitu kecemasan.
2. Variabel bebas (independent), pengetahuan, tipe kepribadan dan
dukungan keluarga.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah suatu variabel – variabel yang diamati atau diteliti
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel –
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2014).
43

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
1 Kecemasan Perasaan takut Menggunakan Mengisi 1: Tidak Cemas Ordinal
atau tidak tenang kuesioner kuesioner (0-9)
yang dialami oleh yang berisi 13 2: Cemas (10-
tenaga kesehatan pertanyaan 39)
dalam menghadapi yang
vaksin covid 19. dimodifikasi
dari skala
kecemasan
Hamilton
Rating Scale
for Anxiety
(HRS-A)

Variabel Independen
2 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Mengisi 1: Baik (≥76%) Ordinal
yang diketahui kuesioner 2: Kurang Baik
seseorang melalui (< 76%)
sejumlah
penginderaan baik
indera penglihatan,
pendengaran
berkaitan dengan
vaksin covid 19.
3 Tipe Sifatdan tingkah Kuesioner Mengisi 1. Ekstrovert Ordinal
kepribadian laku khas kuesioner 2. Introvert
seseorang yang
membedakannya
dengan orang
lain
4 Dukungan Sikap, tindakan Kuesioner Mengisi 1: Mendukung Nominal
keluarga penerimaan kuesioner (Skor nilai ≥
keluarga mean/median)
terhadap anggota 2: Tidak
keluarganya, mendukung
berupa dukungan (Skor nilai >
informasional, mean/median)
dukungan
penilaian,
dukungan
instrumental dan
dukungan
emosional.

3.6 Etika Penelitian


Penelitian ini menggunakan objek manusia dimana pelaku penelitian dalam
menjalankan tugas meneliti hendaknya memegang teguh sikap ilmiah serta
berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yang
44

dilakukan tidak merugikan atau membahayakan bagi subjek peneliti


(Notoatmodjo, 2014). Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat
prinsip yang harus dipegang teguh yaitu:
Menurut Creswell (2010), dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat
prinsip yang harus dipegang teguh yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Dalam menjalankan proses penelitian, peneliti harus tetap menghormati
dan menjunjung tinggi harkat serta martabat manusia atau individu sebagai
pertisipan. Partisipan berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan
lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan menfaat
penelitian, prosedur penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan
informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek
penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari
peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
confidentially).
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk
mendapatkan kerahasiaan informasi. Prinsip ini dapat diterapkan dengan
cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian
diganti dengan kode tertentu.
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan
secara professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna
bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
4. Memperhitungkan manfaat bagi subjek penelitian.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian yang dilakukan,
peneliti harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience).
45

Sebelum mengambil data, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian


serta mempertimbangkan etik dalam penelitian dengan menjamin hak – hak
responden, adapun etika penelitian dalam penelitian ini meliputi:
1. Inform Consent
Inform consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan calon
responden yang dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan,
penelitian menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Dalam
penelitian ini responden telah menandatangani lembar persetujuan yang
diajukan.
2. Anonimity
Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya
menuliskan kode nomer responden pada lembar pengumpulan data kode
yang digunakan berupa nomor responden berupa huruf (inisial nama).
3. Confidentiality
Saat pelaksana dilapangan peneliti tidak hanya terlibat dalam proses
pengambilan data penelitian tetapi kadang responden berbagi cerita sekitar
kehidupan pribadinya sehingga peneliti menjamin kerahasiaan hasil
penelitian baik informasi maupun masalah lain yang menyangkut privasi
responden dan hanya kelompok data tersebut tertentu yang dilaporkan
pada hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen
Dalam memperoleh data dan informasi yang akan mendukung penelitian
ini, maka peneliti mengumpulkan data berupa kuesioner (angket), yaitu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner dan Hamilton Rating Scale for Anxiety.
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang telah digunakan
46

dalam penelitian Saputra (2021), sehingga tidak dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Proses
pengumpulan data dilakukan di RS Mardi Waluyo Metro dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan
Persiapan sebelum melakukan penelitian ini meliputi:
a. Peneliti memulai penelitian dengan mengurus surat izin penelitian
dari Institusi Pendidikan. Kemudian peneliti menyerahkan surat
izin penelitian dari Institusi Pendidikan ke Institusi tempat
penelitian yaitu RS Mardi Waluyo Metro.
b. Setelah mendapatkan izin dari pihak RS Mardi Waluyo Metro
peneliti melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui
kecemasan pada perawat dalam menghadapi Vaksin COVID-19.
c. Langkah selanjutnya adalah peneliti menyusun lembar kuesioner
serta memperbanyak lembar kuesioner.
2. Langkah-langkah pelaksanana
a. Setelah mendapatkan izin dari Kepala RS Mardi Waluyo Metro
peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden yaitu
perawat RS Mardi Waluyo Metro. Selanjutnya kepada calon
responden diberikan penjelasan tujuan penelitian dan dimohonkan
bantuannya menjadi responden. Responden yang bersedia menjadi
responden selanjutnya dipersilahkan menandatangani lembar
Informed Consent.
b. Responden yang memenuhi kriteria diberikan kuesioner tentang
pengetahuan, tipe kepribadian, dukungan keluarga dan kecemasan.
c. Setelah semua kuesioner terisi lengkap peneliti mengumpulkan
kuesioner untuk proses selanjutnya yaitu pengolahan data hasil
penelitian. Pada tahap akhir peneliti mengucapkan terima kasih
47

kepada responden yang telah bersedia menjadi responden


penelitian.
d. Selanjutnya peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan
software komputer.
3. Langkah akhir
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis
data dirumuskan kesimpulan penelitian, kemudian data disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel.

Pengumpulan data sebagai berikut:


a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu dengan
mengunjungi lokasi penelitian dan meminta responden untuk mengisi
kuesioner yang telah disusun oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Data yang pengumpulannya tidak dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi
diperoleh dari pihak lain, dalam hal ini peneliti mengambil dari data
kepegawaian RS Mardi Waluyo.

3.8 Pengolahan Data


Menurut Sugiyono (2014) setelah kuesioner diisi oleh responden, maka data
diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan isian yang
dilakukan oleh responden.
2. Coding
Usaha mengklasifikasikan para responden menurut macamnya. Dengan
menandai masing‐masing jawaban itu dengan kode‐kode tertentu dalam
bentuk angka. Memberi kode untuk masing – masing variabel terhadap
data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa
kelengkapannya.
48

3. Scoring
Peneliti memberikan skor atau nilai pada tiap‐tiap butir pertanyaan
dengan setiap variabel dalam kuisioner.
4. Tabulating
Lewat tabulasi yang peneliti buat tampak ringkasan dan susunan dalam
bentuk tabel. Sehingga variabel bebas dan variabel terikat yang telah
dijawab oleh responden melalui kuisioner dapat diperoleh kemudian data
ini siap dianalisis.

3.9 Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Teknik analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat.
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
sedangkan analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
saling berhubungan atau berkorelasi.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan terhadap variabel dari
penelitian untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari tiap variabel.
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2014).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel independen dan variabel
dependen yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis dari uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik chi
square dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan menentukan uji
kemaknaan akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua variabel
tersebut jika menunjukan hasil uji statistik bahwa nilai p (p value) <
0,05 berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna hubungan antara
dua variabel yang diuji (Notoatmodjo, 2014).
Interprestasi:
a. Tentukan batasan kritis α (0,05)
49

b. Dengan nilai hitung df, tentukan nilai p value pada table chi square
c. Jika p value < α (0,05) Ho ditolak,sampel mendukung adanya
hubungan yang bermakna (signifikan).
d. Jika p value > α (0,05) Ho diterima, sampel tidak mendukung
adanya hubungan yang bermakna (signifikan).
DAFTAR PUSTAKA

Albertus (2021). Diagnosis Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).


https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-
2019-covid-19/diagnosis

Alfarisi 92021) Mengenal Seputar Corona Virus Diseases (Covid-19).


https://kkn.unnes.ac.id/lapkknunnes/32004_3374051006_6_Kelurahan
%20Gebangsari_20200919_100226.pdf

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Baharuddin (2020) Kebutuhan Tenaga Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas


Pada Era Covid-19.

Https://Osf.Io › Download

Cheng, Q., Liang, M., Li, Y., He, L., Guo, J., Fei, D.,Zhang, Z. (2020).
Correspondence Mental health care for medical staff in China during the
COVID-19. Lancet, 7, 15–26. https://doi.org/10.1016/S2215-
0366(20)30078-X

Creswell, John W. 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif,. Kuantitatif,


dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dam PM, Zelis N, Stassen P, Twist DJL, Leeuw PWD, Kujik S, et al. Validating
the RISE UP Score for predicting prognosis in patients with COVID-19 in
the emergency department: a retrospective study. BMJ Open.
2021;11:e045141

Donsu, J.D.L., (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres.

Eysenck, H.J. & Wilson, G.D. 2008. Know Your Own Personality. Anglesburg :
Pelican

Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI.

Hidayat, (2013). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang.
Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

IASC. (2020). Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah
Covid-19 (pp. 1–20)

Indriyani, Diyan. 2013. Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas


Postpartum dengan Kematian Janin. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.

Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2 ed. Jakarta: EGC.

Kartono, Kartini & Dali Gulo, 2013, Kamus Psikologi. (Bandung: CV Pionir
Jaya,).

Kemenkes RI (2021). Sudah vaksinasi, Kemenkes ingatkan masyarakat tetap jaga


protokol kesehatan. https://kesehatan.kontan.co.id/news/sudah-vaksinasi-
kemenkes-ingatkan-masyarakat-tetap-jaga-protokol-kesehatan

Kembaren (2021) Takut Disuntik Vaksin Corona? Ini 4 Tips Atasi Rasa Cemas
dari Dokter Jiwa. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5332063/takut-disuntik-vaksin-corona-ini-4-tips-atasi-rasa-cemas-dari-
dokter-jiwa

L. A. Pervin, & O. P.. John (Eds.), Handbook of Personality: Theory and


Research 2nd ed., 102 -. 138. New York: Guilford

Ladius, N. (2013). Psikologi Jung; Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses
dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung). Jakarta: Grasindo

Lina Sayekti, Dalam Menghadapi Pandemi: Memastikan Keselamatan dan


Kesehatan di Tempat kerja, (ILO, 2020), hal. 7

Lurie, N., Saville, M., Hatchett, R., & Halton, J. (2020). Developing Covid-19
vaccines at pandemic speed. New England Journal of Medicine, 382(21),
1969-1973.

McIntosh K, Hirsch M, Bloom A. Virus corona disease 2019 (COVID-19).


UpToDate. 2020. https://www.uptodate.com/contents/virus corona-dise

Misgiyanto & Susilawati, D. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dengan


tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Jurnal Keperawatan, 5, 01-15.

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, S. P., & Sri, U. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian
ilmu keperawatan: pedoman skripsi (Doctoral dissertation, Doctoral
dissertation, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika).

Pane (2021). Virus Corona. https://www.alodokter.com/virus-corona

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia


2019-nCoV. PDPI: Jakarta

Potter & Perry. ( 2005 ). Buku Ajar fundamental Keperawatan : konsep, Proses,
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Purnomo (2021) Pemerintah Targetkan Vaksinasi Covid-19 pada 1,5 Juta Nakes
Bulan Ini.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/02/070200123/pemerintah-
targetkan-vaksinasi-covid-19-pada-1-5-juta-nakes-bulan-ini?page=all

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial


interactions.

Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC

Stuart.GW (2013) Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Alih bahasa Kapoh.RP &
Komarayuda. E. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunyoto, D., & Setiawan, A. (2013). Statistik Kesehatan; Paramatrik, Non


Paramatik, Validitas, dan Reliabilitas.

Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sutejo. 2017. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Perss.

Thanh Le, T., Zacharias A., Arun K., Raul G. R., Stig T., Melanie S., dan Stephen
M. (2020). The COVID-19 Vaccine Development Landscape. Nature
Reviews: Drug Discovery, 10, 305-306. https://doi.org/10.1038/d41573-
020-00073-5

Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wijono, Djoko. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Air


Langga Universitas Press.
Lampiran 1 : Inform Consent (kesediaan menjadi responden )

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Nomor responden :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Menyatakan ketersediaan saya untuk ikut berpartisipasi menjadi responden yang


berjudul ”Faktor Faktor yang berhubungan dengan Kecemasan Tenaga Kesehatan
dalam menghadapi Vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Mardi Waluyo 2021”

Saya memberi persetujuan ini atas kehendak saya sendiri setelah mendengar dan
mengerti penjelasan dari peneliti. Saya memahami tentang tujuan, manfaat,
prosedur penelitian serta hak dan kewajiban saya sebagai responden.

Metro,

Responden

(……………………..)
LEMBAR KUESIONER

Kode responden :

A. DATA DEMOGRAFI :
1. Pendidikan
 SD/sederajat
 SMP/sederajat
 SMA/sederajat
 Perguruan tinggi
 Lain-lain
2. Umur
 20 –34 tahun
 35 –50 tahun
 Di atas 50 tahun
3. Jenis kelamin
 Laki –laki
 Perempuan
4. Status perkawinan
 Tidak kawin
 Janda/duda
 Kawin

B. PENGETAHUAN
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda checklist
(√) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.

No Pertanyaan Benar Salah


1 COVID-19 adalah penyakit infeksi virus.
2 COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dengan
orang yang terinfeksi.
3 Demam, batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas
adalah gejala yang mungkin terjadi pada orang yang
terinfeksi COVID-19
4 Waktu yang dibutuhkan virus COVID-19 dari waktu
terpapar hingga menimbulkan gejala adalah 2 minggu
5 Vaksin COVID-19 telah tersedia
6 Antibiotik adalah pilihan obat yang pertama diberikan
kepada pasien COVID-19
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta
menggunakan masker untuk menutupi mulut dan hidung
bisa membantu untuk mencegah penularan COVID-19
8 Semua orang yang terinfeksi COVID-19 akan
berkembang menjadi kasus yang parah
9 Tenaga kesehatan tidak memiliki risiko yang tinggi
untuk terinfeksi COVID-19
10 COVID-19 bisa menyebabkan kematian
11 Berbeda dengan flu biasa, hidung tersumbat, hidung
berair, dan bersin lebih sering ditemukan pada orang
yang terinfeksi COVID-19.
12 Klorokuin telah terbukti efektif untuk menyembuhkan
infeksi COVID-19
13 Memakan atau berhubungan dengan binatang bisa
menyebabkan infeksi COVID-19
14 Orang yang terinfeksi COVID-19 tidak bisa
menyebarkan virus ke orang lain jika tidak menunjukkan
gejala.
15 COVID-19 menyebar melalui percikan air liur orang
yang terinfeksi saat batuk, bersin, dan berbicara
16 Mengisolasi/memisahkan pasien di ruangan khusus dan
merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 kurang
efektif untuk mengurangi penyebaran virus
17 Orang yang memiliki kontak dengan seseorang yang
terinfeksi COVID-19 sebaiknya segera
diisolasi/dipisahkan di tempat yang memadai dan
diobservasi selama 14 hari
18 COVID-19 ditularkan melalui udara, kontak, dan rute
fekal-oral (memakan benda/makanan/minuman yang
terkontaminasi tinja penderita)
19 Vaksin influenza cukup untuk mencegah COVID-19
20 COVID-19 bisa menyebar dalam bentuk partikel atau
percikan yang tergantung di udara dan bisa ditularkan
melalui udara.

C. TIPE KEPRIBADIAN
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pernyataan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti
2. Harap mengisi semua pertanyaan yang ada di kuesioner ini, pastikan tidak ada
yang terlewatkan. Setiap nomor hanya di isi dengan satu jawaban.
3. Isilah data demografi bapak/ibu
4. Beri tanda chesklist (√) pada jawaban yang anda anggap benar
5. Bapak/ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti jika ada kesulitan dalam
menjawab isi kuesioner.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya mudah berkomunikasi dengan lingkungan disekitar
saya
2 Saya selalu bersemangat menjalani aktifitas sehari-hari
3 Saya menyukai suasana yang tenang
4 Saya lebih suka menghabiskan waktu luang sendirian
5 Saya berani menyatakan pendapat saya ketika sedang
berdiskusi dengan orang lain (keluarga/teman)
6 Saya selalu tegas dalam mengambil keputusan
7 Saya memegang teguh prinsip yang saya miliki
8 Saya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang sama
setiap hari dan tepat pada waktunya
9 Perhatian saya mudah sekali teralihkan
10 Saya selalu mempertimbangkan situasi yang saya hadapi
saat ini
11 Dalam berfikir saya dapat menempatkan diri dengan
baik
12 Saya cenderung memikirkan masa depan dari pada masa
lalu
13 Saya sering menunda-nunda pekerjaan
14 Saya cenderung mengabaikan janji yang telah saya buat
15 Saya tidak pernah terlambat dalam menepati janji saya
16 Saya membantu orang lain tanpa meminta imbalan
17 Saya suka terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial
seperti pengajian, dan gotong-royong
18 Saya merasa nyaman berbicara di depan banyak orang
19 Saya merasa tidak nyaman berada di tengah banyak
orang
20 Saya tidak menyukai keramaian
21 Saya adalah tipe orang yang mudah marah
22 Saya cenderung lebih terbuka kepada orang lain dalam
mengungkapkan perasaan yang sayarasakan
23 Saya cenderung menggunakan perasaan dalam setiap
tindakan yang saya lakukan
24 Saya merasa mudah untuk berbicara mengenai perasaan
saya dengan orang lain
25 Saya sering melakukan pekerjaan dengan terburu-buru
26 Saya cenderung mengambil keputusan seketika pada
saat itu juga tanpa mempertimbangkannya lebih dahulu
27 Saya selalu berhati-hati dalam berbicara
28 Saya cenderung mempertimbangkan masak-masak
setiap keputusan yang saya ambil
D. KECEMASAN
Skor :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
9 - Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
10 - Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
11
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
12 - Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
13 - Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Skor Total

Anda mungkin juga menyukai