P
DENGAN CF LEFT PROXIMAL HUMERUS NEER 3
PARTS DI RUANG ANGSOKA 3 RSUP SANGLAH
TANGGAL 29 NOVEMBER 2021 – 4 DESEMBER 2021
OLEH :
PANDE PUTU AYU
ERISMADEWI 2102621046
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. P
A. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Peguyangan, Denpasar Utara
Tanggal Masuk : 28 November 2021
Tanggal Pengkajian : 30 November 2021
Sumber Informasi : Pasien, keluarga, rekam medis, catatan
keperawatan
Diagnosa Masuk : CF Left Proximal Humerus Neer 3 Parts
Penanggung
Nama : Tn. R
Hubungan Dgn Pasien: Anak
2. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki normal
: Laki-laki meninggal
: Perempuan normal
: Perempuan (meninggal)
: Ny. P
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
3. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama :
Keluhan saat MRS : Pasien mengeluh nyeri di area fraktur di lengan
atas sebelah kiri dan kesulitan untuk menggerakkan tangannya.
Keluhan saat ini : pasien mengeluh nyeri di area fraktur di lengan atas
sebelah kiri dengan skala 5
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini:
Pasien datang sadar ke Ruang IGD RSUP Sanglah dengan keluhan
terdapat nyeri dan tidak dapat digerakkan pada lengan kirinya. Pada
tanggal 11 November 2021 pasien terjatuh ketika hendak turun dari
motor untuk untuk membeli bahan bakar. Pasien jatuh akibat
celananya yang tersangkut dengan posisi bagian kiri tubuh utamanya
lengan kiri mendarat lebih dahulu sebagai tumpuan. Pada awalnya
keluarga sempat memiliki keinginan untuk membawa pasien ke tukang
urut namun pasien menolak karena merasa penanganan di rumah sakit
jauh lebih baik. Pasien pun akhirnya dibawa ke rumah sakit Bakti
Rahayu. Pasien kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah untuk melakukan
rontgen dan mendapatkan penanganan yang lebih dalam. Pasien
kemudian mendapatkan penanganan berupa pemasangan alat fiksasi
internal (ORIF) pada tanggal 29 November 2021. Tanggal 30
November 2021 pasien dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi,
pasien mengeluh nyeri pada area frakturnya ketika badannya
digerakkan. Pasien tidak ada keluhan susah makan dan sesak. Namun,
pasien mengatakan mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang
dirasakan dan juga akibat belum terbiasa dengan suasana RS. Pasien
kini di rawat diruang perawatan Angsoka 3.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Pasien bersama anak berusaha mencari bantuan kesehatan ke RS Bakti
Rahayu yang kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan memiliki riwayat DM dan hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu. Pasien sudah rutin melakukan kontrol ke dokter tiap 1 bulan
sekali dan rutin meminum obat yang sudah diresepkan.
Pernah dirawat
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS sebelumnya akibat fraktur
pada kakinya karena terjatuh sehingga pasien harus mendapatkan
tindakan operasi.
Riwayat alergi : Ya √ Tidak
Jelaskan :
Riwayat tranfusi : Ya √ Tidak
Kebiasaan :
Merokok : Ya √ Tidak
Sejak:
Minum kopi Ya √ Tidak
Sejak: Jumlah:
Penggunaan Alkohol Ya √ Tidak
Sejak:
d. Sistem Pernafasan:
Batuk: Ya √ Tidak
Sesak: Ya √ Tidak
Inspeksi:
Gerakan dinding dada simetris, tidak ada massa, tidak ada lesi, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
Palpasi :
Taktil fremitus normal, tidak ada krepitasi
Perkusi :
Suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing.
e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada Ya √ Tidak
Palpitasi Ya √ Tidak
CRT √ < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi:
Tidak terdapat lesi atau masa, Tidak tampak pembesaran jantung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada ICS ke-5
Perkusi :
Batas jantung normal.
Atas: ICS 2
Bawah: ICS 4
Kanan: ICS 2
Kiri : ICS 2
Auskultasi :
Suara terdengar BJ I dan BJ II, tidak terdengar murmur dan gallop.
f. Payudara Wanita dan Pria:
Tidak tampak lesi dan massa, tidak ada nyeri tekan.
g. Sistem Gastrointestinal:
Mulut √ Bersih Kotor Berbau
Mukosa √ Lembab Kering Stomatitis
Pembesaran hepar Ya √ Tidak
Abdomen Meteorismus Asites Nyeri tekan
Peristaltik: 8 kali/mnt
h. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter √ Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya √ Tidak
Gangguan Anuria Oliguria Retensi
Inkontinensia
Nokturia Lain-lain:
Warna urine kuning pekat.
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait sistem reproduksi.
j. Sistem Saraf:
GCS: 15 Eye:4 Verbal: 5 Motorik: 6
Rangsangan meningeal Kaku kuduk Kernig
Brudzinski I Brudzinski II
Refleks fisiologis + Patela + Trisep
+ Bisep + Achiles
Keterangan lain : -
Refleks patologis - Babinski - Chaddock
- Oppenheim - Rossolimo - Gordon
- Schaefer - Stransky - Gonda
Gerakan involunter : tidak ada
k. Sistem Muskuloskeletal:
Kemampuan pergerakan sendi Bebas √ Terbatas
Deformitas Ya √ Tidak
Lokasi: ........................
.
Fraktur √ Ya tidak
Lokasi: left neck humerus
Kekakuan √ Ya Tidak
Nyeri sendi/otot √ Ya Tidak
Kekuatan otot : 555 xxx
555 555
Lainnya : Pasien mengalami fraktur left neck humerus sehingga tidak dapat
menggerakan lengan kirinya. Pasien mengatakan belum bisa melakukan
pergerakan yang bebas akibat frakturnya. Pasien belum mampu membolak-
balik posisi, karena takut nyeri memberat. Pemenuhan ADL pasien dibantu
oleh Tn. R selaku anaknya.
l. Sistem Imun:
Perdarahan Gusi Ya √ Tidak
Perdarahan lama Ya √ Tidak
Pembengkakan KGB Ya √ Tidak
Lokasi: .........................
Keletihan/kelemahan √Ya Tidak
Lainnya : -
m. Sistem Endokrin:
Hiperglikemia Ya √Tidak
Hipoglikemia Ya √ Tidak
Luka gangrene Ya √ Tidak
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang
berhubungan 29 November 2021
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Darah WBC 15.18 103/µL 4.1-11.0 Tinggi
Lengkap NE% 96.30 % 47-80 Tinggi
(DL) LY% 1.50 % 13-40 Rendah
MO% 2.00 % 2.0-11.0
EO% 0.10 % 0.0-5.0 Tinggi
BA% 0.10 % 0.0-2.0
NE# 14.63 103/µL 2.50- Tinggi
7.50
LY# 0.23 103/µL 1.00- Rendah
4.00
MO# 0.30 103/µL 0.10-
1.20
EO# 0.01 103/µL 0.00-
0.50
BA# 0.01 103/µL 0.0-0.1
RBC 3.90 106/µL 4.5-5.9 Rendah
HGB 10.50 g/dL 13.5- Rendah
17.5
HCT 32.50 % 41.0- Rendah
53.0
MCV 83.30 fL 80.0-
100.0
MCH 26.90 pg 26.0- Rendah
34.0
MCHC 32.30 g/dL 31-36
RDW 13.10 % 11.6-
14.8
PLT 359.00 103/µL 150-440
MPV 9.30 fL 6.80-
10.00
NLR 64.20 <=3.13 Tinggi
16 November 2021
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Darah WBC 6.40 103/µL 4.1-11.0
Lengkap NE% 72.70 % 47-80
(DL) LY% 11.40 % 13-40 Rendah
MO% 9.30 % 2.0-11.0
EO% 6.10 % 0.0-5.0 Tinggi
BA% 0.50 % 0.0-2.0
NE# 4.39 103/µL 2.50-
7.50
LY# 0.69 103/µL 1.00- Rendah
4.00
MO# 0.56 103/µL 0.10-
1.20
EO# 0.37 103/µL 0.00-
0.50
BA# 0.03 103/µL 0.0-0.1
RBC 4.04 106/µL 4.5-5.9
HGB 10.40 g/dL 13.5- Rendah
17.5
HCT 33.50 % 41.0- Rendah
53.0
MCV 82.90 fL 80.0-
100.0
MCH 25.70 pg 26.0- Rendah
34.0
MCHC 31.00 g/dL 31-36
RDW 13.10 % 11.6-
14.8
PLT 334.00 103/µL 150-440
MPV 9.40 fL 6.80-
10.00
NLR 6.38 <=3.13 Tinggi
PPT/INR PPT 10.0 Detik 10.8- Rendah
14.4
INR 0.88 0.9-1.1 Rendah
APTT APTT 28.0 Detik 24-36
SGOT AST/SGOT 15.2 U/L 5-34
SGPT ALT/SGPT 24.00 U/L 11.00-
50.00
Bs Glukosa 127 mg/dL 70-140
Acak/Glukosa Darah
Acak/Glukosa (Sewaktu)
Sewaktu
BUN/Ureum BUN 13.80 mg/dL 8.00-
23.00
Creatinin Kreatinin 1.00 mg/dL 0.72-
1.25
E-LFG 60.76 >=90 Rendah
Kalium (K) Kalium (K) 4.24 mmol/L 3.50-
- Serum 5.10
Natrium (Na) Natrium 138 mmol/L 136-145
(Na) -
Serum
b. Pemeriksaan radiologi :
Kesan :
Fraktur komplit displaced surgical neck os humerus sinistra yang
terpasang plate dan screw internal fixation dengan kedudukan dan aposisi
baik dengan soft tissue swelling disekitarnya
Kesan :
Fraktur komplit displaced surgical neck os humerus sinistra yang
terpasang plate dan screw internal fixation dengan kedudukan dan aposisi
baik dengan soft tissue swelling disekitarnya
c. Hasil konsultasi
Konsul bedah: pasien menjalani operasi pemasangan fiksasi internal
(ORIF) pada tanggal 29 November 2021.
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. Ds : Trauma Hambatan mobilitas fisik
Pasien
mengatakan belum Terjadinya fraktur
bisa melakukan
pergerakan yang Terputusnya
bebas akibat kontinuitas jaringan
frakturnya. Pasien
belum mampu Perubahan segmen
membolak-balik tulang
posisi, karena takut
nyeri memberat.
Tindakan operatif
Pemenuhan ADL
pasien dibantu oleh
Pemasangat alat fiksasi
Tn. R selaku
interna
anaknya.
Do :
Terganggunya fungsi
Kemampuan
ekstremitas untuk
pergerakan sendi
sementara waktu
pasien terbatas
Pemeriksaan radiologi
menunjukkan adanya Hambatan Mobilitas
fraktur pada area neck Fisik
humerus sinistra
Terputusnya
16
dengan skala 5 kontinuitas jaringan
Pasien
mengatakan Perubahan segmen
nyeri biasanya tulang
berlangsung 5
menit, nyeri Tindakan operatif
terjadi ketika
pasien Pemasangat alat fiksasi
menggerakkan interna
badannya. Nyeri
terasa seperti Kerusakan jaringan
tersayat.
Adanya proses
Do:
peradangan
Pasien tampak
meringis
Nyeri Akut
menahan nyeri
buang air
kencing Perubahan segmen
Do : tulang
Kateter pasien
Tindakan operatif
terikat karena
pasien sedang
Tindakan anestesi
diajarkan bladder
training
Memperlambat
gerakan otot saluran
kemih
Menurunnya sensasi
berkemih
Hambatan Eliminasi
Urine
4. Ds : - Trauma Risiko Infeksi
Do :
Terdapat luka Terjadinya fraktur
post ORIF pada
lengan atas Terputusnya
sebelah kiri kontinuitas jaringan
pasien
Pasien terpasang Perubahan segmen
kateter tulang
WBC : 15.18 µL
Tindakan operatif
Neutrofil : 14.63
µL
Pemasangat alat fiksasi
interna
Risiko Infeksi
5. Ds : Memiliki riwayat Kesiapan Meningkatkan
Pasien penyakit DM dan Manajemen Kesehatan
mengatakan rutin hipertensi
untuk kontrol ke
dokter setiap 1 Mampu memanajemen
bulan sekali dan penyakit
sudah rutin
meminum obat Rutin ke pelayanan
yang diresepkan kesehatan dan minum
Pasien obat
mengatakan
sudah Kesiapan
mengetahui Meningkatkan
manajemen Manajemen
hipoglikemia Kesehatan
seperti meminum
air gula
Do :
Klien meminum
obat secara
teratur
Tekanan darah
pasien terkontrol
dengan tekanan
darah sistolik
120-130 mmHg
dan tekanan
darah diastolik
80 mmHg
C. Diagnosa Keperawatan
No Dx Tanggal Dx Keperawatan Tanggal TTD
Muncul Teratasi
1. 30 Hambatan Teratasi
November mobilitas fisik sebagian (2
2021 berhubungan Desember Eris
dengan nyeri, 2021)
kerusakan
integritas struktur
tulang, ditandai
dengan penurunan
rentang gerak.
2. 30 Nyeri akut Teratasi
November berhubungan sebagian (2
2021 dengan agens Desember Eris
pencedera fisik 2021)
ditandai dengan
keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala nyeri
dan ekspresi wajah
nyeri.
3. 30 Hambatan Teratasi (2
November eliminasi urine Desember
2021 berhubungan 2021) Eris
dengan pasca
tindakan anestesi
ditandai dengan
menurunnya
sensasi berkemih
4. 30 Risiko infeksi Teratasi (2
November berhubungan Desember
2021 dengan prosedur 2021) Eris
invasif
5. 30 Kesiapan Teratasi (2
November meningkatkan Desember
2021 manajemen 2021) Eris
kesehatan ditandai
dengan
mengungkapkan
keinginan untuk
melakukan
penanganan
terhadap regimen
yang diprogramkan
D. Perencanaan Keperawatan
Hari/Tgl No Dx Rencana Keperawatan
Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Selasa, 30 1 Setelah dilakukan Terapi Latihan: Mobilitas Terapi Latihan: Mobilitas
November intervensi Sendi Sendi
2021 keperawatan selama 1. Jelaskan pada klien 1. ROM aktif dan pasif
2x24 jam diharapkan manfaat dan tujuan memiliki manfaat dalam
pergerakan dan melakukan latihan memelihara dan
mobilitas pasien sendi meningkatkan
meningkat dengan 2. Instruksikan klien cara pergerakan sendi,
kriteria hasil : melakukan latihan merangsang sirkulasi
NOC Label: ROM aktif dan pasif darah, mencegah
Pergerakan 3. Monitor lokasi dan kelainan bentuk
1. Pasien dapat kecenderungan adanya (deformitas),
menggerakka nyeri dan memelihara dan
n sendinya ketidaknyamanan meningkatkan otot.
secara bebas selama pergerakan atau Selain itu, latihan ROM
pada area aktivitas juga dapat mengurangi
yang tidak 4. Dukung latihan ROM rasa nyeri.
sakit aktif dan pasif, sesuai 2. Latihan ROM aktif dan
2. Pasien dapat jadwal yang teratur dan pasif dilakukan oleh
bergerak terencana klien sendiri yang
perlahan NIC Label: Perawatan sebelumnya diberikan
pada area Tirah Baring contoh oleh perawat.
yang tidak 1. Hindari menggunakan 3. Penting untuk
mengalami linen kasur yang memonitor klien saat
fraktur teksturnya kasar melakukan gerakan
2. Jaga kain linen kasur apakah mengalami nyeri
tetap bersih, kering atau tidak.
dan bebas kerutan 4. Latihan ROM aktif dan
3. Balikkan tubuh pasien pasif penting untuk
yang tidak dapat dilakukan secara rutin
mobilisasi paling agar mendapatkan hasil
tidak setiap 2 jam yang maksimal.
4. Monitor komplikasi Perawatan Tirah Baring
dari tirah baring 1. Mencegah terjadinya
NIC Label : Bantuan luka yang dapat
Perawatan Diri timbul
1. Monitor kemampuan 2. Menjaga kenyamanan
perawatan diri pasien pasien
2. Bantu pasien 3. Menghindari adanya
menerima luka tekan akibat
kebutuhannya terkait berada dalam posisi
dengan kondisi yang sama dalam
ketergantungan pasien waktu yang lama,
seperti hygiene, posisi miring lebih
berpakaian, efektif menurunan
makan/minum, derajat decubitus
eliminasi, mobilisasi, 4. Menghindari
dan berpindah terjadinya masalah
3. Ajarkan keluarga kesehatan lain
untuk mendukung Bantuan Perawatan Diri
kemandirian pasien 1. Mengetahui batas
dengan hanya kemampuan pasien
membantu pasien dalam melakukan
ketika tidak mampu perawatan diri
melakukannya sendiri 2. Memenuhi seluruh
kebutuhan perawatan
diri pasien
3. Melibatkan peran
keluarga dalam
perawatan pasien dan
membantu
meningkatkan
kemandirian pasien
Selasa, 30 2 Setelah diberikan NIC label : Manajemen Manajemen Nyeri
November intervensi Nyeri 1. Pengkajian berguna
2021 keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian dalam mengidentifikasi
2x24 jam, nyeri komprehensif yang nyeri yang dialami oleh
diharapkan nyeri meliputi lokasi, klien sehingga dapat
pasien berkurang karakeristik, menentukan intervensi
dengan kriteria hasil onset/durasi, frekuensi, yang tepat.
: kualitas, intensitas atau 2. Membantu klien dalam
NOC label : beratnya nyeri dan faktor menginterpretasikan
Kontrol Nyeri pencetus nyeri yang dirasakan.
1. Mengenali kapan 2. Gunakan strategi 3. Mengurangi faktor-
nyeri terjadi komunikasi terapeutik faktor penyebab nyeri
2. Menggambarkan untuk mengetahui sehingga dapat
faktor penyebab pengalaman nyeri dan meningkatkan rasa
3. Menggunakan sampaikan penerimaan nyaman klien dan
tindakan pasien terhadap nyeri mengurangi rasa nyeri.
pengurangan 3. Gali bersama pasien 4. Dengan menentukan
(nyeri) tanpa faktor-faktor yang dapat akibat dari nyeri yang
analgesik menurunkan atau dirasakan klien dapat
4. Melaporkan nyeri memperberat nyeri membantu dalam
yang terkontrol 4. Tentukan akibat dari penyusunan rencana
Tingkat Nyeri pengalaman nyeri selanjutnya untuk
1. Pasien tidak terhadap kualitas hidup mengatasi masalah klien.
mengerang dan pasien (tidur, 5. Memberikan terapi yang
menangis kenyamanan) tepat dan terbaik pada
2. Tidak ada 5. Kolaborasi dengan pasien sesuai dengan
ekspresi nyeri pasien, orang terdekat kebutuhannya sehingga
wajah dan tim kesehatan rasa nyeri bisa teratasi
3. Pasien dapat lainnya untuk memilih 6. Mengatasi rasa nyeri
beristirahat dan pada pasien
4. Frekuensi nafas mengimplementasikan
dalam batas sikap tindakan
normal penurunan nyeri
5. Tekanan darah nonfarmakologi, sesuai
dalam batas kebutuhan (misalnya
normal relaksasi napas dalam,
terapi musik, distraksi,
dan lain-lain) pada
bagian yang dirasa nyeri
oleh pasien)
6. Kolaborasi pemberian
anti nyeri farmakologi
Selasa, 30 3 Setelah diberikan NIC Label : Manajemen NIC Label : Manajemen
November intervensi selama Eliminasi Perkemihan Eliminasi Perkemihan
2021 2x24 jam diharapkan 1. Monitor eliminasi urin 1. Mengetahui
gangguan eliminasi termasuk frekuensi, karakteristik urin
urine pada pasien volume, dan warna pasien
dapat teratasi, 2. Pantau tanda dan 2. Mendeteksi dini
dengan kriteria hasil gejala retensi urine adanya komplikasi
: 3. Anjurkan akibat gangguan
NOC Label : pasien/keluarga untuk eliminasi urin
Eliminasi Urine mencatat output urin 3. Mengetahui jumlah
1. Pola 4. Instruksikan pasien urine output yang
eliminasi untuk segera keluar
pasien tidak merespon keinginan 4. Pasien sedang
terganggu mendesak untuk melakukan bladder
2. Pasien dapat berkemih training sehingga
mengenali diharapkan pasien
keinginan bisa segera dapat
untuk berkemih seperti biasa
berkemih tanpa menggunakan
3. Tidak ada alat bantu berupa
nyeri saat kateter
berkemih
Selasa, 30 4 Setelah diberikan NIC Label : Perawatan Perawatan Luka
November intervensi selama Luka 1. Penggantian balutan atau
2021 2x24 jam diharapkan 1. Angkat balutan dan perban dapat
risiko infeksi pada plester perekat menghindari risiko
pasien dapat 2. Monitor karakteristik infeksi pada pasien
berkurang, dengan luka, termasuk akibat balutan yang
kriteria hasil : drainase, warna, sudah lama terpasang.
NOC Label : ukuran, dan bau 2. Mengetahui
Kontrol Risiko : 3. Bersihkan dengan perkembangan
Proses Infeksi normal saline atau karakteristik luka pasien
1. Mampu pembersih yang tidak sehingga dapat
mengidentifi beracun dengan tepat memberikan penanganan
kasi faktor 4. Berikan perawatan yang tepat.
risiko infeksi insisi pada luka 3. Membersihkan luka
2. Mampu 5. Oleskan salep yang dengan cairan pembersih
mengidentifi sesuai dengan luka bertujuan untuk
kasi tanda kulit/lesi membilas benda asing
dan gejala 6. Berikan balutan yang dari permukaan luka
infeksi sesuai dengan jenis misalnya kotoran atau
3. Mengemban luka debu. Hal ini sangat
gkan strategi 7. Pertahankan teknik diperlukan untuk
yang efektif balutan steril ketika mempercepat proses
untuk melakukan perawatan penyembuhan luka dan
mengontrol luka dengan tepat mengurangi risiko
risiko 8. Ganti balutan sesuai terjadinya infeksi.
4. Memodifikas dengan jumlah 4. Perawatan insisi pada
i gaya hidup eksudat dan drainase kulit bermanfaat untuk
untuk 9. Periksa luka setiap menghilangkan sekresi
mengontrol kali perubahan yang menumpuk dan
risiko balutan jaringan mati pada luka
10. Bandingkan dan catat insisi, mempermudah
setiap perubahan luka proses penyembuhan
11. Posisikan untuk luka, dan mengurangi
menghindari pertumbuhan
menempatkan mikroorganisme pada
ketegangan pada luka luka.
12. Anjurkan anggota 5. Antimikroba pada obat
keluarga pada topical dapat membantu
prosedur perawatan mencegah terjadinya
luka infeksi pada luka.
13. Anjurkan keluarga 6. Pemilihan balutan yang
mengenal tanda dan tepat dapat
gejala infeksi mempengaruhi keadaan
14. Dokumentasikan dan proses penyembuhan
lokasi luka, ukuran, luka. Hal yang penting
dan tampilan diperhatikan dalam
penerapan balutan atau
NIC Label : Perlindungan perban pada luka yaitu
Infeksi pastikan ukuran perban
1. Monitor adanya tanda telah sesuai dengan
dan gejala infeksi bagian tubuh atau luka
sistemik dan lokal yang akan diabalut,
2. Monitor kerentanan tempelkan perban
terhadap infeksi dengan tegas tapi tidak
3. Monitor hitung terlalu ketat untuk
mutlak granulosit, menjaga sirkulasi udara
WBC, dan hasil-hasil disekitar bagian tubuh
diferensial yang mengalami cedera.
4. Pertahankan asepsis Mengetahui teknik
untuk pasien berisiko penggunaan perban
5. Tingkatkan asupan sangat penting karena
nutrisi yang cukup penerapan perban yang
6. Anjurkan istirahat salah dapat
7. Instruksikan pasien mempengaruhi proses
untuk minum penyembuhan luka.
antibiotic yang 7. Mencegah risiko infeksi
diresepkan pada luka
8. Pemilihan balutan
NIC Label : Perawatan bertujuan untuk
Selang : Perkemihan menciptakan lingkungan
1. Jaga kebersihan yang optimal bagi proses
tangan sebelum, penyembuhan luka.
selama, dan setelah Pemilihan dressing
melakukan perawatan dipengaruhi oleh tingkat
kateter kelembaban luka dan
2. Jaga sistem drainase jumlah eksudat. Perban
kemih tertutup, steril, yang dipilih harus
dan tidak terkoyak mampu menyerap cairan
3. Pastikan penempatan dan dapat
kantung drainase di mempertahankan
bawah permukaan kelembaban lingkungan
kandung kemih luka sehingga dapat
4. Kosongkan alat mempercepat proses
drainase urine secara penyembuhan.
berkala dengan 9. Melihat apakah ada
interval tertentu tanda-tanda yang
5. Ganti alat drainase menggambarkam kondisi
urine secara berkala luka (apakah luka sudah
memasuki fase
penyembuhan yang
semestinya)
10. Mengetahui adanya
perubahan pada kondisi
luka (apakah ada
indikasi-indikasi
kemajuan proses
penyembuhan ataukah
terdapat penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan)
11. Pada saat terluka, kulit
akan memiliki
mekanisme alamiah
untuk membentuk
jaringan baru sehingga
luka dapat tertutup atau
sembuh. Proses tersebut
memerlukan cukup
banyak oksigen sehingga
apabila bagian tubuh
yang luka mengalami
penekanan, maka dapat
menghambat sirkulasi
pada area tersebut yang
dapat menghambat
proses penyembuhan
luka.
12. Perawat memiliki peran
sebagai edukator baik
bagi pasien maupun
keluarga. Dalam kasus,
keluarga dapat diberikan
pengetahuan mengenai
bagaimana teknik
perawatan luka pada
pasien, sehingga
keluarga mampu
mengetahui tindakan
yang dapat dilakukan
pada luka (dapat
digunakan sebagai ilmu
yang mungkin bisa
diterapkan ke depannya
dan keluarga juga
mengetahui perawatan
apa saja yang telah
perawat berikan pada
anggota).
13. Perawat memiliki peran
sebagai edukator baik
bagi pasien maupun
keluarga. Dalam kasus,
keluarga dapat diberikan
pengetahuan mengenai
tanda dan gejala infeksi
yang biasa terjadi,
sehingga keluarga
diharapkan dapat turut
serta membantu
mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi dan
segera melaporkan
apabila melihat adanya
kemungkinan pasien
memiliki infeksi.
14. Proses keperawatan
dalam rangka perawatan
luka pada pasien penting
untuk didokumentasikan,
karena dapat digunakan
sebagai bahan acuan
untuk merencanakan
atau melakukan
intervensi selanjutnya.
Perlindungan Infeksi
1. Mengetahui bila
terjadi infeksi lebih
awal, sehingga pasien
mendapatkan
perawatan yang tepat
dan mencegah
terjadinya infeksi
lanjutan
2. Mengobservasi sejauh
mana risiko pasien
dapat mengalami
infeksi sehingga dapat
menentukan
perawatan yang tepat
untuk mencegah
terjadinya infeksi.
3. Hasil-hasil
laboratorium tersebut
dapat menjadi
indicator apakah
pasien mengalami
infeksi atau tidak serta
untuk mengetahui
apakah kondisi pasien
membaik atau
memburuk
4. Mencegah terjadinya
infeksi pada pasien
dengan melakukan
sterililasi di
lingkungan sekitar
pasien. Tindakan
aseptic bertujuan
untuk mengurangi
atau menghilangkan
mikoorganisme pada
permukaan benda
hidup maupun benda
mati agar mencegah
pasien terkena infeksi.
5. Meningkatkan kondisi
pasien dengan
mengkonsumsi
makanan bergizi
6. Mengembalikan
energy pasien dengan
istirahat yang cukup
7. Mengatasi infeksi
pada pasien
Perawatan Selang
Perkemihan
1. Penerapan universal
precaution untuk
mencegah terjadinya
infeksi pada pasien
2. Mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri
yang dapat masuk
melalui urine bag
yang tidak steril
(misalnya diletakkan
di lantai yang dapat
menjadi media
pertumbuhan
mikroorganisme)
3. Mencegah refluks
urine ke dalam
kandung kemih yang
dapat menyebabkan
infeksi dan untuk
memudahkan drainase
gravitasi kandung
kemih
4. Mencegah
penumpukan urine
dalam urine bag dan
memantau output
urine pada pasien
5. Perawatan kateter
perlu dilakukan tiap
2/3 hari sekali dan
selambat-lambatnya
diganti tiap dua
minggu sekali untuk
mencegah terjadinya
infeksi di saluran
kemih
Selasa, 30 5 Setelah diberikan NIC Label: Pengajaran Pengajaran Proses Penyakit
November intervensi selama Proses Penyakit: 1. Penyampaian informasi
2021 2x24 jam, 1. Kaji tingkat pengetahuan akan disesuaikan dengan
diharapkan pasien pasien tingkat pengetahuan
mampu melakukan 2. Jelaskan mengenai pasien agar mudah
manajemen proses penyakit dipahami
pengobatan pada 3. Berikan informasi 2. Dengan memahami
penyakitnya dengan kepada pasien dan perjalanan dari
kriteria hasil : keluarga mengenai penyakitnya pasien dapat
NOC Label : kondisinya memahami kondisi
Pengetahuan : 4. Diskusikan pilihan tubuhnya
Proses Penyakit terapi/penanganan 3. Dengan mengetahui
1. Pasien 5. Jelaskan alasan dibalik kondisi tubuhnya pasien
mengetahui manajemen/terapi/penan dapat menentukan pilihan
faktor ganan yang terapi yang akan
penyebab direkomendasikan dijalaninya
penyakit 6. Jelaskan komplikasi 4. Pasien memiliki hak untuk
2. Pasien kronik yang mungkin menyetujui atau menolak
mengetahui ada intervensi yang akan
faktor risiko diberikan kepadanya
penyakit 5. Pasien mempunyai hak
3. Pasien untuk mengetahui
mengetahui rasionalisasi setiap
manajemen tindakan yang diberikan
penyakit kepadanya beserta dengan
4. Pasien keuntungan dan
mengetahui kerugianya
komplikasi 6. Tingkat keseriusan dari
dari penyakit penyakit dapat diketahui
5. Pasien dapat melalui tanda gejala dan
memilih komplikasi yang muncul
pengobatan pada pasien
yang tersedia
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal No. Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien TTD
Dx
30 November 1 Siang 1. Melakukan pengecekan 1. Kondisi linen
2021 (12.00 terhadap linen pasien pasien dalam
WITA- 2. Mengindentifikasi adanya keadaan bersih
selesai)
rasa tidak nyaman dan 2. Pasien Eris
mengatakan
komplikasi selama tirah
tidak ada sakit
baring
pada area
3. Mengedukasi pasien dan
punggung dan
keluarga untuk sering
pinggul akibat
merubah posisi agar tidak
tirah baring yang
dalam posisi tidur terus
cukup lama.
yang dapat menyebabkan
3. Pasien
risiko decubitus
mengatakan
4. Mengidentifikasi
belum mampu
kemampuan perawatan melakukan posisi
diri pasien miring kanan dan
5. Mengedukasi pasien dan kiri akibat nyeri
keluarga terkait yang dirasakan,
kemampuan perawatan namun pasien
F. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal No Dx Jam Evaluasi Paraf
1. Kamis, 2 1 12.00 S:
Desember WITA- Pasien mengatakan
2021 selesai sudah mengerti
dengan penjelasan Eris
mengenai langkah-
langkah dalam
melakukan
mobilisasi dini post
operasi.
Pasien mengatakan
akan menggerakkan
area tubuhnya yang
tidak mengalami
fraktur agar tidak
terjadi kekakuan
otot
O:
Pasien mampu
melakukan
beberapa latihan
gerak seperti
menggerakkan
anggota badan yang
tidak sakit dengan
baik dan
menggerakkan jari
dan pergelangan
tangan kiri
meskipun masih
dirasa sedikit nyeri.
A: Masalah teratasi
sebagian (latihan rentang
gerak belum dapat
dilakukan dengan
maksimal dikarenakan
kondisi pasien)
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
Melakukan latihan
mobilisasi dini
post operasi
secara rutin
Monitor kekuatan
otot dan
perawatan diri
pasien
2. Kamis, 2 2 12.00 S:
Desember WITA- Pasien mengatakan
2021 selesai sudah mengetahui
faktor pemberat Eris
nyeri. Pasien
mengatakan sudah
mengetahui teknik
nonfarmakologi
yang dapat
dilakukan untuk
mengurangi nyeri
yang dirasakan.
Saat menggerakkan
badannya pasien
mengatakan masih
terasa nyeri.
O:
Wajah pasien
seperti menahan
nyeri saat bergerak
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,5℃
RR : 16x/menit
TD : 120/80mmHg
A: Masalah teratasi
sebagian (masih adanya
nyeri yang dirasakan oleh
pasien saat bergerak)
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
Monitor nyeri yang
dirasakan pasien dan
efeknya terhadap
kualitas hidup
pasien
Melakukan tindakan
pengurangan nyeri
nonfarmakologi dan
farmakologi
3. Kamis, 2 3 12.00 S:
Desember WITA- Pasien
2021 selesai mengatakan sudah
dapat merasakan Eris
keinginan untuk
BAK dan tidak
lagi menggunakan
kateter. Pasien
dibantu BAK ke
kamar mandi oleh
anaknya.
O:
Pasien sudah tidak
menggunakan
kateter
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. Selasa, 30 4 14.00 S:
November WITA- Keluarga
2021 selesai mengatakan akan
memonitor ada Eris
tidaknya gejala
infeksi pada area
bekas operasi dan
tempat pemasangan
kateter pasien.
Keluarga juga
mengatakan sudah
mengerti cara
mengosongkan
urine bag setiap
kali penuh agar
urine pasien tidak
menumpuk.
O:
Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area bekas operasi
pasien
Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area tempat
pemasangan kateter
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
Monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
pasien
5. Kamis, 2 4 10.00 S:
Desember WITA- Keluarga
2021 selesai mengatakan akan
memonitor ada Eris
tidaknya gejala
infeksi pada area
bekas operasi
O:
Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area bekas operasi
pasien
Pasien sudah
diberikan perawatan
luka
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
Monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
pasien
Perawatan
luka secara
rutin
5. Kamis, 2 5 12.00 S:
Desember WITA- Pasien dan
2021 selesai keluarga
mengatakan sudah Eris
paham akan
informasi
mengenai
penyakitnya.
Pasien juga
mengatakan akan
rutin mengontrol
kadar gula darah
dan tekanan
darahnya
O:
Pasien dan keluarga
dapat mengulang
kembali informasi
yang telah
disampaikan
Pasien dan keluarga
tampak mengangguk
sebagai tanda
memahami informasi
yang disampaikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
JURNAL PENDUKUNG
Judul : Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Femur di Ruang Kenanga Rsud Sunan Kalijaga Demak
Author : Dwi Chrisna Susanti, Suryani, &
Rahmawati Tahun 2020
Ringkasan :
Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik serta menguarangi adanya nyeri. Pada pasien post
operasi yang dilakukan mobilisasi dini memiliki waktu penyembuhan yang lebih
cepat dibandingkan klien yang tidak mobilisasi dini. Mobilisasi dini sangat penting
sebagai tindakan pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi
sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan
fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan desain dalam pretest-
post test control group design, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling dengan teknik yang diambil yaitu simple random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah SOP mobilisasi dini, Skala NRS (Numeric Rating Scale) yang berisi skor 0 –
10 dan lembar observasi. Tahapan mobilisasi dini secara berkesinambungan mulai
dari 6 jam post operasi dimulai dengan latihan tungkai, latihan kaki, dan perubahan
posisi (miring kiri dan miring kanan), 24 jam post operasi latihan duduk, 48 jam post
operasi latihan turun dari tempat tidur dan berjalan. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur RSUD Sunan Kalijaga Demak. Perubahan skala nyeri ini terjadi
akibat adanya motivasi yang kuat dari dalam diri responden dan keluarga untuk tetap
membantu proses penyembuhan pasien setelah menjalani operasi fraktur femur.
Mengatasi nyeri pasca bedah fraktur femur merupakan tindakan penting dalam
mencegah nyeri kronik, mengurangi lama perawatan demi meningkatkan kulitas
hidup pasien. Pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45
menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam
pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien
sudah keluar dari kamar sadar.
5
2
JURNAL PENDUKUNG
Judul : Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu
Author : Devi Listiana, Pawiliyah, & Fatma
Hidayah Tahun 2018
Ringkasan :
Tindakan pembedahan menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh.
Untuk menjaga homeostatis, tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan
pemulihan pada jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah
terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan pasien. Penanganan nyeri non
farmakologis dengan teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri perawat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh pasien post operasi fraktur setelah 4 jam di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental
Sampling sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang pasien post
operasi fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi pernafasan didapat skala nyeri minimum
3, skala nyeri maksimum 9. Sedangkan, setelah dilakukan teknik relaksasi pernafasan didapat
skala nyeri minimum 2, skala nyeri maksimum 8. Hal tersebut membuktikan bahwa ada
pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi
fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Relaksasi napas dalam dapat
menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme merelaksasikan otot-otot skelet yang
mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik. Selain itu teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Relaksasi nafas
dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat menimbulkan rasa nyaman yang pada
akhirnya akan meningkatkan toleransi persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami.
Jika seseorang mampu meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka seseorang akan
mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki pertahanan diri yang baik pula
53
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, GM., Butcher, HK., Dochterman, JM., Wagner, CM. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia. Singapura :
Elsevier
Listiana, D., Pawiliyah, & Hidayah, F. (2018). Pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni rsud dr.
m. yunus bengkulu. Jurnal Sains Kesehatan, 25(3), 70-77.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Kelima Bahasa Indonesia. Singapura : Elsevier
Susanti. D. C., Suryani, & Rahmawati. (2020). Pengaruh mobilisasi dini terhadap skala
nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di ruang kenanga rsud sunan kalijaga
demak. 5(1), 15-23.
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis (misalnya Aktivitas otot yang ekstrem
PATHWAY kanker tulang atau osteoporosis
CLOSE
FRAKTUR Tidak mengetahui tentang penyakit serta
Defisien
Terjadinya fraktur manajemen penyakit
Pengetahuan
Menggunakan alat Terputusnya kontinuitas
Risiko Jatuh
bantu medis jaringan Khawatir tentang kondisi
Ansietas
saat ini
Terganggunya fungsi
Terlepasnya Hambatan Pemasangan alat
ekstremitas untuk Menurunnya
ketoalamin Mobilitas Fisik fiksasi interna
sementara waktu sensasi/doronga
n berkemih
Memobilisasi
pengeluaran asam lemak Risiko Infeksi Kerusakan jaringan
Hambatan
Bergabung dengan Adanya proses Eliminasi Urine
trombosit peradangan
Terjadinya emboli
Nyeri Akut
Tersumbatnya pembuluh Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
darah Perifer
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018
ABSTRAK
Keadaan pasien pasca operasi femur mengalami nyeri di sekitar insisi yang
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-
Eksperimental menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi fraktur setelah 4 jam di
ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling sebanyak 30 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer. Analisis data dilakukan secara
univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan: dari 30
orang pasien post operasi fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi pernafasan
didapat skala nyeri minimum 3, skala nyeri maksimum 9, skala nyeri rata-rata
5,80 dengan standar deviasi 1,518, setelah dilakukan teknik relaksasi pernafasan
didapat skala nyeri minimum 2, skala nyeri maksimum 8, skala nyeri rata-rata
4,97 dengan standar deviasi 1,520; Ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk
dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang manfaat dari
terapi relaksasi nafas dalam sebagai therapy non farmakologis pada pasien post
operasi fraktur.
Kata Kunci: intensitas nyeri, post operasi fraktur, terapi relaksasi nafas dalam
ABSTRACT
The condition of postoperative femur patients experiences pain around the
incision which is an unpleasant sensory and emotional experience accompanied
by potential and actual tissue damage. This study aims to study the effect of deep
breathing relaxation therapy on pain intensity in post fracture surgery patients in
seruni room of dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. The design used in this study was
Pre-Experimental used The One Group Pretest Postest Design. The population of
this study was all postoperative fracture patients after 4 hours in seruni room of
dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. Sampling in this study used Accidental Sampling
techniques as many as 30 people. This study used primary data. Data
analysis
70
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018
was done by univariate, bivariate with Chi-Square Test. The results of the study
were obtained from 30 postoperative fracture patients before the respiratory
relaxation technique was obtained. The minimum pain scale was 3, the maximum
pain scale was 9, the average pain scale was 5.80 with a standard deviation of
1.518, after breathing relaxation techniques were obtained a minimum pain scale
of 2, the maximum pain scale was 8, the average pain scale was 4.97 with a
standard deviation of 1.520; There was an effect of deep breathing relaxation
therapy on pain intensity in post fracture surgery patients in seruni room of dr. M.
Yunus Hospital Bengkulu. It was expected that health care workers can provide
health education to patients about the benefits of deep breathing relaxation
therapy as non-pharmacological therapy in patients post fracture surgery.
Tabel 1
Gambaran Intensitas Nyeri Responden Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi
Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Variabel Std.
Minimum Maksimum Mean Median
Deviation
Nyeri sebelum terapi 3 9 5,80 6,00 1,518
Nyeri setelah terapi 2 8 4,97 5,00 1,520
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018
Tabel 2
Uji Normalitas Intensitas Nyeri Responden Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post Operasi Fraktur Di
Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Variabel P Keterangan
Nyeri sebelum terapi 0,134 Data berdistribusi normal
Nyeri setelah terapi 0,270 Data berdistribusi normal
Tabel 3
Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
95% Confidence
Std. Interval of the
Std.
Mean Error Difference T df p
Deviation
Mean
Lower Upper
Pretest -
Posttest 0,833 1,341 0,245 0,333 1,334 3,403 29 0,002
Berdasarkan tabel 3 didapat nilai pada setiap orang dalam hal skala atau
mean 0,833 bernilai positif, artinya tingkatannya, dan hanya orang
terdapat kecenderungan penurunan tersebutlah yang dapat menjelaskan
intensitas nyeri setelah dilakukan terapi atau mengevaluasi rasa nyeri yang
relaksasi nafas dalam dengan rata-rata dialaminya.
penurunan 0,833. Hasil uji dua sampel Banyak responden yang
berhubungan (Paired sample t-test) mengeluhkan rasa nyeri di bekas
didapat nilai t=3,403 dengan jahitan post operasi fraktur, keluhan ini
p=0,002<0,05 berarti signifikan, sebetulnya wajar karena tubuh tengah
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. mengalami luka dan penyembuhannya
Kesimpulan ada pengaruh terapi tidak bisa sempurna 100%, apalagi jika
relaksasi nafas dalam terhadap luka tersebut tergolong panjang dan
intensitas nyeri pada pasien post dalam. Sementara saat proses
operasi fraktur di ruang seruni RSUD penutupan luka dijahit satu demi satu
Dr. M. Yunus Bengkulu. setiap lapisan menggunakan beberapa
macam benang jahit.
D. Pembahasan Menurut peneliti bahwa setiap
Berdasarkan hasil penelitian nyeri yang dirasakan oleh individu
tampak bahwa dari 30 orang pasien masing-masing sangatlah berbeda,
post operasi fraktur sebelum dilakukan sesuai dengan persepsi individu dalam
teknik relaksasi nafas dalam didapat merasakan nyeri yang dialaminya,
skala nyeri minimum 3, skala nyeri berdasarkan faktor-faktor yang
maksimum 9, skala nyeri rata-rata 5,80 mempengaruhi intensitas nyeri itu
dengan standar deviasi 1,518. sendiri, dalam teori Smeltzer and Bare
Hal ini menunjukkan bahwa (2010) bahwa dalam berbagai
nyeri bersifat subjektif karena respon penelitian menemukan faktor-faktor
setiap orang terhadap nyeri dapat yang mempengaruhi nyeri berasal dari
berbeda tergantung orang itu usia, perhatian, ansietas, makna nyeri,
mempersepsikannya walaupun dengan pengalaman masa lalu dan pekerjaan,
keadaan luka yang relatif sama. pengetahuan, dukungan keluarga dan
Kondisi ini sesuai dengan teori sosial. Sehingga peneliti
menurut Hidayat (2011) yang menyimpulkan bahwa nyeri pada setiap
menyatakan bahwa nyeri merupakan orang akan berbeda meskipun
kondisi berupa perasaan yang tidak pencetusnya sama, karena ada banyak
menyenangkan. Sifatnya sangat hal yang dapat mempengaruhi persepsi
subjektif karena perasaan nyeri berbeda setiap orang.
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018
dengan teori menurut Guyton (2010) DR. R.D Kandou Manado, didapatkan
yang menyebutkan bahwa secara klinik hasil bahwa ada pengaruh teknik
apabila pasien dalam keadaan rileks relaksasi terhadap intensitas nyeri pada
akan menyebabkan meningkatnya pasien post operasi fraktur di ruang
kadar serotonin yang merupakan salah Irnina A BLU RSUP Prof. DR. R.D
satu neurotransmitter yang diproduksi Kandou Manado.
oleh nucleus rafe magnus dan lokus Hasil diatas didukung oleh teori
seruleus, serta berperan dalam system menurut Brunner & Suddart (2010)
analgetik otak. Serotonin menyebabkan teknik relaksasi nafas dalam adalah
neuron-neuron lokal medulla spinalis teknik yang dilakukan untuk menekan
mensekresi enkefalin, karena enkefalin nyeri pada talamus yang dihantarkan ke
dianggap dapat menimbulkan korteks cerebri dimana korteks cerebri
hambatan presinaptik dan postsinaptik sebagai pusat nyeri, yang bertujuan
pada serabut-serabut nyeri tipe C agar pasien dapat mengurangi nyeri
sehingga sistem analgetika ini dapat selama nyeri timbul. Adapun hal-hal
memblok sinyal nyeri pada δ dan α yang perlu diperhatikan saat relaksasi
tempat masuknya ke medulla spinalis adalah pasien harus dalam keadaan
dan memiliki andil dalam memodulasi nyaman, pikiran pasien dan lingkungan
nyeri pada susunan saraf pusat. yang tenang. Suasana yang rileks dapat
Hasil uji dua sampel meningkatkan hormon endorphin yang
berhubungan (Paired sample t-test) berfungsi menghambat transmisi
didapat nilai t=3,403 dengan impuls nyeri sepanjang saraf sensoris
p=0,002<0,05 berarti signifikan, dari nosiseptor saraf perifer ke kornu
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. dorsalis kemudian ke thalamus, serebri,
Kesimpulan ada pengaruh terapi dan akhirnya berdampak pada
relaksasi nafas dalam terhadap menurunnya persepsi nyeri.
intensitas nyeri pada pasien post Adapun intensitas nyeri selain di
operasi fraktur di ruang seruni RSUD pengaruhi oleh penggunaan terapi, juga
Dr. M. Yunus Bengkulu. dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Hal ini menunjukkan bahwa antara lain: lingkungan, kelelahan,
teknik relaksasi nafas dalam bertujuan ansietas, budaya, dukungan orang lain
membantu mengekspresikan perasaan, dan riwayat sebelumnya (Priharjo,
membantu rehabilitasi fisik, memberi 2007). Seseorang dengan pengalaman
pengaruh positif terhadap kondisi yang pernah dialaminya akan lebih
suasana hati dan emosi, meningkatkan mudah beradaptasi dan mengatasinya,
memori, serta menyediakan misalnya seorang pasien yang pernah
kesempatan yang unik untuk dirawat dengan kasus yang sama akan
berinteraksi dan membangun kedekatan lebih mudah beradaptasi dibanding
emosional. Jadi teknik relaksasi nafas dengan pasien yang baru pertama kali
dalam diharapkan dapat membantu dirawat, karena tidak ada pengalaman
mengatasi stres, mencegah penyakit sebelumnya. Penelitian menunjukkan
dan meringankan rasa sakit. adanya pengaruh yang signifikan
Hasil penelitian ini sejalan pemberian teknik relaksasi nafas dalam
dengan penelitian Nurdin (2013) yang terhadap penurunan nyeri pasien pasca
melakukan penelitian tentang pengaruh operasi fraktur femur di Rumah Sakit
teknik relaksasi terhadap intensitas Karima Utama Surakarta. Namun
nyeri pada pasien post operasi fraktur dalam penelitian ini ditemukan bahwa
di ruang Irnina A BLU RSUP Prof. pada kelompok kontrol, yaitu
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018
Oleh;
Dwi Chrisna Susanti1), Suryani2), Rahmawati3)
1)
Mahasiswa Universitas An Nuur, Email; chrisnapajak@gmail.com
2)
Dosen Universitas An Nuur, Email; suryanilatifa@gmail.com
3)
Dosen Universitas An Nuur, Email; wrahma976@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Di RSUD Sunan Kalijaga Demak di ruang Kenanga pasien fraktur femur
menempati 10 besar penyakit dalam semester pertama di tahun 2018, yaitu sebesar 42%.
Pasien Post Operasi Femur timbul sensasi nyeri yang berbeda-beda, sehingga perawat
melakukan tindakan mandiri dengan mobilisasi dini untuk mengurangi skala nyeri. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap skala nyeri pada post
operasi fraktur femur di ruang Kenanga RSUD Sunan Kalijaga Demak .
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan jenis quasy experimental
dengan rancangan penelitian berbentuk pretest- post test control group design. Pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling
Hasil: Berdasarkan analisis Uji wilcoxon kelas eksperimen sig p 0,000<0,05 dengan mean
rank negatif 9,00, sedangkan kelas kontrol hari ke-1 sig p 0,000 < 0,05 dengan nilai mean
rank negatif 9,00, pada hari ke-2 kelas kontrol sig p 0,05 ≥ 0,05 mean rank negatif sebesar
5,00 dan kelas kontrol hari ke-3 sig p 0,025<0,05 dengan mean rank negatif sebesar 3,00
dari pre test ke posr test. Berdasarkan hasil hipotesis mann withney diperoleh Sig 0,000 p<
0,05 berarti ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur.
Kesimpulan: Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur RSUD Sunan Kalijaga Demak
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep 15
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437
By;
Dwi Chrisna Susanti , Suryani2), Rahmawati3)
1)
1)
Student of Universitas An Nuur, Email; chrisnapajak@gmail.com
2)
Lecturer of Universitas An Nuur, Email; suryanilatifa@gmail.com
3)
Lecturer of Universitas An Nuur, Email; wrahma976@gmail.com
ABSTRACT
Background: In Sunan Kalijaga Demak Hospital in the space of femur fracture patients
occupy the top 10 diseases in the first semester of 2018, amounting to 42% of all fracture
patients who were opnamed at Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital. Postoperative
Femur Patients arise different sensations of pain, so nurses take action independently with
early mobilization of postoperative femur fracture patients to reduce the scale of pain. The
objective is to determine the effect of early mobilization on pain scale on postoperative
femoral fracture in the space of Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital.
Method: This type of research is experimental research with quasy experimental type with
the design of in the form of pretest-posttest control group design. Sampling using accidental
sampling
Results: Based on the Wilcoxon Test analysis experimental class sig p 0,000 <0.05 with a
negative mean rank of 9.00, while the control class on day 1 sig p 0,000 <0.05 with a mean
negative rank of 9.00, on the day 2 control classes sig p 0.05 ≥ 0.05 negative mean rank of
5.00 and third day control class sig p 0.025 <0.05 with negative mean rank of 3.00 from pre-
test to posr test. Based on the results of the mann withney hypothesis, Sig 0.000 p <0.05
means that there is an influence of early mobilization on the decrease in pain scale in
femoral fracture postoperative patients.
Conclusion: There is an influence of early mobilization on pain scale reduction in
postoperative femoral fracture patients at Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep 17
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437
HASIL
Tabel 2. Pengaruh Perubahan Skala Nyeri Setelah Di Lakukan Mobilisasi Dini dan
Tanpa Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur
Z Sig. (2-tailed)
Pos-Test Kelompok Eksperimen Tahap 1 - Pre-Test -3,824b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 1
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 1-Pre-Test -3,945b ,000
Kelompok Kontrol Tahap 1
Post-Test kelompok Eksperimen Tahap 2 - Pre-Test -3,750b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 2
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 2 - Pre-Test -2,810b ,005
Kelompok Kontrol Tahap 2
Post-Test Kelompok Eksperimen Tahap 3 - Pre-Test -3,729b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 3
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 3 - Pre-Test -2,236b ,025
Kelompok Kontrol Tahp 3
penurunan intensitas nyeri pada kelompok yang di lakukan mobilisasi dini dan tanpa
kontrol. Meskipun tidak mendapatkan mobilisasi dini pada pasien post operasi
intervensi ambulasi dini dari peneliti fraktur femur di ruang kenanga RSUD
secara formal namun responden mendapat Sunan Kalijaga Demak. Di perkuat pada
pelayanan perawatan post operasi fraktur uji dua kelompok atau dua sampel yang
femur sesuai dengan standart rumah sakit. saling berpasangan yaitu melihat
Persiapan praoperatif yang diterima oleh perbedaan mean nilai skala nyeri pre test
pasien (termasuk informasi tentang apa dan post test post operasi fraktur femur
yang diperkirakan juga dukungan pada kelompok intervensi sebelum dan
penenangan dan psikologis) adalah faktor setelah diberikan intervensi, menunjukkan
yang signifikan dalam menurunkan bahwa nilai sig pada pada kelas
ansietas dan nyeri yang dialami dalam eksperimen sig p 0,000<0,05 berarti ada
periode pascaoperatif (Smeltzer Bare, perbedaan yang signifikan sebelum dan
Hinkle & Cheever, 2010). sesudah di lakukan mobilisasi dini pada
Hasil penurunan intensitas nyeri pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas
kelompok kontrol dapat disimpulkan kontrol hari ke-1 sig p 0,000 < 0,05 berarti
bahwa penurunan intensitas nyeri pasien ada perbedaan signifikan tanpa perlakuan,
post operasi abdomen tidak hanya terkait pada hari ke-2 kelas kontrol sig p 0,05 ≥
pada latihan ambulasi dini saja namun juga 0,05 dan kelas kontrol hari ke-3 sig p
dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor lain 0,025>0,05 berarti ada perbedaan tetapi
seperti persepsi nyeri, sosial budaya, usia, tidak signifikan skala sebelum dan sesudah
jenis kelamin, arti nyeri, ansietas, tanpa mobilisasi dini.
pengalaman sebelumnya mengenai nyeri, Kelompok intervensi selain
harapan dan efek plasebo yang dapat mendapatkan standart pelayanan post
berpengaruh pada penurunan intensitas operasi fraktur femur dari pihak rumah
nyeri pasien) sakit responden juga mendapatkan
intervensi mobilisasi dini langsung
B. Perbedaan Pengaruh Mobilisasi Dini dipantau oleh peneliti sehingga responden
dan Tanpa Mobilisasi Dini dengan dapat mengikuti tahapan mobilisasi dini
Pengurangan Skala Nyeri Pasien secara berkesinambungan mulai dari 6 jam
Post Operasi Fraktur Femur post operasi dimulai dengan latihan
Berdasarkan hasil penelitian nilai sig tungkai, latihan kaki, dan perubahan posisi
2-tailed sig 0,000 p<0,05 berarti ada (miring kiri dan miring kanan), 24 jam
perbedaan hasil skala nyeri antara pasien post operasi latihan duduk, 48 jam post
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437
Helmi, N.Z., (2012). Buku Ajar Gangguan Riskesdas (2018). Badan penelitian dan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC pengembangan kemenkes RI.2018
Hidayat, A (2006). Penghantar kebutuhan Smeltzer, S dan Bare, B. 2014. Buku Ajar
dasar manusia. Jakarta. Salemba Keperawatan Medikal Bedah
MMMeeedika. Brunner
Lewis, S, L., Dirksen, S. R., Heitkemper,
M. M., & Bucher, L., (2011). Tety, S. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Medical Surgical Nursing : Relaksasi Dalam Keperawatan
Assesment And Managemen Of Maternitas. PT Refika Adiwijaya.
Clinica Problems(Sheed). USA : Bandung
Elsevier Mosby.
Zanni, J. M., & Needham, D. M. (2010)
Potter, P.A, Perry, A. G (2010) Buku Ajar Promoting Early Mobiliy
Fundamental Keperawatan : Konsep, anfRehabilitation in the Intensive
Proses, dan Praktik. Edisi 7. Care Unit. Ptmmotion,32-38
Volume2. Alih Bahasa: Renata