Anda di halaman 1dari 15

“ TUGAS MATERNITAS ”

Dosen Pembimbing :

Dr. Nur Elly, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh:

Aria Maici Yosepa

Nim : P0 5120219 005

Kelas : 2A DIII Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


1. PENILAIAN APGAR/KEBUGARAN BAYI BARU LAHIR

Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang baru
lahir. Skor APGAR ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk menilai status
klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan intervensi segera untuk
merangsang pernapasan. Dr. Apgar kemudian menerbitkan penelitian lanjutan yang
mencakup lebih banyak pasien.

Pada tahun 1961, Dr. Joseph Butterfield memperkenalkan mnemonic dari APGAR untuk


memudahkan sejawat mengingat komponen skor APGAR. Komponen dari skor APGAR
adalah:

 A = Appearance (warna kulit)

 P = Pulse (denyut jantung)

 G = Grimace (refleks)

 A = Activity (tonus otot)

 R = Respiration (pernapasan)

Skor APGAR dihitung pada menit ke-1 dan ke-5 untuk


semua bayi, kemudian dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi dengan skor
APGAR kurang dari 7. Skor APGAR menghitung kuantitas dari tanda-tanda klinis depresi
neonatal seperti sianosis atau muka pucat, bradikardia, depresi refleks terhadap stimulus
taktil, hipotonus, dan apnea atau respirasi yang terganggu.

Skor APGAR tidak dapat dipakai untuk menilai mortalitas seorang bayi dan tidak dapat
digunakan untuk menilai kesehatan atau keadaan neurologis bayi di masa mendatang

Cara Penilaian Skor APGAR

Penilaian skor APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit, denyut jantung,
refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-masing aspek akan
diberikan poin yang bervariasi antara 0-2 poin tergantung kondisi bayi.

A - Appearance atau Warna Kulit

Dokter mengamati warna kulit pada tubuh dan ekstremitas bayi dan memberikan poin sesuai
hasil pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
 2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstremitas

 1 poin = Warna kulit biru pada ekstremitas, warna kulit pink pada tubuh

 0 poin = Warna kulit seluruh tubuh dan ekstremitas biru

P - Pulse atau Denyut Jantung

Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau dengan menggunakan dua jari.
Denyut jantung dihitung selama 15 detik, kemudian dikalikan 4 sehingga didapatkan denyut
jantung selama 60 detik (1 menit).

 2 poin = >100 kali/menit

 1 poin = <100 kali/menit

 0 poin = Tidak ada denyut jantung

G - Grimace atau Refleks Terhadap Stimulus Taktil

Dokter mengamati respons bayi terhadap stimulus taktil dan memberikan poin sesuai hasil
pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:

 2 poin = Bayi menangis, batuk atau bersin

 1 poin = Bayi meringis atau menangis lemah saat distimulasi

 0 poin = Bayi tidak merespons stimulasi

A - Activity atau Tonus Otot

Dokter mengamati tonus otot bayi dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin yang
diberikan adalah:

 2 poin = Bergerak aktif

 1 poin = Sedikit gerakan

 0 poin = Lemah atau tidak ada gerakan

R - Respiration atau Pernapasan

Dokter mengamati pernapasan bayi dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin
yang diberikan adalah:

 2 poin = Pernapasan baik dan teratur, menangis kuat

 1 poin = Pernapasan lemah, tidak teratur

 0 poin = Tidak ada napas


Interpretasi Skor APGAR

Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen. Beberapa hal yang
perlu diketahui saat melakukan perhitungan skor APGAR adalah:

 Skor terbaik adalah 10, namun skor 7, 8 dan 9 adalah normal dan bayi dapat dikatakan
sehat

 Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit

 Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada
tangan dan kaki[4]

Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:

a) Proses kelahiran yang sulit

b) Sectio caesarea

c) Cairan pada saluran pernapasan bayi

Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan:

 Oksigen dan pembersihan saluran napas. Pembersihan saluran napas dapat dilakukan
dengan menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan melalui mulut terlebih
dahulu, kemudian melalui hidung. Urutan ini bertujuan mencegah bayi menghirup
cairan sekresi

 Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang normal

Skor APGAR dan Resusitasi

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Neonatal Resuscitation Program, skor APGAR


berguna untuk memperoleh informasi mengenai status klinis bayi yang baru lahir secara
umum dan respons bayi terhadap resusitasi neonatus. Namun, resusitasi harus diinisiasi
sebelum penentuan skor APGAR pada menit ke-1. Oleh karena itu, skor APGAR tidak bisa
digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi inisial, tahapan resusitasi yang diperlukan,
dan kapan resusitasi diperlukan.

Keterbatasan Skor APGAR

Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru lahir pada suatu waktu
tertentu dan memiliki beberapa komponen yang bersifat subjektif. Ada banyak faktor yang
dapat memengaruhi penilaian Skor APGAR, seperti:

 Sedasi maternal atau anestesi

 Malformasi kongenital
 Usia gestasi

 Trauma

 Variasi antar penilai[8]

Komponen seperti tonus otot, warna kulit, dan refleks bersifat subjektif dan bergantung pada
maturitas fisiologis dari bayi tersebut. Bayi preterm yang sehat tanpa tanda-tanda asfiksia
bisa memiliki skor APGAR yang rendah hanya karena usia kelahiran yang belum
cukup (immaturity).[10,11]

Skor APGAR tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk menentukan keadaan asfiksia
pada bayi yang baru lahir. Untuk menentukan keadaan asfiksia, diperlukan juga hasil
pemantauan abnormalitas umbilical arterial blood gas, fungsi klinis sistem serebral, hasil
dari neuroimaging, neonatal electroencephalography, patologi plasenta, hasil tes hematologi,
dan indikasi adanya disfungsi organ multisistem. Ketika bayi yang baru lahir memiliki Skor
APGAR kurang dari atau sama dengan 5 pada menit ke-5, maka sampel dari umbilical
arterial blood gas sebaiknya diambil. Uji patologi untuk plasenta juga sebaiknya dilakukan.
[8]

Kesimpulan

Skor APGAR adalah suatu sistem skoring yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
baru lahir dan menilai responsnya terhadap resusitasi. Penilaian skor APGAR dilakukan
dengan memeriksa warna kulit, denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot,
dan pernapasan. Skor APGAR tidak bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi
inisial, tahapan resusitasi yang diperlukan, dan kapan resusitasi diperlukan. Untuk
menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru lahir, digunakan Neonatal
Resuscitation Algorithm.

2. PENILAIAN ANTROPOMETRI BBL

Pemeriksaan fisik penting untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pada tubuh dan
anggota badan bayi baru lahir. Antropometri juga menjadi komponen kunci dari
penilaian status gizi pada anak.Pemeriksaan antropometri mencerminkan perubahan status
gizi dan kesehatan fisik seorang anak, seperti untuk mendeteksi adanya gangguan atau
kelainan pada bayi baru lahir.Pengukuran ini juga bisa menentukan kesehatan bayi
seperti berat badan badan rendah, risiko berat badan berlebih, gizi buruk hingga obesitas.

Apa saja yang diukur pada pemeriksaan antropometri?

Pemeriksaan antropometri pada anak diukur sejak usia 0 bulan hingga 18 tahun.Di Indonesia
sendiri, penilaian antropometri dari Kementerian Kesehatan mengacu pada parameter WHO
yang didasarkan pada 4 indeks pengukuran meliputi:

 Berat badan menurut umur (BB/U)

 Panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)


 Berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) 

 Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Adapun keempat indeks pemeriksaan antropometri tersebut digunakan untuk menentukan


sejumlah kategori berikut:

1.Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Kategori ini  digunakan untuk menentukan kategori bayi atau anak:

 Berat badan sangat kurang 

 Berat badan kurang

 Berat badan normal

 Risiko berat badan lebih

Berat badan normal bayi baru lahir adalah saat nilai Z-score pada pengukuran antropometri
berada pada -2 SD sampai dengan +1 SD. 

2.Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

Kategori ini digunakan untuk menentukan kategori bayi atau anak:

 Anak sangat pendek (stunting)

 Pendek

 Normal

 Tinggi

Adapun panjang normal bayi baru lahir atau tingginya dikatakan ideal jika Z-score pada
pengukuran berada pada -2SD sampai dengan +3SD. Tinggi rata-rata bayi baru lahir adalah
berkisar 49.9 cm dan bayi perempuan 49.1 cm.

3. Indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) dan
indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Kategori ini digunakan untuk menentukan bayi atau anak mengalami:

 Gizi buruk

 Gizi kurang

 Gizi baik

 Gizi lebih
 Obesitas

Bayi atau anak dikatakan memiliki gizi baik (normal) jika dalam pengukuran, Z-score nya
menunjukan angka pada kisaran -2SD sampai dengan +1 SD.

4. Lingkar kepala dan lingkar lengan atas (LILA)

Dalam pengukuran ini, lingkar kepala bayi juga ikut dipantau. Adapun lingkar kepala normal
bayi baru lahir yang cukup bulan adalah 35 cm. Biasanya pertambahan besar lingkar kepala
bayi laki-laki lebih besar 1 cm dari bayi perempuan.Dikutip dari penelitian bertajuk Neonatal
Anthropometry: a tool to evaluate the nutritional status, and to predict early and late risks,
peningkatan lingkar kepala mencerminkan pertumbuhan otak anak.Pada periode 30 hari
pertama kehidupan anak, hasil pengukuran lingkar kepala kecil umum dikaitkan dengan
perkembangan kognitif dan saraf otak yang kurang optimal. Bagian tubuh bayi lainnya yang
diukur adalah lingkar lengan atas. Lingkar lengan atas bayi dapat menilai adanya kehilangan
atau penambahan massa otot dan lemak pada tubuh bayi.

Apa lagi jenis pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir?

Selain pemeriksaan antropometri, beberapa pemeriksaan fisik lainnya yang dilakukan pada
bayi baru lahir di antaranya adalah:

a. Pemeriksaan Apgar

Pemeriksaan Apgar atau apgar score adalah pemeriksaan yang segera dilakukan setelah bayi
baru lahir.Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit, detak jantung, kekuatan otot,
respon refleks bayi hingga pernapasan bayi. Apgar score dikatakan tinggi jika nilai
seluruhnya mencapai lebih dari 7.

b. Pemeriksaan mulut

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan area mulut yang meliputi pemeriksaan gusi dan
langit-langit mulut. Pemeriksaan ini penting dilakukan salah satunya untuk mendeteksi
kelainan seperti bibir sumbing.Pemeriksaan mulut juga mencakup pemeriksaan gigi jika
sudah ada gigi semenjak lahir dan pemeriksaan air liur, karena bayi yang berliur
(ngeces) terus menerus kemungkinan mengalami atresia esofagus. 

c. Pemeriksaan jantung dan paru

Dalam pemeriksaan fisik ini, dokter akan memeriksa detak jantung dan suara jantung bayi
dalam kondisi normal atau sebaliknya.Dokter juga akan memeriksa kondisi paru, laju
pernapasan, pola pernapasan dan mengevaluasi fungsi pernapasan bayi. Di mana
tarikan napas bayi yang normal per menit adalah 40-60 kali dan detak jantungnya adalah 120-
160 per menit.Namun, walaupun detak jantungnya tampak lebih cepat, hal tersebut masih
tergolong normal.

d. Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan pendengaran.
Dokter akan menggunakan alat berupa otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory
brainstem response (AABR).

e. Pemeriksaan tangan dan kaki

Pemeriksaan ini mencangkup denyut nadi di setiap lengan bayi serta memastikan tangan dan
kaki bayi bergerak optimal. Dokter juga akan memeriksa apakah bayi lahir dengan ukuran
dan jumlah jari yang normal.Pemeriksaan antropometri bayi adalah pemeriksaan awal yang
penting dilakukan pada bayi baru lahir. Untuk mencegah kelahiran bayi yang tidak normal,
Anda sangat dianjurkan untuk rutin memeriksakan kandungan secara berkala sejak trimester
pertama.

3. INISIASI MENYUSU DINI IMD

Inisiasi menyusu dini (IMD) atau early lactch on/breast crawl menurut UNICEF  merupakan
kondisi ketika bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi memiliki
kemampuan untuk dapat menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi kontak kulit ibu dan kulit
bayi setidaknya dalam waktu 60 menit pertama setelah bayi lahir. Cara bayi melakukan IMD
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.

Pendapat senada mengemukakan, bahwa  inisiasi menyusu dini (IMD) didefinisikan sebagai
proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah dilahirkan dan disusui selama satu
jam atau lebih. Prinsipnya, IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi,
bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan
dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya dan dibiarkan merangkak
untuk mencari puting untuk segera menyusui. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap
terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan
payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting. Lemak yang
menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel.

Terdapat beberapa manfaat penting Inisiasi Menyusui Dini, antara lain :


Mengurangi tingkat kematian bayi: Inisiasi menyusu dini bisa mempengaruhi resiko kematian
pada bayi yang baru lahir dengan empat mekanisme (Edmond et al, 2006), yaitu : .
1. Angka kematian yang lebih rendah pada bayi mungkin terjadi karena ibu yang
menyusui anak mereka segera setelah lahir memiliki kesempatan lebih besar untuk
berhasil membangun dan mempertahankan menyusui selama bayi.

2. Pemberian makanan prelaktal dengan antigen yang bukan dari ASI dimungkinkan
mengganggu fisiologi normal usus.

3. ASI kaya akan komponen imun dan non imun yang dapat mempercepat maturasi
usus, resisten terhadap infeksi, dan pemulihan jaringan epitel dari infeksi. Total
protein dan imunoglobulin juga menurun di hari pertama kehidupan (konsentrasi
tertinggi pada hari pertama, setengah hari pada hari kedua, dan menurun secara
perlahan pada hari-hari berikutnya).

4. Pemberian kehangatan dan perlindungan dapat mengurangi resiko kematian akibat


hipotermia selama hari pertama (terutama pada bayi prematur).

Pada bayi yang terlambat diberi ASI atau bayi yang diinisiasi ASI setelah hari pertama
kehidupan, mengalami peningkatan resiko kematian neonatal meningkat hingga 2,4 kali.
Penelitian ini juga mengungkapkan, terjadi peningkatan persentase keselamatan bayi, yaitu
jika bayi diberi ASI dalam satu hari pertama maka kehidupan bayi bisa diselamatkan
sebanyak 16% dan apabila diinisiasi dalam satu jam pertama maka akan meningkat menjadi
22%. Sementara menurut UNICEF sebanyak 30.000 bayi yang biasanya meninggal pada
bulan pertama kelahirannya, dapat diselamatkan dengan melakukan inisiasi menyusui dini
setelah satu jam pertama kelahiran.

Menurut Yuliarti (2010), tahapan dalam pelaksanaan IMD, antara lain:

1. Pada saat bayi berhadapan dengan ibunya, terjadi adaptasi sampai bayi merasa tenang,
setelah itu bayi mengecap bagian atas telapak tangannya, hal ini membantu bayi
dalam memandu untuk mencari puting susu ibu, dikarenakan bau di telapak tangan
tersebut mirip dengan bau ASI yang akan keluar.

2. Bayi akan merayap ke arah puting susu sampai menemukannya, dan pada saat
merayap, bayi akan menekan payudara dan hal tersebut akan merangsang susu keluar.
Tetapi tidak mesti ASI keluar, yang terpenting adalah bayi sudah mencapai puting dan
mulai mengisap-isap. Kemudian bayi dibiarkan selama 1 jam untuk proses skin to
skin contact.

Sedangkan secara detail, beberapa tahap Inisiasi Menyusu Dini, sebagai berikut:

1. Ketika proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat


kimiawi, karena dikhawatirkan dapat terbawa ASI ke bayi pada saat  menyusu dalam
proses inisiasi menyusu dini.

2. Setelah proses kelahiran, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa


menghilangkan vernix (kulit putih), yang berfungsi membuat nyaman kulit bayi.
3. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada
kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi, jika
diperlukan bayi dan ibu diselimuti.

4. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri
puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu), karena pada dasarnya bayi
memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya. Ibu perlu didukung dan
dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.

5. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusu pertama selesai.

6. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,
diberi vitamin K dan tetes mata.

7. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu
menyusui bayinya setiap saat diperlukan (pada dasarnya kegiatan menyusu tidak
boleh dijadwal). Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu,
juga lebih memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui

4. PERAWATAN TALI PUSAR

Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan janin. Tali pusat
merupakan saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Disebut sebagai saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen ke janin. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump) akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada yang
lepas setelah 4 minggu (Layla, 2007 dalam Erna Suryani, 2011). Kebudayaan di masyarakat
yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam merawat tali pusat menyebabkan ibu masih takut
atau ragu-ragu merawat tali pusat bayi mereka sehingga ibu masih berperilaku salah dalam
merawat tali pusat bayi dengan menaburi tali pusat menggunakan kunyit atau daun-daunan
sehingga memungkinkan berkembangnya spora Clustridium yang dapat menyebabkan infeksi
pada neonatus (Ngastiyah, 2005). Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat
(Hidayat, 2005). Mereka biasanya memanggil dukun bayi untuk memandikan sekaligus
merawat sisa tali pusat tersebut dengan cara membungkus puntung tali pusat dengan kassa
tidak steril atau dengan sobekan kain. Padahal jika sudah diberi penyuluhan ibu-ibu primipara
itu bisa merawat puntung tali pusat dengan sendiri. Sebagian di masyarakat infeksi utama
adalah tetanus neonatorum yang terjadi karena perawatan atau tindakan perawatan tali pusat
yang kurang hygienis atau kurang bersih. Perawatan tali pusat yang kurang tepat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan ibu primipara dalam
perawatan tali pusat karena tidak adanya atau kurangnya pengalaman ibu primipara dalam
perawatan tali pusat. Tidak sedikit ibu primipara menggunakan metode jaman dahulu atas
saran keluarga dalam perawatan tali pusat, misalnya pemakaian obat-obatan tradisional
(bubuk atau daun-daunan dan sebagainya) dalam perawatan tali pusat, padahal hal tersebut
dapat menyebabkan masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Jumiarni dkk, 1994). Rendahnya pengetahuan tentang
perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat
infeksi tali pusat (Iis Sinsin, 2008). Cara perawatan tali pusat yang benar adalah
membersihkan puntung tali pusat dengan sabun dan air bersih. Puntung atau sisa tali pusat
yang masih menempel diperut bayi sebaiknya tidak boleh ditutup menggunakan apapun
misalnya popok, kasa dll karena dapat membuat puntung tali pusat menjadi lembab dan bisa
mempermudah masuknya kuman sehingga menyebabkan infeksi tali pusat (Wibowo.
Tunjung, 2011).

5. MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR

Menurut Soetjiningsih (1998) menyatakan bahwa masa bayi antara 0-1 tahun. Bayi adalah
merupakan mahluk yang masih sangat peka dan halus (Depkes RI, 1992)

a.      Pengertian Mandi

Mandi adalah membersihkan tubuh dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam
air (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Dalam minggu-minggu pertama bayi cukup mandi satu
kali sehari di pagi hari. Jika perlu sore hari  cukup dibersihkan dari kulit yang basah atau
keringat. Usahakan tidak langsung memandikan bayi setelah menyusui, sedang lapar, atau
mengantuk untuk menghindarkan bayi muntah, kedinginan atau kaget. Tujuan mandi adalah
membersihkan tubuh bayi (Huliana, 2003).

Memandikan bayi adalah kegiatan yang amat mengasikkan, apalagi jika dilakukan bersama
pasangan, misalnya ayah yang memandikan, sang ibu yang menemani sambil siap dengan
handuk di kecil. Begitu ayah selesai memandikan, sang ibu siap mendekap bayi dengan
handuk sambil mengeringkan tubuhnya sebelum diolesi minyak talon atau penghangat, bedak
tabur dan dipakaikan pakaian lengkap, baju, popok, sarung tangan, sarung kaki bisa ditambah
tetapi jika diperlukan (tergantung cuaca) (Enny, M., 2007).

b.      Menyiapkan Keperluan Mandi

Menurut Azhari (2007) sebelum memandikan bayi, periksalah keadaan ruangan. Bayi
sebaiknya dimandikan dalam ruangan yang cukup hangat, kalau perlu tutuplah jendela.
Setelah itu siapkan keperluan mandi serta pakaian bayi. Pada umumnya bayi dimandikan pagi
hari, akan tetapi bila dirasa perlu, tidak ada salahnya memandikan bayi juga pada sore hari.
Untuk memudahkan, sebaiknya semua keperluan untuk mandi bayi diletakkan di suatu
tempat tertentu misalnya di atas sebuah baki atau dalam sebuah keranjang, anda juga dapat
meletakkannya di atas sebuah baki beroda dan menutupnya dengan sehelai kain bersih agar
tidak kena debu .

Berikut ini daftar lengkap keperluan untuk memandikan bayi:

 Sabun bayi.
 Bedak bayi.
 Krim bayi (baby cream).
 Minyak bayi (baby oil).
 Sampo bayi
 Peniti bayi
 Mangkok berisi air matang untuk membersihkan mata bayi
 Mangkok kecil untuk membuang kapas bekas
 Bak mandi
 Handuk kecil
 Popok bersih
 Baju bersih
 Handuk khusus untuk membersihkan pantat bayi
 Kapas pembersih bertangkai (cotton bud)
 Lap muka bayi
 Satu buah ember untuk popok kotor.
 Sisir rambut bayi
 Termos berisi air panas.

c. Tahap-tahap Memandikan Bayi

Walaupun bayi belum bisa bicara, tetapi anda harus berbicara padanya agar bayi merasa
tenang. Pada tahap ini membuka baju bayi harus dengan hati-hati jangan sampai tangan dan
anggota badannya terkilir, lalu bungkus rapat dengan handuk yang lembut. Sebaiknya popok
bayi belum dibuka agar dia tetap nyaman jika ada hal-hal yang mengagetkan anda.

1)      Tuangkan air dingin ke dalam bak mandi dan campur dengan air panas, kemudian ukur
panasnya dengan siku anda sebab siku merupakan pengukuran yang paling peka, apakah
sudah mencukupi ukuran yang tepat untuk panas air mandi bayi adalah 29 derajat celsius
untuk bayi berusia 2 bulan sedangkan bayi yang lebih besar bisa lebih rendah dari 29 derajat
celcius (Prinsiple point 1).

2)      Bayi masih tetap dibungkus dengan handuk lalu ambil kapas yang telah dibasahi
dengan air hangat dan jangan terlalu basah, kemudian usaplah mata bayi dengan air hangat
dan jangan terlalu basah. Kemudian usaplah mata bayi dari sudut dalam mengarah keluar dan
lakukan kedua dengan cara yang sama, tetapi harus diingat setiap mata, kapas yang
digunakan harus diganti (Prinsiple point 2).

3)      Untuk membersihkan daerah-daerah yang sulit dibersihkan seperti daun telinga, lubang
telinga atau lubang hidung sebaiknya tetap memegang ujung kapasnya (jika menggunakan
cotton bud) agar jangan sampai tertinggal di dalam. Dilarang membersihkan telinga bayi
sampai kedalam, sebab gendang telinga sangat sensitif. Bersihkan di daerah-daerah yang
hanya dapat dilihat mata saja. Jangan sekali-kali membersihkan rongga hidung atau rongga
telinga.

4)      Saat mengeringkan muka dan telinga bayi, pastikan bahwa seluruh bagian lipatan-
lipatan sudah kering, pergunakan handuk yang sangat lembut sebab kulit bayi anda sangat
lunak dan lembut.
d. Membersihkan Rambut

1)      Dalam tahap ketiga ini bayi anda masih tetap memakai popok dan handuk seperti tahap
pertama dan kedua. Di sini peganglah bayi anda di atas bak mandi. Sanggalah tengkuknya
dengan tangan sekaligus badannya ditopang dengan lengan, serta peganglah kepalanya
dengan tangan. Jika anda melakukan seperti ini maka bayi akan aman dan nyaman (Prinsiple
point 3).

2)      Kemudian basahilah rambut bayi dengan tangan anda yang bebas dan berikan shampo
yang telah dikhususkan untuk bayi agar mata bayi anda tidak perih. Saat memberikan
shampoo cobalah sedikit membersihkan rambut dengan memberikan sedikit pijatan yang
halus. Hati-hati ubun-ubun bayi anda bayi anda sangat sensitive (Prinsiple point 4).

3)      Dalam membilas rambut bayi harus hati-hati dan teliti. Pastikan semua sisa shampo
yang dipergunakan telah betul-betul bersih, sebab jika ada yang tertingal bisa membuat kulit
bayi gatal.

4)      Tahap terakhir dalam bagian ini adalah letakkan bayi dan keringkan kepala dan
rambutnya dengan ujung handuk dengan hati-hati dan penuh perasaan.

e. Perawatan Tali pusar saat Memandikan

Dalam tahap merawat tali pusat saat memandikan bayi harus dilakukan untuk mencegah
infeksi seperti menggosoh\knya dengan sabun dan membilasnya dengan bersih (Principle
point 5).

f. Memandikan Badan

1)      Dalam tahap keempat ini bukalah popok dan handuk yang masih dipakai sejak tahap
pertama, dan terlebih dahulu periksa popok bayi, jika ada kotoran bayi dibersihkan dahulu.
Jika bayi terlihat kedinginan kepalanya bisa ditutupi dengan ujung handuk.

2)      Jika meletakkan bayi dalam bak mandi, anda bisa melepaskan kakinya sementara
punggung tetap ditopang lengan dan tangan kita siap memegang lengannya agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.

3)      Dalam membersihkan badan bayi sebaiknya pergunakan kain penyeka yang bersih dan
hangat lembut serta berikan perhatian khusus pada lipatan-lipatan kulit dan jangan lupa
membersihkan daerah popoknya.

4)      Setelah itu bersihkan badan bayi sampai bersih dengan air hangat yang tadi dipisahkan
untuk membilasnya. Kalau bayinya tidak kedinginan berikan kesempatan pada bayi untuk
sebentar berendam pada bak mandi dengan catatan lengan bayi tetap dalam pegangan anda.
Saat merendam dalam bak mandi anda bisa memperhatikan bayi bahwa dia sangat
menikmatinya karena merasakan seolah-olah masih dalam rahim ibunya.
5)      Setelah selesai mandi pada saat meningkat bayi dari dalam bak, yang penting anda
perhatikan adalah bayi dalam keadaan licin dan basah. Untuk itu harus mempergunakan cara
memegang bayi dengan aman. Angkat bayi dengan tangan memegang leher dan lengan
menopang badan dan bungkus secepatnya dengan handuk.

6)      Khusus bagi orang tua yang mempunyai bayi perempuan saat memandikan pada waktu
membersihkan kemaluan harus dari arah

depan ke arah belakang agar kemaluan tetap bersih. Sedangkan bagi orang tua yang
mempunyai anak laki-laki yang tidak disunat, bersihkan penisnya dengan hati-hati dan
lembut dan jangan sekali-kali menarik katupnya. Keringkan penisnya dengan
benar (Principle        point 6).

g.Perawatan Kulit Bayi

Setelah badan bayi kering, jangan lupa memberikan minyak angin bayi ke daerah tertentu
pada tubuh bayi, misalnya pada perut, dada, punggung, telapak kaki dan daerah lainnya.
Demikian juga oleskan baby oil untuk merawat kulit, serta taburkan bedak pada badan agar
bayi anda wangi dan kulitnya terjaga selalu lembut, halus dan bayinya dalam keadaan yang
nyaman. Perhatikan dalam menaburkan bedak tersebut tidak terhirup oleh bayi. Jika bedak
bubuk sampai terhirup oleh bayi maka bisa mengganggu alat pernafasannya. Taburkanlah
bedak tersebut pada tangan lalu ratakan,  setelah itu baru oleskan ke seluruh tubuh  bayi.

h. Perawatan Tali Pusar Bayi

Dalam merawat tali pusar bayi jangan khawatir dan ragu-ragu. Memang bagi orang yang
tidak pernah merawat tali pusar akan takut dan kebingungan. Jangan takut, perhatikan
tahapan-tahapan di bawah ini. Pertama-tama ambil kapas yang telah dibasahi obat atau zat
pengering seperti betadin atau alkohol. Bersihkan tali pusar dengan kapas pembersih,
kemudian bersihkan dasar tali pusarya dan bungkus menggunakan kasa steril. Jika tali pusar
semakin mengering, maka semakin cepat tali pusar itu putus. Jika menggunakan popok
jangan sampai tali pusar ikut terbungkus, tali pusar harus dijaga agar tetap kering, jika
terbungkus bisa menjadi lembab sehingga menjadi infeksi.

i.Mengenakan Pakaian Bayi

Kenakan popok bayi. Jika menggunakan pakaian harus hati-hati, apabila mengenakan baju
berlengan, masukan satu per satu lengan pada tangan dan kemudian tangan yang satunya.
Tangan bayi masih sangat lemah sehingga kita harus sangat perhatian jangan sampai tangan
atau anggota tubuh lainnya ada yang terkilir, kemudian bungkus tubuh bayi dengan selimut
yang bahannya bisa menyerap agar tubuh bayi tetap hangat dan nyaman.

j. Menyisir Rambut Bayi

Hati-hati dalam menyisir rambut bayi. Pergunakanlah sisir yang sikatnya lembut yang
memang diperuntukkan bagi bayi, karena ubun-ubun bayi masih sangat lunak (Pasaribu,
2007).
k.Waktu Memandikan Bayi

1) Mandikan bayi pada waktu yang sama setiap hari.

2) Memandikan bayi sebaiknya dilakukan sebelum bayi diberi makan, tetapi harus anda ingat
tidak bisa terlalu lapar.

3) Dilarang memandikan bayi yang baru diberi makan, karena bayi mudah muntah, bayi yang
diberi makan sebelum mandi sebaiknya ditunggu 15 sampai 20 menit baru dimandikan. Jika
langsung dimandikan maka bayi tidak menikmati saat-saat mandi yang sudah ditunggu-
tunggu setiap waktu.

4) Harus diketahui bahwa bayi sangat mudah kehilangan panas tubuhnya, untuk itu kita harus
mengawasi ruangan tempat mandinya, jangan kurang dari 250C, dijaga agar tetap hangat, dan
jaga agar ruangan bayi bebas dari hembusan angin. Tubuh bayi sangat mudah masuk angin.

6. CARA MENYENDAWAKAN BAYI SETELAH MENYUSU

Cara Menyendawakan Bayi Setelah Menyusu

Jika si kecil tak kunjung sendawa, Mama bisa mencoba cara menyendawakan bayi setelah
menyusu berikut ini:

1. Siapkan sapu tangan atau handuk kecil. Letakkan pada bahu Mama untuk menahan
muntahan susu.

2. Gendong si kecil menghadap belakang dengan bertopang pada bahu Mama.

3. Tegakkan tubuhnya dan biarkan kepalanya bersandar pada bahu Mama.

4. Elus-elus lembut punggung si kecil dengan menggunakan satu tangan, sementara


tangan yang lain menahan tengkuk dan bokongnya.

5. Lakukan hingga si kecil bisa bersendawa.

Selain itu, Mama juga bisa melakukan cara menyendawakan bayi dengan posisi tengkurap.
Berikut caranya:

1. Telungkupkan si kecil di pangkuan Mama.

2. Topang dadanya dengan tangan agar kepala si kecil lebih tinggi dari tubuhnya.

3. Elus-elus bagian punggungnya hingga ia bersendawa.

Anda mungkin juga menyukai