Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL KEGIATAN PRAKTIKUM MANDIRI

PENGAMATAN TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM

Proposal ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Embriologi Hewan

Dosen Pengampu: Meiry Fadilah Noor, M.Si.

Disusun oleh:

Inayatul Filzah 11180161000052

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
A. Tujuan
1. Mengamati tahapan perkembangan embrio ayam pada berbagai umur.
2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang terbentuk pada setiap tahap perkembangan
embrio ayam.

B. Tinjauan Pustaka
Telur merupakan suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan untuk
perkembangan suatu embrio hingga menetas. Embriologi dari ayam adalah
perkembangan ayam di dalam telur. Dalam proses perkembangannya terjadi di dalam
alat tubuh embrio yang disebut organogenesis (Basri, 2012).
Pada ayam dan berbagai jenis aves lainnya, sel telur sebenarnya hanya terdiri atas
kuning telur dan di sisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis dan sebuah n ukleus.
Fertilisasi terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumin serta cangkang disekresikan sebagai
lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar khusus saat telur bergerak men uruni oviduk,
tahapan-tahapan blastula dan gastrula terjadi saat telur masih berada dalam oviduk.
Blastodisk selapis sel yang berasal dari nukleus dan sitoplasma telur yang difertilisasi,
mengalami delaminasi hingga menghasilkan sebuah cakram berlapis dua yang
mengelilingi blastosol (Fried,2002).
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari perkembangan makhluk hidup
sebelum dilahirkan. Periode embrio dapat dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai pada
fase awal dari perkembangan organ. Periode embrio pada masing-masing hewan
berbeda, yang kemudian dilanjutkan dengan periode fetus, periode fetus didefinisikan
sebagai waktu antara sebuah periode embrio dan kelahiran, dimana selama waktu
tersebut terjadi perkembangan organ (organogenesis) dan organ tersebut mulai berfungsi
(Pratiwi, dkk., 2019).
Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan
somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh
embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai
batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan.
Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh
sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka
batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio
mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan meisahkan antara bagian
intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk sub sephal. Pada bagian lateral tubuh
juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio.
Bagian posterior mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor
membentuk kantung subkaudal. Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran
percernaan primitive. Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan
pada daerah ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung
yol. Walaupun kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun
makanan tidak diambil embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).
Perkembangan suatu organisme diarahkan oleh program genetis yang melibatkan
tidak hanya genom dari zigot namun juga molekul-molekul yang ditempatkan di dalam
sel telur oleh induk betina. Molekul-molekul ini, yang mencakup protein dan RNA, 
disebut determinan sitoplasmik. Saat zigot membelah, berbagai perbedaan timbul di
antara sel-sel embrionik awal akibat distribusi yang tidak merata dari determinan-
determinan sitoplasmik dan akibat sinyal-sinyal dari sel-sel tetangga (Campbell et al.,
2010).
Unggas mengalami perkembangan embrio yang sebagian besar terjadi diluar
tubuh induknya. Tahap perkembangan embrio pada unggas umumnya tidak jauh berbeda
dan hanya dibedakan oleh waktu. Telur yang diteteskan scara buatan, perkembangan
embrionya lebih cepat dibandingkan dengan telur yang diteteskan di alam. Hal ini diduga
karena pada penetesan buatan suhu dan kelembaban dapat dipertahankan sedangkan pada
penetasan alami tidak (Paputungan, dkk., 2017).
Perkembangan embrio ayam dimulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi,
neurolasi, dan organogenesis. Fertilisasi adalah penggabungan sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina membentuk zigot. Selanjutnya, mengalami pembelahan secara mitosis.
Blastula merupakan tahap lanjutan dari pembelahan berupa massa blastomer membentuk
dasar calon tubuh ayam, pada tahap ini terbentuk blastoselom. Gastrula ialah proses
kelanjutan sebelum blastula, tahap akhir dari gastrulasi ditandai dengan terbentuk coelom
dan sumbu embrio sehingga embrio tumbuh memanjang (Husna, dkk., 2020).
Embrio pada stadium ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi
yakni pembentukan bumbung neural. Organonogenesis merupakan tahap selanjutnya,
yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi definitif. Perkembangan embrio
pada ayam dapat terlihat jelas melalui alat teropong pada hari ke-5 atau ke-6. Pada telur
yang telah dibuahi akan terlihat tanda kemerahan yang berbentuk jalur-jalur yang tidak
beraturan. Hal tersebut menandakan bahwa embrio hidup dan berenang di dalam telur.
Sedangkan pada telur yang tidak dibuahi atauembrionya mati akan terlibat tanda bulatan
merah (ring blood) atau garis-garis merah berbentuk lintasan (Tim Redaksi Agromedia,
2005).

C. Prosedur Kegiatan
1. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2020.
Berlokasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
2. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Kardus Telur ayam
2 Plexiglass Koran
3 Kawat kasa alumunium Lem
4 Soket porselen lakban
5 Lampu pijar Serbuk gergaji
6 Cetakan kue
7 Cawan petri
8 Sendok
9 Pisau
10 Incubator thermometer

3. Langkah Kerja
a. Pembuatan Inkubator Sederhana
1) Letakkan kardus B ke dalam kardus A.
2) Buatlah tanda dalam bentuk garis lurus dan rata dengan menggunakan
penggaris pada kardus B.
3) Potonglah bibir atas kardus B mengikuti garis lurus yang sudah dibuat pada
tahap 2.
4) Gunakan sisa potongan kardus B untuk melapisi seluruh garis siku bagian
bawah kardus A dan kardus B, sehingga kelihatan siku, kokoh, dan
menutup setiap celah yang terjadi pada dinding bagian dasar. Gunakan lem
untuk merekatkannya.
5) Lem bagian bawah kardus B, lalu tempatkan kardus B tepat berada di
tengah-tengah kardus A, sehingga antarkedua kardus ada jarak atau rongga
sekitar 1 inci. Tekan dan biarkan sampai lemnya mengering sehingga
posisinya tidak berubah-ubah lagi.
6) Buatlah tanda garis pada penutup kardus A. Garis itu tepat bertemu pada
tepi kardus B jika penutup itu ditutup.
7) Potonglah penutup kardus A sesuai dengan garis yang sudah dibuat pada
tahap 6. Ujung-ujungnya dipotong diagonal, sehingga akan tampak rapi bila
dilihat.
8) Tumpuklah cacahan koran, serbuk gergaji, dan styrofoam pada rongga
antara kardus A dan kardus B. Tumpuk dengan padat, tetapi jangan sampai
kedekatan dinding sehingga dinding terlihat menonjol tidak rata.
9) Ambil kawat kasa alumunium. Dengan pemotong tang, gunting setiap
sudut kawat kasa alumunium. Ukuran yang digunting adalah 2x 2 inci
setiap sudut. Lalu bagian yang memanjang ditekuk sehingga menjadi kaki
atau penopang bagi kawat kasa tersebut. Letakkan kasa ini di dasar kardus
B.
10) Letakkan cetakan kue di bagian dasar kardus B, lalu letakkan kawat kasa
alumunium di atasnya.
11) Pasanglah alat pemanas komersial sesuai dengan batasan yang terdapat
pada kemasannya. Bila menggunakan lampu pijar, buat alas dudukannya
dari papan seluas 6 x 6 inci. Letakkan lampu pijar yang sudah
disambungkan dengan soket porselen, kabel, dan soket laki-laki tepat di
tengah alas. Bentuklah kaleng bekas menjadi seperti cerobong, Letakkan
juga tepat di tengah-tengah alas sehingga lampu pijar berada tepat di
tengah-tengah cerobong.
12) Tutuplah bagian atas kotak dengan plesxiglass pada bibir dinding atas
dengan menggunakan selotip, sehingga seluruh bagian dari pertemuan dua
bidang ini dapat tertutup. Pasanglah incubator thermometer di salah satu
dinding untuk mengamati suhu ruang penekan kaca penutup ini tasan.
Mesin penetas sederhana ini sudah siap untuk dipergunakan (Tim Redaksi
Agromedia, 2005).
b. Penetasan Telur
1) Ambil telur yang berumur 3 hari, yang sebelumnya diletakkan di inkubator.
2) Pecahkan telur secara perlahan menggunakan sendok atau pisau. Lalu isi
dari telur diletakkan diatas cawan petri agar mudah diamati.
3) Bersihkan embrio ayam dari yolk (kuning telurnya).
4) Amati organ-organ yang terbentuk pada embrio dan catat hasil pengamatan.
5) Diulangi langkah 1-4 pada telur yang berumur 7, 9, 16, dan 20 hari.
Bandingkanhasil pengamatan perharinya (Abimanyu, dkk., 2014)
D. Jadwal Kegiatan

November Desember
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan Proposal
2. Pembuatan Alat
3. Pengamatan Perkembangan
Embrio Ayam
4. Pembuatan Laporan Hasil
Praktikum

E. Daftar Pustaka
Abimanyu, Titis, dkk. 2014. Laporan Praktikum Perkembangan Embriologi Ayam
(Galus galus). Diakses dari https://id.scribd.com/doc/207640002/Laporan-
Perkembangan-Embrio-ayam, pada tanggal 11 November 2021, pukul 8.10
WITA.
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makasar: Penerbit UNM.
Basri. 2012. Perkembangan Hewan. Makassar: Penerbit UNM.
Campbell, Neil A et al. 2010. Biologi Edisi Ketujuh Jilid 3. Jakarta: Penerbit Eirlangga.
Fried, G. 2002. Biologi Edisi 2. Erlangga: Jakarta.
Husna, Fatimatuz Zahrotul, dkk. 2020. Studi Osifikasi Anggota Tubuh Embrio Ayam
Buras dengan Pewarna Alizarin Red. Jurnal Biosaintropis. Vol 5.No 2. Hlm 30-
37.
Paputungan, Sarini, dkk. 2017. Pengaruh Bobot Telur Tetas Itik Terhadap Perkembangan
Embrio, Fertilitas, dan Bobot Tetas. Jurnal Zootek. Vol.37 No.1. Hlm 96-116.
Pratiwi, Herlina, dkk. 2019. Embriologi Hewan. Malang: UB Press.
Tim Redaksi Agomedia. 2005. Sukses Menetaskan Telor Ayam. Tangerang Selatan:
Agomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai