Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH
REVIEW JURNAL CROSS STUDY & RETROSPEKTIF

OLEH :

NAMA : DINDA RIFKA

S. STAMBUK : 15020180164

KELAS : C3

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patut di panjatkan kehadirat


Allah SWT atas berkat rahmat, dan hidayah-Nya lah sehingga pembuatan
makalah yang berjudul “MAKALAH REVIEW JURNAL CROSS STUDY &
RETROSPEKTIF 15020180110” ini dapat berjalan dan terselesaikan
sesuai yang diharapkan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu kami mengharapkan saran, kritik, serta
masukan demi kebaikan pembuatan makalah dilain waktu. Walaupun
makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan tetapi kami
berharap semoga apa yang kami tuangkan dalam makalah ini mampu
memberikan pemahaman, ide-ide baru dan pengetahuan kepada
pembaca serta memberi manfaat bagi khalayat banyak, karena pada
dasarnya kesempurnaan hanya milik ALLAH SWTsemata.

Makassar, 21 November 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenelitian


Studi kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit
dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status paparannya. Tujuan studi kasus kontrol ini adalah
untuk mengindentifikasi faktor-faktor risiko terjadinya suatu penyakit.
Ciri-ciri studi kasus kontrol adalah pemilihan subyek berdasarkan
status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah
subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak.
Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut kasus, berupa
insidensi (kasus baru) yang muncul dari suatu populasi. Sedangkan
subyek yang tidak menderita penyakit disebut kontrol, yang dicuplik
secara acak dari populasi yang berbeda dengan populasi asal kasus.
Tetapi, untuk keperluan inferensi kausal, kedua populasi tersebut
harus dipastikan setara. Dalam mengamati dan mencatat riwayat
paparan faktor penelitian harus menjaga untuk tidak terpengaruh
status penyakit subyek.
Studi kasus kontrol bersifat retrospektif yaitu menelusuri ke
belakang penyebabpenyebab yang dapat menimbulkan suatu
penyakit di masyarakat, dengan kelompok studi (kasus) adalah orang-
orang yang menderita penyakit dan dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu orang-orang yang tidak menderita penyakit tetapi memiliki
karakteristik yang sama dengan orang-orang yang menderita penyakit
atau kelompokstudi.
Penelitian cross sectional yang sering disebut juga penelitian
transversal, merupakan penelitian epidemiologi yang paling sering
dikerjakan pada bidang kesehatan. Walaupun sebenarnya paling
lemah, hal ini disebabkan karena secara epidemiologi paling mudah
dan sederhana, tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan
tertentu. Pendekatan ini dalam rangka memepelajari dinamika korelasi
antara factor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau
status kesehatan tertentu dengan model pendekatan point time.
Studi cross sectional ditandai dengan ciri-ciri bahwa
pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung
(efek) dilakukan secara simultan atau pada saat yang bersamaan.
Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan efek diobservasi
sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini
bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua subjek
untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya diobservasi satu kali
saja, dan faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau status
waktudiobservasi.
1.2 TujuanPenelitian
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mereview jurnal-jurnal
penelitian yang membahas tentang cross sectional study dan
retrospective study. Dalam makalah ini mencakup data-data hasil
review jurnal penelitian yang digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Judul Evaluasi Manajemen Obat dan Hubungannya dengan


KualitasPelayananFarmasiRawatJalandiSalahSatu
Rumah Sakit Kota Pontianak
Volume & Vol 5 No. 1 hal. 56-66
halaman
Tahun 2016
ISSN 2252–6218
Penulis Enggy Erwansani, Ahmad Muhtadi, Emma Surahman
Reviewer Dinda Rifka Salsabila 15020180164
Tanggal akses 22 November 2021

Jenis Design Pendekatan secara kuantitatif yang dilakukan pada penelitian ini
adalah dengan analitik observasional menggunakan rancangan
cross sectional atau potong lintang.
Metode Penelitian Metode survei dilakukan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Pendekatan secara kuantitatif dilakukan
dengan analitik observasional menggunakan rancangan cross
sectional atau potong lintang. Prosedur pada penelitian ini terdiri
dari mengevaluasi manajemen obat (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan) kepada petugas
farmasi rawat jalan RS X dan dilakukan analytic design guna
mengetahui hubungan manajemen obat tersebut dengan
kualitas pelayanan farmasi rawat jalan dengan menyebarkan
kuesioner kepada pelanggan farmasi rawat jalan yang sedang
mengambil obat. Teknik sampling yang digunakan adalah
consecutive sampling yang merupakan nonprobabilitysampling
yang paling baik.
Data Penelitian Evaluasi Manajemen Obat Uji validitas dan reliabilitas dari
kuesioner manajemen obat dilakukan dengan carapenyebaran
kuesioner terhadap 10 orang petugas farmasi rawat jalan. Hasil
uji validitas kuesioner manajemen obat farmasi rawat jalan
dinyatakan valid karena seluruh pernyataan memiliki nilai
koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,364 (r Hitung > r Tabel).
Hasil uji reliabilitas seluruh item dinyatakan reliabel karena
memiliki nilai Cronbach’s Alpha >0,60.
a. Perencanaan Skor yang diharapkan untuk jawaban
responden terhadap 7 pernyataan adalah 140.
Perhitungan menunjukkan nilai skor total yang diperoleh
130 atau 92,86% dan berada pada kategori sangatbaik.
b. Pengorganisasian Skor yang diharapkan untuk jawaban
responden terhadap 7 pernyataan adalah 140.
Perhitungan menunjukkan nilai skor total yang diperoleh
138 atau 98,57% dan berada pada kategori sangatbaik.
c. Pengarahan Skor yang diharapkan untuk jawaban
responden 21 pernyataan adalah 420. Perhitungan
menunjukkan nilai skor total yang diperoleh 416 atau
99,05% dan berada pada kategori sangatbaik.
d. Pengawasan Skor yang diharapkan untuk jawaban
responden 19 pernyataan adalah 380. Perhitungan
menunjukkan nilai skor total yang diperoleh 369 atau
97,11% dan berada pada kategori sangat baik.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner penelitian kepada pelanggan
farmasi rawat jalan, untuk memperoleh data penilaiannya
terhadap manajemen obat dan kualitaspelayanan.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner manajemen obat
Dilakukan penyebaran kuesioner terhadap 30 responden
pelayanan farmasi rawat jalan. Hasil uji validitas dan
reliabilitas kuesioner manajemen obat farmasi rawat jalan, 1
item pernyataan dengan nilai koefisien korelasi (r) lebih kecil
dari 0,364 (r Hitung < r Tabel), yaitu pada item 11mengenai
“Kualitas fisik Obat”, (r=0,128). Hasil uji reliabilitas semua item
dinyatakan reliabel karena mempunyai nilai Cronbach’s Alpha
>0,60.
Judul Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri: Studi
Retrospektif pada Apotek di Bandung
Volume & Vol 1 No. 3 hal. 96-101
halaman
Tahun 2012
ISSN 2252–6218
Penulis Nurul Annisa, Rizky Abdulah
Reviewer Dina Saputri 15020180110
Tanggal akses 21 November 2021

Jenis Design Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan


menggunakan resep rawat jalan di apotek-apotek di Bandung.
Metode Penelitian Penelitian deskriptif ini dilakukan di tujuh apotek di kota
Bandung. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan
menggunakan resep rawat jalan di apotek-apotek tersebut.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah kelompok usia geriatrik
(>59 tahun), resep lengkap yang dapat ditelusuri, dan resep
yang masuk pada Oktober–Desember 2011. Informasi dari
resep yang diambil adalah usia, jenis kelamin, spesialisasi
medik, nama obat, dosis dan jumlah obat. Resep yang
mengandung dua atau lebih R/ kemudian didentifikasi interaksi
potensial melalui database www.drugs.com.Tingkat DDI’s
dikelompokkan menjadi severe, moderate dan minor.9 Dalam
penelitian ini yang dianalisis hanya level interaksi yaitu moderate
dan severe. Level interaksi ini kemudian jugadiklasifikasikan
berdasarkan spesialisasi medik.
Data Penelitian Dari total 29.839 resep yang masuk, terdapat 334 (1.12%)
lembar resep pasien geriatrik yang masuk dalam kriteria
inklusi penelitian. Dari resep yang masuk kriteria inklusiini
ratarata jumlah R/ pada setiap lembar resep adalah 3,40.
Hanya terdapat 4 lembar resep (1,20%) yang terdiri dari 1 R/.
Usia rata-rata pasien geriatrik pada resepresep yang diteliti
adalah 68 tahun. Berdasar kan jenis kelamin, terdapat 44,78%
pasien laki-laki dan 55,22% pasien perempuan. Sebanyak 131
(39,22%) lembar resep mengandung potensi interaksi obat-
obat, artinya pasien geriatrik hampir 40,00% berpotensi
mendapatkan resep yang mengandung potensi interaksi obat-
obat. Hal ini tentunya menjadi kewajiban tenaga kesehatan
untuk mewaspadai serta memberikan perhatian lebih terhadap
potensi interaksi yang mungkin terjadi. Klasifikasi interaksi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu interaksi moderate dan
severe. Total interaksi potensial yang terjadi adalah 210
interaksi. Interaksi potensial moderate adalah sebanyak 187
(89,05%) sedangkan severe sebanyak 23 (10,95%). Interaksi
potensial obat-obat diklasifikasikan berdasarkan spesialisasi
medik. Dari hasil perhitungan ini, diketahui bahwa kejadian
interaksi potensial terbanyak terjadi pada kelompok
spesialisasi medikumum.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari jurnal yang
menggunakan cross sectional study
adalah valuasi manajemen obat di
farmasi rawat jalan RS X yang dinilai
oleh petugas farmasi rawat jalan
terhadap empat fungsi manajemen
antara lain, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan menghasilkan nilai rata-
rata 96,90% sehingga berada dalam
kategori sangat baik. Sementara
penilaian oleh pelanggan sebesar
76,25% sehingga dalam kategori
baik.Terdapat hubungan yang kuat
antara empat fungsi dari manajemen
obat, baik perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan terhadap kualitas
pelayanan farmasi rawat jalan RS X.
Pengaruh terbesar berada pada fungsi
perencanaan hal ini sesuai dengan
banyaknya keluhan pelanggan di
sektor perencanaan manajemen obat
yaitu kelengkapan obat yang diberikan
dan sektor perencanaan pelayanan
yaitu waktu tunggu dalam pelayanan
farmasi rawatjalan.
Sedangkan kesimpulan dari jurnal
yang menggunakan study
retrospective adalah Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pasien di Kota
Bandung berisiko mendapatkan
interaksi potensial obat-obat (DDIs)
sebes 3.2 Saran
ar Sebaiknya dilakukan pengkajian
39,00 lebih lanjut pada jurnal-jurnal
% penelitian yang menggunakan metode
pada cross sectional study dan study
setiap retrospective.
lemba
r
resep
yang
didap
atkan.
DDIs
paling
banya
k
terjadi
pada
peres
epan
dokter
umum
yaitu
sebes
ar
85,50
%.
Suatu
sistem
harus
diban
gun
untuk
memi
nimali
sasi
DAFTAR PUSTAKA

Erwansani, E., Muhtadi, A.M. and Surahman, E., 2016. Evaluasi


Manajemen Obat dan Hubungannya dengan Kualitas Pelayanan
Farmasi Rawat Jalan di Salah Satu Rumah Sakit Kota Pontianak.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 5(1), pp.56-66.
Annisa, N. and Abdulah, R., 2012. Potensi Interaksi Obat Resep Pasien
Geriatri: Studi Retrospektif pada Apotek di Bandung. Indonesian
Journal of Clinical Pharmacy, 1(3), pp.96-101.
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012

Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri: Studi Retrospektif pada


Apotek di Bandung
Nurul Annisa, Rizky Abdulah
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia

Abstrak
Usia geriatri merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah-masalah yang terkait dengan
penggunaan obat, salah satunya adalah kejadian interaksi obat-obat. Dalam penelitian ini dilakukan
studi untuk mengetahui interaksi potensial obat-obat. Data diproses melalui
www.drugs.comdatabase.Evaluasi ini memaparkan prevalensi dan mengklasifikasikan jenis interaksi
potensial berdasarkan level interaksi dan spesialisasi medik. Dari total 29.839 resep dari tujuh apotek
di kota Bandung diperoleh 334 lembar resep geriatri (1,12%). Dari resep geriatri tersebut, tedapat 4
lembar resep (1,20%) dengan jumlah 1 R/ yang artinya pada resep ini tidak berpotensi untuk terjadi
interaksi. Sedangkan jumlah R/ pada lembar resep yang mengandung lebih dari 1 R/ adalah 1.136
dengan rata-rata jumlah R/ pada se-
tiaplembarresepadalah3,40.Sebanyak131lembarresepterdapatinteraksipotensialobat-obatsebesar
39,22%. Total interaksi potensial yang terjadi adalah 210 interaksi. Interaksi potensial moderate adalah
sebanyak 187 (89,05%) sedangkan severe sebanyak 23 (10,95%). Kejadian potensi interaksi moderate
dan severe pada kelompok spesialisasi medik umum adalah sebanyak 85,00%, penyakit dalam 8,40%,
kardiologi 2,30%, THT 2,30%, syaraf 0,76% dan gigi0,76%.

Kata kunci: Interaksi obat-obat, apotek, geriatri

Potency of Drugs Interaction among Geriatric Patients Prescribing: Retro-


spective Study in Pharmacies in Bandung
Abstract
Geriatric age is an age group that vulnerable to the problems which associated with drug use, one of
them is the incidence of drug-drug interactions. This research, conducted to determine potential drug-
drug interactions. Data processed through www.drugs.comdatabase.This evaluation explain the preva-
lenceandclassifytypesofpotentialinteractionsbasedonthelevelofinteractionsandmedicalspeciali-
ties.Basedonthetotalof29.839prescriptionsfromsevenpharmaciesintheBandungcityobtained334
prescription sheet of geriatrics (1.12%) and from that geriatric prescriptions, there are 4 prescriptions
sheets(1.20%)thatcontain1R/,whichmeansthatinthisprescriptionsisdonothaveanypotentialfor
interaction. The number of R/ on prescription sheets which contain more than 1 R / is 1.136 with an
average number of R/ on each sheet prescriptions is 3.40. Total of 131 (39.22%) sheets of prescriptions
contain potential drug-drug interaction. Total potential interactions that occur are 210 interactions. The
moderate interaction potential is 187 (89.05%), while severe as much as 23 (10.95%). The incidenceof
moderate and severe potential interaction in the group of medical specialities are 85.50% interactions
in general practitioners, 8.40% in internist, 2.30% in cardiologist, 2.30% in ENT, 0.76% inneurologists
and 0.76% in dentist.

Key words: Drug-drug interactions, community pharmacies, geriatrics

Korespondensi: Nurul Annisa, S. Farm, Apt., Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,


Sumedang, Indonesia, email: nurul.annisa@gmail.com

96
Pendahuluan kodinamik seringkali mengalami peru-bahan
pada usia geriatri, kemungkinan terjadinya
Interaksi obat atau drug-drug interactions perlambatan waktu transit usus, kapasitas pe-
(DDIs) didefinisikan sebagai modifikasi efek nyerapan berkurang, penurunan metabolisme
suatu obat akibat obat lain yang diberikan hati,fungsimitokondria,eksresiginjaldanpe-
pada awalnya atau diberikan bersamaan atau rubahan dalam volemia serta distribusi dalam
bila dua atau lebih obat berinteraksi sehingga lemak tubuh.8
keefektifan atau toksisitas suatu obat atau le- Mengidentifikasi potensi terjadinya DDIs
bih berubah.1Interaksi yang lebih sering ter- merupakan hal yang penting dalam kegiatan
jadi adalah yang terjadi didalam tubuh diban- pelayanan kefarmasian terutama di apotek,se-
dingkan diluar tubuh. Interaksi dalam tubuh hingga penelitian retrospektif pada tujuh apo-
dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu tek terpilih di Kota Bandung dilakukan untuk
interaksi famakokinetika dan interaksi farma- mengetahui seberapa besar potensi terjadinya
kodinamika.2 DDIs pada peresepan khususnya resep pada
Polifarmasi meningkatkan risikoterjadinya pasien geriatrik.
interaksi obat. Pengobatan polifarmasi di-
hubungkan dengan kejadian DDIs, Adverse Metode
Drug Reactions (ADRs), Medications Error
dan peningkatan risiko rawat inap di rumah Penelitiandeskriptifinidilakukanditujuhapo-
sakit.3,4Apotekerharusbertanggungjawabun- tekdikotaBandung.Penelitianinimerupakan
tuk memonitoring interaksi obat dan mengin- studi retrospektif dengan menggunakan resep
formasikan kepada dokter dan pasien tentang rawat jalan di apotek-apotek tersebut. Krite-
masalahyangmungkinterjaditerkaitinteraksi ria inklusi dari penelitian ini adalahkelompok
tersebut.5 usia geriatrik (>59 tahun), resep lengkap yang
Dalam pekerjaan kefarmasian di apotek, dapat ditelusuri, dan resep yang masuk pada
apoteker seringkali tidak dapat mengidentifi- Oktober–Desember2011.Informasidariresep
kasi berbagai kejadian DDI’s pada pelayanan yang diambil adalah usia, jenis kelamin, spe-
resep pada pasien rawat jalan. Berbagai ke- sialisasi medik, nama obat, dosis dan jumlah
mungkinan secara teknis adalah karena waktu obat. Resep yang mengandung dua atau lebih
yang tidak memungkinkan, tidak tersedianya R/ kemudian didentifikasi interaksi potensial
alat penunjang yang praktis, dan sebagainya. melalui database www.drugs.com.Tingkat
Apoteker sering tidak menyadari kemung- DDI’s dikelompokkan menjadi severe, mo-
kinan DDI’s yang dapat membahayakan atau derate dan minor.9Dalam penelitian ini yang
merugikan pasien. dianalisis hanya level interaksi yaitu mode-
Peresepan pada usia geriatrik menjadi rate dan severe. Level interaksi ini kemudian
fokus pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan juga diklasifikasikan berdasarkan spesialisasi
usia geriatrik berada pada risiko yang signifi- medik.
kan untuk masalah terkait obat.6Selain po- Interaksi severe adalah interaksi yang me-
lifarmasi, usia saja merupakan faktor risiko miliki potensi yang berbahaya dan seriuspada
utama untuk DDIs. Pasien geriatri rentan pasien, memiliki insiden yang rendah dengan
terhadap interaksi obat dikarenakan peruba- akibatyangdapatmerugikanpasiendengando-
han yang berkaitan dengan usia fisiologis, pe- kumentasi terbatas. Interaksi moderate adalah
ningkatanrisikountukpenyakitterkaitdengan interaksi yang memiliki interaksi dengan sig-
penuaan dan peningkatan konsekuen dalam nifikansi klinis yang lebih rendah dibanding-
penggunaan obat.7Farmakokinetik danfarma- kan dengan interaksi severe tetapi jugadapat
menimbulkan kerugian pada pasien dengan kan jenis kelamin, terdapat 44,78% pasien
dokumentasi yang kurang baik sedangkan in- laki-laki dan 55,22% pasien perempuan.
teraksi minor adalah interaksi yang memiliki Sebanyak 131 (39,22%) lembar resep me-
signifikansi klinis yang rendah, interaksi ini ngandung potensi interaksi obat-obat, artinya
resikonya terbatas pada pasien itu sendiri.10 pasien geriatrik hampir 40,00% berpotensi
mendapatkan resep yang mengandungpotensi
Hasil interaksi obat-obat. Hal ini tentunya menjadi
kewajiban tenaga kesehatan untuk mewaspa-
Dari total 29.839 resep yang masuk, terdapat dai serta memberikan perhatian lebihterhadap
334 (1.12%) lembar resep pasien geriatrik potensi interaksi yang mungkin terjadi.
yang masuk dalam kriteria inklusi penelitian. Klasifikasiinteraksidibagimenjadiduake-
Dariresepyangmasukkriteriainklusiinirata- lompok yaitu interaksi moderate dan severe.
ratajumlahR/padasetiaplembarresepadalah Total interaksi potensial yang terjadi adalah
3,40. Hanya terdapat 4 lembar resep (1,20%) 210 interaksi. Interaksi potensial moderate
yang terdiri dari 1 R/. adalah sebanyak 187 (89,05%) sedangkan
Usia rata-rata pasien geriatrik pada resep- severe sebanyak 23 (10,95%). Hasil analisis
resep yang diteliti adalah 68 tahun. Berdasar- DDIs ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Identifikasi DDIs di tujuh apotek terpilih di Kota Bandung


No Apotek Lembar Resep JumlahR/ Lembar DDIs
Total Geriatri Resep /R Resep Moderate Severe
Geriatri Geriatri
hanya 1 DDIs
/R
1 A 4827 26 0 74 9 16 0
2 B 3144 19 0 53 2 1 2

3 C 4652 8 0 19 0 0 0

4 D 1183 44 0 223 28 63 3

5 E 799 9 3 25 4 13 2

6 F 10579 181 0 593 72 77 16


7 G 4655 47 1 149 16 17 0
Jumlah 29839 334 4 1136 131 187 23

Interaksi potensial obat-obat diklasifikasikan spesialisasi medik umum.


berdasarkan spesialisasi medik, dan hasilnya
dapat dilihat pada Gambar 1. Dari hasil perhi- Pembahasan
tungan ini, diketahui bahwa kejadianinteraksi
potensial terbanyak terjadi padakelompok Jumlah rata-rata R/ pada setiap lembar resep
90

80

70
ProsentaseResepDDI's

60

50

40

30

20

10

0
Umum PenyakitDalam Jantung THT Syaraf Gigi

Spesialisasi Medik

Gambar 1 DDIs pada setiap spesialisasi medik

dalam penelitian ini adalah 3,40 yang artinya najumlahlembarresepyangmasukdalamkri-


termasuk dalam kelompok polifarmasi mi- teria inklusi yang terbanyak adalahlembarre-
nor. Polifarmasi minor mengandung 2–4 obat sep dari peresepan dokter
dalam setiap lembar resep.11Potensi interaksi umumyaitusebesar74,55%. Selain itu, jenis
pada setiap lembar adalah sebesar 39,00%. obatyangdigunakan
Angka potensi interaksi ini termasuk tinggi. padadokterumumbiasanyalebihberagam,se-
Pada sebuah studi di Yunani, angka kejadian hingga penggunaan kombinasidariobat-obat
interaksi potensial adalah sebesar tersebut tidak
18,50%.12Dari total resep yang dianalisis mudahuntukteridentifikasi.Penyakit pada usia
interaksinya, yang termasuk kelompok lanjutseringterjadi pada banyak organ
moderate adalah sebanyak 187 (89,05%) sehinggapemberianobat sering terjadi
sedangkan severe polifarmasi.Diantarademikian
sebanyak 23 (10,95%). Hal ini menunjuk- banyakobatyangditelanpastiterjadiinter-
kan bahwa potensi interaksi moderate lebih aksiobatyangsebagiandapatbersifatseriusdan
sering terjadi pada kelompok usia geriatri sering menyebabkanmeningkatnyajum-
dan menuntut kewaspadaan dari apoteker dan lahpasienrawatdirumahsakitbahkanke-
dokter untuk mencegah atau meminimalisasi matian. Interaksi obat
kejadian tersebut untuk meningkatkan kuali- padakelompokusiageriatri terjadi pada
tas pengobatan pasien. Studi dari 7 apotek ini profilfarmakokinetikdanfarmakodinamik.
menggambarkan hal yang terjadi di pelayan- Pada usialanjutperubahan
an kesehatan, ada baiknya untuk melengkapi terjadipadasalurancernayangdidugamen-
apotek dengan software interaction checkers gubah absorbsi
sehingga dapat mencegah terjadinya interaksi obat,misalnyameningkatnyapHlambung,menu
obat-obat potensial dan pada akhirnya meni- runnyaalirandarahkeusus
ngkatkan kualitas hidup pasien. akibatpenurunancurahjantungdanperuba-
KasusDDIspalingbanyakterjadipadapere- hanwaktupengosonganlambungdangerak
sepandokterumum.Halinidapatterjadikare- saluran cerna.13
Interaksi farmakodinamik pada usia lanjut
dapat menyebabkan respons reseptor obat dan
target organ berubah, sehingga sensitivitas
terhadap efek obat menjadi lain. Ini menye- dakterduga.Beberapainteraksiobatbahkandapa
babkan kadang dosis harus disesuaikan dan t berbahaya bagi pasien.Misalnya,jika pasien
sering harus dikurangi. memiliki tekanan darahtinggi.Pasienbisa
Interaksi obat dianggap penting secara mengalami reaksi yangtidakdiinginkan jika
klinik apabila berakibat meningkatkan tok- mengambil
sisitas atau justru menurunkan efek terapidari dekongestanhidung.Namun,interaksiobatjuga
obat-obat tersebut. Interaksi antara obat-obat dapatdengansengajadi- manfaatkan,
dapat dikurangi atau diperkecil kemungkinan- misalnyapemberianprobenesid dengan
nya dengan cara menghindari penggunaanpo- penisilin sebelumproduksimassal
lifarmasi yang tidak dibutuhkan. penisilin.Haltersebutbergunauntukme-
Apoteker mempunyai tanggung jawab ngurangi jumlah
untuk memastikan bahwa obat-obatan yang penisilinyangdibutuhkan.15Interaksi
dikonsumsi oleh pasien bekerja dengan aman walaupunharusdiwaspadai karena efeknya
dan efektif, sangat penting untuk menyadari yang tidakdikehendakitetapi ada beberapa
faktor-faktor paling umum yang dapat me- interaksiyangmenguntungkandengan
ngubah efektivitas obat, salah satunya adalah mekanisme yangsudahdiketahui.
terjadinya interaksi obat. Selain obat-obatan Keterbatasan studi ini adalahhanyadilakukan
yang teridentifikasi dalam resep yang diteliti pada 7 apotek terpilih
dalam penelitian ini, banyak zat yang ber- denganjumlahsampelyang kecil. Selanjutnya
interaksi tidak dianggap obat oleh pasien se- dapatdilakukanstudipada farmasi komunitas
perti obat-obat yang dibeli oleh pasien untuk dengansampelyang lebih besar agar hasil
pengobatan sendiri (swamedikasi) termasuk penelitianakandapatlebih menggambarkan
sediaan obat-obat tradisional. Termasuk jenis kondisiyang terjadi di lapangan dengan
interaksi lainnya yaitu interaksi obat dengan lebihbaik.Walaupundemikian, penelitian
makanan dan hasil laboratorium. inisudahmenunjukkan
Peranapotekerdalampengelolaaninteraksi fenomenayangterjadipadakondisiperesepan
obat bersama dokter (penulis resep) memiliki yang sebenarnya terutama di Kota Bandung.
kewajiban untuk memastikan bahwa pasien
sadar akan adanya risiko efek samping dan Simpulan
penanganannya. Dengan pengetahuan yang
rinci tentang pengobatan, seorang apoteker Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
memiliki kemampuan untuk menghubung- pasien di Kota Bandung berisiko mendapat-
kan gejala yang tak terduga yang dialami oleh kan interaksi potensial obat-obat (DDIs)sebe-
pasienuntukefeksampingyangmungkintim- sar 39,00% pada setiap lembar resep yang
bul dari terapi obat mereka. Praktek farmasi didapatkan. DDIs paling banyak terjadi pada
klinis juga dapat memastikan bahwa kejadian peresepandokterumumyaitusebesar85,50%.
efeksampingobatdapatdiminimalkandengan Suatu sistem harus dibangun untuk memi-
menghindari obat dengan potensi efek sam- nimalisasi kejadian tersebut terutama untuk
ping pada kelompok-kelompok pasien yang kategori pasien khusus seperti kelompok usia
rentan mengalaminya. Dengan demikian, geriatri. Dokter sebaiknya menyadari bahwa
apoteker memiliki peran besar untuk bermain DDIs potensial berbahaya dan apoteker dapat
dalam kaitannya dalam pencegahan, deteksi berkontribusi dalam deteksi dan pencegahan
dan pelaporan kejadian efek sampingobat.14 untuk keselamatan pasien.
Secaraumum,interaksiobatharusdihindari
karena kemungkinan hasil yang buruk atauti-
Daftar Pustaka
1. MerleL,LarocheML,DantoineT,Charmes
JP. Predicting and preventing adversedrug and efficacy. Proc West Pharmacology and
reaction in the very old. Drugs andAging, Social, 2007, 50: 16–20.
2005, 22(5): 375–392. 9. Drug Interactions Checker. Cherner Mul-
2. Zhou X. Herb-drug interactions withDan- tum, Inc, Denver, CO. http://www.drugs.
shen: a review on the role of cytochrome com/. Diakses 10 Januari2012.
P450 enzymes. Journal of Drug Interac- 10. Hansten PD, Horn JR. Drug interactions
tion and Drug Metabolism, 2012, 27(1): and updates. 7th ed. WA ApliedTherapeu-
9–18. tics Inc: Vancouver. 2009.
3. Frazier SC. Health outcomes and poly- 11. Reamer LB, Massey EB, Simpson TW,
pharmacy in individuals: an integrated lit- Simpson KN. Polypharmacy: misleading,
erature review. Journal of Gerontological but manageable. Clinical Intervensions in
Nursing, 2005, 31(9):4. Aging, 2008, 3(2):383–389.
4. Bjerrum L, Andersen M, Petersen G, 12. Chatsisvili A, Sapounidis I, Pavlidou G,
Kragstrup J. Exposure to Potential Drug Zoumpouridou E, Karakousis VA, Spana-
InteractionsinPrimaryHealthCare.Scan- kis M, et al. Potential drug-drug interac-
dinavian Journal Primary Health Care, tions in prescriptions dispensed in com-
2003, 21: 153–158. munity pharmacies in Greece. Pharmacy
5. Ansari, JA. Drug interaction and pharma- World Science, 2010, 32(2): 187–193.
cist. Journal of Young Pharmacist, 2010, 13. Bustami, ZS. Obat untuk kaum lansia. ed-
2(3): 326–331. isi kedua. Penerbit ITB: Bandung.2001.
6. Sundborn LT. Women and men report dif- 14. Palanisamy S, Arul Kumaran KS, Ra-
ferent behaviours in and reasons for medi- jasekaranA.Astudyonassessment,moni-
cation non-adherence: a nationwideSwed- toring, documentation and reporting of
ish survey. Journal of Pharmacy Practice, adverse drug reactions at a multi-specialty
2012, 10(4): 207-221. tertiary care teaching hospital in South In-
7. HinesLE,MurphyJE.Potentiallyharmful dia. International Journal Pharmacy Tech-
drug-drug interactions in the elderly: a re- nology Research, 2009, 4(3):1519–1522.
view. American Journal of Geriatric Phar- 15. KamusKesehatan.DefinisiInteraksiObat.
macotherapy, 2011, 9(6):1. http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-
8. Sitar DS. Aging issues in drugdisposition obat/. Diakses pada 29 Januari2012.
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,Maret2016 Tersedia online pada:
Vol.5 No. 1,hlm 56–66 http://ijcp.or.id
ISSN:2252–6218 DOI:10.15416/ijcp.2016.5.1.56
Artikel Penelitian

Evaluasi Manajemen Obat dan Hubungannya dengan Kualitas Pelayanan


Farmasi Rawat Jalan di Salah Satu Rumah Sakit Kota Pontianak

Enggy Erwansani, Ahmad Muhtadi, Emma Surahman


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia

Abstrak
Saat ini pemerintah berupaya mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bahwa setiap
rakyat Indonesia berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen obat farmasi rawat jalan RS
X dan menganalisis hubungan manajemen obat dengan kualitas pelayanan farmasi rawat jalan RS X.
Manajemen obat ini termasuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu analitik observasional dengan rancangan crosssectional
studydengansampelpenelitianpelangganfarmasirawatjalandiRSX.Pengumpulandatamenggunakan
kuesioner dari 100 orang pelanggan rawat jalan dengan menggunakan metode consecutive sampling.
Hasil penelitian mengunakan Pearson Correlation menunjukkan hubungan manajemen obat dengan
kualitas pelayanan farmasi rawat jalan yang bermakna dengan nilai untuk aspek perencanaan (r=0,626;
p<0,001), pengorganisasian (r=0,409; p<0,001), pengarahan (r=0,359; p<0,001), dan pengawasan
(r=0,426; p<0,001) dengan R2 multiple 66,80%. Gambaran manajemen obat di farmasi rawat jalan RS
X menghasilkan nilai rata-rata 96,90% sehingga berada dalam kategori sangat baik dan membuktikan
hubungankuatantaraempatfungsimanajemenobatterhadapkualitaspelayananfarmasirawatjalanRSX.

Kata kunci: Evaluasi manajemen obat, kualitas pelayanan, Pearson Correlation

Evaluation Management of Drugs and Relations with Quality of Outpatient


Pharmacy Services in One of Hospital Pontianak City
Abstract
Nowadays government policy which embodies the National Social Security System (SJSN) where the
presenceofthissystemthateveryIndonesianpeopleentitledtosocialsecuritytobeabletomeetthebasic needs
of living. This study aims to describe the pharmaceutical drug outpatient management Hospital X
Pontianak City and analyze the relationship management with the quality of pharmaceutical care
medicineoutpatientHospitalXPontianak.Thismedicationmanagementincludingplanning,organizing,
directing, and monitoring. This study uses a quantitative approach which is an observational analytic
researchusingcrosssectionalstudywithasampleofoutpatientpharmacycustomerresearchinHospital X
Pontianak. Collecting data using questionnaires from 100 customers outpatient with consecutive
sampling method. The results using Pearson Correlation analysis showed the drug management
relationshipwiththequalityofoutpatientpharmacyserviceswhichmeansthevalueofaspectsplanning
(r=0.626; p<0,001), organizing (r=0.409; p<0,001), directing (r=0.359; p<0,001), and controlling
(r=0.426; p<0,001) with R2 multiple 66.80%. The description of pharmaceutical drug management
in outpatient Hospital X produce an average value 96.90% so as to be in very good category, there by
proving the existence of a strong relationship between the four functions of management of the quality
of pharmaceutical care medicine outpatient HospitalX.

Key words: Evaluation medication management, Pearson Correlation, service quality


Korespondensi: Enggy Erwansani, S.Farm., Apt., Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang,
Indonesia, email: eeprikitiew@gmail.com
Naskah diterima: 21 Mei 2015, Diterima untuk diterbitkan: 4 Januari 2016, Diterbitkan: 1 Maret 2016

56
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 1, Maret 2016

Pendahuluan dokter melalui Komite Farmasi dan Terapi


(KFT). KFT merupakan penghubung antara
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan staf medis dan pelayanan farmasi dalam
Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 penggunaan obat untuk mencapai keamanan
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di dan optimalisasi pelayanan.8Sekitar 33% dari
Rumah Sakit, pelayanan dilakukan langsung anggaran operasi tahunan rumah sakit
dan bertanggung jawab kepada pasien yang dihabiskan untuk pembelian bahan-bahan
berkaitan dengan sediaan farmasi.1Saat ini dan perlengkapan, terutama obat-obatan
pada tataran global telah dirintis program yang menjadi kategori utama.9
Good Governance in Pharmaceutical Sector Obat sebagai komponen penting dalam
atau Tata Kelola Obat yang Baik di sektor pelayanan kesehatan dikelola sebaik-baiknya
farmasi.Indonesiatermasuksalahsatunegara untuk menciptakan derajat kesehatan yang
yang berpatisipasi dalam programini.2 optimal. Ketidakefisienan dalampengelolaan
Berdasarkan hasil penelitian Fakhriadi obat dapat memberikan dampak negatif, baik
Akhmad (2011) yang melakukan analisis secara medik maupun ekonomi.10Tiga alasan
efisiensi pengelolaan obat di salah satu utama diperlukannya manajemen yaitu untuk
instalasi farmasi Rumah sakit di Indonesia mencapai tujuan organisasi dan pribadi,
juga diperoleh bahwa pengelolaan obat yang menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan
belum efisien.3Penelitian Wati (2013) juga yang saling bertentangan, dan mencapai
dilakukan di salah satu IFRS di Indonesia efisiensi danefektivitas.
masih didapatkan sistem pengelolaan obat Dua konsep utama untuk mengukur
yang belum sesuai dengan standar.4Romero prestasikerjamanajemenadalahefisiensidan
(2013) pada penelitiannya menyatakan efektivitas. Pengelolaan yang efektif adalah
daritahappenerimaanobatdigudangrumahsaki manajemen pengelolaan yang strategis (tepat
t sampai didistribusikan ke depo-depo obat, tepat jumlah, dan tepat penyimpanan)
rumah sakit ada sektor penting dengan biaya yang efisien dan seminimal
yangmengakibatkan inefisiensi antara lain, mungkin.11Pengelolaan perbekalan farmasi
manajemen persedian yang salah, siklus atau sistem manajemen perbekalan farmasi
adminstrasi pengadaan yang panjang, merupakansuatusikluskegiatanyangdimulai
penarikan kembali produk bila terjadi dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,
kesalahan yang memakan waktu.5Proses penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
logistik terkait dengan pengelolaan dan pencatatan dan pelaporan, penghapusan,
pemenuhan kebutuhan material, pasokan dan monitoring danevaluasi.12
manajemen instrumen, dan pengadaan RumahSakitXKotaPontianakditetapkan
berbagai item di rumah sakit.6 menjadi rumah sakit rujukan tertinggitingkat
Manajemen rumah sakit dituntut untuk Kalimantan Barat dan dalam peningkatan
selalu meningkatkan kemampuan dan mutu untuk menjadi rujukan nasional. Munculnya
pelayanan yang diberikan. Peningkatan rumah sakit swasta menimbulkan persaingan
mutu masing-masing unit yang terdapat di seiring dengan makin terdidiknya pelanggan
rumah sakit diantaranya adalah mutu dan meningkatnya permintaan pelanggan
pelayanan farmasi rumah sakit. Semua ini akan kualitas baik dari produk maupun
berkaitan dengan manajemen obat yang jasayang ditawarkan. Selain itu, instalasi
merupakan kewajiban dari instalasi farmasi farmasi harus mampu mencegah atau
di rumah sakit.7Obat-obat yang akan meminimalkan pemborosan, kadaluarsa,
diadakan oleh rumah sakit dikonsultasikan kehilangan yangakan memberikan dampak
terlebih dahulu antara pihak manajemen, negatifkepada
apoteker, dan
baik.14Besarsampeldenganpopulasi(N)tidak
pengeluaran rumah sakit dan bertujuan diketahui, dihitung menggunakan rumus
agar obat yang diperlukan selalu tersedia
setiap saat dengan mutu yang terjamin serta
digunakan secara rasional. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengevaluasi manajemen obat
dan menganalisis hubungan manajemen obat
dengan kualitas pelayanan farmasi rawat
jalan RSX.
Hal pertama yang dilakukan dengan
mewawancara beberapa pelanggan farmasi
rawat jalan RS X menunjukkan seringterjadi
antrian, waktu tunggu pelayanan yang lebih
lama, penumpukkan pasien yang meningkat
sehingga pelanggan harus menunggu obat
lebih lama. Sejak bulan Januari 2014 pasien
BPJS yang berobat rawat jalan terpaksa
menebus obat ke apotek-apotek diluar yang
berada di dekat rumah sakit ataupun lebih
memilih rumah sakit swasta untuk berobat.
Berdasarkan latar belakang yang ada,
makaperluadanyakajianuntukpenilaianhubun
gan manajemen obat terhadap kualitas
pelayanan farmasi rawat jalan RSX.

Metode

Metode survei dilakukan


menggunakankuesioner sebagai
alat pengumpulan data. Pendekatan secara
kuantitatif dilakukandengan
analitikobservasional
menggunakanrancangancrosssectionalataup
otonglintang.13Prosedur pada penelitian ini
terdiri dari
mengevaluasimanajemenobat(perencanaan,p
engorganisasian, pengarahan,
pengawasan)kepadapetugasfarmasirawatjala
nRSXdandilakukan analytic design guna
mengetahuihubungan manajemen obat
tersebut
dengankualitaspelayananfarmasirawatjaland
enganmenyebarkan kuesioner kepada
pelangganfarmasirawatjalanyangsedangmen
gambil
obat.Tekniksamplingyangdigunakanadalah
consecutivesamplingyangmerupakannon-
probability sampling yang paling
58
menegenai manajemenobat.Bilaresponden
Lemeshow : menjawab “ya”maka nilainya 2, “tidak”
nilainya 1.Kuesionerkualitas
n= pelayananfarmasirawatjalanpadapelanggan
farmasi rawat jalan setiappernyataandinilai
berdasarkan skala likert dari nilai1untuk
Keterangan: sangattidakpuashingga4untuksangatpuas.14Se
n = Jumlah sampel luruh subjek penelitian yangdatang
Z 1-α/2= Nilai baku distribusi normal
pada α tertentu (ά = 5% ; z =1,96)
p= Proporsi variabel dependen dan variabel
independen pada penelitian sebelumnya.
d = Derajat akurasi atau presisi mutlak
(10%)

Perhitungan jumlah sampel akan


diambil nilai p=0,5 karena belum ada
data proporsi variabel dependen dan
variabel independen pada penelitian
sebelumnya.

ά =0,05, yaitu Z=1,96 dan derajat akurasi

mutlak (10%). n= = 96,04 dibulatkan

100pelanggan

Pengujian nilai
validitasdanreliabilitas instrumen
pengukurandilakukandenganmengam
bil data dari kuesioner10petugas
farmasirawatjalanRSXdan30responde
n (pelanggan farmasi
rawatjalan).KuesionerdiadaptasidariP
erMenkesRINo.58tahun 2014 tentang
Standar PelayananFarmasidi Rumah
Sakit dan Modul
trainingofTrainer(TOT)
pelayanankefarmasian.15Kuesionereva
luasi manajemen obat pada
petugas farmasi rawat jalan
dilakukandengancaramenjawab
pernyataan
berdasarkanpadaduajawaban yang
tertera, yaitu yadantidak, kemudian
pernyataandinilaiberdasarkan jawaban
yang dipilih
untukmenentukanskorpenilaian

59
berurutan dan memenuhi karakteristik metode analisis jalur (path analysis)dengan
responden penelitian dimasukkan ke dalam kemaknaanhubunganditentukanberdasarkan
penelitian sampai jumlah yang diperlukan nilai p<0,05.
terpenuhi. Karakteristik respondenpenelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
yaitu terdiri dari umur (18–60 tahun), jenis membuktikan korelasi antara variabel X
kelamin, pendidikan, pekerjaan/profesi, dan dan variabel Y yang dapat dianalisis dengan
frekuensi kunjungan (≥3 kali kunjungan). regresi multipel atau berganda atau regresi
Setelah itu, dilakukan penyebaran 100 sederhana. Pada penelitian ini merupakan
kuesioner kepada pelanggan farmasi rawat regresi multipel dengan persamaan:
jalan, lalu kuesioner dikumpulkan dan Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
dianalisis bivariabel dan multivariabel. Y = Tingkat kualitas pelayanan obat
Analisis bivariabel dilakukan untuk X1 =Perencanaan
mengetahui hubungan antara manajemen X2 = Pengorganisasian
obat dengan kualitas pelayanan farmasi X3 = Pengarahan
rawat jalan di RS X. Analisis statistik X4 = Pengawasan
dihitung dengan melihat besarnya koefisien
korelasi (hubungan) menggunakan analisis Hasil
pearson correlation. Analisis multivariabel
digunakan untuk meneliti pengaruh antara Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
variabel-variabel penelitian yang digunakan April–Mei 2015. Penelitian inimenghasilkan
untuk menerangkan akibat secara langsung data-data sebagaiberikut:
dan tidak langsung dari seperangkat variabel
sebagaivariabelindependenterhadapvariabel Evaluasi Manajemen Obat
dependen. Pada penelitian inidigunakan Uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner

X1

rX1X2
PyX1
X2
ε
PyX2
rX2X3

X3
PyX3 Y

rX3X4

PyX4
X4

Gambar 1 Diagram Jalur Hubungan Manajemen Obat (X1; X2; X3; X4) terhadap Kualitas
Pelayanan (Y) di Depo Farmasi Rawat Jalan RS X Kota Pontianak
Tabel 1 Hasil Nilai Hubungan antara Manajemen Obat dengan Kualitas Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan RS X
No Korelasi Koefisien Korelasi (r) p
1 Perencanaan dengan kualitas pelayanan 0,626 <0,001
2 Pengorganisasian dengan kualitas pelayanan 0,409 <0,001
3 Pengarahan dengan kualitas pelayanan 0,359 <0,001
4 Pengawasan dengan kualitas pelayanan 0,426 <0,001
Keterangan: p= nilai signifikansi; r= koefisien Pearson

manajemen obat dilakukan dengan cara


penyebaran kuesioner terhadap 10 orang d. Pengawasan
petugas farmasi rawat jalan. Hasil Skor yang diharapkan untuk jawaban
ujivaliditas kuesioner manajemen obat responden 19 pernyataan adalah
farmasi rawat jalan dinyatakan valid karena 380.Perhitungan menunjukkan nilai
seluruh pernyataan memiliki nilai koefisien skortotal yangdiperoleh369atau97,11%
korelasi danberada pada kategori sangat baik.
(r)lebihbesardari0,364(rHitung>rTabel). Selanjutnya, penelitian kuantitatif
Hasil uji reliabilitas seluruh item dinyatakan dilakukan dengan
reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s menyebarkankuesionerpenelitiankepada
Alpha>0,60. pelanggan farmasi rawat jalan, untuk
a. Perencanaan memperoleh data penilaiannya terhadap
Skor yang diharapkan untuk jawaban manajemen obat dan kualitaspelayanan.
responden terhadap 7 pernyataanadalah
140. Perhitungan menunjukkan nilaiskor Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
totalyangdiperoleh130atau92,86%dan manajemen obat
berada pada kategori sangatbaik. Dilakukan penyebaran kuesioner terhadap
b. Pengorganisasian 30 responden pelayanan farmasi rawat jalan.
Skor yang diharapkan untuk jawaban Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
responden terhadap 7 pernyataanadalah manajemen obat farmasi rawat jalan, 1 item
140. Perhitungan menunjukkan nilaiskor pernyataan dengan nilai koefisien korelasi(r)
totalyangdiperoleh138atau98,57%dan lebih kecil dari 0,364 (r Hitung < r Tabel),
berada pada kategori sangatbaik. yaitu pada item 11 mengenai “Kualitas fisik
c. Pengarahan Obat”, (r=0,128). Hasil uji reliabilitas semua
Skor yang diharapkan untuk jawaban item dinyatakan reliabel karena mempunyai
responden 21 pernyataan adalah nilai Cronbach’s Alpha>0,60.
420.Perhitungan menunjukkan nilai
skortotal yang diperoleh 416 atau Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
99,05% dan berada pada kategori kualitas pelayanan
sangatbaik. Dilakukan penyebaran kuesioner terhadap

Tabel 2 Hasil Pengaruh Manajemen Obat dengan Kualitas Pelayanan Farmasi Rawat Jalan RS X
Variabel Koefisien β SE(β) Koefisien Jalur t P
Konstanta 39,557
Perencanaan 0,142 0,014 0,594 10,008 <0,00
Pengorganisasian 0,128 0,037 0,269 3,481 0,001
Pengarahan 0,120 0,027 0,274 4,529 <0,00
Pengawasan 0,139 0,053 0,205 2,625 0,010
X1

rX1X2 =0,013
PyX1 = 0,626

X2 ε=0,576
PyX2 =0,409
rX2X3 =0,093

X3 PyX3 =0,359

rX3X4 =0,016
PyX4 =0,426

X4
Gambar 2 Bagan Analisis Multivariabel Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y

30 responden pelayanan farmasi rawat jalan, kelamin pelanggan. Hal ini diperoleh
hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner dengan membandingkan nilai Pearson
kualitas pelayanan farmasi rawat jalan 1item Chi Square dengan Chi Square tabel,
pernyataan yang nilai koefisien korelasi (r) yaitudiperolehnilaip=0,766menunjukan
lebihkecildari0,364(rHitung<rTabel),yaitu bahwa jenis kelamin tidakmempengaruhi
pada item 18 mengenai “Jaminan keamanan penilaian pelanggan terhadapmanajemen
di lingkungan ruang tunggu”, dengan nilai obat dan kualitas pelayanan.
koefisien korelasi 0,095. Hasil uji reliabilitas b. Usia
semua item dinyatakan reliabel karena Ujistatistikmemberikansimpulanbahwa
mempunya nila Cronbach’s Alpha>0,60. penilaian pelanggan farmasi rawat jalan
RS X tidak berhubungan dengan usia
Karakteristik Responden pelanggan. Hal ini diperoleh dengan
a. JenisKelamin membandingkannilaiPearsonChiSquare
Ujistatistikmemberikansimpulanbahwa dengan Chi Square tabel, yaitu dengan
penilaian pelanggan farmasi rawat nilai signifikansi p=0,575 menunjukkan
jalanRS X tidak berhubungan bahwausiatidakmempengaruhipenilaian
denganjenis

Tabel 3 Hasil Nilai Korelasi antara Keempat Fungsi Manajemen Obat Farmasi Rawat Jalan RS
X
Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengawasan
Atribut (X1) (X2) (X3) (X4)

Perencanaan (X1) 1 0,013 0,093 0,016


Pengorganisasian (X2) 0,013 1 0,001 0,639
Pengarahan (X3) 0,093 0,001 1 0,145
Pengawasan (X4) 0,016 0,639 0,145 1
Tabel 4. Hasil Persentase Pengaruh Perencanaan (X1) terhadap Kualitas Pelayanan (Y)
Pengaruh tidak langsung
Variabel Pengaruh langsung
X X1 r %
X1 35,28% 0,594 0,594 1
X2 0,269 0,594 0,013 0,21%
X3 0,274 0,594 0,093 1,51%
X4 0,205 0,594 0,016 0,20%
Subtotal 35,28% Subtotal 1,92%
Total 37,20%

pelanggan terhadap kualitas pelayanan. e. FrekuensiKunjungan


c. TingkatPendidikan Uji statistik memberikan simpulan
Ujistatistikmemberikansimpulanbahwa bahwa penilaian pelanggan farmasirawat
penilaian pelanggan farmasi rawat jalan jalan RS X tidak berhubungan dengan
RS X tidak berhubungan dengan tingkat frekuensi pelangan menggunakan
pendidikan pelanggan. Hal ini diperoleh jasapelayanan farmasi rawat jalan. Hal
dengan membandingkan nilai Pearson ini diperoleh dengan membandingkan
Chi Square dengan Chi Square tabel, nilai Pearson Chi Square dengan Chi
yaitu dengan nilai signifikansi p=0,387 Squaretabel, yaitu dengan nilai
menunjukan bahwa tingkat pendidikan signifikansi p=0,156 menunjukan bahwa
tidak memengaruhi penilaian pelanggan frekuensi kunjungan tidak memengaruhi
terhadap kualitas pelayanan. penilaian pelanggan terhadap kualitas
d. ProfesiPelanggan pelayanan.
Ujistatistikmemberikansimpulanbahwa
penilaian pelanggan farmasi rawat jalan Analisis Bivariabel
RS X tidak berhubungan dengan profesi Analisis hubungan antara manajemen obat
pelanggan. Hal ini diperoleh dengan dengan kualitas pelayanan farmasi rawat
membandingkan antara nilai Pearson jalan dilakukan dengan menghitungbesarnya
Chi Square dengan Chi Square tabel, koefisien korelasi menggunakan analisis
yaitu dengan nilai signifikansi p=0,909 Pearson Correlation (Tabel1).
menunjukan bahwa profesi pelanggan Analisis bivariabel pada Tabel 1
tidak memengaruhi penilaian pelanggan menunjukkan semua fungsi manajemen obat
terhadap kualitas pelayanan. pada pelayanan farmasi rawat jalan RS X
(perencanaan, pengorganisasian,pengarahan,

Tabel 5 Hasil persentase pengaruh Pengorganisasian (X2) terhadap Kualitas Pelayanan(Y)


Pengaruh tidak langsung
Variabel Pengaruh langsung
X X1 r %
X1 0,594 0,269 0,013 0,21%
X2 7,24% 0,269 0,269 1
X3 0,274 0,269 0,001 0,01%
X4 0,205 0,269 0,639 3,52%
Subtotal 7,24% Subtotal 3,74%
Total 10,98%
Tabel 6 Hasil Persentase Pengaruh Pengarahan (X3) terhadap Kualitas Pelayanan (Y)
Pengaruh tidak langsung
Variabel Pengaruh langsung
X X1 r %
X1 0,594 0,274 0,093 1,51%
X2 0,269 0,274 0,001 0,01%
X3 7,51% 0,274 0,274 1
X4 0,205 0,274 0,145 0,82%
Subtotal 7,51% Subtotal 2,34%
Total 9,85%

dan pengawasan) memiliki koefisienkorelasi ditunjukkan dengan Gambar 2 dan persamaan


antara 0,359–0,626 berarti setiap manajemen regresi sebagai berikut:
obat mempunyai pengaruh/hubungan positif
yang kuat terhadap kualitas pelayanan (p< Y = 0,594X1 + 0,269X2 + 0,274X3 +
0,05). 0,205X4+ 39,557

Analisis Multivariabel dengan:


Secara multivariabel hubungan manajemen Y = kualitas pelayanan
obat dengan kualitas pelayanan Farmasi X1= perencanaan
Rawat jalan RS X dilakukan uji statistik X2= pengorganisasian
regresimultivariabelmenggunakanSPSSdari X3= pengarahan
empat fungsi manajemen obat mempunyai X4= pengawasan
nilai signifikansi <0,05, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan,pengawasan. Totalpengaruh ke empat fungsi
NilaiRSquare0,668menunjukkanbahwa manajemen obat (X1, X2, X3, X4) terhadap
66,80% dari kualitas pelayanan dipengaruhi kualitas pelayanan (Y) adalah perencanaan
oleh empat fungsi manajemen dan sisanya (37,20%), pengorganisasian (10,98%),
23,20% ada pengaruh dari luar. Nilai t dan pengarahan (9,85%), pengawasan (8,73%),
p<0,05 untuk empat fungsi manajemen obat maka subtotal sebesar 66,76 %
menunjukkanbahwaempatfungsimanajemen Pengaruh terbesar fungsi manajemen obat
obat yaitu perencanaan, pengorganisasian, terhadapkualitaspelayanandepofarmasirawat
pengarahan, pengawasan berhubungan jalan RS X adalah perencanaan, berikutnya
kuatdengan kualitas pelayanan farmasi rawat secara berurutan yaitu pengorganisasian,
jalan.Secarajelasmodelhubunganregresi pengarahan, dan pengawasan.

Tabel 7 Hasil Persentase Pengaruh Pengawasan (X4) terhadap Kualitas Pelayanan (Y)
Pengaruh tidak langsung
Variabel Pengaruh langsung
X X1 r %
X1 0,594 0,205 0,016 0,19%
X2 0,269 0,205 0,639 3,52%
X3 0,274 0,205 0,145 0,82%
X4 4,20% 0,205 0,205 1
Subtotal 4,20% Subtotal 4,53%
Total 8,73%
Tabel 8 Hasil Persentase Nilai Rata-Rata Penilaian Pelanggan terhadap Manajemen Obat dan
Kualitas Pelayanan Depo Farmasi Rawat Jalan Rs X
Variabel penelitian Nilai Rata-rata penilaian pelanggan
Manajemen obat
Perencanaan 59,17%
Pengorganisasian 79,28%
Pengarahan 82,22%
Pengawasan 84,33%
Kualitas pelayanan
Kepuasan 83,25%

Pembahasan rawat jalan untuk penyakit kronik pelayanan


di rumah sakit diberikan untuk tujuh hari
Evaluasi manajemen obat di farmasi rawat sedangkan untuk 23 hari dilayani oleh
jalan penilaian petugas farmasi rawat jalan apotek provider. Pada aspek waktu tunggu
terhadapempatfungsimanajemenantaralain, pelayanan sebagian besar pelanggan telah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, memaklumi keadaan pelayanan di rumah
dan pengawasan dengan menghasilkan nilai sakit, sehingga ada yang memilih untuk
rata-rata 96,90% sehingga dalam kategori pulangterlebihdahulunantibarukembalilagi
sangatbaik. untuk mengambil obat bahkan adapelanggan
Hasil uji statistikmenunjukanbahwa yang mengambil obat keesokan harinya. RS
karakteristik pelanggan yaitujeniskelamin, X menjadi rumah sakit rujukan tertinggi di
pendidikan, frekuensi provinsi Kalimantan Barat, sehingga pasien/
kunjungan,usiadanprofesi pelanggan pelanggan farmasi rawat jalan tidak hanya
tidak mempengaruhi berasal dari kota pontianak saja, juga berasal
penilaianpelangganterhadapmanajemenobatd dari rujukan-rujukan rumah sakit di daerah
ankualitaspelayananfarmasirawatjalan.Penila Provinsi Kalimantanbarat.
ian pelangganterhadapmanajemen obat dan Hubunganantaraempatfungsimanajemen
kualitas pelayanandepofarmasi rawat jalan obat terhadap kualitas pelayanan farmasi
RS X dapat dilihat padaTabel2. Berdasarkan rawat jalan berdasarkan analisis statistik
Tabel 2,penilaianpelanggan terhadap regresi bivariabel dengan SPSS menunjukan
manajemen obat dan kualitas terdapat hubungan kuat untuk semua fungsi
pelayananfarmasirawatjalansudahcukup manajemen obat. Analisis multivariabel
baik. Nilai yang terendah beradadifungsi menggunakan analisisi regresi menunjukan
manajemenobatyaituperencanaan.Halini empatfungsimanajemenobatyangpengaruh
sesuai dengan banyaknya keluhanpasiendi signifikan terhadap kualitas pelayanan. Hal
manajemen obat padafungsiperencanaan ini menujukan bahwa dengan meningkatkan
yaitu kelengkapan obat yangdiberikandandi empat fungsi manajemen obat tersebut akan
perencanaan sektor pelayanan yaituwaktu mempengaruhi kualitas pelayanan sebesar
tunggu pelayanan farmasi rawat jalan. 66,80%.
Aspek kelengkapan obat dimaknai bahwa Berdasarkan hasil uji hipotesis tentang
pelanggan banyak mengeluhkan masih ada hubungan antara manajemen obat terhadap
obat yang harus ditebus keluar rumah sakit kualitas pelayanan farmasi rawat jalan RS X
dikarenakanketersediaanstokobatyangtidak menggunakan pearson correlation, ke empat
adaataupunadanyasistempelayananfarmasi
fungsi manajemen obat tersebut mempunyai dan atau publikasi artikel ini.
nilai r Hitung> r Tabel. Hal ini menunjukan
hubungan antara manajemen obat terhadap Daftar Pustaka
kualitas pelayanan farmasi rawat jalan
berpengaruh positif dan sangat bermakna. 1. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 58 tahun
Simpulan 2014 tentang standar pelayanan farmasi
di rumah sakit. Departemen Kesehatan
Evaluasi manajemen obat di farmasi rawat Republik Indonesia. Jakarta;2014.
jalan RS X yang dinilai oleh petugas farmasi 2. Komar Z, Taufik, Wurjati R, Masrul,
rawatjalanterhadapempatfungsimanajemen Istiqomah SN, Rachim R, dkk. Pedoman
antara lain, perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan perbekalan farmasi di rumah
pengarahan, dan pengawasan menghasilkan sakit. Dirjen Binfar–Alkes bekerjasama
nilai rata-rata 96,90% sehingga beradadalam dengan Japan International Cooperation
kategorisangatbaik.Sementarapenilaianoleh Agency (JICA). Jakarta;2008.
pelanggan sebesar 76,25% sehingga dalam 3. Fakhriadi A, Marchaban, Dwi P. Analisis
kategori baik.Terdapat hubungan yang kuat pengelolaan obat di instalasi farmasi
antaraempatfungsidarimanajemenobat,baik rumah sakit PKU Muhammadiyah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, Temanggung tahun 2006, 2007, dan
dan pengawasan terhadap kualitas pelayanan 2008. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
farmasi rawat jalan RS X. Pengaruh terbesar Farmasi UGM.2011;1(2):9–102.
berada pada fungsi perencanaan hal ini 4. Wati W, Achmad F, Gunawan PW.
sesuai dengan banyaknya keluhan pelanggan Evaluasi pengelolaan obat dan strategi
di sektor perencanaan manajemen obat perbaikan dengan metode Hanlon di
yaitu kelengkapan obat yang diberikan dan IFRSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten
sektor perencanaan pelayanan yaitu waktu Maluku Tenggara tahun 2012. Jurnal
tunggu dalam pelayanan farmasi rawatjalan. Nasional Perkembangan Terkini Sains
Farmasi dan Klinik III;2013.
Ucapan Terima Kasih 5. Romero A. Managing medicines
in the hospital pharmacy: logistics
Penulis ingin mengucapkan terima kasih inefficiencies. Proceedings Journal of
kepada Bapak Gede Sandjaja, dr., Sp.OT(K). the World Congress on Engineering and
dan Ibu Yanti S. Farm., Apt atas bantuannya Computer Science. San Francisco. USA;
sehingga penelitian ini dapat berlangsung 2013:II:23–5.
dengan baik. 6. Mahendrawathi DI. Simulasi diskrit
untuk evaluasi dan perbaikanmanajemen
Sumber Pendanaan logistik obat di rumah sakit XYZ. Jurnal
penelitian Institut Teknologi Sepuluh
Penelitian ini dilakukan dengan sumber dana Nopember. Surabaya;2010.
pribadi peneliti. 7. Pudjaningsih, Budiono S.Pengembangan
indikator efisiensi pengelolaan obat di
Konflik Kepentingan farmasi rumah sakit. Jurnal penelitian.
Logika. 2006:3(1).
Tidak terdapat potensi konflikkepentingan 8. Ramadhan R, Sandi I. Analisa
dengan penelitian, kepenulisan(authorship), perencanaan dan pengendalian obatdi
instalasi farmasi Rumah Sakit Karya 12. Syair. Manajemen pengelolaan obat di
BhaktiTahun2005.ProgramStudiKajian puskesmas Ahuhu Kabupaten Konawe
Administrasi RS. Universitas Indonesia. tahun2008.JurnalManajemenPelayanan
Depok. Jurnal MARSI.2006;5(1). Kesehatan;2008.
9. Kumar MS, Chakravarty BA. ABC-VED 13. Naomi P. Pengukuran tingkat kepuasan
analysis of expendable medical stores at pelanggan terhadap jasa pelayanan
a tertiary care hospital. Medical J Armed kesehatan. Jurnal Penelitian RumahSakit
Forces India (MJAFI). 2014; 71(1):24–7. Umum Sumedang. Universitas Winaya
doi:10.1016/j.mjafi.2014.07.002 Mukti;2007.
10. AnggrianiY,DwiP,SriS.Pengaruhproses 14. Suciati S,Wiku B, Adisasmito B.
pengembangan dan revisi formularium Analisis perencanaan obat berdasarkan
rumah sakit terhadap pengadaan danstok abc indeks kritis di instalasi farmasi.
obat. Jurnal Ilmu KefarmasianIndonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
2008;6(1):41–9. 2006;9(1):19–26.
11. Devnani M, Gupta A, Nigah R. ABC 15. Muchid A, Wurjati R, Purnama RN,
and VED analysis of the pharmacy store Masrul, Rachim R, Gustatnti E, dkk.
of a tertiary care teaching, research and Modul TOT pelayanan kefarmasian di
referral healthcare institute of India. J puskesmas. Depkes RI: Jakarta;2008.
Young Pharmacy.2010;2(2):201–5.

Anda mungkin juga menyukai