MIXER
11.1. Pendahuluan
Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekeunsi ke frekuensi yang
lain. Proses modulasi, demodulasi dan penggandaan frekuensi merupakan
contoh dari aplikasi tersebut. Istilah mixer pada umumnya disediakan untuk
rangkaian yang mengubah sinyal frekuensi radio untuk beberapa nilai
intermediate (yang dikenal dengan Intermediate Frequency atau IF) .
Pada setiap proses translasi frekuensi, yaitu terjadinya perubahan nilai frekuensi,
baik ke atas maupun ke bawah, maka peran mixer selalu ada. Translasi
frekuensi terjadi misalnya pada proses menghasilkan sinyal IF (intermediate
frequency), atau pada sistem microwave-link yang harus meneruskan transmisi
dengan frekuensi kanal yang berbeda, atau pada proses transmisi satelit antara
sinyal uplink dan downlink yang mempunyai perbedaan frekuensi, dsb.
1
Frekuensi yang terdiri 𝜔𝑜𝑠𝑐 − 𝜔𝑠𝑖𝑔 merupakan satu yang secara normal dipilih,
dengan mengfilter, menjadi suatu sinyal intermediate frequency (IF) (pada
aplikasi khusus. Atau yang lain, komponen frekuensi tinggi yang dipilih). Ini
menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari dua frekuensi input yang diambil
untuk menjadi output, hanya penjumlahan dan pengurangan/selisih frekuensi.
𝐼𝐹 = |𝑓𝑜 − 𝑓𝑠 |................................................(11.4)
2
Pada penerima broadcast superheterodyne merupakan aplikasi asli dari pinsip
ini. Nama superheterodyne merupakan singkatan dari istilah supersonis
heterodyne atau menghasilkan dari frekuensi beat di atas range pendengaran.
3
osilator lokal. Penerima yang lebih murah mungkin menghilangkan penguat RF
dan rangkaian tuning yang kedua.
Sinyal output dari penguat RF menuju ke satu input dari rangkaian mixer dan
sedangkan yang lain menuju ke osilator lokal. Ketika rangkaian pemisah
mungkin digunakan untuk mixer dan osilator. Pada beberapa penerima tuning
yang berubah dilakukan dengan menggunakan kapasitor variabel untuk
menyediakan traking frekuensi yang tepat. Receiver yang baru kebanyakan
menggunakan varactor diode tuning, yang memungkinkan remote control dan
rangkaiannya yang sangat ringkas/kecil.
Output dari penguat IF menjadi input ke rangkaian detektor dimana sinyal audio
di ekstrak dari carrier IF, atau didemodulasi. Detektor juga menyediakan sinyal
untuk Pengontrolan Gain Otomatis (AGC) dan pengontrolan frekuensi otomatis
(AFC) dalam penerima FM. Sinyal AGC digunakan sebagai sinyal
bias(prategangan) untuk mengurangi gain dari RF dan penguat IF untuk
menghindari detektor overload pada sinyal yang kuat. Sinyal AFC digunakan
untuk mengatur frekuensi pada osilator lokal sehingga mengunci terhadap rata-
rata dari frekuensi sinyal yang diterima dan untuk meniadakan masalah minor
kesalahan tuning.
Sinyal audio dari detektor dilewatkan melalui low pass filetr untuk menghilangkan
komponen frekuensi tinggi yang tidak diinginkan dan kemudian melalui sebuah
kontrol pada sebuah penguat audio. Penguat audio biasanya satu tahap audio
level rendah yang diikuti oleh sebuah penguat daya dan sebuah speaker.
4
termasuk kanal yang disebelahnya, dihilangkan. Akhirnya, spektrum pada output
dari demodulator LPF D menunjukkan hanya basebandi frekuensi modlasi.
Pada proses mixing, terdapat dua frekuensi yang dicampur, misalnya f1 dan f2.
Dari hasil pencampuran itu dihasilkan pada outputnya, empat frekuensi yang
masing-masing adalah, f1, f2, (f1 - f2), dan (f1 + f2).
Kemudian, bila diambil (f1 + f2), maka berarti terjadi proses penaikan nilai
frekuensi. Ini terjadi misalnya pada sistem microwave-link darat, yaitu pada
translasi frekuensi misalnya dari 1832,5 MHz ke 3882,5 MHz. Atau dari frekuensi
IF-nya, yaitu 70 MHz ke frekuensi kanal transmisinya, dsb.
Pada proses mixing tersebut satu frekuensi dari dua yang dicampur adalah
frekuensi osilator lokal, yang dapat mempunyai nilai lebih besar atau lebih kecil
dari frekuensi sinyal yang diproses tergantung dari syarat teknis yang harus
dipenuhi. Misalnya pada proses deteksi sinyal modulasi, maka frekuensi sinyal
osilator lokal, fO, dipilih lebih besar dari sinyal yang datang, fS, sehingga nilai
frekuensi IF menjadi (fO – fS). Dan yang menjadi pokok bahasan dalam modul ini
adalah proses mixing yang berlangsung pada proses deteksi sinyal modulasi.
Dapat dikutip kembali disini dari Modul-1, bahwa terdapat dua alasan teknik
mengapa fO > fS , yaitu :
1. Kapasitor variabel (rotary variable capacitor) yang dapat dibuat praktis mem-
punyai ratio 10 : 1, yaitu dengan nilai minimum dan maksimum kapasitansi
variabel yang diberikan, dari 50 pF – 500 pF,
2. Bila diambil fS > fO , maka akan terjadi kesulitan ‘tracking’, yaitu sulit men-
dapatkan nilai IF yang konstan.
5
Yang pertama. Sebagai ilustrasi bahasan, kita ambil pita frekuensi MW (medium
wave), yaitu antara 540 kHz sampai 1650 kHz, sementara nilai IF adalah 455
kHz (Re-komendasi ITU-R). Bila dirancang fO > fS , maka nilai frekuensi osilator
lokal harus berkisar antara 995 ~ 2105 kHz sesuai dengan ratio (1 : 2,1). Ratio
ini akan dapat di-berikan atau dapat didekati oleh ratio nilai praktis kapasitor
variabel yang (1:10). Nilai ratio tersebut akan menghasilkan nilai ratio frekuensi
Bila sekarang diambil nilai fO < fS , maka nilai frekuensi osilator lokal menjadi
berkisar antara 85 ~ 1195 kHz sesuai dengan ratio (1 : 14). Nilai ratio frekuensi
yang demikian itu sangat jauh untuk dapat dicakup oleh nilai praktis kapasitor
variabel yang memberi-kan ratio frekuensi hanya (1 : 3,2).
Yang kedua. Kesulitan tracking adalah kendala untuk mendapatkan nilai IF yang
sama selama ‘tuning’ dilakukan. Kesulitan ini disebabkan karena ukuran fisik dan
susunan sambungan mekanik (ganged) kapasitor variabel itu sendiri, sehingga
ratio kapasitan-sinya tidak dapat lebih besar dari (1: 10), misalnya (1 : 100).
Misalnya untuk fo > fS , maka fOmin / fSmin = 995/540 atau sama dengan (1,84),
semen-tara fOmax / fSmax = 2105/1650 atau (1,28). Kedua nilai perbandingan itu
tidak terlalu jauh dan tidak menjadi masalah dalam tracking. Tetapi bila sekarang
diambil fo < fS , maka fSmin / fOmin = 540/85 = 6,35; sementara fSmax / fOmax =
1650/1195 = 1,38. Kedua nilai perbandingan itu sangat berjauhan dan akan
menyebabkan kesulitan dalam proses tracking.
6
Gambar 11.2 Kurva tracking-error
Pada Gambar 11.2 nampak, terdapat tiga kurva hasil pengaturan tracking. Kurva
yang pertama yang digambarkan dengan garis penuh, adalah kurva hasil
pengaturan yang optimum dimana terjadi tiga titik dengan nilai IF yang sama,
yaitu pada fS = 600 kHz, 950 kHz, dan 1500 kHz. Error yang terjadi pada
pengaturan optimum itu berkisar ± 3 kHz untuk nilai IF-nya. Sementara hasil
pengaturan tracking yang kurang optimum (misaligned) atau bahkan lepas sama
sekali ditunjukkan oleh dua kurva yang lain (garis putus).
Terdapat dua metoda dalam melakukan proses mixing, yaitu, additive mixing,
dan multiplicative mixing. Sekali lagi, bahwa pokok bahasan pada modul ini
adalah proses mixing atau penyampuran dua sinyal yang terjadi pada sistem
penerima, sehingga hasil olahannya adalah sinyal IF.
Metoda penyampuran ini terjadi bila satu sinyal secara sederhana ditambahkan
pada sinyal output osilator lokal dan kemudian melewatkan sinyal jumlah ini ke
unit elektro-nik yang mempunyai karakteristik tidak linier. Salah satu device
elektronik yang tidak linier adalah dioda.
VS (VS+VO) kVIF
komponen amplifier IF
(f'S=fS) (fS)
+ nonlinier dan filter
fO (hanya
VO
fS fO-fS)
L C (fO) (fO+fS)
(fO-fS)
osilator yg lain
lokal
7
Gambar 11.3 Diagram blok Additive-Mixing
Rangkaian untuk sebuar mixer dioda ditunjukkan pada Gambar 11.4. Dua sinyal
dihubungkan secara seri dan di beri tegangan bias yang mungkin juga
diaplikasikam untuk mengoptimalkan titik kerja pada dioda. Karakteristik dioda
V/I adalah nonlinier yang menghasilkan pada arus yang mempunyai hubungan
proporsional dengan hasil Voscvsig. Ini akan mengembangkan suatu tegangan
yang melewati rangkaiann tunes output yang bersifat resonan pada frekuensi
intermediate.
Vsig
VIF
Vosc
Bias
8
Perluasan dari hubungan kuadrat menunjukkan bahwa ini memuat sebuah hasil
dan mengsubsitusikan dari persamaan (5.10.3) memberikan nilai puncak dari
arus IF
Sebuah kekurangan dari mixer dioda adalah conversion loss yang tinggi.
Conversion gain dari mixer adalah perbandingan daya output pada IF terhadap
daya input pada frekuensi sinyal, dan conversion loss merupakan kebalikan dari
ini. Juga, osilator dan rangkaian sinyal tidak diisolasi dari yang lain. Pemberian
kenaikan terhadap masalah dari pancaran osilator dari input sinyal dan juga hasil
lain yang disebut dengan hasil intermodulation, yang muncul pada output. Dan
satu kelebihan dari mixer dioda adalah bahwa ini membangkitkan noise yang
rendah dibandingkan dnegan mixer transistor. Bagaimanapun, Kecuali jika
keuntungan telah diambil dari sifat noise yang rendah, mixer dioda tunggal
jarang digunakan dalam aplikasi penerima normal.
Transistor juga mempunyai bagian karakteristik yang tidak linier. Untuk mencapai
daerah tidak linier itu, maka transistor dioperasikan sebagai penguat kelas-B
yang mempunyai titik kerja berada pada daerah cutoff atau mendekati cutoff.
Pada kondisi ini hakekatnya, junction emitter berlaku se-bagai sebuah dioda.
Satu rangkaian untuk mixer BJT ditunjukkan pada gambar 11.5. Di sini,
tegangan sinyal diaplikasikan antara base dan ground dan tegangan osilator
antara emiter dan ground. Hubungan tegangan/arus untuk transistor adalah
𝑉𝐵𝐸
𝐼𝑐 = 𝐼𝑠 𝑒 𝑉𝑇 ....................................................(11.9)
Dimana Is merupakan arus saturasi dari transistor dan VBE merupakan total
tegangan base-emiter, yang merupakan penjumlahan aljabar dari bias dc, sinyal
dan tegangan osilator. Sebagaimana sebelumnya, VT = 26mV pada suhu
ruangan
9
Perluasan dari persamaan arus menunjukkan bahwa ini memuat sebuah hasil
voscvsig yang pada gilirannya terdi komponen IF dari arus, Perluasan juga
menunjukkan bahwa level dc dari arus kolektor dan dengan demikian
transkonduktansi gm merupakan suatu fungsi antara sinyal dan nilai puncak
osilator. Dengan tetap menjaga amplitude sinyal kecil, ketergantungan pada hal
tersebut dapat diabaikan dan tetap menjaga level osilator konstan, efektif
konstan gm dicapai. JUga, tegangan osilator yang besar (Vosc˃100 mV) yang
secara normal digunakan, dan dibawah kondisi ini arus output puncak pada IF
ditunjukkan pada:
𝐼𝐼𝐹 = 𝑔𝑐 𝑉𝑠𝑖𝑔 .................................................(11.10)
Gc dikenal dengan conversion transconductance dan ditentukan dengan bias dan
tegangan puncak osilator. Dengan mengasumskan bahwa impedansi transfer
dari rangkaian output kolektor dikenal pada IF, tegangan output yang diberikan
pada IF adalah
𝑉𝐼𝐹 = 𝐼𝐼𝐹 𝑍𝑇
= 𝑔𝑐 𝑉𝑠𝑖𝑔 𝑍𝑇 ............................................(11.11)
-VCC
Rdc TC2 TC3
Cby
R1
VIF sin(O-S)t
TC1 CO
VS sinSt Cby
RE
R2 VO sinOt
10
jalan bebas sinyal RF agar tidak berpenga-ruh pada prategangan yang diberikan
pada rangkaian.
Harmonisasi dari frekuensi sinyal dan osilator dan istilah intermodulation juga
muncul pada arus kolektor sebagai sebuah hasil dari karakteristik transfer
nonlinier. Khususnya hal-hal yang menyusahkan adalah komponen pada
frekuensi 2𝑓𝑜𝑠𝑐 − 𝑓𝑠𝑖𝑔 dan 2𝑓𝑠𝑖𝑔 − 𝑓𝑜𝑠𝑐 . Ini dikenal dengan hasil intermodulation
tingkat ke tiga
Untuk FET yang ideal. Fungsi transfer arus/tegangan untuk bagian arus konstan
(dikenal sebagai bagian saturasi untuk FET) yang diberikan oleh :
𝑉𝐺𝑆 2
𝐼𝐷 = 𝐼𝐷𝑆𝑆 (1 − ) ......................................(11.12)
𝑉𝑃
Hubungan hukum kuadrat untuk FET yang ideal berarti bahwa hanya sampai
pada perpangkatan dua yang akan ditunjukkan ke output. Ini akan memuat
voscvsig, yang menghasilkan pada komponen IF sebagaimana sebelumnya.
Satu keuntungan utama dari mixer FET terhadap mixer BJT adalah level yang
rendah adalah intermodulasi order tingkat ketiga sangat rendah (untuk FET ideal
ini akan ditiadakan). Juga, FET dapat menghandel lebuh banyak range yang
lebar dari tegangan input, dibandingkan dengan BJT. Rangkaian untuk mixer
FET akan ditunjukkan pada gambar 11.6
11
VDD
IF
Signal Oscilator
Injection
Bias
Rangkaian untuk MOSFET dual gate pada gambar 11.7(a). Isolasi yang baik
antara rangkaian sinyal dan osilator disediakan dnegan penyusunan ini jika
mereka dihubungkan dengan gate berbeda. Sinyal secara normal diaplikasi ke
gate 1 karena gate ini meyediakan gain yang terbaik. Tegangan osilator
diaplikasikan ke gate 2 yang mana mengontrol transkondukatansi yang
menunjuk pada gate 1. Transkonduktansi gate 1 merupakan fungsi dari
tegangan gate 2 antara cut off dan level saturasi sebagaimana yang ditunjukkan
pada 11.7(b). Untuk mendapatkan beberapa ide untuk proses mixing, asumsikan
bahwa fungsi diperkirakan linier, dari bentuk 𝑔𝑚1 = 𝑎 + 𝑏𝑣𝑜𝑠𝑐 , dimana a dan b
adalah konstan, emudian komponen ac dari arus drain adalah 𝑖𝑐 = 𝑔𝑚1 𝑣𝑠𝑖𝑔 . Ini
dilihat untuk memuat hasil 𝑏𝑣𝑜𝑠𝑐 𝑣𝑠𝑖𝑔 dan dengan demikian komponen IF dari
arus. Beberapa hasil intermodulasi terjadi, dan titik operasi dipilih sebagai
sebuah kompromi antar conversion gain tinggi yang diperoleh dan hasil
intermodulasi yang rendah.
12
Gambar 11.7 (a) Dual Gate Mixer FET, (b) Transkonduktansi gm1
vs = Vs cos ωs t
vo = Vo cos ωo t dimana Vo >> Vs
Bentuk cosinus dalam persamaan yang digunakan agar sesuai dengan
persamaan Fourier yang diberikan berikut ini. Nilai arus output yang dihasilkan
kemudian adalah,
im = gm vs .......................................................... (11-13)
dimana gm berubah nilainya, atau sebagai fungsi dari nilai tegangan osilator
lokal, vo. Transistor yang dipilih untuk rangkaian adalah transistor yang
mempunyai nilai trans-konduktansi berbanding langsung dengan tegangan
prategangan (bias) yang diberikan, sampai mencapai nilai maksimum
transkonduktansinya, gmmax, pada tegangan Vbmax seperti ditunjukkan pada
Gambar 11.7(b).
Tegangan bias dibuat berubah sekitar titik kerjanya dengan pengaruh vo,
sehingga untuk nilai puncak positif vo, Vomax, transistor mencapai keadaan jenuh.
Sebaliknya, untuk nilai puncak negatif vo, transistor mencapai hampir cutoff
(kelas AB). Fungsi transkon-duktansi tersebut menghasilkan bentuk gelombang
sinus yang terpotong seperti ditun-jukkan pada Gambar 11.7(b) dengan
persamaannya dalam bentuk deret Fourier1 sebagai,
Dari persamaan Fourier (11-14), nilai a1 cos ωot yang berguna dimana nilai a1
bergan-tung pada sudut hantaran dari pemotongan gelombang pada Gambar
11.7(b). Tetapi yang penting kemudian kita perhatikan persamaan (11-14) yang
akan menghasilkan nilai arus out-put seperti ditunjukkan pada persamaan (11-
1
Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830), ilmuwan matematik bangsa Perancis, yang mengatakan
dalam teorinya bahwa, setiap sinyal periodik (fungsi waktu) yang bukan sinus murni dan memenuhi
syarat Dirichlet, akan terdiri dari komponen dc, komponen dengan frekuensi dasarnya, dan komponen
harmonisanya.
13
13). Bila persamaan (11-14) disubstitusikan ke persamaan (11-14), maka
menjadi,
g max
gm = . Vo ( ao + a1 cos ωot + ........ ) ....... (11-14)
Vb max
g max
im = . Vo . a1 cos ωot . Vs cos ωs t
Vb max
=
g max a1VoVs
coso s t coso s t ........ (11-15)
2Vb max
iIF =
g max a1VoVs
2Vb max
cos s ................................ (11-16)
dimana, Vbmax = VB + Vo
VB = Vo.cos
2
1,68
gcmax = g max = 0,27 gmax .................................... (11-17)
Contoh Soal
Satu FET gate ganda dioperasikan sebagai multiplicative-mixer, yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut,
Gate1 : g1max = 1,5 mS
14
g1o = 1,0 mS pada V2 = 0 volt
Vpo2 = - 3,0 volt
Gate2 : g2max = 0,8 mS
G2o = 0,6 mS pada V1 = 0 volt
Vpo1 = - 2,5 volt
Rangkaian mixer diatas diatur sedemikian sehingga Gate-2 dicatu cutoff, dan
disedikit masuk ke saturasi oleh tegangan osilator lokal. Gate-1 dicatu pada
tegangan nol volt. Dalam hal ini dianggap bahwa karakteristik g-V merupakan
kurva linier.
(a) Lukiskan kurva g-V dalam sistem sumbu yang sama
(b) Tentukan persamaan garis lurus bagian kurva tersebut
(c) Tentukan V1max dan V2max
(d) Tentukan nilai puncak tegangan osilator
(e) Hitung nilai gc ?
Penyelesaian
(a) Kurva yang dimaksudkan ditunjukkan pada Gambar 11.8 berikut ini,
15
g 2o 0, 6
Slope bagian garis lurus untuk kurva g2 = = = 0,24
V po1 2,5
16