Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR ASURANSI

SYARIAH
MATA KULIAH : MANAJEMEN RESIKO DAN ASURASI SYARIAH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. ZAINATUN AINI NIM 4042018013


2. IPAN ALDIAN NIM 4042018012

PRODI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN ZAWIYAH COTKALA
LANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik
didunia maupun di akhirat kelak.

Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas kuliah yang berjudul “KONSEP DASAR ASURANSI SYARIAH” .Tentunya
selama penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan 
makalah ini dan petugas perpustakaan serta rekan-rekan yang telah bersedia meminjamkan buku-
buku reverensi sebagai pedoman menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi lebih
sempurnanya makalah yang akan datang. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan membuahkan ilmu
yang bermanfaat maslahah fiidinni wa dunya wal akhirah. Amin ya rabbal’alamin

Langsa, NOVEMBER 2021

Penyusun     

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I   PENDAHULUAN .......................................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II  PEMBAHASAN .........................................................................................................2


2.1 Pengertian Asuransi Syariah.................................................................................................2
2.2 Fungsi dan Manfaat Asuransi Syariah........................................................................................6
2.3 Jenis-jenis Asuransi Syariah...................................................................................................8
2.4 Prinsip-prinsip Asuransi Syariah..........................................................................................9
2.5 Perbedaan Asuransi Umum dan Asuransi Syariah..............................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14


A.    Kesimpulan ........................................................................................................................14
B.     Saran ..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Asuransi adalah perjanjian antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi atau
reasuransi) dengan tertanggung (peserta asuransi) di mana penanggung menerima pembayaran
premi dari tertanggung. Secara historis kajian tentang asuransi telah dikenal sejak zaman dahulu.
Ini dikarenakan nilai dasar penopang dari konsep asuransi yang terwujud dalam bentuk tolong-
menolong sudah ada bersama dengan adanya manusia.

Asuransi Islam adalah asuransi yang bersumber hukum, akad, jaminan (risiko),
pengelolaan dana, investasi, kepemilikan, dan lain sebagainya berdasarkan atas nilai dan prisip
wilayah.

Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak zaman sebelum Masehi di mana
manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain
kekurangan bahan makan, seperti cerita mengenai kekurangan bahan makanan yang terjadi pada
zaman Mesir Kuno semasa Raja Fir’aun berkuasa.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari asuransi syariah?
2. Bagaimana asal-usul asuransi syariah?
2. Apa saja prinsip-prinsip dari asuransi syariah
1.3. TUJUAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari asuransi syariah?
2. Bagaimana asal-usul asuransi syariah?
3. Apa saja prinsip-prinsip dari asuransi syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetian Asuransi Syariah

Dalam bahasa Belanda, kata asuransi disebut assurantie yang terdiri dari asal kata
“assaradeur”yang berarti penanggung dan “geassureede” yang berarti tertanggung, kemmudian
dalam bahsa Perancis disebut “assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Adapun dalam bahasa Latin disebut “assecurare” yang berarti meyakinkan orang. Selanjutnya
dalam bahasa Inggris kata asuransi disebut “insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi dan assurance yang berarti menanggung sesuatu yang pasti
terjadi1.
Asuransi adalah perjanjian antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi atau
reasuransi) dengan tertanggung (peserta asuransi) di mana penanggung menerima pembayaran
premi dari tertanggung.
Menurut Dr. H. Hamzah Ya’cub dalam buku Kode Etik Dagang Menurut Islam,
menyebut bahawa asuransi berasal dan dari kata dalam bahasa Inggris insurance atau assurance
yang berarti jaminan. Dalam pasal 246 Kitab Undang – undang Hukum Dagang (KUHD)
dijelaskan bahwa asuransi adalah :
“Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang dihaerapkan, yang mungkin akan
dideritanya kerena suatu peristiwa yang tak tertentu”2.
Menurut pasal 1 undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin ada
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
1
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan Teoretis dan Praktis,
Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 290.
2
M. Solahudin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University Press,
2006), hlm. 127.

2
3

suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.3
Menurut bahasa Arab, istilah asuransi adalah at-ta’min diambil dari kata amana memiliki
arti memebri perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan beban dari rasa takut. Asuransi itu
dinamakan at-ta’min telah disebabkan pemegang polis sedikit banyak teah merasa aman begitu
mengikat dirinya sebagai anggota atau nasabah asuransi. Pengertian yang lain dari at-ta’min
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar pemegang polis atau ahli
warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti rugi terhadap hartanya yang hilang4.
Istilah lain yang sering digunaka untuk asuransi Syariah adalah tafakul yang berasal dari
kata kafala yang berarti menanggung, menjamin; yakfulu, kuflan, seperti QS. Ali Imran: 445:

I‫ ْم‬Iُ‫ ه‬I‫ اَل َم‬I‫ ْق‬Iَ‫ أ‬I‫ن‬Iَ I‫و‬Iُ‫ ق‬I‫ ْل‬Iُ‫ ي‬I‫ ْذ‬Iِ‫ إ‬I‫ ْم‬I‫ ِه‬I‫ ْي‬I‫ َد‬Iَ‫ ل‬I‫ت‬
Iَ I‫ ْن‬I‫ ُك‬I‫ ا‬I‫ َم‬I‫و‬Iَ Iۚ I‫ك‬ َ Iِ‫ ل‬I‫ َذ‬Iٰ
ِ I‫ ْي‬I‫ َغ‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫ ِء‬I‫ا‬Iَ‫ ب‬I‫ ْن‬Iَ‫ أ‬I‫ن‬Iْ I‫ ِم‬I‫ك‬
Iَ I‫ ْي‬Iَ‫ ل‬Iِ‫ إ‬I‫ ِه‬I‫ ي‬I‫ح‬Iِ I‫و‬Iُ‫ ن‬I‫ب‬
Iِ Iَ‫ ت‬I‫خ‬Iْ Iَ‫ ي‬I‫ ْذ‬Iِ‫ إ‬I‫ ْم‬I‫ ِه‬I‫ ْي‬I‫ َد‬Iَ‫ ل‬I‫ت‬
I‫ َن‬I‫ و‬I‫ ُم‬I‫ص‬ Iَ I‫ ْن‬I‫ ُك‬I‫ ا‬I‫ َم‬I‫ َو‬I‫ َم‬Iَ‫ ي‬I‫ر‬Iْ I‫ َم‬I‫ ُل‬Iُ‫ ف‬I‫ ْك‬Iَ‫ ي‬I‫ ْم‬Iُ‫ ه‬I‫ ُّي‬Iَ‫أ‬
Artinya : “yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang
Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta
mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi)
siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi
mereka ketika mereka bersengketa.”
Adapun kata tafakul saling menanggung, yatafakul, takafulan, kafiil penanggung,
penjamin seperti terdapat dalam QS. An-Nahl:216:

I‫ن‬Iَ I‫و‬Iُ‫ ث‬I‫ َع‬I‫ ْب‬Iُ‫ ي‬I‫ن‬Iَ I‫ا‬Iَّ‫ي‬Iَ‫ أ‬I‫ن‬Iَ I‫ و‬I‫ ُر‬I‫ ُع‬I‫ ْش‬Iَ‫ ي‬I‫ ا‬I‫ َم‬I‫و‬Iَ Iۖ I‫ ٍء‬I‫ ا‬Iَ‫ ي‬I‫ح‬Iْ Iَ‫ أ‬I‫ ُر‬I‫ ْي‬I‫ َغ‬I‫ت‬
Iٌ I‫ ا‬I‫ َو‬I‫ ْم‬Iَ‫أ‬
Artinya: (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak
mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.
Di dalam hokum perjanjian syariah, kafalah (Penanggungan) sebagai salah satu
perjanjian khusus, dan temasuk dalam perikatan menjamin (al-Iltizam bi at-Tautsiq) yang
dimaksudkan suatu bentuk perikatan yang objeknya adalah menanggung (menjamin) suatu

Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, cet 2, (Yogyakarta:
3

Ekonisia, 2004), hlm. 11


4
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And Genera): Konsep dan Sistem Oprasional, Jakarta:
Gema Insani, 2004, hlm. 28
5
https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-44
6
https://tafsirq.com/16-at-taubah/ayat-21
4

perikatan. Perikatan yang ditanggung ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu perikatan utang (al-
kafalah bi ad-dain), perikatan benda (al-kafalah bi al-‘ain) dan perikatan yang berupa
penuyerahan orang yang ditanggung dalam akad al-kafalah bi an-nafs (penanggung orang)7.
Selain dari at-ta’min dan kafalah atau takaful, asuransi juga dikenal dengan nama at-
tadhamun yang berarti “solidaritas atau disebut juga saling menanggung hak/kewajiban yang
berbalasan.
Asuransi adalah sikap ta'awun yang yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi,
antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling tolong-menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) tersebut, mereka dapat
menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. Dengan demikian
asuransi adalah ta'awun yang terpuji, yaitu saling tolong menolong dalam berbuat kebajikan dan
takwa.
Ada beberapa macam pendapat para ulama tentang asuransi diantaranya:
1. Bahwa asuransi termasuk segala macam bentuk dan cara operasinya hukunya haram.
Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Yusuf al_Qardhawi, Sayid
sabiq, Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Bakhit al-Muth’i
a. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang didalam Islam.
b. Asurnasi mengandung unsur ketidakpastian.
c. Asuransi mengandung unsur “ Riba” yang dilarang dalam Islam.
d. Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan.
e. Asuransi termasuk jual beli atau tukar – menukar mata uang yang tidak secara
tunai ( Akad Sharf).
f. Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup dan matinya seseorang, yang
berarti mendahului tak takdir Tuhan.
2. Bahwa asuransi hukumnya halal atau diperbolehkan dalam islam. Pandangan ini
didukung oleh beberapa ulama antara lain, Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa,
Abdurrahman Isa, Mustafa Ahmad Zarqa dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
a. Tidak ada ketetapan nas, al – Qur’an maupun al – Hadis yang melarang asuransi.

7
Syamsul Anwar, HUKUM PERJANJIAN SYARIAH Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm 56-57
5

b. Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi kedua belah pihak baik
penanggung maupun tertanggung.
c. Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar daripada mudharatnya.
d. Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar profit and loss sharing.
e. Asuransi termasuk kategori koparasi (Syirkah Ta’awuniyah) yang diperbolehkan
dalam islam.
3. Bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi yang bersifat komersial dilarang
dalam islam. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Muhammad
Abu Zahro dengan alasan bahwa asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan karena
jenis asuransi sosial tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
Sedangkan asuransi yang bersifat komersial tidak diperbolehkan karena mengandung
unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
4. Bahwa hukum asuransi termasuk subhat, karena tidak ada dalil syar’I yang secara jelas
mengharamkan atau yang menghalalkan asuransi oleh karena itu kita harus berhati-
hati didalam berhubungan dengan asuransi.8
Dari semua bentuk kata dan pengertian tersebut bahwa maksud dan tujuan dari kata itu
adalah sama. Jadi yang dimaksud dengan asuransi syariah adalah asuransi yang sumber hokum,
akad, jaminan (risiko), pengelolaan dana, investasi, kepemilikan, dan lain sebagainya
berdasarkan atas nilai dan prinsip syariah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama lndonesia (DSN-MU) Nomor 21 Tahun 2001
dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi.
Menurutnya, Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.9
Dari definisi di atas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong
menolong yang disebut dengan "ta'awuf". Yaitu, prinsip hidup saling melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam
menghadapi malapetaka (resiko).
8
Warkum Sumitro, Asas – Asas Perbankan Islam dan Lembaga – Lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di
Indonesia, ( JaKarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hal 166 – 167.
9
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan Teoretis dan Praktis,
Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 155.
6

Oleh sebab itu, premi pada Asuransi Syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan tabarru'. Dana Tabungan adalahdana titipan dari
peserta Asuransi Syariah (Life insurance) dana kas mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah)
dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi
hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim
manfaat asuransi.
2.2. Fungsi dan Manfaat Asuransi Syariah
Secara khusus sejatinya ada beberapa fungsi dari asuransi tersebut. Berikut fungsi yang
dimaksud.
1. Meringankan risiko yang dihadapi para nasabah
Anda tentu sudah tahu jika prinsip sharing of risk adalah prinsip utama dari setiap
asuransi berbasis syariah ini. Dengan prinsip tersebut, risiko yang akan ditanggung oleh para
pemegang polis akan lebih ringan karena beban risiko ini akan dialami oleh semua pihak.
2. Mengikatkan usaha lebih besar di kalangan nasabah
Adanya rasa aman dalam menjalankan asuransi adalah tujuan dari asuransi berbasis
syariah ini. Rasa aman dan tenteram inilah yang menjadikan asuransi berbasis syariah sebagai
wadah yang tepat untuk para nasabah dalam mengembangkan usahanya.
3. Membiayai pembangunan bangsa
Premi yang terkumpul dari para nasabah tidak semata-mata menjadi keuntungan bagi
setiap badan atau lembaga asuransi. Dari premi ini yang terkumpul sedikit demi sedikit, tentu
akan menjadi dana yang besar dan diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi penting dalam
pembangunan negara.
Apa Saja Manfaat Berasuransi Syariah?
Asuransi berbasis syariah yang eksis saat ini banyak dipilih bukan tanpa alasan. Ada
berbagai manfaat yang bisa dipetik dari segala transaksi assuransi berbasis syari’ah tersebut.
Salah satunya, tentu menjadi opsi yang pas buat Anda yang ingin mengikuti asuransi namun
takut dengan riba.

Tentunya, manfaat asuransi syariah tidak hanya sebatas pada bebas riba dan prinsip
tolong menolong yang sangat menguntungkan para nasabahnya. Ada banyak lagi manfaat yang
dapat dirasakan, seperti lima manfaat pada ulasan berikut.
7

1. Pembagian keuntungan secara adil


Tahukah Anda jika sebagian dari dana kumpulan dari para nasabah akan diinvestasikan
langsung oleh para perusahaan asuransi berbasis syariah ini? Namun, tidak perlu khawatir karena
keuntungan dari investasi tersebut akan dibagi secara adil kepada setiap pemegang polis.
Kemudian, ada juga yang dinamakan sistem surplus underwriting di mana dana sisa dari
para nasabah yang digunakan setelah pembayaran klaim juga akan di bagian kepada masing-
masing peserta sesuai porsinya.
2. Transparansi lebih tinggi
Di awal, pengelolaan dana dalam assuransi berbasis syari’ah ini sudah ditentukan.
Dengan begitu, nasabah akan tahu ke mana saja iuran mereka akan dialokasikan. Malahan,
pengelolaan dana kumpulan ini dikelola berdasarkan syariat Islam di mana investasinya tidak
dilakukan ke perusahaan yang tidak sesuai prinsip-prinsip agama.
3. Proteksi dan klaim yang terjamin
Jika Anda mengikuti asuransi konvensional, tidak jarang ada beberapa sanksi jika terlama
melakukan pembayaran iuran. Berbeda dengan asuransi berbasis syariah di mana fungsi asuransi
akan tetap berjalan tanpa adanya pemberhentian manfaat.
Selain itu, sistem klaim di beberapa perusahaan asuransi juga dapat di-double, jadi
misalnya jika Anda sakit maka dapat melakukan klaim ke BPJS Kesehatan sekaligus ke
perusahaan asuransi kesehatan syariah tersebut.
4. Tidak ada premi yang hangus
Salah satu manfaat yang membedakan antara asuransi konvensional dan syariah adalah
tidak tersedianya skema dana premi yang hangus. Hal ini karena pada assuransi berbasis syari’ah
menggunakan konsep wadiah (titipan) di mana dana akan dikembalikan dari rekening peserta
yang telah dipisahkan dari rekening tabarru’ sehingga peserta bisa mendapatkan kembali
dananya secara utuh.
5. Adanya sistem wakaf
Wakaf merupakan salah satu manfaat asuransi berbasis syariah yang juga membedakan
dengan asuransi biasa. Dalam asuransi ini, peserta akan diikutsertakan dalam penyerahan harta
yang bertahan lama kepada penerima manfaat sebagai suatu bentuk kebajikan. Jadi, para peserta
tidak hanya mendapat manfaat untuk dirinya sendiri, namun juga berbagi manfaat untuk orang
lain.
8

2.3. Jenis-jenis Asuransi Syariah

Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:


1. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yangmemberikan
perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta
asuransi takaful.10
Produk asuransi takaful keluarga meliputi :
a) Takaful berencana
b) Takaful pembiayaan
c) Takaful pendidikan
d) Takaful dana haji
e) Takaful berjangka
f) Takaful kecelakaan siswa
g) Takaful kecelakaan diri
h) Takaful khairat keluarga
2. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan
perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda
milik peserta takaful11.
Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :
a) Takaful kebakaran
b) Takaful kendaran bermotor
c) Takaful pengangkutan
d) Takaful Resiko Pembangunan
e) Takaful Resiko Pemasangan
f) Takaful Penyimpanan Uang
g) Takaful Gabungan
h) Takaful Aneka
i) Takaful rekayasa/Engineering
2.4. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

10
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia,
(Jakarta : Kencana, 2004), 138-139.
11
Hendi Suhendi dan Deni K Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoritis Ke Praktik, 68.
9

Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi sayri’a ada sembilan macam, yaitu : tauhid,
keadilan, tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, larangan riba, larangan judi, dan
larangan gharar.
1. Tauhid (unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk tabungan yang ada dalam syari’ah
islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan.
Dalam berasuransi ytang harus diperhatikan adalah bagaimana sehartusnya menciptakan
suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhananpaling tidak dalan
setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hatio bahwa Allah SWT
selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam berasuranasi adalah terpenuhinya niulai-nilai keadilan antara pihak-
pihak yang terkait dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam
menempatkan hak dan kewajiban anatara nasabah dan perusahaan asuransi.
Di sisi lain, keuntungan yang dihasilakan oleh perusahaan dari hasil investasi dana nasabah
harus dibagai sesuai dengan akad yangb disepakati sejak awal. Jika nisbah yang disepakati
anatara kedua belah pihak 40:60, maka realita pembagian keuntungan juga harus mengacu pada
keuntungan tersebut.
3. Tolong menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melkasnakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan
adanya rasa tolong menolong antara anggota. Praktik tolong menolong dalam asuransi adalah
unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom) bisnis transkasi.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi
islami. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan
acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yait antara anggota (nasabah) dan perusahan
asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep
mudharabah atau musyarakah. Konsep mudharabah dan musyarakah adalah dua buah konsep
dasar dalam kajian ekonomika dan mempunyai nilai historis dalamm perkembangan keilmuan
5. Amanah ( trustworthy / al-amanah )
10

Prinsip amanah dalam organisasi perusahan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal
ini perusahaan asuransi hatus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
haruis mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan kedaiulan dalam bermuamalah dan melalui
auditor public. Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi.seseorang yang
menjadi nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan
pembayaran dana iuran dan tidak memanipiyulasi kerugian yang menimpa dirirnya.
6. Kerelaan ( al-ridha )
Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada setiap anggota (nasabah)
asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang
disetorkan ke perusahan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosila
(tabarru) memang betul-betul digunakan tujuan membantu anggota (nasabah) asuiransi yang lain
jika mengalami bencana kerugian.
7. Larangan riba
Secara bahasa adalah tambahan. Sedangakan menurut syari’at m,enambah sesuatu yang
khusus. Jadi riba adanya unsur penambahan nilai. Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang
melarang pengayaan diri dengan cara yang btidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan
dan melarang riba. Halalnya jual beli denhan pola berfikir selama manuasia saling membutuhkan
satu sama lain, karena tidak bisa mencapai ke semua keinginan kecuali denga jual beli
merupakan permasalahan bagi mereka.
8. Larangan maisir ( judi )
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi
yang memepunyai unsur maisir (judi). Maisir dari kata yusr artinya mudah. Karena orang
memeperolkeh uang tanpa susah payah, atau bersala dari kata yasar yang berarti kaya, karena
perjudian diharapkan untung yang bermakna mudah. Maysir merupakan unsur obyek yang
diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu.
Syafi’i antonio mengatakan bahwa unsur maisir judia artinya adanya salah asatu pihal yang
untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
9. Larangan gharar
11

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ yaitu suatu tindakan yang di dalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Secara konvensional kata Syafi’I kontrak dalam asuransi
jiwa dapat dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran
pembayaran premi dan dengan uang pertanggungan. Secara syari’ah dalam akad pertukaran
harus jelas berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu karena kita tahu berapa
yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi idak tahu berapa yang akan
dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan
meninggal.
2.5. Perbedaan Asuransi Umum dan Asuransi Syariah
Dalam perkembangannya di masa modern ini masyarakat umum lebih memilih asuransi
konvensional dibandingkan dengan asuransi syariah. Kedua jenis asuransi tersebut memiliki
perbedaan.
Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
No Prinsip Auransi Konvensional Asuransi Syrai’ah

1. Konsep Perjanjian antara dua Sekumpulan orang yang saling membantu,


pihak atau lebih, dengan saling menjamin danm bekerja sama
mana pihak penanggung dengan cara-cara masing-masing
meningkatkan diri mengeluarkan akad tabarru’.
kepada tertanggung,
dengan menerima premi
asuransi, untuk
memberrikan pergantian
kepada tertanggung.

2. Visi dan Secara garis besar misi Misi yang diemban dalam asuransi syariah
Misi utama dari asuransi adalah misi aqidah, misi ibadah (ta’awun ),
konvensional adalah misi ekonomi (iqtishod), dan misi
misi ekonomi dan misi pemberdayaan umat (sosial). Asuransi
social. takaful di Indonesia mempunyai visi
sebagai lembaga keuangan yang konsisten
menjalankan transaksi asuransi secara
islami. Operasional perusahaan
dilaksanakan atas dasar prinsip- prinsip
syariah yang bertujuan memberikan
fasilitas dan layanan terbaik bagi umat
islam khususnya dan masyarakat Indonesia
12

umumnya.

3. Sumber Bersumber dari pikiran Bersumber dari hokum Allah sumber


Hukum manusia dan hokum dalam Syariah Islamadalah al –
kebudayaan. Qur’an, sunnah, atau kebiasaan Rasul,
Berdasarkan hokum Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, Urf
positif, hokum alami, “tradisi”, dan Maslahah Mursalah.
dan contoh sebelumnya.

4. Maghrib Tidak selaras dengan Bersih dari adanya praktek gharar, maisir,
syariah islam karena dan Riba
adanya maisir, gharar,
dan Riba; hal yang di
haramkan dalam
muamalah

5. DPS Tidak ada, segingga Ada, yang berfungsi untuk mengawasi


dalam banyak pelaksanaan operasional perusahaan agar
prakteknya bertentangan terbebas dari praktek- praktek muamalah
dengan kaidah- kaidah yang bertentangan dengan prinsip- prinsip
syara’ syariah

6. Akad Akad jual beli (akad Akad tabarru’ dan akad ijarah
mu’awadhah, akad (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah,
idz’aan, akad gharar, dan sebagainya)
dan akad mulzim)

7. Jaminan / Transfer of risk, dimana Sharing of risk, dimana terjadi proses saling
Risk terjadi transfer resiko menanggung antara satu peserta dengan
(Resiko) dari tertanggung kepada peserta lainnya (ta’awun)
penanggung.

8. Pengolahan Tidak ada pemisahan Pada produk- produk saving (life)  terjadi
Dana dana, yang berakibat pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ derma’
pada terjadinya dana dan dana peserta sehingga tidak mengenal
hangus (untuk produk istilah dana hangus. Sedangkan untuk
saving - life) untuk term insurance semuanya bersifat
tabarru’

9. Investasi Bebas melakukan Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan


investasi ndalam batas- perundang- undangan, sepanjang tidak
batas ketentuan bertentangan dengan prinsip- prinsip
perundang- undangan, syariah islam. Bebas dari riba dan tempat-
13

dan tidak terbatasi pada tempat investasi yang terlarang.


halal dan haramnya
obyek atau sistem
investasi yang
digunakan

10 Kepemilika Dana yang terkumpul Dana yang terkumpul dari peserta dalam
. n Dana dari premi peserta bentuk iuran atau kontribusi, merupakan
seluruhnya menjadi milik peserta (shohibul mal), asuransi
milik perusahaan dan syariah hanya sebagai pemegang amanah
menginvestasikan (mudharib) dalam mengelola dana tersebut.
kemana saja.

11 Keuntungan keuntungan yang Profit yang diperoleh dari surplus


. (proft) diperoleh dari surplus underwriting, komisi reansuransi, dan hasil
underwriting, komisi investasi, bukan seluruhnya menjadi milik
reansuransi, dan hasil perusahaan, tetapi dilakukan        bagi hasil
investasi seluruhnya (mudharabah)    dengan peserta.
adalah keuntungan
perusahaan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menurut bahasa Arab, istilah asuransi adalah at-ta’min diambil dari kata amana memiliki
arti memebri perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan beban dari rasa takut. Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama lndonesia (DSN-MU) Nomor 21 Tahun 2001 dalam fatwanya tentang
pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi
Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah, yaitu:
a) Tauhid (unity)
b) Keadilan (justice)
c) Tolong menolong (ta’awun
d) Kerja sama (cooperation)
e) Amanah ( trustworthy / al-amanah )
f) Kerelaan ( al-ridha )
g) Larangan riba
h) Larangan maisir ( judi )
i) Larangan gharar
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh
informasi tentang materi Asuransi syariah dan juga dapat mengetahui asal-usul dan prinsip-
prinsip dalam asuransi syariah.

14
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan Teoretis dan
Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 290.
 M. Solahudin,  Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta : Muhammadiyah
University Press, 2006), hlm. 127.
 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, cet 2,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 112
 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And Genera): Konsep dan Sistem Oprasional,
Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 28
 Didalam hokum Islam, menurut zumhur ulama, penanggungan (kafalah) adalah penggabungan
tanggung jawab (dzimmah) penjamin (penanggung) kepada tanggung jawab (dzimmah)
orang yang dijamin (ditanggung) dalam kewajiban membayar utang (hak orang lain).
Menurut definisi ini, penjamin menjadi orang yang berutang bersama orang berutang
asli, sehingga orang berpiutang dapat menuntut utangnya kepada siapa saja diantara
kedua orang tersebut baik yang berutang asli maupun penanggungya. [Muwaffaquddin
Ibnu Qudamah, a-Mugni (Beirut: Dar al Fikr, 1984), V:70; Syamsuddin Ibnu Qudamah,
asy-Syarh al-Kabir, dicetak bersama ibid.]. dalam buku Syamsul Anwar, HUKUM
PERJANJIAN SYARIAH Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007.
 Syamsul Anwar, HUKUM PERJANJIAN SYARIAH Studi tentang Teori Akad dalam Fikih
Muamalat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm 56-57
 Warkum Sumitro, Asas – Asas Perbankan Islam dan Lembaga – Lembaga Terkait (BMUI dan
Takaful) di Indonesia, ( JaKarta : Raja Grafindo Persada, 1996),  hal 166 – 167.
 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan Teoretis dan
Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 155.
 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life ang general) Konsep dan system Operasional,
hal : 326
 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah marketing, Bandung: Mizan
Pustaka, 2006,  hlm 201.
 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life ang general) Konsep dan system Operasional,
hal :326 – 327

15
16

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika, 2008,
hlm. 31.
 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan Teoretis dan
Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 156-157.
 Wirdianingsih, et all, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2005, hlm. 220.

Anda mungkin juga menyukai