8
NAMA : HADISTI KHOERUNNISA
NIM : 042569652
Instrumen ini biasanya digunakan pada tahap pelaksanaan audit yang sudah di jelaskan,
Beberapa instrumen tersebut di antaranya:
1. Analisis dokumen
Analisis dokumen SDM yang dapat dilakukan antara lain dengan berbagai dokumen terkait
manajemen SDM seperti uraian dan spesifikasi jabatan, perhitungan kebutuhan tenaga kerja,
SOP rekrutmen dan seleksi, evaluasi terhadap hasil pelatihan, temuan dukungan , dan
sebagainya. Analisis dokumen bahkan sudah bisa dilakukan sejak investigasi awal. Dengan
menganalisis dokumen yang ada, auditor dapat menemukan kekurangan atau potensi masalah
yang mungkin terjadi dalam pengelolaan SDM. Tentu saja, hasil analisis dokumen ini masih
perlu diklarifikasi oleh auditee untuk meminta penjelasan dan analisis lebih lanjut. Namun
demikian, auditor bisa saja sudah menghasilkan temuan atau bahkan kesimpulan awal setelah
menganalisis dokumen yang ada titik Hal ini dimungkinkan apabila auditor memiliki kompetensi
yang memadai dan memiliki jam terbang atau pengalaman yang cukup dalam melakukan audit.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara yang sangat efektif untuk mendapatkan informasi atau mengklarifikasi
temuan yang dihasilkan dari analisis dokumen. Wawancara dapat dilakukan dengan manajer
SDM, profesional SDM yang menangani kegiatan manajemen SDM tertentu, seperti staf untuk
rekrutmen dan seleksi, atau staf yang menangani pelatihan. Wawancara untuk menggali
informasi juga dapat dilakukan pada manajer lini atau karyawan biasa. Yang harus diperhatikan
oleh auditor dalam melakukan wawancara adalah dengan mewawancarai orang atau sumber
informasi yang tepat, dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan audit.
Posisi informan yang lebih tinggi tidak menjamin bahwa informasi yang diberikan akan
memadai terutama jika informasi yang dibutuhkan terperinci atau terperinci. Prinsip komunikasi
atau wawancara secara umum dapat diterapkan dalam proses audit SDM, seperti membangun
hubungan dengan orang yang diwawancarai, menjelaskan maksud dan tujuan wawancara,
melakukan penyelidikan, dan sebagainya. Auditor disarankan untuk menginformasikan terlebih
dahulu tentang jadwal dan materi wawancara, terutama jika auditor meminta orang yang
diwawancarai untuk menyiapkan berbagai laporan atau dokumen yang diperlukan sebelumnya.
Auditor harus mencatat, setidaknya membuat catatan tentang berbagai informasi yang diangkat
dalam wawancara, dan meminta konfirmasi dari orang yang diwawancarai untuk wawancara
yang telah dilakukan.
3. Analisis historis
Analisis terhadap data historis dapat dilakukan dalam audit SDM, misalnya dengan
membandingkan rasio seleksi untuk posisi tertentu, tingkat kehadiran karyawan, atau jumlah jam
pelatihan per orang per tahun selama beberapa tahun terakhir. Data historis ini dapat diperoleh
melalui data sekunder dalam bentuk laporan yang ada atau dalam bentuk data primer melalui
survei dan / atau wawancara. Data historis mungkin tidak tersedia secara langsung tetapi harus
diproses terlebih dahulu dan kemudian dianalisis. Misalnya dalam melakukan proses rekrutmen
dan seleksi, perusahaan tidak dapat menetapkan rasio pemilihan Auditor dapat meminta data
jumlah pelamar, jumlah pelamar yang lolos setiap seleksi, hingga jumlah pelamar yang diterima.
Dari berbagai data ini, auditor kemudian dapat menghitung rasio seleksi dari proses rekrutmen
dan seleksi tersebut. Demikian juga untuk jumlah pelatihan jam per orang per tahun, di mana
auditor dapat meminta jumlah pelatihan selama dan jumlah karyawan untuk mendapatkan
informasi jumlah jam pelatihan per orang per tahun.
TUGAS 2 AUDIT SDM
8
NAMA : HADISTI KHOERUNNISA
NIM : 042569652
2. Contoh kuesioner Audit fungsi Manajemen Karir (dengan mengacu pada model
karier dan indikator kunci keberhasilan) di suatu perusahaan
Auditor Auditee
(…………………………….) (…………………………………)
TUGAS 2 AUDIT SDM
8
NAMA : HADISTI KHOERUNNISA
NIM : 042569652
Dalam menghitung tingkat frekuensi ini karyawan yang meninggalkan jam kerja lebih
dari 1 jam dianggap absen Apapun alasannya. jadi frekuensi red hanya mengukur jumlah absensi
saja dan tidak mengukur lamanya absen. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki 60 orang
karyawan dan dalam bulan Agustus 2009 ada 180 kasus karyawan yang absen (meninggalkan
jam kerja lebih dari 1 jam) maka tingkat frekuensi absen perusahaan pada bulan Agustus 2009
adalah sebagai berikut :
180
=
60
=3
Selain frequency rate, ada juga ukuran absence rate yang mengukur berapa banyak jam
kerja yang hilang karena karyawan absen dalam periode tertentu. Menghitung absence rate yang
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Misalnya sebuah perusahaan memiliki 100 karyawan dengan total jam kerja yang
dijadwalkan pada bulan tertentu sebesar 16.000 jam kerja. apabila pada bulan tersebut terjadi 800
jam kerja yang hilang karena karyawan absen maka absence rate pada bulan tersebut adalah:
800
= ×100
16000
= 5%
Untuk analisis lebih lanjut, perusahaan dapat saja menghitung tingkat frekuensi dan
tingkat absensi per Departemen atau divisi. Perusahaan juga dapat membuat kategori alasan
mengapa karyawan absen, dengan izin atau tidak, dan sebagainya.
TUGAS 2 AUDIT SDM
8
NAMA : HADISTI KHOERUNNISA
NIM : 042569652