Teknik Operasi Enterotomy Dan Enterectomy - Kelompok 2 - Kelas A
Teknik Operasi Enterotomy Dan Enterectomy - Kelompok 2 - Kelas A
DISUSUN OLEH :
KELAS A
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Teknik Operasi
Enterotomy dan Enterectomy”.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata kuliah
Ilmu Bedah Khusus Veteriner yang telah membimbing dan menuntun penulis dalam
menyelesaikan paper ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan paper ini. Paper ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik
bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam paper ini sehingga dengan adanya
paper ini diharapkan dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat penulisan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 Terminologi.......................................................................................................... 3
2.2 Indikasi ................................................................................................................. 3
2.3 Premedikasi dan Anastesi .................................................................................... 3
2.4 Preoperasi ............................................................................................................. 4
2.5 Operasi ................................................................................................................. 5
2.6 Pascaoperasi ......................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu Enterotomy dan Enterectomy
2. Untuk mengetahui bagaimana indikasi Enterotomy dan Enterectomy
3. Untuk mengetahui bagaimana teknik anestesi Enterotomy dan Enterectomy
4. Untuk mengetahui bagaimana teknik praoperasi Enterotomy dan Enterectomy
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik operasi Enterotomy dan Enterectomy
6. Untuk mengetahui bagaimana teknik pascaoperasi Enterotomy dan Enterectomy
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kombinasi obat anastesi dilakukan untuk mendapatkan anastesi yang sempurna, dimana
kedua obat ini mempunyai efek kerja yang antagonis atau berlawanan, sehingga efek buruk
yang ditimbulkan berkurang. Ketamin mempunyai sifat analgesik, analgesik dan kataleptik
dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah
untuk sistem viseral. Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang
tonusnya meninggi. Ketamin mimilik kekurangan yaitu sangat lemah sifat analgesik pada
visceral karena itu tidak dapat diberikan secara tunggal untuk prosedur operasi. Sedangkan
xylazin mempunyai efek sedasi, analgesi,anastesi dan pelemas otot pada dosis tertentu.
Xylazin mempunyai efek terhadap sistem sirkulasi, penafasan dan penurunan suhu tubuh.
Selain itu dapat menyebabkan bradiaritmia, serta diikuti oleh hipotensi yang berlangsung
lama. Setelah hewan benar-benar teranastesi baru dilakukan penyayatan pada daerah
abdomen dengan posisi dorso recumbency dari mulai kulit sampai menembus lapisan
peritonium. Pada saat penyayatan lapisan peritonium hendaknya dibantu dengan jaritangan
untuk menghindari tersayat atau tergunting organ visceral. Selama berlangsung stadium
anastesi, cardiolog memonitor frekuensi denyut jantung dan pernafasan setiap 5 menit
sekali.
2.4 Preoperasi
Menurut Sudisma et al. (2016), terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum
melakukan tindakan operasi. Hal ini bertujuan agar suatu operasi dapat berjalan sukses dan
kesembuhan operasi tidak terhambat. Adapun persiapan yang perlu dilakukan antara lain:
• Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang hendak digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan alkohol 70% untuk menghindari adanya resiko kontaminasi yang dapat
menghambat proses penyembuhan luka. Alat-alat yang digunakan dalam pembedahan
ini antara lain meja bedah, spuit 2.5 cc, scalpel, arteri klem, needle holder, gunting
tumpul dan runcing, pinset anatomis dan serurgis, alis forcep, drapping, tampon, kain
kasa, sarung tangan dan stetoskop.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, iodium tincture 3%,
NaCL fisiologis, antibiotik (penicillin oil, procain penicillin G, Penstrep 1%) vitamin
B kompleks, obat premedikasi (Atropin sulfat), obat anastesi (ketamin dan Xylazin),
benang catgut chromic.
4
• Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi dan peralatan yang ada di dalam ruang operasi harus didesinfeksi
terlebih dahulu dan beri alas (underpad) pada meja operasi. Ruang operasi juga harus
tertutup dan memiliki penerangan yang cukup agar daerah operasi dapat terlihat jelas.
• Persiapan Hewan
Hal pertama yang dilakukan salah pemeriksaan fisik yang meliputi :
signalemen, berat badan, umur, pulsus, frekuensi napas, suhu tubuh dan pemeriksaan
sistem tubuh lainnya (digestivus, respirasi, sirkulasi, saraf, reproduksi). Semua pasien
harus menjalani tes diagnostik pra-bedah (hitung darah lengkap, hitung trombosit,
profil kimia serum, tes koagulasi, urinalisis) untuk menentukan perawatan perioperatif
mana yang harus diberikan.
Sebelum dilakukan operasi, hewan terlebih dahulu dipuasakan yaitu puasa
makan 12 jam dan puasa minum 6 jam sebelum operasi hal ini guna mencegah
vomitting dan kontraksi deflasi terjadi ketika operasi berlangsung. Setelah pasien
teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada posisi dorsal recumbency dan
keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja operasi, kemudian daerah yang akan
diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan Iodium tincture 3%, pasang dook steril
pada daerah abdomen.
2.5 Operasi
Bulu dicukur, diberi antiseptic. Setelah itu pasien dianastesi dan diletakkan di atas meja
operasi pada posisi dorsal recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan
meja operasi, kemudian daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan
Iodium tincture 3%, pasang dook steril pada daerah abdomen.
• Enterotomy
1. Incisi kulit melalui linea median, dari umbilicus ke caudal sepanjang kurang lebih
5-6 cm, kulit dan jaringan subcutan diincisi dengan menggunakan scalpel, preparasi
tumpul dilakukan untuk mendapatkan linea alba, kemudian bagian kiri dan kanan
linea alba dijepit dengan allis forceps, kemudian dengan ujung gunting atau scalpel
dibuat irisan kecil pada linea alba.
5
2. Irisan diperpanjang dengan menggunakan gunting lurus (sebagai pemandu, jari
telunjuk dan jari tengah tangan kiri di letakkan di bawah linea alba agar organ
dalam tidak tergunting).
3. Kemudian intestinum dikeluarkan, bagian kiri dan kanan dari intestinum yang akan
disayat diikat dengan kain kasa kemudian kain kasa tersebut diklem.
4. Dibuat sayatan pada permukaan intestinum dan benda asing dikeluarkan, usahakan
agar usus tetap dalam keadaan basah dengan cara membilas dengan penstrep 1%.
5. Kemudian mucosa dijahit dengan pola simple continous dan serosa dijahit dengan
pola lambert dengan menggunakan catgut.
6. Untuk memastikan ada tidaknya kebocoran dilakukan uji kebocoran usus. Setelah
dipastikan tidak bocor, intestinum dimasukkan kembali ke rongga abdomen,
kemudian peritoneum dijahit dengan menggunakan benang nilon simple
interrupted, musculus dan fascia dijahit dengan benang cat gut pola simple
continous dan kulit dijahit dengan nilon pola simple interrupted.
6
Gambar 2. Pola jahitan yang dapat digunakan D). Connel, E). Cushing, F). Lembert
• Enterectomy
1. Insisi dilakukan pada garis tengah (linea alba) bagian kaudal dengan panjang 10cm
yang diperkirakan cukup untuk mengeluarkan usus halus.
2. Pembuluh darah yang mensuplai usus yang akan dipotong (daerah gangrenous)
diligasi rangkap pada perbatasan antara mesenterium dengan usus.
3. Selanjutnya dengan dua jari isi usus disisihkan ke arah usus yang tidak dipotong.
4. Pada batas-batas usus yang akan dipotong masing-masing dijepit dengan dua
hemostatik forcep yang ujung-ujungnya dilapisi dengan karet, membentuk sudut
kira-kira 30o terhadap sisi bagian yang akan dipotong.
5. Setelah dilakukan pemotongan di antara ligasi rangkap pada pembuluh darah,
dilanjutkan pemotongan usus di antara dua hemostatik forcep yang ditempatkan
pada bagian proksimal maupun distal usus halus.
6. Anastomosis usus dilakukan dengan aposisi ujung ke ujung dengan pola jahitan
sederhana terputus menggunakan benang catgut kromik dengan jarum lengkung
diameter bulat.
7. Penempatan setiap simpul jahitan berjarak kira-kira 3 mm.
8. Bagian mesenterika yang terpotong dipertautkan kembali dengan benang catgut
kromik dengan pola jahitan sederhana terputus.
9. Selama prosedur operasi berlangsung, secara periodik usus dibasahi dengan larutan
NaCl fisiologi steril guna mencegah kekeringan usus.
7
Gambar 3. Enterectomy. A. Dinding usus dijepit dan dilakukan pemotongan untuk
membuang usus; B dan C menyambung dinding usus yang telah terpotong.
8
2.6 Pascaoperasi
Setelah operasi selesai, daerah incisi dibersihkan dan diolesi dengan iodium tincture
3%, ke dalam daerah bekas operasi disemprotkan penisilin oil, kemudian pasien diberi
procain penisilin G secara IM dan Vitamin B kompleks secara intra muscular, antibiotic
dan supportif diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Pasien dimasukkan ke dalam kandang yang bersih, kering dan terang. Selama masa
perawatan diberikan makanan yang mudah dicerna, luka operasi dijaga kebersihannya,
jahitan dibuka setelah luka operasi kering dan pada bekas operasi dioles Iodium tincture
3%.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus baik usus halus maupun usus
besar yang mengalami gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang
yang keras, kaca, kawat, besi, seng dan rambut) atau kemungkinan adanya gangren pada
usus. Sedangkan Enterectomy adalah tindakan operatif memotong usus yang rusak akibat
intususepsi, volvulus, strangulasi, tumor atau tersumbat oleh benda asing. Premedikasi
yang digunakan pada operasi ini adalah Atropine Sulfat dengan dosis 0,02 – 0,04 mg/kg
berat badan secara intra muskulus. Setelah sepuluh menit dilanjutkan dengan pemberian
anastesi umum, diberikan Ketamin 10 – 40 mg/kg berat badan, Xylazin 1 – 3 mg/kg berat
badan yang dikombinasikan dalam satu spuit secra intra muskulus. Perawatan post operasi,
daerah incisi dibersihkan dan diolesi dengan iodium tincture 3%, ke dalam daerah bekas
operasi disemprotkan penisilin oil.
3.2 Saran
Sebaiknya pada tindakan oprasi dilakukan sesuai dengan SOP. Hal ini bertujuan agar
memperbesar presentase keberhasilan pembedahan, dan juga mempercepat proses
penyembuhan. Begitu pula perawatan pascaoperasi, luka tempat jahitan harus dijaga
kebersihannya
10
DAFTAR PUSTAKA
Ghashghaii, Ali., dkk. 2017. Double Intestinal Intussusception due to Acute Enteritis in a Young
Tibetan Spaniel Dog. Ranian Journal of Veterinary Surgery. 12(1); Serial No:26.
Mahesh, dkk. 2019. Surgical Retrieval of Foreign Body in Dog – a Case Report. Department of
Veterinary Surgery & Radiology Veterinary College, Hebbal, KVAFSU, Bangalore.
International Journal of Science, Environment and Technology, Vol. 8, No 5.
Ludji Pau, Putri F., Yohanes T.R.M.R. Simarmata, dan Ni Made Restiati. 2021. Laporan Kasus :
Penanganan Obstruksi Usus Pada Anjing Di Bali Veterinary Clinic. Jurnal Kajian
Veteriner. 9(1); 50-61.
https://mydokterhewan.blogspot.com/2016/05/enterotomy-dan-enterectomy-pada-hewan.html
Sudisma, I.G.N., dkk, 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar, Pelawasari.
11
Teknik Operasi
Enterotomy dan Enterectomy
Kelompok 2A :
Leny Beatry Veronica S 180951007
Voni Cornelia Br Sembiring 180951009
Ni Putu Dyah Prashanti Pusparini 1809511010
Silvester Yesa Gilbert P. 1809511014
Ni Made Adinda Arya Ningrum 1809511015
01 02 03
Premedikasi dan
03 Persiapan Hewan 04
Anestesi
Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
• Meja bedah Bahan :
• Spuit 2.5 cc • Alkohol 70%
• Scalpel • Iodium tincture 3%
• Arteri klem • NaCL fisiologis
• Needle holder • Antibiotik (penicillin oil, procain
• Gunting tumpul dan runcing penicillin G, Penstrep 1%)
• Pinset anatomis dan serurgis • Vitamin B kompleks
• Drapping • Obat premedikasi dan obat anastesi
• Tampon
• Sarung tangan dan stetoskop.
• Benang catgut chromic
• Ruang operasi juga harus tertutup dan memiliki penerangan yang cukup
agar daerah operasi dapat terlihat jelas.
Persiapan Hewan
Pemeriksaan Fisik
● Signalemen
● Berat badan
● Umur
● Pulsus
● Frekuensi napas
● Suhu tubuh dan pemeriksaan sistem tubuh lainnya (digestivus, respirasi, sirkulasi,
saraf, reproduksi).
● Semua pasien harus menjalani tes diagnostik pra-bedah (hitung darah lengkap,
hitung trombosit, profil kimia serum, tes koagulasi, urinalisis) untuk menentukan
perawatan perioperatif mana yang harus diberikan
Persiapan Hewan
• Sebelum dilakukan operasi, hewan terlebih dahulu dipuasakan yaitu puasa makan 12
jam dan puasa minum 6 jam sebelum operasi hal ini guna mencegah vomitting dan
kontraksi deflasi terjadi ketika operasi berlangsung.
• Setelah pasien teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada posisi dorsal
recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja operasi, kemudian
daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan Iodium tincture 3%,
pasang dook steril pada daerah abdomen.
Premedikasi dan Anestesi
Premedikasi : Anestesi :
Premedikasi yang digunakan Setelah sepuluh menit dilanjutkan dengan
pada operasi ini adalah pemberian anastesi umum, diberikan
Atropine Sulfat dengan dosis Ketamin 10-40 mg/kg berat badan, Xylazin
0,02 - 0,04 mg/kg berat badan 1-3 mg/kg berat badan yang
secara intra muskulus. Hal ini dikombinasikan dalam satu spuit secara
dilakukan untuk mencegah intramuskuler.
terjadinya muntah,
hipersalivasi dan sebagai
sedatif.
Setelah hewan benar-benar teranastesi baru
dilakukan penyayatan pada daerah abdomen dengan
posisi dorso recumbency dari mulai kulit sampai
menembus lapisan peritonium. Selama berlangsung
stadium anastesi, cardiolog memonitor frekuensi
denyut jantung dan pernafasan setiap 5 menit
sekali.
Teknik Operasi Enterotomy :
Incisi kulit melalui linea median, dari umbilicus ke caudal sepanjang kurang lebih 5-6 cm, kulit dan jaringan
subcutan diincisi dengan menggunakan scalpel, preparasi tumpul dilakukan untuk mendapatkan linea alba,
kemudian bagian kiri dan kanan linea alba dijepit dengan allis forceps, kemudian dengan ujung gunting atau
scalpel dibuat irisan kecil pada linea alba.
2. Pembuluh darah yang mensuplai usus yang akan dipotong (daerah gangrenous) diligasi
rangkap pada perbatasan antara mesenterium dengan usus.
3. Selanjutnya dengan dua jari isi usus disisihkan ke arah usus yang tidak dipotong.
4. Pada batas-batas usus yang akan dipotong masing-masing dijepit dengan dua hemostatik
forcep yang ujung-ujungnya dilapisi dengan karet, membentuk sudut kira-kira 30o terhadap
sisi bagian yang akan dipotong.
Teknik Operasi Enterectomy :
5. Setelah dilakukan pemotongan di antara ligasi rangkap pada pembuluh darah,
dilanjutkan pemotongan usus di antara dua hemostatik forcep yang ditempatkan pada
bagian proksimal maupun distal usus halus.
6. Anastomosis usus dilakukan dengan aposisi ujung ke ujung dengan pola jahitan
sederhana terputus menggunakan benang catgut kromik dengan jarum lengkung
diameter bulat.
Teknik Operasi Enterectomy :
7. Penempatan setiap simpul jahitan berjarak kira-kira 3 mm.
8. Bagian mesenterika yang terpotong dipertautkan kembali dengan benang catgut kromik dengan
pola jahitan sederhana terputus.
11. Apabila terdapat kebocoran maka terlihat rembesan cairan pada tempat anastomosis. Setelah diyakini tidak ada
kebuntuan dan kebocoran, usus halus kemudian dikembalikan kedalam rongga abdomen.
12. Dinding abdomen dijahit dengan catgut kromik 2-0 pola jahitan sederhana terputus.
13. Jaringan subkutan dijahit dengan catgut kromik 2-0 pola jahitan sederhana menerus.
14. Kulit dijahit dengan benang silk 2-0 dengan pola jahitan sederhana terputus.
15. Irisan kulit yang telah dijahit diolesi dengan antiseptik iodium tincture 3%. Selama prosedur operasi berlangsung,
hewan diinfus dengan larutan ringer’s dekstrosa 5% sebanyak 40 ml/kg berat
Pascaoperasi
Pascaoperasi
Setelah operasi selesai, daerah incisi Pasien dimasukkan ke dalam kandang
dibersihkan dan diolesi dengan
yang bersih, kering dan terang.
iodium tincture 3%, ke dalam daerah
Selama masa perawatan diberikan
bekas operasi disemprotkan penisilin
makanan yang mudah dicerna, luka
oil, kemudian pasien diberi procain
penisilin G secara IM dan Vitamin B operasi dijaga kebersihannya, jahitan
kompleks secara intra muscular, dibuka setelah luka operasi kering dan
antibiotic dan supportif diberikan pada bekas operasi dioles Iodium
selama tiga hari berturut-turut. tincture 3%.
TERIMA KASIH
International Journal of Science, Environment ISSN 2278-3687 (O)
and Technology, Vol. 8, No 5, 2019, 1044 – 1048 2277-663X (P)
Clinical Article
SURGICAL RETRIEVAL OF FOREIGN BODY IN DOG –
A CASE REPORT
Mahesh V.1, Jyothi Shree S.2, Lathamani V.S.3 and Nagaraja B.N.4
1
Assistant professor, Department of Veterinary Surgery & Radiology
2
MVSc Student, Department of Veterinary Surgery & Radiology
3
Assistant professor, Department of Veterinary Medicine
4
Professor and Head, Department of Veterinary Surgery & Radiology
Veterinary College, Hebbal, KVAFSU, Bangalore - 560024
Abstract: A six month old male Dobbermann was presented to Department of Veterinary
Surgery and Radiology, Veterinary College, Bengaluru with a complaint of anorexia, chronic
vomition and not passing motion since four days. Abdominal palpation revealed hard
intraabdominal mass and survey radiograph of lateral abdomen revealed air filled intestinal
loops. Upon 24hours barium contrast radiograph confirmed intestinal obstruction. So
emergency enterotmy was performed and foreign body is retrieved and it was a ball. The
animal was recovered uneventfully without any complications
Keywords: Spherical ball, Enterotomy, Contrast radiography.
INTRODUCTION
Ingestion of foreign bodies is attributed to their indiscriminate feeding habits (Ellison, 1990).
All age groups of dogs are affected, but usually young dogs (mean age, 3.5 to 3.7 years),
ingest a large variety of nonlinear Foreign bodies (Capak et al., 2001). Gastrointestinal
foreign bodies may cause complete or partial obstruction. The size of the foreign body
determines whether obstruction is partial or complete. Life-threatening complications caused
by fluid and electrolyte imbalances, hypovolemia, and toxemia may be associated with
intestinal foreign bodies (Papazoglou et al, 2001). Surgical interventions related to the
treatment of small intestinal obstruction represents approximately 0.5-1 percent of all surgical
procedures in dogs (Crha et al., 2008).
CASE HISTORY AND OBSERVATION
A six month old male dobbermann was presented to Department of Veterinary Surgery and
Radiology, Veterinary College, Bengaluru with a complaint of anorexia, chronic vomition
and not passing motion since four days. On physical palpating a hard mass felt at the mid
abdomen. Survey radiograph of lateral abdomen revealed air filled intestinal loops. Upon
24hours barium contrast radiograph revealed radio-opaque foreign body in intestinal loops.
Received Sep 6, 2019 * Published Oct 2, 2019 * www.ijset.net
1045 Mahesh V., Jyothi Shree S., Lathamani V.S. and Nagaraja B.N.
Based on clinical signs and radiographic findings the condition was diagnosed as intestinal
obstruction. So it was decided to go for emergency enterotmy and foreign body was retrieved.
TREATMENT
Surgical site was prepared aseptically by shaving midline. Premedicated with Atropine
Sulphate @ 0.04mg/Kg. Bwt. S/C, and preanesthetic was Xylazine @ 1mg/Kg. Bwt. I/M.
After 10min induction anesthesia was done by Thiosol 2.5% to effect and maintained with
same. A linear ventral midline skin incision was made, followed by subcutaneous tissue, linea
alba and peritoneum. Entered into abdomen & affected intestinal loops was exteriorized to
the incision site. At cranial margin of the mass, enterotomy incision made at antimesentric
border and foreign body was removed and it was a spherical ball. The area was thoroughly
cleaned and enterotomy incision was closed by simple interrupted pattern but knots are
placed inside the lumen by using chromic catgut no. 2-0. Abdominal cavity was flushed with
worm normal saline. The linea alba closed with polyglactin 910 by interrupted pattern,
subcutaneous by simple continuous pattern by using chromic catgut and skin by horizontal
mattress by using polyamide. Wound was cleaned and dressed.
Post-operatively combination of Ceftriaxone and Tazobactum at the dose rate of 20mg/Kg.
BWt. was given for 7days. Fluid therapy for three days twice a day and Metriz 100ml daily
for 3days. Orally starts on 4th day after surgery by liquid and slowly semisolids and solids.
Wound was dressed every alternate day and skin sutures were removed on 10th day.
Fig 5: Incision made over foreign Fig 6: Spherical ball removed from
body jejunal loops
of jejunum. Some small, sharp foreign bodies, such as pins, sewing needles, and fish hooks
that are found in asymptomatic animals may be treated conservatively and they may pass
uneventfully, because of contact between mucosa of intestine and foreign body results in
local dilation of intestine called as mural withdrawal reflex (Guilford et al, 1996). An
enterotomy is performed in the antimesenteric border distal to the foreign body and the
foreign body is removed. Incisions over the foreign body or proximal to the obstruction in the
distended intestine may interfere with normal intestinal healing, possibly because of some
degree of vascular compromise of the intestinal wall and therefore such incisions are not
recommended (Orsher and Rosin, 1993). The enterotomy site is closed in a single layer with
a simple interrupted or continuous suture pattern, by using 3-0 or 4-0 synthetic absorbable
sutures such as polydioxanone or polyglyconate (Weisman, 1999). One of the most common
and serious complication after retrieval of foreign body is dehiscence of the enterotomy
incision with subsequent leakage of intestinal contents into the peritoneal cavity, resulting in
peritonitis (Papazoglou et al., 2001). In this case none of the complications were observed,
animal recovered uneventfully.
Acknowledgement
The authors are thankful to the Dean, Veterinary College, Hebbal, Bengaluru for providing
necessary facilities for carrying out this case
References
[1] CAPAK, D., SIMPRAGA, M. and MATICIC, D. (2001). Incidence of foreign body–
induced ileus in dogs. Berl Munch Tierarztl Wochenschr. 114:290–296.
[2] CRHA, M., LORENZOVA, J., URBANOVA, L., FITCHEL, T. and NECAS, A.
(2008). Effect of preoperative mortality in dogs with small bowel obstruction. Acta.
Veterinaria. Brno., 77:257-261.
[3] ELLISION, G.W. (1990). Enterotomy in current technique in small animal surgery.
edited by Mjoseph Bojrab, 3rd Saunders company, Phildelphia: 249.
[4] GUILFORD, W.G. and STROMBECK, D.R. (1996). Intestinal obstruction,
pseudoobstruction, and foreign bodies, in Guilford, W.G., Center, S.A., Strombeck, D.R., et
al (eds). Strombeck’s Small Animal Gastroenterology. Philadelphia, WB Saunders, 3rd ed:
487–502.
[5] HAYES, G. (2009). Gastrointestinal foreign bodies in dogs and cats: a retrospective
study of 208 cases. Journal of Small Animal Practice. 50:576–583.
[6] KUMAR, D.D., AMEERJAN, K. And DAVID, W.A. (2000). Gasrto intestinal tract
obstruction in dogs. I. J. Ver. Sur., 21:43-44.
Surgical Retrieval of Foreign Body in Dog – A Case Report 1048
[7] ORSHE, R.J. and ROSIN, E. (1993). Small intestine, in Slatter DH Textbook of Small
Animal Surgery, Philadelphia, WB Saunders. 2nd ed: 593–612.
[8] PAPAZOGLOU, L. G., PATSIKAS, M. N. and RALLIS, T. (2003). Intestinal foreign
bodies in dogs and cats. Compendium of Continuing Education for the Practicing
Veterinarian. 25: 830-843.
[9] WEISMAN, D.L., SMEAK, D.D., BIRCHARD, S.J. and ZWEIGART, S.L. (1999).
Comparison of a continuous suture pattern with a simple interrupted pattern for enteric
closure in dogs and cats: 83 cases (1991– 1997). J.A.V.M.A., 214:1507–1510.
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
ABSTRACT
A local breed dog was brought to the veterinary clinic with signs of vomit-
ing and decreased appetite. Physical examination revealed a pale mucosa of the
eye and nose, 2 seconds of CRT, abdomen distention and stiffness. A haematology
examination indicated WBC drop into 4.9, lymphocyte into 5.4, MCV into 55.42
and Plate Distribusi Wide 8.1. The X-ray test showed the presence of an unknown
mass around the intestine. Therefore, the dog was then diagnosed with intestinal
obstruction. A laparotomy exploration with an enterotomy technique was per-
formed to treat the condition. The surgery procedure found a mass of stone-like
faeces that also consist of a mix of grass. The stone-like faeces were then removed
from the intestine. Post-surgery monitoring was performed routinely and the dog
received Cefotaxime Sodium (Claforan®) 22 mg/kg, Odansentron HCl (Zofran®)
0.2 mg/kg, Sucralfate (Carafate®) 0.8 gram, Lactulose (Cephulac®) 25 mL,
Dexamethasone (Dexasone®) 1 mg/kg, Diphenhydramine HCl (Benadryl®) 3
mg/kg, along with antiseptic treatment for the surgical incision. 3 days after the
operation the dog began to show signs of recovery where the dog appeared to
start moving and showed the desire to eat food. This condition can be prevented
by not giving the dog food that bones. Lastly, the dog should be only released in a
safe and knowledgeable environment.
PENDAHULUAN
50
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
pemeriksaan radiografi dengan bahan baik usus halus maupun usus besar
kontras dapat membantu diagnosis yang mengalami gangguan (penyem-
(Boothe, 2012). pitan) atau karena adanya benda as-
Penanganan obstruksi usus ing (tulang yang keras, kaca, kawat,
biasanya dilakukan dengan teknik besi, seng dan rambut) atau kemung-
pembeadahan. Salah satu terapi be- kinan adanya gangren pada usus
dah yang biasanya dilakukan yaitu (Boothe, 2012). Diagnosis penyakit
dengan teknik enterotomi. Enteroto- didasarkan pada sejarah penyakit,
mi sering dilakukan pada anjing un- gejala klinis, pemeriksaan fisik,
tuk mengangkat benda asing yang pemeriksaan hematologi dan kimia
menyebabkan obstruksi usus darah, pemeriksaan radiografi, ultra-
(Boothe, 2012). Enterotomi adalah sonografi, endoskopi dan biopsy
suatu tindakan penyayatan pada usus (Fossum, 2002).
METODOLOGI
51
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
melakukan Incisi pada bagian cranial Setelah mencapai linea alba, lakukan
ventral midline. Setelah kulit diinci- incisi bersama dengan peritoneum
si, kemudian kedua sisi kulit masing- menggunakan scalpel. Setelah peri-
masing dijepit menggunakan allis toneum terbuka, digunakan allis tis-
tissue forcep untuk mempermudah sue forceps yang sedang menjepit
incisi selanjutnya menuju linea alba. kulit, untuk kemudian menjepi
Sebelum mencapai linea alba, Incisi lapisan peritoneum, subcutan dan
dilanjutkan ke lapisan subkutan sam- kulit sehingga dapat dilakukan ek-
pai external fascia dan musculus rec- splorasi organ. Eksplorasi dilakukan
tus abdominis terekspose, dilakukan pada lambung, duodenum dan seba-
preparasi tumpul didaerah subkutan. gian jejenum.
52
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
A B
C D
Gambar 2. Teknik enterotomi (membuat sayatan pada usus yang mengalami ob-
struksi) (A) pengeluaran benda asing dari dalam usus (B), tumpukan kotoran dan
rumput di dalam usus (C), teknik penjahitan pada usus (D).
53
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
subkutikular yang dijahit dengan po- Setelah selesai dijahit, kulit luka
la jahitan sederhana menerus. Semua jahitan diberihkan dengan betadine,
jahitan menggunakan benang poly- kemudian diberi enbatic powder (bu-
glactin acid 910 2.0 USP (Vicryl®). buk) pada didaerah luka operasi.
A B C
54
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
A B
55
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
56
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
2016). Enterotomi sering dilakukan kaki, handuk dan nilon. Dalam be-
pada anjing untuk mengangkat benda berapa kasus terkadang pemilik he-
asing yang menyebabkan obstruksi wan tidak melihat hewannya mene-
usus. Enterotomi adalah suatu tinda- lan benda asing atau kadang-kadang
kan penyayatan pada usus baik usus anjing menelan benda asing saat
halus maupun usus besar yang men- bermain. Seperti pada kasus ini, ter-
galami gangguan (penyempitan) atau dapat banyak tumpukan rumput yang
karena adanya benda asing (tulang masih berukuran panjang. Itu artinya
yang keras, kaca, kawat, besi, seng anjing tidak mengunyah dengan baik
dan rambut) atau kemungkinan rumput yang dia makan, dan ada
adanya gangren pada usus (Boothe, kemungkinan anjing sering dibiarkan
2012). Diagnosis penyakit didasar- bermain di daerah persawahan se-
kan pada sejarah penyakit, gejala hingga pemiliki tidak mengetahui
klinis, pemeriksaan fisik, pemerik- apa yang dimakan oleh anjingnya.
saan hematologi dan kimia darah Dalam beberapa kasus terka-
(Allenspach et al., 2015), pemerik- dang pemilik hewan tidak melihat
saan radiografi (Terragni et al., hewannya menelan benda asing atau
2014), ultrasonografi (USG) (Le kadang-kadang anjing menelan ben-
Roux et al., 2014), endoskopi (Novi- da asing saat bermain, namun
ana et al., 2017) dan biopsy (Fossum, pemeriksaan menunjukkan adanya
2002). benda asing dalam saluran pen-
Benda asing yang ditemukan cernaan (Capak et al., 2001). Benda
di dalam usus sangat bervariasi sep- asing yang dicerna oleh gastrium
erti kulit yang keras, kain, jarum be- akan melewati sfingter pilorus dan
si, kawat, seng, rambut, tulang yang masuk ke lumen terkecil duodenum
keras dan lain-lain. Menurut Boothe distal dan jejenum proksimal. Adan-
(2012) adanya benda asing me- ya lipatan-lipatan mukosa usus
nyebabkan gejala obstruksi, se- dengan pemeriksaan USG menun-
dangkan benda tajam menyebabkan jukkan adanya benda asing yang me-
perforasi saluran pencernaan dengan nyebabkan obstruksi (Monnet, 2010;
gejala peritonitis. Pada kasus anjing Noviana et al., 2017)
yang mengkonusmsi pakan yang ter- Dalam kasus ini anjing
llalu keras juga dapat mengakibatkan menunjukkan adanya gejala muntah,
obstruksi (Capak et al., 2001). anoreksia, lesu, dan nyeri pada ab-
Berbagai benda asing dapat dicerna domen ketika dipalpasi. Hal ini
oleh hewan berumur muda, namun didukung oleh penelitian (Erwin
terdapat beberapa benda asing yang dkk.,2018), pada penanganan
jika dikonsumsi dalam jumlah yang osbstruksi duodenum pada anjing,
banyak dapat membahayakan gejala klinis yang ditunjukaan yaitu
kesehatan anjing. Umumnya anjing anjing menunjukkan gejala muntah,
biasanya menelan benda asing beru- regurgitasi pakan dan air, hipersali-
pa tulang, kulit mentah, mainan, kaus vasi, hematemesis, anoreksia, lesu
57
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
SIMPULAN
58
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
DAFTAR PUSTAKA
59
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 9 No. 1:50-61 (2021)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v9i1.3899
EISSN : 2528-6021
60
Ludji Pau et al Jurnal Kajian Veteriner
61
IJVS 2017; 12(1); Serial No:26
RANIAN JOURNAL OF
VETERINARY SURGERY
(IJVS)
WWW.IVSA.IR
Clinical Report
Double Intestinal Intussusception due to Acute Enteritis in a Young Tibetan Spaniel Dog
Abstract
Case Description- A six-month-old female Tibetan spaniel dog with repeated rectal prolapse and unsuccessful treatments was
referred to the clinic of Faculty of Veterinary Medicine of Razi University (Kermanshah, Iran). Regarding the patient’s history
colopexy was done through celiotomy incision, but 3 days later the patient was referred again with recurrence of prolapse.
Clinical Findings- On abdominal palpation, a sausage like mass was palpated in the abdomen. The clinical parameters were in the
normal range, but stool samples proved the presence of giardia. The hemagglutination test for parvovirus was positive as well.
Treatment and Outcome- Exploratory celiotomy revealed presence of double intussusception. The intussuscepted segments were
edematous and congested with adhesions and signs of devitalization. Resection and re-anastomosis were performed. The patient
died 24 hours after surgery. The owner did not allow post-mortem examination, though the actual cause of death was remained
unknown. The animal death could be related to weakness due to parvovirus and giardia enteritis, delay in treatment of underlying
disease, electrolyte imbalance, surgical stress and inadequate postoperative management.
Clinical Relevance-Puppies and kittens show higher incidence of intussusception than adult animals. Any portion of the alimentary
tract may be involved, but previous studies have indicated that the majority of intussusceptions in small animal are enterocolic.
Prompt and precise diagnosis and accurate treatment with considering underlying diseases such as infectious enteritis and
endoparrasitism is very important to save the patient life.
Key words: double intussusception, dog, celiotomy
65
IJVS 2017; 12(1); Serial No:26
66
IJVS 2017; 12(1); Serial No:26
2. Kumar V, Ahmad RA and Amarpal. 13. Rosin E. Small intestinal surgical disorders. In:
Colopexy as a Treatment for Recurrent Slatter DJ, eds. Textbook of Small Animal
Rectal Prolapse in a Dog. Indian Journal Surgery. Vol 1. Toronto: W.B. Saunders,
of Canine Practice, 2012;4(2):138-140. 1985;748-749.
3. Ghashghaii A. Correction of Recurrent 14. Patsikas MN, Jakovljevic S, Moustardas N, et al.
Anorectal Prolapse in a 4 Months Dog by Ultrasonographic signs of intestinal
Colopexy Operation, in Proceedings. 6th intussusception associated with acute enteritis or
Irannian Symposium of Veterinary gastroenteritis in 19 young dogs. Journal of the
Surgery, Anesthesia and Radiology, 2006; American Animal Hospital Association,
43 (In Persian) 2003;39:57-66.
4. Hall EJ, German AJ. Disease of the small 15. Butler HC. Surgery of the small intestine.
Intestine. In: Ettinger SJ, eds. Textbok of Veterinary Clinics of North America: Small
Veterinary Internal Medicine. 7th ed. Los Animal Practice, 1972;2:160-161 .
Angeles, California: California Animal 16. Lewis DD and Ellison GW. Intussusception in
Hospital Veterinary Specialty Group, dogs and cats. Compendium on Continuing
2010;1571-1592. Education for the Practicing Veterinarian,
5. Joy CL and Patterson JM. Short bowel 1987;9:523-534.
syndrome following surgical correction of 17. Hayden GE and Sprouse KL. Bowel
a double intussusception in a dog. obstruction and hernia. Emergency Medicine
Canadian Veterinary Journal, Clinics of North America, 2011;29:319-345.
1978;19:254-259.
6. Cina M, Rahim F and Davudi M. The 18. Oakes MG, Lewis DD, Hosgood G, et al.
Accuracy of Ultrasonography Technique Enteroplication for the prevention of
in Detection of the Intussusception. intussusception recurrence in dogs: 31 cases
Journal of Applied Sciences, (1978- 1992). Journal of the American
2009;9:3922-3926. Veterinary Medical Association, 1994;205:72-
7. Gelberg HB. Alimentary System and the 75 .
Peritoneum, Omentum, Mesentery, and 19. Kumar V, Aijaz Ahmad R and Pathak R.
Peritoneal Cavity. In: McGavin MD and Ileocolic Intussusception and its Surgical
Zachary JF, eds. Pathologic Basis of management in a Labrador Pup. Intas Polivet,
Veterinary Disease. 5th ed, Elsevier St, 2012;13(1):108-110.
Louis Mo USA, 2012;363-364. 20. Sivasankar M. Recurrent intussusception in a
8. Levitt L and Bauer MS. Intussusception 14-month old, spayed female German shepherd
in dogs and cats: A review of 36 cases. cross. Canadian Veterinary Journal,
Canadian Veterinary Journal, 2000;41:407-08 .
1992;33:660-664.
21. Ellison GW. Nontraumatic Surgical
9. Han TS, Kim JH, Cho K, et al. Double
Emergencies of the Abdomen. In: Red B, eds.
intussusceptions in a Shih-tzu puppy.
Contemporary Issues in Small Animal Practice.
Journal of Biomedical Research,
Vol 2. New York: Livingstone, 1986;127-173 .
2008;9:55-58.
10. Valiei K and Beheshti R. Double 22. Ellison GW. Intestinal Resection and
Intussusception in Dog. Asian Journal of anastomosis. In: Bojrab MJ, ed. Current
Animal and Veterinary Advances, Techniques in Small Animals Surgery. 5th eds.
2011;6(9):971-976. Philadelphia: Lea and Febiger, 2014;280-303.
11. Wilson GP and Burt JK. Intussusception
in the dog and cat: A review of 45 cases.
Journal of the American Veterinary
Medical Association, 1974;164:515-518.
12. Larsen LH and Bellenger CR. Stomach
and Small Intestine. In: Archibald J, eds.
Canine Surgery. 2nd ed. California:
American Veterinary Publications, Santa
Barbara, 1974;583-585.
67
IJVS 2017; 12(1); Serial No:26
چکیده
تلسکوپی شدن دوگانه روده به سبب آنتریت حاد در یک قالده سگ اسپانیل تبتی
3
علی قشقایی* ،0موسی جاودانی ،2پریسا مزدرانی
توصیف مورد -یک عگ هادُ 6هاِّ ًضاد اعپاًیل تبتی با تاریخچِ پزٍالپظ هکزر راعت رٍدُ ٍ عذم پاعخ بِ جا سدى ٍ بخیِ گذاری بِ
کلیٌیک داًشکذُ داهپششکی داًشگاُ راسی (کزهاًشاُ ،ایزاى) ارجاع دادُ شذ .با تَجِ بِ تاریخچِ بیوار اقذام بِ کَلَپکغی شذ ،اها 3رٍس بعذ
بیوار با پزٍالپظ هجذد رٍدُ بِ درهاًگاُ ارجاع شذ.
یافتههای بالینی -در هالهغِ شکوی ،یک تَدُ عَعیغی شکل احغاط هیشذ .پاراهتزّای بالیٌی در هحذٍدُ ًزهال قزار داشتٌذ ،اها ًوًَِ
هذفَع حاکی اس حضَر صیاردیا بَدّ .وچٌیي تغت ّواگلَتیٌاعیَى بزای پارٍٍیزٍط هثبت بَد.
درمان و نتیجه -در علیَتَهی ،تلغکَپی شذى دٍگاًِ رٍدُّا هشَْد بَد ٍ قغوت تلغکَپی شذُ ادهاتَس ،پزخَى ٍ فاقذ عالئن حیاتی ٍ ًیش
چغبٌذگی دادُ بَد .لذا اقذام بِ بزداشت قغوت درگیز ٍ آًاعتَهَس هجذد رٍدُ شذ .حیَاى 24عاعت بعذ تلف شذ ٍ صاحب آى اجاسُ
کالبذگشایی را ًذاد .در ًتیجِ علت ٍاقعی هزگ ًاهعلَم باقی هاًذ .با تَجِ بِ آلَدگی بِ پارٍٍیزٍط ٍ صیاردیا ٍ ضعف عوَهی حیَاى ،هیتَاى
علت هزگ را بِ اختالالت الکتزٍلیتی ،تاخیز در درهاى آًتزیت ،اعتزط جزاحی ٍ عذم هزاقبتْای السم پظ اس عول ًغبت داد.
ارتباط بالینی -احتوال ٍقَع تلغکَپی شذى رٍدُّا در تَلِ عگّا ٍ بچِ گزبِّا بیشتز اعت .اهکاى درگیزی ّز قغوت اس دعتگاُ گَارػ
ٍجَد دارد ،اها هطالعات اخیز بیاى هیکٌذ کِ اکثز هَارد تلغکَپی شذى در دامّای کَچک اس ًَع اًتزٍکَلیک هیباشذ .در درهاى ایي بیواراى
بایغتی تَجِ خاص بِ آًتزیتّای ًاشی اس عَاهل عفًَی ٍ اًگلی ٍ عایز عَاهل سهیٌِعاس ایي عارضِ هبذٍل داشت.
کلمات کلیدی :تلغکَپی شذى دٍگاًِ ،عگ ،علیَتَهی
68