7.1. PENGANTAR
Pesawat penerima radio melakukan fungsi-fungsi yang berikut ini. Mereka
memisahkan sebuah sinyal radio yang dikehendaki dari semua sinyal radio yang
mungkin diterima oleh antena, dan menolak semua sinyal lain tersebut. Sinyal yang
dipisahkan tersebut kemudian diperkuatnya sampai ke suatu tingkat yang dapat
digunakan. Akhirnya, sinyal suara dipisahkannya dari pembawa (carrier) radio, dan
diteruskannya ke pemakai.
Bab ini akan mempelajari prinsip-prinsip kerja dari beberapa pesawat
penerima radio yang umum dipakai, sebagian besar pembahasan didasarkan pada
diagram-diagram blok, sedangkan untuk rangkaian terperinci dari masing-masing
blok, pembawa dipersilahkan melihat kembali bab-bab yang terdahulu.
7.2. PENERIMA SUPERHETERODYNE
Penerima-penerima model lama yang dipakai untuk penerimaan sinyal yang
dimodulasi-amplitudo atau sinyal-sinyal telegraf dengan pembawa yang terputusputus (interupted carrier telegraph signals) menggunakan prinsip frekuensi radio
yang ditala atau tuned radio frequency (disingkat TRF). Ini hanya berupa sebuah
rantai penguat-penguat, yang masing-masing ditala pada frekuensi yang sama dan
diikuti oleh sebuah rangkaian detektor. Penerima semacam ini mempunyai
selektivitas sinyal keterbatasan yang buruk, terutama bila diharuskan untuk menala
pada cakupan-cakupan frekuensi yang lebar, karena Q dari rangkaian-rangkaian tala
berubah-ubah dengan frekuensi.
Penerima superheterodyne dikembangkan untuk memperbaiki selektivitas
saluran berbatasan (adjacent channel selectivity) ini dengan menempatkan bagian
terbesar
dari
selektivitas
frekuensi
pada
tingkat-tingkat
frekuensi-antara
(intermediate frequency = IF) setelah konversi yang pertama. Adalah jauh lebih
mudah untuk mendapatkan selektivitas ini pada IF, karena rangkaian-rangkaian
tinggal tetap ditala pada IF, dan tidak berubah-ubah meskipun dipilih stasiun yang
berbeda. Prinsip superheterodyne adalah sedemikian bahwa jika dua buah sinyal
sinusoida dengan frekuensi yang berbeda dicampur, sehingga keduanya saling
mengalikan (multiply) atau saling menambah (add) dan kemudian diteruskan lewat
sebuah rangkaian dengan fungsi transfer tidak-linear, maka sinyal keluaran akan
mengandung komponen-komponen sinyal pada frekuensi-frekuensi yang merupakan
jumlah, selisih, dan masing-masing dari kedua frekuensi asal tersebut. Juga akan
terdapat campuran-campuran harmonis dari sinyal-sinyal ini, tetapi jika kedua
frekuensi dasar dipilih dengan hati-hati, ini tidak akan saling mengganggu (interfere).
Gambar 7.1. (a) Rangkaian penerima superhiterodyne, (b) Spektra sinyal dalam
sinyal superheterodyne
Prinsip inilah yang menjadi dasar dari modulasi amplitudo dan semua proses
konversi frekuensi seperti misalnya, multipleks frekuensi dari saluran-saluran
telepon. Penerima siaran duperheterodyne adalah penerapan yang orisinil dari pinsip
ini, dan masih merupakan salah satu yang terbesar. Istilah superheterodyne adalah
singkatan dari supersonic heterodyne, yang dapat diartikan sebagai pembangkitan
frekuensi-frekuensi campuran (beat frewuencies) di atas batas pendengaran.
Penerima superheterodyne dasar dilukiskan dalam Gambar 7.1. Tingkat
pertama adalah sebuah penguat RF ditala, yang kegunaan utamanya adalah untuk
memperbaiki perbandingan S/N (lihat Bagian 4.9.1). Tingkat ini juga memberikan
sedikit perbaikan dalam selektivitas RF dan penurunan pancaran kembali dari
osilator (oscillator re radiation). Tetapi, pada penerima-penerima yang murah tingkat
ini biasanya ditiadakan. Keluaran dari RF talah diumpankan ke masukan sinyal dari
sebuah rangkaian osilator penyampur dimana terjadi pembangkitan frekuensifrekuensi campuran (heterodyning). Rangkaian osilator biasanya ditala dengan
penalaan kapasitansi, dan ketiga kapasitor tala (tuning capacitor) disatukan (ganged)
secara mekanis pada sebuah sumbu dan tombol pengaturan bersama. Osilator dan
penyampur dapat merupakan rangkaian-rangkaian terpisah, atau dapat juga
dikombinasikan seperti dalam rangkaian penyampur autodyne.
Keluaran penyampur (frekuensi selisih untuk konversi ke bawah dalam
penerima) diumpankan ke dua buah penguat tala IF, yang ditala tetap dan
mempunyai cukup selektivitas untuk menolak sinyal-sinyal dari saluran yang
berbatasan. Keluaran dari penguat IF dimasukkan ke detektor, dimana sinyal audio
dihasilkan kembali, atau didemodulasi (demodulated). Detektor juga menyediakan
sinyal-sinyak untuk pengaturan perolehan otomatis (automatic gain control = AGC)
dalam penerima-penerima AM, atau pengaturan frekuensi otomatis (automatic
frequency control = AFC) dalam penerima-penerima FM. Sinyal AGC dikenakan
pada satu atau beberapa dari penguat IF dan RF, sedangkan sinyal AFC digunakan
(7.1)
Frekuensi osilator f0 dapat dibuat lebih kecil atau lebih besar daripada frekuensi
sinyal fg. Jika dibuat lebih kecil, maka
IF = fs f0
(7.2a)
(7.2b)
Jika frekuensi osilator dibuat lebih rendah daripada frekuensi sinyal, cakupan
talaan osilator akan lebih besar daripada jika frekuensi osilator dipilih lebih tinggi.
Jika juga dipilih suatu nilai IF yang tinggi, cakupan talaan kapasitor osilator akan
jadi berlebihan. Masalah ini tidak begitu kritis apda frekuensi-frekuensi sinyal yang
lebih tinggi, tetapi adalah cukup serius untuk jalur MF (medium frequency =
frekuensi menengah), seperti dilukiskan dalam contoh berikut ini.
Contoh 7.1
Penyelesaian Cakupan frekuensi dari frekuensi sinyal adalah 500 sampai 1600
kkHz, yang memberikan perbandingan frekuensi sebesar
f s maks
f s min
1600
3,2
500
f maks
f min
3,2 2 10,24
2,14
f min
965
32,4 dan
Cakupan osilator atas harus digunakan. Kombinasi IF dan frekuensifrekuensi osilator ini adalah khas untuk hampir semua penerima siaran
AM untuk jalur MF yang dimaksudkan untuk pasaran domestik.
(7.3)
dimana tanda plus digunakan bila fo > fs dan tanda minus bila f0 < fs. frekuensi
bayangan hanya dapat ditolak oleh selektivitas rangkaian-rangkaian tala yang
ditempatkan di depan penyampur. Jika frekuensi bayangan sudah terlanjur diubah
menjadi IF, frekuensi tersebut tidak mungkin dipisahkan lagi dari sinyal yang
dikehendaki.
Ujung depan sebuah penerima adalah satu atau beberapa rangkaian resonansi
yang ditala, yang berfungsi sebagai filter. Sebuah rangkaian semacam ini dilukiskan
dalam Gambar 7.2 (a), dimana suatu rangkaian tala paralel didorong oleh sebuah
sumber arus konstan Is (sebuah penguat) dan menghasilkan tegangan keluaran V0.
Responsnya pada suatu frekuensi yang dekat dengan tetapi tidak pada resonansi
dapat diperoleh sebagai berikut. Besarnya administrasi paralel dari rangkaian
resonansi diberikan oleh
Y Y0
o
yQ 2 Y0 1 yQ 2
(7.82)
dimana
y
(7.65)
dan dimana adalah kurang dari satu dekade di atas atau di bawah 0. Tegangan
keluaran dalam cakupan frekuensi ini diberikan oleh
Vo
Is
Y
Is
Yo 1 yQ 2
(7.4)
yang pada resonansi ( = 0) dapat diringkat menjadi V0 (res) = Is/yo. Respons relatif
pada suatu frekuensi di luar resonansi diberikan oleh
Ar
Vo
Vo res
1
1 yQ 2
(7.5)
untuk rangkaian tala tunggal. Jika beberapa rangkaian tala dimasukkan dan
diisolasikan dengan penguat-penguat, maka respons keseluruhan diberikan oleh
hasil-kali
Ar tot Ar 1 Ar 2
(7.6)
Gambar 7.2. (a) Rangkaian tala paralel, (b) Penolakan frekuensi bayangan
Gambar 7.2 (b) menunjukkan respons sebuah rangkaian tala tunggal yang
dibuat grafiknya terhadap frekuensi. Respons puncak terjadi pada sinyal fs, dengan
hanya sedikit sekali penurunan respons pada batas-batas dari bandpass IF, yang juga
diperlihatkan. Frekuensi f0 ditunjukkan pada fs + IF dan bayangan pada fs + 2 IF.
Kemampuan penolakan bayangan ialah besarnya penurunan respons dalam decibel
terhadap respons pada frekuensi resonansi dan dapat dihitung dengan mudah untuk
kasus rangkaian tunggal. Contoh berikut ini akan melukiskan masalahnya.
Contoh 7.2 Sebuah penerima siaran AM mempunyai IF = 465 kHz dan ditala pada
500 kHz dengan suatu Q sebesar 50 pada frekuensi tersebut.
Hitunglah penolakan bayangan dalam dB.
Penyelesaian
1
1 y 2Q 2
50
500
1430
126
yQ
Ar
1
atau 42 dB
126
Jadi, jika sebuah pemancar dengan kuat sinyal yang sama dengan
sinyal yang dikendaki diterima pada bayangan, yaitu 1430 kHz,
sinyal tersebut akan timbul pada keluaran diperlemah (attenuated)
dengan 42 dB. Seandainya ditambahkan sebuat penguat tala RF,
maka selektivitas akan menjadi lipat dua, dan penolakan bayangan
akan menjadi 84 dB jadi lebih dari cukup.
Suatu fenomena yang mirip dengan penolakan bayangan dan terjadi pada
frekuensi-frekuensi tinggi adalah apa yang dinamakan penerimaan ganda (double
spotting). Hal ini terjadi karena alasan yang persis sama seperti dalam respons
bayangan, dan kejadiannya adalah sebagai berikut. Sementara osilator lokal ditala
menurun pada spektrumnya, sebuah sinya fs diterima, yaitu pada frekuensi f0-IF.
Sementara frekuensi osilator lokal terus diturunkan, sinyal yang sama diterima lagi,
kali ini dengan osilator lokal ditala di bawah frekuensi sinyal, sehingga fs (sekarang
frekuensi bayangan) sekarang adalah fo + IF. Amplitudonya akan berkurang,
tergantung pada besarnya penolakan bayangan dari penguat RF. Jadi pengaruh
penerimaan ganda ialah bahwa pemancar yang sama kelihatannya diterima pada dua
posisi setelah yang berbeda pada penunjuk gelombang.
Satu penyelesaian untuk masalah-masalah respons bayangan dan penerimaan
ganda ini ialah dengan mempertajam selektivitas dari penguat RF, atau dengan
menaikkan IF sehingga bayangannya terletak di luar respons dari penguat, atau suatu
kombinasi dari kedua cara tersebut.
Cara penyelesaian lain untuk masalah respons bayangan ialah dengan memilih
suatu frekuensi IF pertama yang terletak di atas frekuensi maksimum yang akan
ditala, dengan osilator lokal menala cakupan di atas frekuensi itu. Frekuensifrekuensi bayangan untuk sistem semacam ini terletak bahkan lebih tinggi lagi, yaitu
di atas frekuensi-frekuensi osilator dan dapat dengan mudah dihilangkan pada tingkat
RF dengan sebuah filter lo-pass yang cutoff-nya terletak di bawah IF pertama.
Sampai belum lama berselang sistem ini agak kurang praktis, karena filter-filter IF
dengan bandpass yang cukup sempit untuk frekuensi-frekuensi tinggi tidak dapat
diperoleh. Tetapi perkembangan-perkembangan terakhir dalam filter-filter kristal dan
keramik telah menyediakan bermacam-macam filter IF dengan jalur sempit untuk
frekuensi-frekuensi dalam daerah VHF, dan sistem ini sekarang adalah cukup praktis.
tegak dan mempunyai penolakan yang merata dan idealnya tak terhingga di luar jalur
tersebut.
Pada keadaan-keadaan yang ideal ini, tidak ada sinyal dari jalur di sekitar
frekuensi saluran yang berbatasan f2 yang akan mengganggu sinyal f1. Tetapi, filterfilter dalam praktek adalah jauh dari ideal, dan sedikit banyak ada juga sinyal dari
saluran berbatasan yang akan dibiarkan masuk. Sebuah penerima yang baik
seharusnya memberikan penolakan saluran-saluran berbatasan antara 60 sampai 80
dB dan mungkin lebih besar lagi untuk siaran kualitan tinggi. Pada masa yang lalu
selektivitas IF secara khas telah diperoleh dengan menggunakan beberapa rangkaianrangkaian tala dengan Q tinggi yang dihubungkan kaskada dalam bermacam-macam
kombinasi. Sistem yang paling sederhana cukup menggunakan sebuah penguat IF
yang terdiri dari dua penguat atau lebih dan beberapa transformator yang kurang
kuat-digandeng (undercoupled) yang semuanya ditala pada IF. Masing-masing
menyumbangkan sebuah lengkung resonansi tunggal, dan respons IF total hanyalah
merupakan perkalian dari semua lengkung-lengkung IF. Nilai-nilai Q dipilih
sedemikian sehingga respons keseluruhan mempunyai lebar jalur 3 dB yang sama
dengan bandpass yang diperlukan, dan tepi-tepi yang lebih curam diperoleh dengan
setiap penambahan rangkaian pada rantai tersebut. Meskipun selektivitas saluran
berbatasan yang cukup baik dapat diperoleh dengan lima rangkaian, sistem ini
mempunyai sedikit kekurangan yaitu dalam cacat amplitudo dan cacat fasa yang
ditimbulkannya pada seluruh lebar jalur. Respons sistem ini ditunjukkan dalam
Gambar 7.3 (b).
Karakteristik cacat dalam jalur (in band distortion) yang lebih baik diperoleh
dengan sistem tala tunggal tanpa terlalu mengorbankan selektivitas, yaitu dengan
penalaan bergantian (stangger tuning). Untuk ini diperlukan suatu jumlah rangkaian
tala yang ganjil, dan semuanya ini ditala sedemikian sehingga salah satu adalah pada
frekuensi tengah, dan setiap pasangan berikutnya ditala pada sepasang berikutnya
ditala pada sepasang frekuensi yang berjarak sama dan berturut-turut makin jauh dari
frekuensi tengah tersebut, seperti dilukiskan dalam Gambar 7.3 (c). respons
keseluruhan adalah juga hasil-hasil dari masing-masing respons, tetapi kali ini
terlihat adanya beberapa puncak, yang membentuk ombak kecil pada puncak band
pass. Ombak ini dapat diratakan dengan menambahkan lebih banyak rangkaian
tala, yang ditala lebih berdekatan satu dengan yang lain. Kecuraman dari tepi-tepi
respons juga tergantung pada banyaknya rangkaian tala yang digunakan.
Transformator tala ganda yang digandeng terlalu kuat (overcoupled)
memberikan suatu variasi yang unik pada masalah penalaan berganti. Bila dua buah
rangkaian ditala pada frekuensi yang sama dan kemudian digandengkan dengan kuat,
respons keseluruhan akan mempunyai puncak dua, seperti terlihat dalam Gambar
7.19. Penyimpanan frekuensi puncak tersebut dari tengah adalah tergantung pada
tingkat kuatnya gandengan, dan kecuraman tepi-tepi tergantung pada Q rangkaian.
Dua buah transformator semacam ini atau lebih dihubungkan kaskada untuk
membuat filter IF keseluruhannya. Keuntungan sistem ini bila dibandingkan dengan
sistem tala berganti ialah bahwa penguat-penguat pengisolasi (isolating amplifier)
hanya perlu ditempatkan diantara pasangan-pasangan rangkaian tala, dan bukannya
diantara masing-masing rangkaian, sehingga mengurangi jumlah banyaknya penguat
yang diperlukan. Sebuah penguat IF yang khas dengan transformator-transformator
yang digandeng terlalu kuat akan terdiri dari tiga buah transformator dan dua buah
penguat. Transformator pertama akan digandeng kuat, dan setiap transformator
lainnya ditala-ganda dan digandeng terlalu kuat, sehingga memberikan sebuah
bandpass dengan ombak yang berpuncak lima. Besarnya ombak ini dapat dengan
mudah dibuat kurang dari 1 dB, sedangkan cacat fasa tidak merupakan masalah yang
serius. Analisis penguat jenis ini telah disajikan dalam Bab 5.
(7.7)
Dimana
f0 = frekuensi osilator
fu = sinyal yang tidak dikehendaki
m = 1, 2, 3, . (nomor harmonisa dari sinyal)
n = 1, 2, 3, .. (nomor harmonisa dari osilator)
Dengan menyusun kembali kedua persamaan ini, diperoleh persamaan-persamaan
yang memberikan semua frekuensi-frekuensi tak dikehendaki yang mungkin timbul,
yang dapat menyebabkan interferensi; persamaan ini merupakan fungsi dari
frekuensi osilator,
fu
n
IF
fo
m
m
(7.8)
Setiap sinyal yang berada di dalam daerah dari lebar jalur IF ( 5 kHz
untuk AM biasa) dari frekuensi sinyal yang ttidak dikehendaki fu akan menyebabkan
interferensi dengan sinyal yang dikehendaki, bila sinyal yang tidak dikehendaki
tersebut masih cukup kuat setelah melewati ujung depan pesawat.
Pengurangan respons-respons palsu (spurious response) memerlukan beberapa
hal. Pertama, ujung depan harus dirancang dengan saksama sehingga lebar jalur tidak
sedikit pun lebih dari yang benar-benar diperlukan, sehingga kekuatan sinyal-sinyal
gangguan dapat dikurangi. Kemudian, osilator harus dirancang dengan baik sehingga
keluarannya
mengandung
harmonisa
seminimum
mungkin.
Dan
akhirnya,
penyampur juga harus dirancang dan disetel supaya menghasilkan harmonisa yang
sedikit mungkin dan dengan amplitudo yang serendah mungkin. Sudah tentu, setiap
usaha untuk mengurangi respons-respons palsu tersebut harus terjadi sebelum proses
penyampuran, jika kita ingin berhasil. Sinyal-sinyal yang tidak diinginkan tidak
dapat dihilangkan bila penyampuran telah berlangsung.
Respons-respons palsu sebua penerima dapat dipetakan terhadap frekuensi
osilator seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7.4. di sepanjang daerah tala penerima
tersebut.
Gambar
resnpos
palsu
ini
kemudian
dapat
digunakan
untuk
Penyelesaian (a)
n
fv
m
IF
m
fu (selisih)
fu (jumlah)
1565
465
1100
2030
782,5
232,5
550
1015
521,7
155
366,7
676,7
3130
465
2665
3595
1565
232,5
1332,5
1797,5
1043,3
155
888,3
1198,3
4695
465
4230
5160
2347,5
232,5
2115
2580
1565
155
1410
1720
GAMBAR 7.4. Grafik respons palsu untuk sebuah penerima dengan IF 465 kHz
dimana f0 = fs + IF = 1100 + 465 = 1565 kHz
(b) fs = 1100 kHz . fi = 2030 kHz
(c) Sinyal-sinyal yang berada dalam daerah fs BW = 1100 250 kHz dapat
menyebabkan interferensi
(i)
(ii)
dihubungkan seri dengan kapasitor tala. Atau rangkaian mungkin juga disetel dengan
sebuah kapasitor trimmer tunggal yang dihubungkan paralel dengan kapasitor tala,
atau suatu kombinasi dari keduanya mungkin juga digunakan. Gambar 7.5.
melukiskan metoda-metoda untuk menghubungkan rangkaian-rangkaian tala, bila
digunakan kapasitor-kapasitor sama yang disatu-sumbukan. Baik setelan trimmer
maupun setelah padder memungkinkan osilator untuk mengimbangi frekuensi yang
dikehendaki pada kedua ujung jalur, tetapi tidak ditengah-tengahnya, sementara
kesalahan penyelarasan yang lebih atau kurang ditimbulkan di tengah-tengah jalur
(midband). Untuk rangkaian padder, osilator menala di bahwa frekuensi yang
seharusnya pada tengah jalur, sehingga IF yang ditimbulkan adalah lebih tinggi dari
yang seharusnya dan suatu kesalahan positif telah terjadi. Rangkaian trimmer
menyebabkan osilator menala tinggi, dan dihasilkan suatu kesalahan negatif.
GAMBAR 7.5.
Nilai kapasitor padder yang diperlukan untuk rangkaian Gambar 7.5 (a)
diperoleh sebagai berikut :
1.
Hitunglah
frekuensi-frekuensi
osilator
monimum
dan
maksimum
dan
3.
CsCP
Cs C P
(7.9)
maks
C s maks ser C P
C s min ser C P
C s maks C s min C P
C s min C s maks C P
(7.10)
2f o min
Co maks
2f o maks 2 Co min
(7.11)
Nilai kapasitor trimmer yang diperlukan dalam Gambar 7.5 (b) didapatkan
dengan cara yang sama, kecuali bahwa dalam langkah 3.
C o C s par Ct C s CT
(7.12)
Untuk penyelarasan tiga-titik, Gambar 7.5 (c), harus dibuat dua persamaan
yang merupakan fungsi dari CP dan CT.
Contoh 7.4.
maks
Penyelesaian
C s maks
4,58
C min
C s min
C s min
f o maks
10,24
f o min
2065 kHz
Sekarang
965 kHz
350
34,2 pF
10,24
4,58 10,24
34,2 C P
350 C P
Yang memberikan
C P 221,3 pF
(b)
350 x 221,3
135,6 pF
350 221,3
34,2 x 221,3
C o min
29,6 pF
34,2 221,3
C o maks
Yang memberikan
135,6
4,58
29,6
f tengah
f min
1000
500
Maka
C s tengah
Dan
350
87,5 pF
4
201,5 H
C o tengah
87,5 x 221,3
62,7 pF
87,5 221,3
1
2
Lo C o tengah
1
2 x
201,5 H x 62,7 pF
1418 kHz
dengan tingkat sinyal rata-rata. Tingkat dc ini diteruskan lewat sebuah filter lowpass
RC untuk menghilangkan sinyal audio dan kemudian dipasangkan sebagai bias untuk
basis dari tingkat RF dan/atau IF dari transister penguat. Konstans waktu filter harus
sedemikian sehingga paling sedikit 10 kali lebih panjang daripada perioda frekuensi
modulasi terendah yang diterima, yang biasanya adalah sekitar 50 Hz, atau kira-kira
0,2 det. Jika konstanta waktu dibuat lebih panjang, memang akan didapat filtering
yang lebih baik, tetapi akan timbul pula keterlambatan yang mengganggu dalam
terpakainya pengatur AGC bila penerima sedang ditala dari satu sinyal ke sinyal
yang lain. Rangkaian pada Gambar 7.6 (a) menggunakan konstanta waktu sepanjang
kira-kira det.
Rangkaian yang ditunjukkan menggunakan dioda detektor sinyal utama untuk
dua keperluan, yaitu untuk deteksi dan penyediaan bias AGC. Diperlukan suatu
kompromi dari masing-masing tujuan, dan pada penerima-penerima yang lebih baik
digunakan sebuah detektor kedua terutama untuk AGC. Sinyal-sinyal dapat juga
diambil lebih awal dari IF terpisah untuk mencatu AGC, jadi mengurangi beban pada
rangkaian-rangkaian IF.
Response yang lebih baik dapat diperoleh dengan memasukkan perolehan
syang lebih besar dalam rantai umpan-balik. Ini dicapai dengan menyediakan sebuah
tingkat penguat dc setelah bagian filter. Penguat ini memberikan resistansi sumber
yang cukup sehingga beberapa tingkat RF/IF dapat dengan mudah didorong oleh
saluran AGC yang sama.
Dalam rangkaian-rangkaian yang digandengkan dengan transformator,
hubungan ke tingkat RF dapat diperoleh dengan mudah. Ujung yang lebih rendah
dari sekunder transformator masukan diisolasi dari tanah dengan sebuah kapasitor
bypas dan langsung dihubungkan ke saluran AGC. Sebuah resistansi yang kembali
ke catu kolektor memberikan arus bias yang diperlukan ke basis untuk memelihara
perolehan kelas A yang penuh, dalam keadaan tanpa sinyal atau sinyal yang rendah
sekali. Bila beberapa tingkat yang bekerja pada frekuensi yang sama dihubungkan ke
saluran AGC yang sama, harus disediakan pelepasan-gandengan (decoupling)
diantara tingkat-tingkat tersebut untuk mencegah ketidakstabilan. Ini dapat dilakukan
dengan mudah dengan menggunakan AGC ke tingkat yang terdahulu melalui suatu
bagian filter kedua dengan konstanta waktu yang sama, dan dengan menyediakan
bypas lokal yang cukup pada setiap titik masukan tingkat.
GAMBAR 7.6. Pengaturan perolehan otomatis: (a) AGC sederhana yang digunakan
untuk sebuah penguat IF; (b) Respons sebuah penerima dengan bermacam-macam
jenis AGC dan tanpa AGC.
AGC yang diperlambat digunakan pada kebanyakan penerima-penerima
komunikasi yang lebih baik. AGC yang diperlambat didapatkan bila pembangkitan
bias AGC dicegah sampai tingkat sinyal melebihi suatu ambang yang telah
ditentukan sebelumnya, dan setelah itu baru meningkat dengan sebanding. Nilai
ambang dapat ditetapkan oleh rancangan rangkaian, atau boleh juga dibuat dapat
diatur, tetapi biasanya diatur untuk mulai berpengaruh bila sunyal sudah membesar
hampir ke tingkat yang menghasilkan keluaran maksimum penerima apda keadaan
kepekaan maksimum (perolehan penuh). Karakteristik respon AGC yang diperlambat
dilukiskan dalam Gambar 7.6 (b), dimana respons ini dibandingkan dengan responsrespons tanpa AGC dan dengan AGC sederhana.
AGC yang diperlambat adalah paling mudah diperoleh bila sebuah penguat
AGC dimasukkan ke dalam rangkaian. Dalam hal ini, penguat itu dibias jauh
melebihi cut off melebihi bias tetap terlebih dahulu, sebelum ada bias yang
diteruskan ke penguat-penguat yang diatur.
Pada penerima-penerima FM yang tidak terlalu mahal AGC biasanya tidak
disediakan, karena penerima ini mempunyai perolehan penguat yang cukup sehingga
bagaimanapun tingkat terakhir bekerja dalam keadaan kejenuhan untuk kebanyakan
sinyal untuk mendapatkan pembatasan amplitudo yang diperlukan untuk deteksi
yang baik. AGC mungkin disediakan juga pada beberapa penerima-penerima FM
untuk mencegah pembebanan lebih (overloading) tingkat RF, dan dalam hal ini
digunakan untuk mengatur tingkat RF sehingga tidak terjadi kejenuhan pada tingkattingkat IF yang terdahulu untuk sinyal-sinyal yang sangat kuat.
Gambar 10.21 menunjukkan diagram blok sebuah penerima FM yang
menggunakan AGC. Dalam hal ini diambil sampel (contoh) sinyal IF dari suatu titik
tepat di depan masukan ke penguat IF pembatas (limiting) , yang dengan demikian
akan meniadakan variasi-variasi dalam tingkat sinyal. Sampel ini kemudian
dimasukkan ke sebuah detektor khusus yang digunakan hanya untuk memperoleh
sinyal AGC, yaitu suatu rangkaian detektor amplitudo puncak, sama seperti yang
diberikan dalam Gambar 7.6. Sinyal AGC yang dihasilkan kemudian dipergunakan
untuk mengatur prapenguat RF dan penguat IF yang pertama. Konstanta waktunya
adalah sama seperti yang digunakan dalam penerima AM.
Dalam penerima-penerima SSB besarnya sinyal RF adalah nol pada modulasi
nol, dan akan meningkat ke suatu maksimum selama periode-periode sinyal puncak.
Disini tidak terdapat tingkat pembawa rata-rata yang dapat digunakan sebagai
pedoman AGC. Dalam hal ini AGC diturunkan dengan mengambil sampel sinyal IF
dari suatu titik tepat sebelum filter-filter jalur-sisi dan detektor SSB, dan
memasukkan sampel ke sebuah detektor puncak yang sengaja ditempatkan untuk
AGC. Sebuah penerimaan SSB yang menggunakan rancangan ini terlihat dalam
Gambar 9.8. Sinyal AGC yang diperoleh untuk mengatur penguat RF dan kedua
penguat IF, dan sekaligus menyediakan pula sinyal gerbang (gating) untuk
menghidupkan rangkaian squelch atau muting. Karena sinyal mempunyai waktuwaktu kosong (gap) yang besar diantara sukukata-sukukata, rangkaian AGC harus
memberikan respons yang cepat, tetapi kemudian mengecil dengan sangat perlahanlahan. Jika tidak ada terjadi sinyal-hilang (dropout) yang mengganggu diantara
sukukata-sukukata. Waktu respons yang biasa adalah beberapa milidetik dengan
waktu pengecilan (decay) sebesar beberapa detik. Biasanya disediakan suatu
kemudahan yang memungkinkan operator untuk menyetel waktu pengecilan yang
sesuai dengan pilihannya.
Pada pesawat-pesawat televisi digunakan suatu bentukd ari AGC (keyed
AGC). Bentu gelombang pulsa sinkro horizontal yang diperlihatkan dalam Gambar
18.19 (c) terdiri dari suatu tingkat hitam (black level) yang digunakan sebagai
ambang AGC, dengan pulsa sinkro yang tinggi ditumpangkan di atasnya. Pulsa ini
memicu (trigger) osilator horizontal dan memulai pulsa flyback positif pada
keluaran horizontal. Bila tidak ada sinyal, pula positif dari flyback digunakan untuk
memberikan muatan ke saluran AGC hingga suatu nilai yang dekat dengan nol volt
(rata-rata setelah difilter). Bila diperoleh sinyal kuat, sebuah pulsa yang mengarahnegatif yang amplitudonya sebanding dengan tinggi pulsa sinkro yang diterima di
atas tingkat hitam akan dikurangkan dari pulsa pengisian (charging) AGC, sehingga
dihasilkan suatu tegangan pengarur AGC negatif untuk mengurangi perolehan dari
penguat-penguat RF. Pada bagian periode horizontal yang terletak di luar pulsa
sinkro, rangkaian AGC dibiarkan beristirahat sambil perlahan-lahan melepaskan
muatannya lewat suatu beban resistif. Seperti terlihat dari Gambar 18.20, sinyal AGC
yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke prapenguat RF dan kedua tingkat penguat
IF atau lebih.
tersendiri tidak diperlukan lagi. Biasanya digunakan filter-filter dari jenis terali.
Kristal (crystal-lattice).
Filter-filter keramik piezolektris yang juga telah dikembangkan adalah sedikit lebih
murah dari pada Kristal-kristal kuarsa, tetapi ini tidak memberikan Q yang sama
tingginya, serta karakteristik selektivitasnya adalah agak lebih buruk. Gambar 7.7 (c)
menunjukkan selektivitas dari IF pertama yang cukup tajan untuk menghilangkan
bayangan kedua pada 11,63 MHz, tetapi tidak cukup panjang untuk menolak saluransaluran yang berbatasan.Gambar 7.7(d) menunjukkan selektivitas filter IF kedua
yang terpusat pada 465 kHz dan mempunyai lebar 15 kHz, sehingga dapat menolak
saluran-saluran berbatasan pada 480 kHz dan mempunyai lebar 15 kHz, sehingga
dapat menolak saluran-saluranberbatasan pada 480 kHz dan 450 kHz.
Kebanyakan dari komunikasi dalam jalur VHF diatas 30 MHz menggunakan
FM, jadi tingkat-tingkat IF dirancang untuk menjadi jenuh dan memberikan
pembatasan amplitude. Suatu sinyal AGC diturunkan secara terpisah dari sinyal IF
yang tidak dibatasi, dan digunakan untuk mengatur perolehan dari penguata-penguat
IF dan RF.
dan telegrafi sub-pembawa suara). Penerima-penerima ini dibuat dapat ditala secata
continue disepanjang beberapa cakupan frekuensi yang meliputi sprektrum total dari
1 hingga 30 MHz. Jalur-jalur tambahan untuk meliputi jalur-jalur LF dan MF dari
100 kHz sampai 1,6 MHz mungkin juga dimasukan.
Berbagai keistimewaan dapat dimasukkan kedalam suatu penerima
komunikasi tertentu, dan skema blok dalam gambar 7.8 memperlihatkan suatu
susunan yang melukiskan beberapa dari keistimewaan tersebut. Rangkaian ini pada
dasarnya adalah sebuah penerima superheterodyme konversi-ganda yang dirancang
untuk pemnerimaan sinyal-sinyall yang dimodulasi amplitude. Penguat RF ditalaganda dan dirancang untuk selaras dengan osilator lokal. Sebuah saklar sengan
bagian banyak (multisection) memungkinkan hubungan dari salah satu dari empat
perangkat kumparan-kumparan dan trimmer-trimmer ke sebuah kapasitor tala
mekanis tiga bagian (three-gang), sehingga cakupan dari 500 kHz-30 MHz dapat
ditala dalam empat cakupan yang saling menutupi sebaian (overlap);
1. Cakupan siaran MF,dari 500 hingga 1600 kHz.
2. 1,5 sampai 4,5 MHz, yang kebanyakan meliputi komunikasi-komunikasi
untuk kapal terbang dan kapal laut.
3. 4,5 sampai 10 MHz, yang meliputi saluran-saluran komunikasi umum dan
dua buah jalur-jalur siaran tersebut.
4. 10 sampai 30 MHz, yang meliputi beberapa siaran internasional dan
komunikasi umum, atas
terpisah yang parallel depan kapasitor tala osilator utama, yang memungkinkan
sedikit variasi talaan yang dikalibrasi disekitar
beberapa ratus hertz saja satu dari dan yang lain di dalam spectrum, pemisahanya
mungkin agak sulit. Kadang sebuah filter notch atau takik terpisah yang dapat
ditala kesetiap posisi dalam passband audio digunakan untuk menghilangkan sinyalsinyal yang tidak dikehendaki. Filter-filter IF jalur-sempit kadang-kadang juga
disediakan, sehingga memungkinkan pemillihan pasbband-passband sampai yang
sempitnya 400 Hz.
Bila akan diterima telegraf FSK , filter-filter saluran telegraf khusus
disediakan pada rangkaian audio. Untuk FSK, frekuensi-frekuensi mark dan
space (tanda dan kosong) berkombinasi dengan sinyal BFO untuk menghasilkan
nada-nada mark dan space. Sebuah filter tersendiri digunakan untuk memisahkan
masing-masing nada ini dan meneruskannya ke suatu rangkaina digital, yang
membentuk kembali sinyal telegraf tersebut dalam bentuk DC yang di pulsa. Karena
filter-filter ini berjalur sempit , mereka dapat juga digunakan untuk memisahkan
frekuensi selisih dari suatu sinyal pembawa yang terputus-putus dari kebisingan latar
belakang.
Pada penerima-penerima multiband (yang mempunyai band atau jalur
majemuk), kalibrasi talaan sering merupakan masalah; maka untuk keperluan
kalibrasi ulang, biasanya disediakan sebuah osilator marker khusus (marker =
pemberi tanda). Osilator marker biasanya adalah sebuah osilator Kristal 100 kHz
(atau 1 MHz) yang dapat di hidupkan bila diperlukan. Osilator ini mempunyai
sebuah timmer yang memungkinkan perubahan frekuensi marker dengan beberapa
hetz. Sinyal keluaranya mendorong sebuah penguat yang jenuh menghasilkan
harmonisa-harmonisa pada selang 100 kHz disepanjang seluruh cakupan
penerimaan . Penyetelan kalibrasi dial dimungkinkan oleh sebuah trimer lain dari
osilator yang dipasang pada panel, atau dengan sebuah alat pengatur mekanis pada
skala talaan. Kalibrasi dilakukan dengan mula-mula menala penerima pada sebuah
stasiun standart frekuensi
dan
menyetel osilator marker sampai didapat selisih nol (zero beating) dengan frekuensi
standart tersebut. Selisih nol ini dicapai cukup dengan penyetelan frekuensi osilator
sampai frekuensi nada selisih yang terdengar menjadi nol. Ketelitian penyetelan ini
adalah didalam batas cutoff frekuensi rendah dari rangkaian-rangkaian audio
penerima itu, yang biasanya ada sekitar 100Hz. Kemudian pesawat ditala kebagian
dari dial dimana kalibrasi akan dilakukan. Trimerr penyebar jalur di atur ke nol, dan
dial utama di setel dengan menggunakan BFO yang ditetapkan pada frekuensi IF
tengah, dan menyetel sampai didapat selisih nol (zero beating) denga talaan utama.
Kemudian pengaturan kalibrasi dapat dilakukan untuk menepatkan tanda-tanda
kalibrasi skala. Setelah itu BFO dan marker dapat dimatikan , dan dial akan
memberikan penunjukan yang benar selama penala bandspread tetap pada posisi nol.
Bermacam-macam varisai penerima jenis ini sudah diproduksi, dengan harga
yang berkisar dari kurang dari $ 100 untuk model-model kit yang murah, sampaia
beberapa ribu dollar untuk model-model yang lebih rumit. Sudah tentu, kemajuankemajuan dalam LSI (large scale intergration) akan memberikan perbaikan yang
sangat berarti dalam tingkat fasilitas-fasilitas dan keistimewaan yang dapat diperoleh
untuk suatu harga tertentu. Sampai belum lama berselang , tabung-tabung vakum
telah memberikan karakteristik-karakteristik yang terbaik dilihat dari sudut
kebisingan , linieritas, dan respon palsu, tetapi tabung-tabung tersebut terlalu besar
ukuranya.Rangkaian-rangkaian yang seluruhnya menghgunakan transistor adalah
yang paling umu dapat diperoleh sekarnag, dan versi-versi yang menggunakan IC
pasti akan tersedia pula dalam waktu dekat.
SOAL:
1. Sebuah penerima menerima jalur HF 3 30 MHz dalam satu cakupan,
dengan menggunakan IF sebesar 40525 MHz. hitunglah daerah dari
frekuensi-frekuensi osilator, daerah dari frekuensi-frekuensi bayangan, dan
jenis-jenis filter yang diperlukan untuk membuat penerima itu berfungsi
dengan semestinya.
2. Sebuah penerima super heterodyne akan menala cakupan dari 4 10 MHz,
dengan IF sebesar 1,8MHz. Sebuah kapasitor tiga-gang dengan kapasiansi
maksimum 325 pF per bagian akan digunakan pesawat tersebut. Hitunglah:
(a) Induktansi kumparan rangkaian-RF; (b) Perbandingan talaan frekuensi
rangkaian-RF; (c) perbandingan talaan kapasitansi rangkaian-RF; (d)
Kapasitansi minimum per bagian yang diperlukan; (e) frekuensi osilator
maksimum dan minimum dan perbandingan penolakan bayangan dalam
decibel pada frekuensi itu.
3. (a) hitunglah daerah frekuensi bayangan penerima pada soal 2. Apakah ada
yang jatuh pada passband penerima? (b) jika rangkaian-rangkaian ujung
depan mempunyai Q efektif gabungan sebesar 50 pada ujung atas dari jalur,
hitunglah perbandingan penolakan bayangan dalam decibel pada frekuensi
itu.
4. (a) Hitunglah frekuensi respons palsu yang mungkin untuk penerima dalam
Soal 2, dengan memisalkan bahwa pesawat ditala kesuatu sinyal dari 7,3
MHz dan bawahnya harmonisa-harmonisa sampai yang ketiga saja yang
perlu diperhitungkan. (b) Yang manakah berada di daerah 2 IF dari
frekuensi sinyal pada 7,3 MHz?
5. Bagian osilator pada penerima dalam soal 2 akan dibuat dengan
menggunakan sebuah kapasitor pader. Tentukanlah nilai kapasitor pader
dan inductor osilator yang diperlukan.
6. Ulangi contoh 7.4 untuk rangkaian trimmer dari Gambar 7.5(b).
7. Hitunglah nilai-nilai dari Cr dan Cp yang dieprlukan untuk rangkaian dari
Gambar 7.5(c), dengan memisalkan penerima dari contoh 7.1, kapasitor
tala sebesar 350 pF per bagian, dan frekuensi silang penyelarasan (tracking
crossover frequency) pada 1000 kHz.
JAWABAN:
1. Diketahui : fs = 3 sampai 30 MHz
IF = 40,525 MHz
a) Daerah dari frekuensi Osilator:
Untuk fo > fs :
fi = fs + 2IF
fi = (3 sanmpai 30 MHz) + 2 x 40,525 MHz
fi = (3 sanmpai 30 MHz) + 81,05
fi = 84,05 sanmpai 111,05 MHz
Untuk fo < fs :
fi = fs - 2IF
fi = (3 sanmpai 30 MHz) - 2 x 40,525 MHz
fi = (3 sanmpai 30 MHz) - 81,05
fi = -78,05 sanmpai -51,05 MHz
c) Jenis Filter : Band Pass Filter (BPF)
=
=
= 4,88 H
b) Perbandingan talaan frekuensi rangkaian-RF :
=
= 2,5 MHz
c) Perbandingan talaan kapasitansi rangkaian-RF :
)2 = (
)2= (
)2
= 6,25 pF
d) Kapasitansi minimum per bagian yang diperlukan:
Cs min =
= 52 pF
e) Frekuensi osilator maksimum dan minimum dan perbandingan
penolakan bayangan dalam decibel:
Daerah dari frekuensi Osilator:
Untuk fo > fs :
Ar
1
1 y 2Q 2
10
13,24
50
10
13
,24
yQ
28,44
Ar
1
28,44
3. Diket
Fs= 2,5 MHz
Q = 50
IF =1,8 MHz
a. Ditanya hitung frekuensi bayangan
Fi =fs +2IF
Fi=2,5 +2(1,8)=6,1 MHz
b. Ditanya penolakan bayangan
Ar
1
1 y 2Q 2
6,1 2,5
50
2,5 6,1
101,5
1
Ar
atau 40dB
101,5
yQ
fsmaks 10
2,5
fsmin
4
Csmaks f maks
Csmin f min
(2,5) 2 6,25
Jika fo >fg
Jika fo < fg
11,8
2,03
5,8
2,032 4,669
f min
C maks
C min
C maks
8,2
3,72
2,2
3,72 2 15,9
4,669
C min
Csmaks
6,25
Csmin
f maks
f min
Cs
11,8
5,8
325
52 pF
6,25
4,669 (6,25)
4,669
(52 Cp )
(325 Cp )
(325 6,25Cp )
(2031,25 6,25Cp )
Cp
9158,9
22,93
Cp 399,4 pF
Comaks
Comin
325 x399,4
129805
179,18
325 399,4
724,4
52 x399,4
20768,8
46,009
52 399,4
451,4
maka,
Lo
179,18
3,89
46,009
1
( 2,7 x11,8) x179,18 pF
2
1
983949,5566
1,016 H