Anda di halaman 1dari 27

Rukun Shalat Rukun Shalat

Rukun Shalat Niat itu tiada memadai, selain bahwa ada bersama takbir.
Ia tiada mendahului takbir (takbiratul-ihram) dan tidak sesudah
Rukun shalat adalah pekerjaan yang wajib dilakukan di takbir. ( Al-Umm, tjm,jld.1, hal. 238). Yang dimaksud dengan
dalam shalat yang dilakukan secara berurutan. takbir adalah ucapan “ Allaahu Akbar.”
1. Niat
Para Ulama sepakat bahwa shalat tidak cukup, kecuali
Tempat niat adalah di dalam hati. Waktunya adalah saat dengan niat. jadi barangsiapa yang tidak mengahdirkan niat dan
mulai takbiratul ihram ( ucapan Allaahu Akbar ) sampai selesai mengingatnya dengan hatinya ketika takbiratul ihram, ( ucapan
takbiratul ihram. Rukun niat di dalam shalat fardhu ada tiga. Allaahu Akbar saat memulai shalat ) maka shalatnya tidak sah.
Pertama menentukan (ta’yin) jenis shalat yang dilakukan, seperti (Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 74)
shalat Zuhur, ‘Ashar atau Maghrib. Kedua, bermaksud (al-
qashdu), misalnya dengan mengatakan ‘Ushallii’ ( saya Setiap orang yang shalat, wajib menghadirkan niat dengan
bermaksud shalat). Ketiga menyatakan kefardhuan, seperti hati ketika takbiratul ihram. Hendaklah dimulai saat tangan
‘fardhal ‘Isya (fardhu ‘Isya). Itu adalah batas minimal niat. sampai pada bahu atau telinga ketika itu mulai mengucapkan
Contohnya : “Allaahu Akbar.” Bukan saat tangan masih menjulur di bawah
“ Aku beniat shalat ‘Isya’ empat raka’at fardhu karena yang belum bertakbir. Karena posisi semacam itu masih
Allah Ta’ala.” dianggap belum mulai shalat. Sedangkan niat shalat berada di
awal perbuatan shalat, dan awal perbuatan shalat yaitu pada
Adapun jika hendak sempurnanya sebaiknya juga takbiratul-ihram, yang dikehendaki dari takbir itu sendiri adalah
disebutkan dalam hatinya, apakah shalat tersebut tunai atau ucapan ‘Allaahu Akbar’. Lafazh takbir adalah dimuali dari huruf
qadha’ dan berapa jumlah raka’atnya. (Catatan kaki dalam Alif dan berakhir pada huruf Ra,’ jadi pada huruf Alif itulah baru
Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal.73) mulai berniat shalat, karena itulah awal perbuatan shalat. Dan
Contohnya : membarengkan niat di dalam hati dengan ucapan awal takbir
“Aku beniat shalat ‘Isya empat raka’at, menghadap akan lebih mantap ketika tangan sudah berada di atas, yakni
kiblat, tunai, fardhu karena Allah Ta’ala.” saat sejajar bahu atau telinga. ( akan dijelaskan dalam bagian
takbiratul-ihram).
Niat dianggap cukup jika diucapkan di dalam hati tanpa
dilafalkan. Jika diucapkan sebelum takbirratul ihram adalah Jika seseorang sedang melaksanakan shalat memutuskan
untuk menguatkan maksud, agar menetap di dalam hati. niat shalatnya di tengah-tengah shalat, yakni bermaksud
sungguh-sungguh (‘azam) untuk keluar dari shalatnya, maka

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

batallah shalatnya meski ia tidak jadi keluar. Sebab ia telah maka ia dapat duduk di kusri, Membungkukkan badannya,
membatalkan niatnya. kepalanya ke bawah lututnya. Dan dapat duduk di kursi untuk
duduk pengganti iftirasy. Kemudian bangkit berdiri untuk raka’at
2. Berdiri tegak yang berkuasa ketika shalat fardhu. kedua. Demikian sampai akhir shalatnya. Hal ini lebih baik
karena dengan demikian ia tidak meninggalkan rukun berdiri dan
Jika seseorang melakukan shalat hanya dengan satu kaki rukuk serta I’tidal secara sempurna, meskipun sujud tidak dapat
(Shafn : kaki lainnya mengenai lantai, tetapi tidak menahan dilakukan secara sempurna.
beban badan), shalatnya sah tetapi makruh. Tetapi jika ia
mempunyai uzur (halangan) maka shalatnya sah dan tidak Jika ia tidak dapat berdiri, tetapi dapat sujud, maka ia
makruh. Seseorang juga dimakruhkan merapatkan kedua shalat sambil duduk di lantai, tidak di atas kursi, agar saat sujud
kakinya. Ia justru disunatkan untuk meregangkan keduanya. ketujuh anggota sujudnya dapat menyentuh tempat sujud.
Makruh juga salh satu kaki itu dikedepankan. Dan disunatkan Sedangkan jika dilaksanakan di kusri maka ia kehilangan rukun
jari-jemari kaki dihadapkan ke kiblat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, shalat yang masih bisa dikerjakan yakni sujud di atas tujuh
tjm, hal. 71). Pada dasarnya shalat laki-laki dan perempuan anggota sujud yang menyentuh lantai. Maka semua keadaan
sama, hanya bagi perempuan disunatkan merapatkan dan shalat itu dapat dilihat dari bagaimana keadaan sakitnya.
mengumpulkan, kecuali kaki saat berdiri.
3. Takbiratul Ihram
Adapun dalam berdiri, menurut Imam al-Ghazali dalam
Ihya ‘Ulumiddin menerangkan, pada saat berdiri, mengambil Shalat itu awalnya adalah dimulai dengan takbir (takbiratul
posisi enak dan tidak mengumpulkan keduanya (tidak sampai ihram), sebagaimana istilah para ulama. “ Aqwaalun wa af’aalun
menempelkan keduanya), yakni poisi kaki tidak sampai seperti makhshuushatun muftatahatun bit-takbiiri mukhtamatun bit-
dalam keadaan terikat.(Ihya Ulumiddin, tjm, jld.1, hal. 505). Jari tasliim” (beberapa ucapan dan perbuatan tertentu, yang diawali
kaki dihadapkan ke arah kiblat. dengan takbir dan diakhiri dengan salam).” ( Fathul Mu’in, tjm,
Boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang uzur, seperti jilid 1, hal. 9).
karena sedang sakit. Namun dalam keadaan sakit, jika masih
dapat berdiri maka pada shalat wajib harus dengan berdiri, Disebut takbiratul ihram karena takbir tersebut
kecuali menimbulkan bahaya bagi kesehatannya. Jika sakitnya mengharamkan perbuatan di luar perbuatan shalat. Dan takbir
masih dapat berdiri dan tidak dapat sujud, maka hendaklah ia pertama sebagai pembuka masuknya ke dalam shalat. Yang
shalat di kursi, pada saat berdiri, maka ia harus berdiri, jika ia dimaksud dengan takbir itu sendiri adalah ucapan ‘Allaahu
mampu rukuk, maka hendaklah ia rukuk saat berdiri. Untuk sujud Akbar.’ Jika seseorang diminta untuk takbir, berarti ia diminta

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

mengucapkan ‘Allaahu Akbar’, bukan diminta mengangkat kedua mengawali shalatnya dengan rafa’a yadaihi hatta haadzataa
tangan. Ucapan takbir, yakni “ Allaahu Akbar” hendaknya udzuunihi (mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua
diucapkan saat tangan sudah terangkat sampai pada kedua telinganya, kemudian bertakbir.” (HR. Ibnu Majah, An Nasa’i).
bahu ( mankibaihi ) atau telinga ( udzunaihi ), maka disitulah
letak mulainya niat. Tidak saat tangan masih di bawah. Takbiratul ihram wajib dilakukan sambil berdiri, dan pada
saat itu ia berniat shalat, kecuali bagi yang sakit tidak mampu
Lafazh takbir dalam takbiratul ihram itu diucapan setelah berdiri, maka dilakukan semampunya.
kedua tangan berhadapan dengan bahunya. Hal itu ditunjukkan Mengangkat kedua tangan itu disunatkan pada empat
dalam hadits dengan kata-kata tsumma (kemudian), kata-kata tempat, yaitu ketika takbiratul-ihram, ketika akan rukuk, ketika
tsumma itu menunjukkan bahwa perbuatan itu tidak dimulai bangun dari rukuk dan ketika bangun dari tasyahud awal bagi
dengan berbarengan. Dalam hadits Rasulullah saw. yang yang melakukan shalat sambil berdiri.
diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abdullah bin Umar r.a. “ Apabila Rasulullah saw. Jari-jemari dalam shalat, dibuka atau direganggkan dan
berdiri untuk shalat, beliau rafa’a yadaihi hatta takunaa hadzwa dihadapkan ke arah kiblat dalam takbiratul ihram, ketika ruku,
mankibaih, tsumma yukabbiru (mengangkat tangan sampai ketika bangkit dari rukuk dan ketika bangkit dari tasyahud awal,
berhadapan dengan kedua bahunya, kemudian beliau takbir).” jari-jemari dibuka atau diregangkan antara satu dengan yang
(Ringkasan Hadits Shahih Muslim, hal. 158) ). lainnya tanpa berlebihan.

Setelah mengangkat kedua tangan pada takbiratul ihram,


Shalat itu baru dimulai saat mengucapkan takbir “ Allaahu
tangan kanan diletakkan pada pergelangan tangan kiri atau
Akbar” karena itulah awal perbuatan shalat, dan Rasulullah saw.
telapak tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan
memulai shalat ketika tangannya sejajar kedua bahunya.
kiri. Disunatkan meletakkan kedua tangan itu di atas pusar dan
Dari Abdullah bin Umar r.a. “Rasulullah saw. mengangkat
di bawah dada agag sedikit di bagian kiri.
kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika
memulai shalat.” (HR. Bukhari, Muslim).
Dapat juga juga memulai takbir saat tangan sampai sejajar Batas tangan diangkat ketika takbir adalah bahu atau
kedua telinga, karena terkadang Rasulullah saw. melakukan telinga. Patokan untuk tangan terhadap telinga adalah ujung jari
yang demikian. jempol berbetulan dengan bagian telinga bawah. Dan untuk
bahu, ujung jari jempol berbetulan dengan kedua bahu.
Dalam hadits lain disebutkan, dari Wa’il bin Hujr, Ia berkata,
“ Aku pernah shalat di belakang Rasulullah saw. dan beliau

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Dari Wa’il bin Hujr, Ia berkata, “ Aku benar-benar pernah 4. Tidak disela dengan bacaan lain.
melihat shalatnya Rasulullah saw. beliau bertakbir dengan 5. Menjaga huruf-hurufnya dan
mengangkat kedua tangan hingga aku melihat kedua jempolnya 6. Menjaga empat belas hurufnya yang bertasydid
berdekatan dengan kedua telinganya, dan ketika hendak ruku 7. Tidak menyuarakan bacaannya yang mengubah makna
beliau bertkabir dan mengangkat kedua tangannya, kemudian 8. Tidak membaca dengan qira’at syadz ( asing )yang
mengangkat kepalanya sambil mengucapkan , ‘Sami’ Allaahu mengubah artinya.
liman hamidah’ kemudian beliau bertakbir dan sujud. Kedua 9. Tidak mengubah lafazh lain, dan membaca semua
tangannya sejajar dengan kedua telingnya, seperti saat posisi ayat-ayatnya termasuk Basmalah dan dia baca
menghadap kiblat.” (HR. An-Nasa’i). dengan bahasa Arab dan tidak terjemahannya karena
seperti itu bukanlah Al-Qur’an. Berbeda dengan dzikir
dan do’a.
10.Tidak behenti lama atau diam sebentar untuk memutus
Imam Letak Tangan Dalam Shalat bacaan.
Hanafi Di bawah pusar, wanita di atas dada
Maliki Diulurkan ke bawah
Hambali Di bawah pusar Bagi muallaf yang belum hafal, boleh sambil membaca
Syafi’i Dibawah dada, agag ke kiri, di atas pada media yang ditulis yang ditempel di dinding, meskipun
pusar ditulis dengan huruf latin. Tetapi tidak boleh membaca
Sumber : dirangkum dari Buku Fiqih Lima Mazhab
terjemahan al-Fatihah meskipun hafal.

4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat. jika tetap tidak bisa membaca dari ayat al-Qur’an, maka
sebagaimana sabda Raulullah saw. Dari ‘Abdullah bin Abi Aufa
Syarat bacaan al-Fatihah sebagaimana yang kita r.a. Ia mengatakan bahwa : “Seseorang datang kepada
kumpulkan dari kitab Safinatun -Najah (tjm, hal. 25) dan Rasulullah saw. Seraya mengatakan, ‘ Sesungguhnya aku
Hasyiyah asy-Syaikh Ibrahim al-Baijuri ( jld.1, hal. 286 ). tidak hafal Al-Qur’an sedikitpun. Ajarilah aku zikir lain yang
dapat mencukupiku sebagai ganti dari bacaan Al-Qur’an.’ Nabi
1. Didengar oleh dirinya sendiri jika dia dapat mendengar Muhammad saw. Bersabda, ‘Katakanlah : Subhaanalaah, al-
dengan baik dan tidak ada keributan suara. hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, Allaahu Akbar, Laa haulaa
2. Menertibkan bacaan dan wa laa quwwata illaa billaah...”(H.R. Abu Daud).
3. Berurutan,

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Dalam mazhab Syafi’i “Bismillaahir-rahmaanir-rahiim”


dalam al-Fatihah wajib dibaca pada semua bacaan al-Fatihan Rukuk adalah membungkukkan badan disertai meletakkan
dan dengan keras pada dua raka’at shalat Subuh, dua raka’at kedua tangan pada kedua lutut. Dari Salim al-Barrad al-Kufi,
pertama Maghrib dan ‘Isya dan dua rakaat shalat Jum’at bahwa ia mengatakan, “ Aku pergi menemui Abu Mas’ud r.a. aku
sebagaimana ayat lain dari al-Fatihah. Dalilnya adalah hadits berkata kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku tentang shalat
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “ Jika Rasulullah saw. Ia berdiri di hadapanku sambil bertakbir. Ketika
kalian membaca Alhamdu lillaah (al-Fatihah), bacalah rukuk, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua
Bismillaahi-rahmaanir-rahiim. Sesungguhnya al-Fatihah itu lututnya. Dan ia meletakkan jemarinya lebih rendah daripada itu.
Ummul-Qur’an (induk Al-Qur’an), Ummul Kitab (induk kitab), dan Ia meregangkan kedua sikunya sehingga tampak segala
as-Sab’al Matsani, ( tujuh ayat yang diulang) Bismillaahir- sesuatu dari badannya menjadi rata.” (HR. An-Nasa’i).
rahmaanir-rahiim adalah salah satu ayatnya.” (HR. Daruquthni,
Al-Baihaqi). Dari ‘Aisyah, Ia mengatakan, “Bila Rasulullah saw. Rukuk,
Dari Ummu Salamah, ia berkata , “Bahwa Rasulullah saw. beliau tidak meninggikan kepalanya dan tidak pula
Membaca Bismillaahir-rahmaanir-rahiim dalam shalat, dan merendahkannya.” (HR. Muslim).
beliau menganggapnya sebagai satu ayat.” (HR. Abu Daud,
Daruqthni, Al-Hakim, Al-Baihaqi) Dari Abu Humaid as-Sai’idi r.a. Ia mengatakan, “ Ketika
Dari Anas r.a. Ia berkata, “Bacaan Nabi saw. Itu rukuk, Rasulullah saw. Menetapkan telapak tangannya pada
mengandung madd (dipanjangkan), yakni memanjangkan kata lututnya, dan beliau mereganggkan jari-jemarinya.” (HR. Ibnu
Bismillaah, ar-Rahmaan, dan ar-Rahiim.”(HR. Bukhari). Hibban).

Dari Abu Mas’ud al-Anshari al-Badri r.a. bahwa Rasulullah


Imam Basmalah saw. Bersabda, “ Tidak cukup shalat seseorang kalau ia tidak
Hanafi Tidak termasuk al-Fatihah, boleh dibaca,
meluruskan tulang sulbinya dalam rukuk dan sujudnya.” (HR.
boleh tidak, boleh keras boleh pelan
Abu Dawud, Turmudzi, Annasa’i, Ahmad, Thabrani, Ibnu
Maliki Tidak termasuk al-Fatihah, tidak dibaca
Hambali Bagian dari al-Fatihah, tapi dibaca pelan Hibban).
Syafi’i Bagian dari al-Fatihah, dibaca keras Dari Abu Humaid as-Sa’idi r.a. disebutkan bahwa, “ Ketika
Sumber : dirangkum dari Buku Fiqih Lima Mazhab rukuk, Rasulullah saw. Meletakkan tangannya pada lututnya,
kemudian beliau membungkukkan punggungnya (hashara
zhahrahu).” (HR. Bukhari). Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani
5. Rukuk, dengan thuma’ninah (tenang ).
12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

berkomentar bahwa kata-kata hashara zhahrahu, yakni setelah bangun dari rukuk, lalu langsung mengangkat kedua
membungkukkannya dengan rata, tidak melengkung. tangan untuk membaca do’a qunut. Karena berdiri i’tidal adalah
“ Jika kamu ruku’ letakkanlah kedua tanganmu pada termasuk rukun shalat. Maka hendaklah setelah bangun dari
kedua lututmu dan panjangkanlah punggungmu serta rukuk ia I’tidal (lurus) baik tulang punggungnya maupun
mantapkan ruku’mu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud) tangannya.

Rukuk wajib dilakukan dengan thuma’ninah (tenang). Batas 7. Sujud dua kali dengan thuma’ninah.
minimal thuma’ninah adalah diam ketika rukuk sehingga semua
anggota tubuh tidak bergerak. Sujud wajib meletakkan dahi ke tempat sujud, serta
membebankan kepala dan leher ke tempat sujud, sebagimana
6. I’tidal dengan thuma’ninah . keadaan badan dibebankan pada kedua kaki saat berdiri. Betul-
betul menempatkan dahi ke tempat sujud. Sesuatu tempat sujud
I’tidal artinya lurus. Yakni sesuai pada tempatnya tanpa harus menyerupai unsur tanah yakni keras atau padat, yang
merasa terbebani. Sehingga secara bahasa, i’tidal juga ada sifatnya menetap. Jika di atas semacam kasur, maka dahi harus
dalam rukuk, sebagaimana sabda Rasulullah saw. dari Anas bin ditekan atau dibiarkan atau benar-benar dibebankan kepala
Malik, bahwa beliau bersabda, “ I’tadiluu fir-ruku’i was-sujuud.” kepada kasur itu, Jika engkau sujud, tekanlah wajahmu dan
luruskanlah saat rukuk dan sujud. (HR. Bukhari, Muslim). kedua tanganmu, sehingga setiap tulang kembali ke tempatnya.”
(HR. Ibnu Khuzaimah). Tidak cukup hanya disentuhkan saja,
Setelah sempurna rukuk dengan thuma’ninah, selanjutnya sehingga beban kepala seolah ditahan, atau tidak diletakkan.
adalah bangkit dari rukuk sambil sunat membaca ‘Sami’ Allaahu
liman hamidah’ sampai kembali berdiri lurus (i’tidal) dan Turun untuk sujud dengan mendahulukan lutut, kemudian
kemudian tenang (thuma’ninah) sambil sunat membaca tangan, baru muka. Sebagimana hadits dari Wa’il bin Hujr r.a Ia
‘Rabbana wa lakal hamdu’ berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. ketika hendak sujud
Berdiri i’tidal itu adalah setelah bangun dari rukuk, berdiri meletakkan lututnya sebelum tangannya.” (HR. Abu Dawud).
lurus, hendaklah kedua tangan lurus ke bawah karena I’tidal itu
sendiri artinya adalah lurus. Tidak berdiri qiyam ( tangan Dari Abu Hurairah, Ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda,
bersedekap), karena itu tangan tidak langsung diletakkan ‘Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka janganlah
dipergelangan saat i’tidal. menderum seperti unta.” (HR. Abu Dawud).
Unta turun mendahulukan bagian depannya (ibarat bagi
Setelah bangun dari rukuk pada raka’at kedua shalat tangan kita). Lalu ia turun bertumpu pada tangan itu. Sedangkan
subuh, tidak boleh meninggalkan i’tidal ini, yakni hendaklah tidak
12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

orang shalat harus mendahulukan kakinya (bagian belakang) Maka makna hadits ini adalah orang yang shalat dilarang
dengan lebih dulu melipatnya sambil turun (ketempat sujud) hal membentangkan lengannya seperti anjing membentangkan
itu tentu berbeda dengan cara turunnya unta. Dari Aswad an- ‘lengannya’ yakni kaki depannya. Maka kaki depan hewan baik
Nakha’i r.a. “Umar bin Khattab r.a turun untuk sujud unta maupun anjing diibaratkan adalah ‘lengannya (tangannya)’
mendahulukan lututnya.” (HR. Ibn Abi Syaibah). sehingga dalam sujudpun dilarang mendahului tangan karena itu
diibaratkan sama dengan unta.
Dari Ar-Rabi’ Ia mengatakan, Asy-Syafi’i berkata, ‘Saya
menyukai bahwa orang yang akan sujud itu bertakbir dengan Itu adalah dalil bagi kita yang awam mengenai ilmu hadits.
berdiri (mengucapkan Allaaahu Akbar). Dan ia turun dari Adapun mereka yang berbeda pendapat dari kalangan ulama
tempatnya untuk sujud. Kemudian yang pertama diletakkan ke yang ahli hadits mereka berdalil dengan hadits mereka masing-
atas lantai ialah dua lututnya, kemudian dua tangannya, masing. Seperti yang mereka bahas dalam kedua kitab mereka
kemudian mukanya.” ( Al-Umm, tjm, jld.1, hal. 270 ). masing-masing, seperti al-Albani dengan kitabnya Sifat Shalat
Nabi (tjm, hal.189) dan Hasan bin Ali as-Saqqaf dengan kitab
Adapun bagi mereka yang bependapat bahwa sujud itu beliau Shahih Sifat Shalat Nabi (tjm, hal. 170). Mereka sama-
mendahulukan tangan dari pada lutut, alasannya adalah bahwa sama berdalil dengan hadits shahih menurut masing-masing,
ketika duduk, unta itu pertama kali meletakkan lututnya, yakni hadits tersebut, pertama dari Wa’il bin Hujr r.a Ia berkata, “Aku
bagian depan. Sehingga cara berbeda dengan unta adalah melihat Rasulullah saw. ketika hendak sujud meletakkan
mendahulukan tangan daripada lutut (Hal ini dijelaskan lututnya sebelum tangannya.” (HR. Abu Dawud). Kedua, riwayat
Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam catatan kaki pada Ibnu Khuzaimah,”Rasulullah saw. meletakkan kedua tangannya
kitabnya Sifat Shalat Nabi, tjm. hal. 189). Mereka menolak ke tanah sebelum meletakkan kedua lututnya.” (HR. Ibnu
anggapan bahwa bagian depan kaki unta adalah ibarat tangan Khuzaimah).
bagi orang yang sujud. Merekah hanya menerima secara bahasa
bahwa lutut unta ada pada bagian depan kakinya, Dan itu bukan Apabila kedua hadits tersebut shahih, tidak ada yang salah
‘tangannya.’ memilih salah satunya. Maka kita memilih hadits dari Wa’il bin
Hujr, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy-Syafi’i. Dan
Jika demikian anggapan mereka lalu apa arti bahasa hadits dalam menyikapi kedua hadits yang bertentangan, alangkah
Nabi saw. “Janganlah salah seorang di antara kalian bijaknya perkataan Imam Syafi’i, beliau mengatakan dalam
membentangkan kedua lengannya dalam sujud seperti anjing.” kitabnya Ar-Risalah : “ Saya berpegang pada hadits ini, tanpa
(HR. Ahmad). Lantas apakah Nabi saw. tidak tahu bahwa anjing mencela orang yang berpegang pada hadits lain yang memang
itu tidak punya lengan. Bukankah kaki anjing itu juga di depan.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

juga sama-sama shahih dari Rasulullah.”( Ar-Risalah, tjmh. Hal. Dari Abu Humaid, “ Dan juga apabila beliau sujud, maka
204). meregangkan tanpa membebankan perutnya pada pahanya
sedikitpun. (HR. Baihaqi). Namaun kata Sayyidina ‘Ali, “Jika
Menurut hemat kami dalil secara bahasa tersebut di atas perempuan sujud hendaklah merapatkan dan menggabungkan
sudah mencukupi untuk kita yang awam tentang ilmu hadits, kedua pahanya”. Abdullah bin Abbas berkata tentang shalat
karena walau bagaimanapun juga kita harus mempunyai dalil perempuan, yaitu Tajtami’ wa tahtafir (menggabungkan dan
terhadap setiap perbuatan ibadah yang kita lakukan agar kita merapatkan).
tidak hanya sekedar ikut-ikutan. Dan kita lebih memilih mazhab
Imam Asy-Syafi’i yang lebih menyukai mendahulukan lutut ketika Imam Syafi’i, berkata, “ Allah Ta’ala telah memberikan
akan turun untuk sujud sebagaimana pendapat beliau dalam pengajaran budi pekerti kepada kaum wanita dengan menutup
kitab beliau Al-Umm, yang diikuti oleh Hasan bin Ali As-Saqqaf. dirinya. Dan Rasulullah saw. juga memberi pengajaran kepada
kaum wanita, dengan yang demikian. Saya memandang sunat
Imam Syafi’i mengatakan, “Laki-laki dan perempuan dalam bagi wanita pada sujud, bahwa ia merapatkan sebagian
shalat sama. Tetapi aku menyuruh perempuan untuk istitaar badannya dengan sebagian yang lain. ia mempertemukan
(lebih terutup) berbeda halnya dengan laki-laki, khususnya perutnya dengan pahanya. Ia sujud dengan yang lebih tertutup
dalam rukuk dan sujud, hendaklah perempuan merapatkan bagi yang ada padanya. Begitu juga saya lebih menyukai bagi
sebagian tubuhnya pada yang lainnya” (Shahih Sifat Shalat wanita pada ruku’, duduk dan semua perbuatan shalat, bahwa
Nabi, tjm, hal. 178)). dia berada dalam keadaan yang lebih terutup.” (Al-Umm, tjm,
jld.1, hal. 274)
Jika pada laki-laki, saat rukuk dan sujud, kedua tangan
diregangkan, sedangkan pada perempuan saat rukuk dan sujud Adapun dalam berdiri, menurut Imam al-Ghazali dalam
kedua tangan dirapatkan ke badan. Adapun saat sujud memang Ihya ‘Ulumiddin menerangkan, pada saat berdiri, mengambil
disunahkan baik laki-laki maupun perempuan untuk merapatkan posisi enak dan tidak mengumpulkan keduanya (tidak sampai
kaki, yakni tumit, sebagaimana hadits dari ‘Aisyah, “Aku menempelkan keduanya), yakni poisi kaki tidak sampai seperti
mencari-cari Rasulullah saw., sebelumnya beliau bersamaku di dalam keadaan terikat.(Ihya Ulumiddin, tjm, jld.1, hal. 505). Jari
tempat tidurku, ternyata aku dapati beliau dalam keadaan kaki dihdapkan ke arah kiblat.
bersujud dengan menempelkan kedua tumitnya...” (HR. Al-
Baihaqi). Dan terkadang beliau sujud dengan kaki agag “Sempurnanya fardhu sujud dan sunatnya, bahwa ia sujud
diregangkan. atas dahinya, hidungnya, dua telapak tangannya, dua lututnya
dan (jemari) dua telapak kakinya. Kalau ia sujud atas dahinya,
tidak hidungnya, saya memandangnya makruh yang demikian,

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

dan sujud itu memadai baginya. Karena dahi itu tempat sujud.”
( Al-Umm, tjm, jilid 1, hal. 271). 9. Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah .

Sunat saat bangun dari sujud kedua untuk berdiri, ia sunat duduk tawaruk yakni duduk dengan mengeluarkan
bersandar kepada dua tangannya yang terbuka, ditekan ke bumi, telapak kaki kiri melewati bawah kaki kanan dan pantat duduk ke
dan tidak mengepalkannya. Begitu pula ketika bangkit dari lantai. Ujung jari kaki kanan dihadapkan ke arah kiblat.
tasyahud pertama. Dalam hal ini, baik orang yang kuat maupun
lemah dan tua, baik laki-laki maupun perempuan, sama saja. Hal 10. Membaca tasyahud akhir .
itu didasarkan pada hadits riwayat Bukhari, dari Malik bin al-
Huwairits, yang antara lain disebutkan, “ Jka beliau saw. bangkit Yang dimaksud dengan tasyahud adalah ucapan (Asyhadu
dari sujud kedua, beliau duduk dan bersandar ke bumi lalu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadar-
beliau berdiri.” Juga pada hadits riwayat Ibn Hibban dari Al-Barra rasuulullaah). pada awal dudk tasyahud, jemari tangan kanan
bin ‘Azib Ia mengatakan “ Rasulullah saw. sujud pada bagian dikepalkan kecuali jari telunjuk dan ibu jarinya. Telunjuk
telapak tangannya”. Dalam shahih Bukhari juga disebutkan “ diletakkan di atas ibujarinya. Kemudian saat mengucapkan
Dan tidak mengepalkannya.” (Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah pada kalimat illalaah mengangkat
183). jari telunjuknya. Telunjuk tidak diturunkan hingga mengucapkan
salam.

8. Duduk di antara dua sujud dengan thuma’ninah. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. “ Ketika
Rasulullah saw. Duduk tasyahud, beliau meletakkan tangan
Duduk antara dua sujud hukumnya fardhu (wajib) dilakukan kirinya di atas lutut yang kiri, dan meletakkan tangan kanannya
dengan thuma’ninah. Disunatkan duduk iftirasy yaitu duduk pada lutut kanan, seraya membuat (angka) lima puluh tiga
dengan telapak kaki kiri direbahkan dan duduk di atasnya saat sambil berisyarat dengan telunjuknya.” (HR. Muslim).
duduk antara dua sujud. Yang demikian ini juga sunat pada saat Dari Wa’il bin Hujr, ,” Dan Rasululullah meletakkan sikunya
duduk tasyahud awal. Telapak tangan diletakkan di atas paha yang kanan di atas paha yang kanan, lalu merapatkan dua jari
dekat lutut dengan jari-jemari dirapatkan dan dihadapkan ke arah (telunjuk dan ibu jari) dan menjadikannya seperti lingkaran,
kiblat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 180). kemudian mengangkat telunjuknya.” Ini adalah redaksi dari ad-
Darimi, seangkan redaksi Ibn Hibban, “Dan beliau saw.
Mengepalkan jari kelingking dan jari manisnya, merapatkan ibu
jari dengan jari tengahnya, dan mengkat jari yang didekatnya

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

(telunjuk). Dalam Sunan al-Baihaqi disebutkan, “Rasulullah saw. tanpa mengucapkan “Assalamu’alikum” apabila seseorang
Melakukan itu ketika mentauhidkan Tuhannya yang Maha Mulia disuruh untuk salam artinya ia mengucapkan
dan Maha Luhur, yakni ketika menetapkan tauhid dengan kata- ‘Assalamu’alaikum,’ kemudian sunah sambil dilakukan dengan
kata ‘illallaah’ dalam syahadat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, berjabat tangan. Kedua perbuatan itu dapat dilakukan secara
hal. 201). terpisah.

Menurut Hasan bin As-Saqqaf, yang dimaksud dengan Salam adalah “Assalamu ‘alaikum,” atau
dengan ‘lima puluh tiga’ ialah menggenggam tiga jari ( jari “Assalaamu’alaikum wa rahmatullaah” tanpa ucapan
tengah, jari manis dan kelingking), itulah angka tiga. Sedang “Wabarakaatuh,” ini menurut riwayat Ibn Hibban dari Abdullah
telunjuk ( agag dibengkokkan ke bawah ) dan ibu jari dijulurkan bin Mas’ud. Salam yang paling minimal adalah mengucapkan
( ke arah kiblat ), sehingga membentuk semacam lingkran “Assalaamu ‘alaikum.” Jika ada salah satu huruf dari kata-kata
bundar yang mirip angka lima. Dan menurut riwayat Ibn tersebut yang tidak disebutkan, maka tidak sah salamnya.
Khuzaimah dari Numair al-Khuza’i ia berkata, “Sambil jari Menoleh ke kanan, apalagi ke kiri itu tidak wajib, hanya sunat
telunjuknya dibengkokkan sedikit” (Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, saja. Hal ini sebagaimana hadits dari ‘Aisyah, yang diriwayatkan
hal. 198). oleh Ibn Hibban, Ia berkata “Rasulullah saw. Mengucapkan
sekali salam di depan wajahnya.” Yakni tidak menoleh. ( Shahih
Terkadang Rasulullah saw. Ketika berisyarat dengan jari Sifat Shalat Nabi, tjm,hal. 211).
telunjuknya dengan melipat jari manis dan jari kelingking,
kemudian membuat bulatan dengan jari tengah dan ibu jari, dan Berdasarkan hadit yang menyebutkan bahwa penutup
berisyarat dengan telunjuknya. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, shalat itu adalah salam dan salam yang minimal adalah
hal. 201). “Assalaamu ‘alaikum,” dan mengucapkan salam itu wajib,
sedangkan menoleh itu adalah sunat, maka hendaklah
11. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. seseorang ketika shalat saat mengucapkan salam sampai pada
batas minimal ucapan salam ini yakni “Assalaamu’alaikum” tidak
Ketika tasyahud akhir. Membaca “Allaahumma shalli ‘alaa menoleh ke kanan, yakni lurus ke depan wajah. Dan baru
sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.” menoleh ke kanan setelah mengucapkan “Warahmatullaah.”
Karena pada saat ia mengucapkan “Assalamu’alaikum’ ia masih
12. Membaca salam yang pertama. berada di dalam shalat yang dilarang baginya menoleh saat itu.
Salam bukanlah menoleh ke kanan dan ke kiri, salam juga Pada huruf Mim salam itu baru selesai. Karena itu juga
bukan artinya berjabat tangan. Karena terkadang kita menyebut hendaklah jangan menoleh ke kanan ketika mengucapkan
bersalaman, tetapi kenyataannya hanya saling berjabat tangan “alaikum.” Karena kalimat salam itu masih belum selesai. Jika

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

hal itu dilakukan berarti ia menetapkan bahwa batas minimal sebelum beliau mengucapkan salam pada tasyahud akhir
salam adalah “Assalam,” sedangkan dalam hadits disebutkan ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 186). Karena itu sunah
bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda, “ Ingat, cukuplah shalat ab’adh tidak boleh sengaja ditinggalkan. Kecuali karena terlupa.
Sedangkan hai’at artinya bentuk, rupa. Misalnya dikatakan “
seseorang di antara kalian bila duduk sambil meletakkan
shaara hasana al hai’ah” artinya menjadi bagus bentuk rupanya.
tangannya di atas pahanya seraya berkata “Assalaamu ‘alaikum, (Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, hal. 1527). Sunah hai’at
assalaamu ‘alaikum.” (HR. An-Nasa’i). maksudnya adalah bentuk rupa shalat yang lebih baik
dikerjakan, namun tidak termasuk bagian dari rukun shalat. Dan
Jika hendak menoleh saat salam, hendaklah seperti yang meninggalkannya tidak perlu melakukan sujud sahwi.
disebutkan dalam hadits dari Sa’d bin Abi Waqqash r.a. berkata,
“ Aku pernah melihat Rasulullah saw. Salam sambil menengok A. Sunah Ab’adh.
ke kanan dan ke kiri, sehingga aku dapat melihat putih pipinya.”
(HR. Muslim). 1. Duduk tasyahud awal, Membaca tasyahud awal,
membaca shalawat pada tasyahud awal.

13. Tertib. 2. Membaca doa qunut pada shalat shubuh dan shalat witir
pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan.
Yaitu melakukan pekerjaan shalat secara berurutan dari B. Sunah Hai’at
rukun pertama sampai rukun ke dua belas tersebut.
1. Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul ihram,
ketika akan rukuk. Ketika i’tidal dan ketika berdiri dari
tahiyat awal.
Sunnah-Sunnah Dalam Melakukan Shalat
2. Meletakkan telapak tangan yang kanan di atas punggung
Waktu mengerjakan shalat ada dua sunah, yaitu sunah tangan kiri atau pergelangan yang kiri ketika bersedekap.
ab’adh dan sunah hai’at. Ab’adh adalah bentuk jamak dari kata
3. Melihat ke arah tempat sujud, kecuali saat membaca
Ba’dha yang artinya bagian. (Al-Munawwir Kamus Arab
syahadat pada tasyahud melihat ke arah telunjuk.
Indonesia, hal. 95.). Sunah ab’adh tersebut sebenarnya
merupakan bagian rukun shalat, hanya karena ada hadits yang 4. Membaca do’a iftitah setelah takbiratul ihram.
menerangkan bahwa Rasulullah saw. pernah tertinggal
melakukan sunah ab’adh tersebut yakni tasyahud awal, tetapi 5. Membaca “A’uudzu billahi minasy-syaitaanirrajiim” ketika
beliau tidak turun untuk duduk melakukan tasyahud awal hendak membaca Fatihah.
tersebut, melainkan beliau langsung berdiri pada rakaat kedua.
Kemudian beliau menambah dua kali sujud (sujud sahwi) 6. Membaca amin sesudah membaca Fatihah.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

7. Membaca surah Al-Qur’an pada dua rakaat permulaan b. Lupa melaksanakan sunah Ab’adh.
(rakaat pertama dan kedua) setelah membaca Fatihah. Jika yang dilupakan itu sunah Ab’adh , maka tidak perlu
diulangi apa yang dilupakan itu, yakni kita meneruskan
8. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surah pada rakaat shalat hingga sebelum salam, kita sujud sahwi.
pertama dan kedua pada shalat maghrib, Isya’ dan Lafal sujud sahwi: Subhaana man laa yanaamu wa laa
subuh selain makmum. yashuu. Artinya:”maha suci Allah yang tidak tidur dan
tidak lupa”, atau membaca seperti pada bacaan saat
9. Membaca takbir ( Allaahu Akbar ) ketika gerakan naik
sujud dalam shalat. Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan
turun .
letaknya sebelum salam, di kerjakan dua kali
10. Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud. sebagaimana sujud biasa .

11. Membaca “sami’allahu liman hamidah “ ketika bangkit dari c. Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang jumlah
rukuk dan membaca “Rabbanaa wa lakal-hamdu...” billangan raka’at yang telah dilakukan, haruslah ia
ketika i’tidal. menetapkan yang yakin, yaitu yang paling sedikit dan
melakukan raka’at yang dianggap kurang dan sebelum
13. Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat . (posisi salam hendaklah ia sujud sahwi.
telapak kaki kiri direbahkan dan duduk diatasnya saat
shalat).
14. Duduk tawwaruk (bersimpuh) pada waktu duduk tasyahud
akhir. (posisi telapak kaki kiri dikeluarkan melalui bawah
kaki kanan saat shalat)
15. Membaca salam yang kedua.
16. Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri masing-masing
waktu membaca salam pertama dan kedua.
Sebab-sebab Sujud Shawi
a. Jika yang dilupakan itu fardhu, maka tidak cukup diganti
dengan sujud sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia
sedang shalat, haruslah cepat-cepat ia melaksanakannya,
atau ingat setelah salam, sedang jarak waktunya masih
sebentar, maka wajiblah ia menunaikanya apa yang
terlupakan, lalu sujud sahwi.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

b. Lupa melaksanakan sunah Ab’adh. Rukun Shalat


Jika yang dilupakan itu sunah Ab’adh , maka tidak perlu
diulangi apa yang dilupakan itu, yakni kita meneruskan Rukun shalat adalah pekerjaan yang wajib dilakukan di
shalat hingga sebelum salam, kita sujud sahwi. dalam shalat yang dilakukan secara berurutan.
Lafal bacaan sujud sahwi: Subhaana man laa yanaamu
wa laa yashuu. Artinya:”maha suci Allah yang tidak tidur 1. Niat
dan tidak lupa”, atau membaca seperti pada bacaan saat
sujud dalam shalat. Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan Tempat niat adalah di dalam hati. Waktunya adalah saat
letaknya sebelum salam, di kerjakan dua kali mulai takbiratul ihram ( ucapan Allaahu Akbar ) sampai selesai
sebagaimana sujud biasa .
takbiratul ihram. Rukun niat di dalam shalat fardhu ada tiga.
c. Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang jumlah Pertama menentukan (ta’yin) jenis shalat yang dilakukan, seperti
billangan raka’at yang telah dilakukan, haruslah ia shalat Zuhur, ‘Ashar atau Maghrib. Kedua, bermaksud (al-
menetapkan yang yakin, yaitu yang paling sedikit dan qashdu), misalnya dengan mengatakan ‘Ushallii’ ( saya
melakukan raka’at yang dianggap kurang dan sebelum bermaksud shalat). Ketiga menyatakan kefardhuan, seperti
salam hendaklah ia sujud sahwi. ‘fardhal ‘Isya (fardhu ‘Isya). Itu adalah batas minimal niat.
Contohnya :
“ Aku berniat shalat ‘Isya’ empat raka’at fardhu karena
Allah Ta’ala.”

Adapun jika hendak sempurnanya sebaiknya juga


disebutkan dalam hatinya, apakah shalat tersebut tunai atau
qadha’ dan berapa jumlah raka’atnya. (Catatan kaki dalam
Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal.73)
Contohnya :
“Aku berniat shalat ‘Isya empat raka’at, menghadap
kiblat, tunai, fardhu karena Allah Ta’ala.”

Niat dianggap cukup jika diucapkan di dalam hati tanpa


dilafalkan. Jika diucapkan sebelum takbirratul ihram adalah
untuk menguatkan maksud, agar menetap di dalam hati.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Niat itu tiada memadai, selain bahwa ada bersama takbir. 7. Membaca surah Al-Qur’an pada dua rakaat permulaan
Ia tiada mendahului takbir (takbiratul-ihram) dan tidak sesudah (rakaat pertama dan kedua) setelah membaca Fatihah.
takbir. ( Al-Umm, tjm, jld.1, hal. 238). Yang dimaksud dengan 8. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surah pada rakaat
takbir adalah ucapan “ Allaahu Akbar.” pertama dan kedua pada shalat maghrib, Isya’ dan
subuh selain makmum.
Para Ulama sepakat bahwa shalat tidak cukup, kecuali
9. Membaca takbir ( Allaahu Akbar ) ketika gerakan naik
dengan niat. jadi barangsiapa yang tidak mengahdirkan niat dan
turun .
mengingatnya dengan hatinya ketika takbiratul ihram, ( ucapan
Allaahu Akbar saat memulai shalat ) maka shalatnya tidak sah. 10. Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.
(Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 74)
11. Membaca “sami’allahu liman hamidah “ ketika bangkit dari
rukuk dan membaca “Rabbanaa wa lakal-hamdu...”
Setiap orang yang shalat, wajib menghadirkan niat dengan ketika i’tidal.
hati ketika takbiratul ihram. Hendaklah dimulai saat tangan
sampai pada bahu atau telinga ketika itu mulai mengucapkan 13. Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat . (posisi
“Allaahu Akbar.” Bukan saat tangan masih menjulur di bawah telapak kaki kiri direbahkan dan duduk diatasnya saat
shalat).
yang belum bertakbir. Karena posisi semacam itu masih
dianggap belum mulai shalat. Sedangkan niat shalat berada di 14. Duduk tawwaruk (bersimpuh) pada waktu duduk
awal perbuatan shalat, dan awal perbuatan shalat yaitu pada tasyahud akhir. (posisi telapak kaki kiri dikeluarkan
takbiratul-ihram, yang dikehendaki dari takbir itu sendiri adalah melalui bawah kaki kanan saat shalat)
ucapan ‘Allaahu Akbar’. Lafazh takbir adalah dimuali dari huruf 15. Membaca salam yang kedua.
Alif dan berakhir pada huruf Ra,’ jadi pada huruf Alif itulah baru
mulai berniat shalat, karena itulah awal perbuatan shalat. Dan 16. Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri masing-masing
waktu membaca salam pertama dan kedua.
membarengkan niat di dalam hati dengan ucapan awal takbir
akan lebih mantap ketika tangan sudah berada di atas, yakni Sebab-sebab Sujud Shawi
saat sejajar bahu atau telinga. ( akan dijelaskan dalam bagian
a. Jika yang dilupakan itu fardhu, maka tidak cukup diganti
takbiratul-ihram).
dengan sujud sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia
sedang shalat, haruslah cepat-cepat ia melaksanakannya,
Jika seseorang sedang melaksanakan shalat memutuskan atau ingat setelah salam, sedang jarak waktunya masih
niat shalatnya di tengah-tengah shalat, yakni bermaksud sebentar, maka wajiblah ia menunaikanya apa yang
sungguh-sungguh (‘azam) untuk keluar dari shalatnya, maka terlupakan, lalu sujud sahwi.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 186). Karena itu sunah batallah shalatnya meski ia tidak jadi keluar. Sebab ia telah
ab’adh tidak boleh sengaja ditinggalkan. Kecuali karena terlupa. membatalkan niatnya.
Sedangkan hai’at artinya bentuk, rupa. Misalnya dikatakan “
shaara hasana al hai’ah” artinya menjadi bagus bentuk rupanya.
2. Berdiri tegak yang berkuasa ketika shalat fardhu.
(Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, hal. 1527). Sunah hai’at
maksudnya adalah bentuk rupa shalat yang lebih baik
dikerjakan, namun tidak termasuk bagian dari rukun shalat. Dan Jika seseorang melakukan shalat hanya dengan satu kaki
meninggalkannya tidak perlu melakukan sujud sahwi. (Shafn : kaki lainnya mengenai lantai, tetapi tidak menahan
beban badan), shalatnya sah tetapi makruh. Tetapi jika ia
B. Sunah Ab’adh. mempunyai uzur (halangan) maka shalatnya sah dan tidak
makruh. Seseorang juga dimakruhkan merapatkan kedua
3. Duduk tasyahud awal, Membaca tasyahud awal,
kakinya. Ia justru disunatkan untuk meregangkan keduanya.
membaca shalawat pada tasyahud awal.
Makruh juga salh satu kaki itu dikedepankan. Dan disunatkan
4. Membaca doa qunut pada shalat shubuh dan shalat witir jari-jemari kaki dihadapkan ke kiblat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi,
pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan. tjm, hal. 71). Pada dasarnya shalat laki-laki dan perempuan
sama, hanya bagi perempuan disunatkan merapatkan dan
B. Sunah Hai’at
mengumpulkan, kecuali kaki saat berdiri.
1. Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul ihram,
ketika akan rukuk. Ketika i’tidal dan ketika berdiri dari Adapun dalam berdiri, menurut Imam al-Ghazali dalam
tahiyat awal. Ihya ‘Ulumiddin menerangkan, pada saat berdiri, mengambil
posisi enak dan tidak mengumpulkan keduanya (tidak sampai
2. Meletakkan telapak tangan yang kanan di atas punggung menempelkan keduanya), yakni poisi kaki tidak sampai seperti
tangan kiri atau pergelangan yang kiri ketika bersedekap.
dalam keadaan terikat.(Ihya Ulumiddin, tjm, jld.1, hal. 505). Jari
3. Melihat ke arah tempat sujud, kecuali saat membaca kaki dihadapkan ke arah kiblat.
syahadat pada tasyahud melihat ke arah telunjuk.
Boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang uzur, seperti
4. Membaca do’a iftitah setelah takbiratul ihram. karena sedang sakit. Namun dalam keadaan sakit, jika masih
5. Membaca “A’uudzu billahi minasy-syaitaanirrajiim” ketika dapat berdiri maka pada shalat wajib harus dengan berdiri,
hendak membaca Fatihah. kecuali menimbulkan bahaya bagi kesehatannya. Jika sakitnya
masih dapat berdiri dan tidak dapat sujud, maka hendaklah ia
6. Membaca amin sesudah membaca Al-Fatihah. shalat di kursi, pada saat berdiri, maka ia harus berdiri, jika ia
mampu rukuk, maka hendaklah ia rukuk saat berdiri. Untuk sujud

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

maka ia dapat duduk di kusri, Membungkukkan badannya, salam adalah “Assalam,” sedangkan dalam hadits
kepalanya ke bawah lututnya. Dan dapat duduk di kursi untuk disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda, “ Ingat,
duduk pengganti iftirasy. Kemudian bangkit berdiri untuk raka’at cukuplah shalat seseorang di antara kalian bila duduk sambil
kedua. Demikian sampai akhir shalatnya. Hal ini lebih baik meletakkan tangannya di atas pahanya seraya berkata
karena dengan demikian ia tidak meninggalkan rukun berdiri dan “Assalaamu ‘alaikum, assalaamu ‘alaikum.” (HR. An-Nasa’i).
rukuk serta I’tidal secara sempurna, meskipun sujud tidak dapat
dilakukan secara sempurna. Jika hendak menoleh saat salam, hendaklah seperti yang
disebutkan dalam hadits dari Sa’d bin Abi Waqqash r.a. berkata,
Jika ia tidak dapat berdiri, tetapi dapat sujud, maka ia “ Aku pernah melihat Rasulullah saw. Salam sambil menengok
shalat sambil duduk di lantai, tidak di atas kursi, agar saat sujud ke kanan dan ke kiri, sehingga aku dapat melihat putih pipinya.”
ketujuh anggota sujudnya dapat menyentuh tempat sujud. (HR. Muslim).
Sedangkan jika dilaksanakan di kusri maka ia kehilangan rukun
shalat yang masih bisa dikerjakan yakni sujud di atas tujuh 13. Tertib.
anggota sujud yang menyentuh lantai. Maka semua keadaan
shalat itu dapat dilihat dari bagaimana keadaan sakitnya. Yaitu melakukan pekerjaan shalat secara berurutan dari
rukun pertama sampai rukun ke dua belas tersebut.
3. Takbiratul Ihram
Sunnah-Sunnah Dalam Melakukan Shalat
Shalat itu awalnya adalah dimulai dengan takbir (takbiratul
ihram), sebagaimana istilah para ulama. “ Aqwaalun wa af’aalun Waktu mengerjakan shalat ada dua sunah, yaitu sunah
makhshuushatun muftatahatun bit-takbiiri mukhtamatun bit- ab’adh dan sunah hai’at. Ab’adh adalah bentuk jamak dari kata
tasliim” (beberapa ucapan dan perbuatan tertentu, yang diawali Ba’dha yang artinya bagian. (Al-Munawwir Kamus Arab
dengan takbir dan diakhiri dengan salam).” ( Fathul Mu’in, tjm, Indonesia, hal. 95.). Sunah ab’adh tersebut sebenarnya
jilid 1, hal. 9). merupakan bagian rukun shalat, hanya karena ada hadits yang
menerangkan bahwa Rasulullah saw. pernah tertinggal
Disebut takbiratul ihram karena takbir tersebut melakukan sunah ab’adh tersebut yakni tasyahud awal, tetapi
mengharamkan perbuatan di luar perbuatan shalat. Dan takbir beliau tidak turun untuk duduk melakukan tasyahud awal
pertama sebagai pembuka masuknya ke dalam shalat. Yang tersebut, melainkan beliau langsung berdiri pada rakaat kedua.
dimaksud dengan takbir itu sendiri adalah ucapan ‘Allaahu Kemudian beliau menambah dua kali sujud (sujud sahwi)
Akbar.’ Jika seseorang diminta untuk takbir, berarti ia diminta sebelum beliau mengucapkan salam pada tasyahud akhir

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

disuruh untuk salam artinya ia mengucapkan mengucapkan ‘Allaahu Akbar’, bukan diminta mengangkat kedua
‘Assalamu’alaikum,’ kemudian sunah sambil dilakukan dengan tangan. Ucapan takbir, yakni “ Allaahu Akbar” hendaknya
berjabat tangan. Kedua perbuatan itu dapat dilakukan secara diucapkan saat tangan sudah terangkat sampai pada kedua
terpisah. bahu ( mankibaihi ) atau telinga ( udzunaihi ), maka disitulah
letak mulainya niat. Tidak saat tangan masih di bawah.
Salam adalah “Assalamu ‘alaikum,” atau
“Assalaamu’alaikum wa rahmatullaah” tanpa ucapan Lafazh takbir dalam takbiratul ihram itu diucapan setelah
“Wabarakaatuh,” ini menurut riwayat Ibn Hibban dari Abdullah kedua tangan berhadapan dengan bahunya. Hal itu ditunjukkan
bin Mas’ud. Salam yang paling minimal adalah mengucapkan dalam hadits dengan kata-kata tsumma (kemudian), kata-kata
“Assalaamu ‘alaikum.” Jika ada salah satu huruf dari kata-kata tsumma itu menunjukkan bahwa perbuatan itu tidak dimulai
tersebut yang tidak disebutkan, maka tidak sah salamnya. dengan berbarengan. Dalam hadits Rasulullah saw. yang
Menoleh ke kanan, apalagi ke kiri itu tidak wajib, hanya sunat diriwayatkan oleh Muslim.
saja. Hal ini sebagaimana hadits dari ‘Aisyah, yang diriwayatkan Dari Abdullah bin Umar r.a. “ Apabila Rasulullah saw.
oleh Ibn Hibban, Ia berkata “Rasulullah saw. Mengucapkan berdiri untuk shalat, beliau rafa’a yadaihi hatta takunaa hadzwa
sekali salam di depan wajahnya.” Yakni tidak menoleh. ( Shahih mankibaih, tsumma yukabbiru (mengangkat tangan sampai
Sifat Shalat Nabi, tjm,hal. 211). berhadapan dengan kedua bahunya, kemudian beliau takbir).”
Berdasarkan hadit yang menyebutkan bahwa penutup (Ringkasan Hadits Shahih Muslim, hal. 158) ).
shalat itu adalah salam dan salam yang minimal adalah
“Assalaamu ‘alaikum,” dan mengucapkan salam itu wajib, Shalat itu baru dimulai saat mengucapkan takbir “ Allaahu
sedangkan menoleh itu adalah sunat, maka hendaklah Akbar” karena itulah awal perbuatan shalat, dan Rasulullah saw.
seseorang ketika shalat saat mengucapkan salam sampai pada memulai shalat ketika tangannya sejajar kedua bahunya.
batas minimal ucapan salam ini yakni “Assalaamu’alaikum” tidak Dari Abdullah bin Umar r.a. “Rasulullah saw. mengangkat
menoleh ke kanan, yakni lurus ke depan wajah. Dan baru kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika
menoleh ke kanan setelah mengucapkan “Warahmatullaah.” memulai shalat.” (HR. Bukhari, Muslim).
Karena pada saat ia mengucapkan “Assalamu’alaikum’ ia masih Dapat juga juga memulai takbir saat tangan sampai sejajar
berada di dalam shalat yang dilarang baginya menoleh saat itu. kedua telinga, karena terkadang Rasulullah saw. melakukan
Pada huruf Mim salam itu baru selesai. Karena itu juga yang demikian.
hendaklah jangan menoleh ke kanan ketika mengucapkan Dalam hadits lain disebutkan, dari Wa’il bin Hujr, Ia berkata,
“alaikum.” Karena kalimat salam itu masih belum selesai. Jika “ Aku pernah shalat di belakang Rasulullah saw. dan beliau
hal itu dilakukan berarti ia menetapkan bahwa batas minimal

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

mengawali shalatnya dengan rafa’a yadaihi hatta haadzataa melakukan itu ketika mentauhidkan Tuhannya yang Maha Mulia
udzuunihi (mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua dan Maha Luhur, yakni ketika menetapkan tauhid dengan kata-
telinganya, kemudian bertakbir.” (HR. Ibnu Majah, An Nasa’i). kata ‘illallaah’ dalam syahadat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm,
hal. 201).
Takbiratul ihram wajib dilakukan sambil berdiri, dan pada
saat itu ia berniat shalat, kecuali bagi yang sakit tidak mampu Menurut Hasan bin As-Saqqaf, yang dimaksud dengan
berdiri, maka dilakukan semampunya. dengan ‘lima puluh tiga’ ialah menggenggam tiga jari ( jari
tengah, jari manis dan kelingking), itulah angka tiga. Sedang
Mengangkat kedua tangan itu disunatkan pada empat telunjuk ( agag dibengkokkan ke bawah ) dan ibu jari dijulurkan
tempat, yaitu ketika takbiratul-ihram, ketika akan rukuk, ketika ( ke arah kiblat ), sehingga membentuk semacam lingkran
bangun dari rukuk dan ketika bangun dari tasyahud awal bagi bundar yang mirip angka lima. Dan menurut riwayat Ibn
yang melakukan shalat sambil berdiri. Khuzaimah dari Numair al-Khuza’i ia berkata, “Sambil jari
Jari-jemari dalam shalat, dibuka atau direganggkan dan telunjuknya dibengkokkan sedikit” (Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm,
dihadapkan ke arah kiblat dalam takbiratul ihram, ketika ruku, hal. 198).
ketika bangkit dari rukuk dan ketika bangkit dari tasyahud awal, Terkadang Rasulullah saw. Ketika berisyarat dengan jari
jari-jemari dibuka atau diregangkan antara satu dengan yang telunjuknya dengan melipat jari manis dan jari kelingking,
lainnya tanpa berlebihan. kemudian membuat bulatan dengan jari tengah dan ibu jari, dan
Setelah mengangkat kedua tangan pada takbiratul ihram, berisyarat dengan telunjuknya. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm,
tangan kanan diletakkan pada pergelangan tangan kiri atau hal. 201).
telapak tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan 11. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
kiri. Disunatkan meletakkan kedua tangan itu di atas pusar dan
di bawah dada agag sedikit di bagian kiri. Ketika tasyahud akhir. Membaca “Allaahumma shalli ‘alaa
sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.”
Batas tangan diangkat ketika takbir adalah bahu atau
telinga. Patokan untuk tangan terhadap telinga adalah ujung jari 12. Membaca salam yang pertama.
jempol berbetulan dengan bagian telinga bawah. Dan untuk Salam bukanlah menoleh ke kanan dan ke kiri, salam juga
bahu, ujung jari jempol berbetulan dengan kedua bahu. bukan artinya berjabat tangan. Karena terkadang kita menyebut
bersalaman, tetapi kenyataannya hanya saling berjabat tangan
tanpa mengucapkan “Assalamu’alikum,” apabila seseorang
12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

9. Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah . Dari Wa’il bin Hujr, Ia berkata, “ Aku benar-benar pernah
melihat shalatnya Rasulullah saw. beliau bertakbir dengan
sunat duduk tawaruk yakni duduk dengan mengeluarkan mengangkat kedua tangan hingga aku melihat kedua jempolnya
telapak kaki kiri melewati bawah kaki kanan dan pantat duduk ke berdekatan dengan kedua telinganya, dan ketika hendak ruku
lantai. Ujung jari kaki kanan dihadapkan ke arah kiblat. beliau bertkabir dan mengangkat kedua tangannya, kemudian
mengangkat kepalanya sambil mengucapkan , ‘Sami’ Allaahu
10. Membaca tasyahud akhir . liman hamidah’ kemudian beliau bertakbir dan sujud. Kedua
tangannya sejajar dengan kedua telingnya, seperti saat posisi
Yang dimaksud dengan tasyahud adalah ucapan (Asyhadu menghadap kiblat.” (HR. An-Nasa’i).
allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadar-
rasuulullaah). pada awal dudk tasyahud, jemari tangan kanan
dikepalkan kecuali jari telunjuk dan ibu jarinya. Telunjuk
diletakkan di atas ibujarinya. Kemudian saat mengucapkan Imam Tangan setelah Takbiratul Ihram
Hanafi Di bawah pusar, wanita di atas dada
‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah pada kalimat illalaah mengangkat
Maliki Diulurkan ke bawah
jari telunjuknya. Telunjuk tidak diturunkan hingga mengucapkan Hambali Di bawah pusar
salam. Syafi’i Dibawah dada, agag ke kiri, di atas
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. “ Ketika pusar
Sumber : dirangkum dari Buku Fiqih Lima Mazhab
Rasulullah saw. Duduk tasyahud, beliau meletakkan tangan
kirinya di atas lutut yang kiri, dan meletakkan tangan kanannya
pada lutut kanan, seraya membuat (angka) lima puluh tiga 13. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat.
sambil berisyarat dengan telunjuknya.” (HR. Muslim).
Syarat bacaan al-Fatihah sebagaimana yang kita
Dari Wa’il bin Hujr, ,” Dan Rasululullah meletakkan sikunya yang
kumpulkan dari kitab Safinatun -Najah (tjm, hal. 25) dan
kanan di atas paha yang kanan, lalu merapatkan dua jari
Hasyiyah asy-Syaikh Ibrahim al-Baijuri ( jld.1, hal. 286 ).
(telunjuk dan ibu jari) dan menjadikannya seperti lingkaran,
kemudian mengangkat telunjuknya.” Ini adalah redaksi dari ad-
1. Didengar oleh dirinya sendiri jika dia dapat mendengar
Darimi, seangkan redaksi Ibn Hibban, “Dan beliau saw.
dengan baik dan tidak ada keributan suara.
Mengepalkan jari kelingking dan jari manisnya, merapatkan ibu
2. Menertibkan bacaan dan
jari dengan jari tengahnya, dan mengkat jari yang didekatnya
3. Berurutan,
(telunjuk). Dalam Sunan al-Baihaqi disebutkan, “Rasulullah saw.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

4. Tidak disela dengan bacaan lain. dan sujud itu memadai baginya. Karena dahi itu tempat
5. Menjaga huruf-hurufnya dan sujud.” ( Al-Umm, tjm, jilid 1, hal. 271).
6. Menjaga empat belas hurufnya yang bertasydid
7. Tidak menyuarakan bacaannya yang mengubah makna Sunat saat bangun dari sujud kedua untuk berdiri, ia
8. Tidak membaca dengan qira’at syadz ( asing )yang bersandar kepada dua tangannya yang terbuka, ditekan ke bumi,
mengubah artinya. dan tidak mengepalkannya. Begitu pula ketika bangkit dari
9. Tidak mengubah lafazh lain, dan membaca semua tasyahud pertama. Dalam hal ini, baik orang yang kuat maupun
ayat-ayatnya termasuk Basmalah dan dia baca lemah dan tua, baik laki-laki maupun perempuan, sama saja. Hal
dengan bahasa Arab dan tidak terjemahannya karena itu didasarkan pada hadits riwayat Bukhari, dari Malik bin al-
seperti itu bukanlah Al-Qur’an. Berbeda dengan dzikir Huwairits, yang antara lain disebutkan, “ Jka beliau saw. bangkit
dan do’a. dari sujud kedua, beliau duduk dan bersandar ke bumi lalu
10.Tidak behenti lama atau diam sebentar untuk memutus beliau berdiri.” Juga pada hadits riwayat Ibn Hibban dari Al-Barra
bacaan. bin ‘Azib Ia mengatakan “ Rasulullah saw. sujud pada bagian
telapak tangannya”. Dalam shahih Bukhari juga disebutkan “
Dan tidak mengepalkannya.” (Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal.
Bagi muallaf yang belum hafal, boleh sambil membaca 183).
pada media yang ditulis yang ditempel di dinding, meskipun
ditulis dengan huruf latin. Tetapi tidak boleh membaca
terjemahan al-Fatihah meskipun hafal. 8. Duduk di antara dua sujud dengan thuma’ninah.

jika tetap tidak bisa membaca dari ayat al-Qur’an, maka Duduk antara dua sujud hukumnya fardhu (wajib) dilakukan
sebagaimana sabda Raulullah saw. Dari ‘Abdullah bin Abi Aufa dengan thuma’ninah. Disunatkan duduk iftirasy yaitu duduk
r.a. Ia mengatakan bahwa : “Seseorang datang kepada dengan telapak kaki kiri direbahkan dan duduk di atasnya saat
Rasulullah saw. Seraya mengatakan, ‘ Sesungguhnya aku duduk antara dua sujud. Yang demikian ini juga sunat pada saat
tidak hafal Al-Qur’an sedikitpun. Ajarilah aku zikir lain yang duduk tasyahud awal. Telapak tangan diletakkan di atas paha
dapat mencukupiku sebagai ganti dari bacaan Al-Qur’an.’ Nabi dekat lutut dengan jari-jemari dirapatkan dan dihadapkan ke arah
Muhammad saw. Bersabda, ‘Katakanlah : Subhaanalaah, al- kiblat. ( Shahih Sifat Shalat Nabi, tjm, hal. 180).
hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, Allaahu Akbar, Laa haulaa
wa laa quwwata illaa billaah...”(H.R. Abu Daud).

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Dari Abu Humaid, “ Dan juga apabila beliau sujud, maka Dalam mazhab Syafi’i “Bismillaahir-rahmaanir-rahiim”
meregangkan tanpa membebankan perutnya pada pahanya dalam al-Fatihah wajib dibaca pada semua bacaan al-Fatihan
sedikitpun. (HR. Baihaqi). Namaun kata Sayyidina ‘Ali, “Jika dan dengan keras pada dua raka’at shalat Subuh, dua raka’at
perempuan sujud hendaklah merapatkan dan menggabungkan pertama Maghrib dan ‘Isya dan dua rakaat shalat Jum’at
kedua pahanya”. Abdullah bin Abbas berkata tentang shalat sebagaimana ayat lain dari al-Fatihah. Dalilnya adalah hadits
perempuan, yaitu Tajtami’ wa tahtafir (menggabungkan dan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “ Jika
merapatkan). kalian membaca Alhamdu lillaah (al-Fatihah), bacalah
Bismillaahi-rahmaanir-rahiim. Sesungguhnya al-Fatihah itu
Imam Syafi’i, berkata, “ Allah Ta’ala telah memberikan Ummul-Qur’an (induk Al-Qur’an), Ummul Kitab (induk kitab), dan
pengajaran budi pekerti kepada kaum wanita dengan menutup as-Sab’al Matsani, ( tujuh ayat yang diulang) Bismillaahir-
dirinya. Dan Rasulullah saw. juga memberi pengajaran kepada rahmaanir-rahiim adalah salah satu ayatnya.” (HR. Daruquthni,
kaum wanita, dengan yang demikian. Saya memandang sunat Al-Baihaqi).
bagi wanita pada sujud, bahwa ia merapatkan sebagian Dari Ummu Salamah, ia berkata , “Bahwa Rasulullah saw.
badannya dengan sebagian yang lain. ia mempertemukan Membaca Bismillaahir-rahmaanir-rahiim dalam shalat, dan
perutnya dengan pahanya. Ia sujud dengan yang lebih tertutup beliau menganggapnya sebagai satu ayat.” (HR. Abu Daud,
bagi yang ada padanya. Begitu juga saya lebih menyukai bagi Daruqthni, Al-Hakim, Al-Baihaqi)
wanita pada ruku’, duduk dan semua perbuatan shalat, bahwa Dari Anas r.a. Ia berkata, “Bacaan Nabi saw. Itu
dia berada dalam keadaan yang lebih terutup.” (Al-Umm, tjm, mengandung madd (dipanjangkan), yakni memanjangkan kata
jld.1, hal. 274) Bismillaah, ar-Rahmaan, dan ar-Rahiim.”(HR. Bukhari).
Adapun dalam berdiri, menurut Imam al-Ghazali dalam
Ihya ‘Ulumiddin menerangkan, pada saat berdiri, mengambil
Imam Basmalah
posisi enak dan tidak mengumpulkan keduanya (tidak sampai Hanafi Tidak termasuk al-Fatihah, boleh dibaca,
menempelkan keduanya), yakni poisi kaki tidak sampai seperti boleh tidak, boleh keras boleh pelan
dalam keadaan terikat.(Ihya Ulumiddin, tjm, jld.1, hal. 505). Jari Maliki Tidak termasuk al-Fatihah, tidak dibaca
kaki dihdapkan ke arah kiblat. Hambali Bagian dari al-Fatihah, tapi dibaca pelan
Syafi’i Bagian dari al-Fatihah, dibaca keras
“Sempurnanya fardhu sujud dan sunatnya, bahwa ia sujud atas Sumber : dirangkum dari Buku Fiqih Lima Mazhab
dahinya, hidungnya, dua telapak tangannya, dua lututnya dan
(jemari) dua telapak kakinya. Kalau ia sujud atas dahinya, tidak
hidungnya, saya memandangnya makruh yang demikian,

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

5. Rukuk, dengan thuma’ninah (tenang ). mencela orang yang berpegang pada hadits lain yang memang
juga sama-sama shahih dari Rasulullah.”( Ar-Risalah, tjmh. Hal.
Rukuk adalah membungkukkan badan disertai meletakkan 204).
kedua tangan pada kedua lutut. Dari Salim al-Barrad al-Kufi,
bahwa ia mengatakan, “ Aku pergi menemui Abu Mas’ud r.a. aku Menurut hemat kami dalil secara bahasa tersebut di atas
berkata kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku tentang shalat sudah mencukupi untuk kita yang awam tentang ilmu hadits,
Rasulullah saw. Ia berdiri di hadapanku sambil bertakbir. Ketika karena walau bagaimanapun juga kita harus mempunyai dalil
rukuk, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua terhadap setiap perbuatan ibadah yang kita lakukan agar kita
lututnya. Dan ia meletakkan jemarinya lebih rendah daripada itu. tidak hanya sekedar ikut-ikutan. Dan kita lebih memilih mazhab
Ia meregangkan kedua sikunya sehingga tampak segala Imam Asy-Syafi’i yang lebih menyukai mendahulukan lutut ketika
sesuatu dari badannya menjadi rata.” (HR. An-Nasa’i). akan turun untuk sujud sebagaimana pendapat beliau dalam
Dari ‘Aisyah, Ia mengatakan, “Bila Rasulullah saw. Rukuk, kitab beliau Al-Umm, yang diikuti oleh Hasan bin Ali As-Saqqaf.
beliau tidak meninggikan kepalanya dan tidak pula
merendahkannya.” (HR. Muslim). Imam Syafi’i mengatakan, “Laki-laki dan perempuan dalam
shalat sama. Tetapi aku menyuruh perempuan untuk istitaar
Dari Abu Humaid as-Sai’idi r.a. Ia mengatakan, “ Ketika (lebih terutup) berbeda halnya dengan laki-laki, khususnya
rukuk, Rasulullah saw. Menetapkan telapak tangannya pada dalam rukuk dan sujud, hendaklah perempuan merapatkan
lututnya, dan beliau mereganggkan jari-jemarinya.” (HR. Ibnu sebagian tubuhnya pada yang lainnya” (Shahih Sifat Shalat
Hibban). Nabi, tjm, hal. 178)).

Jika pada laki-laki, saat rukuk dan sujud, kedua tangan


Dari Abu Mas’ud al-Anshari al-Badri r.a. bahwa Rasulullah diregangkan, sedangkan pada perempuan saat rukuk dan sujud
saw. Bersabda, “ Tidak cukup shalat seseorang kalau ia tidak kedua tangan dirapatkan ke badan. Adapun saat sujud memang
meluruskan tulang sulbinya dalam rukuk dan sujudnya.” (HR. disunahkan baik laki-laki maupun perempuan untuk merapatkan
Abu Dawud, Turmudzi, Annasa’i, Ahmad, Thabrani, Ibnu kaki, yakni tumit, sebagaimana hadits dari ‘Aisyah, “Aku
Hibban). mencari-cari Rasulullah saw., sebelumnya beliau bersamaku di
Dari Abu Humaid as-Sa’idi r.a. disebutkan bahwa, “ Ketika tempat tidurku, ternyata aku dapati beliau dalam keadaan
rukuk, Rasulullah saw. Meletakkan tangannya pada lututnya, bersujud dengan menempelkan kedua tumitnya...” (HR. Al-
kemudian beliau membungkukkan punggungnya (hashara Baihaqi). Dan terkadang beliau sujud dengan kaki agag
zhahrahu).” (HR. Bukhari). Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani diregangkan.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

bijaknya perkataan Imam Syafi’i, beliau mengatakan dalam


kitabnya Ar-Risalah : “ Saya berpegang pada hadits ini, tanpa
(HR. Ahmad). Lantas apakah Nabi saw. tidak tahu bahwa anjing
itu tidak punya lengan. Bukankah kaki anjing itu juga di depan. berkomentar bahwa kata-kata hashara zhahrahu, yakni
Maka makna hadits ini adalah orang yang shalat dilarang membungkukkannya dengan rata, tidak melengkung.
membentangkan lengannya seperti anjing membentangkan “ Jika kamu ruku’ letakkanlah kedua tanganmu pada
‘lengannya’ yakni kaki depannya. Maka kaki depan hewan baik kedua lututmu dan panjangkanlah punggungmu serta
unta maupun anjing diibaratkan adalah ‘lengannya (tangannya)’ mantapkan ruku’mu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
sehingga dalam sujudpun dilarang mendahului tangan karena itu
diibaratkan sama dengan unta. Rukuk wajib dilakukan dengan thuma’ninah (tenang). Batas
minimal thuma’ninah adalah diam ketika rukuk sehingga semua
Itu adalah dalil bagi kita yang awam mengenai ilmu hadits. anggota tubuh tidak bergerak.
Adapun mereka yang berbeda pendapat dari kalangan ulama
yang ahli hadits mereka berdalil dengan hadits mereka masing- 6. I’tidal dengan thuma’ninah .
masing. Seperti yang mereka bahas dalam kedua kitab mereka
masing-masing, seperti al-Albani dengan kitabnya Sifat Shalat I’tidal artinya lurus. Yakni sesuai pada tempatnya tanpa
Nabi (tjm, hal.189) dan Hasan bin Ali as-Saqqaf dengan kitab merasa terbebani. Sehingga secara bahasa, i’tidal juga ada
beliau Shahih Sifat Shalat Nabi (tjm, hal. 170). Mereka sama- dalam rukuk, sebagaimana sabda Rasulullah saw. dari Anas bin
sama berdalil dengan hadits shahih menurut masing-masing, Malik, bahwa beliau bersabda, “ I’tadiluu fir-ruku’i was-sujuud.”
hadits tersebut, pertama dari Wa’il bin Hujr r.a Ia berkata, “Aku luruskanlah saat rukuk dan sujud. (HR. Bukhari, Muslim).
melihat Rasulullah saw. ketika hendak sujud meletakkan Setelah sempurna rukuk dengan thuma’ninah, selanjutnya
lututnya sebelum tangannya.” (HR. Abu Dawud). Kedua, riwayat adalah bangkit dari rukuk sambil sunat membaca ‘Sami’ Allaahu
Ibnu Khuzaimah,”Rasulullah saw. meletakkan kedua tangannya liman hamidah’ sampai kembali berdiri lurus (i’tidal) dan
ke tanah sebelum meletakkan kedua lututnya.” (HR. Ibnu kemudian tenang (thuma’ninah) sambil sunat membaca
Khuzaimah). ‘Rabbana wa lakal hamdu’
Apabila kedua hadits tersebut shahih, tidak ada yang salah Berdiri i’tidal itu adalah setelah bangun dari rukuk, berdiri
memilih salah satunya. Maka kita memilih hadits dari Wa’il bin lurus, hendaklah kedua tangan lurus ke bawah karena i’tidal itu
Hujr, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy-Syafi’i. Dan sendiri artinya adalah lurus. Tidak berdiri qiyam ( tangan
dalam menyikapi kedua hadits yang bertentangan, alangkah bersedekap), karena itu tangan tidak langsung diletakkan
dipergelangan saat i’tidal.
12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Dari Abu Hurairah, Ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda,


‘Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka janganlah
Setelah bangun dari rukuk pada raka’at kedua shalat menderum seperti unta.” (HR. Abu Dawud).
subuh, tidak boleh meninggalkan i’tidal ini, yakni hendaklah tidak Unta turun mendahulukan bagian depannya (ibarat bagi
setelah bangun dari rukuk, lalu langsung mengangkat kedua tangan kita). Lalu ia turun bertumpu pada tangan itu. Sedangkan
tangan untuk membaca do’a qunut. Karena berdiri i’tidal adalah orang shalat harus mendahulukan kakinya (bagian belakang)
termasuk rukun shalat. Maka hendaklah setelah bangun dari dengan lebih dulu melipatnya sambil turun (ketempat sujud) hal
rukuk ia i’tidal (lurus) baik tulang punggungnya maupun itu tentu berbeda dengan cara turunnya unta. Dari Aswad an-
tangannya. Nakha’i r.a. “Umar bin Khattab r.a turun untuk sujud
7. Sujud dua kali dengan thuma’ninah. mendahulukan lututnya.” (HR. Ibn Abi Syaibah).

Sujud wajib meletakkan dahi ke tempat sujud, serta Dari Ar-Rabi’ Ia mengatakan, Asy-Syafi’i berkata, ‘Saya
membebankan kepala dan leher ke tempat sujud, sebagimana menyukai bahwa orang yang akan sujud itu bertakbir dengan
keadaan badan dibebankan pada kedua kaki saat berdiri. Betul- berdiri (mengucapkan Allaaahu Akbar). Dan ia turun dari
betul menempatkan dahi ke tempat sujud. Sesuatu tempat sujud tempatnya untuk sujud. Kemudian yang pertama diletakkan ke
harus menyerupai unsur tanah yakni keras atau padat, yang atas lantai ialah dua lututnya, kemudian dua tangannya,
sifatnya menetap. Jika di atas semacam kasur, maka dahi harus kemudian mukanya.” ( Al-Umm, tjm, jld.1, hal. 270 ).
ditekan atau dibiarkan atau benar-benar dibebankan kepala
kepada kasur itu, Jika engkau sujud, tekanlah wajahmu dan Adapun bagi mereka yang bependapat bahwa sujud itu
kedua tanganmu, sehingga setiap tulang kembali ke tempatnya.” mendahulukan tangan dari pada lutut, alasannya adalah bahwa
(HR. Ibnu Khuzaimah). Tidak cukup hanya disentuhkan saja, ketika duduk, unta itu pertama kali meletakkan lututnya, yakni
sehingga beban kepala seolah ditahan, atau tidak diletakkan. bagian depan. Sehingga cara berbeda dengan unta adalah
mendahulukan tangan daripada lutut (Hal ini dijelaskan
Turun untuk sujud dengan mendahulukan lutut, kemudian Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam catatan kaki pada
tangan, baru muka. Sebagimana hadits dari Wa’il bin Hujr r.a Ia kitabnya Sifat Shalat Nabi, tjm. hal. 189). Mereka menolak
berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. ketika hendak sujud anggapan bahwa bagian depan kaki unta adalah ibarat tangan
meletakkan lututnya sebelum tangannya.” (HR. Abu Dawud). bagi orang yang sujud. Merekah hanya menerima secara bahasa
bahwa lutut unta ada pada bagian depan kakinya, Dan itu bukan
‘tangannya.’

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

Jika demikian anggapan mereka lalu apa arti bahasa hadits


Nabi saw. “Janganlah salah seorang di antara kalian
membentangkan kedua lengannya dalam sujud seperti anjing.”

Kata Pengantar

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim

Rukun shalat adalah perbuatan dalam shalat yang wajib


dilakukan secara berurutan. Rukun shalat merupakan perbuatan
yang wajib dilakukan dalam shalat. Shalat akan menjadi rusak
jika rukun shalat ditinggalkan. Berbeda dengan sunat-sunat
dalam shalat, shalat tidak menjadi rusak apabila sunat shalat
tertinggal. Shalat yang paling baik adalah shalat yang dilakukan
dengan sempurna.

Terdapat beberapa hadits tentang tata cara pelaksanaan


ibadah shalat, karena itu terdapat beberapa hal perbedaan
dalam pelaksanaan tata cara shalat menurut beberapa mazhab,
dalam perbedaan tersebut semua mazhab ahlus sunah wal
jama’ah tentu berdasarkan dalil hadits masing-masing yang ada
pada mereka. Oleh karena itu jika terdapat perbedaan dalam
tata cara shalat hendaklah kita jangan langsung menyalahkan
jika berbeda dengan apa yang telah kita lakukan, sebelum betul-
betul mengetahui dalil-dalilnya.

Jika memang tata cara yang dilakukan tersebut


berdasarkan hadits-hadits dan dalil-dalil dari para Imam-Imam
mazhab ahlus sunnah wal jama’ah, maka hal itu adalah

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

merupakan sebuah perbedaan bukan kesalahan, kecuali cara


tersebut bertolak belakang dengan cara yang telah dilakukan
oleh Rasulullah SAW.

Dalam buku ini diterangkan materi tentang rukun shalat Bibliografi :


1. Ringkasan Shahih Muslim, Imam al-Mundziri, Penerjemah : Drs.
menurut mazhab Imam Syafi’i sebagaimana ada dalam kitab Al-
Achmad Zaidun. Penerbit : Pustaka Amani Jakarta.
Umm dan kami kumpulkan dari buku Shahih Sifat Shalat Nabi
2. Safinatun Najah, Salim Samir al-Hadromi asy-Syafi’i, Penerjemah :
oleh Hasan bin Ali Asaqqaf, yang kami beri tanggapan Nor Kandir, ST. Penerbit : Pustaka Syabab.
sekedarnya untuk dapat dipahami. Semoga bermanfaat. 3. Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali, Penerjemah : Drs. H. Moh Zuhri,
Penerbit : CV Asy Syifa Semarang.
4. Shahih Sifat Shalat Nabi, Hassan bin Ali As-Saqqaf, Penerjemah : Drs.
Tabak Kanilan, 22 Oktober 2021 Tarman Ahmad Qosim. Penerbit : Pustaka Hidayah.
Wassalam, 5. Sifat Shalat Nabi. Muhammad Nashiruddin al-Albani, Penerjemah :
Penyusun Abu Hasan Arif Sulistiono. Penerbit : Duta Ilmu, Surabaya
6. Al-Umm, Imam Asy-Syafi’i, Penerjemah : Prof. TK. H. Ismail Yakub,
ttd SH. MH. Penerbit : Victory Agencie, Kuala Lumpur.
7. Fathul Mu’in, Penerbit : Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary, Drs. H.
Gunawan, S.Pd.I Aliy As’ad. Penerbit : Menara Kudus, Kudus.
8. Hasyiyyah Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Penerbit : Darul Kutub, Beirut
Libanon.
9. Shahih Sunan Nasa’i, Muhammad Nashiruddin al-Albani,
Penerjemah : Ahmad Yoswaji. Penerbit : Pustaka Azzam, Jakarta.
10. Fiqih Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah, Penerjemah :
Idrus Alkaff. Penerbit : Lentera, Jakarta.
11. Ar Risalah, Imam Asy-Syafi’i, Penerjemah : Masturi Irham & Asmui
Taman. Penerbit : Putaka Al-Kautsar.
12. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Moh. Rifa’i, Penerbit : PT. Karya
Toha Putra, Semarang.
13. Fiqh Islam, Sulaiman Rasjid, Penerbit : Sinar Baru Algensindo,
Bandung.

12 13
Rukun Shalat Rukun Shalat

12 13

Anda mungkin juga menyukai