Disusun Oleh :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui/Mengesahkan,
Mengetahui,
2
Dr. Ir. Saifuddin, M.T Ir. Syafruddin, M.Si
NIP. 19660930 199303 1 003 NIP. 19650819 199802 1 001
Laporan Magang Industri di Pabrik Kelapa Sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa
Disusun Oleh :
Yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 Maret s/d 31 Mei 2021, bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan Kurikulum Diploma IV Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Disetujui Oleh,
3
Dian Ramadani Gianto
4
LEMBARAN NILAI MAGANG INDUSTRI
Pemimpin perusahaan PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) unit PKS, Guha
Uleue, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara dengan ini menerangkan bahwa:
Telah melaksanakan tugas Magang Industri di PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS) unit PKS, Guha Uleue, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara dari
tanggal 1 Maret s/d 31 Mei 2021 dibagian Pengolahan, Utilitas dn Laboratorium
dengan hasil sebagai berikut:
Nilai
NO Aspek Penelitian Keterangan
Angka Huruf
1 Keaktifan dan Inisiatif
2 Disiplin dan Kerapian
3 Penguasaan Materi
4 Tugas Khusus
5 Sistem Laporan
6 Tanggung Jawab
Diktahui Oleh :
Mandor Laboratorium
Lapangan PT. Ika Bina Agro Mill Manajer
Wisesa (IBAS)
5
LEMBARAN NILAI MAGANG INDUSTRI
Pemimpin perusahaan PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) unit PKS, Guha
Uleue, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara dengan ini menerangkan bahwa:
Telah melaksanakan tugas Magang Industri di PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS) unit PKS, Guha Uleue, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara dari
tanggal 1 Maret s/d 31 Mei 2021 dibagian Pengolahan, Utilitas dn Laboratorium
dengan hasil sebagai berikut:
Nilai
NO Aspek Penelitian Keterangan
Angka Huruf
1 Keaktifan dan Inisiatif
2 Disiplin dan Kerapian
3 Penguasaan Materi
4 Tugas Khusus
5 Sistem Laporan
6 Tanggung Jawab
6
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporang magang industri
dengan judul “Menghitung Hilang Minyak (Oil Losses) pada Final Effluent
dengan Metode Ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS)” sebagai tugas khusus. Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil dari
magang industri di PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS), Gampong Guha Uleue,
Kuta Makmur, Aceh Utara selama 3 bulan pada periode 1 Maret s/d 31 Mei 2021.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
kurikulum pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu
yang telah diperoleh di bangku kuliah dan menambah pengalaman yang
berhubungan dengan ilmu keteknikan secara khusus.
Kegiatan penulisan laporan magang industri lapangan ini dapat
terlaksanakan dengan baik berkat adanya bantuan dari berbagai pihak terutama
sekali pada pembimbing yang telah meluangkan waktu serta mengeluarkan tenaga
dan pikiran untuk mengerahkan dan membimbing penulis.
Hambatan selalu penulis hadapi, baik dalam pelaksanaannya maupun
dalam penyusunan laporang magang industri ini. Akan tetapi berkat izin Allah
SWT dan berkat bantuan pembimbing serta dorongan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat melalui hambatan yang dihadapi hingga akhirnya laporan
magang industri ini dapat terselasaikan.
Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan kepada:
1. Orang tua beserta keluarga yang telah memberikan doa terbaiknya dan
juga bantuan baik secara moril dan materil;
2. Bapak Gianto, selaku Mill Manager yang berkenan memberikan
kesempatan untuk melakukan magang industri;
3. Bapak Yoni Sudibyo , selaku kepala tata usaha (KTU) atas kesediaannya
dalam memberi izin magang industri di PT. Ika Bina Agro Wisesa;
7
4. Bapak Dian Ramadani, selaku pembimbing laporan magang industri di
PT. Ika Bina Agro Wisesa;
5. Bapak M. Ikhsan, selaku kepala proses I yang telah membantu dan
mengarahkan penulis selama kerja prakterk;
6. Seluruh staff dan karyawan di PT. Ika Bina Agro Wisesa pada bagian
proses, laboratorium dan utilitas;
7. Bapak Rizal Syahyadi, ST., M.eng.Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri
Lhokseumawe;
8. Bapak Dr. Ir. Saifuddin, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Lhokseumawe;
9. Bapak Ir. Syafruddin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknologi
Rekayasa Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Lhokseumawe;
10. Bapak Juanda, S.Pd., M.Pd., selaku koordinator magang industri
11. Ibu Dra. Fachraniah, M.Si, selaku dosen pembimbing magang industri
program studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Lhokseumawe;
12. Seluruh teman-teman magang industri periode 1 Maret 2021 samapi 31
Mei 2021 yang turut memberikan dukungan kepada penulis selama
pelaksanaan magang industri;
13. Seluruh teman-teman Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri,
Politeknik Negeri Lhokseumawe;
14. Urwatul Wisqa sebagai penyemangat dan penghibur virtual terbaik penulis
selama proses pembuatan magang industri;
15. Athiyyah Ghina Ramadhani, Tsamara Badilla, Ratu Zuhra, Farisah Nabila,
Telma Munira, dan Marhamah yang telah memberikan bantuan dan
dukungan secara virtual kepada penulis;
16. Vella Attaqin, Nurmila, Syarifah Zaira Hanisa, Dea Khairunniza dan
Nazira Musfira yang turut mendukung serta membantu penulis selama
membuat laporan magang industri;
17. Harsa yang telah menjadi penyemangat virtual penulis dalam membuat
laporan magang industri.
8
Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan
laporang magang industri, sehingga dimungkinkan adanya kekurangan-
kekurangan, baik itu mengenai format maupun penjelasan informasi yang kurang
sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kesalahan atauun bahasa yang telah terpakai kurang sopan selama penulis
menjalankan penyusunan laporan. Penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
yang sifatnya membangun diri penulis dari semua pihak yang membacanya.
Diharapkan laporan magang industri ini dapat memberikan informasi dan
pedoman untuk penulis sendiri dan juga bagi semua kalangan masyarakat yang
membacanya, semoga bermanfaat dan menjadi sebuah pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
9
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
LAPORAN PENGESAHAN PABRIK...................................................................................iii
Kata Pengantar........................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................xv
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................................................2
2.3.1 Tujuan Khusus..................................................................................................3
1.3 Manfaat Kegiatan Kerja...........................................................................................4
1.4 Batasan Masalah.......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PROFIL UMUM......................................................................................................................5
2.1 Profil Umum............................................................................................................5
2.2 Lokasi Perusahaan....................................................................................................6
2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi PT. Ika Bina Agro Wisesa..............................7
2.3.1 Visi dan Misi....................................................................................................7
2.3.2 Struktur Organisasi PT. Ika Bina Agro Wisesa................................................8
BAB III..................................................................................................................................12
URAIAN PROSES................................................................................................................12
3.1 Bahan Baku............................................................................................................12
3.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit............................................................................12
3.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station).......................................13
10
3.2.2 Stasiun Perebusan (Sterilizer Statiton)............................................................25
3.2.3 Stasiun Penebah (Thresing Station)................................................................32
3.2.4 Stasiun Screw Press (Pressing Station)...........................................................34
3.2.5 Stasiun Pemurnian (Clarification Station)......................................................42
3.2.6 Station Pengolahan Inti (Kernel Station)........................................................52
3.2.7 Stasiun pengiriman CPO (Despatch Oil)........................................................65
3.3 Utilitas....................................................................................................................65
3.3.1 Pengolahan Air (Water Treatment Plant)........................................................66
3.3.2 Pembangkit Tenaga (Power House)...............................................................74
3.3.3 Pengolahan Limbah........................................................................................90
3.3.4 Laboratorium..................................................................................................90
BAB IV..................................................................................................................................92
TUGAS KHUSUS.................................................................................................................92
4.1 Judul Tugas Khusus...............................................................................................92
4.2 Tujuan Tugas Khusus.............................................................................................92
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus.....................................................92
4.4 Objek Tugas Khusus..............................................................................................92
4.5 Metode Pelaksanaan...............................................................................................93
4.5.1 Alat dan Bahan...............................................................................................93
4.5.2 Prosedur Kerja................................................................................................93
4.6 Landasan Teori.......................................................................................................94
4.6.1 Minyak Kelapa Sawit (CPO)..........................................................................94
4.6.2 Sifat-Sifat Minyak Kelapa Sawit....................................................................95
4.6.3 Losses CPO....................................................................................................95
4.6.4 Final Effluent..................................................................................................96
BAB V...................................................................................................................................98
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................98
5.1 Hasil dan Pengamatan............................................................................................98
5.2 Pembahasan............................................................................................................99
BAB VI PENUTUP..................................................................................................................100
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................100
6.2 Saran....................................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................101
11
LAMPIRAN A.....................................................................................................................102
LAMPIRAN B.....................................................................................................................105
LAMPIRAN C.....................................................................................................................115
12
DAFTAR TABEL
13
DAFTAR GAMBAR
14
Gambar 3 - 29 Pengolahan Air (Water Treatment Plant) PT Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS).........................................................................................................................66
Gambar 3 - 30 Boiler PT Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)............................................74
15
DAFTAR LAMPIRAN
YLAMPIRAN A.............................................................................................................1
LAMPIRAN B...........................................................................................................105
LAMPIRAN C...........................................................................................................115
16
BAB I
PENDAHULUAN
Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang
terpenting di Indonesia. Kelapa sawit merupakan produk pertanian yang strategis
sebagai sumber minyak nabati, dengan produksi 4,09 ton perhektar pertahun
(FAO, 2002). Produktivitas yang tinggi menjadikan kelapa sawit kompetitif
sebagai alternatif minyak yang dapat digunakan oleh industri makanan, kosmetik,
produk kesehatan, biofuel dan biodesel (Kemenperin, 2007). Potensi kelapa sawit
mendorong Indonesia memperluas area perkebunan kelapa sawit (Kemenperin,
2007). Sejak 1980, industri kelapa sawit di Indonesia tumbuh sekitar 10%
pertahun (ADB, 2006). Kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati yang paling
efisien dan banyak tumbuh di daerah tropis.
17
partisipasi ekspor juga diduga memengaruhi efisiensi PKS di Indonesia sehingga
dapat memberikan rekomendasi kebijakan pengembangan PKS di Indonesia.
18
19
Industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat
strategis. Saat ini luas perkebunan kelapa sawit diperkirakan mencapai 11,6 juta
hektar, dimana lebih dari 41 persen merupakan kebun rakyat. Buah kelapa sawit
yang dikenal dengan bermacam-macam jenis, mempunyai pola panen yang kita
kenal sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil
rendemen minyak yang dihasilkan. Berbagai standar baku mutu buah tentunya
akan menjadi tolak ukur dalam perancangan Industri Pengolahan Kelapa Sawit.
Sehingga Industri Pengolahan Kelapa Sawit merupakan salah satu industri
strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian (Agro Based Industri) yang
banyak berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand.
20
21
Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
21
22
22
BAB II
PROFIL UMUM
PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) adalah perkebunan milik swasta yang
berorientasi di bidang usaha jasa perindustrian dan perdagangan. Pabrik kelapa
sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa ini mulai berdiri pada 25 Oktober 2017 dengan
penanggungjawabnya adalah dr. Wendi sebagai direktur.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) terdapat di
daerah yang strategis, pabrik ini terletak di daerag kawasan Aceh Utara. Pabrik ini
terletak di desa Gampong Guha Uleue, Kecamatan Kuta Makmur.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
diresmikan oleh Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaibdiwakili dan Staf Ahli
bidang Pemerintahan, Drs. T. Safwansyah pada tanggal 18 Februari 2019. Adapun
bentuk logo PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) dapat dilihat pada Gambar 2.1.
23
24
Gambar 2 - 2 Lokasi Pabrik Kelapa Sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi PT. Ika Bina Agro Wisesa
Visi :
Misi :
Struktur organisasi perusahaan yang ada di pabrik kelapa sawit PT. Ika
Bina Agro Wisesa (IBAS) terdiri dari:
Struktur Organisasi Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit PT. Ika Bina Agro
Wisesa
URAIAN PROSES
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pada PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS) adalah berupa Tandan Buah Segar yang diperoleh dari pembelian Tandan
Buah Segar, adapun pembelian Tandan Buah Segar yang dimaksud adalah buah
kelapa sawit yang dibeli dari masyarakat atau lahan perkebunan sawit swasta
lainnya. TBS adalah Tandah Buah normal kelapa sawit (Classic Geuneansis Feaz)
yang diterima di PKS maksimum 24 jam setelah dipotong atau didodos dengan
batasan waktu selambat-lambatnya diterima di pabrik PKS maksimum 30 jam,
agar free fatty acid (FFA) yang mengakibatkan rendahnya rendemen tidak terlalu
tinggi. Produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit PT. Ika Bina Agro
Wisesa (IBAS) adalah Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti
(kernel) kelapa sawit. Selain itu, cangkang (shell), tandan kosong dan serabut
(fibre) yang merupakan produk sampingan yang masih digunakan.
31
32
3.2.1.1 Timbangan
Cara penimbangan :
1. Buah Tenera
Buah tenera jenis buah yang memiliki daging yang tebal, cangkang,
dan biji yang tipis. Dan memiliki kandungan minyak 30% lebih
banyak dibanding dura.
38
2. Buah dura
Buah dura jenis buah yang memiliki daging buah yang
tipis,cangkang dan biji yang tebal, sehingga kandungan minyak yang
diperoleh lebih sedikit dari pada jenis buah tenera.
3. Ada 3 Kondisi buah :
Buah yang busuk
Buah yang mangkal
Buah sesuai standart
Komposisi Panen
Fraksi Derajat Buah Luar Membrondol
Ideal
4&5 Lewat matang 75% - 100% dan buah dalam Max. 12%
1. Unripe
2. Underipe
3. Ripe Bunches
4. Over-ripe Bunches
5. Empty bunches
6. Long Stalk
7. Loose Fruits
1. Matang
2. BJR > 3 Kg
3. Tangkai pendek maksimal 2 cm dari tandan.
4. Jumlah brondolan (+/-) 10 % dari total Netto Muatan.
5. Buah mengkal diterima, namun didenda sortasi.
6. Untuk buah basah didenda sortasi 1 %.
7. Denda wajib 3 % setiap truck TBS.
1. Jangkos
2. Buah mentah.
3. BJR < 3Kg.
4. Parthenocarpyc.
5. Tangkai Panjang.
6. Tandan jika brondolan dalam tanda tersebut < 10% dipulangkan.
Gambar 3 - 2 Lantai Loading Ramp PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Sterilizer ada 3 unit, tiap unit berkapasitas 20 ton dengan suhu perebusan 190-
200°C.
1. Inlet Valve
Fungsi dari inlet valve adalah untuk memasukkan steam dari BPV
kedalam rebusan pada saat proses perebusan berlangsung. Untuk
Sterilizer No. 1, 2, 3 ada buah dan digerakkan secara otomatis. Valve
otomatis digerakkan dengan menggunakan udara dari kompresor
(system phenumatic).
2. Exhaust valve
45
Sumber: Stasiun Perebusan PKS PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Keterangan :
Gambar 3 - 6 Stasiun penebah (threses) PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Buah pada scapper fruit conveyer akan jatuh kedalam drum berputar
yang berbentuk sillinder, drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut dan spike yang
memanjang sepanjang drum. Dengan bantuan sudut-sudut dan spike ini buah
terangkat dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya.
Prinsip kerjanya adalah dengan adanya gaya sentrifugal akibat putaran drum.
Tandan yang masuk akan terbanting pada dinding drum yang sedang berputar,
Kemudian jatuh karena adanya gravitasi. Putaran drum ini 22-25 rpm.
brondolan yang tidak lepas dari tandannya, hal ini disebabkan TBS terlalu
mentah sehingga tidak masak pada proses perebusan, terutama jika disusun
brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai kebagian
dalam tandan.
Gambar 3 - 7 Stasiun Scren Press (Pressing Station) PT. Ika Bina Agro
Wisesa (IBAS)
54
Tujuan pelumatan (digester) agar daging buah terlepas dari Nut dan
menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat
diperas pada proses pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam Digester yang
berbentuk silinder, disini terdapat 2 unit Digester, masing-masing berkapasitas
3,5 ton. Pada digester diberikan steam untuk melumatkan daging buah. Didalam
digester suhunya 85-90°C.
Didalam Digester dipasang pisau pengaduk (short arm dan long arm)
dan pisau pelempar (expeller arm) yang berputar dengan kecepatan 25-26 rpm
pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian besar daging buah terlepas dari
bijinya. Proses pelumatan digester terjadi selama 15-20 menit. Pada pengadukkan
dilakukan pemanasan untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan
air panas bersuhu sekitar 90-95 ˚C.
55
Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari
pori- pori Silinder Press, melalui Oil Gutter akan menuju ke sand trap tank
untuk awal pengendapan crude oil. Minyak kasar (Crude Oil) yang turun melalui
56
Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari Nut, fibre dan ampas), yang
akan dipecah-pecah untuk memudahkan pemisahan pada depericarper dengan
menggunakan Cake Breaker Conveyer (CBC). Pada pengempaan (pressing) nut
yang dihasilkan 12%, fiber 12-15%, dan sludge 10-16%. Untuk mendapatkan
hasil pengepresan yang baik maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Gambar 3 - 9 Screw Press pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Lalu minyak pada posisi bagian atas kemudian secara gravitasi turun ke
ayakan getar (Vibrating Sreen) sedangkan kotoran dan lumpur berada pada posisi
bagian bawah bejana dispui ke paret setiap satu jam sekali dan mengalir ke
sludge fit.
58
Gambar 3 - 10 Sand Trap Tank pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Gambar 3 - 11 Vibrating Screen (Ayakan Getar) pada PT. Ika Bina Agro
Wisesa (IBAS)
a. Pembentukan emulsi
Pemberian uap langsung pada minyak (ujung pipa berada didasar
tanki) dapat menyebabkan, terbentuknya kembali emulsi minyak
yang sangat sulit dipisahkan dalam alat pemisah selanjutnya.
b. Peningkatan viskositas cairan
Pemberian uap langsung terjadi goncangan-goncangan dan
menyebabkan partikel halus kembali melayang-melayang dalam
cairan minyak meningkatkan viskositas cairan sehingga pemisahan
fraksi minyak dan non minyak semakin sulit.
60
c. Pengeluaran kabut
Penggunaan uap langsung yang terbuka akan mengeluarkan uap
yang berbentuk kabut sehingga dapat mempengaruhi ketenangan
kerja operator, dan dirasakan pengaruhnya pada unit pengolah
yang berada disebelah atas alat tersebut.
Minyak yang keluar dari Vibrating Screen dialirkan ke Crude Oil Tank
untuk ditampung sementara sebelum dipompakan ke stasiun pemurnian. Pada
Crude Oil Tank ini minyak dipanaskan dengan live steam (steam injeksi) dan
suhu 90˚-950˚C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Setting
Tank). Minyak yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu
belum dimiliki spesifikasi kadar air (moist) dan kadar kotoran yang ditentukan.
Minyak sawit mentah harus melalui pemurnian dan pengeringan.
Gambar 3 - 12 Tangki Penampung (Crude Oil Tank) pada PT. Ika Bina
Agro Wisesa (IBAS)
61
Suhu pada CST 90-95°C, suhu harus dijaga agar tidak terjadi dobi
(perubahan warna pada minyak), Ketebalan minyak pada tangki CST yaitu 30-60
cm. Pada CST crude oil dan sludge dipisahkan menggunakan agikator. Agikator
bekerja searah jarum jam dan memiliki propeller dengan putaran 1-5 rpm.
Gambar 3 - 15 Oil Tank pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Vacuum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air yang ada pada
minyak. Air pada Vacuum Dryer disedot oleh Vacuum pump dan dialirkan ke
65
water tank lalu dipompakan ke Hot Will tank dan kemudian akan dibagikan ke
Stasiun Pengempaan (Pressing), sludge centrifuge dan kembali ke water tank.
Sirkulasi ini terjadi untuk menghindari air terlalu penuh pada Hot Will
Tank. Pada Vacuum Dryer terdapat ruangan hampa dan memiliki 16 Nozzel
dengan ukuran 4 mm. Nozzle berfungsi sebagai pemecah/penyembur minyak dan
memisahkannya dengan uap air. Tekanan pada Vacuum Dryer 0,8-1 bar.
Gambar 3 - 16 Vacum Dryer pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
66
Gambar 3 - 17 Sludge Tank pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
terdapat kandungan minyak. Sedangkan sludge yang lolos yaitu sludge tanpa
kotoran masuk ke sand cyclone tank.
Gambar 3 - 18 Buffer Tank pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Gambar 3 - 19 Sludge Centrifuge pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
69
Gambar 3 - 20 Sludge Fit pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
3.2.5.10 Fat-Fit
Gambar 3 - 21 Fat Fit pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
3.2.5.11 Drag Tank
Gambar 3 - 22 Drag Tank pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
Pada saat dragtank penuh dan mencapai batas akan tumpah melalui celah
ditengah drag tank dan akan mengalir ke recylemed.
71
Ampas kempa dari Screw Press yang terdiri dari serat dan Nut dengan
kandungan air (moist) masih tinggi dan masih mengempal, oleh karena itu
gumpalan fibre ini perlu diuraikan dan di keringkan dengan alat pemecah
gumpalan ampas yang disebut Cake Breaker Conveyer (CBC).
3.2.6.2 Depericaper
bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat seperti Nut utuh, Nut pecah,
kernel utuh dan kernel pecah turun kebawah masuk ke Polishing Drum.
Jika Nut yang dihasilkan tidak benar-benar bersih dari fibre, akibatnya
adalah :
ـ Proses perebusan TBS yang baik dan efektif, memastikan TBS
yang direbus benar-benar masak.
ـ Proses pelumatan buah di digester baik dan efektif, memastikan
daging
buah terkelupas dari Nut.
ـ Proses pengepresan baik dan efektif, hasil press cake harus kering.
74
Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan dan bantingan Nut ke dinding
bagian dalam Nut Polishing Drum yang mengakibatkan sisa-sisa fibre terkikis,
kotoran-kotoran lain yang masih melekat pada Nut dapat terpisah dan terhisap
oleh Fibre Cyclone Fan.
lamanya Nut di poles. Semakin lama Nut dipoles dalam drum berputar maka
mutu Nut semakin baik yaitu semakin sedikit fibre yang terdapat dalam Nut.
Semua fibre yang ada pada Nut harus hilang, karena fibre yang masih
melekat pada nut dapat menggangu jalannya proses pemecahan Nut oleh Ripple
Mill.
Gambar 3 - 26 Nut Polishing Drum PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
3.2.6.4 Destoner
Nut yang masuk ke Nut Auger Conveyer akan dihisap dengan Nut
Destoner Fan untuk dibawa menuju Destoner. Pada Destoner terdapat payung
yang berfungsi sebagai pemisah antara material ringan dan material berat. Dimana
material ringan seperti fibre yang tersisa di Nut dan Nut kecil akan terhisap oleh
udara dari Nut Destoner Fan lalu dijatuhkan ke dalam Cyclone.
76
Nut silo berfungsi sebagai penampungan sementara Nut yang telah bersih
dari fibre yang mempunyai 2 sekat sesuai jumlah Ripple Mill. Nut tersebut
ditampung dan diperam dalam Nut Silo. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar air (moist) sehingga lebih mudah dipecah dan Nut lekang dari cangkangnya
yang dapat mempermudah proses pemecahan Nut dalam Ripple Mill.
Nut yang telah diperam akan keluar secara teratur sedikit demi sedikit ke
Ripple Mill (pemecah Nut) yang diatur oleh Sleding yang terletak pada dasar Nut
Silo.
77
Nut dari Nut Silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga
Nut terpisah dari cangkang. Mekanisme pemecahan pada Ripple Mill adalah
Nut masuk melalui bagian atas bar rotor dan akan mengalami gaya sentrifugal
dimana Nut akan terlempar keluar dari bar rotor dan terbanting dengan sangat
kuat yang menyebabkan Nut pecah lalu mengeluarkan shell, inti (kernel) dan
sedikit Nut yang masih utuh. Kecepatan putaran bar rotor 1450 rpm. Disini
terdapat 2 unit Ripple Mill dengan kapasitas setiap unit 6 ton/jam.
Pada LTDS (light tenera dry separating) cara pemisahan cangkang dari
inti dilakukan dengan cara kering dan memanfaatkan perbedaan massa berat
material dengan cara dihisap oleh udara. Fraksi ringan umumnya mudah lebih
78
mudah dihisap udara dibandingkan dengan fraksi berat. Disamping massa dari
material tersebut, bentuk juga mempengaruhi hisapan. Material yang berbentuk
lempengan dan kecil lebih mudah terhisap dan dapat dipisahkan.
Pada LTDS (light tenera dry separating) terdapat dua tahapan pemisahan
dengan menggunakan LTDS I dan LTDS II.
3.2.6.8 Claybath
Umpan yang masuk ke Claybath adalah material yang berasal dari LTDS
II. Claybath di desain untuk memisahkan antara inti (kernel) dan cangkang (shell)
dengan menggunakan campuran kalsium karbonat (CaCO₃) dan air untuk proses
pemisahannya. Kalsium karbonat (CaCO₃) yang digunakan adalah berbentuk
tepung. Pada awal proses tepung kalsium karbonat (CaCO₃) yang digunakan
80
adalah 10 sak. Apabila proses sudah berjalan tepung kalsium karbonat (CaCO₃)
yang digunakan adalah 1 sak/jam dan air 500L/jam.
Claybath terdiri dari :
ـ Kolam atas, berfungsi sebagai tempat pemisahan antara inti (kernel)
dan cangkang (shell) dengan menggunakan larutan CaCO₃.
ـ Kolam bawah, berfungsi sebagai tempat pencampuran tepung
kalsium karbonat (CaCO₃) dan air.
ـ Pompa Sirkulasi, berfungsi untuk mengalirkan larutan CaCO₃ yang
telah dicampur di kolam bawah menuju ke kolam atas.
ـ Pipa spray air, berfungsi mengeluarkan air bersih dari Water
Treatment Plant (WTP) ke dalam kolam.
ـ Stirer, berfungsi untuk mengaduk tepung kalsium karbonat (CaCO₃)
agar tidak terpisah dengan air/homogen. Kecepatan putaran stirrer
53 rpm.
ـ Sebelum inti (kernel) dan cangkang (shell) masuk pastikan tepung
kalsium karbonat (CaCO₃) telah larut di dalam kolam bawah dan
pastikan pompa sirkulasi hidup.
ـ Kemudian alirkan inti (kernel) dan cangkang (shell) masuk ke dalam
kolam atas. Inti (kernel) dan cangkang (shell) terpisahkan
berdasarkan perbedaan berat jenisnya dengan menggunakan media
pencampuran tepung kalsium karbonat (CaCO₃) dan air pada kolam
bawah lalu campuran larutan CaCO₃ dipompakan secara sirkulasi
ke kolam atas.
ـ Density larutan CaCO₃ dalam claybath 1,13 g/ml sehingga inti
(kernel) dengan density 1,06-1,09 g/ml akan mengapung di
permukaan claybath dan keluar melalui sebuah pipa pengeluaran di
bagian kolam atas menuju vibrating wesh sedangkan cangkang
(shell) dengan density 1,25-1,45 g/ml akan tenggelam dan keluar
melalui pipa leher angsa bagian bawah kolam atas menuju vibrating
wesh.
81
ـ Berat jenis claybath perlum di control setiap sat, karena berat jenis
larutan tersebut dapat berubah-ubah akibat penambahan zat
tersuspensi yang berasal dari debu dan pemecahan biji, sehingga
berat jenis larutan menjadi tidak sesuai lagi. Berat jenis Claybath
yang baik adalah dimana dimana inti (kernel) dapat mengapung di
permukaan kolam atas claybath sedangkan cangkang (shell) akan
bergerak turun ke dasar kolam.
ـ Umpan sebaiknya jangan terlalu besar agar air claybath tidak cepat
jenuh dan pipa leher angsa tidak sumbat sehingga pemakaian tepung
kalsium karbonat (CaCO₃) bias effisien.
ـ Inti (kernel) dan cangkang (shell) jangan sampai ke kolam bawah
untuk menghindari terjadinya penyumbatan di pompa sehingga dapat
membuat trip, bearing pecah dan stirrer pecah.
ـ Vibrating wesh dalam keadaan bersih dari cangkang (shell) sangat
halus yang menyumbat kawat mesh.ini dapat membuat air claybath
terikut ke kernel produksi.
ـ Standar losses Inti (kernel) yang terikut di cangkang (shell)
maksimal ≤ 1,50. Jika lebih lakukan penambahan tepung kalsium
karbonat (CaCO₃) atau dikuras ganti yang baru.
Inti (kernel) yang berasal dari pemisahan ini melalui Wet Kernel
Conveyer di hantar ke Wet Kernel Elevator untuk didistribusikan kedalam dua
unit kernel silo, untuk di lakukan proses pengeringan. Wet Kernel Conveyer
merupakan conveyer Inti (kernel) dengan tipe ulir yang berfungsi untuk
82
menghantar Inti (kernel) dari LTDS I, LTDS II dan claybath menuju Wet Kernel
Elevator. Wet Kernel Elevator adalah timba Inti (kernel) yang berfungsi untuk
menghantar/mengangkat Inti (kernel) dari Wet Kernel Conveyer menuju kernel
silo.
seluruh dinding silo sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi dengan
baik.
Pemanasan pada kernel silo dibagi dalam tiga tingkatan suhu (udara
panas) yang berbeda, yaitu :
ـ Bagian bawah, pemberian steam coil melalui bagian bawah secara
otomatis memiliki suhu yang paling maksimal yaitu 80-900C.
ـ Bagian tengah, perkiraan suhu berkurang 10°C dari suhu maksimal
bagian bawah.
ـ Bagian atas, perkiraan suhu berkurang 10°C dari suhu maksimal
bagian tengah.
Inti (kernel) yang telah dikeringkan dalam kernel silo akan dijatuhkan ke
dalam kernel distribution conveyor dengan membuka sleding pada bagian bawah
kernel silo. Inti (kernel) yang jatuh merupakan inti (kernel) yang dekat dengan
heater. Kernel distribution conveyor adalah konveyer yang berfungsi untuk
menghantar inti (kernel) yang telah dikeringkan menuju ke Bank kernel
Penimbunan. Inti (kernel) yang kurang masak tidak boleh dikirim ke Bank Kernel
penimbunan karena hal ini dapat mempengaruhi penjualan Inti (kernel) produksi.
84
3.2.6.11 Cyclone
3.3 Utilitas
Pengolahan air baku menjadi air seperti tersebut diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Untuk umpan boiler, air yang digunakan barasal dari Water Tower II
yang dipompakan ke tangki Softener. Softener berfungsi menghilangkan mineral
hardness (Ca dan Mg) dan dapat mengurangi pemakaian bahan kimia pada air
umpan boiler. Ion hardness dapat menyebabkan berbagai efek yang tidak
diinginkan termasuk mengganggu dan menimbulkan kerak putih pada pipa air
header boiler. Metode pada tangki softener mengandalkan penghilangan Ca dan
Mg dari air dengan menyerap ion ini. Proses yang dilakukan yaitu mengikat ion
89
1. pH = 6,5-7,5
4. Besi = ≤ 2 ppmFe
Air yang berasal dari Tangki softener dikumpulkan dalam Feed Tank.
Feed Tank (tangki air) berfungsi untuk sebagai tempat penampungan air umpan
boiler yang sudah dihilangkan hardness pada softener. Feed Tank juga berfungsi
90
untuk melakukan pemanasan air pada air umpan sehingga tercapai temperatur 70-
80°C. Fungsi pemanasan pada feed tank untuk meningkatkan temperatur air yang
akan masuk ke drum atas (upper drum). Jika air dalam drum atas (upper drum)
tinggi maka akan diperlukan kalor yang lebih sedikit untuk merubah air menjadi
uap sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Kebutuhan kalor yang sedikit tentu
akan berdampak dengan berkurangnya penggunaan bahan bakar. Air feed tank
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1 pH Unit 6,5-7,5
2 TDS Ppm < 80
3 Silica Ppm SiO2 < 5 (DeminPlant)
4 Besi Ppm FE ≤2
5 T. Hardness Ppm CaCO3 ≤ 1 (trace)
6 M-alkalinity Ppm CaCO3 ≤ 80
7 Suhu ºC 80-98
Air umpan yang pada feed tank dipompakan dengan Dearator Pump
menuju dearator
3.3.1.8 Deaerator
Deaerator adalah alat yang bekerja untuk membuang gas oksigen dan
gas- gas terlarut yang terkandung dalam air umpan boiler. Pada air umpan boiler
tidak boleh ada oksigen karena dapat menyebabkan korosi pada pipa boiler.
ـ Tekanan yang masuk ke deaerator harus dijaga pada ± 5 Psi – 8 Psi.
ـ Temperatur air dalam deaerator harus dijaga 900˚C.
ـ Level air di dalam deaerator harus dijaga sedikit di atas
setengah tinggi tangki, ruang kosong di atas level air diperlukan
untuk melepaskan oksigen.
Pembangkit tenaga pada pabrik kelapa sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS) berasal dari PT. PLN (Persero). Sedangkan Boiler hanya berfungsi
menghasilkan steam untuk Sterilizing station, Pressing station, Clarificasition
station, Kernel station dan Water treatment station.
3.3.2.1 Boiler
Boiler adalah alat penukar panas yang dirancamng untuk merubah air
menjadi uap dengan menggunakan sumber panas. Sumber panas yang dimaksud
berupa gas hasil pembakaran. Air merupakan media utama yang diolah dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran
dialirkan ke pipa air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki
temperatur tinggi). Steam dengan tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke proses selanjutnya yang membutuhkan steam di pabrik. Jika
air didihkan sampai menjadi steam, maka volumenya akan meningkat sekitar 1600
kali.
Pada PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) boiler yang digunakan adalah
boiler pipa air (Water Tube Boiler) dimana gas panas berada diluar pipa
(diruang dapur(furnace)) memanaskan pipa yang berisi air.
94
Cara kerjanya :
Pada Boiler pipa air proses pengapian terjadi di luar pipa, energi panas
panas yang dihasilkan ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) untuk
memanaskan pipa yang berisi air, yang sebelumnya air tersebut telah
dipanaskan terlebih dahulu oleh feed tank dan dearator, kemudian steam yang
dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan dalam drum atas (upper drum), sampai
tekanan dan temperatur sesuai kemudain steam dilepaskan ke pipa utama
distribusi untuk disalurkan ke Back Presure Vessel (BPV).
Didalam pipa pembangkit uap (generating tube) air yang mengalir harus
dikondisikan terhadap mineral atau kandungan lainya yang larut pada air tersebut.
Hal ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan terhadap tipe ini.
Ketahanan boiler tergantung pada mutu air umpan dan mutu air boiler. Sehingga
air boiler harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pengambilan sampel air boiler minimal setelah 2-4 jam boiler beroperasi.
Air tersebut dianalisa pada Laboratorium untuk mengetahui air tersebut
terkontaminasi/tidak dan menjaga batas kontrol air boiler. Jika air tersebut
terkontaminasi hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Korosi
- Oksigen Terlarut
- Alkalinity ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
- Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
- Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
2. Kerak
b. Drum bawah
Air pada drum atas masuk ke drum bawah melalui pipa
pembangkit uap (generating tube). Drum bawah berfungsi
untuk menerima air dari drum atas (Upper drum) yang
didistribusikan melalui pipa downcomer. Pipa downcomer
pada drum bawah Berfungsi untuk mengalirkan umpan air
boiler ke header air umpan yang ada di samping, kiri, kanan
boiler dan dinding depan boiler.
Dalam drum bawah terjadi proses sirkulasi air yang mengalir
dari drum bawah ke header secara terus menerus selama boiler
beroperasi. Pada drum bawah terdapat tempat pemanasan air
yang didalamnya dipasang plat-plat pengumpul endapan
100
Densitas steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam terpisah jauh
satu dangan yang lain. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas permukaan air
menjadi terisi dengan molekul steam yang padat. Uap (steam) yang telah
terbentuk pada pipa pembangkit uap (generating tube) akan masuk ke Steam
Header sedangkan steam yang kembali mencair akan jatuh kebawah. Steam
header berfungsi sebagai penampung uap (steam) dari pipa pembangkit uap
(generating tube) dan selanjutnya mendistribusikan ke drum atas (upper drum).
Uap (steam) dikurung dalam drum atas (upper drum) hingga tekanan mencapai 18
bar. Setelah tekanan yang diinginkan dihasilkan, maka uap (steam) ini dapat
dikirimkan ke Back Preassure Valve (BPV).
ـ Bahan bakar cangkang dan serabut cukup tersedia dan mudah
diperoleh dipabrik.
ـ Cangkang dan serabut merupakan limbah dari pabrik kelapa
sawit apabila tidak digunakan.
ـ Nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut memenuhi persyaratan
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Sisa pembakaran
bahan bakar dapat digunakan serbagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit.
ـ Harga lebih ekonomis.
1. Secara manual
2. Secara Otomatis
Suplai bahan bakar di mulai dari pengiriman bahan bakar yang berasal
dari cyclone dan fiber cyclone. Dimana Fibre dan shell dijatuhkan ke Fiber/shell
Conveyer dan menghantarnya ke fuel distributing conveyor untuk di distribusikan
ke pendulum. Bahan bakar terus masuk ke dalam boiler hingga tekanan mencapai
14 Bar. Fibre Shell Conveyor berfungsi untuk menampung fibre dan shell dari
cyclone dan fiber cyclone untuk kemudian didistribusikan menuju fuel
105
Ash pit (lubang abu), berfungsi untuk mengatur proses pembakaran, jalan
masuk untuk inspeksi/perawatan, pengeluaran abu yang berbentuk seperti
gumpalan dan keras dan menumpuk pada ruang dapur akan dikeluarkan dari pintu
ash pit.
Induced Draft Fan berfungsi sebagai penghisap abu sisa pembakaran dari
gas bekas dengan udara dari luar.
Proses perpindahan panas pada dapur (furnace) terjadi dengan tiga cara :
Dust collector berfungsi untuk menangkap abu yang terbawa gas panas
agar tidak langsung terbuang ke udara. Dust collector terdiri dari susunan cone
107
yang berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada
aliran pembakaran pertama berdasarkan prinsip gaya sentrifugal di mana abu yang
lebih berat akan jatuh terbuang ke bawah lalu turun ke double damper dan gas
panas akan dibuang ke cerobong. Double damper merupakan tempat pembuangan
abu yang berbentuk kerucut.
Pada dust collector terdapat Air seal damper yang merupakan komponen
boiler yang terdiri dari dua buah damper yang berada dibagian atas dan bawah
yang berfungsi ganda membuka dan menutup secara bergantian untuk
mengeluarkan abu pada Dust collector dan mencegah udara luar untuk tidak
masuk akibat tarikan Induced Draft Fan (IDF). Tarikan Induced Draft Fan
minimal −¿20 dan maksimal −¿40. Apabila tarikan terlalu kuat maka
pembakaran tidak sempurna dan apabila terikan terlalu ringan maka api akan
menyembur. Keuntungan menggunakan dust collector adalah gas hasil
pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak
lain karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya
gesekan abu maupun pasir.
2. Chute
Abu yang lebih ringan daripada abu yang masuk ke dust collector lebih
dulu terjatuh ke dalam chute. Abu pada chute tidak langsung terbuang seperti
pada dust collector tetapi ditahan dulu. Apabila abu sudah penuh maka akan
dilakukan pembuangan dengan menarik sleding pada chute.
Gas sisa dari ruang pembakaran dihisap oleh blower Induced Draft Fan
(IDF) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap
108
(chimney). Tekanan panas gas 30 atm. Blower Induced Draft Fan (IDF) berfungsi
sebagi alat penghebus debu yang ada pada bagian luar pipa-pipa pembangkit uap
(generating tube) pada boiler. Pada chimney terdapat thermometer untuk
memonitor temperatur gas buang boiler pada cerobong asap.
Pada pabrik kelapa sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) memiliki 1
unit mesin diesel dan akan di operasikan apabila arus PT. PLN (Persero) terputus.
1. Check Valve berfungsi untuk mengatur aliran uap yang keluar menuju
BPV agar tidak terjadi aliran balik.
2. Pressure Gauge berfungsi untuk mengukur tekanan uap pada BPV.
a. Sterilizing station
b. Pressing station
c. Clarificasition station
d. Kernel plant station
e. Water treatment station
109
Limbah yang diolah pada PT Ika Bina Agro Wisesa yaitu jenis limbah
yaitu limbah cair. Limbah cair yang ada, terlebih dahulu dinetralkan sebelum
dibuang ke kolam limbah agar memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini
mengandung bahan organik yang dapat mengalami Deagradasi dengan
adanya bakteri pengurai. Limbah yang mengandung senyawa organik diolah
dalam kondisi Anaerobik dan Aerobik.
3.3.4 Laboratorium
Pada laboratorium kelapa sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS) ini
yang diperiksa adalah sebagai berikut:
a. Mutu air
b. Mutu buah
c. Kerugian (Losses) dalam proses pengolahan
d. Mutu produksi
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas.
Analisa yang digunakan untuk melihat mutu air adalah sebagai berikut:
a. pH
b. T.Hardness
c. Analisa TDS (total dissolved solid)
d. Kadar silica
e. Kadar besi
110
f. Kadar fosfat
g. Kadar sulfit
h. Alkalinity
Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti
sawit (kernel) akan dianalisa mutu, yaitu terhadap:
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Pada tugas Khusus ini penulis mengambil objek atau sampel yaitu losses
CPO yang terdapat pada Final Effluent hasil dari prose ekstraksi di laboratorium.
112
j. Isi ±150 ml hexane suling pada flask dan tempatkan thimble pada
ekstraktor.
k. Kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi, diekstrak selama ±4
jam pada skala regulator 8 di elektromantel dan pastikan bahwa air
pendingin mengalir selama ekstraksi berlangsung.
l. Setelah ekstraksi selesai, sisa hexane dalam flask diuapkan dengan
pemanasan berlanjut hingga secara visual tidak ada lagi uap hexane
yang keluar dari flask, lalu miringkan flask untuk mencegah minyak
ekstrak terbakar selama penguapan sisa hexane.
m. Minyak ekstrak dalam flask dikeringkan dalam oven konvensional
pada suhu 105˚C selama ±30 menit.
n. Timbang flask yang berisi minyak ekstrak sampai 0,0001 gr terdekat
atau sampai berat konstan.
Minyak kelapa sawit (CPO) adalah minyak nabati yang didapatkan dari
daging dan serabut buah (mesocarp) yang mengandung banyak minyak, umumnya
dari spesies Elaesis guineensis. Minyak sawit termasuk minyak yang memiliki
kadar lemak jenuh yang tinggi, terdiri atas asam lemak yang terseterifikasi dengan
gliserol. Ketika pemrosesan, sebagian minyak sawit mengalami oksidasi dan
menyebabkan berbagai risiko kesehatan yang diakibatkan oleh konsumsi minyak
sawit terproses.
Hampir semua bagian dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Minyak inti
digunakan sebagai bahan baku margarin, minyak alkohol, industri kosmetik,
sabun, lilin, dan minyak goreng.
lunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing
pada mesin silider berlubang, kemudian minyak dan minyak dari inti yang
dihasilkan diproses kembali secara terpisah.
Proses pengendalian limbah cair pabrik kelapa sawit adalah proses perombakan
secara anaerobik yang berlangsung tanpa membutuhkan oksigen, untuk
mendapatkan senyawa-senyawa limbah menjadi energi dan nutrisi yang sesuai
untuk kebutuhan land application.
116
FINAL
EFFLUENTT
Kolam Anaerobic
LAND
APPLICATION
BAB V
Tabel 5 - 1 Data Hasil Analisa Losses Oil pada Final Effluent (PT. Ika Bina
Agro Wisesa (IBAS), 2021)
5.2 Pembahasan
Losses (kehilangan) CPO merupakan kandungan minyak yang masih
tersisa, yang terdapat pada Empty Bunch, Centrifuge, Press Cake, Final Effluent
dan lain-lain. Suatu produksi minyak kelapa sawit dapat dikatakan memiliki
efisiensi tinggi jika presentase kehilangan minyak (Oil Losses) rendah. Walaupun
demikian, presentase oil losses ini masih belum bisa ditiadakan karena sangat sulit
untuk mencegah terjadinya kehilangan minyak tersebut.
Maka dari itu kehilangan minyak dapat diketahui dengan analisa dan juga
meneliti seberapa banyak kehilangan minyak (losses) dengan menggunakan
metode ekstraksi dan bahan pelarutnya n-heksana yang dilakukan di laboratorium
pabrik kelapa sawit PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS). Analisa dilakukan untuk
mengantisipasi agar kelebihan minyak tidak melebihi parameter yang telah
ditetapkan di pabrik.
Standar losses minyak pada Final Effluent di PT. Ika Bina Agro Wisesa
(IBAS) berkisar antara 0,70%-1,59% didapatkan berdasarkan analisa yang
dilakukan mulai tanggal 20 April 2021-4 Mei 2021, dilihat bahwa kehilangan
CPO melewati batas standar yang telah ditentukan oleh pabrik yaitu <1%.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa selama Magang Industri di
PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS), dapat disimpulan beberapa hal, yaitu:
1. Presentase losses standard yang ditetapkan oleh PT. Ika Bina Agro
Wisesa (IBAS) yaitu maksimum 1%.
2. Terdapat kerugian minyak karena losses oil melebih standard yang
sudah ditetapkan.
3. Faktor yang mempengaruhi losses melebih standard yaitu
disebabkan oleh kandungan minyak yang dibuang ke Final Effluent
masih belum mencapai batas minimal.
4. Produk yang dihasilkan oleh PT. Ika Bina Agro Wisesa (IBAS)
adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).
6.2 Saran
1. Untuk menghindari losses oil yang melebihi standard, sebaiknya
harus lebih menjaga proses recycling minyak agar minyak yang
dibuat ke Final Effluent dibawah 17%
2. Dalam master plan final effluent, perlu diperhatikan level kolam,
umpan, dan kondisi nutrisi, serta dilakukan analisa di Laboratorium
atau lembaga pemerintah yang resmi setiap bulan sekali pada kolam
aerobik / fish pond selama proses sedimentasi berlangsung.
120
DAFTAR PUSTAKA
press, Jakarta.
30 April 2021 99.3661 87.869 11.496 88.368 0.4987 95.66 95.674 95.513 0.1618 1.41 32.44 4.34 2.93 48.03
123
9 2 6 8 0
LAMPIRAN A
Tabel A - 1 Data Perhitungan Analisa Losses Oil pada Final Effluent
Perhitungan :
[(97.6220−87.8971)×100 ]
¿
97.6220−87.4622
9.7249× 100
¿ =95.72
10.1598
[(92.5341−92.4263)× 100]
¿
0.4349
¿ 24.79
3. Oil Losses/%WM
[24.79×(100−95.72)]
¿
100
¿ 1.06
4. NOS (%)
¿ 100−95.72−1.06
¿ 3.22
[(92.5341−92.4263)×100]
¿
0.4349−(92.5341−92.4263)
10.78
¿ =32.96
0.3271
127
LAMPIRAN B
LINE UP PABRIK
LAMPIRAN C
149