Anda di halaman 1dari 3

Judul Jurnal Behavioural Finance dalam Proses Pengambilan Keputusan

Halaman 1-15
Penulis Arie Widyastuti, MIB
Reviewer Rafandito Mahendra NP
Tanggal Kamis, 27 Mei 2021
Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud Behavioral finance dalam perkembangan
Penelitian
dunia bisnis.
Metode Jurnal ini menggunakan Metode Penelitian Pengembangan, berisi tentang teori-
Penelitian teori yang sudah ada sebelumnya yaitu Behavioral finance, mendiskusikan
kekuatan emosi dan psikologi investors dan traders di pasar keuangan; Charles
MacKay (1841) menyajikan kronologis tentang kepanikan yang terjadi di pasar
sebagai cermin dari adanya aspek psikoligis investor; Gustave Le Bon (1895)
gagasannya tentang peran “crowds” yang dapat diartikan sebagai investor di
pasar, dan perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang perilaku
keuangan, psikologi social, sosiologi, dan sejarah; G C Selden (1912)
menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi di pasar modal.

Behavioral finance mencoba menjelaskan dan meningkatkan pemahaman


tentang pola – pola dari alasan investor termasuk aspek emosional dan derajat
dari aspek tersebut dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Secara
lebih spesifik behavioral finance mencoba mencari jawaban atas what, why and
how keuangan dan investasi dari sudut pandang manusia.
Pembahasan Konsep behavioral finance adalah memahami dan memprediksi implikasi
sistematis pasar keuangan dari sudut pandang psikologi. Olsen menekankan
sejauh ini beljm ada teori keuangan perilaku yang terintegrasi, yang ditemukan
dalam literatur hanya sebatas mengidentifikasi atribut pengambilan keputusan
dalam berinvestasi di pasar.

Ricciardi dan Simon (2000) membagi tiga kelompok individu yang memiliki
kepentingan baik secara langsung/ tidak langsung terhadap behavioral finance:
1. Individual, yang terdiri dari small investor, portfolio manager, pension
board
2. Group, yang terdiri dari investor reksadana (portfolio)
3. Organization, misalnya financial institution, non – profit organization à
universities.

Penelitian berbasis perilaku dalam mengungkapkan proses pengambilan


keputusan di bidang psikologi menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk
rasional yang mengedepankan aspek rasionalitas yaitu mengedepankan akal dan
nalarnya. Manusia pun diyakini bahwa tidak bisa melepaskan diti dari aspek bias
pada saat proses pengambilan keputusan. Menurut para ahli penggunaan asumsi
rasionalitas akan mengarah pada pemahaman yang salah atas mekanisme
sebenarnya dari anomaly keuangan.

Thaversky dan Kahneman (1974) mengungkapkan tedapat tiga faktor perilaku


manusia yang bertentangan dengan asumsi yang mendasari model ekonomi
klasik dalam pengambilan keputusan, (1) Risk attitudes (2) Mental Accounting
(3) Overconfidence. Fenomena ini disebut “cognitive illusions” karena persepsi
yang terkait seringkali menimbulkan error.

Bell (1982) melakukan penelitian Regret Theory, menggambarkan penyesalan


sebagai emosi yang disebabkan perbandingan antara given outcome dengan
sesuatu yang tidak dipilih, menyebabkan individual melakukan evaluasi reaksi.
Regret Theory diterapkan pada psikologi reaksi emosional investor dalam
memperhitungkan untuk membeli suatu saham yang sudah menurun (atau
belum). Investor mungkin akan menghindari menjual sahamnya yang secara jelas
mengalami penurunan harga, dan tanpa berpikir panjang dalam menentukan
pilihannya pada saham-saham yang sedang diminati. Investor dapat
merasionalisasi dengan mudah jika saham mengalami penurunan dan dapat
mengurangi reaksi emosionalnya selama investor lain mengalami kerugian
saham juga.
Geotzmann dan Peles (1997) meneliti peran ketidakberaturan selama proses
investasi di reksadana, khususnya dalam keputusan untuk membeli dan menahan
sekuritas. Investor pada lagging funds akan enggan mengakui bahwa telah
membuat keputusan investasi yang jelek, mereka akan mengambil langkah untuk
menjual investasi pada reksadana yang berkinerja tidak baik. Alhasil mereka akan
menahan investasi, dan reksadananya menyatakan mereka tidak melakukan
kesalahan berinvestasi. Investor juga dapat mengubah keyakinannya dalam dua
cara, (1) Membuat kita berada dalam era ekonomi baru dimana aturan keuangan
tradisional tidak lagi diterapkan dan (2) Mengabaikan pola tradisional dan
membeli saham hanya karena momentum harga (mengabaikan prinsip supply and
demand)
Kesimpulan Behavioral finance merupakan ilmu yang memperlajari bagaimana manusia
mengambil tindakan pada proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi
sebagai respons dari informasi yang diperolehnya. Dari penelitian – penelitian
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa investor tidak selalu berprilaku
rasional dan tidak menyimpang serta mampu dimodelkan secara quantitative.

Regret Theory, menggambarkan penyesalan sebagai emosi akibat perbandingan


antara given outcome dengan sesuatu yang tidak dipilih.

Anda mungkin juga menyukai