Anda di halaman 1dari 20

GURU SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

OLEH :

IFFAH NUR AFIFAH

105361109118

2018D

PENDIDIKAN MATEMATIKA 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat  dan  hidayah-Nya  sehingga  kami  dapat  menyelesaikan  makalah AIK
VII yang  berjudul “Guru Sebagai Agen Perubahan” dengan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan kewajiban  mahasiswa  Universitas
Muhammadiyah Makassar prodi Pendidikan Matematika sebagai  tugas mata 
kuliah AIK VII yang kami ajukan untuk  memenuhi  salah satu persyaratan  dalam
penilaian mata kuliah tersebut. 
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
mendapatkan   bimbingan   dan   nasehat,   serta   bantuan   dari   berbagai  
pihak. Berkaitan dengan hal tersebut kami menghaturkan banyak terima kasih
kepada :

1. Ahmad Syamsuadi, S.Pd., M.Pd. yang  sudah  memberikan  bimbingan 


dan pengarahan kepada kami,
2. Serta  semua  pihak  yang  telah memberikan bantuan dalam penyusunan
makalah ini. 

Penulis  menyadari sepenuhnya  bahwa  dalam  penyusunan  makalah  ini


masih banyak kekurangan hal itu disebabkan sangat terbatasnya kemampuan
dan ilmu  yang  dimiliki  oleh  penulis.  Oleh karena  itu,  kami  mengharapkan 
kritik  dan saran  yang  sifatnya  membangun  dan  positif.  Semoga  hasil makalah
ini  dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Makassar, 31 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3

A. Konsep Dasar Mengenai Agen Perubahan 5


B. Peranan Guru Sebagai Agen Perubahan 9
C. Strategi Meningkatkan Peran Guru Sebagai Agen Perubahan
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Agen Perubahan Dalam
Proses Inovasi Pendidikan
BAB III PENUTUP 12

A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam mengarahkan
suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Tanpa adanya pendidikan mustahil
suatu bangsa akan berdiri dan memperoleh suatu hal yang diharapkan.
Pendidikan yang baik dibutuhkan suatu agen perubahan (agent of change)
yang membawa pendidikan ke arah suatu komponen yang dibutuhkan oleh
peserta didik dalam memajukan suatu negara. agen perubahan (agent of
change)yang dimaksud adalah guru.
Guru sebagai agen perubahan (agent of change) merupakan bagian
yang terpenting dalam lingkup pendidikan. Artinya, guru sebagai panglima
utama yang bertugas membawa perubahan seseorang yang pada awalnya
tidak tahu menjadi tahu dari hasil proses kegiatan belajar dan mengajar
serta penerapan nilai-nilai positif, baik secara privat maupun publik yang
dilaksanakan secara profesional. Sebagaimana Komara (2015)
mengemukakan bahwa profesionalisme guru sudah menjadi tuntutan
masyarakat dunia. Pekerjaan guru tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan
biasa, tetapi sudah menjadi pekerjaan profesional. Maka, profesionalisme
diharapkan dapat menjadi bagian dari kepribadian guru sehingga ia dapat
mengembangkan diri sendiri secara otonom. Pandangan tersebut sesuai
dengan Komalasari (2010:2) yang mengemukakan tahapan yang tepat
dalam yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik, yaitu:
1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam
diri seseorang, baik secara aktual maupun potensial.
2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang
baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama.
3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu.
Aspek perubahan yang dilakukan guru terhadap peserta didik tidak
hanya pada aspek kognitifnya saja, tetapi harus berdampak juga pada
aspek afektif dan psikomotoriknya. Menurut Gagne (1977) belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi sikap, minat, atau nilai
dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis kinerjanya. Hal tersebut dipertegas oleh Sunaryo
(1989:1) belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat
atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya
dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Maka dari itu Undang-
undang NKRI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab…
Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan, maka dibutuhkan agen
perubahan (agent of change) dalam hal ini guru yang berkualitas pula.
Maksud berkualitas di sini adalah guru harus menerapkan konsep
Pendidikan yang seimbang dan selaras, antara pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan suatu proses
Pendidikan yang terencana. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh
Komalasari (2010:3) bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru
sebagai agen perubahan (agent of change) adalah membawa peserta didik
ke arah perubahan yang menghasilkan generasi-generasi potensial. Untuk
menghasilkan generasi yang potensial, maka pengembangan Pendidikan
harus mengandung unsur-unsur kompetensi yang berkualitas, yaitu terdiri
dari komponen pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Apabila guru
dikatakan sebagai agen perubahan (agent of change) menerapkan ketiga
unsur tersebut ke dalam Pendidikan maka dapat dipastikan program
pembentukan potensi peserta didik dapat tercapai.
Namun, pada kenyataannya guru sebagai agen perubahan (agent of
change) dalam melaksanakan tugasnya terdapat hal-hal yang menyimpang
sehingga tujuan Pendidikan tidak tercapai. Hal-hal yang menyimpang
tersebut adalah pada aspek pembelajaran lebih fokus pada aspek kognitif
dan situasi kelas belum memberikan proses pembelajaran yang bermakna.
Hal tersebut sesuai pernyataan yang diungkapkan oleh Budimansyah
(2009) bahwa pertama, proses pembelajaran dan penilaian lebih
menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan
materi/pada dimensi kognitif. Kedua, pengelolaan kelas belum mampu
menyiapkan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.
Guru sebagai agen perubahan (agent of change) harus merubah
pola pembelajaran ke arah yang lebih bermakna. Komalasari (2010:3)
mengemukakan pembelajaran yang bermakna harus mengacu pada
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar, meliputi: (a) prinsip
kesiapan; (b) prinsip asosiasi; (c) prinsip latihan; dan (d) prinsip efek.
Komara (2012) menambahkan untuk mencapai pembelajaran yang
bermakna guru harus mempunyai kompetensi yang memadai atau
professional. Untuk mengarahkan guru kepada kompetensi yang
profesional hendaknya dapat mencakup kemampuan: learning to know,
learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran harus mengacu pada input, proses, dan output. Artinya,
pembelajaran harus dinamis dan persiapan-persiapan pembelajaran yang
menunjang sehingga peserta didik dapat memperoleh pembelajaran yang
bermakna tidak hanya sekolah tetapi di luar kelas. Selain itu juga,
pembelajaran tidak hanya menghasilkan secara angka saja tetapi dapat
menghasilkan peserta didik yang secara afektif dan keterampilan yang
menjadi pokok utama dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, program
Pendidikan Kewarganegaran dapat mencapai tujuan yang tepat. Di sisi
lain. Guru sebagai agen perubahan (agent of change) harus selalu
mengasah potensinya supaya dalam proses belajar mengajar penuh dengan
inovasi-inovasi sehingga kemampuan peserta didik dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
Perspektif lainnya adalah bahwa guru sebagai agen perubahan
(agent of change) harus membawa kliennya dalam hal ini peserta didik
kepada proses pembelajaran yang seimbang dan selaras dengan tujuan
yang diharapkan. Guru sebagai agen perubahan (agent of change) harus
dapat menghubungkan pembelajaran antara kognitif, afektif, dan
psikomotor. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus mempunyai
persiapan-persiapan yang terencana, yaitu program-program pembelajaran
yang terarah dan mempunyai konsep evaluasi yang menjadi ukuran dalam
proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mengenai agen perubahan?
2. Bagaimana peran guru sebagai agen perubahan?
3. Bagaimana strategi meningkatkan peran guru sebagai agen
perubahan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen
perubahan dalam proses inovasi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Mengenai Agen Perubahan
Agen perubahan (agent of change) adalah seseorang yang secara
profesional bertugas untuk mempengaruhi seseorang atau klien dalam hal
penyampaian inovasi-inovasi yang disesuaikan oleh pengusaha perubahan.
Menurut Rogers (1995), agen perubahan adalah petugas profesional yang
mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah
yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi, semua orang yang bekerja
untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan perubahan sosial
adalah termasuk agen-agen perubahan. Sedangkan di sisi lain, Soekanto
(1992:273) menjelaskan Agen Perubahan (Agent of Change) memimpin
masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agen
perubahan langsung tersangkut dalam tekanan- tekanan untuk mengadakan
perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Cara-cara mempengaruhi
masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu
dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula
dinamakan perencanaan sosial (social planning).
Menurut Zaltman (dalam Ibrahim 1988: 102), ada tiga hal yang
perlu diperhatikan oleh agen perubahan (agent of change) dalam usaha
memantapkan hubungan dengan klien yaitu:
1. Di mata klien seorang agen perubahan (agent of change) harus
mampu dan secara resmi mendapat tugas untuk membantu klien
dalam usaha meningkatkan kehidupannya atau memecahkan
masalah yang dihadapinya.
2. Harus diusahakan terjadinya pertukaran informasi tentang hal hal
yang diharapkan akan dicapainya dalam proses perubahan
(inovasi) antara agen perubahan (agent of change) dengan klien.
3. Perlu diusahakan adanya sanksi yang tepat terhadap target
perubahan yang akan dicapai.
Rogers dan Shoemaker (dalam Nasution, 2006) mempertegas
peranan utama seorang agen perubahan (agent of change) yaitu:
a. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau
melakukan perubahan
b. Sebagai pemberi pemecahan persoalan
c. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
d. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses
pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi
petunjuk mengenai bagaimana: pertama, mengenali dan
merumuskan kebutuhan; kedua, mendiagnosa permasalahan dan
menentukan tujuan; ketiga, mendapatkan sumber-sumber yang
relevan; keempat, memilih atau menciptakan pemecahan masalah;
dan kelima, menyesuaikan dan merencanakan pentahapan
pemecahan masalah.
Roger (1995) mengemukakan Fungsi utama agen perubahan adalah
sebagai penghubung antara pengusaha perubahan (change agency) dengan
klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien
sesuai dengan keinginan pengusaha perubahan. Ada 7 (tujuh) langkah
kegiatan agen perubahan (agent of change) dalam melaksanakan tugasnya
memperkenalkan inovasi pada klien adalah sebagai berikut.
1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
2. Memantapkan hubungan pertukaran informasi
3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi
4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan
6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi
7. Mengakhiri hubungan ketergantungan
Selain bertugas untuk memperkenalkan berbagai inovasi, usaha-
usaha yang dilakukannya akan mencerminkan keberhasilan sebagai agen
perubahan (agent of change) dan tidak menutup kemungkinan klein-klien
akan terpengaruh dengan berbagai inovasi-inovasi yang sesuai. Rogers
(1995) mempertegas faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen
perubahan (agent of change) adalah sebagai berikut:
a) Usaha dari agen perubahan itu sendiri
b) Orientasi klien
c) Kesesuaian inovasi dengan kebutuhan klien
d) Empati dari agen perubahan
e) Homofilitasnya dengan klien
f) Kredibilitas agen perubahan
g) Sejalan dengan pemimpin opini
h) Kemampuan evaluasi klien
B. Peranan Guru Sebagai Agen Perubahan
Dalam perubahan pendidikan diskala mikro (sekolah) guru
memiliki peranan yang penting, hal ini karena dalam proses perubahan itu
guru berperan sebagai agen perubahan. Dalam perubahan pendidikan,
keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai
dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar
bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Dalam suatu inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat, karena guru
mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, dan
sekaligus sebagai teman.
Peranan guru sebagai agen perubahan dimulai dari internal dirinya
dalam hal ini proses perubahan dilakukan dengan merubah paradigma
guru dalam proses pendidikan/pembelajaran. Perubahan paradigma ini
dimulai dengan adanya kesadaran berubah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru. Mengetahui inovasi-inovasi pembelajaran terbaru
dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. Paradigma pembelajaran
yang merupakan gagasan baru adalah:
1. Peran guru sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan dan
kawan belajar
2. Jadwal fleksibel.
3. Belajar diarahkan oleh siswa sendiri,
4. Pembelajaran berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan
nyata, dan fleksibel.
5. Perancangan dan penyelidikan
6. Kreasi dan investigasi
7. Kolaborasi
8. Focus masyarakat
9. Computer sebagai alat
10. Presentasi media dinamis
11. Penilaian kinerja yang komprehensif.
Setelah mengalami perubahan paradigma dalam dirinya guru
kemudian dapat melakukan proses perubahan dengan individu lain (teman
sejawat), kelompok guru, dan sekolah sebagai lembaga dimana guru
berada. Peran guru sebagai agen perubahan diantaranya adalah bagaimana
menerjemahkan idealisme pendidikan ke dalam praktek di kelas. Secara
lebih rinci inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan pembelajaran.
2. Membuat desain pembelajaran
3. Menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif
4. Mengelola kelas dengan baik
5. Melakukan Pengajaran dengan baik
6. Menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran
7. Melakukan penilaian yang komprehensif.
8. Memberikan umpan balik.
Walaupun demikian bukan berarti tugas guru selesai sampai disini,
seringkali dalam proses pembelajaran timbul masalah-masalah baru. Oleh
karena itu guru dituntut mampu melakukan action research untuk
menjawab masalah-masalah tersebut. Pada akhirnya proses inovasi dan
perubahan selalu terjadi dan bergulir seiring dengan waktu.
C. Strategi Meningkatkan Peran Guru Sebagai Agen Perubahan
Keberhasilan perubahan pendidikan sesungguhnya sangat
tergantung apa yang dipikirkan dan diperbuat oleh guru. Hal ini sejalan
dengan pendapat Fullan dalam Zakso (2010:15) yang menyatakan bahwa
improvements in schools will not occur without changes in the qualities of
learning experiences on the part of those who run the schools. Beberapa
langkah strategis yang dapat dilakukan dalam meningkatkan peran guru
sebagai agen perubahan (agent of change) antara lain:
1. Membangun kualitas mentalitas positif guru
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan
’motivasi berprestasi’ dan sejenisnya secara periodik, misalnya
pembinaan dan pelatihan ESQ. Meskipun setiap guru secara
teoritik telah mengetahui sebagian teori-teori psikologi
pembelajaran, namun tetap memerlukan penyegaran orientasi dan
wawasan hidup prospektif dari para pakar psikologi atau para
motivator dalam menghadapi berbagai persoalan pekerjaan sebagai
pendidik. Dalam hal ini fokus pelatihan lebih ditekankan pada
upaya membangun konsistensi diri sebagai pendidik sepanjang
karir profesinya untuk mengembangkan tentang: (a) prinsip selalu
belajar (learning principle); (b) prinsip kebutuhan untuk berprestasi
(need achievement principle); (c) prinsip kepemimpinan
(leadership principle); (d) 11 prinsip orientasi hidup ke depan
(vision principle); dan prinsip menjadi pencerah dalam kehidupan
kelompok (well organized principle) (Seligman, 2005).
2. Mendorong akselerasi pemahaman inovasi pembelajaran dan
pemanfaatan TIK.
Menyikapi kondisi guru yang masih belum memahami
berbagai inovasi pembelajaran dan arti pentingnya pemanfaatan
kemajuan teknologi pembelajaran, maka strategi yang dapat
dilakukan adalah setiap satuan pendidikan harus mempunyai ’tim
ahli inovasi pembelajaran’. Beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan oleh tim ahli inovasi pembelajaran dalam meningkatkan
kualitas guru adalah: (a) melakukan diskusi kolegial tentang
pengembangan penguasaan konsep-konsep keilmuan dan
perkembangan teknologi terkini; (b) melakukan penyusunan bahan
ajar atau modul dan melakukan pelatihan penggunaan multimedia
berbasis IT; (c) melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas; (d)
melibatkan guru dalam proses evaluasi diri sekolah (school self
evaluation); dan (e) memberikan masukan tentang penerapan
metode pembelajaran yang menegakkan pilar-pilar pembelajaran,
yaitu: learning to know, learning to do, learning together, dan
learning to be.
3. Membangun mentalitas kerjasama sebagai team work yang kokoh.
Semua guru pada satuan pendidikan dalam proses layanan
pendidikan harus menyatu bagaikan satu bangunan kokoh
(kesatuan sistem). Proses interaksi disosiatif sesama pendidik
dalam pemberian layanan pendidikan harus diminimalisir. Oleh
karena itu, dalam konteks pemberian layanan pembelajaran di
satuan pendidikan yang berkualitas, seharusnya setiap guru
senantiasa belajar untuk memajukan satuan pendidikannya melalui
enam konsep yaitu: (a) system thinking; (b) mental models; (c)
personal mastery; (d) team learning and teaching; (e) shared vision;
dan (f) dialog.
4. Pemantauan dan pembinaan terhadap kinerja guru.
Dinas Pendidikan Kota atau Kabupaten, melalui pengawas
sekolah terus melakukan pemantauan atau pembinaan terhadap
kinerja guru dalam mengimplementasikan empat kompetensi dasar
guru profesional. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh
pengawas dalam proses pembinaan guru agar mampu menjadi
salah satu agent of change pembelajaran di sekolah, yaitu sosok 12
pribadi seorang pengawas sebagai pembina kinerja guru
profesional harus betul betul berkualitas, antara lain: (a)
memahami secara teoritis dan aplikatif tentang berbagai teori
psikologi pembelajaran; (b) berwawasan integral, demokratik,
visioner dan mempunyai keunggulan IESQ; (c) memiliki
kemampuan multi, baik menyangkut disiplin keilmuan tertentu,
managerial, komunikator/motivator, dan humanis; (d) menguasai
secara konseptual dan aplikatif tentang penelitian pendidikan
dengan beragam strategi atau pendekatan pembelajaran.
5. Dalam rangka memudahkan aktivitas guru untuk mewujudkan
beragam kompetensi profesinya, maka pemerintah dan warga
masyarakat harus tetap punya komitmen dalam penyediaan sarana
dan prasarana pembelajaran dengan baik, karena ketersediaan
sarana dan prasarana pembelajaran secara baik akan mampu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa di sekolah.
Ketika sarana dan prasarana pembelajaran tersedia dengan baik,
kesejahteraan guru terjamin dan diikuti dengan tumbuhnya sikap
mental positif pada diri setiap guru sebagaimana yang telah
diuraikan di atas, maka diasumsikan guru akan mampu
meningkatkan kualitas profesionalnya sehingga guru akan mampu
berperan sebagai agen perubahan (agent of change) pembelajaran
siswa di sekolah.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Agen Perubahan Dalam
Proses Inovasi Pendidikan
Menurut Rogers, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
agen perubahan, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Usaha dari agen perubahan itu sendiri
Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari
banyaknya waktu yang dihabiskan dalam aktivitas komunikasi
dengan klien. Kesuksesan agen perubahan dalam menjaga adopsi
inovasi oleh klien merupakan sesuatu yang positif berhubungan
dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengontak
dengan klien.
2. Orientasi klien
Posisi agen perubahan sosial adalah pertengahan antara
agensi perubahan dan sistem klien. Agen perubahan adalah subjek
kebutuhan untuk peran persaingan, 13 seorang agen perubahan
sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh
agensi perubahan, dan pada waktu yang sama klien mengharapkan
agen perubahan untuk mewujudkan tindakan-tindakan yang benar-
benar berbeda. Kesuksesan agen perubahan dalam menjamin
adopsi inovasi dari klien secara positif berhubungan untuk orientasi
seorang klien lebih daripada orientasi agensi perubahan.
3. Kesesuaian inovasi dengan kebutuhan klien
Sebuah peranan penting dan sulit untuk agen perubahan
untuk mendiagnosis kebutuhan para klien. Kesuksesan Agen
perubahan dalam menjamin adopsi inovasi dari klien secara positif
berhubungan untuk derajat dimana sebuah program difusi sesuai
dengan kebutuhan para klien.
4. Empati dari agen perubahan
Empati dapat diartikan sebagai derajat untuk individu yang
dapat meletakan dirinya sendiri ke dalam peran dari orang lain.
Empati dari agen perubahan dengan klien adalah ketika klien
mengalami kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen
perubahan, diharapkan agen perubahan lebih sukses jika mereka
mendapatkan empati dengan klien mereka. Kesuksesan agen
perubahan dalam menjamin adopsi inovasi secara positif
berhubungan untuk empati dengan para klien.
5. Homofilitasnya dengan klien
Homophily adalah interaksi yang terjadi antara individu
yang memiliki kesamaan pada pandangan, pengetahuan dan
lainnya. Sedangkan heterophily adalah kebalikan dari homophily
yaitu merupakan interaksi antar individu yang memiliki perbedaan.
Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal dari
kliennya dan mereka memiliki kontak dengan klien yang memiliki
lebih banyak kesamaan pada diri mereka.
6. Kredibilitas agen perubahan
Meskipun asisten agen perubahan kurang memiliki
kredibilitas kompetensi, yang didefinisikan sebagai sejauh mana
sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan dan
ahli, mereka memiliki keuntungan khusus yaitu kredibilitas
keamanan, sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap
sebagai dipercaya. Sumber heterophilous/saluran (seperti agen
perubahan profesional) dianggap memiliki kredibilitas kompetensi,
sedangkan sumber homophilous/saluran (seperti asisten) 14
dianggap memiliki kredibilitas keamanan. Seorang agen perubahan
yang ideal akan memiliki keseimbangan antara kompetensi dan
kredibilitas keamanan.
7. Sejalan dengan pemimpin opini
Pemimpin opini adalah sejauh mana seorang individu dapat
mempengaruhi individu lain secara informal. Kampanye difusi
akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan
memobilisasi para pemimpin opini. Waktu dan energi dari agen
perubahan adalah sumber daya yang langka. Dengan memfokuskan
kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam suatu sistem
sosial, agen perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang
langka ini dan mempercepat laju difusi suatu inovasi di antara
klien.
8. Kemampuan evaluasi klien
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses
difusi kompetensi teknis. Tetapi jika agen perubahan
membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan
perubahan, ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi
teknis klien dan kemampuan klien untuk mengevaluasi potensi
inovasi sendiri. Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli
dengan tujuan-tujuan jangka pendek seperti peningkatan laju
adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak kasus, kemandirian klien
harus menjadi tujuan utama dari agen perubahan, sehingga dapat
menghentikan ketergantungan klien terhadap agen perubahan.
Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen
perubahan, mereka biasanya lebih mementingkan untuk
mempromosikan adopsi inovasi, daripada mencari klien untuk
diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk
mengevaluasi inovasi bagi diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka kesimpulan yang
dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Agen pembaharu dalam inovasi pendidikan adalah sekelompok
orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan
proses perubahan pendidikan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
2. Guru menjadi faktor utama dalam proses inovasi karena merekalah
yang berperan penting dalam menyebarluaskan gagasan perubahan
yang terkait dengan kurikulum dan pembelajaran kepada siswa
3. Langkah strategis dalam meningkatkan peran guru sebagai salah
satu agent of change di sekolah adalah: a) membangun kualitas
mentalitas positif setiap guru; b) melalui ’tim inovasi
pembelajaran’ di setiap satuan pendidikan, guru dilibatkan secara
aktif-kreatif dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya;
c) membangun kerjasama sebagai team work dalam memajukan
satuan pendidikan melalui enam konsep; d) pengawas sekolah
melakukan pembinaan secara intens dan sistematis tentang
pengembangan kualitas profesional guru; dan e) meningkatkan
kualitas sarana prasarana pembelajaran di sekolah dan
meningkatkan kesejahteraan guru.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu
antara lain: usaha agen pembaharu, orientasi pada klien, sesuai
dengan kebutuhan klien, empati, homophily, kontak agen
pembaharu dengan klien yang berstatus lebih rendah, pembantu
para-profesional, kepercayaan klien terhadap agen pembaharu
(credibility), professional semu, pemuka pendapat dan kemampuan
klien untuk menilai inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://miftah28blog.wordpress.com/2016/05/23/guru-sebagai-agent-of-
change/
https://safarimath.files.wordpress.com/2014/01/makalah-agen-pembaharu.pdf
http://teknologipendidikan-uia.blogspot.com/2011/03/guru-sebagai-agen-
perubahan.html
https://www.academia.edu/8541918/GURU_SEBAGAI_AGEN_PERUBAHAN

Anda mungkin juga menyukai