Anda di halaman 1dari 16

Pengukuran skala dyspnea dengan modified borg scale:

systematic review

Dhestirati Endang Anggraeni


Mahasiswa Magister Keperawatan Medikal Bedah
Program studi magister keperawatan Universitas Padjadjaran

Pendahuluan

Dyspnea merupakan suatu gejala yang kompleks yang mempengaruhi banyak


dimensi dari pasien yang tidak hanya mempengaruhi pasien dalam melakukan
aktivitas fungsional, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya distress dan rasa tidak
nyaman. Dyspnea merupakan masalah utama pada pasien dengan penyakit jantung
atau penyakit respirasi yang kronis, dan menjadi alasan bagi pasien untuk mencari
pengobatan. Definisi lain menjelaskan bahwa dyspnea adalah suatu kondisi yang
menjelaskan suatu pengalaman subjektif tentang ketidaknyamanan dari pernafasan
yang merupakan suatu sensasi yang sangat berbeda bagi setiap pasien. The American
Thoracic Society (ATS) menyatakan bahwa dyspnea merupakan suatu gejala yang
subjektif, sama halnya dengan nyeri, yang hanya bisa dideskripsikan dan
diinterpretasikan oleh pasien dan pengkajian apapun pada dyspnea harus berdasarkan
atas laporan dari pasien.

Melakukan pengkajian dyspnea secara komprehensif merupakan salah satu


kunci untuk dapat melakukan manajemen dyspnea dengan tepat. Selain itu,
pengkajian dyspnea juga merupakan suatu sarana dalam mengevaluasi keefektifan
pengobatan. Pengkajian dyspnea harus dilakukan dengan menggunakan skala yang
tepat. Skala yang digunakan dalam pengukuran dyspnea yang ideal adalah
menggunakan skala yang valid, reliabel, dan responsive. Skala pengkajian dyspnea
diantaranya adalah dengan mengkaji severity atau derajat keparahan dari sesak yang
terjadi. Salah satu skala yang digunakan dalam pengkajian dyspnea adalah dengan
menggunakan modified borg scale. Skala ini merupakan salah satu skala yang valid,
reliabel seta responsive dalam mengkaji skala dyspnea.
Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi dan membut
systematic review mengenai modified borg scale yang merupakan salah satu
instrument dalam pengukuran skala dyspnea. Tujuan lain dari pembuatan laporan ini
adalah untuk mengidentifikasi applicability dari penggunaan skala tersebut dalam
mengkaji pasien yang mengalami dyspnea.

Metode

Definisi dyspnea
Terdapat berbagai pengertian dari dyspnea, namun ATS telah mendefinisikan
bahwa dyspnea adalah suatu pengalaman subjektif atau ketidaknyamanan dalam
bernafas yang terdiri dari sensasi kualitatif yang berbeda untuk setiap pasien. Untuk
tujuan dari review ini, digunakan pengertian dyspnea dari ATS.

Definisi modified borg scale


Modified borg scale adalah instrument pengukuran dyspnea untuk mengukur
kesulitan dalam bernafas. Skala ini menggunakan nomor yang dimulai dari angka 0
ketika tidak terjadi kesulitan dalam bernafas sampai angka 10 ketika kesulitan untuk
bernafas dirasakan sangat maksimal.

Pencarian literature
Menggunakan pencarian secara sistematik dengan menggunakan database elektronik
yaitu proquest, google scholar, dan ebsco. Kata kunci yang digunakan yaitu ‘dyspnea
(dll) AND pengukuran (skala, dll)’ yang dimodifikasi untuk setiap database tanpa
mengurangi kata.

Kriteria inklusi dan eksklusi


Pengukuran skala nyeri dilakukan berdasarkan laporan dari pasien, seperti
skala kuantitatif mengenai kesulitan bernafas yang dirasakan oleh pasien. Skala harus
dapat mengevaluasi minimal dua komponen dari karakteristik psikometrik (table 1):
- Content validity
- Construct validity
- Test-retest reliability
- Internal consistency
- Responsiveness
Kriteria pertama yang digunakan untuk mengevaluasi skala harus memenuhi
kriteria construct validity dan responsiveness. Construct validity didefinisikan sebagai
bagaimana skala yang digunakan dapat menghasilkan construct yang sama bila
menggunakan skala yang lain (convergent validity) dan adanya construct yang tidak
berhubungan antar variable (discriminant validity). Untuk tujuan pembuatan review
ini, responsiveness didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendeteksi adanya
perubahan dalam pengukuran construct. Kriteria kedua adalah dengan content
validity, test-retest validity dan internal consistency. Untuk pengukuran secara
kualitatif tidak dimasukkan, walaupun hasil dari pengukuran kualitatif ini bisa
memberikan kontribusi yang penting dalam memahami makna dyspnea yang dialami
oleh pasien (table 2).

Tabel 1. Kriteria inklusi


Tipe partisipan
Pasien dewasa (>18 tahun) yang Termasuk pasien dengan kanker, gangguan jantung dan system
mengalami dyspnea respirasi, end stage renal disease
Tipe skala
Pengukuran kuantitatif dyspnea Skala yang dikembangkan dari penelitian primer kuantitatif
Pengukuran berdasarkan laporan Dengan menggunakan close question, yang dapat
pasien mengarahkan pasien untuk menunjukkan rentang sesak yang
dirasakan
Kriteria Psikometrik
Content validity Luasnya skala, bagaimana skala dapat memotret aspek yang
relevant mengenai dyspnea
Construct validity (convergent bagaimana skala yang digunakan dapat menghasilkan
validity dan discriminant construct yang sama bila menggunakan skala yang lain
validity) (convergent validity) dan adanya construct yang tidak
berhubungan antar variable (discriminant validity).
Test-retest reliability Seberapa konsisten pasien dapat memberikan skor pada skala
pengukuran dengan kondisi dyspnea yang sama
Internal consistency Seberapa dekat hubungan antara setiap item dari skala
Responsiveness Kemampuan untuk mendeteksi perubahan makna yang dapat
terjadi pada pasien

Tabel 2. Kriteria eksklusi


Tipe partisipan
Populasi yang tidak dalam masa Misalnya penelitian terhadap buruh suatu perusahaan
pengobatan suatu penyakit
Jumlah sampel <10 Kurang dapat megeneralisir hasil penelitian
Kriteria Psikometrik
Hasil penelitian kualitatif Berisi ungkapan dari pasien tentang pengalaman sesak yang
dirasakan

Hasil
Dari penelusuran yang dilakukan, didapatkan ada 6 jurnal terkait dengan
penggunaan Modified borg scale untuk mengkaji skala dyspnea. Penelitian pertama
yang dilakukan oleh Intarakamhang & Wangjongmeechaikul (2013) dengan tujuan
untuk mengevaluasi dan membandingkan keefektifan 3 subjective rating scale:
Modified borg scale, the combined numerical rating scale(NRS)+ FACES dan likert
scale. Penelitian ini menggunakan descriptive methodology dengan sampel sejumlah
73 partisipan yang berusia >23 tahun yang dibagi menjadi 3 group. Masing-masing
group melakukan treadmill exercise test menggunakan bruce protocol, dengan batas
latihan mencapai 85% dari maksimal heart rate, kemudian masing-masing group
diukur dengan menggunakan tiga skala yang berbeda yaitu dengan Modified borg
scale, the combined numerical rating scale(NRS)+ FACES dan likert scale. Dari
penelitian ini didapatkan data bahwa dengan menggunakan perhitungan chi-square
(p=0,084) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic
dihubungkan dengan nilai heart rate 85% heart rate maksimal
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Boshuizen, Vincent, & van den Heuvel,
(2013) dengan tujuan untuk mempelajari persepsi partisipan tentang sesak
menggunakan visual analog scale (VAS) dan modified borg scale (MBS). Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan randomized controlled trial terhadap 64 partisipan
yang direncanakan akan melakukan thoracentesis. Selama 14 hari partisipan ditanya
skala sesak yang dialami dengan menggunakan VAS dan MBS baik pada saat istirahat
maupun beraktivitas. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa Waktu median adalah
selama 2 hari. MBS secara statistic dapat memberikan prognostic lebih baik
dibandingkan dengan VAS untuk dilakukan pengulangan pleural drainase selama 30
hari.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Von Leupoldt, Ambruzsova,
Nordmeyer, Jeske, & Dahme (2006) dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh dari sensori dan afektif partisipan terhadap dyspnea dengan menggunakan
borg scale. Dengan menggunakan randomized controlled trial, penelitian ini
melibatkan 16 partisipan yang sehat berusia > 26 tahun. Pada penelitian ini, Partisipan
diminta untuk melakukan pernafasan dengan menggunakan inspiratory resistive load
(3,57 kPa/l/s) dalam keadaan konsentrasi penuh dan distraksi, kemudian partisipan
diminta menyebutkan intensitas dari dyspnea dengan menggunakan VAS dan
dilanjutkan dengan borg scale. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa VAS
secara intensitas mempengaruhi skala sesak yang dipersepsikan oleh partisipan. Dan
mempengaruhi Borg scale secara signifikan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Kendrick, Baxi, & Smith (2000) dengan
tujuan untuk Untuk mengetahui efektivitas dari modified borg scale dalam mengkaji
status dyspnea yang dirasakan oleh partisipan. Penelitian ini menggunakan metode
retrospective review study dengan 400 partisipan laki-laki berusia 24-87 tahun yang
datang ke IGD dengan keluhan sesak. Partisipan yang datang ke IGD diperiksa skala
dyspnea dengan menggunakan MBS kemudian dievaluasi setelah 30 menit diberikan
terapi respirasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Semua partisipan dengan
akut bronchospasme dapat menggunakan MBS untuk mempersepsikan derajat
keparahan dari sesak yang dialami. Ketika pengukuran peak flow mengalami
peningkatan, skor MBS mengalami penurunan. Selain itu, terdapat hubungan yang
signifikan antara skor MBS dengan perubahan PEFR. Dengan demikian, MBS valid
dan reliabel dalam pengukuran skala dyspnea.
Penelitian yang dilakukan oleh Capodaglio (2001) dengan tujuan untuk
membandingkan pengkajian sesak menggunakan Borg scale dengan VAS pada
aktivitas latihan treadmill dan cycleergometer. Penelitian ini menggunakan metode
randomized controlled trial terhadap 15 partisipan berusia >31 tahun. Pada penelitian
ini Partisipan melakukan latihan arm-cranking (treadmill dan cycleergometer) dengan
kecepatan 60 rpm sampai partisipan merasa kelelahan. Pada saat partisipan
menghentikan latihannya, sesak diukur dengan Borg scale dan VAS. Kemudian
latihan diulang 2 minggu kemudian dengan prosedur yang sama. Hasil dari penelitian
ini menyatakan bahwa Dengan peningkatan beban kerja, pengukuran sesak dengan
menggunakan Borg scale secara signifikan menunjukkan hasil lebih efektif
dibandingkan dengan VAS dengan nilai p<0,005.
Penelitian yang juga medukung penggunaan modified borg scale adalah
penelitian yang dilakukan oleh Shumway, Wilson, Howard, Parker, & Eliasson,
(2008) dengan tujuan untuk mengkaji adanya air hunger dan metode dalam mengkaji
air hunger dengan menggunakan Borg scale, VAS dan American Thoracic society
shortness of breathe. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
prospective observational study terhadap 198 pasien yang memiliki terminal ill.
Partisipan dalam penelitian ini dikaji skala sesaknya dengan menggunakan tiga tool
tersebut. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa 39% partisipan beresiko untuk
terkena air hunger, dan 59% partisipan melaporkan adanya air hunger. Ketiga skala
yang digunakan untuk mengkaji sesak secara statistic signifikan dalam mengukur
dyspnea. Borg scale dan VAS dapat digunakan untuk mengkaji dyspnea pada pasien
dengan terminal ill.
Tabel 3. Hasil penelusuran jurnal terkait penggunaan modified borg scale untuk pengkajian dyspnea
Judul Tujuan Metode Sampel Prosedur Hasil
The assessment of Mengevaluasi dan Descriptive 73 partisipan Treadmill exercise stress Dengan menggunakan chi-square
dyspnea during the membandingkan metodologhy dengan usia >23 test menggunakan bruce (p=0,084) menunjukkan tidak
vigorous intensity keefektifan 3 subjective tahun yang protocol, dengan batas terdapat perbedaan yang signifikan
exercise by three rating scale: Modified borg dibagi menjadi 3 latihan hingga mencapai secara statistic dihubungkan
dyspnea rating scale, the combined grup 85% dari maksimal heart dengan nilai heart rate 85% heart
scales in inactive numerical rating rate rate maksimal
medical personnel scale(NRS)+ FACES dan
likert scale
Comparison of Untuk mempelajari Randomized 64 partisipan Selama 14 hari partisipan Waktu median adalah selama 2
modified borg scale persepsi partisipan tentang controlled yang ditanya skala sesak yang hari. MBS secara statistic dapat
and visual analog sesak menggunakan visual trial direncanakan dialami dengan memberikan prognostic lebih baik
scale dyspnea scores analog scale (VAS) dan akan melakukan menggunakan VAS dan dibandingkan dengan VAS untuk
in predicting re- modified borg scale (MBS) thoracentesis MBS baik pada saat dilakukan pengulangan pleural
interventio after istirahat maupun drainase selama 30 hari
drainage of beraktivitas
malignant pleural
effusion
Sensory and Untuk mengetahui Randomised 16 partisipan Partisipan diminta untuk VAS secara intensitas
affective aspect of perbedaan pengaruh dari controlled yang sehat melakukan pernafasan mempengaruhi skala sesak yang
dyspnea contribute sensori dan afektif trial dengan usia >26 dengan menggunakan dipersepsikan oleh partisipan. Dan
differentially to the partisipan terhadap tahun inspiratory resistive load mempengaruhi Borg scale secara
borg scale’s dyspnea dengan (3,57 kPa/l/s) dalam signifikan
measurement of mengggunakan borg scale keadaan konsentrasi
dyspnea penuh dan distraksi,
kemudian partisipan
diminta menyebutkan
intensitas dari dyspnea
dengan menggunakan
VAS dan dilanjutkan
dengan borg scale
Usefulness of the Untuk mengetahui Retrospective 400 partisipan Partisipan yang dating ke Semua partisipan dengan akut
modified 0-10 borg efektivitas dari modified review study laki-laki berusia IGD diperiksa skala bronchospasme dapat
scale in assessing the borg scale dalam mengkaji 24-87 tahun dyspnea dengan menggunakan MBS untuk
degree of dyspnea in status dyspnea yang yang dating ke menggunakan MBS mempersepsikan derajat keparahan
patients with COPD dirasakan oleh partisipan IGD dengan kemudian dievaluasi dari sesak yang dialami. Ketika
and asthma keluhan sesak setelah 30 menit pengukuran peak flow mengalami
diberikan terapi respirasi peningkatan, skor MBS
mengalami penurunan. Selain itu,
terdapat hubungan yang signifikan
antara skor MBS dengan
perubahan PEFR. Dengan
demikian, MBS valid dan reliabel
dalam pengukuran skala dyspnea
Comparison between Untuk membandingkan Randomized 15 partisipan Partisipan melakukan Dengan peningkatan beban kerja,
the CR10 Borg`s pengkajian sesak controlled berusia >31 latihan arm-cranking pengukuran sesak dengan
Scale and the VAS menggunakan Borg scale trial tahun (treadmill dan menggunakan Borg scale secara
(Visul Analogue dengan VAS pada aktivitas cycleergometer) dengan signifikan menunjukkan hasil lebih
Scale) during the latihan treadmill dan kecepatan 60 rpm sampai efektif dibandingkan dengan VAS
arm-cranking cycleergometer partisipan merasa dengan nilai p<0,005
exercise kelelahan. Pada saat
partisipan menghentikan
latihannya, sesak diukur
dengan Borg scale dan
VAS. Kemudian latihan
diulang 2 minggu
kemudian dengan
prosedur yang sama
Presence and Untuk mengkaji adanya air Prospective 198 pasien yang Pasien dengan terminal ill 39% partisipan beresiko untuk
treatment of air hunger dan metode dalam observational memiliki dikaji skala sesaknya terkena air hunger, dan 59%
hunger in severely ill mengkaji air hunger study terminal ill dengan menggunakan tiga partisipan melaporkan adanya air
patients dengan menggunakan Borg tool hunger. Ketiga skala yang
scale, VAS dan American digunakan untuk mengkaji sesak
Thoracic society shortness secara statistic signifikan dalam
of breathe mengukur dyspnea. Borg scale dan
VAS dapat digunakan untuk
mengkaji dyspnea pada pasien
dengan terminal ill
Pembahasan
Sesak merupakan kondisi yang paling dirasakan oleh pasien yang
berhubungan dengan adanya masalah pada sistem kardiopulmonal serta tidak ada gold
standar dalam pengukuran skala sesak. Pilihan dalam pengukuran skala sesak sangat
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai serta ketersediaan sumber. Di dalam
systhematic review ini dilakukan telaahan terhadap modified borg scale sebagai salah
satu skala yang dapat digunakan untuk pengukuran sesak.
Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai skala yang dapat
digunakan untuk pengukuran sesak. Bausewein, et al (2007) menyatakan bahwa
terdapat 38 skala yang dapat digunakan dalam pengukuran sesak. Diantara smua skala
yang ada, modified borg scale adalah salah satu skala yang bisa digunakan untuk
mengukur skala sesak, dengan mengukur energy yang digunakan untuk bernafas.
Dalam study ini juga dijelaskan bahwa modified borg scale adalah skala pengukuran
dyspnea yang paling banyak digunakan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menilai skala yang paling tepat
digunakan untuk mengukur dyspnea. Intarakamhang & Wangjongmeechaikul (2013)
melakukan penelitian terhadap 73 partisipan berusia >23 tahun. Dalam penelitian ini,
partisipan melakukan treadmill hingga heart rate mencapai 85% dari maksimal heart
rate kemudian diukur skala dyspnea yang dirasakan dengan menggunakan 3 skala
yang berbeda. Dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara penggunaan modified borg scale, combined numerical rating
scale+FACES, serta likert scale dalam mengukur skala dyspnea. Pada penelitian ini,
jumlah partisipan untuk setiap group tidak sama, yaitu group 1 sejumlah 26 partisipan.
Goup 2 sejumlah 24 partisipan dan group 3 sejumlah 23 partisipan. Ini merupakan
salah satu kelemahan dari penelitian ini.
Pemilihan metode yang digunakan yaitu dengan deskriptif methodology,
merupakan salah satu kelemahan yang lain, karena perbedaan hasil dari ketiga skala
yang digunakan hanya dilihat secara deskriptif. Dorman & Edwards (2007)
menyatakn bahwa dyspnea merupakan suatu kondisi yang melibatkan banyak
dimensi, sehingga apabila melihat skala sesak dari satu sisi maka tidak akan
tergambar perasaan sesak yang sesungguhnya dirasakan oleh partisipan. Kelemahan
lain dari penelitian ini adalah dengan pengukuran skala sesak hanya satu kali
pengukuran yaitu pada level 85% dari heart rate maksimal. Pengukuran sebaiknya
dilakukan di setiap level latihan yang dicapai. Selain kelemahan yang terdapat pada
penelitian ini, terdapat kelebihan dari penelitian ini yaitu sudah secara selektif dalam
memilih partisipan, yaitu yang berusia >23 tahun dan sehat. Sehingga, hasil dari
penelitian ini bisa secara valid digunakan.
Penelitian lain yang dilakukan untuk menilai modified borg scale sebagai
skala dyspnea adalah penelitian yang dilakukan oleh Boshuizen, Vincent, & van den
Heuvel (2013) yang membandingkan penggunaan visual analogue scale dengan
modified borg scale untuk mengukur dyspnea pada pasien yang akan menjalani re-
intervensi malignant pleural effusion. Dari penelitian ini didapatkan bahwa
penggunaan modified borg scale secara statistic menunjukkan nilai yang lebih
signifikan bila dibandingkan dengan visual analogue scale.
Dalam penelitian ini, modified borg scale tidak hanya digunakan untuk
mengevaluasi keefektifan pengobatan, tapi juga untuk memprediksi intervensi medis
selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan jumlah cairan yang terdapat dalam pleura.
Semakin banyak jumlah cairan yang terakumulasi dalam pleura, maka semakin
berkurang jumlah oksigen yang dapat ditampung oleh paru dengan demikian skala
sesak yang dinilai dengan modified borg scale semakin meningkat (Lenker, et al,
2015). Seperti inilah alur mengapa modified borg scale bisa digunakan untuk
memprediksi reintervensi pleural effusion. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari
penelitian ini. Namun, yang menjadi keterbatasan dari penelitian ini adalah system
pemberian reintervensi yang dilakukan berdasarkan penilaian skor sebelumnya
(retrospektif), sehingga akan lebih baik jika evaluasi skor dilakukan secara prospektif.
Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa modified borg scale bisa digunakan
untuk mengkaji dyspnea pada pasien dengan terminal ill.
Penggunaan modified borg scale untuk pasien dengan terminal ill juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shumway, Wilson, Howard, Parker, &
Eliasson, (2008). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji adanya air
hunger dan metode dalam mengkaji air hunger dengan menggunakan Borg scale,
VAS dan American Thoracic society shortness of breathe. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode prospective observational study terhadap 198 pasien
yang memiliki terminal ill. Partisipan dalam penelitian ini dikaji skala sesaknya
dengan menggunakan tiga tool tersebut. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa
39% partisipan beresiko untuk terkena air hunger, dan 59% partisipan melaporkan
adanya air hunger. Ketiga skala yang digunakan untuk mengkaji sesak secara statistic
signifikan dalam mengukur dyspnea. Borg scale dan VAS dapat digunakan untuk
mengkaji dyspnea pada pasien dengan terminal ill.
Kelebihan dari penelitian ini adalah mennggunakan jumlah sampel yang
cukup banyak yaitu sejumlah 198 partisipan dengan waktu pelaksanan penelitian
selama 2 bulan. Penelitian ini menemukan bahwa peetugas kesehatan telah salah
dalam menentukan derajat keparahan dari sesak yang dirasakan oleh partisipan.
Padahal, untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien dengan terminal ill,
penentuan sesak menjadi indikator penting dalam mengevaluasi keefektifan intervensi
serta untuk menentukan langkah intervensi selanjutnya. Dengan adanya penelitian ini,
maka petugas kesehatan dapat menggunakan skala yang tepat dalam mengkaji sesak.
Pada penelitian ini, partisipan yang dijadikan sampel dengan beberapa
diagnose terminal yang berbeda. Sebanyak 21,9% dengan kasus gastroenterology,
serta dengan keganasan sebesar 17,1%, dan lain-lain, Hal ini bisa menjadi kekurangan
dari penelitian ini, karena tidak menggunakan partisipan secara proporsional dari segi
diagnosa partisipan. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah dengan kondisi
partisipan yang sudah berada pada terminal ill dan sudah mengalami air hunger, maka
partisipan kesulitan dalam memberikan persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.
Hal ini juga bisa meenjadi bias dalam hasil penelitian, karena pasien dengan terminal
ill mempunyai level cemas dan depresi yang lebih besar dibanding pasien lainnya
(Selecky, et al, 2005).
Menilai faktor yang mempenngaruhi dyspnea, Von Leupoldt, Ambruzsova,
Nordmeyer, Jeske, & Dahme (2006) telah melalukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh sensori dan afektif partisipan terhadap modified borg scale. Penelitian ini
dilakukan terhadap 16 partisipan yang berusia 26 tahun. Pada penelitian ini partisipan
diminta untuk melakukan pernafasan dengan menggunakan inspiratory resistive load
(3,57 kPa/l/s) dalam keadaan konsentrasi penuh dan distraksi, kemudian partisipan
diminta menyebutkan intensitas dari dyspnea dengan menggunakan VAS dan
dilanjutkan dengan borg scale. Pada penelitian ini, jumlah partisipan hanya berjumlah
16. Sehingga untuk dapat mengeneralisir suatu hasil penelitian membutuhkan jumlah
partisipan yang lebih banyak. Namun, kelebihan dari penelitian ini adalah melihat
faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran skala sesak yaitu melihat faktor sensory
dan afektif.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sesak merupakan suattu situasi
yang multidimensional, sehingga banyak faktor yang mempengaruhi sesak. Huang, et
al (2013) dalam penelitiannya terhadap 97 partisipan dengan heart failure. Penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi sesak. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
skala sesak dengan dukungan social, kesemasan serta depresi yang dialami oleh
partisipan. Dari hasil studi ini, maka untuk mengurangi sesak yang dirasakan oleh
partisipan, maka harus dibuat kondisi psikologis partisipan agar lebih nyaman.
Modified borg scale digunakan untuk menilai derajat keparahan dari dyspnea
yang dirasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Kendrick, et al (2000) dengan tujuan
untuk mengetahui efektivitas dari modified borg scale dalam mengkaji status dyspnea
yang dirasakan oleh partisipan. Penelitian ini menggunakan metode retrospective
review study dengan 400 partisipan laki-laki berusia 24-87 tahun yang datang ke IGD
dengan keluhan sesak. Partisipan yang datang ke IGD diperiksa skala dyspnea dengan
menggunakan MBS kemudian dievaluasi setelah 30 menit diberikan terapi respirasi.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Semua partisipan dengan akut
bronchospasme dapat menggunakan MBS untuk mempersepsikan derajat keparahan
dari sesak yang dialami. Ketika pengukuran peak flow mengalami peningkatan, skor
MBS mengalami penurunan. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara skor
MBS dengan perubahan PEFR. Dengan demikian, MBS valid dan reliabel dalam
pengukuran skala dyspnea.
Dalam penelitian ini jumlah sampel cukup banyak yaitu sejumlah 400
partisipan. Dalam penelitian ini menggambarkan bahwa modified borg scale dapat
digunakan untuk mengkaji skala sesak karena mudah dimengerti oleh partisipan.
Nsmun terdapat kelemahan dari penelitian ini yaitu tidak ada kelompok kontrol yang
mennggunakan skala yang lain sebagai pembanding.
Selain digunakan untuk mengkaji pasien dengan masalah pada
kardiopulmonal, modified borg scale juga bisa digunakan oleh partisipan dalam
kondisi sehat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Capodaglio (2001) dengan
tujuan untuk membandingkan pengkajian sesak menggunakan Borg scale dengan
VAS pada aktivitas latihan treadmill dan cycleergometer. Penelitian ini menggunakan
metode randomized controlled trial terhadap 15 partisipan berusia >31 tahun. Pada
penelitian ini Partisipan melakukan latihan arm-cranking (treadmill dan
cycleergometer) dengan kecepatan 60 rpm sampai partisipan merasa kelelahan. Pada
saat partisipan menghentikan latihannya, sesak diukur dengan Borg scale dan VAS.
Kemudian latihan diulang 2 minggu kemudian dengan prosedur yang sama. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa Dengan peningkatan beban kerja, pengukuran sesak
dengan menggunakan Borg scale secara signifikan menunjukkan hasil lebih efektif
dibandingkan dengan VAS dengan nilai p<0,005.
Namun terdapat kelemahan dari penelitian ini yaitu hanya dilakukan terhadap
15 sampel. Untuk dapat mengeneralisir harus menggunakan sampel yang lebih
banyak. Namun demikian, dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa
modified borg scale bisa digunakan untuk kepentingan olahraga,bukan hanya yang
berhubungan dengan pengobatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka modified borg scale merupakan suatu skala
pengkajian sesak yang valid dan reliable digunakan untuk mengkaji sesak yang
dirasakan, baik untuk partisipan yang sehat maupun sakit, dan dengan berbagai
kondisi, baik sakit ringan hingga terminal ill. Dengan luasnya penggunaan modified
borg scale, maka hendaknya provider pelayanan kesehatan menjadikan modified borg
scale sebagai standar dalam melakukan pengkajian sesak, karena pengkajian secara
komprehensif merupakan kunci untuk menilai keefektifan pengobatan serta untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
Modified borg scale dapat menunjukkan derajat keparahan dari sesak yang
dirasakan oleh pasien. Dari hasil telaahan, ditemukan bahwa modified borg scale
dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis dan social. Dengan demikian, pasien harus
berada dalam lingkungan social dan psikologis yang optimal agar dapat
mengendalikan sesak yang dirasakan.

Referensi
Bausewein, C., Farquhar, M., Booth, S., Gysels, M., & Higginson, I. J. (2007).
Measurement of breathlessness in advanced disease: A systematic review.
Respiratory Medicine, 101(3), 399-410.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.rmed.2006.07.003
Boshuizen, R. C., Vincent, A. D., & van den Heuvel, M.,M. (2013). Comparison of
modified borg scale and visual analog scale dyspnea scores in predicting re-
intervention after drainage of malignant pleural effusion. Supportive Care in
Cancer, 21(11), 3109-16. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s00520-013-1895-3
Capodaglio, E. M. (2001). Comparison between the CR10 borg's scale and the VAS
(visual analogue scale) during an arm-cranking exercise. Journal of
Occupational Rehabilitation, 11(2), 69-74.
doi:http://dx.doi.org/10.1023/A:1016649717326
Dorman, S., & Edwards, A. (2007). Which measurement scales should we use to
measure breathlessness in palliative care? A systematic review. Palliative
Medicine, 21(3), 177-91. doi:http://dx.doi.org/10.1177/0269216307076398
Fierro-carrion, G., Mahler, D.A., Ward, J, & Bird, J.C. (2004). Comparison of
continuous and discrete measurements of dyspnea during exercise in patients
with COPD and normal subject. Chest. 125:77-84
Hareendran, A. Leidy, N.K., Monz, B.U., Winnette, R., Becker, K., & Mahler, D.,
(2012). Proposing a standardized method for evaluating patient report of the
intensity of dyspnea during exercise testing in COPD, Int J Chron Obstruct
Pulmon Dis 7:345-355
Huang, T., Moser, D., Hsieh, Y., Gau, B., Chiang, F.,& Hwang, S. (2013).
Moderating effect of psychosocial factors for dyspnea in taiwanese and
American heart failure patients. Doi: 10.1097/jnr.0bo13e31828228d77
Intarakamhang, P., & Wangjongmeechaikul, P. (2013). The assessment of dyspnea
during the vigorous intensity exercise by three dyspnea rating scales in inactive
medical personnel. Global Journal of Health Science, 5(6), 19-29. Retrieved
from http://search.proquest.com/docview/1439820860?accountid=48290
Kendrick, K.R., Baxi, S.C., & Smith, R. M. (2000). Usefulness of the modified 0-10
borg scale in assessing the degree of dyspnea in patients with COPD and
asthma. J. Emerg Nurs. Jun;26(3):216-22. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10839848
Lenker, A., Mayer, D.K.,& Bernard, S.A. (2015). Intervention to treat malignant
pleural effusions. National center for biotechnology information U.S. national
library of medicine. doi: 10.1188/15.CJON.501-504
Selecky, P.A., Eliasson, A.H., Hall, R.I., Schneider, R.F.,& Varkey, B.(2005).
Palliative and end-of-life care for patients with cardiopulmonary disease:
America college of chest physicians position statement. Chest; 128:3599-610
Shumway, N. M., Wilson, R. L., Howard, R. S., Parker, J. M., & Eliasson, A. H.
(2008). Presence and treatment of air hunger in severely ill patients.
Respiratory Medicine, 102(1), 27-31.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.rmed.2007.08.015
Von Leupoldt, A., Ambruzsova, R., Nordmeyer, S., Jeske, N., & Dahme, B. (2006).
Sensory and affective aspects of dyspnea contribute differentially to the borg
scale's measurement of dyspnea. Respiration, 73(6), 762-768. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/228360887?accountid=48290

Anda mungkin juga menyukai