Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN WAHAM

Oleh:
PUTU MEGA KRISNAYANTI
NIM.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN WAHAM

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Proses Pikir : Waham
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
2. Tanda dan Gejala Waham
Tanda dan gejala waham menurut Yusuf, Fitryasari, & Nihayati (2015) dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3. Sulit berpikir realita.
4. Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan sosial
1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresif
4. Ragu-ragu.
5. Mengancam secara verbal.
6. Aktivitas tidak tepat.
7. Streotif.
8. Curiga
d. Fisik
1. Kebersihan kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
II. Proses Terjadinya Masalah (dalam bentuk narasi)
1. Penyebab
Menurut Muhith (2015), faktor presipitasi dari perubahan isi pikir: waham
kebesaran, yaitu:
a. Biologis. Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stres lingkungan. Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Pemicu gejala. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
2. Jenis-Jenis
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015) jenis-jenis waham sebagai berikut
a. Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,
“Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
b. Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam
makanan saya”.
c. Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang
kepada semua orang.”
d. Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular
ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh”.
3. Fase Waham
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015) proses waham sebagai berikut
a) Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need). Waham diawali
dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Hal itu terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang
cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
b) Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem). Kesenjangan antara ideal
diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak
berharga.
c) Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external).
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
d) Fase dukungan lingkungan (environment support). Dukungan lingkungan
sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya
menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
e) Fase nyaman (comforting). Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial.
f) Fase peningkatan (improving). Apabila tidak adanya konfrontasi dan
berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat.
Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau
berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
4. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muhith (2015) pengobatan harus secepat mungkin disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
1. Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita
schizoftenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam
dua tahun penyakit.
2. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi Elektro Konvulsi (TEK). Cara kerja elektro konvulsi belum
diketahui dengan jelas, dapat di katakan bahwa terapi konvulsi dapat
memperpendek serangan schizoftenia dan mempermudah kontak dengan
klien.
III. Rentang Respon
Menurut Muhith (2015) waham merupakan salah satu respon persepsi paling
maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut dapat
digambarkan :
Rentang respon tersebut dapat digambarkan :

Respom Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan Proses

- Persepsi akurat - Ilusi dan - Gangguan proses pikir/


- Emosi Konsisten Bereaksi emosi delusi/waham/halusinasi
dengan pengalaman berlebihan atau
- Sulit berespon emosi
perilaku sesuai kurang
- Perilaku aneh - Perilaku disorganisasi.

Berhubungan Sosial Menarik Diri Isolasi Sosial


IV. A. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata, klien sangat
percaya pada keyakinannya, sulit berpikir realita, tidak mampu mengambil
keputusan
2. Afektif. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan, afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial. hipersensitif, hubungan interpersonal dengan
orang lain dangkal, depresif, ragu-ragu, mengancam secara verbal, aktivitas
tidak tepat, streotif, impulsif, curiga
4. Fisik. Kebersihan kurang, muka pucat, sering menguap, berat badan menurun,
nafsu makan berkurang dan sulit tidur
B. Pohon Masalah

Akibat :
Risiko perilaku kekerasan

Core Problem :
Gangguan proses pikir : waham Defisit perawatan diri : mandi,
berpakaian, dan eliminasi

Etiologi :
Koping individu tidak efektif
C. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persesi: Halusinasi
V. Rencana Tindakan Keperawatan
(terlampir)
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
keperawat Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
an Keperawatan
Gangguan TUM: Klien 1.1.Klien: 1.1 Bina hubungan Terjanlinny
proses pikir dapat  Mau saling percaya a hubungan
: waham mengontrol menerima dengan klien: yang baik
wahamnya kehadiran  Beri salam, dan nyaman
perawat di perkenalkan antara
TUK: 1. Klien sampingnya. diri, tanyakan perawat dan
dapat  Mengatakan nama serta pasien,
membina mau nama sehingga
hubungan menerima panggilan proses
saling percaya bantuan yang disukai. keperawata
dengan perawat  Jelaskan n dapat
perawat  Tidak tujuan berjalan
menunjukka interaksi dengan
n tanda-  Yakinkan baik.
tanda curiga klien dalam
 Mengijinkan keadaan
perawat aman dan
duduk perawat siap
didekatnya menolong
dan
mendampingi
nya
 Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan
tetap terjaga
 Tunjukkan
sikap terbuka
dan jujur
 Perhatikan
kebutuhan
dasar dan beri
bantuan
untuk
memenuhiny
a
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2. Bantu klien untuk Mengetahui
mengidentifik menceritakan ide- mengungkapkan dengan
asi perasaan ide dan perasaan perasaan dan jelas
yang muncul yang muncul secara pikirannya. masalah
secara berulang dalam  Diskusikan dan
berulang pikirannya. dengan klien perasaan
dalam pikiran pengalaman yang
klien. yang dialami dialami
selama ini klien
termasuk sehingga
hubungan dapat
dengan orang dilanjutkan
yang berarti, dengan
lingkungan intervensi
kerja, sekolah, yang tepat
dsb.
 Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati
tanpa
mendukung /
menentang
pernyataan
wahamnya.
 Katakan
perawat dapat
memahami apa
yang diceritakan
klien.
SP 1 Memudahk
3. Klien dapat 3.1 Klien : 3. Bantu klien untuk an perawat
mengidentifik  Dapat mengidentifika dalam
asi stressor / menyebutka si kebutuhan menangani
pencetus n kejadian- yang tidak masalah
wahamnya. kejadian terpenuhi serta pasien yang
(triggers sesuai kejadian yang disebabkan
factor) dengan menjadi factor oleh
urutan pencetus pencetus
waktu serta wahamnya. wahamnya
harapan /  Diskusikan
kebutuhan dengan
dasar yang klien
tidak tentang
terpenuhi kejadian-
seperti : kejadian
Harga diri, traumatik
rasa aman yang
dsb. menimbulka
 Dapat n rasa takut,
ansietas
menyebutka maupun
n hubungan perasaan
antara tidak
kejadian dihargai.
traumatis /  Diskusikan
kebutuhan kebutuhan/h
tidak arapan yang
terpenuhi belum
dengan terpenuhi.
wahamnya
 Diskusikan
dengan
klien cara-
cara
mengatasi
kebutuhan
yang tidak
terpenuhi
dan kejadian
yang
traumatis.
 Diskusikan
dengan
klien apakah
ada
halusinasi
yang
meningkatk
an pikiran /
perasaan
yang terkait
wahamnya.

SP 2 Klien
mampu
4. Klien dapat 4. Bantu klien mengenali
mengidentifik 4. Klien mampu mengidentifikasi keadaan
asi wahamnya menyebutkan keyakinannya saat ia
perbedaan yang salah waham dan
pengalaman nyata tentang situasi menyatakan
dengan pengalaman yang nyata (bila respon saat
wahamnya. klien sudah siap) waham
 Diskusikan
dengan
klien
pengalaman
wahamnya
tanpa
berargumen
tasi
 Katakan
kepada
klien akan
keraguan
perawat
terhadap
pernyataan
klien
 Diskusikan
dengan
klien respon
perasaan
terhadap
wahamnya
 Diskusikan
frekuensi,
intensitas
dan durasi
terjadinya
waham
 Bantu klien
membedaka
n situasi
nyata
dengan
situasi yang
dipersepsik
an salah
oleh klien

SP 3 Pasien
5.1. Diskusikan dapat
5. Klien dapat 5. Klien dapat
dengan klien memahami
mengidentifik menjelaskan
pengalaman- kerugian
asi gangguan fungsi
pengalaman yang akibat
konsekuensi hidup sehari-hari
tidak wahamnya
dari yang diakibatkan
menguntungkan sehingga
wahamnya ide-ide / fikirannya
sebagai akibat dari diharapkan
yang tidak sesuai
wahamnya seperti : dapat
dengan kenyataan
 Hambatan mengontrol
seperti:
dalam kambuhnya
 Hubungan
berinteraksi waham
dengan
dengan
keluarga
keluarga
 Hubungan
 Hambatan
dengan
orang lain dalam
 Aktivitas berinteraksi
sehari-hari dengan
 Pekerjaan orang lain
 Sekolah  Hambatan
 Prestasi, dalam
dsb. melakukan
aktivitas
sehari-hari
 Perubahan
dalam
prestasi
kerja /
sekolah

5.2. Ajak klien


melihat bahwa
waham tersebut
adalah masalah yang
membutuhkan
bantuan dari orang
lain

5.3. Diskusikan
dengan klien
orang/tempat ia
minta bantuan
apabila wahamnya
timbul / sulit
dikendalikan.

6. Klien dapat 6. Klien dapat SP 4 Pengalihan


melakukan melakukan aktivitas pada objek
teknik yang konstruktif 6.1.Diskusikan lain akan
distraksi sesuai dengan hobi / aktivitas yang mencegah
sebagai cara minatnya yang disukainya. wahamnya
menghentikan dapat mengalihkan
pikiran yang fokus klien dari 6.2.Anjurkan klien
terpusat pada wahamnya. memilih dan
wahamnya melakukan aktivitas
yang membutuhkan
perhatian dan
ketrampilan fisik

6.3.Ikut sertakan
klien dalam aktivitas
fisik yang
membutuhkan
perhatian sebagai
pengisi waktu luang.

6.4.Libatkan klien
dalam TAK
orientasi realita

6.5.Bicara dengan
klien topik-topik
yang nyata

6.6.Anjurkan klien
untuk bertanggung
jawab secara
personal dalam
SP 5 Obat-obatan
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat membantu
memanfaatkan menyebutkan: 7.1. Diskusikan dalam
obat dengan  Manfaat dengan klien tentang pengontrola
baik. minum obat manfaat dan n kelainan
 Kerugian kerugian tidak saraf yang
tidak minum obat, nama, menyebabk
minum obat warna, dosis, cara, an
 efek terapi dan efek wahamnya
Nama,warn samping penggunan
a,dosis, efek obat
terapi dan
efek 7.2. Pantau klien
samping saat penggunaan
obat obat. Beri pujian
jika klien
7.2.Klien menggunakan obat
mendemontrasikan dengan benar
penggunaan obat
dgn benar 7.3. Diskusikan
akibat berhenti
7.3.Klien minum obat tanpa
menyebutkan akibat konsultasi dengan
berhenti minum dokter
obat tanpa
konsultasi dokter 7.4. Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
SP keluarga Partisipasi
8.1 Keluarga dapat 8.1. Diskusikan keluarga
menjelaskan tentang
8. Klien pentingnya peran akan
mendapat serta keluarga menjadi
dukungan sebagai pendukung motivasi
keluarga. untuk mengatasi untuk
waham. pasien.

8.2.Diskusikan
potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
waham.

8.3.Jelaskan pada
keluarga tentang :
 Pengertian
waham
 Tanda dan gejala
waham
 Penyebab dan
akibat waham
 Cara merawat
klien waham

8.4. Latih keluarga


cara merawat
waham.

8.5. Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang dilatihkan

8.6. Beri pujian


kepada keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa. Yogyakarta: ANDI OFFSET


Yusuf, A., Fitryasari, PK., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai