Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

P
DENGAN CF LEFT PROXIMAL HUMERUS NEER 3
PARTS DI RUANG ANGSOKA 3 RSUP SANGLAH
TANGGAL 29 NOVEMBER 2021 – 4 DESEMBER 2021

OLEH :
PANDE PUTU AYU
ERISMADEWI 2102621046

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
UDAYANA 2021

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. P

A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
 Nama : Ny. P
 Umur : 61 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : IRT
 Status Perkawinan : Kawin
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Peguyangan, Denpasar Utara
 Tanggal Masuk : 28 November 2021
 Tanggal Pengkajian : 30 November 2021
 Sumber Informasi : Pasien, keluarga, rekam medis, catatan
keperawatan
 Diagnosa Masuk : CF Left Proximal Humerus Neer 3 Parts
 Penanggung
 Nama : Tn. R
 Hubungan Dgn Pasien: Anak
2. Riwayat Keluarga
 Genogram

Keterangan :
: Laki-laki normal

: Laki-laki meninggal

: Perempuan normal

: Perempuan (meninggal)

: Ny. P

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

3. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama :
Keluhan saat MRS : Pasien mengeluh nyeri di area fraktur di lengan
atas sebelah kiri dan kesulitan untuk menggerakkan tangannya.
Keluhan saat ini : pasien mengeluh nyeri di area fraktur di lengan atas
sebelah kiri dengan skala 5
 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini:
Pasien datang sadar ke Ruang IGD RSUP Sanglah dengan keluhan
terdapat nyeri dan tidak dapat digerakkan pada lengan kirinya. Pada
tanggal 11 November 2021 pasien terjatuh ketika hendak turun dari
motor untuk untuk membeli bahan bakar. Pasien jatuh akibat
celananya yang tersangkut dengan posisi bagian kiri tubuh utamanya
lengan kiri mendarat lebih dahulu sebagai tumpuan. Pada awalnya
keluarga sempat memiliki keinginan untuk membawa pasien ke tukang
urut namun pasien menolak karena merasa penanganan di rumah sakit
jauh lebih baik. Pasien pun akhirnya dibawa ke rumah sakit Bakti
Rahayu. Pasien kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah untuk melakukan
rontgen dan mendapatkan penanganan yang lebih dalam. Pasien
kemudian mendapatkan penanganan berupa pemasangan alat fiksasi
internal (ORIF) pada tanggal 29 November 2021. Tanggal 30
November 2021 pasien dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi,
pasien mengeluh nyeri pada area frakturnya ketika badannya
digerakkan. Pasien tidak ada keluhan susah makan dan sesak. Namun,
pasien mengatakan mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang
dirasakan dan juga akibat belum terbiasa dengan suasana RS. Pasien
kini di rawat diruang perawatan Angsoka 3.
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Pasien bersama anak berusaha mencari bantuan kesehatan ke RS Bakti
Rahayu yang kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
 Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan memiliki riwayat DM dan hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu. Pasien sudah rutin melakukan kontrol ke dokter tiap 1 bulan
sekali dan rutin meminum obat yang sudah diresepkan.
 Pernah dirawat
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS sebelumnya akibat fraktur
pada kakinya karena terjatuh sehingga pasien harus mendapatkan
tindakan operasi.
 Riwayat alergi :  Ya √ Tidak
Jelaskan :
 Riwayat tranfusi :  Ya √ Tidak
 Kebiasaan :
 Merokok : Ya √ Tidak
Sejak:
 Minum kopi  Ya √ Tidak
Sejak: Jumlah:
 Penggunaan Alkohol  Ya √ Tidak
Sejak:

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengidap penyakit keturunan
ataupun penyakit menular tertentu.
5. Diagnosa Medis dan
Therapy Diagnosa:
CF Left Proximal Humerus Neer 3 Parts
Therapy:
1 November 2021
 IVFD NaCL 0,9% @20 ptm
 Diet rendah garam
 Deksametason 5 mg (IV)
 Difenhidramin 10 mg (IV)
 Seftriakson 1 gr (IV) @ 24 jam
 Ondansentron 4 mg (IV) @ 12 jam
 Fentanil 0,05 mg (IV)
 Paracetamol 500 mg (PO) @ 6 jam
 Vitamin C 50 mg (PO) @ 12 jam
 Pemasangan plate dan screw internal fixation pada fraktur pasien
 Bladder training
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan ia sudah paham akan kondisinya. Pasien mengatakan
bahwa ia sempat ditawarkan untuk ke tukang urut namun pasien menolak
karena merasa akan lebih baik ia memeriksakan keadaanya ke rumah
sakit agar bisa mendapatkan penanganan yang terbaik. Pasien
mengatakan berharap bisa segera sembuh dan pulang dari RS. Pasien juga
memiliki riwayat penyakit DM dan hipertensi. Pasien sudah rutin kontrol
ke dokter tiap 1 bulan sekali dan rutin meminum obat yang diresepkan.
Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan akibat penyakitnya. Pasien
mengatakan pernah gula darahnya turun namun sudah mengetahui
penatalaksanaannya seperti minum air gula untuk menghilangkan rasa
pusingnya.
b. Nutrisi/Metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dalam pola dan nafsu
makan. Saat ini pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pola
makannya. Pasien makan 3 kali sehari secara teratur. Pasien
mengkonsumsi makanan yang diberikan di RS. Pasien juga membawa
makanan dari luar untuk cemilan seperti roti dan juga susu. Pasien minum
sebanyak 1 botol aqua besar (1,5 liter) per harinya. Tidak ada adanya
mual, tidak ada muntah, tidak ada kesulitan menelan. Pasien mengatakan
tidak mempunyai alergi secara spesifik. Tidak ada budaya terkait
makanan di masyarakat setempat yang mempengaruhi kesehatan pasien.
BB: 65 kg, TB: 165 cm, IMT : 23.9 (kelebihan berat badan/overweight).
c. Pola Eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit pola BAB dan BAK pasien normal. BAB 1x
sehari dengan skonsistensi lembek. BAK ± 4-5 kali sehari tanpa ada
keluhan. Tidak ada penggunaan obat-obatan untuk memperlancar BAB.
Pada tanggal 30 November 2021, pasien mengatakan belum BAB.
Sedangkan, untuk BAK pasien terpasang kateter dan urine output
sebanyak 1000 ml, warna urine kuning pekat. Pasien mengatakan belum
bisa merasakan keinginan untuk buang air kencing. Kateter pasien terikat
karena pasien sedang diajarkan bladder training.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.
Keterangan :
Pasien mengalami CF pada lengan kirinya yang sehingga mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ADL-nya. Selain itu, pasien juga
mengeluh nyeri pada area frakturnya. Pasien belum mampu membolak-
balik posisi, karena takut nyeri memberat. Pemenuhan ADL pasien
dibantu oleh Tn. R selaku anaknya.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia akan tidur pada pukul
22.00 WITA dan bangun pada pukul 06.00 WITA. Tidak ada penggunaan
obat tidur, pasien mengatakan seminggu terakhir tidak pernah mimpi
buruk, pasien tidak minum kopi dalam sebulan terakhir. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 30 November 2021 dimana pasien mengatakan
sudah bisa beradaptasi dengan suasana RS dan sudah merasa kualitas
tidurnya cukup.
f. Pola Kognitif-Perseptual
P: pasien mengeluh nyeri pada area fraktur di lengan kirinya yang
muncul ketika pasien menggerakkan badannya dan membaik setelah
pasien beristirahat
Q: nyeri terasa seperti tersayat
R: pada area pada lengan atas kiri (pada fraktur pasien)
S: skala nyeri 5 (0-10)
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu ketika pasien menggerakkan badan
yang berlangsung 5 menit
g. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
Pasien mampu menyebutkan identitas dirinya dengan lengkap dan benar.
Tidak terdapat keluhan terkait persepsi diri termasuk citra tubuh, peran,
harga diri, dan ideal diri pada pasien.
h. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan atau masalah terkait dengan
sistem seksual dan reproduksi.
i. Pola Peran-Hubungan
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah terkait peran diri
dan hubungan pasien dengan orang terdekat, keluarga, dan kerabat pasien
baik. Keluarga menemani dan merawat pasien di RS dengan baik.
j. Pola Manajemen Koping Stress
Pasien mengatakan jika memiliki masalah terkait hal apapun selalu
mendiskusikannya dengan suami dan anaknya.
k. Pola Keyakinan-Nilai
Pasien beragama Hindu dan berasal dari Suku Bali. Pasien rajin
mebanten nasi di pagi hari setelah masak dan rajin mebanten di sore hari
sebagai rutinitas harian pasien sebelum MRS. Saat ini pasien hanya
terbaring di tempat tidur dan keluarga mengajak pasien berdoa di tempat
tidur saja.

7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : √ Baik  Sedang  Lemah Kesadaran:
Composmentis
TTV TD: 130/80 mmHg Nadi : 85 kali/menit
RR: 16 kali/menit Suhu: 36,4 0C
a. Kulit, Rambut dan Kuku
Distribusi rambut :
Lesi  Ya √ Tidak
Warna kulit  Ikterik  Sianosis  Kemerahan Pucat
Akral √ Hangat  Panas  Dingin kering
 Dingin
Turgor:
Oedem  Ya √ Tidak Lokasi:
Warna kuku: √ Pink  Sianosis  lain-lain

b. Kepala dan Leher


Kepala √ Simetris  Asimetris
Lesi  ya √ Tidak
Deviasi trakea  Ya √ Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid  Ya √ Tidak

c. Mata dan Telinga


Gangguan pengelihatan √ Ya Tidak
Menggunakan kacamata √ Ya  Tidak
Visus:
Pupil √ Isokor  Anisokor
Ukuran : .................................
Sklera/ konjungtiva Anemis  Ikterus
Gangguan pendengaran  Ya √ Tidak
Menggunakan alat bantu dengar  Ya √ Tidak
Tes weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Swabach : tidak dilakukan

d. Sistem Pernafasan:
Batuk:  Ya √ Tidak
Sesak:  Ya √ Tidak
 Inspeksi:
Gerakan dinding dada simetris, tidak ada massa, tidak ada lesi, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
 Palpasi :
Taktil fremitus normal, tidak ada krepitasi
 Perkusi :
Suara sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing.
e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada  Ya √ Tidak
Palpitasi  Ya √ Tidak
CRT √ < 3 dtk  > 3 dtk
 Inspeksi:
Tidak terdapat lesi atau masa, Tidak tampak pembesaran jantung
 Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada ICS ke-5
 Perkusi :
Batas jantung normal.
Atas: ICS 2
Bawah: ICS 4
Kanan: ICS 2
Kiri : ICS 2
 Auskultasi :
Suara terdengar BJ I dan BJ II, tidak terdengar murmur dan gallop.
f. Payudara Wanita dan Pria:
Tidak tampak lesi dan massa, tidak ada nyeri tekan.
g. Sistem Gastrointestinal:
Mulut √ Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa √ Lembab  Kering  Stomatitis
Pembesaran hepar  Ya √ Tidak
Abdomen  Meteorismus  Asites Nyeri tekan
Peristaltik: 8 kali/mnt
h. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter √ Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan  Ya √ Tidak
Gangguan  Anuria  Oliguria  Retensi 
Inkontinensia
 Nokturia  Lain-lain:
Warna urine kuning pekat.
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait sistem reproduksi.
j. Sistem Saraf:
GCS: 15 Eye:4 Verbal: 5 Motorik: 6
Rangsangan meningeal  Kaku kuduk  Kernig
 Brudzinski I  Brudzinski II
Refleks fisiologis + Patela + Trisep
+ Bisep + Achiles
Keterangan lain : -
Refleks patologis - Babinski - Chaddock
- Oppenheim - Rossolimo - Gordon
- Schaefer - Stransky - Gonda
Gerakan involunter : tidak ada
k. Sistem Muskuloskeletal:
Kemampuan pergerakan sendi  Bebas √ Terbatas
Deformitas  Ya √ Tidak
Lokasi: ........................
.
Fraktur √ Ya  tidak
Lokasi: left neck humerus
Kekakuan √ Ya  Tidak
Nyeri sendi/otot √ Ya  Tidak
Kekuatan otot : 555 xxx
555 555
Lainnya : Pasien mengalami fraktur left neck humerus sehingga tidak dapat
menggerakan lengan kirinya. Pasien mengatakan belum bisa melakukan
pergerakan yang bebas akibat frakturnya. Pasien belum mampu membolak-
balik posisi, karena takut nyeri memberat. Pemenuhan ADL pasien dibantu
oleh Tn. R selaku anaknya.

l. Sistem Imun:
Perdarahan Gusi  Ya √ Tidak
Perdarahan lama  Ya √ Tidak
Pembengkakan KGB  Ya √ Tidak
Lokasi: .........................
Keletihan/kelemahan √Ya  Tidak
Lainnya : -
m. Sistem Endokrin:
Hiperglikemia  Ya √Tidak
Hipoglikemia  Ya √ Tidak
Luka gangrene  Ya √ Tidak
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang
berhubungan 29 November 2021
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Darah WBC 15.18 103/µL 4.1-11.0 Tinggi
Lengkap NE% 96.30 % 47-80 Tinggi
(DL) LY% 1.50 % 13-40 Rendah
MO% 2.00 % 2.0-11.0
EO% 0.10 % 0.0-5.0 Tinggi
BA% 0.10 % 0.0-2.0
NE# 14.63 103/µL 2.50- Tinggi
7.50
LY# 0.23 103/µL 1.00- Rendah
4.00
MO# 0.30 103/µL 0.10-
1.20
EO# 0.01 103/µL 0.00-
0.50
BA# 0.01 103/µL 0.0-0.1
RBC 3.90 106/µL 4.5-5.9 Rendah
HGB 10.50 g/dL 13.5- Rendah
17.5
HCT 32.50 % 41.0- Rendah
53.0
MCV 83.30 fL 80.0-
100.0
MCH 26.90 pg 26.0- Rendah
34.0
MCHC 32.30 g/dL 31-36
RDW 13.10 % 11.6-
14.8
PLT 359.00 103/µL 150-440
MPV 9.30 fL 6.80-
10.00
NLR 64.20 <=3.13 Tinggi
16 November 2021
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Darah WBC 6.40 103/µL 4.1-11.0
Lengkap NE% 72.70 % 47-80
(DL) LY% 11.40 % 13-40 Rendah
MO% 9.30 % 2.0-11.0
EO% 6.10 % 0.0-5.0 Tinggi
BA% 0.50 % 0.0-2.0
NE# 4.39 103/µL 2.50-
7.50
LY# 0.69 103/µL 1.00- Rendah
4.00
MO# 0.56 103/µL 0.10-
1.20
EO# 0.37 103/µL 0.00-
0.50
BA# 0.03 103/µL 0.0-0.1
RBC 4.04 106/µL 4.5-5.9
HGB 10.40 g/dL 13.5- Rendah
17.5
HCT 33.50 % 41.0- Rendah
53.0
MCV 82.90 fL 80.0-
100.0
MCH 25.70 pg 26.0- Rendah
34.0
MCHC 31.00 g/dL 31-36
RDW 13.10 % 11.6-
14.8
PLT 334.00 103/µL 150-440
MPV 9.40 fL 6.80-
10.00
NLR 6.38 <=3.13 Tinggi
PPT/INR PPT 10.0 Detik 10.8- Rendah
14.4
INR 0.88 0.9-1.1 Rendah
APTT APTT 28.0 Detik 24-36
SGOT AST/SGOT 15.2 U/L 5-34
SGPT ALT/SGPT 24.00 U/L 11.00-
50.00
Bs Glukosa 127 mg/dL 70-140
Acak/Glukosa Darah
Acak/Glukosa (Sewaktu)
Sewaktu
BUN/Ureum BUN 13.80 mg/dL 8.00-
23.00
Creatinin Kreatinin 1.00 mg/dL 0.72-
1.25
E-LFG 60.76 >=90 Rendah
Kalium (K) Kalium (K) 4.24 mmol/L 3.50-
- Serum 5.10
Natrium (Na) Natrium 138 mmol/L 136-145
(Na) -
Serum

b. Pemeriksaan radiologi :

Klinis : Post ORIF PS Humerus


Foto shoulder sinistra AP :
Malalignment
Tampak garis fraktur pada surgical neck os humerus sinistra dengan
displacement fragmen fraktur yang terpasang plate dan crew internal
fixation dengan kedudukan dan aposisi baik
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi
baik
Tak tampak erosi/dekstruksi tulang
Tampak soft tissue swelling pada regio humerus sinistra

Kesan :
Fraktur komplit displaced surgical neck os humerus sinistra yang
terpasang plate dan screw internal fixation dengan kedudukan dan aposisi
baik dengan soft tissue swelling disekitarnya

Klinis : Post ORIF PS Humerus


Foto humerus sinistra AP/Lat :
Malalignment
Tampak garis fraktur pada surgical neck os humerus sinistra dengan
displacement fragmen fraktur yang terpasang plate dan crew internal
fixation dengan kedudukan dan aposisi baik
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi
baik
Tak tampak erosi/dekstruksi tulang
Tampak soft tissue swelling pada regio humerus sinistra

Kesan :
Fraktur komplit displaced surgical neck os humerus sinistra yang
terpasang plate dan screw internal fixation dengan kedudukan dan aposisi
baik dengan soft tissue swelling disekitarnya
c. Hasil konsultasi
Konsul bedah: pasien menjalani operasi pemasangan fiksasi internal
(ORIF) pada tanggal 29 November 2021.
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. Ds : Trauma Hambatan mobilitas fisik
 Pasien
mengatakan belum Terjadinya fraktur
bisa melakukan
pergerakan yang Terputusnya
bebas akibat kontinuitas jaringan
frakturnya. Pasien
belum mampu Perubahan segmen
membolak-balik tulang
posisi, karena takut
nyeri memberat.
Tindakan operatif
Pemenuhan ADL
pasien dibantu oleh
Pemasangat alat fiksasi
Tn. R selaku
interna
anaknya.
Do :
Terganggunya fungsi
 Kemampuan
ekstremitas untuk
pergerakan sendi
sementara waktu
pasien terbatas
 Pemeriksaan radiologi
menunjukkan adanya Hambatan Mobilitas
fraktur pada area neck Fisik
humerus sinistra

2. Ds: Trauma Nyeri akut


 Pasien mengeluh
nyeri di area Terjadinya
fraktur di lengan
atas sebelah kiri fraktur

Terputusnya
16
dengan skala 5 kontinuitas jaringan
 Pasien
mengatakan Perubahan segmen
nyeri biasanya tulang
berlangsung 5
menit, nyeri Tindakan operatif
terjadi ketika
pasien Pemasangat alat fiksasi

menggerakkan interna

badannya. Nyeri
terasa seperti Kerusakan jaringan

tersayat.
Adanya proses
Do:
peradangan
 Pasien tampak
meringis
Nyeri Akut
menahan nyeri

3. Ds : Trauma Hambatan Eliminasi Urine


 Pasien
mengatakan Terjadinya fraktur
belum bisa
merasakan Terputusnya
keinginan untuk kontinuitas jaringan

buang air
kencing Perubahan segmen

Do : tulang

 Kateter pasien
Tindakan operatif
terikat karena
pasien sedang
Tindakan anestesi
diajarkan bladder
training
Memperlambat
gerakan otot saluran
kemih

Menurunnya sensasi
berkemih

Hambatan Eliminasi
Urine
4. Ds : - Trauma Risiko Infeksi
Do :
 Terdapat luka Terjadinya fraktur
post ORIF pada
lengan atas Terputusnya
sebelah kiri kontinuitas jaringan
pasien
 Pasien terpasang Perubahan segmen

kateter tulang

 WBC : 15.18 µL
Tindakan operatif
 Neutrofil : 14.63
µL
Pemasangat alat fiksasi
interna

Kerusakan jaringan &


pemasangan kateter
urine

Risiko Infeksi
5. Ds : Memiliki riwayat Kesiapan Meningkatkan
 Pasien penyakit DM dan Manajemen Kesehatan
mengatakan rutin hipertensi
untuk kontrol ke
dokter setiap 1 Mampu memanajemen
bulan sekali dan penyakit
sudah rutin
meminum obat Rutin ke pelayanan
yang diresepkan kesehatan dan minum
 Pasien obat

mengatakan
sudah Kesiapan

mengetahui Meningkatkan

manajemen Manajemen

hipoglikemia Kesehatan

seperti meminum
air gula
Do :
 Klien meminum
obat secara
teratur
 Tekanan darah
pasien terkontrol
dengan tekanan
darah sistolik
120-130 mmHg
dan tekanan
darah diastolik
80 mmHg

C. Diagnosa Keperawatan
No Dx Tanggal Dx Keperawatan Tanggal TTD
Muncul Teratasi
1. 30 Hambatan Teratasi
November mobilitas fisik sebagian (2
2021 berhubungan Desember Eris
dengan nyeri, 2021)
kerusakan
integritas struktur
tulang, ditandai
dengan penurunan
rentang gerak.
2. 30 Nyeri akut Teratasi
November berhubungan sebagian (2
2021 dengan agens Desember Eris
pencedera fisik 2021)
ditandai dengan
keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala nyeri
dan ekspresi wajah
nyeri.
3. 30 Hambatan Teratasi (2
November eliminasi urine Desember
2021 berhubungan 2021) Eris
dengan pasca
tindakan anestesi
ditandai dengan
menurunnya
sensasi berkemih
4. 30 Risiko infeksi Teratasi (2
November berhubungan Desember
2021 dengan prosedur 2021) Eris
invasif
5. 30 Kesiapan Teratasi (2
November meningkatkan Desember
2021 manajemen 2021) Eris
kesehatan ditandai
dengan
mengungkapkan
keinginan untuk
melakukan
penanganan
terhadap regimen
yang diprogramkan
D. Perencanaan Keperawatan
Hari/Tgl No Dx Rencana Keperawatan
Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Selasa, 30 1 Setelah dilakukan Terapi Latihan: Mobilitas Terapi Latihan: Mobilitas
November intervensi Sendi Sendi
2021 keperawatan selama 1. Jelaskan pada klien 1. ROM aktif dan pasif
2x24 jam diharapkan manfaat dan tujuan memiliki manfaat dalam
pergerakan dan melakukan latihan memelihara dan
mobilitas pasien sendi meningkatkan
meningkat dengan 2. Instruksikan klien cara pergerakan sendi,
kriteria hasil : melakukan latihan merangsang sirkulasi
NOC Label: ROM aktif dan pasif darah, mencegah
Pergerakan 3. Monitor lokasi dan kelainan bentuk
1. Pasien dapat kecenderungan adanya (deformitas),
menggerakka nyeri dan memelihara dan
n sendinya ketidaknyamanan meningkatkan otot.
secara bebas selama pergerakan atau Selain itu, latihan ROM
pada area aktivitas juga dapat mengurangi
yang tidak 4. Dukung latihan ROM rasa nyeri.
sakit aktif dan pasif, sesuai 2. Latihan ROM aktif dan
2. Pasien dapat jadwal yang teratur dan pasif dilakukan oleh
bergerak terencana klien sendiri yang
perlahan NIC Label: Perawatan sebelumnya diberikan
pada area Tirah Baring contoh oleh perawat.
yang tidak 1. Hindari menggunakan 3. Penting untuk
mengalami linen kasur yang memonitor klien saat
fraktur teksturnya kasar melakukan gerakan
2. Jaga kain linen kasur apakah mengalami nyeri
tetap bersih, kering atau tidak.
dan bebas kerutan 4. Latihan ROM aktif dan
3. Balikkan tubuh pasien pasif penting untuk
yang tidak dapat dilakukan secara rutin
mobilisasi paling agar mendapatkan hasil
tidak setiap 2 jam yang maksimal.
4. Monitor komplikasi Perawatan Tirah Baring
dari tirah baring 1. Mencegah terjadinya
NIC Label : Bantuan luka yang dapat
Perawatan Diri timbul
1. Monitor kemampuan 2. Menjaga kenyamanan
perawatan diri pasien pasien
2. Bantu pasien 3. Menghindari adanya
menerima luka tekan akibat
kebutuhannya terkait berada dalam posisi
dengan kondisi yang sama dalam
ketergantungan pasien waktu yang lama,
seperti hygiene, posisi miring lebih
berpakaian, efektif menurunan
makan/minum, derajat decubitus
eliminasi, mobilisasi, 4. Menghindari
dan berpindah terjadinya masalah
3. Ajarkan keluarga kesehatan lain
untuk mendukung Bantuan Perawatan Diri
kemandirian pasien 1. Mengetahui batas
dengan hanya kemampuan pasien
membantu pasien dalam melakukan
ketika tidak mampu perawatan diri
melakukannya sendiri 2. Memenuhi seluruh
kebutuhan perawatan
diri pasien
3. Melibatkan peran
keluarga dalam
perawatan pasien dan
membantu
meningkatkan
kemandirian pasien
Selasa, 30 2 Setelah diberikan NIC label : Manajemen Manajemen Nyeri
November intervensi Nyeri 1. Pengkajian berguna
2021 keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian dalam mengidentifikasi
2x24 jam, nyeri komprehensif yang nyeri yang dialami oleh
diharapkan nyeri meliputi lokasi, klien sehingga dapat
pasien berkurang karakeristik, menentukan intervensi
dengan kriteria hasil onset/durasi, frekuensi, yang tepat.
: kualitas, intensitas atau 2. Membantu klien dalam
NOC label : beratnya nyeri dan faktor menginterpretasikan
Kontrol Nyeri pencetus nyeri yang dirasakan.
1. Mengenali kapan 2. Gunakan strategi 3. Mengurangi faktor-
nyeri terjadi komunikasi terapeutik faktor penyebab nyeri
2. Menggambarkan untuk mengetahui sehingga dapat
faktor penyebab pengalaman nyeri dan meningkatkan rasa
3. Menggunakan sampaikan penerimaan nyaman klien dan
tindakan pasien terhadap nyeri mengurangi rasa nyeri.
pengurangan 3. Gali bersama pasien 4. Dengan menentukan
(nyeri) tanpa faktor-faktor yang dapat akibat dari nyeri yang
analgesik menurunkan atau dirasakan klien dapat
4. Melaporkan nyeri memperberat nyeri membantu dalam
yang terkontrol 4. Tentukan akibat dari penyusunan rencana
Tingkat Nyeri pengalaman nyeri selanjutnya untuk
1. Pasien tidak terhadap kualitas hidup mengatasi masalah klien.
mengerang dan pasien (tidur, 5. Memberikan terapi yang
menangis kenyamanan) tepat dan terbaik pada
2. Tidak ada 5. Kolaborasi dengan pasien sesuai dengan
ekspresi nyeri pasien, orang terdekat kebutuhannya sehingga
wajah dan tim kesehatan rasa nyeri bisa teratasi
3. Pasien dapat lainnya untuk memilih 6. Mengatasi rasa nyeri
beristirahat dan pada pasien
4. Frekuensi nafas mengimplementasikan
dalam batas sikap tindakan
normal penurunan nyeri
5. Tekanan darah nonfarmakologi, sesuai
dalam batas kebutuhan (misalnya
normal relaksasi napas dalam,
terapi musik, distraksi,
dan lain-lain) pada
bagian yang dirasa nyeri
oleh pasien)
6. Kolaborasi pemberian
anti nyeri farmakologi
Selasa, 30 3 Setelah diberikan NIC Label : Manajemen NIC Label : Manajemen
November intervensi selama Eliminasi Perkemihan Eliminasi Perkemihan
2021 2x24 jam diharapkan 1. Monitor eliminasi urin 1. Mengetahui
gangguan eliminasi termasuk frekuensi, karakteristik urin
urine pada pasien volume, dan warna pasien
dapat teratasi, 2. Pantau tanda dan 2. Mendeteksi dini
dengan kriteria hasil gejala retensi urine adanya komplikasi
: 3. Anjurkan akibat gangguan
NOC Label : pasien/keluarga untuk eliminasi urin
Eliminasi Urine mencatat output urin 3. Mengetahui jumlah
1. Pola 4. Instruksikan pasien urine output yang
eliminasi untuk segera keluar
pasien tidak merespon keinginan 4. Pasien sedang
terganggu mendesak untuk melakukan bladder
2. Pasien dapat berkemih training sehingga
mengenali diharapkan pasien
keinginan bisa segera dapat
untuk berkemih seperti biasa
berkemih tanpa menggunakan
3. Tidak ada alat bantu berupa
nyeri saat kateter
berkemih
Selasa, 30 4 Setelah diberikan NIC Label : Perawatan Perawatan Luka
November intervensi selama Luka 1. Penggantian balutan atau
2021 2x24 jam diharapkan 1. Angkat balutan dan perban dapat
risiko infeksi pada plester perekat menghindari risiko
pasien dapat 2. Monitor karakteristik infeksi pada pasien
berkurang, dengan luka, termasuk akibat balutan yang
kriteria hasil : drainase, warna, sudah lama terpasang.
NOC Label : ukuran, dan bau 2. Mengetahui
Kontrol Risiko : 3. Bersihkan dengan perkembangan
Proses Infeksi normal saline atau karakteristik luka pasien
1. Mampu pembersih yang tidak sehingga dapat
mengidentifi beracun dengan tepat memberikan penanganan
kasi faktor 4. Berikan perawatan yang tepat.
risiko infeksi insisi pada luka 3. Membersihkan luka
2. Mampu 5. Oleskan salep yang dengan cairan pembersih
mengidentifi sesuai dengan luka bertujuan untuk
kasi tanda kulit/lesi membilas benda asing
dan gejala 6. Berikan balutan yang dari permukaan luka
infeksi sesuai dengan jenis misalnya kotoran atau
3. Mengemban luka debu. Hal ini sangat
gkan strategi 7. Pertahankan teknik diperlukan untuk
yang efektif balutan steril ketika mempercepat proses
untuk melakukan perawatan penyembuhan luka dan
mengontrol luka dengan tepat mengurangi risiko
risiko 8. Ganti balutan sesuai terjadinya infeksi.
4. Memodifikas dengan jumlah 4. Perawatan insisi pada
i gaya hidup eksudat dan drainase kulit bermanfaat untuk
untuk 9. Periksa luka setiap menghilangkan sekresi
mengontrol kali perubahan yang menumpuk dan
risiko balutan jaringan mati pada luka
10. Bandingkan dan catat insisi, mempermudah
setiap perubahan luka proses penyembuhan
11. Posisikan untuk luka, dan mengurangi
menghindari pertumbuhan
menempatkan mikroorganisme pada
ketegangan pada luka luka.
12. Anjurkan anggota 5. Antimikroba pada obat
keluarga pada topical dapat membantu
prosedur perawatan mencegah terjadinya
luka infeksi pada luka.
13. Anjurkan keluarga 6. Pemilihan balutan yang
mengenal tanda dan tepat dapat
gejala infeksi mempengaruhi keadaan
14. Dokumentasikan dan proses penyembuhan
lokasi luka, ukuran, luka. Hal yang penting
dan tampilan diperhatikan dalam
penerapan balutan atau
NIC Label : Perlindungan perban pada luka yaitu
Infeksi pastikan ukuran perban
1. Monitor adanya tanda telah sesuai dengan
dan gejala infeksi bagian tubuh atau luka
sistemik dan lokal yang akan diabalut,
2. Monitor kerentanan tempelkan perban
terhadap infeksi dengan tegas tapi tidak
3. Monitor hitung terlalu ketat untuk
mutlak granulosit, menjaga sirkulasi udara
WBC, dan hasil-hasil disekitar bagian tubuh
diferensial yang mengalami cedera.
4. Pertahankan asepsis Mengetahui teknik
untuk pasien berisiko penggunaan perban
5. Tingkatkan asupan sangat penting karena
nutrisi yang cukup penerapan perban yang
6. Anjurkan istirahat salah dapat
7. Instruksikan pasien mempengaruhi proses
untuk minum penyembuhan luka.
antibiotic yang 7. Mencegah risiko infeksi
diresepkan pada luka
8. Pemilihan balutan
NIC Label : Perawatan bertujuan untuk
Selang : Perkemihan menciptakan lingkungan
1. Jaga kebersihan yang optimal bagi proses
tangan sebelum, penyembuhan luka.
selama, dan setelah Pemilihan dressing
melakukan perawatan dipengaruhi oleh tingkat
kateter kelembaban luka dan
2. Jaga sistem drainase jumlah eksudat. Perban
kemih tertutup, steril, yang dipilih harus
dan tidak terkoyak mampu menyerap cairan
3. Pastikan penempatan dan dapat
kantung drainase di mempertahankan
bawah permukaan kelembaban lingkungan
kandung kemih luka sehingga dapat
4. Kosongkan alat mempercepat proses
drainase urine secara penyembuhan.
berkala dengan 9. Melihat apakah ada
interval tertentu tanda-tanda yang
5. Ganti alat drainase menggambarkam kondisi
urine secara berkala luka (apakah luka sudah
memasuki fase
penyembuhan yang
semestinya)
10. Mengetahui adanya
perubahan pada kondisi
luka (apakah ada
indikasi-indikasi
kemajuan proses
penyembuhan ataukah
terdapat penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan)
11. Pada saat terluka, kulit
akan memiliki
mekanisme alamiah
untuk membentuk
jaringan baru sehingga
luka dapat tertutup atau
sembuh. Proses tersebut
memerlukan cukup
banyak oksigen sehingga
apabila bagian tubuh
yang luka mengalami
penekanan, maka dapat
menghambat sirkulasi
pada area tersebut yang
dapat menghambat
proses penyembuhan
luka.
12. Perawat memiliki peran
sebagai edukator baik
bagi pasien maupun
keluarga. Dalam kasus,
keluarga dapat diberikan
pengetahuan mengenai
bagaimana teknik
perawatan luka pada
pasien, sehingga
keluarga mampu
mengetahui tindakan
yang dapat dilakukan
pada luka (dapat
digunakan sebagai ilmu
yang mungkin bisa
diterapkan ke depannya
dan keluarga juga
mengetahui perawatan
apa saja yang telah
perawat berikan pada
anggota).
13. Perawat memiliki peran
sebagai edukator baik
bagi pasien maupun
keluarga. Dalam kasus,
keluarga dapat diberikan
pengetahuan mengenai
tanda dan gejala infeksi
yang biasa terjadi,
sehingga keluarga
diharapkan dapat turut
serta membantu
mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi dan
segera melaporkan
apabila melihat adanya
kemungkinan pasien
memiliki infeksi.
14. Proses keperawatan
dalam rangka perawatan
luka pada pasien penting
untuk didokumentasikan,
karena dapat digunakan
sebagai bahan acuan
untuk merencanakan
atau melakukan
intervensi selanjutnya.

Perlindungan Infeksi
1. Mengetahui bila
terjadi infeksi lebih
awal, sehingga pasien
mendapatkan
perawatan yang tepat
dan mencegah
terjadinya infeksi
lanjutan
2. Mengobservasi sejauh
mana risiko pasien
dapat mengalami
infeksi sehingga dapat
menentukan
perawatan yang tepat
untuk mencegah
terjadinya infeksi.
3. Hasil-hasil
laboratorium tersebut
dapat menjadi
indicator apakah
pasien mengalami
infeksi atau tidak serta
untuk mengetahui
apakah kondisi pasien
membaik atau
memburuk
4. Mencegah terjadinya
infeksi pada pasien
dengan melakukan
sterililasi di
lingkungan sekitar
pasien. Tindakan
aseptic bertujuan
untuk mengurangi
atau menghilangkan
mikoorganisme pada
permukaan benda
hidup maupun benda
mati agar mencegah
pasien terkena infeksi.
5. Meningkatkan kondisi
pasien dengan
mengkonsumsi
makanan bergizi
6. Mengembalikan
energy pasien dengan
istirahat yang cukup
7. Mengatasi infeksi
pada pasien

Perawatan Selang
Perkemihan
1. Penerapan universal
precaution untuk
mencegah terjadinya
infeksi pada pasien
2. Mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri
yang dapat masuk
melalui urine bag
yang tidak steril
(misalnya diletakkan
di lantai yang dapat
menjadi media
pertumbuhan
mikroorganisme)
3. Mencegah refluks
urine ke dalam
kandung kemih yang
dapat menyebabkan
infeksi dan untuk
memudahkan drainase
gravitasi kandung
kemih
4. Mencegah
penumpukan urine
dalam urine bag dan
memantau output
urine pada pasien
5. Perawatan kateter
perlu dilakukan tiap
2/3 hari sekali dan
selambat-lambatnya
diganti tiap dua
minggu sekali untuk
mencegah terjadinya
infeksi di saluran
kemih
Selasa, 30 5 Setelah diberikan NIC Label: Pengajaran Pengajaran Proses Penyakit
November intervensi selama Proses Penyakit: 1. Penyampaian informasi
2021 2x24 jam, 1. Kaji tingkat pengetahuan akan disesuaikan dengan
diharapkan pasien pasien tingkat pengetahuan
mampu melakukan 2. Jelaskan mengenai pasien agar mudah
manajemen proses penyakit dipahami
pengobatan pada 3. Berikan informasi 2. Dengan memahami
penyakitnya dengan kepada pasien dan perjalanan dari
kriteria hasil : keluarga mengenai penyakitnya pasien dapat
NOC Label : kondisinya memahami kondisi
Pengetahuan : 4. Diskusikan pilihan tubuhnya
Proses Penyakit terapi/penanganan 3. Dengan mengetahui
1. Pasien 5. Jelaskan alasan dibalik kondisi tubuhnya pasien
mengetahui manajemen/terapi/penan dapat menentukan pilihan
faktor ganan yang terapi yang akan
penyebab direkomendasikan dijalaninya
penyakit 6. Jelaskan komplikasi 4. Pasien memiliki hak untuk
2. Pasien kronik yang mungkin menyetujui atau menolak
mengetahui ada intervensi yang akan
faktor risiko diberikan kepadanya
penyakit 5. Pasien mempunyai hak
3. Pasien untuk mengetahui
mengetahui rasionalisasi setiap
manajemen tindakan yang diberikan
penyakit kepadanya beserta dengan
4. Pasien keuntungan dan
mengetahui kerugianya
komplikasi 6. Tingkat keseriusan dari
dari penyakit penyakit dapat diketahui
5. Pasien dapat melalui tanda gejala dan
memilih komplikasi yang muncul
pengobatan pada pasien
yang tersedia
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal No. Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien TTD
Dx
30 November 1 Siang 1. Melakukan pengecekan 1. Kondisi linen
2021 (12.00 terhadap linen pasien pasien dalam
WITA- 2. Mengindentifikasi adanya keadaan bersih
selesai)
rasa tidak nyaman dan 2. Pasien Eris
mengatakan
komplikasi selama tirah
tidak ada sakit
baring
pada area
3. Mengedukasi pasien dan
punggung dan
keluarga untuk sering
pinggul akibat
merubah posisi agar tidak
tirah baring yang
dalam posisi tidur terus
cukup lama.
yang dapat menyebabkan
3. Pasien
risiko decubitus
mengatakan
4. Mengidentifikasi
belum mampu
kemampuan perawatan melakukan posisi
diri pasien miring kanan dan
5. Mengedukasi pasien dan kiri akibat nyeri
keluarga terkait yang dirasakan,
kemampuan perawatan namun pasien

diri pasien. Ketika pasien mengatakan jika


nyerinya sudah
sudah mampu melakukan
berkurang ia akan
secara mandiri, maka
mencoba kembali
keluarga hanya
teknik miring
mendukung dan
kanan dan kiri
mendampingi pasien, paling tidak setiap
biarkan pasien melakukan 2 jam. Hasil
tindakan yang sudah bisa observasi
dilakukan secara mandiri. didapatkan tidak
Namun, untuk perawatan adanya tanda-
diri yang belum mampu tanda dekubitus
pasien lakukan secara pada

mandiri, maka dianjurkan 4. Pasien


keluarga untuk membantu mengatakan
dan mendampingi pasien bahwa
dalam memenuhi perawatan
kebutuhan pasien. dirinya seperti
6. Mengindentifikasi lokasi mandi, BAB
dan kecenderungan dibantu
adanya nyeri dan sepenuhnya oleh
ketidaknyamanan selama anaknya (Tn. R)
pergerakan atau aktivitas 5. Pasien
7. Mengajarkan dan mengatakan
mengedukasi peningkatan tidak ada
waktu latihan gerak masalah
sesering mungkin serta mengenai
memonitor pergerakan pemenuhan
pasien ADL-nya yang
8. Mengedukasi pasien dan dibantu oleh
keluarga terkait langkah- anaknya. Pasien
langkah mobilisasi dini mengatakan jika
pasca operasi seperti ia bisa
miring kanan dan kiri, melakukan
melatih ROM mulai dari sesuatu secara
kepala, ekstremitas bawah, mandiri maka ia
tangan kanan pasien yang tidak akan
tidak fraktur, sampai merepotkan
gerakan untuk lengan kiri 6. Pasien
pasien yang mengalami mengatakan
fraktur kadang kurang
nyaman dengan
posisinya,
adanya rasa
nyeri ketika
bergerak.
7. Pergerakan sendi
pasien masih
minimal, pasien
belum dapat
duduk tanpa
dibantu
8. Pasien belum
dapat
membolak-
balikkan posisi
secara mandiri
karena masih
merasa nyeri
Pasien dan
keluarga
mengatakan
akan melakukan
latihan rentang
gerak mobilisasi
dini post operasi
agar bisa segera
pulih
2 Desember 1 Pagi 1. Mengindentifikasi 1. Pasien
2021 (10.00 lokasi dan mengatakan
WITA kecenderungan adanya sudah nyaman Eris
)
nyeri dan dengan
ketidaknyamanan posisinya, rasa
selama pergerakan atau nyeri ketika
aktivitas bergerak
2. Mengajarkan dan sudah
mengedukasi berkurang.
peningkatan waktu 2. Pergerakan
latihan gerak sesering sendi pasien
mungkin serta sudah cukup
memonitor pergerakan baik, pasien
pasien dapat duduk
3. Mengedukasi pasien serta berdiri,
dan keluarga terkait dan
langkah-langkah pergerakan
mobilisasi dini pasca pasien pada
operasi seperti miring lengan kirinya
kanan dan kiri, melatih yang fraktur
ROM mulai dari hanya sebatas
kepala, ekstremitas menggerakkan
bawah, tangan kanan jari-jari dan
pasien yang tidak telapak tangan
fraktur, sampai gerakan sedangkan
untuk lengan kiri latihan gerak
pasien yang mengalami untuk tubuh
fraktur yang sehat
normal.
3. Pasien dan
keluarga
mengatakan
akan
melakukan
latihan rentang
gerak
mobilisasi dini
post operasi
agar bisa
segera pulih
30 November 2 Pagi 1. Berkolaborasi dengan 1. Sebelum Perawat ruangan
2021 (07.30 dokter terkait pemberian memberikan obat,
WITA anti nyeri farmakologi perawat sudah
) (paracetamol 500 mg)
memeriksa 6
benar pemberian
obat. Pasien
mengatakan saat
ini nyeri masih
dapat dikontrol,
tidak ada tanda-
tanda yang
menunjukkan
reaksi dari efek
samping obat
1. Mengkaji nyeri secara 1. Pasien
komprehensif yang meliputi menjelaskan
lokasi, karakeristik, kondisi nyeri Eris
onset/durasi, frekuensi,
yang dialami
kualitas, intensitas atau
yaitu dibagian
beratnya nyeri (PQRST)
lengan kiri
2. Mengidentifikasi faktor-
dengan skala
faktor yang dapat
menurunkan atau
5. Nyeri

memperberat nyeri dirasakan


3. Mengidentifikasi akibat hanya ketika
dari pengalaman nyeri pasien
terhadap kualitas hidup menggerakkan
pasien (tidur, kenyamanan) badannya
4. Berkolaborasi dengan yang
pasien dan keluarga untuk
berlangsung
memilih tindakan
selama 5-10
penurunan nyeri
menit
nonfarmakologi, sesuai
2. Pasien
kebutuhan (pasien dalm
keluarga memilih teknik mengatakan
relaksasi napas dalam) nyeri akan
dirasakan ketika
ia
menggerakkan
badannya
3. Pasien
mengatakan
nyeri yang
dirasakan masih
bisa ditahan dan
tidak sampai
mengganggu
tidurnya namun
agak sedikit
membuatnya
tidak nyaman
4. Pasien tampak
memahami
informasi
yang diberikan
dengan
mampu
melakukan
sesuai yang
disarankan
2 Desember 2 Pagi 1. Mengkaji nyeri secara 1. Pasien
2021 (10.00 komprehensif yang menjelaskan
WITA meliputi lokasi, kondisi nyeri
) karakeristik, onset/durasi,
yang dialami Eris
frekuensi, kualitas,
yaitu dibagian
intensitas atau beratnya
lengan kiri
nyeri (PQRST)
dengan skala 3.
2. Mengidentifikasi akibat
dari pengalaman nyeri Nyeri dirasakan
terhadap kualitas hidup hanya ketika
pasien (tidur, pasien
kenyamanan)
menggerakkan
3. Berkolaborasi dengan
badannya yang
pasien dan keluarga untuk
berlangsung
memilih tindakan
selama 5 menit
penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai 2. Pasien

kebutuhan (pasien dalm mengatakan nyeri

keluarga memilih teknik yang dirasakan

relaksasi napas dalam) masih bisa


ditahan dan tidak
sampai
mengganggu
tidurnya namun
agak sedikit
membuatnya
tidak nyaman
3. Pasien tampak
memahami
informasi yang
diberikan
dengan mampu
melakukan
sesuai yang
disarankan
30 November 3 Pagi 1. Monitor eliminasi urin 1. Warna urin
2021 (09.00 termasuk frekuensi, pasien kuning
WITA volume, dan warna pekat, volume Eris
)
2. Pantau tanda dan gejala urin 1000 ml
retensi urine 2. Tidak ada
3. Anjurkan kesulitan
pasien/keluarga untuk untuk BAK,
mencatat output urin hanya saja
4. Instruksikan pasien pasien belum
untuk segera merespon dapat
keinginan mendesak merasakan
untuk berkemih sensasi/keingi
nan untuk
berkemih
3. Urin output
pasien 1000
ml
4. Pasien
mengatakan
akan segera ke
membuka
klem pada
kateter jika
merasa ingin
BAK
30 November 4 Siang 1. Memonitor adanya 1. Tidak ada tanda
2021 (12.30 tanda dan gejala infeksi dan gejala infeksi
WITA sistemik dan lokal pada pasien
)
2. Memberikan edukasi 2. Pasien dan Eris
kepada pasien dan keluarga
keluarga untuk mengatakan sudah
meningkatkan asupan memahami
nutrisi yang cukup, informasi yang
menganjurkan istirahat disampaikan.
yang cukup, dan Pasien dan
3. Menjaga kebersihan keluarga
tangan sebelum, mengangguk
selama, dan setelah sebagai tanda
melakukan perawatan memahami
kateter informasi yang
4. Menjaga sistem disampaikan
drainase kemih 3. Mahasiswa sudah
tertutup, steril, dan mencuci tangan
tidak terkoyak dan menggunakan
5. Memastikan handscoon saat
penempatan kantung memberikan
drainase di bawah perawatan pada
permukaan kandung kateter yang
kemih terpasang pada
6. Mengosongkan alat pasien
drainase urine secara 4. Mahasiswa sudah
berkala dengan interval memastikan urine
tertentu bag dalam
keadaan tertutup
dan tidak
menyentuh lantai
untuk mencegah
terjadinya infeksi
pada pasien
5. Mahasiswa
melakukan
pengosongan pada
urine bag pasien.
Pasien belum
dapat merasakan
keinginan untuk
BAK
Kamis, 2 4 Pagi 1. Melakukan perawatan 1. Tidak ada tanda Residen bedah
Desember (07.00 pada luka bekas dan gejala infeksi
2021 WITA operasi pasien agar pada luka bekas
)
tidak terjadi infeksi operasi pasien
Kamis, 2 5 Pagi 1. Memberikan edukasi 1. Pasien
Desember (10.00 kepada pasien mengatakan
2021 WITA mengenai penyebab, sudah paham Eris
)
faktor risiko, dengan
komplikasi, dan informasi
manajemen pengobatan yang
pada penyakit penyerta disampaikan
yang dimiliki pasien perawat.
(DM dan Hipertensi) Pasien juga
mengatakan
akan rutin
mengontrol
kadar gula
darah dan
tekanan
darahnya

F. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal No Dx Jam Evaluasi Paraf
1. Kamis, 2 1 12.00 S:
Desember WITA-  Pasien mengatakan
2021 selesai sudah mengerti
dengan penjelasan Eris
mengenai langkah-
langkah dalam
melakukan
mobilisasi dini post
operasi.
 Pasien mengatakan
akan menggerakkan
area tubuhnya yang
tidak mengalami
fraktur agar tidak
terjadi kekakuan
otot
O:
 Pasien mampu
melakukan
beberapa latihan
gerak seperti
menggerakkan
anggota badan yang
tidak sakit dengan
baik dan
menggerakkan jari
dan pergelangan
tangan kiri
meskipun masih
dirasa sedikit nyeri.
A: Masalah teratasi
sebagian (latihan rentang
gerak belum dapat
dilakukan dengan
maksimal dikarenakan
kondisi pasien)
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
 Melakukan latihan
mobilisasi dini
post operasi
secara rutin
 Monitor kekuatan
otot dan
perawatan diri
pasien
2. Kamis, 2 2 12.00 S:
Desember WITA-  Pasien mengatakan
2021 selesai sudah mengetahui
faktor pemberat Eris
nyeri. Pasien
mengatakan sudah
mengetahui teknik
nonfarmakologi
yang dapat
dilakukan untuk
mengurangi nyeri
yang dirasakan.
Saat menggerakkan
badannya pasien
mengatakan masih
terasa nyeri.
O:
 Wajah pasien
seperti menahan
nyeri saat bergerak
 Nadi : 82x/menit
 Suhu : 36,5℃
 RR : 16x/menit
 TD : 120/80mmHg
A: Masalah teratasi
sebagian (masih adanya
nyeri yang dirasakan oleh
pasien saat bergerak)
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
 Monitor nyeri yang
dirasakan pasien dan
efeknya terhadap
kualitas hidup
pasien
 Melakukan tindakan
pengurangan nyeri
nonfarmakologi dan
farmakologi
3. Kamis, 2 3 12.00 S:
Desember WITA-  Pasien
2021 selesai mengatakan sudah
dapat merasakan Eris
keinginan untuk
BAK dan tidak
lagi menggunakan
kateter. Pasien
dibantu BAK ke
kamar mandi oleh
anaknya.
O:
 Pasien sudah tidak
menggunakan
kateter
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. Selasa, 30 4 14.00 S:
November WITA-  Keluarga
2021 selesai mengatakan akan
memonitor ada Eris
tidaknya gejala
infeksi pada area
bekas operasi dan
tempat pemasangan
kateter pasien.
Keluarga juga
mengatakan sudah
mengerti cara
mengosongkan
urine bag setiap
kali penuh agar
urine pasien tidak
menumpuk.
O:
 Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area bekas operasi
pasien
 Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area tempat
pemasangan kateter
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
 Monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
pasien
5. Kamis, 2 4 10.00 S:
Desember WITA-  Keluarga
2021 selesai mengatakan akan
memonitor ada Eris
tidaknya gejala
infeksi pada area
bekas operasi
O:
 Tidak ada tanda dan
gejala infeksi pada
area bekas operasi
pasien
 Pasien sudah
diberikan perawatan
luka
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
meliputi :
 Monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
pasien
 Perawatan
luka secara
rutin

5. Kamis, 2 5 12.00 S:
Desember WITA-  Pasien dan
2021 selesai keluarga
mengatakan sudah Eris
paham akan
informasi
mengenai
penyakitnya.
Pasien juga
mengatakan akan
rutin mengontrol
kadar gula darah
dan tekanan
darahnya
O:
 Pasien dan keluarga
dapat mengulang
kembali informasi
yang telah
disampaikan
 Pasien dan keluarga
tampak mengangguk
sebagai tanda
memahami informasi
yang disampaikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
JURNAL PENDUKUNG

Judul : Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Femur di Ruang Kenanga Rsud Sunan Kalijaga Demak
Author : Dwi Chrisna Susanti, Suryani, &
Rahmawati Tahun 2020
Ringkasan :
Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik serta menguarangi adanya nyeri. Pada pasien post
operasi yang dilakukan mobilisasi dini memiliki waktu penyembuhan yang lebih
cepat dibandingkan klien yang tidak mobilisasi dini. Mobilisasi dini sangat penting
sebagai tindakan pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi
sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan
fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan desain dalam pretest-
post test control group design, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling dengan teknik yang diambil yaitu simple random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah SOP mobilisasi dini, Skala NRS (Numeric Rating Scale) yang berisi skor 0 –
10 dan lembar observasi. Tahapan mobilisasi dini secara berkesinambungan mulai
dari 6 jam post operasi dimulai dengan latihan tungkai, latihan kaki, dan perubahan
posisi (miring kiri dan miring kanan), 24 jam post operasi latihan duduk, 48 jam post
operasi latihan turun dari tempat tidur dan berjalan. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur RSUD Sunan Kalijaga Demak. Perubahan skala nyeri ini terjadi
akibat adanya motivasi yang kuat dari dalam diri responden dan keluarga untuk tetap
membantu proses penyembuhan pasien setelah menjalani operasi fraktur femur.
Mengatasi nyeri pasca bedah fraktur femur merupakan tindakan penting dalam
mencegah nyeri kronik, mengurangi lama perawatan demi meningkatkan kulitas
hidup pasien. Pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45
menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam
pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien
sudah keluar dari kamar sadar.

5
2
JURNAL PENDUKUNG

Judul : Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu
Author : Devi Listiana, Pawiliyah, & Fatma
Hidayah Tahun 2018
Ringkasan :
Tindakan pembedahan menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh.
Untuk menjaga homeostatis, tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan
pemulihan pada jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah
terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan pasien. Penanganan nyeri non
farmakologis dengan teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri perawat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh pasien post operasi fraktur setelah 4 jam di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental
Sampling sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang pasien post
operasi fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi pernafasan didapat skala nyeri minimum
3, skala nyeri maksimum 9. Sedangkan, setelah dilakukan teknik relaksasi pernafasan didapat
skala nyeri minimum 2, skala nyeri maksimum 8. Hal tersebut membuktikan bahwa ada
pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi
fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Relaksasi napas dalam dapat
menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme merelaksasikan otot-otot skelet yang
mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik. Selain itu teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Relaksasi nafas
dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat menimbulkan rasa nyaman yang pada
akhirnya akan meningkatkan toleransi persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami.
Jika seseorang mampu meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka seseorang akan
mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki pertahanan diri yang baik pula

53
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, GM., Butcher, HK., Dochterman, JM., Wagner, CM. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia. Singapura :
Elsevier

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses :


Definitions and Classification 2018-2020. Jakarta : EGC.

Listiana, D., Pawiliyah, & Hidayah, F. (2018). Pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni rsud dr.
m. yunus bengkulu. Jurnal Sains Kesehatan, 25(3), 70-77.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Kelima Bahasa Indonesia. Singapura : Elsevier

Susanti. D. C., Suryani, & Rahmawati. (2020). Pengaruh mobilisasi dini terhadap skala
nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di ruang kenanga rsud sunan kalijaga
demak. 5(1), 15-23.
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis (misalnya Aktivitas otot yang ekstrem
PATHWAY kanker tulang atau osteoporosis
CLOSE
FRAKTUR Tidak mengetahui tentang penyakit serta
Defisien
Terjadinya fraktur manajemen penyakit
Pengetahuan
Menggunakan alat Terputusnya kontinuitas
Risiko Jatuh
bantu medis jaringan Khawatir tentang kondisi
Ansietas
saat ini

Perubahan segmen tulang

Tekanan pada sumsum Tindakan anestesi


tulang Tindakan operatif

Prosedur invasif Memperlambat gerakan


Pembuluh kapiler
mengalami tekanan
otot saluran kemih

Terganggunya fungsi
Terlepasnya Hambatan Pemasangan alat
ekstremitas untuk Menurunnya
ketoalamin Mobilitas Fisik fiksasi interna
sementara waktu sensasi/doronga
n berkemih
Memobilisasi
pengeluaran asam lemak Risiko Infeksi Kerusakan jaringan
Hambatan
Bergabung dengan Adanya proses Eliminasi Urine
trombosit peradangan

Terjadinya emboli
Nyeri Akut
Tersumbatnya pembuluh Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
darah Perifer
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
DI RUANG SERUNI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU

The Effect of Deep Breath Relaxation Therapy on Pain Intensity in Post


Patients Fracture Surgery in Seruni Room of dr. M. Yunus
Hospital Bengkulu

Devi Listiana1, Pawiliyah1, Fatma Hidayah1


1
Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Email: devilistiana01@gmail.com

ABSTRAK
Keadaan pasien pasca operasi femur mengalami nyeri di sekitar insisi yang
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-
Eksperimental menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi fraktur setelah 4 jam di
ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling sebanyak 30 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer. Analisis data dilakukan secara
univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan: dari 30
orang pasien post operasi fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi pernafasan
didapat skala nyeri minimum 3, skala nyeri maksimum 9, skala nyeri rata-rata
5,80 dengan standar deviasi 1,518, setelah dilakukan teknik relaksasi pernafasan
didapat skala nyeri minimum 2, skala nyeri maksimum 8, skala nyeri rata-rata
4,97 dengan standar deviasi 1,520; Ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk
dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang manfaat dari
terapi relaksasi nafas dalam sebagai therapy non farmakologis pada pasien post
operasi fraktur.

Kata Kunci: intensitas nyeri, post operasi fraktur, terapi relaksasi nafas dalam

ABSTRACT
The condition of postoperative femur patients experiences pain around the
incision which is an unpleasant sensory and emotional experience accompanied
by potential and actual tissue damage. This study aims to study the effect of deep
breathing relaxation therapy on pain intensity in post fracture surgery patients in
seruni room of dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. The design used in this study was
Pre-Experimental used The One Group Pretest Postest Design. The population of
this study was all postoperative fracture patients after 4 hours in seruni room of
dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. Sampling in this study used Accidental Sampling
techniques as many as 30 people. This study used primary data. Data
analysis

70
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

was done by univariate, bivariate with Chi-Square Test. The results of the study
were obtained from 30 postoperative fracture patients before the respiratory
relaxation technique was obtained. The minimum pain scale was 3, the maximum
pain scale was 9, the average pain scale was 5.80 with a standard deviation of
1.518, after breathing relaxation techniques were obtained a minimum pain scale
of 2, the maximum pain scale was 8, the average pain scale was 4.97 with a
standard deviation of 1.520; There was an effect of deep breathing relaxation
therapy on pain intensity in post fracture surgery patients in seruni room of dr. M.
Yunus Hospital Bengkulu. It was expected that health care workers can provide
health education to patients about the benefits of deep breathing relaxation
therapy as non-pharmacological therapy in patients post fracture surgery.

Keywords: Breathing Relaxation Therapy, Pain Intensity, Post Operation Patient

A. Pendahuluan kecelakaan lalu lintas tahun 2017


World Health Organization terjadi sebanyak 579 kasus. Angka
(WHO) mencatat di tahun 2014 tersebut diketahui mengalami
terdapat lebih dari 6 juta orang penurunan dari tahun 2016 yang
meninggal dikarenakan insiden mencapai 676 kasus atau turun sebesar
kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang 14% dari total kasus kecelakaan
mengalami kecacatan fisik. Kepolisian sepanjang tahun 2016 dan 2017 (Polda
Negara Republik Indonesia Bengkulu, 2018).
menyatakan kecelakaan lalu lintas pada Tingginya angka kecelakaan
tahun 2013 mencapai 93.578 kasus, menyebabkan angka kejadian fraktur
turun 20,66 persen dibanding tahun semakin tinggi, dan salah satu kondisi
sebelumnya yang mencapai 117.949 fraktur yang paling sering terjadi
kasus, dengan 23.385 jiwa meninggal adalah fraktur femur, yang termasuk
dunia, korban luka berat sebanyak dalam kelompok tiga besar kasus
27.054 kasus, sedangkan korban luka fraktur yang disebabkan oleh
ringan sebanyak 43.139 kasus. kecelakaan lalu lintas dan harus
(Sabatiana, 2015) menjalani pembedahan dengan
Sedangkan di Indonesia konsekuensi didapatkan efek nyeri
berdasarkan data dari riset kesehatan setelah operasi (Amrizal, 2010).
dasar (RIKERDAS) tahun 2013 Tindakan pembedahan
menyatakan bahwa, cidera terbanyak menyebabkan terjadinya perubahan
disebabkan oleh jatuh (40,9%), dan kontinuitas jaringan tubuh. Untuk
kecelakaan sepeda motor (40,6%), menjaga homeostatis, tubuh melakukan
selanjutnya penyebab cidera karena mekanisme untuk segera melakukan
benda tumpul/tajam (7,3%), pemulihan pada jaringan tubuh yang
transportasi darat lain (7,1%) dan mengalami perlukaan. Pada proses
kejatuhan (2,5%). Luka yang di alami pemulihan inilah terjadi reaksi kimia
akibat cidera tersebut lecet/memar dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan
70,9%, terkilir 27,5%, luka robek pasien. Nyeri setelah pembedahan
sebanyak 23,2% serta fraktur adalah suatu reaksi yang kompleks
menduduki posisi ke empat yakni pada jaringan yang terluka pada proses
sebanyak 5,8% (Kemenkes RI, 2015). pembedahan yang dapat menstimulasi
Berdasarkan data yang dirilis hipersensitivitas pada sistem syaraf
Polda Bengkulu, diketahui angka pusat, nyeri ini hanya dapat dirasakan
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

setelah adanya prosedur operasi terapi relaksasi nafas dalam terhadap


(Sjamsuhidayat, 2012). intensitas nyeri pada pasien post
Pendekatan secara non operasi fraktur di ruang seruni RSUD
farmakologis dilakukan dengan cara Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018?.
tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, Tujuan penelitian ini adalah untuk
stimulasi, distraksi, teori es dan panas. mempelajari pengaruh terapi relaksasi
Penanganan nyeri non farmakologis nafas dalam terhadap intensitas nyeri
dengan tehnik relaksasi merupakan pada pasien post operasi fraktur di
salah satu bentuk tindakan mandiri. ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
Meskipun demikian pelaksanaan Bengkulu Tahun 2018.
manajemen nyeri non farmakologi
dengan tehnik relaksasi di lapangan B. Metode Penelitian
belum sepenuhnya dilakukan oleh Desain yang digunakan dalam
perawat dalam mengatasi nyeri. penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
Kebanyakan perawat melaksanakan menggunakan The One Group Pretest
program terapi hasil dari kalaborasi Postest Design. Populasi penelitian ini
dengan dokter, di antaranya adalah adalah seluruh pasien post operasi
pemberian analgesik yang memang fraktur setelah 4 jam di ruang seruni
mudah dan cepat dalam RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
pelaksanaannya dibandingkan dengan Pengambilan sampel dalam penelitian
menggunakan intervensi manajemen ini menggunakan teknik Accidental
nyeri nonfarmakologis dengan tehnik Sampling sebanyak 30 orang pasien.
relaksasi pernafasan. Jika dengan Data yang digunakan adalah data
manajemen nyeri non farmakologis primer yang didapat melalui penelitian
belum juga berkurang atau hilang maka langsung pada pasien. Data dianalisis
barulah diberikan analgesik (Brunner menggunakan analisis univariat, uji
& Suddarth, 2008). normalitas data dan analisis bivariate
Berdasarkan hasil survey awal dengan uji Compared Mean Paired T
peneliti di RSUD Dr. M. Yunus Test.
Bengkulu didapatkan jumlah pasien
fraktur pada tahun 2014 sebanyak 355 C. Hasil Penelitian
orang. Meningkat lagi pada tahun 2015 1. Analisis Univariat
menjadi 216 orang, pada tahun 2016 Analisis ini dilakukan untuk
sebanyak 355 orang dan pada tahun mendapatkan gambaran tentang
2017 menjadi 348 orang. gambaran masing-masing variabel
Rumusan masalah dalam yang diteliti, baik variabel independent
penelitian ini adalah adakah pengaruh maupun variabel dependent.

Tabel 1
Gambaran Intensitas Nyeri Responden Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi
Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Variabel Std.
Minimum Maksimum Mean Median
Deviation
Nyeri sebelum terapi 3 9 5,80 6,00 1,518
Nyeri setelah terapi 2 8 4,97 5,00 1,520
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

Berdasarkan tabel 1 tampak maksimum 8, skala nyeri rata-rata 4,97


bahwa dari 30 orang pasien post dengan standar deviasi 1,520.
operasi fraktur sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam didapat 2. Uji Normalitas
skala nyeri minimum 3, skala nyeri Uji kenormalan data dalam
maksimum 9, skala nyeri rata-rata 5,80 penelitian ini menggunakan uji
dengan standar deviasi 1,518. Shapiro-Wilk (karena sampel kurang
Berdasarkan tabel 1 tampak dari 50) untuk masing-masing data
bahwa dari 30 orang pasien post variabel. Kriteria data berdistribusi
operasi fraktur setelah dilakukan teknik normal jika nilai signifikansi lebih
relaksasi nafas dalam didapat skala besar dari taraf signifikansi 0,05 (p > α)
nyeri minimum 2, skala nyeri dari masing-masing variabel.

Tabel 2
Uji Normalitas Intensitas Nyeri Responden Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post Operasi Fraktur Di
Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Variabel P Keterangan
Nyeri sebelum terapi 0,134 Data berdistribusi normal
Nyeri setelah terapi 0,270 Data berdistribusi normal

Berdasarkan hasil uji normalitas, terapi relaksasi nafas dalam pada


pada data tingkat nyeri sebelum terapi pasien post operasi fraktur di ruang
relaksasi nafas dalam didapat nilai p= seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
0,134 > 0,05, maka dapat disimpulkan berdistribusi normal.
bahwa data intensitas nyeri responden
sebelum dilakukan terapi relaksasi 3. Analisis Bivariat
nafas dalam pada pasien post operasi Analisis bivariat dilakukan untuk
fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. mengetahui pengaruh terapi relaksasi
Yunus Bengkulu berdistribusi normal. nafas dalam terhadap intensitas nyeri
Pada data tingkat nyeri setelah pada pasien post operasi fraktur di
terapi relaksasi nafas dalam didapat ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus
nilai p= 0,270 > 0,05, maka dapat Bengkulu dengan melakukan uji
disimpulkan bahwa data intensitas Compared Mean Paired T Test dengan
nyeri responden setelah dilakukan hasil sebagai berikut:
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

Tabel 3
Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

95% Confidence
Std. Interval of the
Std.
Mean Error Difference T df p
Deviation
Mean
Lower Upper
Pretest -
Posttest 0,833 1,341 0,245 0,333 1,334 3,403 29 0,002

Berdasarkan tabel 3 didapat nilai pada setiap orang dalam hal skala atau
mean 0,833 bernilai positif, artinya tingkatannya, dan hanya orang
terdapat kecenderungan penurunan tersebutlah yang dapat menjelaskan
intensitas nyeri setelah dilakukan terapi atau mengevaluasi rasa nyeri yang
relaksasi nafas dalam dengan rata-rata dialaminya.
penurunan 0,833. Hasil uji dua sampel Banyak responden yang
berhubungan (Paired sample t-test) mengeluhkan rasa nyeri di bekas
didapat nilai t=3,403 dengan jahitan post operasi fraktur, keluhan ini
p=0,002<0,05 berarti signifikan, sebetulnya wajar karena tubuh tengah
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. mengalami luka dan penyembuhannya
Kesimpulan ada pengaruh terapi tidak bisa sempurna 100%, apalagi jika
relaksasi nafas dalam terhadap luka tersebut tergolong panjang dan
intensitas nyeri pada pasien post dalam. Sementara saat proses
operasi fraktur di ruang seruni RSUD penutupan luka dijahit satu demi satu
Dr. M. Yunus Bengkulu. setiap lapisan menggunakan beberapa
macam benang jahit.
D. Pembahasan Menurut peneliti bahwa setiap
Berdasarkan hasil penelitian nyeri yang dirasakan oleh individu
tampak bahwa dari 30 orang pasien masing-masing sangatlah berbeda,
post operasi fraktur sebelum dilakukan sesuai dengan persepsi individu dalam
teknik relaksasi nafas dalam didapat merasakan nyeri yang dialaminya,
skala nyeri minimum 3, skala nyeri berdasarkan faktor-faktor yang
maksimum 9, skala nyeri rata-rata 5,80 mempengaruhi intensitas nyeri itu
dengan standar deviasi 1,518. sendiri, dalam teori Smeltzer and Bare
Hal ini menunjukkan bahwa (2010) bahwa dalam berbagai
nyeri bersifat subjektif karena respon penelitian menemukan faktor-faktor
setiap orang terhadap nyeri dapat yang mempengaruhi nyeri berasal dari
berbeda tergantung orang itu usia, perhatian, ansietas, makna nyeri,
mempersepsikannya walaupun dengan pengalaman masa lalu dan pekerjaan,
keadaan luka yang relatif sama. pengetahuan, dukungan keluarga dan
Kondisi ini sesuai dengan teori sosial. Sehingga peneliti
menurut Hidayat (2011) yang menyimpulkan bahwa nyeri pada setiap
menyatakan bahwa nyeri merupakan orang akan berbeda meskipun
kondisi berupa perasaan yang tidak pencetusnya sama, karena ada banyak
menyenangkan. Sifatnya sangat hal yang dapat mempengaruhi persepsi
subjektif karena perasaan nyeri berbeda setiap orang.
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penurunan tingkat nyeri pada


tampak bahwa dari 30 orang pasien pasien pasca operasi fraktur femur di
post operasi fraktur setelah dilakukan Rumah Sakit Karima Utama Surakarta.
teknik relaksasi pernafasan didapatkan Menurut peneliti, intensitas nyeri
skala nyeri minimum 2, skala nyeri setelah dilakukan intervensi mengalami
maksimum 8, skala nyeri rata-rata 4,97 penurunan karena intervensi teknik
dengan standar deviasi 1,520. relaksasi nafas dalam ini mampu
Kondisi diatas menunjukkan mengontrol ataupun menghilangkan
telah terjadi penurunan skala nyeri nyeri pada pasien post operasi fraktur.
pada pasien post operasi fraktur setelah Hal ini disebabkan oleh karena
dilakukan terapi relaksasi nafas dalam. pemberian teknik relaksasi nafas dalam
Ditunjukkan dengan penurunan rata- itu sendiri, jika teknik relaksasi nafas
rata intensitas nyeri menjadi 4,97. Hal dalam dilakukan secara benar maka
ini sesuai dengan teori menurut akan menimbulkan penurunan nyeri
Smeltzer & Bare, (2010) yang yang dirasakan sangat
menyebutkan bahwa relaksasi napas berkurang/optimal dan pasien sudah
dalam dapat menurunkan intensitas merasa nyaman dibanding sebelumnya,
nyeri melalui mekanisme sebaliknya jika teknik relaksasi nafas
merelaksasikan otot-otot skelet yang dalam dilakukan dengan tidak benar,
mengalami spasme yang disebabkan maka nyeri yang dirasakan sedikit
oleh peningkatan prostaglandin berkurang namun masih terasa nyeri
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh dan pasien merasa tidak nyaman
darah dan akan meningkatkan aliran dengan keadaannya.
darah ke daerah yang mengalami Hal ini dapat mempengaruhi
spasme dan iskemik. Selain itu teknik intensitas nyeri, karena jika teknik
relaksasi napas dalam dipercayai relaksasi nafas dalam yang dilakukan
mampu merangsang tubuh untuk secara berulang akan dapat
melepaskan opoiod endogen yaitu menimbulkan rasa nyaman yang pada
endorphin dan enkefalin. Teknik akhirnya akan meningkatkan toleransi
relaksasi pernafasan dapat persepsi dalam menurunkan rasa nyeri
menghilangkan nyeri post operasi, yang dialami. Jika seseorang mampu
karena aktivitas-aktivitas di serat besar meningkatkan toleransinya terhadap
dirangsang oleh tindakan ini, sehingga nyeri maka seseorang akan mampu
gerbang untuk aktifitas serat beradaptasi dengan nyeri, dan juga
berdiameter kecil (nyeri) tertutup. akan memiliki pertahanan diri yang
Menurut penelitian baik pula.
Ayudianingsih (2009) yang melakukan Berdasarkan hasil penelitian
peneltian tentang pengaruh teknik didapat nilai mean 0,833 bernilai
relaksasi nafas dalam terhadap positif, artinya terdapat kecenderungan
penurunan tingkat nyeri pada pasien penurunan intensitas nyeri setelah
pasca operasi fraktur femur di Rumah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam
Sakit Karima Utama Surakarta, dengan rata-rata penurunan 0,833.
didapatkan hasil pengujian skor nyeri Hal ini menunjukkan bahwa
pada sesudah perlakuan kelompok terapi nafas dalam cukup efektif dalam
eksperimen sebesar 2,65 sedangkan menurunkan skala intensitas nyeri pada
pada kelompok kontrol sebesar 3,30 pasien post operasi fraktur. Kondisi ini
dan terdapat pengaruh yang signifikan disebabkan pasien merasa rileks setelah
antara teknik relaksasi nafas dalam dilakukan terapi pernafasan. Sesuai
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

dengan teori menurut Guyton (2010) DR. R.D Kandou Manado, didapatkan
yang menyebutkan bahwa secara klinik hasil bahwa ada pengaruh teknik
apabila pasien dalam keadaan rileks relaksasi terhadap intensitas nyeri pada
akan menyebabkan meningkatnya pasien post operasi fraktur di ruang
kadar serotonin yang merupakan salah Irnina A BLU RSUP Prof. DR. R.D
satu neurotransmitter yang diproduksi Kandou Manado.
oleh nucleus rafe magnus dan lokus Hasil diatas didukung oleh teori
seruleus, serta berperan dalam system menurut Brunner & Suddart (2010)
analgetik otak. Serotonin menyebabkan teknik relaksasi nafas dalam adalah
neuron-neuron lokal medulla spinalis teknik yang dilakukan untuk menekan
mensekresi enkefalin, karena enkefalin nyeri pada talamus yang dihantarkan ke
dianggap dapat menimbulkan korteks cerebri dimana korteks cerebri
hambatan presinaptik dan postsinaptik sebagai pusat nyeri, yang bertujuan
pada serabut-serabut nyeri tipe C agar pasien dapat mengurangi nyeri
sehingga sistem analgetika ini dapat selama nyeri timbul. Adapun hal-hal
memblok sinyal nyeri pada δ dan α yang perlu diperhatikan saat relaksasi
tempat masuknya ke medulla spinalis adalah pasien harus dalam keadaan
dan memiliki andil dalam memodulasi nyaman, pikiran pasien dan lingkungan
nyeri pada susunan saraf pusat. yang tenang. Suasana yang rileks dapat
Hasil uji dua sampel meningkatkan hormon endorphin yang
berhubungan (Paired sample t-test) berfungsi menghambat transmisi
didapat nilai t=3,403 dengan impuls nyeri sepanjang saraf sensoris
p=0,002<0,05 berarti signifikan, dari nosiseptor saraf perifer ke kornu
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. dorsalis kemudian ke thalamus, serebri,
Kesimpulan ada pengaruh terapi dan akhirnya berdampak pada
relaksasi nafas dalam terhadap menurunnya persepsi nyeri.
intensitas nyeri pada pasien post Adapun intensitas nyeri selain di
operasi fraktur di ruang seruni RSUD pengaruhi oleh penggunaan terapi, juga
Dr. M. Yunus Bengkulu. dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Hal ini menunjukkan bahwa antara lain: lingkungan, kelelahan,
teknik relaksasi nafas dalam bertujuan ansietas, budaya, dukungan orang lain
membantu mengekspresikan perasaan, dan riwayat sebelumnya (Priharjo,
membantu rehabilitasi fisik, memberi 2007). Seseorang dengan pengalaman
pengaruh positif terhadap kondisi yang pernah dialaminya akan lebih
suasana hati dan emosi, meningkatkan mudah beradaptasi dan mengatasinya,
memori, serta menyediakan misalnya seorang pasien yang pernah
kesempatan yang unik untuk dirawat dengan kasus yang sama akan
berinteraksi dan membangun kedekatan lebih mudah beradaptasi dibanding
emosional. Jadi teknik relaksasi nafas dengan pasien yang baru pertama kali
dalam diharapkan dapat membantu dirawat, karena tidak ada pengalaman
mengatasi stres, mencegah penyakit sebelumnya. Penelitian menunjukkan
dan meringankan rasa sakit. adanya pengaruh yang signifikan
Hasil penelitian ini sejalan pemberian teknik relaksasi nafas dalam
dengan penelitian Nurdin (2013) yang terhadap penurunan nyeri pasien pasca
melakukan penelitian tentang pengaruh operasi fraktur femur di Rumah Sakit
teknik relaksasi terhadap intensitas Karima Utama Surakarta. Namun
nyeri pada pasien post operasi fraktur dalam penelitian ini ditemukan bahwa
di ruang Irnina A BLU RSUP Prof. pada kelompok kontrol, yaitu
Jurnal Sains Kesehatan Vol. 25 No. 3 Desember 2018

kelompok yang tidak mendapatkan Brunner & Suddarth. (2008).


terapi teknik relaksasi nafas dalam Keperawatan Medikal Bedah.
terdapat beberapa responden yang Jakarta: EGC.
mengalami penurunan nyeri. Kondisi Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2008).
ini disebabkan terdapat banyak faktor Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
yang mempengaruhi penurunan nyeri Edisi
seseorang, antara lain yaitu 11. Jakarta: EGC.
pengalaman, karena pada umumnya Hidayat, A. A. (2011). Pengantar
orang yang sering mengalami nyeri Kebutuhan Dasar Manusia:
dalam hidupnya, cenderung Aplikasi Konsep dan Proses
mengantisipasi terjadinya nyeri yang Keperawatan. Jakarta: Salemba
lebih hebat. Medika.
Kemenkes RI. (2015). Rencana
E. Kesimpulan Strategis Kementerian Kesehatan
1. Dari 30 orang pasien post operasi Tahun 2015-2019. Jakarta:
fraktur sebelum dilakukan teknik Kemenkes RI.
relaksasi pernafasan didapat skala Nurdin, S. (2013). Pengaruh Teknik
nyeri minimum 3, skala nyeri Relaksasi Terhadap Intensitas
maksimum 9, skala nyeri rata-rata Nyeri Pada Pasien Post Operasi
5,80 dengan standar deviasi 1,518. Fraktur Di Ruang Irnina A BLU
2. Dari 30 orang pasien post operasi RSUP Prof. DR. R.D Kandou
fraktur setelah dilakukan teknik Manado. Diakses pada tanggal
relaksasi pernafasan didapat skala 21 Juni 2018, dari
nyeri minimum 2, skala nyeri http://download.portalgaruda.org/
maksimum 8, skala nyeri rata-rata article.php?article=141033&val=
4,97 dengan standar deviasi 1,520. 5798
3. Ada pengaruh terapi relaksasi nafas Polda Bengkulu. (2018). Angka
dalam terhadap intensitas nyeri Kecelakaan Lalu Lintas.
pada pasien post operasi fraktur di Priharjo, R. (2007). Perawatan Nyeri,
ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Pemenuhan Aktivitas Istirahat
Bengkulu. Pasien. Jakarta : EGC.
Sabatiana. (2015). Fraktur Pada
Daftar Pustaka Femur. Diakses pada tanggal 25
Amrizal. (2010). Mobilisasi Pada Maret 2018, dari
Fraktur. Yogyakarta: Salemba http://www.etd.eprints.ums.ac.id/
Medika. 186853987/467267/
Ayudianingsih, N. G. (2009). Sjamsuhidayat, W.D. (2012). Buku
Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Dalam Terhadap Penurunan Smeltzer. S. (2010). Buku Ajar
Tingkat Nyeri Pada Pasien Keperawatan Medikal Bedah.
Pasca Operasi Fraktur Femur Di Jakarta: EGC.
Rumah Sakit Karima Utama WHO. (2014). Bone And Joint Decade.
Surakarta. Diakses pada tanggal Diakses pada tanggal 24 Maret
21 Juni 2018, dari 2018, dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id http://www.who.int/bulletin/volu
/bitstream/handle/11617/3607 mes/81/9/Woolf0903.pdf
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN


POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI RUANG KENANGA
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Oleh;
Dwi Chrisna Susanti1), Suryani2), Rahmawati3)
1)
Mahasiswa Universitas An Nuur, Email; chrisnapajak@gmail.com
2)
Dosen Universitas An Nuur, Email; suryanilatifa@gmail.com
3)
Dosen Universitas An Nuur, Email; wrahma976@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Di RSUD Sunan Kalijaga Demak di ruang Kenanga pasien fraktur femur
menempati 10 besar penyakit dalam semester pertama di tahun 2018, yaitu sebesar 42%.
Pasien Post Operasi Femur timbul sensasi nyeri yang berbeda-beda, sehingga perawat
melakukan tindakan mandiri dengan mobilisasi dini untuk mengurangi skala nyeri. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap skala nyeri pada post
operasi fraktur femur di ruang Kenanga RSUD Sunan Kalijaga Demak .
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan jenis quasy experimental
dengan rancangan penelitian berbentuk pretest- post test control group design. Pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling
Hasil: Berdasarkan analisis Uji wilcoxon kelas eksperimen sig p 0,000<0,05 dengan mean
rank negatif 9,00, sedangkan kelas kontrol hari ke-1 sig p 0,000 < 0,05 dengan nilai mean
rank negatif 9,00, pada hari ke-2 kelas kontrol sig p 0,05 ≥ 0,05 mean rank negatif sebesar
5,00 dan kelas kontrol hari ke-3 sig p 0,025<0,05 dengan mean rank negatif sebesar 3,00
dari pre test ke posr test. Berdasarkan hasil hipotesis mann withney diperoleh Sig 0,000 p<
0,05 berarti ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur.
Kesimpulan: Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur femur RSUD Sunan Kalijaga Demak

Kata Kunci: Fraktur Femur, Mobilisasi Dini, Skala Nyeri

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep 15
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

EFFECT OF EARLY MOBILIZATION OF PAIN SCALE ON POST


OPERATION OF FEMUR FRACTURES PATIENT IN KENANGA ROOM
SUNAN KALIJAGA DEMAK

By;
Dwi Chrisna Susanti , Suryani2), Rahmawati3)
1)

1)
Student of Universitas An Nuur, Email; chrisnapajak@gmail.com
2)
Lecturer of Universitas An Nuur, Email; suryanilatifa@gmail.com
3)
Lecturer of Universitas An Nuur, Email; wrahma976@gmail.com

ABSTRACT

Background: In Sunan Kalijaga Demak Hospital in the space of femur fracture patients
occupy the top 10 diseases in the first semester of 2018, amounting to 42% of all fracture
patients who were opnamed at Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital. Postoperative
Femur Patients arise different sensations of pain, so nurses take action independently with
early mobilization of postoperative femur fracture patients to reduce the scale of pain. The
objective is to determine the effect of early mobilization on pain scale on postoperative
femoral fracture in the space of Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital.
Method: This type of research is experimental research with quasy experimental type with
the design of in the form of pretest-posttest control group design. Sampling using accidental
sampling
Results: Based on the Wilcoxon Test analysis experimental class sig p 0,000 <0.05 with a
negative mean rank of 9.00, while the control class on day 1 sig p 0,000 <0.05 with a mean
negative rank of 9.00, on the day 2 control classes sig p 0.05 ≥ 0.05 negative mean rank of
5.00 and third day control class sig p 0.025 <0.05 with negative mean rank of 3.00 from pre-
test to posr test. Based on the results of the mann withney hypothesis, Sig 0.000 p <0.05
means that there is an influence of early mobilization on the decrease in pain scale in
femoral fracture postoperative patients.
Conclusion: There is an influence of early mobilization on pain scale reduction in
postoperative femoral fracture patients at Sunan Kalijaga Demak Regional Hospital

Keywords: Femur Fracture, Early Mobilization, Pain Scale


TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

PENDAHULUAN Desiartama & Aryuna (2017) di Indonesia


Fraktur adalah terputusnya kasus fraktur femur merupakan yang
kontuinitas jaringan tulang baik total, paling sering yaitu sebesar 39% diikuti
partial yang dapat mengenai tulang fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan
panjang dan sendi jaringan otot dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar
pembuluh darah trauma yang disebabkan fraktur femur.
oleh stress pada tulang, jatuh pada Kasus fraktur di ruang Kenanga
ketinggian, kecelakaan kerja, cedera saat RSUD Sunan Kalijaga Demak
olah raga, fraktur degeneratif menempati 10 besar penyakit dalam
(osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan semester pertama di tahun 2018. Kasus
ditandai dengan Look: tanda yang dapat fraktur femur sebanyak 42%, fraktur cruris
dilihat, adanya deformitas berupa 16%, Fraktur clavicula 21%.
penonjolan yang abnormal, bengkak, Nyeri merupakan kondisi berupa
warna kulit merah, adanya ekimosis, perasaan yang tidak menyenangkan,
angulasi, rotasi dan pemendekan, Feel: bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri
nyeri, MoveK: krepitasi dan terasa nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala
saat digerakkan, gangguan fungsi ataupun tingkatanya, dan hanya orang
pergerakkan (Lewis, 2007). Fraktur femur tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
adalah hilangnya kontinuitas tulang paha mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
tanpa atau disertai adanya kerusakan (Tetty, 2015). Latihan mobilisasi
jaringan lunak (Helmi, 2012). dilakukan untuk mencegah komplikasi,
Menurut World Health Organization mencegah dekubitus, merangsang
(WHO) menyebutkan bahwa 1,25 juta peristaltik serta menguarangi adanya nyeri
korban meninggal setiap tahunnya di (Hidayat, 2006). Penelitian yang dilakukan
seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas oleh Zetri Akhrita pada tahun 2011
pada tahun 2016. Road injuy atau cidera di menyebutkan bahwa post operasi yang
jalan merupakan Top 10 causes of death. dilakukan mobilisasi dini memiliki waktu
Road injury atau Cidera ini mendapat penyembuhan yang lebih cepat
peringkat ke 8. dibandingkan klien yang tidak mobilisasi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dini.
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 didapatkan Menurut Potter & Perry (2010)
bahwa angka kejadian cidera yang terjadi mobilisasi dini sangat penting sebagai
di jalan raya yaitu dari 42,8% ( Riskesdas tindakan pengembalian secara berangsur
2013) menjadi 31,4%. Menurut angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya.

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep 17
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan METODE


bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh, Metode yang digunakan dalam
aliran darah tersumbat dan peningkatan penelitian ini adalah quasy experiment
intensitas nyeri. Mobilisasi dini dengan desain dalam pretest- post test
mempunyai peranan penting dalam control group design, sedangkan teknik
mengurangi rasa nyeri dengan cara. Untuk sampling yang digunakan adalah
itu perawat perlu memberikan informasi probability sampling dengan teknik yang
kepada pasien dan keluarga pasien tentang diambil yaitu simple random sampling.
pentingnya mobilisasi dini pada pasien Instrumen penelitian yang digunakan
post operasi fraktur. untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah SOP mobilisasi dini, Skala NRS
(Numeric Rating Scale) yang berisi skor 0
– 10 dan Lembar observasi

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden


Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Kategori
F % F %
Usia :
Masa Remaja Akhir(17-25) 3 17,6 1 5,9
Masa Dewasa Awal(26-35) 2 11,8 6 35,3
Masa Dewasa Akhir(36-45) 4 23,5 5 29,4
Masa Lansia Awal(46-55) 4 23,5 2 11,8
Masa Lansia Akhir(56-65) 4 23,5 3 17,6
Jenis Kelamin :
Laki-Laki 9 52,9 10 58,8
Perempuan 8 47,1 7 41,2
Pendidikan :
SD 2 11,8 2 11,8
SMP 3 17,6 5 29,4
SMA 12 70,6 10 58,8
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

Tabel 2. Pengaruh Perubahan Skala Nyeri Setelah Di Lakukan Mobilisasi Dini dan
Tanpa Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur
Z Sig. (2-tailed)
Pos-Test Kelompok Eksperimen Tahap 1 - Pre-Test -3,824b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 1
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 1-Pre-Test -3,945b ,000
Kelompok Kontrol Tahap 1
Post-Test kelompok Eksperimen Tahap 2 - Pre-Test -3,750b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 2
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 2 - Pre-Test -2,810b ,005
Kelompok Kontrol Tahap 2
Post-Test Kelompok Eksperimen Tahap 3 - Pre-Test -3,729b ,000
Kelompok Eksperimen Tahap 3
Post-Test Kelompok Kontrol Tahap 3 - Pre-Test -2,236b ,025
Kelompok Kontrol Tahp 3

Tabel 3. Perbedaan Pengaruh Hasil


Tabel 5. Perbedaan Pengaruh Hasil
Mobilisasi Dini dan Tanpa Mobilisasi Dini
Mobilisasi Dini dan Tanpa Mobilisasi Dini
Tahap ke-1
Tahap ke-3
Hasil Skala Nyeri
Hasil Skala Nyeri
Mann-Whitney U 23,500
Mann-Whitney U 22,500
Wilcoxon W 176,500
Wilcoxon W 175,500
Z -4,683
Z -4,495
Sig. (2-tailed) ,000
Sig. (2-tailed) ,000
Exact Sig. ,000b
Exact Sig. ,000b

Tabel 4. Perbedaan Pengaruh Hasil


Mobilisasi Dini dan Tanpa Mobilisasi Dini PEMBAHASAN
Tahap ke-2 A. Hasil Analisis Penelitian
Hasil Skala Nyeri 1. Eksperimen Perlakuan mobilisasi Dini
Mann-Whitney U 58,500 Terhadap Pengurangan Skala Nyeri
Wilcoxon W 211,500 Bahwa nilai sig pada Pada kelas
Z -3,441 eksperimen sig p 0,000<0,05 berarti ada
Sig. (2-tailed) ,001 perbedaan yang signifikan sebelum dan
Exact Sig. ,002b sesudah di lakukan mobilisasi dini pada
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

kelas eksperimen .Berdasarkan hasil Menurut teori Smeltzer, Bare (2014)


hipotesis diperoleh Sig 0,000 p< 0,05 yang mendukung penelitian ini bahwa
berarti Ho di tolak dan Ha di terima dalam ambulasi dini merupakan pengembalian
arti ada pengaruh mobilisasi dini terhadap secara berangsur-angsur ke tahap
penurunan skala nyeri pada pasien post mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
operasi fraktur femur. komplikasi dan sebagai usaha untuk
Menurut Smeltzer Bare, Hinkle & mengurangi nyeri dan memperlancar
Cheever (2010) bahwa nyeri berkurang sirkulasi darah. Dengan sirkulasi yang baik
bila ambulasi dini diperbolehkan, pasien akan mempengaruhi luka, karena luka
post operasi yang melakukan ambulasi dini membutuhkan keadaan peredaran darah
akan mempercepat pemulihan dan yang baik untuk pertumbuhan atau
mencegah terjadinya komplikasi pasca perbaikan sel. Kelompok Kontrol Tanpa
bedah. Mekanisme kerja ambulasi dini Perlakuaan Mobilisasi Dini
mempunyai peranan penting dalam Hasil penelitian pada kelas kontrol
mengurangi rasa nyeri dengan cara tahap ke-1 sig p 0,000 < 0,05 berarti ada
menghilangkan konsentrasi pasien pada perbedaan signifikan tanpa perlakuan,
lokasi nyeri atau daerah operasi, berdasarkan nilai rank rata-rata ada
mengurangi aktivasi mediator kimiawi penurunan skala nyeri dari pre ke post test
pada proses peradangan yang sebesar 9,00. Hal ini karena efek anestesi
meningkatkan respon nyeri serta dan analgesik yang di berikan. Pada tahap
meminimalkan transmisi saraf nyeri ke-2 kelas kontrol sig p 0,05 ≥ 0,05 berati
menuju saraf pusat (Potter & Perry, 2010). tidak ada penuruna yang signifikan hanya
Penelitian ini sejalan dengan menurun rata-rata sebesar 5,00. Sedangkan
penelitian Rustianawati, Karyati dan kelas kontrol tahap ke-3 sig p 0,025<0,05
Himawan (2013) bahwa ambulasi dini berarti ada perbedaan signifikan skala
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah tanpa mobilisasi dini,
intensitas nyeri pada tahap ke -1 tetapi penuruan rata-rata sebesar 3,00 dari
didapatkan nilai p value = 0,009, hari pre test ke post test. Hal ini berarti tanpa
kedua didapatkan nilai p value 0,000 dan mobilisasi dini skala nyeri berkurang tetapi
tahap ke- 3 didapatkan nilai p value = tidak sesignifikan kelompok eksperimen.
0,000 antara kelompok eksperimen yang Meskipun tanpa perlakuan ada penurunan
melakukan ambulasi dini dan kelompok skala nyeri ini di karenakan ketersediaan
kontrol yang tidak melakukan ambulasi dukungan dan sumber informasi salah satu
dini. faktor yang dapat mempengaruhi
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

penurunan intensitas nyeri pada kelompok yang di lakukan mobilisasi dini dan tanpa
kontrol. Meskipun tidak mendapatkan mobilisasi dini pada pasien post operasi
intervensi ambulasi dini dari peneliti fraktur femur di ruang kenanga RSUD
secara formal namun responden mendapat Sunan Kalijaga Demak. Di perkuat pada
pelayanan perawatan post operasi fraktur uji dua kelompok atau dua sampel yang
femur sesuai dengan standart rumah sakit. saling berpasangan yaitu melihat
Persiapan praoperatif yang diterima oleh perbedaan mean nilai skala nyeri pre test
pasien (termasuk informasi tentang apa dan post test post operasi fraktur femur
yang diperkirakan juga dukungan pada kelompok intervensi sebelum dan
penenangan dan psikologis) adalah faktor setelah diberikan intervensi, menunjukkan
yang signifikan dalam menurunkan bahwa nilai sig pada pada kelas
ansietas dan nyeri yang dialami dalam eksperimen sig p 0,000<0,05 berarti ada
periode pascaoperatif (Smeltzer Bare, perbedaan yang signifikan sebelum dan
Hinkle & Cheever, 2010). sesudah di lakukan mobilisasi dini pada
Hasil penurunan intensitas nyeri pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas
kelompok kontrol dapat disimpulkan kontrol hari ke-1 sig p 0,000 < 0,05 berarti
bahwa penurunan intensitas nyeri pasien ada perbedaan signifikan tanpa perlakuan,
post operasi abdomen tidak hanya terkait pada hari ke-2 kelas kontrol sig p 0,05 ≥
pada latihan ambulasi dini saja namun juga 0,05 dan kelas kontrol hari ke-3 sig p
dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor lain 0,025>0,05 berarti ada perbedaan tetapi
seperti persepsi nyeri, sosial budaya, usia, tidak signifikan skala sebelum dan sesudah
jenis kelamin, arti nyeri, ansietas, tanpa mobilisasi dini.
pengalaman sebelumnya mengenai nyeri, Kelompok intervensi selain
harapan dan efek plasebo yang dapat mendapatkan standart pelayanan post
berpengaruh pada penurunan intensitas operasi fraktur femur dari pihak rumah
nyeri pasien) sakit responden juga mendapatkan
intervensi mobilisasi dini langsung
B. Perbedaan Pengaruh Mobilisasi Dini dipantau oleh peneliti sehingga responden
dan Tanpa Mobilisasi Dini dengan dapat mengikuti tahapan mobilisasi dini
Pengurangan Skala Nyeri Pasien secara berkesinambungan mulai dari 6 jam
Post Operasi Fraktur Femur post operasi dimulai dengan latihan
Berdasarkan hasil penelitian nilai sig tungkai, latihan kaki, dan perubahan posisi
2-tailed sig 0,000 p<0,05 berarti ada (miring kiri dan miring kanan), 24 jam
perbedaan hasil skala nyeri antara pasien post operasi latihan duduk, 48 jam post
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

operasi latihan turun dari tempat tidur dan KETERBATASAN


berjalan. Perubahan skala nyeri ini terjadi Keterbatan dalam penelitian ini pada
akibat adanya motivasi yang kuat dari metoda berjenis quasi eksperimen dengan
dalam diri responden dan keluarga untuk perlakuaan beberapa kali dan serangkaian
tetap membantu proses penyembuhan waktu sehingga besarnya factor-faktor
pasien setelah menjalani operasi fraktur pengaruh dari luar seperti lingkungan atau
femur. Disamping itu, responden faktor farmokologi tidak bisa di
kelompok intervensi telah mendapatkan kesampingkan dan di ukur secara pasti.
informasi pra operasi terkait dengan
anjuran mibilisasi dini post operasi fraktur KESIMPULAN
femur. Berdasarkan Uji dua kelompok yang
Mengatasi nyeri pasca bedah fraktur berbeda atau dua kelompok yang tidak
femur merupakan tindakan penting dalam saling ketergantungan atau tidak
mencegah nyeri kronik, mengurangi lama berpasangan yaitu melihat perbedaan skala
perawatan demi meningkatkan kulitas nyeri antara kelompok kontrol dan
hidup pasien. Tindakan farmakologi kelompok intervensi sig 2-tailed sig 0,000
merupakan tindakan kolaborasi antara p<0,05 berarti Ha di terima yang artinya
perawat dengan dokter yang menekankan ada perbedaan hasil skala nyeri antara
pada pemberian obat analgesik (Potter pasien yang di lakukan mobilisasi dini dan
&Perry,2010. Pemulihan pasien post tanpa mobilisasi dini pada pasien post
operasi membutuhkan waktu rata-rata operasi fraktur femur di ruang kenanga
72,45 menit, sehingga pasien akan RSUD Sunan Kalijaga Demak.
merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada
dua jam pertama sesudah operasi karena DAFTAR PUSTAKA
pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan Aziz Alimul. H. (2006). Pengantar
pasien sudah keluar dari kamar sadar. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.
Menurut Black dan manajemen nyeri Jakarta : Salemba Medika
dengan farmakologi adalaah pemberian .
Clark, E., Diane, Lowman, D. John,
analgesik atau obat penghilang rasa sakit. Griffin, L., Russell, Mattehws, M.
Penatalakasanaan farmakologi adalah Helen, Reiff, A. Donald, (2013).
Effectiveness of an Early
pemberian obat-obatan untuk mengurangi Mobilization Protocol in a Trauma
nyeri. and Burns Intensive Care Unit.
Critical Illness, 93, 186-196.
.
TSCD3Kep _Jurnal Vol.5 No.1 Tahun 2020 ISSN: 2503-2437

Helmi, N.Z., (2012). Buku Ajar Gangguan Riskesdas (2018). Badan penelitian dan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC pengembangan kemenkes RI.2018
Hidayat, A (2006). Penghantar kebutuhan Smeltzer, S dan Bare, B. 2014. Buku Ajar
dasar manusia. Jakarta. Salemba Keperawatan Medikal Bedah
MMMeeedika. Brunner
Lewis, S, L., Dirksen, S. R., Heitkemper,
M. M., & Bucher, L., (2011). Tety, S. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Medical Surgical Nursing : Relaksasi Dalam Keperawatan
Assesment And Managemen Of Maternitas. PT Refika Adiwijaya.
Clinica Problems(Sheed). USA : Bandung
Elsevier Mosby.
Zanni, J. M., & Needham, D. M. (2010)
Potter, P.A, Perry, A. G (2010) Buku Ajar Promoting Early Mobiliy
Fundamental Keperawatan : Konsep, anfRehabilitation in the Intensive
Proses, dan Praktik. Edisi 7. Care Unit. Ptmmotion,32-38
Volume2. Alih Bahasa: Renata

Anda mungkin juga menyukai